• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ANALISIS DATA. A. Kajian Filologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II ANALISIS DATA. A. Kajian Filologi"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

26

Analisis data SKM dibagi menjadi dua bagian, yaitu kajian filologis dan kajian isi. Kajian filologis dilakukan untuk mendapatkan suntingan teks Naskah SKM yang bersih dari kesalahan sesuai dengan cara kerja Filologi. Kajian isi dilakukan untuk mengungkapkan isi Mahnitisme dalam naskah SKM.

A. Kajian Filologi

Kajian filologi meliputi: deskripsi naskah, transliterasai, kritik teks, suntingan teks dan terjemahan. Berikut ini uraian masing-masing langkah tersebut.

1. Deskripsi Naskah

Deskripsi naskah merupakan gambaran singkat serta rincian tentang kondisi fisik dan garis besar isi naskah . Hal–hal yang di maksud adalah sebagai berikut: 1) Judul naskah, 2) nomor naskah, 3) tempat penyimpanan naskah, 4) asal naskah, 5) keadaan naskah, 6) ukuran naskah, 7) tebal naskah, 8) jumlah baris per halaman, 9) huruf, aksara, tulisan, 10) cara penulisan, 11) bahan naskah, 12) bahasa naskah, 13) bentuk teks, 14) umur naskah, 15) pengarang atau penyalin, 16) asal usul naskah, 17) Fungsi sosial naskah, 18) ikhtisar teks atau cerita. Dalam penelitian ini tidak semua aspek dipakai dalam pendeskripsian naskah SKM. Aspek yang tidak dipakai adalah fungsi sosial naskah. Berikut ini deskripsi naskah SKM.

(2)

a. Judul Naskah

Naskah Sêrat Kawruh Mahnitismê, naskah ini terdapat dalam bendel naskah yang berjudul Sêrat Kawruh Mahnitismê Saha Sanaprabu (disingkat SKMSS)

Judul terdapat pada cover Naskah SKMSS, yaitu tertulis Sêrat Kawruh Mahnitismê Saha Sanaprabu. Dalam bendel naskah ini terdapat dua teks yaitu Sêrat Kawruh Mahnitismê dan Saha Sanaprabu yang tampak dalam gambar berikut.

Gambar 10. Judul Cover Naskah b. Nomor Naskah

Nomor naskah berdasar katalog lokal Perpustakaan Sasanapuataka Kraton Kasunanan Surakarta, yaitu bernomor 251 Ha dan berdasar katalog Nency K.Florida, yaitu bernomor KS 379.

(3)

c. Tempat Penyimpanan Naskah

Naskah di simpan di Perpustakaan Sasanapustaka Kraton Kasunanan Surakarta. Cap Perpustakaan Sasanapustaka yang terdapat dalam naskah, sebagai tampak dalam gambar berikut.

Gambar 11. Cap Perpustakaan Sasanapustaka Kraton Surakarta Hadiningrat.

d. Asal Naskah

Tidak diketahui dari mana asal muasal naskah SKM.

e. Keadaan Naskah

Naskah masih utuh, dalam keadaan baik, lembaran–lembarannya masih lengkap. Aksara dapat terbaca dengan baik. Kertas berwarna kekuningan. Jilidan naskah masih baru dan masih utuh. Ada tinta teks yang tembus ke halaman berikutnya.

(4)

f. Ukuran Naskah

1. Ukuran Lembaran Naskah

panjang x lebar : 21.5 cm x 18 cm margin atas : 1 cm margin bawah : 2.5 cm margin kanan : 2 cm margin kiri :1 cm 2. Ukuran Kertas : 20,8 cm x 17,5 cm 3. Ukuran Teks : 17.3 cm x 14.5 cm g. Tebal Naskah

Tebal naskah adalah 125 halaman , terdisi atas:

a. naskah SKM : 113 halaman

b. naskah SS : 10 halaman

terdapat 3 halaman kosong sebelum halaman 1, halaman 114 dan halaman 125

h. Jumlah Baris Perhalaman

(5)

i. Huruf

a. jenis tulisan aksara Jawa carik (tulisan tangan) dan beberapa huruf latin berbahasa Belanda. Pada teks halaman pertama terdapat kata yang ditulis dengan tulisan latin berbahasa Belanda, sebagaimana tampak dalam gambar berikut.

Gambar 13. Penggunaan huruf latin

b. ditulis dengan pena.

c. ukuran huruf sedang, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.

d. bentuk huruf ngetumbar

e. hurufnya rapi dan mudah dibaca

f. jarak hurufnya agak renggang

(6)

h. warna tinta yang di gunakan adalah tinta warna hitam, namun pada cap Perpustakaan Sasanapustaka ada yang menggunakan tinta warna merah, biru dan hitam.

i. Tanda baca dalam bahasa Jawa, yaitu penanda awal kalimat atau adêg–adêg( . ), koma atau pada lingsa (, ), titik atau pada lungsi (; ), penanda huruf mati atau pangkon (/ ).

Gambar 15. Penanda awal kalimat atau adêg-adêg

Gambar 16. Penanda koma atau pada lingsa (, )

Gambar 17. Penanda titik atau pada lungsi (; )

Gambar 18. Penanda huruf mati atau pangkon(/ ) j. Cara Penulisan

(7)

a. Pemakaian lembaran naskah untuk tulisan: naskah ditulis secara bolak balik pada bagian muka dan belakang (recto dan verso).

b. Penempatan tulisan pada lembaran naskah: teks ditulis dari kiri ke kanan. Kemudian dilanjutkan pada baris di bawahnya. Begitu seterusnya. Pada tepi teks diberi garis tegak lurus vertikal.

c. Pengaturan ruang tulisan

Teks dibatasi dengan margin kiri dan kanan. Penulis sangat memanfaatkan halaman secara maksimal. Pada saat teks belum selesai, tetapi baris teks sudah sampai garis tepi, maka ada aksara pasangan atau suku kata yang di tulis untuk mengisi ruang kosong diakhir baris. Dengan demikian ditemukan aksara pasangan atau suku kata ganda. Contohnya penulisan taling([ ) pada kata wong ‘pangkal’, sebagaimana tampak pada gambar berikut.

Gambar 19. Pengaturan ruang tulisan dengan taling ([ ) ganda.

d. Penomoran halaman

Penomoran halaman meggunakan angka Jawa terletak di tengah atas.

(8)

a. Jenis naskah adalah kertas buku bergaris tanpa cap ( water mark). Berikut ini gambar kertas yang digunakan.

Gambar 21. Jenis kertas buku bergaris

b. Kualitas kertasnya agak tipis dan masih baik

l. Bahasa naskah

Bahasa yang digunakan adalah ragam ngoko dan bahasa Belanda.

m. Bentuk teks

Teks berupa prosa ( gancaran ).

n. Umur Naskah

Tidak ada informasi mengenai umur naskah.

o. Penyalin

Tidak ada informasi tentang penyalin naskah.

p. Asal Usul Naskah

Tidak ada informasi tentang asal usul naskah.

(9)

Teks ini berisi tentang kekuatan yang ada dalam diri manusia yang disebut Magnetisme, yaitu kekuatan hati atau kekuatan batin. Dalam naskah SKM ini terdapat tigabelas piwulang ‘ajaran’. Dalam naskah ini juga dijelaskan beberapa cara mempelajari dan pengaplikasian ilmu magnetisme.

2. Kritik Teks

Kritik teks adalah menempatkan tempat pada teks yang sewajarnya, memberikan evaluasi terhadap teks, meneliti atau mengkaji lembaran bacaan naskah, lembaran bacaan yang mengandung kalimat atau rangkaian kata–kata tertentu (Paul Maas, dalam Darusuprapta 1984:20). Dalam kritik teks, diusahakan untuk mengembalikan teks ke dalam bentuk yang mendekati asli. Walaupun teks yang autentik jarang ditemukan, namun setidaknya dapat mencapai ketetapan teks yang dianggap dekat dengan aslinya.

Dalam kritik teks biasanya ditemukan kesalahan–kesalahan, dan kesalahan–kesalahan tersebut dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu:

1) Hiperkorek : yaitu perubahan ejaan karena pergeseran lafal.

2) Lakuna : yaitu bagian yang terlewati atau terlampaui baik suku kata, kata dan kelompok kata.

3) Adisi : yaitu bagian yang kelebihan atau terjadi penambahan baik suku kata, kata dan kelompok kata.

4) Ketidakkonsistenan penulisan : yaitu ketidakkonsistenan pemakaian huruf dan penulisan kata dalam naskah.

(10)

Untuk memudahkan dalam penulisan kritik teks akan digunakan tanda agar memudahkan dalam penamaan. Berikut tanda-tanda yang digunakan.

H : menunjukkan bahwa teks termasuk dalam jenis varian Hiperkorek

L : menunjukkan bahwa teks termasuk dalam jenis varian Lakuna

A : menunjukkan bahwa teks termasuk dalam jenis varian Adisi

@ : menerangkan bahwa edisi teks didasarkan pertimbangan konteks isi.

# : menerangkan bahwa edisi teks didasarkan pertimbangan linguistik.

Berikut ini adalah uraian–uraian mengenai segala kesalahan yang terdapat dalam teks.

a. Lakuna

Lakuna adalah kelainan bacaan yang disebabkan oleh bagian teks yang hilang atau berkurang. Pengurangan itu dapat berupa pengurangan huruf, suku kata, kata, frasa, kalimat, ataupun pengurangan paragraf. Varian lakuna ini akan disajikan dalam tabel 1 berikut ini.

Tabel 1

Lakuna dalam naskah SKM

N o

Hal / brs

(11)

1 3/9 Ka kapisan Kang kapisan L@ 2 8/1 ali ahli L@ 3 16/3 agêr anggêr L@# 4 25/2 -3 pangêrsula-ne panggrêsu-lane L# 5 30/ 1 ali ahli L@ 6 47/1 pabujuk pambujuk L# 7 51 / 8 pangusamu panguasa-mu L# 8 74/ 1

o bisa ora bisa

L@

9 74/ 10

agugulang

(12)

10 99/4 kangèlamu kangèlanmu L# 11 112/ 4-5 Kêkuwata-mu kêkuwatan-mu L# b. Adisi

Adisi adalah varian yang disebabkan oleh penambahan teks. Penambahan itu dapat berupa penambahan huruf, suku kata,kata, frasa, kalimat, ataupun penambahan paragraf. Adisi yang ditemukan, disajikan dalam Tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2

Adisi dalam Naskah SKM

N o

Hal/ brs

Kata Gambar Edisi

1 103/ 3 mangko-kono mangkono A# c. Hiperkorek

Hiperkorek adalah kelainan bacaan yang disebabkan oleh kesalahan pelafalan. Varian hiperkorek ini akan disajikan dalam Tabel 3 berikut ini.

(13)

Tabel 3

Hiperkorek dalam Naskah SKM

N o

Hal/ brs

Kata Gambar Edisi

1 33/ 3 kewe kowe H@ 2 33/ 7 babat babad H# 3 40 / 5 gêmahane têmahane H@ 4 46 / 9

yè ambujuk yèn

ambujuk H@ 5 69/ 7 layangamu bayangan -mu H@ 6 71/ 5 mahnetis-mê mahnitis-mê H# 7 73/7 imamalat-sih amêmalat -sih H@

(14)

8 78/1 -2 mahnetism-ê mahnitis-mê H# 9 82/9 ngranggoni ngrêngg-ani H@ d. Ketidakkonsistenan Penulisan

Dalam naskah SKM ini ada beberapa naskah yang ditulis tidak konsisten, yaitu: 1. Penulisan kata ‘denning’pada halaman 2 baris 11 dan ‘dening’ pada halaman 7 baris 5.

Gambar 20 dan 21 Penulisan ketidakkonsistenan kata dening

2. Penulisan morfem ‘tak’ pada halaman 6 baris 7 dan morfem ‘dak’ pada halaman 8 baris 9-10.

Gambar 22 dan 23 Penulisan morfem tak dan dak

(15)

Gambar 24 dan 25 Penulisan kata ali dan ahli e. Bahasa Lain yang Ditulis Dengan Huruf Jawa

Gambar 26. Penulisan kata serapan bahasa Indonesia ‘telegram’

Gambar 27. Penulisan kata serapan bahasa Arab ‘ taklim’

2. Suntingan Teks dan Terjemahan

1. Dalam naskah SKM ini perlu diadakan suntingan karena untuk memudahkan pembaca dalam memahami, apalagi dalam naskah SKM ini tidak murni berlatar belakang Jawa. Maka dari itu perlu penjelasan menurut tata aturan bahasa Jawa. Pada naskah SKM ini juga perlu dilakukan transliterasi. Translitersi adalah penggantian huruf kehuruf yang lain tanpa merubah makna bentuk asli agar memudahkan pembaca.

(16)

2. Setelah melakukan transliterasi, penulis melakukan kritik teks. Metode yang digunakan adalah metode biasa atau standar karena naskah SKM ini termasuk naskah tunggal dan juga bukan cerita yang sakral.

3. Dalam suntingan teks kelompok kata atau kata yang kurang tepat sengaja dibiarkan sesuai aslinya dan akan diberi nomor kritik atau tanda bahwa kata tersebut telah dievaluasi. Selanjutnya akan dilakukan aparat kritik untuk mencantumkan hasil evaluasi. Pencantuman tersebut dilakukan dibawah suntingan teks atau biasa disebut catatan kaki. Ini dilakukan untuk mempertahankan teks aslinya untuk membebaskan pembaca dalam menanggapi sendiri naskah SKM tersebut.

Untuk itu, penulis menggunakan tanda–tanda atau pedoman dalam penyajian suntingan teks ,berikut pedoman yang digunakan.

1. Jika ditemukan kesalahan pada kata yang sama, dalam kritik teks semua yang dianggap salah diberi nomor. Setelah itu langsung dilakukan penyuntingan.

2. Jika ditemukan dwilingga salinswara seperti dalam kata ‘ wuwulang’ terdapat di

halaman , maka dalam transliterasinya langsung ditulis ‘wêwulang’ Gambar 28. Penulisan kata yang tergolong dwilingga salinswara

(17)

3. Sastra laku misalnya pada kata ‘denning’ disunting langsung menjadi ‘dening’

Gambar 29. Penulisan kata yang mengandung sastra laku,

Untuk memudahkan pembaca, maka di dalam teks akan diberikan keterangan– keterangan sebagai berikut :

1. Angka Arab 1,2,3,4,5,dsb yang ditulis di kanan atas, digunakan untuk menunjukkan adanya kesalahan pada teks tersebut.

2. Angka Arab [1,2,3,4…..] ditulis disebelah kiri sejajar dengan huruf digunakan untuk menunjukkan pergantian halaman.

3. Penanda @ menerangkan bahwa edisi teks di pilih berdasarkan pertimbangan konteks isi.

4. Penanda # menerangkan bahwa edisi teks di pilih berdasarkan pertimbangan linguistik.

5. Tanda /e/ digunakan untuk menandai vokal e yang dibaca [e] seperti pengucapan kata kowe dalam bahasa Jawa dan kata ‘sate’ dalam bahasa Indonesia.

6. Tanda diakritik /ê/ digunakan untuk menandai bunyi vokal e yang dibaca [ə] seperti

pengucapan kata têmah dalam bahasa Jawa dan pengucapan kata ‘sebah’ dalam bahasa Indonesia.

(18)

7. Tanda diakritik /è/ digunakan untuk menandai bunyi vokal e yang dibaca [ ] seperti

pengucapan kata akèh dalam bahasa Jawa dan pengucapak kata ‘sukses’ dalam bahasa Indonesia.

Berikut ini adalah penyajian suntingan teks dan terjemahan naskah SKM yang disertai edisi kritis serta variannya.

A. Suntingan Teks dan Terjemahan Teks

TEKS SKM TERJEMAHAN

I [1] Bêbuka

Manusa iku duwea kang bisa anggѐndѐng marang kapitayan, rêsêp lan katrêsnan ing liyan, daya iku diarani Persoonlijk Magnetisme

Pembukaan

Manusia itu hendaknya memiliki sesuatu hal yang dapat menjunjung tinggi suatu kepercayaan, senang dan mencintai sesama, daya tersebut dinamakan magnetisme pribadi.

Karêpe kang ngarang layang iki mêdharke piwulang bab kêkuwataning manusa kang winadi, sarana katrangan kang prasaja lan gampang asung pituduh marang para kang maca, supaya enggala bisa ngundhuh wohe wêwulang mau, aja

Maksud pengarang naskah ini menjelaskan ajaran tentang kekuatan manusia yang masih rahasia, dengan keterangan yang sederhana dan mudah memberi petunjuk pada para pembaca, supaya segera mendapatkan hasil dari ajaran

(19)

nganti pangarêp–arêp iku lalu tanpa wa-[2]can, kabudidayane sirna tanpa dadi, sarta kagunane cabar tanpa pakolih.

tersebut, jangan sampai harapan itu berlalu karena tanpa bacaan, usahanya sia-sia hilang tanpa tercapai, serta kekuatannya tidak ada gunanya.

Para siswa wis padha tetela sumurupa, yѐn kang nganggit putus marang

kawruhe, ewa samono yѐn ora dilakoni,

kawruh mau iya tanpa guna, piwulang iki nêrangake kawruh kang durung tau kambah liyane, ciptane kang ngarang sêdya amung katrangan kang bênêr lan prasaja marang para murid–muride.

Para murid sudah mengerti yang maksudnya, jika pengarang telah sempurna ilmunya, namun demikian jika tidak dilakukan, ilmu tersebut tidak berguna, pelajaran ini menjelaskan ilmu yang belum pernah dibahas oleh yang lain, menurut pengarang hanya keterangan yang benar dan sederhana untuk murid-muridnya.

Pituture Kang Ngarang

Panêmuku kêkarêpan kang diѐsthi

dening [3] sarupaning uwong, lananga wadona, iya ora liya mung supaya linulutan ing sêsama, mungguh witing kinalulutan

iku akѐh, tumrape wong lanang ana kang

saka panguwasane, kasugihane, kabêjane,

Pesan Pengarang

Menurut saya keinginan yang dimaksud oleh kebanyakan orang, ya laki– laki ya perempuan, tidak lain hanya supaya dicintai sesama, penyebab awal dicintai itu banyak, untuk laki–laki ada yang dari

(20)

tumrape wong wadon, dumunung marang katrêsnan, kinasihan, sarta kanggêp sajrone jojodhon. 1

keberuntungannya, untuk perempuan, ada pada cinta, kasih, serta diperhatikan dalam perjodohan.

II Piwulang ka1 kapisan Bab Wadhahing Kêkuwatan

Kiraku kowe ora duwe panyipta[4]

yѐn kowe dhewe iku duwe wadhah

kêkuwatan kaya dene telegram, kang diarani electrische resererec batterij, bisa nampani lan ngolah kêkuwatan mau, narik utawa nulak samubarang, têrkadhang tumamane ora kalawan dimaha, kayata :

upamane kowe yѐn andêlêng mitramu

mung sêdhela bae, dumadakan atimu krasa bungah utawa ora kapenak, pangrasa kang mangkono mau anane rak ora kalawan ko

[5]sêdya, têrkadhang ana uga kang pancѐn

wis ko sêdya ing mau–maune, karêpmu bakal agawe rêsêpe mitramu mau, dadi

II Pelajaran yang Pertama Tentang Tempat Kekuatan

Saya kira kamu tidak mempunyai pengetahuan kalau kamu sendiri itu punya tempat kekuatan seperti telegram yang dinamakan baterai cadangan listrik, dapat menerima dan mengolah kekuatan tersebut, menarik atau menolak apapun, terkadang masuknya tidak disengaja, seperti: seperti kamu kalau melihat temanmu hanya sebentar saja, tiba–tiba hatimu merasa senang atau tidak enak, perasaan yang seperti itu tadi tidak kamu maksudkan, terkadang ada juga yang memang sudah kamu inginkan sebelumnya, keinginanmu akan membuat senangnya temanmu itu, jadi

1 Kang kapisan L@

(21)

têgêse wis ko arah–arah kowe agawe obahe atining liyan, mangka wong mau uga

anggѐndѐng marang atimu, dadi satêmêne gѐndѐng-ginѐndѐng,

artinya sudah kamu arahkan kamu membuat hati orang lain bergejolak, tetapi orang itu juga menarik dihatimu, jadi sebenarnya saling tarik menarik.

Bab Lakune Kêkuwatan Ati

Kasêbut ing dhuwur wis tetela yѐn

sajroning badaning manusa ana kêkuwatan kang tumindak.

Apa iku kêkuwataning pamikir, dudu, sa-[6]bab wêtune tanpa kinira-kira,

mung pancѐn bêbarêngan bae karo

thukuling mikir.

Apa iku elictris cit eit dudu, elictris cit eit iku mung pangaran–aran bae, mungguh kaanane kang sajati durung ana kang sumurup.

Tentang Laku Kekuatan Hati

Disebutkan di atas sudah jelas jika di dalam badan manusia ada kekuatan yang bergerak.

Apa itu kekuatan pikiran, bukan, sebab munculnya tanpa perkiraan, hanya memang bersamaan dengan munculnya pemikiran.

Apa itu kapasitas listrik, bukan, kapasitas listrik itu hanya sebutan saja ,yaitu keadaan sejati belum ada yang mengetahui.

Sarѐhning aku durung wêruh kang

bênêr kêkuwatan iku tak arani Magnetisme nanging iya kêna uga tak arani Inner Lijke

Karena saya belum mengetahui yang benar kekuatan tersebut saya sebut Magnetisme tapi bisa juga saya sebut Inner

(22)

Strooms (kêkuwataning ati utawa lakuning batin) sabab akѐh cocoge karo electrische

strooms (lakune electris-[7]citeit)

kêkuwatan mau kêna disinau , dianggo lan

diêrѐh, padha bae karo daya electrisciteit.

Electris citeit iku kêna dianggo lan

diêrѐh dening manusa, nanging ora

kasumurup, wujude, ora ana wong kang wêruh pinangkane, dadi enggale kaanane kêkuwatan mau dianggêpa kaya kaananing urip, mulane kang bakal tak caritakake mung kanggone bae. 2

Lijke Strooms (kekuatan hati atau perjalanan batin) sebab banyak kecocokan dengan electrische strooms (perjalanan kapasitas listrik) kekuatan tersebut dapat dipelajari, dipakai dan dikendalikan, sama saja dengan energi kapasitas listrik.

Kapasitas listrik tersebut dapat dipakai dan dikendalikan oleh manusia, tapi tidak dimengerti wujudnya, tidak ada orang yang tahu asalnya ,jadi awal mula kejadian kekuatan tersebut dianggap seperti keadaan hidup, maka yang akan saya ceritakan hanya kegunaannya saja.

III Piwulang kang kapindho”

[8]Bab Panêngêrane Wong Kang Ali2 Magnetisme

Luwih dhisik nyumurupi dayaning kêkuwatan mau tumrape marang manusa,

nitѐnana watak wantuning siji–sijine , kang

III Pelajaran yang Kedua Tentang Penanda Orang yang Ahli

Magnetisme

Terlebih dahulu mengetahui energi kekuatan itu khususnya pada manusia, tandailah perwatakan satu dengan yang

2 Ahli L@

(23)

kadunungan kawruh Magnetisme.

Iku kabѐh wis padha sumurup

sawanging wêwangunane wong ali3 Magnetisme lananga wadona padha bae, nanging kang bakal dak caritakake mung wong lanang, amrih aja agawe bingung, awit para murid iya wis pa-[9]dha

sumurup, yѐn tumanjane ngѐlmu mau

marang wong lanang utawa wadon, ora ana

bedane” 3

lainnya, yang mempunyai ilmu Magnetisme.

Semua itu sudah dimengerti dilihat bentuk dari orang yang ahli Magnetisme ya laki–laki ya perempuan sama saja, tapi yang akan saya ceritakan hanya laki–laki, supaya tidak membuat bingung, karena para murid sudah mengerti, jika manfaat ilmu tersebut pada laki–laki atau perempuan tidak ada bedanya.

Bab Antenging Pangrasa

Yѐn kowe jêjagongan karo wong

ahli Magnetisme kang dadi titikane dhisik,

patrape sarѐh, ora gugupan, banjur kowe duwe pangrasa yѐn wong mau duwe daya

kang kinêkêr, nanging kowe ora sumurup kabudayane, liringing mripat katone ora tajêm, tandang [10]tanduke ora kêna cinakra bawa, pangucape sinamun ing

Tentang Ketenangan Jiwa

Jika kamu berbicara dengan orang yang ahli Magnetisme yang menjadi penanda terlebih dahulu, sifatnya sabar, tidak mudah gugup, lalu kamu bisa merasakan jika orang tersebut punya energi yang kuat, tapi kamu tidak mengerti apa yang dimilikinya, sorotan matanya kelihatan tidak tajam, tingkah lakunya tidak dapat

3 Ahli L@

(24)

samudana, apa sabarang pratikêle ora kêna

ditangguh”

ditebak , ucapannya bukan yang sebenarnya , segala nasihatnya tidak dapat ditebak.

“Bab Pamandênge”

Kowe kudu nyumurupi kalawan titi, wadining wong mau ing gone masang aji pangerutan marang kowe, sawangen mripate, paraning pandêlêng marang kowe mau ora mandêng mripatmu, kang dipandêng antaraning mripat loro cêdhak karo poking irung, pancêring pandêlêng mranani marang kowe, nanging ora kêtara sa-[11]rupa ngrasamu wong mau ora nyipta

ala, yѐn ta lawanan gunêm karo kowe,

sasuwene kowe caturan, wong mau ora

ngawasake kowe, sêmune kaya ngêntѐni calathumu, banjur mangsuli calathu yѐn ngucap sêmune sumѐh sarta tatag.

Tentang Pengelihatannya

Kamu harus mengerti dengan seksama, rahasia orang itu saat dia menancapkan kekuatan pengasihan terhadap kamu, tataplah matanya, arah matanya terhadap kamu tidak melihat matamu, yang dilihat antara dua mata dekat dengan ujung hidung, pusat pengelihatannya menarik perhatianmu, tapi tidak terlihat oleh perasaanmu orang itu tidak berbuat buruk, kalau berbicara dengan kamu, lama berbicara, orang itu tidak melihat kamu, kelihatannya seperti menunggu kamu berbicara, lalu menjawab pertanyaanmu kalau bicara terlihat murah senyum serta yakin.

Patrape Anoraga,

Yѐn ko ajak wawan gunêm,

Tingkah Lakunya Rendah Hati Kalau kamu ajak bicara, dia

(25)

ênggone anampani sarana patrap anoraga,

pancѐn wong kang mangkono mau

salawa-[12]se nganggo patrap taklim, nanging kowe banjur rumangsa yѐn antênge ngandhut kêkarêpan kang ora kêna dikaluhake, kowe rumangsa yѐn wong mau

duwe daya pangerutan, cêkake wong mangkono iku wis sumurup samubarang kang dikarêpake, nanging gone nandukake

kalawan sarѐh, sabab wis dipasthѐkake yѐn bakal kalaksanan karêpe, dhѐwѐke ngarani yѐn kawruh iku ana kuwasane, sarta dhѐwѐke sumurup, yѐn samuba-[13]rang

pratikêle gumantung marang waton dhudhuke sabab lan kadadèan (De Wetter van oorzatikengevolg)

menerima dengan rendah hati , memang orang seperti itu selamanya memakai sikap taklim, tapi setelah itu kamu merasa jika diamnya mempunyai maksud yang tak dapat ditebak, kamu merasa jika orang itu punya daya pengasihan, singkatnya orang seperti tersebut sudah mengerti apapun yang diinginkan, tapi dia melakukannya dengan sabar, sebab sudah dipastikan jika akan tercapai keinginannya, dia menyebut jika ilmu tersebut ada kekuasaannya, serta dia mengerti jika semua hal tergantung pada apa yang menjadi sebab dan kejadian (De Wetter van oorzatikengevolg)

Ringkih Kalindhih, Rosa Misesa Ujaring pathokan, Positief iku mêsthi mathuk karo negatief têgêse negatief mêsthi kawanѐna dening Positief

Lemah Terinjak ,Kuat Berkuasa Kata–kata tersebut menjadi patokan, positif itu pasti berpasangan dengan negatif artinya negatife pasti berlawanan dengan

(26)

iya iku sing sapa sathithik kukuwataning Magnetisme bakal kalangka bandhang

marang kang akѐh sing sapa kothong bakal

dirampas barang duwѐke dening kang kêbak.

positif yaitu siapa yang sedikit kekuatan Magnetisme akan ditindas oleh siapapun yang banyak, siapa yang kosong akan dirampas barang miliknya oleh yang penuh.

[14]Wong Ahli Magnetisme, Ora Akѐh Wicarane

Mara titѐnana yѐn cêcaturan,

kandhane sathithik bangêt, sarta babar pisan ora angunggul-unggulake awake utawa tanpa guna, sabarang wicarane ora

ana kang parlu, nanging yѐn ko rungokake,

pangrasamu kaya parlu-parlua

Orang Ahli Magnetisme, Tidak Banyak Biacaranya

Maka tandailah jika berbicara, ucapnya sedikit sekali, serta sama sekali tidak mengunggul–unggulkan diri sendiri atau omong kosong, segala bicaranya tidak ada yang perlu, tapi jika kamu dengarkan, perasaanmu seperti perlu sekali

“Ora Ngumpêt,

Elinga têmbung iki têgêse wong ahli Magnetisme ora ngumpêt, sa-[15]têmêne karêpe sulaya kowe ngrasaa.

Saupama dhѐwѐke gêlêma amêsthi bisa crita luwih akѐh, dadi parlune mung arêp

Tidak Bersembunyi

Ingatlah kata ini artinya orang ahli Magnetisme tidak bersembunyi , sebenarnya maksudnya tidak enak, kamu rasakanlah. Seumpama dia mau pasti dapat cerita lebih banyak, jadi perlunya hanya membuat

(27)

agawe sêngsême atimu, nanging ora katara

babar pisan yѐn duwe pangarah, sêjatine pancѐn wong barѐs. Saupama kowe

kumpul lan sajroning sapuluh taun, mêsthi

kowe nitѐni yѐn wong mau ora tau goroh,

nalika dhѐwѐke lagi wiwit sinau

Magnetisme bok manawa dhѐ-[16]wѐke

isih kapengin mamѐrake kawruhe, nanging

lawas-lawas ora. 4

hatimu terlena, tapi tidak terlihat sama sekali jika punya maksud, sejatinya memang orang lugu. Seumpama kamu bergaul selama sepuluh tahun, pasti kamu dapat menandai jika orang tersebut tidak pernah bohong, ketika dia sedang mulai belajar Magnetisme mungkin dia masih ingin memamerkan ilmunya, tapi lama–lama tidak.

Sabarang Lakune Miturut Ager4 Barêng wong mau wis kêlakon

karêpe, ditrêsnani wong akèh, kinalulutan sarta kinèringan, banjur nindakake budayaning pangrasane kaya dene wus wajib miturut anggêr-anggêr ubêng cundhuke sabab lan kadadèane: pancèn mangkono ubênging jagad, manusa ora bisa mênêng, kawruhe dilakokake kanggo nuruti kekarêpan-[17]e, dhèwèke amikat

Segala Perbuatannya Menurut Peraturan Setelah orang tersebut sudah tercapai keinginannya, dicintai banyak orang ,disegani serta dihormati, lalu menjalankan keinginan perasaannya seperti sudah wajib menurut aturan yang berlaku sebab dan keadaannya: memang seperti itu berputarnya dunia, manusia tidak bisa diam, ilmunya dilakukan untuk menuruti keinginanya, dia memikat orang dan kekayaan.

4anggêr L#

(28)

uwong lan kasugiyan.

Kowe Dhêmên Marang Dhèwèkke Pangrasamu, kowe tansah andêlêng marang wong mau, sabab kowe rumongsa yèn dhèwèkke uga dhêmên marang kowe, kowe ora bisa ngarani, margane dhêmên mau, asih mau, prasasat kaya dene inya karo momongane, ora bisa bênggang sajroning ati, sanadyan panggonane adoh isih eling bae.

Kamu Senang Terhadap Dirinya Perasaanmu, kamu selalu melihat pada orang tersebut, sebab kamu merasa jika dia juga senang terhadapmu, kamu tidak dapat beranggapan, karena rasa suka tersebut, rasa sayang tersebut, seperti pengasuh dengan anak asuhnya, tidak bisa tergantikan dalam hati, walaupun jauh tetap teringat.

[18]Kabudayane Isih Dianggo Yèn kowe eling nalikane caturan karo uwong mau mêsthi kowe banjur ngêrti yèn nalika sêmana apa barang kang ko wêruhi, ko kandhakake kabèh ora ana sing kaliwatan, sarta kowe ngalap sihe, lan ana apa–apa ko wènèhake, kowe wèwèh dhèwèke sing tampa, nanging dhèk samana kowe ora ngrasa, lagi saiki kowe

Masih Menggunakan Kemampuannya

Jika kamu ingat ketika berbicara dengan dia pasti kamu akan mengerti jika waktu itu hal yang kamu lihat, kamu katakan semuanya tanpa ada yang terlewati, serta kamu mengharap kasihnya, dan apapun kamu berikan, kamu memberi dan dia menerima, tetapi waktu itu kamu tidak

(29)

rumongsa, upama wong mau duwe karêp apa–apa, wong kang apês ka[19]ya kowe mêsthi tumama ketaman pangaribawane, têmah miturut sapakone, pracaya sapangucape, nglakoni sakarêpe, anggêr dhèwèke gêlêm bae mêsthi kowe kêna dirèh, awakmu kaya upamane sarèh munggèng lautan, amarga dhèwèke wêruh kowe ora, nanging nalika iku dhèwèke ora gêlêm magang–magangake, karêpe mung amrih sêngsême atimu bae, mulane mangkono, awit dhèwèke ngalingi kêkuwatane dhewe, yè-[20]n wong iku wis bisa jukuk kêkuwatanmu Magnetisme sathithik, banjur enggal lunga, kaya dene patrape kombang angingsêp sari, sawise oleh kêmbange ditinggal.

merasakan, baru sekarang kamu merasakan, seumpama orang tersebut mempunyai niat macam–macam, pasti orang tidak kuat sepertimu hanyut dalam sosok wibawanya,sengaja menurut segala perintah, percaya ucapannya, melakukan keinginannya, jika dia mau pasti kamu bisa dikendalikan, kamu seperti orang yang sabar tenggelam dilaut, karena dia tau kamu tidak, tapi ketika itu dia tidak mau menunjukan, maksudnya hanya untuk menyenangkan hatimu saja, maka dari itu, dia mencoba membatasi kekuatannya sendiri, jika orang tersebut sudah dapat mengambil sedikit kekuatan magnetismemu, lalu segera pergi, seperti kumbang yang menghisap sari, setelah mendapat bunganya lalu ditinggalkan.

IV Piwulang Kaping Têlu Panêngêrane wong kang ora

IV Pelajaran Ketiga

(30)

kadunungan Magnetisme (neet Maghnetiseh persoon ).

Apa kowe wis tau wêruh, wong kang ora kadunungan Magnetisme saiki a-[21]ku angandhakake panêngêrane wong iku supaya dadia titimbangan kang wus dak kandhakake ing ngarêp, wong kang ora duwe Magnetisme iku watake kaya sêngit ing liyan, yèn kowe wong rumasan, mêsthi mundhak sêngitmu, yèn kowe lara mêsthi mundhak kêkês atimu, yèn kowe nêmu kabêgjan, amêsthi rènggoni, wong kang mangkono iku ngriribedi, tansah sulaya panêmune.

memiliki Magnetisme (neet Maghnetiseh person )

Apa kamu sudah pernah melihat, orang yang tidak memiliki Magnetisme, sekarang saya akan mengungkapkan penanda orang tersebut agar menjadi pertimbangan yang sudah saya bicarakan didepan, orang yang tidak memiliki Magnetisme itu wataknya seperti membenci orang lain, jika kamu orang yang peka, pasti bertambah kebencianmu, jika kamu sakit pasti bertambah keras hatimu, jika kamu mendapatkan keberuntungan, pasti dipajang,

orang seperti itu mengganggu, selalu keburukan yang ada.

Watake Cariwis

Batine ora nariman, dhêmên ngobro-[22]l, anggênthong umos (wadine dhewe dikandhakake) karêpe supaya wong liya ora ngrêwangana, wong mau prasasat

Wataknya Cerewet

Dalam hatinya tidak pernah menerima, suka bicara membicarakan aibnya sendiri, maksudnya supaya orang lain dapat membantu, orang tersebut

(31)

seolah-ngawula hawa napsune dhewe, ora duwe simpênan (kêkêran), ora duwe sarèh, ora

duwe duga, dhêmên sêsêrmbanan, ora ngrêsêpake, ah wong kang mangkono iku rimukên supaya enggala lunga.

olah mengumbar hawa nafsunya sendiri, tidak ada yang disimpan (suatu hal yang rahasia), tidak memiliki kesabaran, tidak memiliki rasa waspada,suka ceroboh, tidak mengena dihati, ah orang seperti itu rayulah supaya segera pergi.

Wong mau mbosêni, kowe bungah yèn dhèwèke lunga, kowe ora tlatèn mêmorona, sabab kowe [23] ora wêruh panulake, yèn kowe wêruha, mêsthi ora mêngkono, wruhanamu yèn kowe kêkumpulan karo wong iku ora tuna, malah bathi bisa ngingsêp dayane Magnetisme wong iku.

Orang tersebut membosankan, kamu bahagia bila dia pergi, kamu tidak rutin datang, sebab kamu tidak tahu cara mengatasinya, jika tahu, pasti tidak seperti itu, kamu tahu jika kamu berkumpul dengan orang itu tidak nyaman, sebenarnya kamu beruntung bisa menghisap energi Magnetisme orang itu.

Sababe

Apa sababe dene wong kang kaya mangkono ra ngrêsêpake, sabab iku wong lugu bangêt. Iya iku wong walaka, tansah asor salawase (negatief ),wong mangkono iku kang sa-[24]lugune duwe karêp

Penyebabnya

Apa penyebab orang itu tidak menyenangkan, karena orang itu sangat lugu. Yaitu orang jujur, akan kalah selamanya (negatif), orang seperti itu sebenarnya memiliki maksud membujuk,

(32)

ambujuk, balik wong kang ahli Magnetisme, apa iya kêna ko arani juru ambujuk, o ora pisan–pisan yѐn

mangkonoa, sabab dhѐwѐke bisa mêngku

nalar-nalare, lan duwe kawruh ngêrѐh–

ngêrѐh nalar–nalar mau supaya bisa

marentah rewange jagongan. 5

kembali pada orang yang ahli Magnetisme, apa iya dapat kamu sebut sebagai juru membujuk, o jangan sekali-sekali seperti itu, karena dia bisa mengendalikan pikiran– pikirannya supaya dapat memerintah lawan bicaranya.

Kabѐh – kabѐh Ora Kabênêran

Mara dêlêngên, wong kang ora kadunungan Magnetisme, samubarange ora kabênêran, cêtha saka pangakune dhe-[25] we, sanadyanta wong mau ora rumangsa tansah apês ora pêgat pangêrsulane5, tansah kêkurangan,sabab saka dama ing budi, kang lêlarane dibuwang tanpa guna, kêkuwataning atine diocir–acir, wong kang mangkono iku prasasat diukum dening anggêr–anggêr

Semuanya Tidak Ada Yang Beres Datang dan lihatlah, orang yang tidak memiliki Magnetisme. segalanya tidak pernah beres, jelas dari pengakuannya sendiri, walaupun orang tersebut merasa tidak kuat, tidak berhenti keluhannya, selalu merasa kekurangan, karena pikiran yang dangkal, yang dibuang tidak berguna, kekuatan hatinya dibuat berantakan, orang seperti itu seperti di hukum oleh peraturan– peraturan (met), dirampas segalanya, yaitu

5 panggrêsulane L#

(33)

(met), dirampas samubarange, iya iku anggêr–anggêr ubêng cundhukke sabab lan

kadadѐyane, kang langgêng ora owah

gingsir, de onveran der lij ku met van oor-[26] zaken gevoulg. Anggêr ana mangkono

mêsthi ana mangkono, yѐn dadi mangkene

mêsthi sababe mangkene (kang nandhang paukuman iku wong kang sêpi lij dier niefs (5) bezit ?) saiki kowe wis wêruh tuladhane rong prakara parsudinên kang bêcik lan

satiti “ Bab sapisan ênggonên têturutan,

bab kang kapindho dadiya pangeling–eling

segala aturan sebab dan kejadiannya, yang bertahan tidak berubah, de onveran der lij ku met van oorzaken gevoulg. Jika ada seperti itu pasti ada seperti itu, jika menjadi seperti ini pasti sebabnya seperti ini (yang mendapat hukuman itu orang yang diam lij dier niefs (5) bezit ?) sekarang kamu sudah tahu contoh dua masalah pahamilah dengan baik dan teliti “ bab pertama pakailah sebagai pedoman, bab ke dua jadikan pengingat-ingat”

V Piwulang Kang Kaping Pat Diditan

Kapriye dadine tuladha Magnetisme [27] kêpriye ênggone matrapake awake, pitakon iki wangsulana, tuladhan mau pikirên.

V Pelajaran yang Keempat Keuangan

Bagaimana jadinya contoh Magnetisme? bagaimana caranya menyikapi diri?, pertanyaan ini jawablah, contoh tadi pikirkanlah

(34)

Angampêt Kêkarepan Iku Kêna Diarani Weya.

Aja ko kira yѐn kowe anyandhêt

kêkarêpan, banjur dadi weya, kêkarêpanmu sirna tanpa guna, iku malah kosok bali, kêkarêpanmu dadi mundhak rosa lan santosa tikêl ping sapuluh prasasat kaya kali kang dibêndung, banyune [28]

ambaludag wuwuh pandêdêle, têmahan yѐn

ana gawe parlu, kêkuwatanmu wus rosa bangêt, sêdhênge ambukak bêndungan, jêbrol, singa kang katrajang sirna larut gusis, kang rawe–rawe rantas, kang malang–malang putung kaya pangamuke satriya ing Jodhipati.

Menahan Keinginan Itu Bisa Disebut Sembarangan

Jangan kamu anggap jika kamu menahan keinginan, lalu menjadi sembarangan, keinginanmu lenyap tak berguna, itu akan berlawanan, keinginanmu akan semakin kuat dan kokoh sepuluh kali seperti sungai yang di bendung, airnya meluber sampai puncaknya, disengaja jika ada perlunya, kekuatanmu sudah sangat kuat, pas untuk membuka bendungan, jebol, singa kang katrajang sirna larut gusis, segala sesuatu yang merintangi maksud dan tujuan harus disingkirkan, seperti marahnya kesatria Jodhipati.

“Katrangan Kêkuwataning Kêkarêpan”

Kiraku kowe durung anjѐrѐng

parincining kêkuwatan mau, mara pikirên sawijining dina kowe duwe karêp, kandha

Keterangan Kekuatan Keinginan Saya kira kamu belum menjelaskan rincian kekuatan tersebut, pikirkanlah suatu hari kamu memiliki keinginan, bicara apapun dengan rekanmu, sangking kerasnya

(35)

apa–apa marang mitramu, saking kêncênging [29] karêpmu, kowe kongsi

mrêlokake golѐk tunggangan, kasusu sêlak

katêmu mitramu. Lah, kang mangkono iku apa dudu kêkuwataning ati elinga kêkuwatan mau parlu kanggo marang kowe dhewe, mulane simpênana, kêna ko anggo

yѐn ana gawe pari gawe. 6

keinginanmu, kamu sampai membutuhkan sekutu, terburu-buru karena akan bertemu rekanmu. Lah , yang seperti itu apa bukan kekuatan hati ingatlah kekuatan tersebut diperlukan untuk dirimu sendiri, maka dari itu, simpanlah, dapat kamu pakai jika ada perlu.

“Wadi”

Kali kang jêro dhewe, iya iku kang banyune antêng dhewe, sapa baya kang bi-[30]sa silêm ana ing atine wong, kang ali6

mahnitismê, ora kêna yѐn dijajagana,

mulane kowe dhewe iya kudu mawa wadi, ing samubarang gawe lan kêkarêpan aja groboh, kasusu iku niwasi dudu pangeram– eram, kang bisa narik atining manungsa wong limpat ing budi oleh pangaji–aji ora marga saka pangeram–erame, dѐn angati–

Rahasia

Sungai yang paling dalam, airnya paling tenang, siapa saja bisa tenggelam dalam hati seseorang, yang ahli magnetisme, tidak bisa ditembus, maka kamu harus punya rahasia, dalam hal apapun dan berkeinginan jangan ceroboh, buru-buru itu hal yang tidak perlu, bukan keanehan, yang bisa menarik hati manusia itu orang yang pandai dalam budinya, mendapatkan pujian bukan dari keanehan, suapaya berhati –

(36)

ati : dhuh siswaku, aja kalѐru, pepenginan

kang tanpa guna, aja kong-[31]si kauwor karo pangaji–aji kang bênêr,

Mulane mitramu sabisa bisa aja nganti wêruh watêkamu (eigenschappen) lan panêmu/ opoatting/ patrapmu kudu mangkono upamane mitramu têka ing

omahmu anggawa pawarta pêrlu ... yѐn

kowe tampa kabar kang mangkono iku kowe banjur anêlakake bangêt kagѐtmu, saiki owahana kandhane tampanana

kalawan sumѐh ing ulat, ananging kang

sareh bae, [32] ing kono mitramu mêsthi bakale eram, dene pawarta kang wus

dianggêp aѐng, tumibane marang kowe dadi rѐmѐh: maune mitramu durung tau ko

tampani kaya mangkono, lah kapriye

kadadѐyan: mitramu banjur wêruh yѐn

kowe watak anganyar–anyari, dadi kowe aga-[33]we kayungyune batine kudu wêruh

sababe: kowe saiki olѐh pangaji-aji

hati ‘ duh muridku, jangan salah, keinginan

yang tak berguna, jangan sampai kau campur dalam ajaran yang benar.

Maka temanmu sebisa mungkin jangan sampai tahu watakmu (sifat) dan pendapat/hasil/ kelakuanmu harus seperti itu seumpama temanmu datang kerumahmu

membawa kabar penting …… kalau kamu

menerima kabar yang seperti itu lalu kamu menunjukakan keterkejutanmu, sekarang ubahlah kata–katamu terimalah dengan wajah bahagia, tapi sabar saja, temanmu pasti heran, karena berita yang dianggap aneh, sampai padamu dengan mudah: sebelumnya temanmu belum pernah kamu tanggapi seperti itu, bagaimana kejadiannya: rekanmu terlanjur mengatahui bahwa kamu memiliki watak yang baru, jadi kamu membuat hatinya bahagia harus mengerti penyebabnya: kamu sekarang mendapatkan sedikit pujian, kamu seolah memyimpan

(37)

sathithik, kѐwe7

prasasat simpên wêwadi

sing dikapengeni. 7

rahasia yang saya inginkan.

“Angunjara Kêkarêpan, Parlu Kaagêm Para Agêng”

Ing layang–layang babat8, ana caritane para senapatining pêrang, nalikane kasêsêring yuda, kasupit ing babaya, kesisan wadya balane, ing kono banjur ngêtokake kasêktѐn, ajine mahni-[34] tisme, wadya bala kang wus bubar asasaran, kang nêdya malik tingal, barêng kataman ajine pangerudan, atêmah padha

kumpul manѐh pulih sêtya lan sudirane,

sêdya mangsah ing kiwul, kang duk elingi bae lêlakone sang minulya Charles Stnrat pranell wiratama tanah Yerland kang kasêbut asma raja tanpa makutha (Ongenkroon de koning ) iku kêna digawe

Menahan Keinginan, Perlu Untuk Diterapkan Para Penguasa

Pada naskah babad, ada cerita para senapati perang, ketika sedang terjadi perang yang hampir kalah, berada dalam kondisi yang membahayakan, kehabisan pasukannya, lalu disitu dia mengeluarkan kesaktiannya, ajian magnetismenya, pasukan yang sudah berantakan kemana-mana, yang sudah berniat membelot, setelah menggunakan ajian pengasihannya, mereka kumpul kembali dengan pulih kesetiannya dan kesaktiannya, dengan maksud maju perang dengan mengabdi. Ingatlah ketika apa yang dilakukan Charles Stnrat pranell prajurit hebat dari negri Yerland yang disebut Raja

7 kowe H@

(38)

tuladha tetela kabudayane mahnitismê, ana

manѐh Pra-[35]bu Napoleyon, napolion

nellington) utawa (gladstone ) ing tanah Amerikah, Yames G. Blaine iku kawêntar

bisa ngêrѐh ati lan nyawane wadya balane

ngungkuli para Senapati kang nunggal jamane Parnell mau, sanadyan karo mitrane kang rakêt bangêt iya tansah wadi, makono uga gladstone, gladstone iku

mungsuhe kongsi bisa padha wêruh yѐn

kagungan ngelmu pangerudan kang [36] samono parnell sathithik bangêt pangandikane, tansah angangkah tumibaning mangsa kala, êmpan lan papan, (altijd op het juist gekoren oogen blik) wiyosing pangandikane ora nate sara, para

luhur kang dak caritakake mau pancѐn sagêd anêntrêmake gѐgѐring wadya bala,

iya iku kabudayane ilmu mahnitismê.

tanpa mahkota (Ongenkroon de koning ), itu dapat dibuat sebagai contoh adanya Magnetisme. Ada lagi Prabu Napoleyon (napolion nellington) atau (gladstone) di negri Amerika, Yames G. Blaine terkenal bisa memerintah hati dan nyawa pasukannya melebihi pada jaman pranell. Walaupun dengan rekannya sangat dekat tetap ada rahasia yang dijaga. Begitu juga gladstone, gladstone itu para musuhnya sampai mengetahui memiliki ilmu pengasihan, begitu juga pranell, sedikit sekali bicaranya, selalu mengarahkan waktu, kondisi dan tempat (altijd op het juist gekoren oogen blik) perkataannya tidak pernah sengsara, para pembesar yang ku ceritakan itu memang dapat menentramkan pasukan yang telah kacau, itulah keunggulan ilmu magnetisme.

(39)

Liya “

Kang kudu ko elingi manѐh wong

mê-[37] nêng iku durung mêsthi yѐn ora ngrêsêpake, mung kudu angênggoni têmbung kang bênêr karo panggonane bae (het goede moele op de rechte plaats) êmpan papan, kudu kulina ngampêt basa Aerug handen heid) kudu kulina ing budi santosa stanaslig). Elinga yѐn kowe wêruh wadine mitramu, kowe prasasat duwe

kawasa, yѐn wadi mau ko bukak iku

upamane electreciteit wutuh, dadi mung aliru praba-[38]wa bae (Nerwes peling van stroomen, dêdêr dinêdêr, tarik tinarik, iya

bênêrke, we tampa, nanging duwѐkmu

dhewe uga ditampani uwong, malah

kêkuwatane dadi lѐrѐn sêdhela, balik yѐn

wadimu tansah ko kêkêr iku kowe kang narik, kowe upama wêsi brani, mitramu upama waja.

Yang harus kamu ingat adalah orang yang diam itu bukan berarti tidak bisa menyenangkan hati, hanya harus menggunakan kata yang benar dan tempatnya saja ( het goede moele op de rechte plaats) dapat menyesuaikan, harus terbiasa menahan ucapan (Aerug handen heid) harus terbiasa berbudi baik (stanaslig). Ingatlah jika kamu tahu rahasia rekanmu, kamu seolah memiliki kekuasaan, jika rahasia tadi kamu buka, itu seumpama kapasitas listrik yang utuh. Jadi hanya kalah kesaktian saja (Nerwes peling van stroomen), panah-memanah , tari- menarik itulah yang benar, sudah kau terima, tapi milikmu sendiri sudah diterima orang lain, akan tetapi kekuatannya menjadi berhenti sejenak, berbalik jika rahasiamu kamu kuasai, kamu yang akan menarik, kamu ibarat besi baja, rekanmu besi biasa.

(40)

“ Ngati–ati”

Ngati–ati iku pêrlu bangêt tumrape murid kang budine kêras lan kasusu bisa : eling-[39]a yѐn kowe lagi wiwit anglakoni kudu nganggo patrap anoraga, kudu sugih weweka duga–duga lan watara, sabab yѐn gêlarmu kawanguran, amêsthi badhar yѐn kowe ngarah sêngsêming liyan, aja katara,

dadi kowe aja kandha, yѐn kowe ora gêlêm ambalѐkake karêpmu lan angajapmu, mundhak dianggêp kang krungu, yѐn kowe

katrucut angandhakake awakmu dhewe, kowe nêrak larangane wong sinau mahnitismê, angêkêr kaanane [40] awake, sarta anuruti panggawe kang tanpa guna.

Hati-Hati

Hati-hati itu sangat diperlukan untuk murid yang berbudi keras dan terburu-buru dapat: ingatlah jika kamu sedang memualai melakukan harus menggunakan sikap rendah hati, harus kaya kehati-hatian, kewaspadaan dan praduga, sebab jika strategimu tidak tepat, pasti gagal jika kamu mengharap perhatian orang lain, jangan sampai terlihat, jadi kamu jangan katakan, jika kamu tidak ingin mengembalikan keinginanmu dan harapanmu, dapat dikira oleh yang mendengar, jika kamu kelepasan mengatakan tentang dirimu sendiri, kamu melanggar larangan orang yang sedang belajar mgnetisme, menahan dirinya, serta menuruti tindakan yang tidak berguna.

“ Anyingkirna Pagunggung “

Wong kang ahli mahnitismê ora tau ngandhakake awake dhewe, ananging

Menyingkiri Pujian

Orang yang ahli magnetisme tidak pernah mengatakan tentang dirinya sendiri,

(41)

gêmahane9 sangsaya akѐh kang gumun lan angalêm, seje karo wong kang anjarag ngatokake kapinterane, lumaku dialêm wignya.

Siswaku aku ora guru alêman, yѐn

kowe bisa tulus mangkono [41] kêna diarani wong sewu siji, lumrahe janma iku

golѐk panggunggung, akѐh sathitika iya

kapengin, sing sapa dhêmên dhewe kapengin marang pangalêm, bakal sathithik

dhewe olѐhe, sabab kêkuwatane ora

disimpên, mangka kêkuwatan mau anarik. 8

tetapi dari hal tersebut membuat orang semakin heran dan memuji,beda dengan orang yang sengaja memperlihatkan kepintarannya, agar dipuji pintar.

Muridku aku bukan Guru yang suka dipuji, jika kamu bisa tulus seperti itu, dapat dianggap orang seribu satu, umumnya orang itu mencari pujian, banyak sedikitnya pasti juga menginginkan, siapa saja yang menginginkan dipuji, akan paling sedikit yang mendapatkannya, karena kekuatannya tidak disimpan, maka dari itu kekuatan tersebut menarik.

Piwulang Kang Kaping Lima

“ Dayaning Pepenginan Marang

Pangalêm Iku Kang Gigirisi,

Patrap panyimpêne lan panganggone, sadhêngah uwong tamtu uwis padha ngrasaka-[42] ke rupane

Pelajaran Yang Kelima Energi Keinginan Terhadap Pujian

Itu yang Meresahkan

Sikap menyimpan dan

penempatannya, setiap orang tanpa terkecuali pasti sudah merasakan memiliki

(42)

kêkarêpan, upamane kapengin arêp kandha apa–apa supaya wong kang dikandhani kayungyun marang kapintêran lan kaluwihane: iku jênênge lumaku ginunggung, watak makono iku wis gawene sipat manusa malah sarta kewan ing watak mangkono.

Yѐn ana wong bisa kandha kang

bakal agawe kauntungane, apa iya bisa ngampet basane, layak banjur kasusu bae arêp carita, [43] mangkono iku sing

lumrah, yѐn ana wong satus, kang sangang

puluh sanga mêsthi mangkono: wong ora

mangêrti yѐn kenging marang pangalêm

iku sawijining kêkuwatan kang rosa bangêt, wong ora ngêrti yѐn iku bakal anjlomprongke kêkarêpane, pamikire dhewe kang nelakna kapenake, wong ora

ngêrti yѐn kêkuwatan kang angѐl panyirêpe

iku, satêmêne, inner lijke [44] strooming kang gêdhe paedahe eman dibuwanga,

keinginan, seumpama berkeinginan akan mengatakan apapun supaya orang yang diberitahu kagum terhadap kepintaran dan kelebihannya: itu namanya berjalan dalam pujian, watak seperti itu sudah menjadi manusia yang seperti hewan.

Jika ada orang bisa bicara yang akan membuat dia beruntung, apa iya dia bisa menahan ucapannya, maka dari itu dia akan selalu terburu-buru untuk bercerita, seperti itu sudah wajar, jika ada seratus orang, yang Sembilan puluh sembilan pasti seperti itu: orang yang tidak tergoda oleh kekuatan pujian itu sebenarnya adalah orang yang sangat kuat, orang tida tahu jika hal itu bisa menjerumuskan keinginannya, pemikirannya sendiri yang membuat dirinya nyaman, orang tidak tahu jika kekuatan yang sudah pengendaliannya itu sebenarnya kekuatan hati yang besar akibatnya, akan sayang jika dibuang, seumpama seperti

(43)

upama kaya dene pirantine electriciteit yѐn

dibuwanga mêsthi karosane suda akѐh.

kapasitas listrik, jika dibuang pasti kekuatannya berkurang banyak.

“ Panulaking Sambekala “

Muga elinga he siswaku, cathêtên karêpmu marang pangalêm, sanadyan

mung rѐmѐh bae yѐn rêkasa panyirêpmu, prasabêna yѐn kowe duwe kêkuwatan sing

luwih rosa, tangga ora gêlêm kêkumpul

karo mungsuhe, [43] yѐn kêkuwatan mau

têrus mênangi amêsthi kowe kang nyirik.

Mencegah Kejahatan

Maka ingatlah hai siswaku, catatlah keinginanmu terhadap pujian, walaupun hanya sepele jika memberatkan yang kau pahami, berjanjilah jika kamu memiliki kekuatan yang lebih kuat, tetangga tidak mau berkumpul dengan musuhnya, jika kekuatan tersebut terus memenangkan dirimu, pasti akan kamu jauhi.

“ Ora Suwe Bakal Ketara Bedane, Yѐn wus ko lakoni amêsthi bakal wêruh bedane, rumangsa yѐn awakmu aji,

pangkatmu mundhak, rumangsa duwe pangawasa, sabên–sabên kowe nyandhêt kêkarêpamu, kowe bisa ngrasakake sajrone bali rasamu (zenumen) banjur kowe wêruh

Tidak Lama Akan Terlihat Perbedaannya

Jika sudah kau lakukan, pasti akan kau ketahui perbedaannya, merasa jika dirimui penting, jabatanmu akan naik, merasa memiliki kekuasaan, setiap kamu memiliki keinginan, kamu dapat merasakan

(44)

patrape wong liya, sai-[44]ki seje marang kowe, sangsaya mundhak têmêne ana kang omahmu, kaanan mangkono iku bisa lulus,

malah bisa wuwuh, yѐn kowe tansah eling

pathokane anyandhêt kêkarêpan, mitramu arahên kayungyun, ananging sing aja ngêtarani. [45]

semua yang ada pada dirimu kembali (zenumen) lalu kamu mengetahui sikap orang lain, sekarang berbeda denganmu, semakin menjadi dalam rumahmu, keadaan seperti itu dapat lulus, bahkan bisa bertambah, jika kamu selalu ingat patokannya menghalangi keinginan, rekanmu buatlah terpesona, tetapi jangan sampai terlihat.

Pengin utawa kêkarêpan iku sawijining kêkuwatan, kêkuwatan iku tamakna marang wong liya, kowe

sumurupa yѐn kêkuwatan iku ana kang

positief ana kang negatief kêkuwatan mau tansah arêp kumpul karo mungsuhe, (positief) upama kaya dene pucuking (pool) wêsi brani positief anarik marang pucuking wêsi brani liyane, pucuking negatief murid–murid kang isih mamang marang pitutur iki, [46] dak kandhani bab wong

Ingin atau keinginan itu menyatu dengan kekuatan, kekuatan itu tekankanlah pada orang lain, kamu pamahilah jika kekuatan itu ada positif dan ada yang negatif, kekuatan tersebut selalu ingin berkumpul dengan musuhnya, (positif) ibarat seperti ujung (pool) besi baja, positif menarik ujung besi baja yang lain, ujung negatif murid-murid yang masih samar terhadap nasihat ini, saya beri tahu bab tentang orang yang suka mabuk, siapa yang

(45)

kang dhêmên mêndêm, sapa baya kang bisa nyêgah kêkarêpane kajaba sarana

kêkuwatan iki, yѐn wis kataman daya

mahnitismê, amêsthi kutub. 9

bisa mencegah keinginannya kecuali karena kekuatan ini, jika sudah memahani energi magnetisme, pasti kutubnya.

“ Amêruhi Kêkuwatan kang

Migunani.

Kowe wus sumurup paedahe ngampêt basa, anyandhêt gawe kang tanpa guna, sumurupa yè10 ambujuk kêkarêpan kang kaliru ambrêkati (Zoggen ) wong kang wis têdhas sinaune ngelmu mahnitismê, [47] amêsthi dhêmên marang pambujuk mau, sabab dhѐwѐke wis wêruh,

yѐn angumpulake kêkuwatan iku

angundhakake karosane = resereve baterij

sajroning atine, ananging yѐn nuruti

karêpan iku upamane kaya gêni diunduri karosane sirêp, baterij ning ati iku mangkene.

“Mengetahui Kekuatan yang

Berguna

Kamu sudah mengetahui manfaatnya menahan ucapan, menahan perbuatan yang tidak berguna, ketahuilah bila mempengaruhi keinginan yang tidak diberkahi ( Zoggen), orang yang sudah mampu mempelajari ilmu magnetisme, pasti senang terhadap pengaruh tersebut, sebab dia sudah mengetahui, jika mengumpulkan kekuatan tersebut akan meningkatkan ketangguhannya (resereve baterij) dalam hatinya, akan tetapi jika menuruti keinginan itu ibarat seperti api diunduri karosane sirêp, daya dalam hati itu seperti ini.

10 yèn ambujuk H@

(46)

“reka daya kang prayoga dhewe

kangumpulake kêkuwatan,

“ seolah seperti perbuatan yang baik dirinya mengumpulkan kekuatan”

Ing kono uga awѐh katrangan [48]

rekane ngumpulake kêkuwatan, upamane kowe duwe kêkarêpan apa–apa, kêkarêpan mau kêkuwatane arêp ko lebokake ing sajroning wadhahmu, iku esthinên sajro atimu, kambi narik napas kang jêro nanging kang alon, sakuwate napasmu watara 8 sêkon, sajrone narik napas mau,

kowe ngucapa sajroning ati ‘aku

angumpulake kang kêkuwatane

kêkarêpaku, kumpula [49] ana ing aku.’

Banjur mêgêng napas suwene 8

sêkon, karo angѐsthi têmbung mangkene, ‘aku sumurup, yѐn aku angumpulake kêkuwatan mau, sarta aku sumurup yѐn

kêkuwatan mau sabanjure têtêp dadi

duwѐkku.’

Saiki napasmu wêtokna kang alon

Di situ juga diberi keterangan guna mengumpulkan kekuatan, ibarat kamu memiliki keinginan apapun, keinginan tersebut kekuatannya akan kamu masukan dalam tempatmu, hal itu pikirkan dalam hatimu, sembari menarik nafas yang dalam namun perlahan, sekuat kamu menarik nafas sekitar 8 detik, saat menarik nafas, kamu

ucapkan dalam hati ‘ aku mengumpulkan

kekuatan keinginanku, berkumpulah

padaku.’

Setelah itu tahan nafas selama 8

detik, sambil pikirkan kata seperti ini ‘aku

mengetahui jika aku mengumpulkan kekeuatan tersebut, dan aku mengetahui jika kekuatan tersebut setelah ini akan tetap

menjadi miliku.’

(47)

sarta ajêg, karo anganggit têmbung

mangkene, ‘saiki aku wis duwe ukuran lan

timbangan kang rêsik, kanggo angukur [50] lan nimbang kêkuwatan mahnitismê kang

wus dak kumpulake mau, yѐn perlu, patrap

makono mau iku amba lan wanti-wanti.

perlahan dan teratur, dan membuat kata

seperti ini ‘ sekarang aku sudah memiliki

ukuran dan timbangan yang bersih untung mengukur dan menimbang kekuatan magnetisme yang sudah ku kumpulkan, jika memerlukan, sikap seperti itu luas dan berpesan.

“ Kowe ngangkat awakmu

ngungkuli sarupane panggodha. Aku arêp anêrangake marang kowe, supaya kowe bisa nêlukake sakѐhing panggodha. Rampasên kêkuwatane kumpulna karo duwekmu, dadi kowe bisa unggul, ngalahake panggodha mau.

[51] Murih têrange manѐh,

panggodha iku tak upamakake mrêcon, (bom) tiba ana ing sandhingmu, sumbune

wis murub, sarѐh ning kowe uwis sumurup

patrape utawa pasang rakiting sumbu, dadi

kowe ora kewran manѐh, sumbune enggal

“ Kamu Membawa Dirimu Melebihi dari Godaan”

Saya akan menjelaskan padamu, supaya kamu dapat menaklukkan banyak godaan. Rampaslah kekuatannya, kumpulkan dengan yang kamu miliki, maka kamu bisa unggul mengalahkan godaan tersebut.

Lebih jelasnya lagi, godaan itu saya ibaratkan petasan (bom) jatuh disampingmu, sumbunya sudah menyala, kamu sudah tahu hal tersebut atau letak sumbu, maka kamu tidak akan panik, segera potonglah sumbu

(48)

jabudên, dadi mrêcon ing saiki katêkêm ing pangusamu11 , kêna ko gawe

sakarêp-karêpmu, balik yѐn kowe ora ngêrti

amêsthi mrêcon iku ko umbar anjêblos, [52] niwasi marang awakmu.

10

tersebut, maka petasan tersebut saat ini dalam kekuasaanmu, dapat kamu buat semaumu, lain cerita jika kamu tidak tahu, sudah pasti petasan tersebut kamu biarkan meledak mengenai dirimu.

Piwulang Kang Kaping Pitu Bisane Kêlakon, Kudu Ana

Antaraning Mangsa.

Kiraku ana sawѐnѐh ing murid kang duwe panêmu yѐn piwulang ing ngarêp mau sawangane kaya rѐmѐh bae, yѐn ana calathu mangkono bakal dak

wangsuli, coba turutên pathokkan iku,

banjur dêlêngên, ora ana manѐh lakune

sinau. Yѐn ana wong kudu bisa sa-[53] nalika mêsthi kaluru, piwulang iki nuduhake pathokan, patrape sinau, supaya bisa widagdi tanpa papalangan apa–apa,

upamane tatanduran yѐn ing srêngenge,

Pelajaran yang Ketujuh Dapat Terlaksana, Harus Berada

Diantara Musim

Menurutku ada murid yang memiliki pendapat jika pelajaran didepan tersebut kelihatan remeh, jika ada ucapan seperti itu

akan ku jawab ‘coba lakukanlah patokan

tersebut, selanjutnya lihatlah, tidak ada lagi pembelajaran. Jika ada orang yang harus bisa seketika itu, pasti masih dapat digoyahkan. Pelajaran ini menunjukkan patokan perilaku belajar yang benar supaya dapat menjadi besar tanpa halangan apapun, ibarat tanaman yang terkena sinar matahari,

11 panguasamu A#

(49)

dadi lan sêgêre ananging apa bisa kêmbang sanalika/ mêsthi ora, bisane kudu ana antaraning mongsa, mangkono uga murid basane iya ana antaraning mongsa, ora liwat tatanduran mau kudu ana antaraning mongsa, mangkono murid, yѐn wis katam-[54]pa piwulang katrangane piwulang iki dhamang, bisa uga si murid anarik paedah ing piwulang bisa uga mundhak kabisane.)

akan tumbuh dengan baik, tetapi apakah dapat berbunga saat itu juga / pasti tidak, harus berada diantara musim, begitu juga murid, harus berada diantara musim, tidak lupa tanaman tersebut harus berada diantara musim, seperti itu murid, jika sudah menerima pelajaran keterangan dari pelajaran ini benar-benar mengerti, dapat juga si murid menarik manfaat dari pelajaran, bisa juga bertambah kemampuannya.)

Uga Sanalika Iku Ana Pratandhane Sawêtara.

Lumrahe sajroning siji limang dina wis ana tandhane katarima, iya iku rumongsa mundhak Eigenwoorde lan verbouwen sadhela êngkas banjur awake karasa kuwagang utak lan tali rasane kêbak, kamangkono iku dhasar sanyatane oraa mung katon bae.

Seketika Itu Juga ada Pertandanya Sementara

Umumnya, satu diantara lima hari sudah terlihat tanda penerimaan, yaitu merasa bertambah (Eigenwoorde lan verbouwen), sebentar lagi badannya berasa menduga otaknya dan lupa rasanya penuh, seperti itulah kenyataannya bukan hanya yang terlihat saja.

(50)

[55] Upamah

Mara titѐnana yѐn kowe katêmu

mitramu, upama si suta salawase si suta iku

kaduk sêmu eram, yѐn angrungu caritamu

apa–apa, ananging saiki ora. Supaya kowe wêruh sababe, patrapmu dhewe kudu ko

titѐni. Amêsthi kowe banjur ngêrti, yѐn si

suta mau mêsthi tompa (ontongen de batterij) kowe mêsthi tobongan, (Vo) sarta ka- [56] rosanmu tansah suda, marga saka le mu nuruti kakarêpan, lah apa bisa marêm atimu, ora, lah apa kang ko karêpake mau katêkan, iya katêkan, ananging apa timbang karo kangѐlane, ora, saiki kowe ngêrti sababe parlu simpên kukuwatan, si suta angrampas kukuwatanmu, kowe ora bisa malês.

Ibaratnya

Perhatikanlah jika kamu bertemu rekanmu, seumpama si anak selamanya si anak itu heran berlebihan jika mendengar apapun ceritamu, tetapi sekarang tidak. Supaya kamu mengetahui penyebabnya, sikapmu sendiri harus kamu perhatikan. Pasti kamu sudah mengetahui jika anak tersebut pasti menerima (ontongen de batterij) kamu pasthi sedikit terbakar, (Vo), dan ketangguhanmu berkurang, karena kamu terlalu menuruti keinginan, ‘nah apa bisa puas hatimu?, tidak, nah apa yang kamu inginkan tadi tercapai?, ya tercapai, tetapi apakah imbang dengan kesulitannya?, tidak, sekarang kamu mengerti perlunya menyimpan kekuatan!, si anak tersebut merampas kekuatanmu dan kamu tidak dapat membalas!.

(51)

Wruh anamu kalѐru lakumu, elinga ma-[57]rang piwulang kang tak sêbutake ing ngarêp, si suta mau singkirna, banjur kowe mêmpênga nglumpuk kakuwatan kang wus ko ocar–acir biyѐn,yѐn ana apa– apa dadi sênênga atimu, wadinên, simpênên kang parimpên, sawangane kaya gampang, ananging kowe wis kulina ngocar- ngacirke gênimu nuruti ardaning

atimu, dadi angѐl, sadhela bae ilang

prayitnamu, satêmah larut dayaning mahnitmu, simpênana kakarêpaning raga, aja beda karo kakarêpaning ati, [58] kang mangkono iku ora mêtu saka piwulang

jaman kuna bae, ananging pancѐn cocog

karo kawruh jaman saiki, ing wêwaton

pathokkan kang gumathok, bab dayane inner lijke stroominge iku lakonana ora

angѐl, anggêre ngêrti têmênan, kêkuwatan mau êpѐkên dadi duwѐkmu, banjur têlukna,

amêsthi kêna ko anggo sakarêp–karêpmu.

Mengetahui dirimu salah dalam lakumu, ingatlah pada pelajaran yang aku sebutkan didepan, anak tadi jahuilah, lalu kamu tekunlah mengumpulkan kekuatan yang kamu hilangkan, jika ada apa-apa maka bahagia hatimu, rahasiakan, simpan rapat-rapat, kelihatanya seolah mudah, tetapi kamu sudah terbiasa membuang-buang apimu menuruti keinginan hatimu, maka sulit, sebentar saja akan hilang kehati-hatianmu, sehingga berkurang daya magnetmu. Simpanlah keinginan ragamu, jangan berbeda dengan keinginan hati, yang seperti itu tidak lepas dari pelajaran jaman kuna, tetapi memang cocok dengan pengetahuan jaman sekarang. Berada dalam patokan yang jelas, tentang energi kekuatan hati itu lakukanlah, tidak akan sulit jika mengerti benar-benar kekuatan tersebut, ambilah menjadi milikmu, lalu taklukanlah. Pasti dapat kamu pakai semaumu.

(52)

Piwulang Kang Kaping Wolu. Bab Sinaune.

Kiraku ana murid kang bakal takon, mangke-[59]ne, upami kula sampun sagêd anêlukakên kukuwatan mau, sagêd kula gadhah pikajêngan, ardaning pikajêngan wau sampun kula sabili sarta pangaribawane kula pêndhêt kula kêmpalakên, kados pundi kadadosanipun.

Pangaribawa (geestleracht) kang wus kumpul ana kowe, narik jodhone kang dumunung ana wong liya, kaya dene positieve electri citeit narik, negatif malah

panarike mau ora ko sêdya, kêdhѐping [60]

netramu, solah pakartimu salin ora ko

jarag, samubarang bêcike ko golѐki biyѐn,

ora katêmu, saiki têka dhewe tanpa karana, wis mêsthi têka sabab wus mangkono lakune anggêr–anggêr, yѐn wis têka poma

Pelajaran yang Kedelapan Bab Belajarnya

Dugaanku ada murid yang akan

bertanya seperti ini, ‘seandainya saya sudah

dapat menaklukan kekuatan tersebut, dapat saya memiliki keinginan?, hawa nafsu keinginan tersebut sudah saya kendalikan,serta kewibawaannya saya ambil,saya kumpulkan, bagaimana kejadiannya.

Kesaktian (geestleracht ) yang sudah berkumpul padamu, menarik jodoh yang seharusnya ada pada orang lain, seperti kapasitas listrik positif menarik negatif, penarikannya tidak kamu rencanakan. Kedhipan matamu, pekertimu yang tidak kamu sengaja, bandingkan kebaikan yang kamu cari dahulu, tidak akan kamu temukan. Sekarang datang dengan sendirinya tanpa sebab. Sudah pasti datang,

(53)

ja kasusu, yѐn kasuwѐn têkane poma aja nggrêsula.

sebab sudah seperti itu jalannya aturan-aturan. Jika sudah datang masanya jangan terburu-buru, jika terlalu lama datang masanya jangan mengeluh.

Ana Tondha Yêktine

Yѐn ngelmu mahnitisme

mungguhing tanduran wis wiwit rêmbyung, ana tondha yêktine, mripatmu wu-[61]wuh bêning, guwaya wuwuh gumilang, yѐn lumaku wuwuh brêgas, ora duwe pasêmon wêdi, uwas, ewuh, pakewuh, sumêlang, ribêd, ora lawas wong mau bisa mapan pangitis–itisa marang kêkêraning kodrat manusa (hig is met bange ongelijk kig mikpeent vande geheime krachten der manschelijh natuur) wong mau kêna diarani kukuwatan kang thukul saka dayane dhewe, jagad katon padhang, suwe–suwe wong mau anglakokake ajine [62]

pangaribawa, sarѐh ning dhѐwѐke wêruh

Ada Tanda Nyatanya

Jika ilmu magnetisme adalah tanaman, sudah mulai rindang, ada tanda nyatanya, mata kamu bertambah bening, cahaya wajah bertambah bersinar, jika berjalan semakin terlihat gagah, tidak memiliki rasa takut, khawatir, tidak enak hati, ragu, susah, tidak lama orang tersebut dapat masuk dalam hal yang rahasia dalam kodrad manusia (hig is met bange ongelijk kig mikpeent vande geheime krachten der manschelijh natuur), orang tersebut dapat disebut dengan kekuatan yang muncul dari energinya sendiri. Dunia terlihat terang, lama-kelamaan orang tersebut menggunakan ilmu kesaktian, karena dirinya melihat sendiri,

Gambar

Gambar 10. Judul Cover Naskah  b. Nomor Naskah
Gambar 12. Tinta teks yang tembus
Gambar 13. Penggunaan huruf latin  b. ditulis dengan pena.
Gambar 19. Pengaturan ruang tulisan dengan taling ( [  )  ganda.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, tingkat superelevasi 12 % tampaknya mewakili nilai maksimum praktis dimana salju dan es tidak ada.Laju superelevasi 12 % dapat digunakan pada

Sumber dasar dari data tenaga kerja adalah data Sumber Daya Manusia pada.. Perencana dapat menggunakan inventarisasi ini untuk menentukan kebutuhan jangka panjang

c) Melakukan clustering data menggunakan algoritma SOM. Dilakukan proses klaster dengan menentukan jumlah klaster sebanyak 2 sampai dengan 10. Kemudian dilakukan

Menimbang: a.Bahwa dalam rangka menindak lanjuti keputusan Walikota Serang Nomor 042/Kep.280-Huk/2019 tentang Pedoman Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi Publik

Hasil observasi ditemukenali sebagian besar jaringan jalan belum dipasang rambu-rambu lalu lintas, sebagai penanda lokasi-lokasi rawan, fasilitas umum dan lain sebagainya,

Berdasarkan data pangsa pasar dan tren di atas, maka dapat dilihat bahwa Indonesia memiliki peluang besar untuk meningkatkan ekspor produk udang ke pasar Uni Eropa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perusahaan yaitu pengetahuan, wawasan tentang teori-teori, praktik mengenai peranan pengendalian internal dalam

Rosmadewi, A.N., 2010, Studi Kemampuan Adsorpsi Zeolit Alam Terimobilisasi Dithizon terhadap Ion Logam Cd(II) bersama-sama Ion Logam Mg(II) dan Cu(II), Skripsi, Jurusan