26
Analisis data SKM dibagi menjadi dua bagian, yaitu kajian filologis dan kajian isi. Kajian filologis dilakukan untuk mendapatkan suntingan teks Naskah SKM yang bersih dari kesalahan sesuai dengan cara kerja Filologi. Kajian isi dilakukan untuk mengungkapkan isi Mahnitisme dalam naskah SKM.
A. Kajian Filologi
Kajian filologi meliputi: deskripsi naskah, transliterasai, kritik teks, suntingan teks dan terjemahan. Berikut ini uraian masing-masing langkah tersebut.
1. Deskripsi Naskah
Deskripsi naskah merupakan gambaran singkat serta rincian tentang kondisi fisik dan garis besar isi naskah . Hal–hal yang di maksud adalah sebagai berikut: 1) Judul naskah, 2) nomor naskah, 3) tempat penyimpanan naskah, 4) asal naskah, 5) keadaan naskah, 6) ukuran naskah, 7) tebal naskah, 8) jumlah baris per halaman, 9) huruf, aksara, tulisan, 10) cara penulisan, 11) bahan naskah, 12) bahasa naskah, 13) bentuk teks, 14) umur naskah, 15) pengarang atau penyalin, 16) asal usul naskah, 17) Fungsi sosial naskah, 18) ikhtisar teks atau cerita. Dalam penelitian ini tidak semua aspek dipakai dalam pendeskripsian naskah SKM. Aspek yang tidak dipakai adalah fungsi sosial naskah. Berikut ini deskripsi naskah SKM.
a. Judul Naskah
Naskah Sêrat Kawruh Mahnitismê, naskah ini terdapat dalam bendel naskah yang berjudul Sêrat Kawruh Mahnitismê Saha Sanaprabu (disingkat SKMSS)
Judul terdapat pada cover Naskah SKMSS, yaitu tertulis Sêrat Kawruh Mahnitismê Saha Sanaprabu. Dalam bendel naskah ini terdapat dua teks yaitu Sêrat Kawruh Mahnitismê dan Saha Sanaprabu yang tampak dalam gambar berikut.
Gambar 10. Judul Cover Naskah b. Nomor Naskah
Nomor naskah berdasar katalog lokal Perpustakaan Sasanapuataka Kraton Kasunanan Surakarta, yaitu bernomor 251 Ha dan berdasar katalog Nency K.Florida, yaitu bernomor KS 379.
c. Tempat Penyimpanan Naskah
Naskah di simpan di Perpustakaan Sasanapustaka Kraton Kasunanan Surakarta. Cap Perpustakaan Sasanapustaka yang terdapat dalam naskah, sebagai tampak dalam gambar berikut.
Gambar 11. Cap Perpustakaan Sasanapustaka Kraton Surakarta Hadiningrat.
d. Asal Naskah
Tidak diketahui dari mana asal muasal naskah SKM.
e. Keadaan Naskah
Naskah masih utuh, dalam keadaan baik, lembaran–lembarannya masih lengkap. Aksara dapat terbaca dengan baik. Kertas berwarna kekuningan. Jilidan naskah masih baru dan masih utuh. Ada tinta teks yang tembus ke halaman berikutnya.
f. Ukuran Naskah
1. Ukuran Lembaran Naskah
panjang x lebar : 21.5 cm x 18 cm margin atas : 1 cm margin bawah : 2.5 cm margin kanan : 2 cm margin kiri :1 cm 2. Ukuran Kertas : 20,8 cm x 17,5 cm 3. Ukuran Teks : 17.3 cm x 14.5 cm g. Tebal Naskah
Tebal naskah adalah 125 halaman , terdisi atas:
a. naskah SKM : 113 halaman
b. naskah SS : 10 halaman
terdapat 3 halaman kosong sebelum halaman 1, halaman 114 dan halaman 125
h. Jumlah Baris Perhalaman
i. Huruf
a. jenis tulisan aksara Jawa carik (tulisan tangan) dan beberapa huruf latin berbahasa Belanda. Pada teks halaman pertama terdapat kata yang ditulis dengan tulisan latin berbahasa Belanda, sebagaimana tampak dalam gambar berikut.
Gambar 13. Penggunaan huruf latin
b. ditulis dengan pena.
c. ukuran huruf sedang, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
d. bentuk huruf ngetumbar
e. hurufnya rapi dan mudah dibaca
f. jarak hurufnya agak renggang
h. warna tinta yang di gunakan adalah tinta warna hitam, namun pada cap Perpustakaan Sasanapustaka ada yang menggunakan tinta warna merah, biru dan hitam.
i. Tanda baca dalam bahasa Jawa, yaitu penanda awal kalimat atau adêg–adêg( . ), koma atau pada lingsa (, ), titik atau pada lungsi (; ), penanda huruf mati atau pangkon (/ ).
Gambar 15. Penanda awal kalimat atau adêg-adêg
Gambar 16. Penanda koma atau pada lingsa (, )
Gambar 17. Penanda titik atau pada lungsi (; )
Gambar 18. Penanda huruf mati atau pangkon(/ ) j. Cara Penulisan
a. Pemakaian lembaran naskah untuk tulisan: naskah ditulis secara bolak balik pada bagian muka dan belakang (recto dan verso).
b. Penempatan tulisan pada lembaran naskah: teks ditulis dari kiri ke kanan. Kemudian dilanjutkan pada baris di bawahnya. Begitu seterusnya. Pada tepi teks diberi garis tegak lurus vertikal.
c. Pengaturan ruang tulisan
Teks dibatasi dengan margin kiri dan kanan. Penulis sangat memanfaatkan halaman secara maksimal. Pada saat teks belum selesai, tetapi baris teks sudah sampai garis tepi, maka ada aksara pasangan atau suku kata yang di tulis untuk mengisi ruang kosong diakhir baris. Dengan demikian ditemukan aksara pasangan atau suku kata ganda. Contohnya penulisan taling([ ) pada kata wong ‘pangkal’, sebagaimana tampak pada gambar berikut.
Gambar 19. Pengaturan ruang tulisan dengan taling ([ ) ganda.
d. Penomoran halaman
Penomoran halaman meggunakan angka Jawa terletak di tengah atas.
a. Jenis naskah adalah kertas buku bergaris tanpa cap ( water mark). Berikut ini gambar kertas yang digunakan.
Gambar 21. Jenis kertas buku bergaris
b. Kualitas kertasnya agak tipis dan masih baik
l. Bahasa naskah
Bahasa yang digunakan adalah ragam ngoko dan bahasa Belanda.
m. Bentuk teks
Teks berupa prosa ( gancaran ).
n. Umur Naskah
Tidak ada informasi mengenai umur naskah.
o. Penyalin
Tidak ada informasi tentang penyalin naskah.
p. Asal Usul Naskah
Tidak ada informasi tentang asal usul naskah.
Teks ini berisi tentang kekuatan yang ada dalam diri manusia yang disebut Magnetisme, yaitu kekuatan hati atau kekuatan batin. Dalam naskah SKM ini terdapat tigabelas piwulang ‘ajaran’. Dalam naskah ini juga dijelaskan beberapa cara mempelajari dan pengaplikasian ilmu magnetisme.
2. Kritik Teks
Kritik teks adalah menempatkan tempat pada teks yang sewajarnya, memberikan evaluasi terhadap teks, meneliti atau mengkaji lembaran bacaan naskah, lembaran bacaan yang mengandung kalimat atau rangkaian kata–kata tertentu (Paul Maas, dalam Darusuprapta 1984:20). Dalam kritik teks, diusahakan untuk mengembalikan teks ke dalam bentuk yang mendekati asli. Walaupun teks yang autentik jarang ditemukan, namun setidaknya dapat mencapai ketetapan teks yang dianggap dekat dengan aslinya.
Dalam kritik teks biasanya ditemukan kesalahan–kesalahan, dan kesalahan–kesalahan tersebut dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu:
1) Hiperkorek : yaitu perubahan ejaan karena pergeseran lafal.
2) Lakuna : yaitu bagian yang terlewati atau terlampaui baik suku kata, kata dan kelompok kata.
3) Adisi : yaitu bagian yang kelebihan atau terjadi penambahan baik suku kata, kata dan kelompok kata.
4) Ketidakkonsistenan penulisan : yaitu ketidakkonsistenan pemakaian huruf dan penulisan kata dalam naskah.
Untuk memudahkan dalam penulisan kritik teks akan digunakan tanda agar memudahkan dalam penamaan. Berikut tanda-tanda yang digunakan.
H : menunjukkan bahwa teks termasuk dalam jenis varian Hiperkorek
L : menunjukkan bahwa teks termasuk dalam jenis varian Lakuna
A : menunjukkan bahwa teks termasuk dalam jenis varian Adisi
@ : menerangkan bahwa edisi teks didasarkan pertimbangan konteks isi.
# : menerangkan bahwa edisi teks didasarkan pertimbangan linguistik.
Berikut ini adalah uraian–uraian mengenai segala kesalahan yang terdapat dalam teks.
a. Lakuna
Lakuna adalah kelainan bacaan yang disebabkan oleh bagian teks yang hilang atau berkurang. Pengurangan itu dapat berupa pengurangan huruf, suku kata, kata, frasa, kalimat, ataupun pengurangan paragraf. Varian lakuna ini akan disajikan dalam tabel 1 berikut ini.
Tabel 1
Lakuna dalam naskah SKM
N o
Hal / brs
1 3/9 Ka kapisan Kang kapisan L@ 2 8/1 ali ahli L@ 3 16/3 agêr anggêr L@# 4 25/2 -3 pangêrsula-ne panggrêsu-lane L# 5 30/ 1 ali ahli L@ 6 47/1 pabujuk pambujuk L# 7 51 / 8 pangusamu panguasa-mu L# 8 74/ 1
o bisa ora bisa
L@
9 74/ 10
agugulang
10 99/4 kangèlamu kangèlanmu L# 11 112/ 4-5 Kêkuwata-mu kêkuwatan-mu L# b. Adisi
Adisi adalah varian yang disebabkan oleh penambahan teks. Penambahan itu dapat berupa penambahan huruf, suku kata,kata, frasa, kalimat, ataupun penambahan paragraf. Adisi yang ditemukan, disajikan dalam Tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2
Adisi dalam Naskah SKM
N o
Hal/ brs
Kata Gambar Edisi
1 103/ 3 mangko-kono mangkono A# c. Hiperkorek
Hiperkorek adalah kelainan bacaan yang disebabkan oleh kesalahan pelafalan. Varian hiperkorek ini akan disajikan dalam Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3
Hiperkorek dalam Naskah SKM
N o
Hal/ brs
Kata Gambar Edisi
1 33/ 3 kewe kowe H@ 2 33/ 7 babat babad H# 3 40 / 5 gêmahane têmahane H@ 4 46 / 9
yè ambujuk yèn
ambujuk H@ 5 69/ 7 layangamu bayangan -mu H@ 6 71/ 5 mahnetis-mê mahnitis-mê H# 7 73/7 imamalat-sih amêmalat -sih H@
8 78/1 -2 mahnetism-ê mahnitis-mê H# 9 82/9 ngranggoni ngrêngg-ani H@ d. Ketidakkonsistenan Penulisan
Dalam naskah SKM ini ada beberapa naskah yang ditulis tidak konsisten, yaitu: 1. Penulisan kata ‘denning’pada halaman 2 baris 11 dan ‘dening’ pada halaman 7 baris 5.
Gambar 20 dan 21 Penulisan ketidakkonsistenan kata dening
2. Penulisan morfem ‘tak’ pada halaman 6 baris 7 dan morfem ‘dak’ pada halaman 8 baris 9-10.
Gambar 22 dan 23 Penulisan morfem tak dan dak
Gambar 24 dan 25 Penulisan kata ali dan ahli e. Bahasa Lain yang Ditulis Dengan Huruf Jawa
Gambar 26. Penulisan kata serapan bahasa Indonesia ‘telegram’
Gambar 27. Penulisan kata serapan bahasa Arab ‘ taklim’
2. Suntingan Teks dan Terjemahan
1. Dalam naskah SKM ini perlu diadakan suntingan karena untuk memudahkan pembaca dalam memahami, apalagi dalam naskah SKM ini tidak murni berlatar belakang Jawa. Maka dari itu perlu penjelasan menurut tata aturan bahasa Jawa. Pada naskah SKM ini juga perlu dilakukan transliterasi. Translitersi adalah penggantian huruf kehuruf yang lain tanpa merubah makna bentuk asli agar memudahkan pembaca.
2. Setelah melakukan transliterasi, penulis melakukan kritik teks. Metode yang digunakan adalah metode biasa atau standar karena naskah SKM ini termasuk naskah tunggal dan juga bukan cerita yang sakral.
3. Dalam suntingan teks kelompok kata atau kata yang kurang tepat sengaja dibiarkan sesuai aslinya dan akan diberi nomor kritik atau tanda bahwa kata tersebut telah dievaluasi. Selanjutnya akan dilakukan aparat kritik untuk mencantumkan hasil evaluasi. Pencantuman tersebut dilakukan dibawah suntingan teks atau biasa disebut catatan kaki. Ini dilakukan untuk mempertahankan teks aslinya untuk membebaskan pembaca dalam menanggapi sendiri naskah SKM tersebut.
Untuk itu, penulis menggunakan tanda–tanda atau pedoman dalam penyajian suntingan teks ,berikut pedoman yang digunakan.
1. Jika ditemukan kesalahan pada kata yang sama, dalam kritik teks semua yang dianggap salah diberi nomor. Setelah itu langsung dilakukan penyuntingan.
2. Jika ditemukan dwilingga salinswara seperti dalam kata ‘ wuwulang’ terdapat di
halaman , maka dalam transliterasinya langsung ditulis ‘wêwulang’ Gambar 28. Penulisan kata yang tergolong dwilingga salinswara
3. Sastra laku misalnya pada kata ‘denning’ disunting langsung menjadi ‘dening’
Gambar 29. Penulisan kata yang mengandung sastra laku,
Untuk memudahkan pembaca, maka di dalam teks akan diberikan keterangan– keterangan sebagai berikut :
1. Angka Arab 1,2,3,4,5,dsb yang ditulis di kanan atas, digunakan untuk menunjukkan adanya kesalahan pada teks tersebut.
2. Angka Arab [1,2,3,4…..] ditulis disebelah kiri sejajar dengan huruf digunakan untuk menunjukkan pergantian halaman.
3. Penanda @ menerangkan bahwa edisi teks di pilih berdasarkan pertimbangan konteks isi.
4. Penanda # menerangkan bahwa edisi teks di pilih berdasarkan pertimbangan linguistik.
5. Tanda /e/ digunakan untuk menandai vokal e yang dibaca [e] seperti pengucapan kata kowe dalam bahasa Jawa dan kata ‘sate’ dalam bahasa Indonesia.
6. Tanda diakritik /ê/ digunakan untuk menandai bunyi vokal e yang dibaca [ə] seperti
pengucapan kata têmah dalam bahasa Jawa dan pengucapan kata ‘sebah’ dalam bahasa Indonesia.
7. Tanda diakritik /è/ digunakan untuk menandai bunyi vokal e yang dibaca [ ] seperti
pengucapan kata akèh dalam bahasa Jawa dan pengucapak kata ‘sukses’ dalam bahasa Indonesia.
Berikut ini adalah penyajian suntingan teks dan terjemahan naskah SKM yang disertai edisi kritis serta variannya.
A. Suntingan Teks dan Terjemahan Teks
TEKS SKM TERJEMAHAN
I [1] Bêbuka
Manusa iku duwea kang bisa anggѐndѐng marang kapitayan, rêsêp lan katrêsnan ing liyan, daya iku diarani Persoonlijk Magnetisme
Pembukaan
Manusia itu hendaknya memiliki sesuatu hal yang dapat menjunjung tinggi suatu kepercayaan, senang dan mencintai sesama, daya tersebut dinamakan magnetisme pribadi.
Karêpe kang ngarang layang iki mêdharke piwulang bab kêkuwataning manusa kang winadi, sarana katrangan kang prasaja lan gampang asung pituduh marang para kang maca, supaya enggala bisa ngundhuh wohe wêwulang mau, aja
Maksud pengarang naskah ini menjelaskan ajaran tentang kekuatan manusia yang masih rahasia, dengan keterangan yang sederhana dan mudah memberi petunjuk pada para pembaca, supaya segera mendapatkan hasil dari ajaran
nganti pangarêp–arêp iku lalu tanpa wa-[2]can, kabudidayane sirna tanpa dadi, sarta kagunane cabar tanpa pakolih.
tersebut, jangan sampai harapan itu berlalu karena tanpa bacaan, usahanya sia-sia hilang tanpa tercapai, serta kekuatannya tidak ada gunanya.
Para siswa wis padha tetela sumurupa, yѐn kang nganggit putus marang
kawruhe, ewa samono yѐn ora dilakoni,
kawruh mau iya tanpa guna, piwulang iki nêrangake kawruh kang durung tau kambah liyane, ciptane kang ngarang sêdya amung katrangan kang bênêr lan prasaja marang para murid–muride.
Para murid sudah mengerti yang maksudnya, jika pengarang telah sempurna ilmunya, namun demikian jika tidak dilakukan, ilmu tersebut tidak berguna, pelajaran ini menjelaskan ilmu yang belum pernah dibahas oleh yang lain, menurut pengarang hanya keterangan yang benar dan sederhana untuk murid-muridnya.
Pituture Kang Ngarang
Panêmuku kêkarêpan kang diѐsthi
dening [3] sarupaning uwong, lananga wadona, iya ora liya mung supaya linulutan ing sêsama, mungguh witing kinalulutan
iku akѐh, tumrape wong lanang ana kang
saka panguwasane, kasugihane, kabêjane,
Pesan Pengarang
Menurut saya keinginan yang dimaksud oleh kebanyakan orang, ya laki– laki ya perempuan, tidak lain hanya supaya dicintai sesama, penyebab awal dicintai itu banyak, untuk laki–laki ada yang dari
tumrape wong wadon, dumunung marang katrêsnan, kinasihan, sarta kanggêp sajrone jojodhon. 1
keberuntungannya, untuk perempuan, ada pada cinta, kasih, serta diperhatikan dalam perjodohan.
II Piwulang ka1 kapisan Bab Wadhahing Kêkuwatan
Kiraku kowe ora duwe panyipta[4]
yѐn kowe dhewe iku duwe wadhah
kêkuwatan kaya dene telegram, kang diarani electrische resererec batterij, bisa nampani lan ngolah kêkuwatan mau, narik utawa nulak samubarang, têrkadhang tumamane ora kalawan dimaha, kayata :
upamane kowe yѐn andêlêng mitramu
mung sêdhela bae, dumadakan atimu krasa bungah utawa ora kapenak, pangrasa kang mangkono mau anane rak ora kalawan ko
[5]sêdya, têrkadhang ana uga kang pancѐn
wis ko sêdya ing mau–maune, karêpmu bakal agawe rêsêpe mitramu mau, dadi
II Pelajaran yang Pertama Tentang Tempat Kekuatan
Saya kira kamu tidak mempunyai pengetahuan kalau kamu sendiri itu punya tempat kekuatan seperti telegram yang dinamakan baterai cadangan listrik, dapat menerima dan mengolah kekuatan tersebut, menarik atau menolak apapun, terkadang masuknya tidak disengaja, seperti: seperti kamu kalau melihat temanmu hanya sebentar saja, tiba–tiba hatimu merasa senang atau tidak enak, perasaan yang seperti itu tadi tidak kamu maksudkan, terkadang ada juga yang memang sudah kamu inginkan sebelumnya, keinginanmu akan membuat senangnya temanmu itu, jadi
1 Kang kapisan L@
têgêse wis ko arah–arah kowe agawe obahe atining liyan, mangka wong mau uga
anggѐndѐng marang atimu, dadi satêmêne gѐndѐng-ginѐndѐng,
artinya sudah kamu arahkan kamu membuat hati orang lain bergejolak, tetapi orang itu juga menarik dihatimu, jadi sebenarnya saling tarik menarik.
Bab Lakune Kêkuwatan Ati
Kasêbut ing dhuwur wis tetela yѐn
sajroning badaning manusa ana kêkuwatan kang tumindak.
Apa iku kêkuwataning pamikir, dudu, sa-[6]bab wêtune tanpa kinira-kira,
mung pancѐn bêbarêngan bae karo
thukuling mikir.
Apa iku elictris cit eit dudu, elictris cit eit iku mung pangaran–aran bae, mungguh kaanane kang sajati durung ana kang sumurup.
Tentang Laku Kekuatan Hati
Disebutkan di atas sudah jelas jika di dalam badan manusia ada kekuatan yang bergerak.
Apa itu kekuatan pikiran, bukan, sebab munculnya tanpa perkiraan, hanya memang bersamaan dengan munculnya pemikiran.
Apa itu kapasitas listrik, bukan, kapasitas listrik itu hanya sebutan saja ,yaitu keadaan sejati belum ada yang mengetahui.
Sarѐhning aku durung wêruh kang
bênêr kêkuwatan iku tak arani Magnetisme nanging iya kêna uga tak arani Inner Lijke
Karena saya belum mengetahui yang benar kekuatan tersebut saya sebut Magnetisme tapi bisa juga saya sebut Inner
Strooms (kêkuwataning ati utawa lakuning batin) sabab akѐh cocoge karo electrische
strooms (lakune electris-[7]citeit)
kêkuwatan mau kêna disinau , dianggo lan
diêrѐh, padha bae karo daya electrisciteit.
Electris citeit iku kêna dianggo lan
diêrѐh dening manusa, nanging ora
kasumurup, wujude, ora ana wong kang wêruh pinangkane, dadi enggale kaanane kêkuwatan mau dianggêpa kaya kaananing urip, mulane kang bakal tak caritakake mung kanggone bae. 2
Lijke Strooms (kekuatan hati atau perjalanan batin) sebab banyak kecocokan dengan electrische strooms (perjalanan kapasitas listrik) kekuatan tersebut dapat dipelajari, dipakai dan dikendalikan, sama saja dengan energi kapasitas listrik.
Kapasitas listrik tersebut dapat dipakai dan dikendalikan oleh manusia, tapi tidak dimengerti wujudnya, tidak ada orang yang tahu asalnya ,jadi awal mula kejadian kekuatan tersebut dianggap seperti keadaan hidup, maka yang akan saya ceritakan hanya kegunaannya saja.
III Piwulang kang kapindho”
[8]Bab Panêngêrane Wong Kang Ali2 Magnetisme
Luwih dhisik nyumurupi dayaning kêkuwatan mau tumrape marang manusa,
nitѐnana watak wantuning siji–sijine , kang
III Pelajaran yang Kedua Tentang Penanda Orang yang Ahli
Magnetisme
Terlebih dahulu mengetahui energi kekuatan itu khususnya pada manusia, tandailah perwatakan satu dengan yang
2 Ahli L@
kadunungan kawruh Magnetisme.
Iku kabѐh wis padha sumurup
sawanging wêwangunane wong ali3 Magnetisme lananga wadona padha bae, nanging kang bakal dak caritakake mung wong lanang, amrih aja agawe bingung, awit para murid iya wis pa-[9]dha
sumurup, yѐn tumanjane ngѐlmu mau
marang wong lanang utawa wadon, ora ana
bedane” 3
lainnya, yang mempunyai ilmu Magnetisme.
Semua itu sudah dimengerti dilihat bentuk dari orang yang ahli Magnetisme ya laki–laki ya perempuan sama saja, tapi yang akan saya ceritakan hanya laki–laki, supaya tidak membuat bingung, karena para murid sudah mengerti, jika manfaat ilmu tersebut pada laki–laki atau perempuan tidak ada bedanya.
Bab Antenging Pangrasa
Yѐn kowe jêjagongan karo wong
ahli Magnetisme kang dadi titikane dhisik,
patrape sarѐh, ora gugupan, banjur kowe duwe pangrasa yѐn wong mau duwe daya
kang kinêkêr, nanging kowe ora sumurup kabudayane, liringing mripat katone ora tajêm, tandang [10]tanduke ora kêna cinakra bawa, pangucape sinamun ing
Tentang Ketenangan Jiwa
Jika kamu berbicara dengan orang yang ahli Magnetisme yang menjadi penanda terlebih dahulu, sifatnya sabar, tidak mudah gugup, lalu kamu bisa merasakan jika orang tersebut punya energi yang kuat, tapi kamu tidak mengerti apa yang dimilikinya, sorotan matanya kelihatan tidak tajam, tingkah lakunya tidak dapat
3 Ahli L@
samudana, apa sabarang pratikêle ora kêna
ditangguh”
ditebak , ucapannya bukan yang sebenarnya , segala nasihatnya tidak dapat ditebak.
“Bab Pamandênge”
Kowe kudu nyumurupi kalawan titi, wadining wong mau ing gone masang aji pangerutan marang kowe, sawangen mripate, paraning pandêlêng marang kowe mau ora mandêng mripatmu, kang dipandêng antaraning mripat loro cêdhak karo poking irung, pancêring pandêlêng mranani marang kowe, nanging ora kêtara sa-[11]rupa ngrasamu wong mau ora nyipta
ala, yѐn ta lawanan gunêm karo kowe,
sasuwene kowe caturan, wong mau ora
ngawasake kowe, sêmune kaya ngêntѐni calathumu, banjur mangsuli calathu yѐn ngucap sêmune sumѐh sarta tatag.
Tentang Pengelihatannya
Kamu harus mengerti dengan seksama, rahasia orang itu saat dia menancapkan kekuatan pengasihan terhadap kamu, tataplah matanya, arah matanya terhadap kamu tidak melihat matamu, yang dilihat antara dua mata dekat dengan ujung hidung, pusat pengelihatannya menarik perhatianmu, tapi tidak terlihat oleh perasaanmu orang itu tidak berbuat buruk, kalau berbicara dengan kamu, lama berbicara, orang itu tidak melihat kamu, kelihatannya seperti menunggu kamu berbicara, lalu menjawab pertanyaanmu kalau bicara terlihat murah senyum serta yakin.
Patrape Anoraga,
Yѐn ko ajak wawan gunêm,
Tingkah Lakunya Rendah Hati Kalau kamu ajak bicara, dia
ênggone anampani sarana patrap anoraga,
pancѐn wong kang mangkono mau
salawa-[12]se nganggo patrap taklim, nanging kowe banjur rumangsa yѐn antênge ngandhut kêkarêpan kang ora kêna dikaluhake, kowe rumangsa yѐn wong mau
duwe daya pangerutan, cêkake wong mangkono iku wis sumurup samubarang kang dikarêpake, nanging gone nandukake
kalawan sarѐh, sabab wis dipasthѐkake yѐn bakal kalaksanan karêpe, dhѐwѐke ngarani yѐn kawruh iku ana kuwasane, sarta dhѐwѐke sumurup, yѐn samuba-[13]rang
pratikêle gumantung marang waton dhudhuke sabab lan kadadèan (De Wetter van oorzatikengevolg)
menerima dengan rendah hati , memang orang seperti itu selamanya memakai sikap taklim, tapi setelah itu kamu merasa jika diamnya mempunyai maksud yang tak dapat ditebak, kamu merasa jika orang itu punya daya pengasihan, singkatnya orang seperti tersebut sudah mengerti apapun yang diinginkan, tapi dia melakukannya dengan sabar, sebab sudah dipastikan jika akan tercapai keinginannya, dia menyebut jika ilmu tersebut ada kekuasaannya, serta dia mengerti jika semua hal tergantung pada apa yang menjadi sebab dan kejadian (De Wetter van oorzatikengevolg)
Ringkih Kalindhih, Rosa Misesa Ujaring pathokan, Positief iku mêsthi mathuk karo negatief têgêse negatief mêsthi kawanѐna dening Positief
Lemah Terinjak ,Kuat Berkuasa Kata–kata tersebut menjadi patokan, positif itu pasti berpasangan dengan negatif artinya negatife pasti berlawanan dengan
iya iku sing sapa sathithik kukuwataning Magnetisme bakal kalangka bandhang
marang kang akѐh sing sapa kothong bakal
dirampas barang duwѐke dening kang kêbak.
positif yaitu siapa yang sedikit kekuatan Magnetisme akan ditindas oleh siapapun yang banyak, siapa yang kosong akan dirampas barang miliknya oleh yang penuh.
[14]Wong Ahli Magnetisme, Ora Akѐh Wicarane
Mara titѐnana yѐn cêcaturan,
kandhane sathithik bangêt, sarta babar pisan ora angunggul-unggulake awake utawa tanpa guna, sabarang wicarane ora
ana kang parlu, nanging yѐn ko rungokake,
pangrasamu kaya parlu-parlua
Orang Ahli Magnetisme, Tidak Banyak Biacaranya
Maka tandailah jika berbicara, ucapnya sedikit sekali, serta sama sekali tidak mengunggul–unggulkan diri sendiri atau omong kosong, segala bicaranya tidak ada yang perlu, tapi jika kamu dengarkan, perasaanmu seperti perlu sekali
“Ora Ngumpêt,
Elinga têmbung iki têgêse wong ahli Magnetisme ora ngumpêt, sa-[15]têmêne karêpe sulaya kowe ngrasaa.
Saupama dhѐwѐke gêlêma amêsthi bisa crita luwih akѐh, dadi parlune mung arêp
Tidak Bersembunyi
Ingatlah kata ini artinya orang ahli Magnetisme tidak bersembunyi , sebenarnya maksudnya tidak enak, kamu rasakanlah. Seumpama dia mau pasti dapat cerita lebih banyak, jadi perlunya hanya membuat
agawe sêngsême atimu, nanging ora katara
babar pisan yѐn duwe pangarah, sêjatine pancѐn wong barѐs. Saupama kowe
kumpul lan sajroning sapuluh taun, mêsthi
kowe nitѐni yѐn wong mau ora tau goroh,
nalika dhѐwѐke lagi wiwit sinau
Magnetisme bok manawa dhѐ-[16]wѐke
isih kapengin mamѐrake kawruhe, nanging
lawas-lawas ora. 4
hatimu terlena, tapi tidak terlihat sama sekali jika punya maksud, sejatinya memang orang lugu. Seumpama kamu bergaul selama sepuluh tahun, pasti kamu dapat menandai jika orang tersebut tidak pernah bohong, ketika dia sedang mulai belajar Magnetisme mungkin dia masih ingin memamerkan ilmunya, tapi lama–lama tidak.
Sabarang Lakune Miturut Ager4 Barêng wong mau wis kêlakon
karêpe, ditrêsnani wong akèh, kinalulutan sarta kinèringan, banjur nindakake budayaning pangrasane kaya dene wus wajib miturut anggêr-anggêr ubêng cundhuke sabab lan kadadèane: pancèn mangkono ubênging jagad, manusa ora bisa mênêng, kawruhe dilakokake kanggo nuruti kekarêpan-[17]e, dhèwèke amikat
Segala Perbuatannya Menurut Peraturan Setelah orang tersebut sudah tercapai keinginannya, dicintai banyak orang ,disegani serta dihormati, lalu menjalankan keinginan perasaannya seperti sudah wajib menurut aturan yang berlaku sebab dan keadaannya: memang seperti itu berputarnya dunia, manusia tidak bisa diam, ilmunya dilakukan untuk menuruti keinginanya, dia memikat orang dan kekayaan.
4anggêr L#
uwong lan kasugiyan.
Kowe Dhêmên Marang Dhèwèkke Pangrasamu, kowe tansah andêlêng marang wong mau, sabab kowe rumongsa yèn dhèwèkke uga dhêmên marang kowe, kowe ora bisa ngarani, margane dhêmên mau, asih mau, prasasat kaya dene inya karo momongane, ora bisa bênggang sajroning ati, sanadyan panggonane adoh isih eling bae.
Kamu Senang Terhadap Dirinya Perasaanmu, kamu selalu melihat pada orang tersebut, sebab kamu merasa jika dia juga senang terhadapmu, kamu tidak dapat beranggapan, karena rasa suka tersebut, rasa sayang tersebut, seperti pengasuh dengan anak asuhnya, tidak bisa tergantikan dalam hati, walaupun jauh tetap teringat.
[18]Kabudayane Isih Dianggo Yèn kowe eling nalikane caturan karo uwong mau mêsthi kowe banjur ngêrti yèn nalika sêmana apa barang kang ko wêruhi, ko kandhakake kabèh ora ana sing kaliwatan, sarta kowe ngalap sihe, lan ana apa–apa ko wènèhake, kowe wèwèh dhèwèke sing tampa, nanging dhèk samana kowe ora ngrasa, lagi saiki kowe
Masih Menggunakan Kemampuannya
Jika kamu ingat ketika berbicara dengan dia pasti kamu akan mengerti jika waktu itu hal yang kamu lihat, kamu katakan semuanya tanpa ada yang terlewati, serta kamu mengharap kasihnya, dan apapun kamu berikan, kamu memberi dan dia menerima, tetapi waktu itu kamu tidak
rumongsa, upama wong mau duwe karêp apa–apa, wong kang apês ka[19]ya kowe mêsthi tumama ketaman pangaribawane, têmah miturut sapakone, pracaya sapangucape, nglakoni sakarêpe, anggêr dhèwèke gêlêm bae mêsthi kowe kêna dirèh, awakmu kaya upamane sarèh munggèng lautan, amarga dhèwèke wêruh kowe ora, nanging nalika iku dhèwèke ora gêlêm magang–magangake, karêpe mung amrih sêngsême atimu bae, mulane mangkono, awit dhèwèke ngalingi kêkuwatane dhewe, yè-[20]n wong iku wis bisa jukuk kêkuwatanmu Magnetisme sathithik, banjur enggal lunga, kaya dene patrape kombang angingsêp sari, sawise oleh kêmbange ditinggal.
merasakan, baru sekarang kamu merasakan, seumpama orang tersebut mempunyai niat macam–macam, pasti orang tidak kuat sepertimu hanyut dalam sosok wibawanya,sengaja menurut segala perintah, percaya ucapannya, melakukan keinginannya, jika dia mau pasti kamu bisa dikendalikan, kamu seperti orang yang sabar tenggelam dilaut, karena dia tau kamu tidak, tapi ketika itu dia tidak mau menunjukan, maksudnya hanya untuk menyenangkan hatimu saja, maka dari itu, dia mencoba membatasi kekuatannya sendiri, jika orang tersebut sudah dapat mengambil sedikit kekuatan magnetismemu, lalu segera pergi, seperti kumbang yang menghisap sari, setelah mendapat bunganya lalu ditinggalkan.
IV Piwulang Kaping Têlu Panêngêrane wong kang ora
IV Pelajaran Ketiga
kadunungan Magnetisme (neet Maghnetiseh persoon ).
Apa kowe wis tau wêruh, wong kang ora kadunungan Magnetisme saiki a-[21]ku angandhakake panêngêrane wong iku supaya dadia titimbangan kang wus dak kandhakake ing ngarêp, wong kang ora duwe Magnetisme iku watake kaya sêngit ing liyan, yèn kowe wong rumasan, mêsthi mundhak sêngitmu, yèn kowe lara mêsthi mundhak kêkês atimu, yèn kowe nêmu kabêgjan, amêsthi rènggoni, wong kang mangkono iku ngriribedi, tansah sulaya panêmune.
memiliki Magnetisme (neet Maghnetiseh person )
Apa kamu sudah pernah melihat, orang yang tidak memiliki Magnetisme, sekarang saya akan mengungkapkan penanda orang tersebut agar menjadi pertimbangan yang sudah saya bicarakan didepan, orang yang tidak memiliki Magnetisme itu wataknya seperti membenci orang lain, jika kamu orang yang peka, pasti bertambah kebencianmu, jika kamu sakit pasti bertambah keras hatimu, jika kamu mendapatkan keberuntungan, pasti dipajang,
orang seperti itu mengganggu, selalu keburukan yang ada.
Watake Cariwis
Batine ora nariman, dhêmên ngobro-[22]l, anggênthong umos (wadine dhewe dikandhakake) karêpe supaya wong liya ora ngrêwangana, wong mau prasasat
Wataknya Cerewet
Dalam hatinya tidak pernah menerima, suka bicara membicarakan aibnya sendiri, maksudnya supaya orang lain dapat membantu, orang tersebut
seolah-ngawula hawa napsune dhewe, ora duwe simpênan (kêkêran), ora duwe sarèh, ora
duwe duga, dhêmên sêsêrmbanan, ora ngrêsêpake, ah wong kang mangkono iku rimukên supaya enggala lunga.
olah mengumbar hawa nafsunya sendiri, tidak ada yang disimpan (suatu hal yang rahasia), tidak memiliki kesabaran, tidak memiliki rasa waspada,suka ceroboh, tidak mengena dihati, ah orang seperti itu rayulah supaya segera pergi.
Wong mau mbosêni, kowe bungah yèn dhèwèke lunga, kowe ora tlatèn mêmorona, sabab kowe [23] ora wêruh panulake, yèn kowe wêruha, mêsthi ora mêngkono, wruhanamu yèn kowe kêkumpulan karo wong iku ora tuna, malah bathi bisa ngingsêp dayane Magnetisme wong iku.
Orang tersebut membosankan, kamu bahagia bila dia pergi, kamu tidak rutin datang, sebab kamu tidak tahu cara mengatasinya, jika tahu, pasti tidak seperti itu, kamu tahu jika kamu berkumpul dengan orang itu tidak nyaman, sebenarnya kamu beruntung bisa menghisap energi Magnetisme orang itu.
Sababe
Apa sababe dene wong kang kaya mangkono ra ngrêsêpake, sabab iku wong lugu bangêt. Iya iku wong walaka, tansah asor salawase (negatief ),wong mangkono iku kang sa-[24]lugune duwe karêp
Penyebabnya
Apa penyebab orang itu tidak menyenangkan, karena orang itu sangat lugu. Yaitu orang jujur, akan kalah selamanya (negatif), orang seperti itu sebenarnya memiliki maksud membujuk,
ambujuk, balik wong kang ahli Magnetisme, apa iya kêna ko arani juru ambujuk, o ora pisan–pisan yѐn
mangkonoa, sabab dhѐwѐke bisa mêngku
nalar-nalare, lan duwe kawruh ngêrѐh–
ngêrѐh nalar–nalar mau supaya bisa
marentah rewange jagongan. 5
kembali pada orang yang ahli Magnetisme, apa iya dapat kamu sebut sebagai juru membujuk, o jangan sekali-sekali seperti itu, karena dia bisa mengendalikan pikiran– pikirannya supaya dapat memerintah lawan bicaranya.
Kabѐh – kabѐh Ora Kabênêran
Mara dêlêngên, wong kang ora kadunungan Magnetisme, samubarange ora kabênêran, cêtha saka pangakune dhe-[25] we, sanadyanta wong mau ora rumangsa tansah apês ora pêgat pangêrsulane5, tansah kêkurangan,sabab saka dama ing budi, kang lêlarane dibuwang tanpa guna, kêkuwataning atine diocir–acir, wong kang mangkono iku prasasat diukum dening anggêr–anggêr
Semuanya Tidak Ada Yang Beres Datang dan lihatlah, orang yang tidak memiliki Magnetisme. segalanya tidak pernah beres, jelas dari pengakuannya sendiri, walaupun orang tersebut merasa tidak kuat, tidak berhenti keluhannya, selalu merasa kekurangan, karena pikiran yang dangkal, yang dibuang tidak berguna, kekuatan hatinya dibuat berantakan, orang seperti itu seperti di hukum oleh peraturan– peraturan (met), dirampas segalanya, yaitu
5 panggrêsulane L#
(met), dirampas samubarange, iya iku anggêr–anggêr ubêng cundhukke sabab lan
kadadѐyane, kang langgêng ora owah
gingsir, de onveran der lij ku met van oor-[26] zaken gevoulg. Anggêr ana mangkono
mêsthi ana mangkono, yѐn dadi mangkene
mêsthi sababe mangkene (kang nandhang paukuman iku wong kang sêpi lij dier niefs (5) bezit ?) saiki kowe wis wêruh tuladhane rong prakara parsudinên kang bêcik lan
satiti “ Bab sapisan ênggonên têturutan,
bab kang kapindho dadiya pangeling–eling
“
segala aturan sebab dan kejadiannya, yang bertahan tidak berubah, de onveran der lij ku met van oorzaken gevoulg. Jika ada seperti itu pasti ada seperti itu, jika menjadi seperti ini pasti sebabnya seperti ini (yang mendapat hukuman itu orang yang diam lij dier niefs (5) bezit ?) sekarang kamu sudah tahu contoh dua masalah pahamilah dengan baik dan teliti “ bab pertama pakailah sebagai pedoman, bab ke dua jadikan pengingat-ingat”
V Piwulang Kang Kaping Pat Diditan
Kapriye dadine tuladha Magnetisme [27] kêpriye ênggone matrapake awake, pitakon iki wangsulana, tuladhan mau pikirên.
V Pelajaran yang Keempat Keuangan
Bagaimana jadinya contoh Magnetisme? bagaimana caranya menyikapi diri?, pertanyaan ini jawablah, contoh tadi pikirkanlah
Angampêt Kêkarepan Iku Kêna Diarani Weya.
Aja ko kira yѐn kowe anyandhêt
kêkarêpan, banjur dadi weya, kêkarêpanmu sirna tanpa guna, iku malah kosok bali, kêkarêpanmu dadi mundhak rosa lan santosa tikêl ping sapuluh prasasat kaya kali kang dibêndung, banyune [28]
ambaludag wuwuh pandêdêle, têmahan yѐn
ana gawe parlu, kêkuwatanmu wus rosa bangêt, sêdhênge ambukak bêndungan, jêbrol, singa kang katrajang sirna larut gusis, kang rawe–rawe rantas, kang malang–malang putung kaya pangamuke satriya ing Jodhipati.
Menahan Keinginan Itu Bisa Disebut Sembarangan
Jangan kamu anggap jika kamu menahan keinginan, lalu menjadi sembarangan, keinginanmu lenyap tak berguna, itu akan berlawanan, keinginanmu akan semakin kuat dan kokoh sepuluh kali seperti sungai yang di bendung, airnya meluber sampai puncaknya, disengaja jika ada perlunya, kekuatanmu sudah sangat kuat, pas untuk membuka bendungan, jebol, singa kang katrajang sirna larut gusis, segala sesuatu yang merintangi maksud dan tujuan harus disingkirkan, seperti marahnya kesatria Jodhipati.
“Katrangan Kêkuwataning Kêkarêpan”
Kiraku kowe durung anjѐrѐng
parincining kêkuwatan mau, mara pikirên sawijining dina kowe duwe karêp, kandha
Keterangan Kekuatan Keinginan Saya kira kamu belum menjelaskan rincian kekuatan tersebut, pikirkanlah suatu hari kamu memiliki keinginan, bicara apapun dengan rekanmu, sangking kerasnya
apa–apa marang mitramu, saking kêncênging [29] karêpmu, kowe kongsi
mrêlokake golѐk tunggangan, kasusu sêlak
katêmu mitramu. Lah, kang mangkono iku apa dudu kêkuwataning ati elinga kêkuwatan mau parlu kanggo marang kowe dhewe, mulane simpênana, kêna ko anggo
yѐn ana gawe pari gawe. 6
keinginanmu, kamu sampai membutuhkan sekutu, terburu-buru karena akan bertemu rekanmu. Lah , yang seperti itu apa bukan kekuatan hati ingatlah kekuatan tersebut diperlukan untuk dirimu sendiri, maka dari itu, simpanlah, dapat kamu pakai jika ada perlu.
“Wadi”
Kali kang jêro dhewe, iya iku kang banyune antêng dhewe, sapa baya kang bi-[30]sa silêm ana ing atine wong, kang ali6
mahnitismê, ora kêna yѐn dijajagana,
mulane kowe dhewe iya kudu mawa wadi, ing samubarang gawe lan kêkarêpan aja groboh, kasusu iku niwasi dudu pangeram– eram, kang bisa narik atining manungsa wong limpat ing budi oleh pangaji–aji ora marga saka pangeram–erame, dѐn angati–
Rahasia
Sungai yang paling dalam, airnya paling tenang, siapa saja bisa tenggelam dalam hati seseorang, yang ahli magnetisme, tidak bisa ditembus, maka kamu harus punya rahasia, dalam hal apapun dan berkeinginan jangan ceroboh, buru-buru itu hal yang tidak perlu, bukan keanehan, yang bisa menarik hati manusia itu orang yang pandai dalam budinya, mendapatkan pujian bukan dari keanehan, suapaya berhati –
ati : dhuh siswaku, aja kalѐru, pepenginan
kang tanpa guna, aja kong-[31]si kauwor karo pangaji–aji kang bênêr,
Mulane mitramu sabisa bisa aja nganti wêruh watêkamu (eigenschappen) lan panêmu/ opoatting/ patrapmu kudu mangkono upamane mitramu têka ing
omahmu anggawa pawarta pêrlu ... yѐn
kowe tampa kabar kang mangkono iku kowe banjur anêlakake bangêt kagѐtmu, saiki owahana kandhane tampanana
kalawan sumѐh ing ulat, ananging kang
sareh bae, [32] ing kono mitramu mêsthi bakale eram, dene pawarta kang wus
dianggêp aѐng, tumibane marang kowe dadi rѐmѐh: maune mitramu durung tau ko
tampani kaya mangkono, lah kapriye
kadadѐyan: mitramu banjur wêruh yѐn
kowe watak anganyar–anyari, dadi kowe aga-[33]we kayungyune batine kudu wêruh
sababe: kowe saiki olѐh pangaji-aji
hati ‘ duh muridku, jangan salah, keinginan
yang tak berguna, jangan sampai kau campur dalam ajaran yang benar.
Maka temanmu sebisa mungkin jangan sampai tahu watakmu (sifat) dan pendapat/hasil/ kelakuanmu harus seperti itu seumpama temanmu datang kerumahmu
membawa kabar penting …… kalau kamu
menerima kabar yang seperti itu lalu kamu menunjukakan keterkejutanmu, sekarang ubahlah kata–katamu terimalah dengan wajah bahagia, tapi sabar saja, temanmu pasti heran, karena berita yang dianggap aneh, sampai padamu dengan mudah: sebelumnya temanmu belum pernah kamu tanggapi seperti itu, bagaimana kejadiannya: rekanmu terlanjur mengatahui bahwa kamu memiliki watak yang baru, jadi kamu membuat hatinya bahagia harus mengerti penyebabnya: kamu sekarang mendapatkan sedikit pujian, kamu seolah memyimpan
sathithik, kѐwe7
prasasat simpên wêwadi
sing dikapengeni. 7
rahasia yang saya inginkan.
“Angunjara Kêkarêpan, Parlu Kaagêm Para Agêng”
Ing layang–layang babat8, ana caritane para senapatining pêrang, nalikane kasêsêring yuda, kasupit ing babaya, kesisan wadya balane, ing kono banjur ngêtokake kasêktѐn, ajine mahni-[34] tisme, wadya bala kang wus bubar asasaran, kang nêdya malik tingal, barêng kataman ajine pangerudan, atêmah padha
kumpul manѐh pulih sêtya lan sudirane,
sêdya mangsah ing kiwul, kang duk elingi bae lêlakone sang minulya Charles Stnrat pranell wiratama tanah Yerland kang kasêbut asma raja tanpa makutha (Ongenkroon de koning ) iku kêna digawe
Menahan Keinginan, Perlu Untuk Diterapkan Para Penguasa
Pada naskah babad, ada cerita para senapati perang, ketika sedang terjadi perang yang hampir kalah, berada dalam kondisi yang membahayakan, kehabisan pasukannya, lalu disitu dia mengeluarkan kesaktiannya, ajian magnetismenya, pasukan yang sudah berantakan kemana-mana, yang sudah berniat membelot, setelah menggunakan ajian pengasihannya, mereka kumpul kembali dengan pulih kesetiannya dan kesaktiannya, dengan maksud maju perang dengan mengabdi. Ingatlah ketika apa yang dilakukan Charles Stnrat pranell prajurit hebat dari negri Yerland yang disebut Raja
7 kowe H@
tuladha tetela kabudayane mahnitismê, ana
manѐh Pra-[35]bu Napoleyon, napolion
nellington) utawa (gladstone ) ing tanah Amerikah, Yames G. Blaine iku kawêntar
bisa ngêrѐh ati lan nyawane wadya balane
ngungkuli para Senapati kang nunggal jamane Parnell mau, sanadyan karo mitrane kang rakêt bangêt iya tansah wadi, makono uga gladstone, gladstone iku
mungsuhe kongsi bisa padha wêruh yѐn
kagungan ngelmu pangerudan kang [36] samono parnell sathithik bangêt pangandikane, tansah angangkah tumibaning mangsa kala, êmpan lan papan, (altijd op het juist gekoren oogen blik) wiyosing pangandikane ora nate sara, para
luhur kang dak caritakake mau pancѐn sagêd anêntrêmake gѐgѐring wadya bala,
iya iku kabudayane ilmu mahnitismê.
tanpa mahkota (Ongenkroon de koning ), itu dapat dibuat sebagai contoh adanya Magnetisme. Ada lagi Prabu Napoleyon (napolion nellington) atau (gladstone) di negri Amerika, Yames G. Blaine terkenal bisa memerintah hati dan nyawa pasukannya melebihi pada jaman pranell. Walaupun dengan rekannya sangat dekat tetap ada rahasia yang dijaga. Begitu juga gladstone, gladstone itu para musuhnya sampai mengetahui memiliki ilmu pengasihan, begitu juga pranell, sedikit sekali bicaranya, selalu mengarahkan waktu, kondisi dan tempat (altijd op het juist gekoren oogen blik) perkataannya tidak pernah sengsara, para pembesar yang ku ceritakan itu memang dapat menentramkan pasukan yang telah kacau, itulah keunggulan ilmu magnetisme.
Liya “
Kang kudu ko elingi manѐh wong
mê-[37] nêng iku durung mêsthi yѐn ora ngrêsêpake, mung kudu angênggoni têmbung kang bênêr karo panggonane bae (het goede moele op de rechte plaats) êmpan papan, kudu kulina ngampêt basa Aerug handen heid) kudu kulina ing budi santosa stanaslig). Elinga yѐn kowe wêruh wadine mitramu, kowe prasasat duwe
kawasa, yѐn wadi mau ko bukak iku
upamane electreciteit wutuh, dadi mung aliru praba-[38]wa bae (Nerwes peling van stroomen, dêdêr dinêdêr, tarik tinarik, iya
bênêrke, we tampa, nanging duwѐkmu
dhewe uga ditampani uwong, malah
kêkuwatane dadi lѐrѐn sêdhela, balik yѐn
wadimu tansah ko kêkêr iku kowe kang narik, kowe upama wêsi brani, mitramu upama waja.
Yang harus kamu ingat adalah orang yang diam itu bukan berarti tidak bisa menyenangkan hati, hanya harus menggunakan kata yang benar dan tempatnya saja ( het goede moele op de rechte plaats) dapat menyesuaikan, harus terbiasa menahan ucapan (Aerug handen heid) harus terbiasa berbudi baik (stanaslig). Ingatlah jika kamu tahu rahasia rekanmu, kamu seolah memiliki kekuasaan, jika rahasia tadi kamu buka, itu seumpama kapasitas listrik yang utuh. Jadi hanya kalah kesaktian saja (Nerwes peling van stroomen), panah-memanah , tari- menarik itulah yang benar, sudah kau terima, tapi milikmu sendiri sudah diterima orang lain, akan tetapi kekuatannya menjadi berhenti sejenak, berbalik jika rahasiamu kamu kuasai, kamu yang akan menarik, kamu ibarat besi baja, rekanmu besi biasa.
“ Ngati–ati”
Ngati–ati iku pêrlu bangêt tumrape murid kang budine kêras lan kasusu bisa : eling-[39]a yѐn kowe lagi wiwit anglakoni kudu nganggo patrap anoraga, kudu sugih weweka duga–duga lan watara, sabab yѐn gêlarmu kawanguran, amêsthi badhar yѐn kowe ngarah sêngsêming liyan, aja katara,
dadi kowe aja kandha, yѐn kowe ora gêlêm ambalѐkake karêpmu lan angajapmu, mundhak dianggêp kang krungu, yѐn kowe
katrucut angandhakake awakmu dhewe, kowe nêrak larangane wong sinau mahnitismê, angêkêr kaanane [40] awake, sarta anuruti panggawe kang tanpa guna.
Hati-Hati
Hati-hati itu sangat diperlukan untuk murid yang berbudi keras dan terburu-buru dapat: ingatlah jika kamu sedang memualai melakukan harus menggunakan sikap rendah hati, harus kaya kehati-hatian, kewaspadaan dan praduga, sebab jika strategimu tidak tepat, pasti gagal jika kamu mengharap perhatian orang lain, jangan sampai terlihat, jadi kamu jangan katakan, jika kamu tidak ingin mengembalikan keinginanmu dan harapanmu, dapat dikira oleh yang mendengar, jika kamu kelepasan mengatakan tentang dirimu sendiri, kamu melanggar larangan orang yang sedang belajar mgnetisme, menahan dirinya, serta menuruti tindakan yang tidak berguna.
“ Anyingkirna Pagunggung “
Wong kang ahli mahnitismê ora tau ngandhakake awake dhewe, ananging
Menyingkiri Pujian
Orang yang ahli magnetisme tidak pernah mengatakan tentang dirinya sendiri,
gêmahane9 sangsaya akѐh kang gumun lan angalêm, seje karo wong kang anjarag ngatokake kapinterane, lumaku dialêm wignya.
Siswaku aku ora guru alêman, yѐn
kowe bisa tulus mangkono [41] kêna diarani wong sewu siji, lumrahe janma iku
golѐk panggunggung, akѐh sathitika iya
kapengin, sing sapa dhêmên dhewe kapengin marang pangalêm, bakal sathithik
dhewe olѐhe, sabab kêkuwatane ora
disimpên, mangka kêkuwatan mau anarik. 8
tetapi dari hal tersebut membuat orang semakin heran dan memuji,beda dengan orang yang sengaja memperlihatkan kepintarannya, agar dipuji pintar.
Muridku aku bukan Guru yang suka dipuji, jika kamu bisa tulus seperti itu, dapat dianggap orang seribu satu, umumnya orang itu mencari pujian, banyak sedikitnya pasti juga menginginkan, siapa saja yang menginginkan dipuji, akan paling sedikit yang mendapatkannya, karena kekuatannya tidak disimpan, maka dari itu kekuatan tersebut menarik.
Piwulang Kang Kaping Lima
“ Dayaning Pepenginan Marang
Pangalêm Iku Kang Gigirisi,
Patrap panyimpêne lan panganggone, sadhêngah uwong tamtu uwis padha ngrasaka-[42] ke rupane
Pelajaran Yang Kelima Energi Keinginan Terhadap Pujian
Itu yang Meresahkan
Sikap menyimpan dan
penempatannya, setiap orang tanpa terkecuali pasti sudah merasakan memiliki
kêkarêpan, upamane kapengin arêp kandha apa–apa supaya wong kang dikandhani kayungyun marang kapintêran lan kaluwihane: iku jênênge lumaku ginunggung, watak makono iku wis gawene sipat manusa malah sarta kewan ing watak mangkono.
Yѐn ana wong bisa kandha kang
bakal agawe kauntungane, apa iya bisa ngampet basane, layak banjur kasusu bae arêp carita, [43] mangkono iku sing
lumrah, yѐn ana wong satus, kang sangang
puluh sanga mêsthi mangkono: wong ora
mangêrti yѐn kenging marang pangalêm
iku sawijining kêkuwatan kang rosa bangêt, wong ora ngêrti yѐn iku bakal anjlomprongke kêkarêpane, pamikire dhewe kang nelakna kapenake, wong ora
ngêrti yѐn kêkuwatan kang angѐl panyirêpe
iku, satêmêne, inner lijke [44] strooming kang gêdhe paedahe eman dibuwanga,
keinginan, seumpama berkeinginan akan mengatakan apapun supaya orang yang diberitahu kagum terhadap kepintaran dan kelebihannya: itu namanya berjalan dalam pujian, watak seperti itu sudah menjadi manusia yang seperti hewan.
Jika ada orang bisa bicara yang akan membuat dia beruntung, apa iya dia bisa menahan ucapannya, maka dari itu dia akan selalu terburu-buru untuk bercerita, seperti itu sudah wajar, jika ada seratus orang, yang Sembilan puluh sembilan pasti seperti itu: orang yang tidak tergoda oleh kekuatan pujian itu sebenarnya adalah orang yang sangat kuat, orang tida tahu jika hal itu bisa menjerumuskan keinginannya, pemikirannya sendiri yang membuat dirinya nyaman, orang tidak tahu jika kekuatan yang sudah pengendaliannya itu sebenarnya kekuatan hati yang besar akibatnya, akan sayang jika dibuang, seumpama seperti
upama kaya dene pirantine electriciteit yѐn
dibuwanga mêsthi karosane suda akѐh.
kapasitas listrik, jika dibuang pasti kekuatannya berkurang banyak.
“ Panulaking Sambekala “
Muga elinga he siswaku, cathêtên karêpmu marang pangalêm, sanadyan
mung rѐmѐh bae yѐn rêkasa panyirêpmu, prasabêna yѐn kowe duwe kêkuwatan sing
luwih rosa, tangga ora gêlêm kêkumpul
karo mungsuhe, [43] yѐn kêkuwatan mau
têrus mênangi amêsthi kowe kang nyirik.
Mencegah Kejahatan
Maka ingatlah hai siswaku, catatlah keinginanmu terhadap pujian, walaupun hanya sepele jika memberatkan yang kau pahami, berjanjilah jika kamu memiliki kekuatan yang lebih kuat, tetangga tidak mau berkumpul dengan musuhnya, jika kekuatan tersebut terus memenangkan dirimu, pasti akan kamu jauhi.
“ Ora Suwe Bakal Ketara Bedane, Yѐn wus ko lakoni amêsthi bakal wêruh bedane, rumangsa yѐn awakmu aji,
pangkatmu mundhak, rumangsa duwe pangawasa, sabên–sabên kowe nyandhêt kêkarêpamu, kowe bisa ngrasakake sajrone bali rasamu (zenumen) banjur kowe wêruh
Tidak Lama Akan Terlihat Perbedaannya
Jika sudah kau lakukan, pasti akan kau ketahui perbedaannya, merasa jika dirimui penting, jabatanmu akan naik, merasa memiliki kekuasaan, setiap kamu memiliki keinginan, kamu dapat merasakan
patrape wong liya, sai-[44]ki seje marang kowe, sangsaya mundhak têmêne ana kang omahmu, kaanan mangkono iku bisa lulus,
malah bisa wuwuh, yѐn kowe tansah eling
pathokane anyandhêt kêkarêpan, mitramu arahên kayungyun, ananging sing aja ngêtarani. [45]
semua yang ada pada dirimu kembali (zenumen) lalu kamu mengetahui sikap orang lain, sekarang berbeda denganmu, semakin menjadi dalam rumahmu, keadaan seperti itu dapat lulus, bahkan bisa bertambah, jika kamu selalu ingat patokannya menghalangi keinginan, rekanmu buatlah terpesona, tetapi jangan sampai terlihat.
Pengin utawa kêkarêpan iku sawijining kêkuwatan, kêkuwatan iku tamakna marang wong liya, kowe
sumurupa yѐn kêkuwatan iku ana kang
positief ana kang negatief kêkuwatan mau tansah arêp kumpul karo mungsuhe, (positief) upama kaya dene pucuking (pool) wêsi brani positief anarik marang pucuking wêsi brani liyane, pucuking negatief murid–murid kang isih mamang marang pitutur iki, [46] dak kandhani bab wong
Ingin atau keinginan itu menyatu dengan kekuatan, kekuatan itu tekankanlah pada orang lain, kamu pamahilah jika kekuatan itu ada positif dan ada yang negatif, kekuatan tersebut selalu ingin berkumpul dengan musuhnya, (positif) ibarat seperti ujung (pool) besi baja, positif menarik ujung besi baja yang lain, ujung negatif murid-murid yang masih samar terhadap nasihat ini, saya beri tahu bab tentang orang yang suka mabuk, siapa yang
kang dhêmên mêndêm, sapa baya kang bisa nyêgah kêkarêpane kajaba sarana
kêkuwatan iki, yѐn wis kataman daya
mahnitismê, amêsthi kutub. 9
bisa mencegah keinginannya kecuali karena kekuatan ini, jika sudah memahani energi magnetisme, pasti kutubnya.
“ Amêruhi Kêkuwatan kang
Migunani.
Kowe wus sumurup paedahe ngampêt basa, anyandhêt gawe kang tanpa guna, sumurupa yè10 ambujuk kêkarêpan kang kaliru ambrêkati (Zoggen ) wong kang wis têdhas sinaune ngelmu mahnitismê, [47] amêsthi dhêmên marang pambujuk mau, sabab dhѐwѐke wis wêruh,
yѐn angumpulake kêkuwatan iku
angundhakake karosane = resereve baterij
sajroning atine, ananging yѐn nuruti
karêpan iku upamane kaya gêni diunduri karosane sirêp, baterij ning ati iku mangkene.
“Mengetahui Kekuatan yang
Berguna
Kamu sudah mengetahui manfaatnya menahan ucapan, menahan perbuatan yang tidak berguna, ketahuilah bila mempengaruhi keinginan yang tidak diberkahi ( Zoggen), orang yang sudah mampu mempelajari ilmu magnetisme, pasti senang terhadap pengaruh tersebut, sebab dia sudah mengetahui, jika mengumpulkan kekuatan tersebut akan meningkatkan ketangguhannya (resereve baterij) dalam hatinya, akan tetapi jika menuruti keinginan itu ibarat seperti api diunduri karosane sirêp, daya dalam hati itu seperti ini.
10 yèn ambujuk H@
“reka daya kang prayoga dhewe
kangumpulake kêkuwatan,
“ seolah seperti perbuatan yang baik dirinya mengumpulkan kekuatan”
Ing kono uga awѐh katrangan [48]
rekane ngumpulake kêkuwatan, upamane kowe duwe kêkarêpan apa–apa, kêkarêpan mau kêkuwatane arêp ko lebokake ing sajroning wadhahmu, iku esthinên sajro atimu, kambi narik napas kang jêro nanging kang alon, sakuwate napasmu watara 8 sêkon, sajrone narik napas mau,
kowe ngucapa sajroning ati ‘aku
angumpulake kang kêkuwatane
kêkarêpaku, kumpula [49] ana ing aku.’
Banjur mêgêng napas suwene 8
sêkon, karo angѐsthi têmbung mangkene, ‘aku sumurup, yѐn aku angumpulake kêkuwatan mau, sarta aku sumurup yѐn
kêkuwatan mau sabanjure têtêp dadi
duwѐkku.’
Saiki napasmu wêtokna kang alon
Di situ juga diberi keterangan guna mengumpulkan kekuatan, ibarat kamu memiliki keinginan apapun, keinginan tersebut kekuatannya akan kamu masukan dalam tempatmu, hal itu pikirkan dalam hatimu, sembari menarik nafas yang dalam namun perlahan, sekuat kamu menarik nafas sekitar 8 detik, saat menarik nafas, kamu
ucapkan dalam hati ‘ aku mengumpulkan
kekuatan keinginanku, berkumpulah
padaku.’
Setelah itu tahan nafas selama 8
detik, sambil pikirkan kata seperti ini ‘aku
mengetahui jika aku mengumpulkan kekeuatan tersebut, dan aku mengetahui jika kekuatan tersebut setelah ini akan tetap
menjadi miliku.’
sarta ajêg, karo anganggit têmbung
mangkene, ‘saiki aku wis duwe ukuran lan
timbangan kang rêsik, kanggo angukur [50] lan nimbang kêkuwatan mahnitismê kang
wus dak kumpulake mau, yѐn perlu, patrap
makono mau iku amba lan wanti-wanti.
perlahan dan teratur, dan membuat kata
seperti ini ‘ sekarang aku sudah memiliki
ukuran dan timbangan yang bersih untung mengukur dan menimbang kekuatan magnetisme yang sudah ku kumpulkan, jika memerlukan, sikap seperti itu luas dan berpesan.
“ Kowe ngangkat awakmu
ngungkuli sarupane panggodha. Aku arêp anêrangake marang kowe, supaya kowe bisa nêlukake sakѐhing panggodha. Rampasên kêkuwatane kumpulna karo duwekmu, dadi kowe bisa unggul, ngalahake panggodha mau.
[51] Murih têrange manѐh,
panggodha iku tak upamakake mrêcon, (bom) tiba ana ing sandhingmu, sumbune
wis murub, sarѐh ning kowe uwis sumurup
patrape utawa pasang rakiting sumbu, dadi
kowe ora kewran manѐh, sumbune enggal
“ Kamu Membawa Dirimu Melebihi dari Godaan”
Saya akan menjelaskan padamu, supaya kamu dapat menaklukkan banyak godaan. Rampaslah kekuatannya, kumpulkan dengan yang kamu miliki, maka kamu bisa unggul mengalahkan godaan tersebut.
Lebih jelasnya lagi, godaan itu saya ibaratkan petasan (bom) jatuh disampingmu, sumbunya sudah menyala, kamu sudah tahu hal tersebut atau letak sumbu, maka kamu tidak akan panik, segera potonglah sumbu
jabudên, dadi mrêcon ing saiki katêkêm ing pangusamu11 , kêna ko gawe
sakarêp-karêpmu, balik yѐn kowe ora ngêrti
amêsthi mrêcon iku ko umbar anjêblos, [52] niwasi marang awakmu.
10
tersebut, maka petasan tersebut saat ini dalam kekuasaanmu, dapat kamu buat semaumu, lain cerita jika kamu tidak tahu, sudah pasti petasan tersebut kamu biarkan meledak mengenai dirimu.
Piwulang Kang Kaping Pitu Bisane Kêlakon, Kudu Ana
Antaraning Mangsa.
Kiraku ana sawѐnѐh ing murid kang duwe panêmu yѐn piwulang ing ngarêp mau sawangane kaya rѐmѐh bae, yѐn ana calathu mangkono bakal dak
wangsuli, coba turutên pathokkan iku,
banjur dêlêngên, ora ana manѐh lakune
sinau. Yѐn ana wong kudu bisa sa-[53] nalika mêsthi kaluru, piwulang iki nuduhake pathokan, patrape sinau, supaya bisa widagdi tanpa papalangan apa–apa,
upamane tatanduran yѐn ing srêngenge,
Pelajaran yang Ketujuh Dapat Terlaksana, Harus Berada
Diantara Musim
Menurutku ada murid yang memiliki pendapat jika pelajaran didepan tersebut kelihatan remeh, jika ada ucapan seperti itu
akan ku jawab ‘coba lakukanlah patokan
tersebut, selanjutnya lihatlah, tidak ada lagi pembelajaran. Jika ada orang yang harus bisa seketika itu, pasti masih dapat digoyahkan. Pelajaran ini menunjukkan patokan perilaku belajar yang benar supaya dapat menjadi besar tanpa halangan apapun, ibarat tanaman yang terkena sinar matahari,
11 panguasamu A#
dadi lan sêgêre ananging apa bisa kêmbang sanalika/ mêsthi ora, bisane kudu ana antaraning mongsa, mangkono uga murid basane iya ana antaraning mongsa, ora liwat tatanduran mau kudu ana antaraning mongsa, mangkono murid, yѐn wis katam-[54]pa piwulang katrangane piwulang iki dhamang, bisa uga si murid anarik paedah ing piwulang bisa uga mundhak kabisane.)
akan tumbuh dengan baik, tetapi apakah dapat berbunga saat itu juga / pasti tidak, harus berada diantara musim, begitu juga murid, harus berada diantara musim, tidak lupa tanaman tersebut harus berada diantara musim, seperti itu murid, jika sudah menerima pelajaran keterangan dari pelajaran ini benar-benar mengerti, dapat juga si murid menarik manfaat dari pelajaran, bisa juga bertambah kemampuannya.)
Uga Sanalika Iku Ana Pratandhane Sawêtara.
Lumrahe sajroning siji limang dina wis ana tandhane katarima, iya iku rumongsa mundhak Eigenwoorde lan verbouwen sadhela êngkas banjur awake karasa kuwagang utak lan tali rasane kêbak, kamangkono iku dhasar sanyatane oraa mung katon bae.
Seketika Itu Juga ada Pertandanya Sementara
Umumnya, satu diantara lima hari sudah terlihat tanda penerimaan, yaitu merasa bertambah (Eigenwoorde lan verbouwen), sebentar lagi badannya berasa menduga otaknya dan lupa rasanya penuh, seperti itulah kenyataannya bukan hanya yang terlihat saja.
[55] Upamah
Mara titѐnana yѐn kowe katêmu
mitramu, upama si suta salawase si suta iku
kaduk sêmu eram, yѐn angrungu caritamu
apa–apa, ananging saiki ora. Supaya kowe wêruh sababe, patrapmu dhewe kudu ko
titѐni. Amêsthi kowe banjur ngêrti, yѐn si
suta mau mêsthi tompa (ontongen de batterij) kowe mêsthi tobongan, (Vo) sarta ka- [56] rosanmu tansah suda, marga saka le mu nuruti kakarêpan, lah apa bisa marêm atimu, ora, lah apa kang ko karêpake mau katêkan, iya katêkan, ananging apa timbang karo kangѐlane, ora, saiki kowe ngêrti sababe parlu simpên kukuwatan, si suta angrampas kukuwatanmu, kowe ora bisa malês.
Ibaratnya
Perhatikanlah jika kamu bertemu rekanmu, seumpama si anak selamanya si anak itu heran berlebihan jika mendengar apapun ceritamu, tetapi sekarang tidak. Supaya kamu mengetahui penyebabnya, sikapmu sendiri harus kamu perhatikan. Pasti kamu sudah mengetahui jika anak tersebut pasti menerima (ontongen de batterij) kamu pasthi sedikit terbakar, (Vo), dan ketangguhanmu berkurang, karena kamu terlalu menuruti keinginan, ‘nah apa bisa puas hatimu?, tidak, nah apa yang kamu inginkan tadi tercapai?, ya tercapai, tetapi apakah imbang dengan kesulitannya?, tidak, sekarang kamu mengerti perlunya menyimpan kekuatan!, si anak tersebut merampas kekuatanmu dan kamu tidak dapat membalas!.
Wruh anamu kalѐru lakumu, elinga ma-[57]rang piwulang kang tak sêbutake ing ngarêp, si suta mau singkirna, banjur kowe mêmpênga nglumpuk kakuwatan kang wus ko ocar–acir biyѐn,yѐn ana apa– apa dadi sênênga atimu, wadinên, simpênên kang parimpên, sawangane kaya gampang, ananging kowe wis kulina ngocar- ngacirke gênimu nuruti ardaning
atimu, dadi angѐl, sadhela bae ilang
prayitnamu, satêmah larut dayaning mahnitmu, simpênana kakarêpaning raga, aja beda karo kakarêpaning ati, [58] kang mangkono iku ora mêtu saka piwulang
jaman kuna bae, ananging pancѐn cocog
karo kawruh jaman saiki, ing wêwaton
pathokkan kang gumathok, bab dayane inner lijke stroominge iku lakonana ora
angѐl, anggêre ngêrti têmênan, kêkuwatan mau êpѐkên dadi duwѐkmu, banjur têlukna,
amêsthi kêna ko anggo sakarêp–karêpmu.
Mengetahui dirimu salah dalam lakumu, ingatlah pada pelajaran yang aku sebutkan didepan, anak tadi jahuilah, lalu kamu tekunlah mengumpulkan kekuatan yang kamu hilangkan, jika ada apa-apa maka bahagia hatimu, rahasiakan, simpan rapat-rapat, kelihatanya seolah mudah, tetapi kamu sudah terbiasa membuang-buang apimu menuruti keinginan hatimu, maka sulit, sebentar saja akan hilang kehati-hatianmu, sehingga berkurang daya magnetmu. Simpanlah keinginan ragamu, jangan berbeda dengan keinginan hati, yang seperti itu tidak lepas dari pelajaran jaman kuna, tetapi memang cocok dengan pengetahuan jaman sekarang. Berada dalam patokan yang jelas, tentang energi kekuatan hati itu lakukanlah, tidak akan sulit jika mengerti benar-benar kekuatan tersebut, ambilah menjadi milikmu, lalu taklukanlah. Pasti dapat kamu pakai semaumu.
Piwulang Kang Kaping Wolu. Bab Sinaune.
Kiraku ana murid kang bakal takon, mangke-[59]ne, upami kula sampun sagêd anêlukakên kukuwatan mau, sagêd kula gadhah pikajêngan, ardaning pikajêngan wau sampun kula sabili sarta pangaribawane kula pêndhêt kula kêmpalakên, kados pundi kadadosanipun.
Pangaribawa (geestleracht) kang wus kumpul ana kowe, narik jodhone kang dumunung ana wong liya, kaya dene positieve electri citeit narik, negatif malah
panarike mau ora ko sêdya, kêdhѐping [60]
netramu, solah pakartimu salin ora ko
jarag, samubarang bêcike ko golѐki biyѐn,
ora katêmu, saiki têka dhewe tanpa karana, wis mêsthi têka sabab wus mangkono lakune anggêr–anggêr, yѐn wis têka poma
Pelajaran yang Kedelapan Bab Belajarnya
Dugaanku ada murid yang akan
bertanya seperti ini, ‘seandainya saya sudah
dapat menaklukan kekuatan tersebut, dapat saya memiliki keinginan?, hawa nafsu keinginan tersebut sudah saya kendalikan,serta kewibawaannya saya ambil,saya kumpulkan, bagaimana kejadiannya.
Kesaktian (geestleracht ) yang sudah berkumpul padamu, menarik jodoh yang seharusnya ada pada orang lain, seperti kapasitas listrik positif menarik negatif, penarikannya tidak kamu rencanakan. Kedhipan matamu, pekertimu yang tidak kamu sengaja, bandingkan kebaikan yang kamu cari dahulu, tidak akan kamu temukan. Sekarang datang dengan sendirinya tanpa sebab. Sudah pasti datang,
ja kasusu, yѐn kasuwѐn têkane poma aja nggrêsula.
sebab sudah seperti itu jalannya aturan-aturan. Jika sudah datang masanya jangan terburu-buru, jika terlalu lama datang masanya jangan mengeluh.
Ana Tondha Yêktine
Yѐn ngelmu mahnitisme
mungguhing tanduran wis wiwit rêmbyung, ana tondha yêktine, mripatmu wu-[61]wuh bêning, guwaya wuwuh gumilang, yѐn lumaku wuwuh brêgas, ora duwe pasêmon wêdi, uwas, ewuh, pakewuh, sumêlang, ribêd, ora lawas wong mau bisa mapan pangitis–itisa marang kêkêraning kodrat manusa (hig is met bange ongelijk kig mikpeent vande geheime krachten der manschelijh natuur) wong mau kêna diarani kukuwatan kang thukul saka dayane dhewe, jagad katon padhang, suwe–suwe wong mau anglakokake ajine [62]
pangaribawa, sarѐh ning dhѐwѐke wêruh
Ada Tanda Nyatanya
Jika ilmu magnetisme adalah tanaman, sudah mulai rindang, ada tanda nyatanya, mata kamu bertambah bening, cahaya wajah bertambah bersinar, jika berjalan semakin terlihat gagah, tidak memiliki rasa takut, khawatir, tidak enak hati, ragu, susah, tidak lama orang tersebut dapat masuk dalam hal yang rahasia dalam kodrad manusia (hig is met bange ongelijk kig mikpeent vande geheime krachten der manschelijh natuur), orang tersebut dapat disebut dengan kekuatan yang muncul dari energinya sendiri. Dunia terlihat terang, lama-kelamaan orang tersebut menggunakan ilmu kesaktian, karena dirinya melihat sendiri,