• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS PERSEPSI WALI MURID TERHADAP KEPEMIMPINAN SD ISLAM SIMBANGWETAN BUARAN PEKALONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS PERSEPSI WALI MURID TERHADAP KEPEMIMPINAN SD ISLAM SIMBANGWETAN BUARAN PEKALONGAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ANALISIS PERSEPSI WALI MURID TERHADAP KEPEMIMPINAN

SD ISLAM SIMBANGWETAN BUARAN PEKALONGAN

Analisis digunakan untuk mendapatkan jawaban dari fokus penelitian yang ditujukan dengan cara mengelola data hasil observasi mengenai kepemimpinan SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan dan juga dengan melakukan wawancara kepada wali murid dan instansi sekolah di SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian.

Suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya di sebut proses persepsi. Selain itu persepsi juga merupakan fungsi psikis yang dimulai dari proses sensasi, tetapi diteruskan dengan proses pengelompokkan, menggolong-golongkan, mengartikan, dan mengaitkan beberapa rangsang sekaligus.

Persepsi wali murid terhadap keberhasilan suatu pendidikan merupakan salah satu faktor yang menjadi bahan evaluasi bagi pemimpin sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Kepemimpinan mempunyai peran sentral dalam dinamika kehidupan organisasi di sekolah dan ini merupakan tugas seorang kepala sekolah. Sebagai kepala sekolah dapat menerapkan manajemen sekolah secara

(2)

sistematis dan dapat di evaluasi secara benar, akurat, dan lengkap sehingga dapat mencapai tujuan atau visi secara produktif, berkualitas, efektif, dan efesien. Oleh karena itu, pihak Yayasan memberikan beberapa ketentuan atau sebuah prosedur untuk mendapatkan kepala sekolah yang efektif, yaitu: a) Kepala sekolah di pilih oleh pihak Yayasan, melalui hasil musyawarah antara pengurus; b) Memiliki sikap “Kober” yang berarti selalu melaksanakan tugasnya sebagai pimpinan; c) Memiliki sikap “Bener” yang berarti benar-benar dapat menyesuaikan waktu dan tempat; d) Memiliki sikap “Pinter” yang berarti pintar dalam memimpin yang berakademik dan professional.

Ketiga sikap inilah yang menjadi patokan bagi pemimpim atau kepala sekolah di SD Islam Simbangwetan. Dan setiap kepemimpinan kepala sekolah memiliki masa 3 tahun dalam jabatannya. Hal ini dilakukan, agar bervariatif dan

dapat mengisi dari kekurangan kepemimpinan sebelumnya.1Dari keterangan di

atas maka sebagai kepala sekolah ia perlu memperhatikan kuasa yang diberikanagar lebih memperhatikan sikap-sikap di atas dalam melaksanakan kepemimpinan dan manajemennya.

Dalam meningkatkan kualitas pendidikan, membutuhkan sebuah perencanaan dan pelaksanaan. Selain itu, peran orang tua atau wali murid, guru, dan masyarakat merupakan prinsip-prinsip penting di dalam pelaksanaan pendidikan. Oleh karena itu, melibatkan keluarga, sekolah, dan masyarakat agar tercapainya pendidikan yang bermutu dan berkualitas. Dengan demikian, sebagai

1

Khairon Sahur Roni (Pengurus Yayasan),Wawancara, Pekalongan: 27 Mei 2014, Di

(3)

kepala sekolah ia harus mampu menempatkan perannya sebagai kepala sekolah agar terselenggaranya kegiatan pendidikan yang bermutu dengan melibatkan para orang tua atau wali murid, guru, dan masyarakat.

Pada hakekatnya tugas sekolah adalah memberikan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan fungsi pendidikan, yang pada dasarnya merupakan hasil analisis terhadap keperluan anak yang belajar. Sedangkan hakekat pelayanan pendidikan merupakan fungsi dari suatu lembaga sekolah. Pelayanan pendidikan oleh sekolah adalah melayani keperluan orang tua atau masyarakat yang mempunyai kepentingan terhadap sekolah dengan aturan-aturan dan tata cara yang diterapkan. Kepuasan pelayanan peserta didik sebagai pelanggan akan meningkatkan citra sekolah yang baik dari masyarakat, dengan dukungan dan persepsi masyarakat yang baik kepada sekolah, menjadikan sekolah itu semakin berkualitas.

Jadi, untuk mengubah wajah dan kiprah sekolah menjadi sekolah efektif dan produktif, kepala sekolah tidak akan dapat berjalan dengan sendirian. Sekolah, keluarga, dan masyarakat merupakan tripusat pendidikan. Dalam melaksanakan tugasnya, sekolah harus menggandeng keluarga dan masyarakat. Untuk menjalin hubungan secara timbal balik dan kerjasama antara sekolah dengan keluarga dan masyarakat maka sekolah harus memiliki media komunikasi.

Tentang mutu pendidikan SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan sebagaimana disampaikan oleh bapak Nur Bayan yang berprofesi sebagai pedagang, sebagai berikut:

(4)

“Mutu pendidikan SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan dapat dilihat dari para pendidiknya yang mempunyai ketelatenan, perhatian, dan kesabaran dalam menghadapi peserta didik sehingga saya tidak khawatir

menitipkannya di sekolah tanpa pengawasanku”.2

Pernyataan di atas dapat diketahui bahwa kompetensi pendidik sangat urgen dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Kesabaran dan ketelatenan adalah kompetensi keperibadian yang harus ditunjukkan kepada peserta didik. Dengan sikap sabar, perhatian, dan telaten maka peserta didik akan mempunyai penilaian terhadap pendidiknya bahwa pendidiknyaadalah baik.

Hal senada juga disampaikan oleh ibu Nur Hidayah yang berprofesi sebagai pedagang, sebagai berikut:

“Lulusan dari SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan itu lebih baik dibandingkan dengan sekolah dasar lainnya, karena para pendidiknya sabar dan telaten dalam menghadapi peserta didik”.

Dengan kata lebih baik pada pernyataan di atas, akan menimbulkan perasaan saying. Sedangkan perilaku sabar dan telaten juga harus dimiliki oleh seorang pendidik, sebab kepribadian tersebut merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang pendidik selain itu dengan sikap tersebut maka menghasilkan tingkat pencapaian perkembangan anak yang meliputi nilai-nilai agama dan moral, kognitif, fisik, bahasa, dan sosial emosional.

Kepala sekolah dengan perannya sebagai pemimpin di sekolah, menunjukkan bahwa ia sebagai orang nomor satu di sekolah tersebut. Kepala sekolah diberikan kuasa memimpin semua pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di sekolah dalam rangka pencapaian mutu sekolah. Sebagaimana

2 Nur Bayan, Wali Murid SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan, Wawancara

(5)

disampaikan oleh ibu Fauzah selaku pendidik di SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan sebagai berikut:

“Sebelum mengambil suatu kebijakan, biasanya kepala sekolah mengadakan rapat terlebih dahulu untuk menampung beberapa pendapat dan aspirasi yang relevan, kemudian dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan mendengarkan masukan-masukan dari peserta rapat tersebut dan selanjutnya diambilah sebuah keputusan. Dan hasilnya disosialisasikan ke

seluruh instasi terkait termasuk wali murid”.3

Dari pernyataan di atas menunjukkan bahwa kepemimpinan yang digunakan oleh kepala sekolah SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan termasuk jenis kepemimpinan demokratis. Hal ini ditunjukkan dengan adanya musyawarah dalam mengambil suatu keputusan melalui mendengarkan masukan-masukan dari bawahan untuk mencapai mufakat. Jadi, tipe kemimpinan SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan menginterpretasikan kepemimpinan tipe kepemimpinan demokratis dalam memanajemen dan memimpin sekolah.

Tentang output dan outcome SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan

sebagaimana disampaikan oleh bapak Imanudin, sebagai berikut:

“Bahwa peserta didik di SMP 14 Simbangwetan yang berasal dari SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan memiliki prestasi akademik yang

baik seperti menjadi juara kelas”.4

Dari pernyataan di atas menunjukkan bahwa lulusan SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan mempunyai pengetahuan akademik yang baik. Sehingga secara tidak langsung prestasi akademik tersebut merupakan peningkatan mutu pendidikan SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan.

3 Fauzah, Pendidik SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi,

Pekalongan, 23 Juli 2014

4

Imanudin, Wali Murid SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 29 April 2015

(6)

Hal senada juga disampaikan oleh bapak Rizal, sebagai berikut:

Output SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan memiliki

pengetahuan agama yang tidak kalah dengan peserta didik dari sekolah

Islam lainnya”.5

Dari kata tidak kalah pada pernyatan di atas, akan menimbulkan rasa puas. Pengetahuan agama merupakan hal yang penting dalam membentuk kepribadian peserta didik. SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan merupakan sekolah dasar Islam yang berbasis madarasah Islam maka untuk mata pelajaran agama tidak berbeda dengan madrasah-madrasah Islam lainnya.

Proses pembelajaran merupakan faktor terpenting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, agar proses pembelajaran dalam berjalan efektif dan efesien membutuhkan sebuah pengelolaan manajemen yang baik. Pengelolaan manajemen yang baik dapat dilihat dari standar pengelolaannya. Standar pengelolaan manajemen SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan sebagaimana disampaikan oleh kepala sekolah, sebagai berikut:

“Pengelolaan manajemen SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS) yang ditunjukkan dengan

adanya suatu kemandiriaan, kemitraan, partisipasi, dan keterbukaan”.6

Pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan dalam memanajem keuangan sudah adanya kejujuran dan transpran melalui MBS. Hal ini sangat mempengaruhi terhadap mutu pendidikan.

5Rizal, Wali Murid SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi,

Pekalongan, 29 April 2015

6

Khumaidah, Kepala sekolah SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan periode 2011-2014, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 4 Desember 2014

(7)

Persepsi wali murid terhadap mutu pendidikan SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan tidak positif semua, tetapi ada beberapa persepsi wali murid yang negatif. Sebagaimana yang disampaikan oleh bapak Jumairi, sebagai berikut: “Mutu pendidikan SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan banyak mengatakan kurang bermutu, menurut saya kurang bermutu diantaranya kepala sekolah yang memiliki profesi lain diluar sekolah seperti

berdagang”.7

Dari pernyataan di atas merupakan persepsi wali murid yang negative atau kurang baik. Dikatakan negative karena wali murid merasa kepala sekolah sebagai orang yang berperan dalam memanajemen dan memimpin sekolah memiliki pekerjaan lain diluar sekolah sehingga menimbulkan kekhawatiran kepela sekolah tidak akan menjalankan tugasnya dengan baik.

Hal senada juga disampaikan oleh bapak Imronuddin, sebagai berikut:

“Sarana prasarana SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan kurang memadai seperti tidak adanya halaman, pendidiknya ada yang datang

terlambat”.8

Dari kata kurang memadai menunjukkan perasaan kurang puas. Sarana dan prasarana menjadi pendukung dalam meningkatkan mutu pendidikan terutama dalam belajar mengajar. Oleh karena itu, sarana dan prasarana merupakan hal penting yang harus diperhatikan selain itu sebagai pendidik juga harus mengoptimalkan kompetensi dirinya sebagai pendidik di sekolah.

7 Jumairi, Wali Murid SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi,

Pekalongan, 1 Mei 2015

8

Imronuddin, Wali Murid SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 1 Mei 2015

(8)

Sekolah yang bermutu tidak hanya di lihat dari out put pendidikan saja, tetapi juga ditunjang dari segi kepemimpinan kepala sekolah, sarana prasarana, lokasi sekolah. Lokasi sekolah merupakan salah satu faktor yang penting, karena berkaitan dengan kenyamanan dan pengawasan bagi para wali murid dalam menitipkan putra-putrinya pada pihak sekolah. Sebagaimana disampaikan oleh bapak Duki, sebagai berikut:

“Lokasi sekolah SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan yang baru pada tahun itu kurang strategis, karena selain lokasinya yang cukup jauh dari rumah juga berada dekat dengan pemukiman masyarakat yang bekerja sebagai peternak atau mempunyai hewan ternak yang cukup banyak

sehingga terkadang menimbulkan bau yang kurang sedap”.9

Dari pernyataan di atas menunjukkan bahwapara wali murid merasa kurang puas dan perasaan mengeluh hal ini ditunjukkan dari kata “kurang strategis” dan “bau yang kurang sedap”. Persepsi tersebut muncul ketika perpindahan lokasi sekolah baru berada cukup jauh dan berada di sekitar pemukiman yang bekerja sebagai peternak. Dari keterangan di atas dapat dikatakan bahwa lokasi sekolah merupakan faktor terpenting yang berkaitan dengan kenyamanan.

Hal senada juga disampaikan oleh bapak Haryanto, sebagai berikut:

“Sebagai wali murid, kami merasa kurang nyaman dan tidak dapat mengawasi putra-putri kami karena lokasi sekolah yang cukup jauh dari

rumah sehingga menimbulkan rasa khawatir yang berlebih”.10

Dari pernyataan di atas menunjukkan bahwapara wali murid merasa kurang nyaman dan tidak dapat mengawasi hal ini ditunjukkan dari kata “lokasi

9Duki, Wali Murid SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi,

Pekalongan, 4 September 2014

10

Haryanto, Wali Murid SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 4 September 2014

(9)

sekolah yang cukup jauh” dan perasaan tidak percaya pada pihak sekolah hal ini ditunjukkan dari kata “rasa khawatir yang berlebih”. Dari keterangan di atas dapat dikatakan bahwa lokasi sekolah yang jauh menimbulkan rasa khawatir berlebih pada putra-putrinya.

Dari beberapa persepsi negatif di atas merupakan persepsi dari para wali murid yang mayoritas dari kalangan buruh dan jenjang pendidikan SD sampai SMP. Secara tidak langsung jenis pekerjaan dan jenjang pendidikannya telah mempengaruhi cara merespon terhadap stimulus yang muncul seperti pergantian kepala sekolah dan perpindahan lokasi sekolah. Dari fenomena di atas dapat dikatakan bahwa jenjang pendidikan dan jenis pekerjaan secara tidak langsung mempengaruhi cara merespon terhadap stimulus yang muncul.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis kemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi wali murid terhadap kepemimpinan SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:

1. Persepsi wali murid yang positif (baik), yaitu persepsi wali murid yang

mengatakan bahwa kepemimpinan SD Islam Simbangwetaan Buaran Pekalongan benar-benar bermutu dan merasa puas terhadap pelayanan sekolah. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya keterlibatan semua pihak dalam menyusun program sekolah baik dalam perencanaan maupun dalam memutuskan suatu program melalui komite sekolah yang menjadi pengawas dalam pelaksanaan program.

(10)

2. Persepsi wali murid yang negatif (kurang baik), yaitu persepsi wali murid yang mengatakan bahwa kepemimpinan SD Islam Simbangwetaan Buaran Pekalongan kurang bermutu, sehingga perlu diadakan perbaikan dan perubahan kinerja kepala sekolah yang menyangkut hubungan dengan masyarakat baik dengan wali murid, dan pendidik, peraturan sekolah yang harus ditaati, serta kebijakan-kebijakan yang di ambil.

Harapan dari penulis agar kepala sekolah SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan mampu mengoptimalkan gaya kepemimpinan, dan mampu menjalankan tugasnya dengan sikap keterbukaan dalam menjalin komunikasi dengan semua pihak lembaga pendidikan dan memberikan teladan yang baik.

Referensi

Dokumen terkait

• Total Fixed Cost (FC) atau Biaya Tetap adalah satuan biaya yang besarannya tidak tergantung pada jumlah produk/jasa yang dihasilkan;. • Total Fixed Cost (TFC) adalah jumlah

Ajaran dana punya bertujuan untuk membimbing manusia menuju kesempurnaan lahir bathin yang akan mengantar manusia mencapai surga dan bahkan mencapai Moksa

industrijski ž ivot radnika bio u rukama njihovih predradnika.. Ona je stajala pored radnica i vrednovala kvalitetu “svako g artikla”. Sto g a je odnos s njima trebao biti

Dalam upaya peningkatan motivasi belajar siswa dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran ekonomi sebaiknya menggunakan media yang bervariatif, misalnya dengan

1) Dapat memberikan wawasan baru tentang pembelajaran dengan materi trigonometri untuk menentukan hisab awal bulan Qomariyah. 2) Dapat digunakan sebagai salah satu ilmu

Takalar”. Skripsi ini menjadi acuan utama penulis karena apa yang dipaparkan dalam skripsi ini hampir sama dengan apa yang akan penulis teliti. Meskipun skripsi

bahwa korporasi memperoleh keuntungan atau manfaat dari tindak pidana, dilakukan untuk kepentingan korporasi, korporasi membiarkan terjadinya tindak pidana, tidak

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh motivasi kerja sebagai variabel independen terhadap kinerja karyawan sebagai variabel dependen adalah sebesar 38,1%, sisanya sebesar