• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Tahunan Loka Penelitian Sapi potong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Tahunan Loka Penelitian Sapi potong"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Tahunan

Loka Penelitian Sapi potong

Pengnggung Jawab :

DR. Ir. Dicky Pamungkas, M.Sc.

Penyusun :

Drs. Lukman Affandhy

Ir. Mariyono, M.Si.

Dr. Ir. Aryogi, MP.

Andi Mulyadi, SP.

Bambang Sudarmadi

Yudi Adinata, S.Pt., M.Sc.

Ir. Ainur Rasyid

drh. Dian Ratnawati

Peni Wahyu Prihandini, S.Pt.,MP.

Tata Letak & Desain Sampul

Tri Agus Sulistya, S.Pt.

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

RINGKASAN EKSEKUTIF ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Visi ... 1

1.2. Misi ... 1

1.3. Motto Pelayanan ... 1

1.4. Tujuan dan Sasaran ... 1

1.5. Program dan Kegiatan ... 2

II. HASIL KEGIATAN UTAMA ... 4

2.1. Hasil kegiatan Utama 2013 Pendampingan Teknologi Inovatif Sapi Potong Mendukung PSDSK ... 4

2.2. Peningkatan Mutu Genetik Untuk Pembentukan Pejantan Terpilih Sapi Potong ... 13

2.3. Pengaruh Sinkronisasi Laju Degradasi Protein Dengan Energi Dalam Pakan Berbasis Limbah Pertanian Dan Perkebunan Terhadap Produktivitas Dan Produksi Gas Metan Sapi Jantan Lepas Sapih ... 15

2.4. Pengaruh Level Protein Dalam Ransum Berbasis Bahan Pakan Rendah Serat Terhadap Performans Sapi Betina Bunting ... 18

III. KELEMBAGAAN ... 20

3.1. Organisasi ... 20

3.2. Susunan organisasi ... 22

3.2.1. Urusan Tata Usaha ... 22

3.2.2. Petugas Pelayanan Teknis ... 37

3.2.3. Pengelola Kandang Percobaan ... 40

3.2.4. Pengelola Kebun Percobaan ... 57

3.2.5. Pengelola Laboratorium ... 67

3.2.6. Petugas Jasa Penelitian ... 73

3.3. Sarana dan Prasarana ... 83

3.4. Realisasi Anggaran ... 84

IV. PERENCANAAN DAN EVALUASI ... 92

4.1. Perencanaan ... 92

4.2. Evaluasi dan Pelaporan Tahun Anggaran 2013... 94

4.3. Pemeliharaan Sertifikasi ISO 9001:2008 ... 94

4.4. Persiapan Sertifikasi ISO 17025... 98

4.5. Sistem Pengendalian Intern ... 105

V. EKSPOSE PELAYANAN PUBLIK ... 109

5.1. Indeks Pelayanan Nilai Budaya Kerja (IPNBK) ... 109

(3)

5.3. Penghargaan... 120

VI. DAFTAR PUSTAKA ... 121

LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 1. Personalia Urusan Tata Usaha tahun 2013... 23

Tabel 2. Jumlah Surat Masuk dan Surat Keluar Tahun 2013... 24

Tabel 3. Keadaan tenaga fungsional peneliti menurut pendidikan dan pangkat/golongan dan jabatan pada akhir Tahun 2013... 25

Tabel 4. Keadaan tenaga fungsional teknisi litkayasa menurut pendidikan dan pangkat/golongan Akhir Tahun 2013... 25

Tabel 5. Keadaan tenaga fungsional umum menurut pendidikan dan pangkat/golongan Akhir Tahun 2013... 26

Tabel 6. Pegawai Loka Penelitian Sapi Potong menurut status kepegawaian, pendidikan dan kelompok umur Akhir Tahun 2013... 27

Tabel 7. Status kepegawaian, golongan dan kelompok umur akhir Tahun 2013... 28

Tabel 8. PNS Loka Penelitian Sapi potong yang Meninggal 2013... 29

Tabel 9. Daftar Kenaikan Pangkat Golongan 2013... 29

Tabel 10. Daftar Kenaikan Pangkat Reguler 2013... 29

Tabel 11. Nama Pegawai Peserta Ujian Dinas 2013... 29

Tabel 12. Nama Pegawai Peserta Kursus 2013... 29

Tabel 13. Daftar Pegawai yang memperoleh Kenaikan Gaji Berkala 2013... 30

Tabel 14. Daftar Pegawai Peserta Diklat Fungsional 2013... 32

Tabel 15. Daftar Nama Pegawai Pengajuan Jabatan Fungsional 2013... 32

Tabel 16. Daftar Pengajuan Tugas Belajar 2013... 32

Tabel 18. PNS yang menyelesaikan Tugas Belajar tahun 2013... 33

Tabel 19. Daftar PNS yang Cuti Alasan Penting 2013... 33

Tabel 20. Daftar PNS yang Cuti Besar 2013... 33

Tabel 21. Jumlah PNS Loka Penelitian Sapi Potong yang cuti 2013... 34

Tabel 22. Spesifikasi Kendaraan Roda 4 Toyota Hillux... 35

Tabel 23. Pemeliharaan/perbaikan kendaraan... 36

Tabel 24. Personalia Pelayanan Teknis... 37

Tabel 25. Daftar Pengelola dan Teknisi Kandang Percobaan tahun 2013... 41

Tabel 26. Tenaga kandang percobaan 2013... 42

Tabel 27. Inventaris peralatan kandang percobaan... 45

Tabel 28. Kegiatan siswa dan mahasiswa magang, prakerin dan PKL tahun 2013.... 46

Tabel 29. Perkembangan Populasi sapi potong sampai tanggal 31 Desember 2013. 47 Tabel 30. Beberapa sapi pejantan yang dikerjasamakan dengan stakeholder... 47

Tabel 31. Bahan habis pakai yang digunakan dikandang percobaan 2013... 48

Tabel 32. Obat yang digunakan yang digunakan 2013... 48

Tabel 33. Bahan Pakan kegiatan penelitian 2013... 49

(4)

Tabel 35. Data pengelola dan petugas kebun percobaan tahun 2013... 59

Tabel 36. Inventaris peralatan kebun percobaan... 59

Tabel 37. Data siswa/mahasiswa yang melakukan magang, prakerin dan PKL Januari-Desember 2013 di Kebun Percobaan... 60

Tabel 38. Jenis dan jumlah satuan kegiatan di kebun percobaan... 60

Tabel 39. Personalia Laboratorium... 68

Tabel 40. Data siswa/mahasiswa/Pegawai Negeri Sipil... 70

Tabel 41. Jenis dan Jumlah analisa pelayanan kegiatan penelitian... 71

Tabel 42. Jenis dan Jumlah analisa pelayanan kegiatan di luar penelitian... 72

Tabel 43. Personalia Petugas Jasa Penelitian Loka Penelitian Sapi Potong 2012... 73

Tabel 44. Rekapitulasi Pengunjung Perpustakaan Loka Penelitian Sapi Potong sampai bulan Desember Tahun 2013... 77

Tabel 45. Penyebaran Buku Petunjuk Teknis Loka Penelitian Sapi Potong bulan Januari sampai dengan bulan Juni Tahun 2013... 78

Tabel 46. Penyebaran Leaflet Loka Penelitian Sapi Potong bulan Januari sampai dengan bulan Juni Tahun 2013... 79

Tabel 47. Pemutakhiran website Loka Penelitian Sapi Potong website dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2013... 80

Tabel 48. Jumlah Kunjungan di alamat website http://lolitsapi.litbang.deptan.go.id/ oleh user (masyarakat pengguna) dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni tahun 2013... 82

Tabel 49. Rincian Estimasi Pendapatan dan Realisasi PNBP... 84

Tabel 50. Perbandingan Realisasi PNBP untuk periode yang berakhir 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012... 85

Tabel 51. Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja untuk periode yang berakhir 31 Desember 2013... 86

Tabel 52. Anggaran dan Realisasi Belanja per Kegiatan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2013... 86

Tabel 53. Perbandingan realisasi Belanja untuk periode yang berakhir 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012... 87

Tabel 54. Anggaran dan Realisasi Belanja Pegawai Berdasarkan Sub Kelompok Belanja untuk periode yang berakhir 31 Desember 2013... 88

Tabel 55. Perbandingan Belanja Pegawai untuk periode yang berakhir 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012... 88

Tabel 56. Anggaran dan Realisasi Belanja Barang Berdasarkan Sub Kelompok Belanja untuk periode yang berakhir 31 Desember 2013... 89

Tabel 57. Perbandingan Belanja Barang untuk periode yang berakhir 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012... 90

Tabel 58. Anggaran dan Realisasi Belanja modal Berdasarkan Sub Kelompok Belanja untuk periode yang berakhir 31 Desember 2013... 90

Tabel 59. Perbandingan Realisasi Belanja Modal untuk periode yang berakhir 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012... 91

Tabel 60. Jadwal Pelaksanaan Audit Eksternal... 96

Tabel 61. Hasil Temuan Tim Auditor Audit Ekstern... 97

Tabel 62. Kalibrasi Peralatan Laboratorium... 101

(5)

Tabel 64. Data Pengolahan IPNBK Semester II Tahun 2013... 114

Tabel 65. Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap Loka Penelitian Sapi Potong dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2013... 118

Tabel 66. Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap Loka Penelitian Sapi Potong dari bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2013... 119

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Model Kandang kelompok di Desa Pombewe kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi... 11

Gambar 2. Tempat penggembalaan di desa Pombewe kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi... 11

Gambar 3. Kegiatan Sosialisasi Pendampingan di Kantor Kepala Desa Suling Kulon di Kantor Kepala Desa Suling Kulon Kec. Cermee Kab.Bondowoso... 12 Gambar 4. Kegiatan pendampingan teknologi Di Kobar... 12

Gambar 5. Areal kandang di Balitbu... 12

Gambar 6. Palungan + tempat air minum... 12

Gambar 7. Sapi jantan yang digunakan sebagai materi penelitian... 17

Gambar 8. Kegiatan penampungan feces dan urine... 18

Gambar 9. Foto kegiatan pengamatan parameter penelitian... 20

Gambar 10. Kandang kelompok ( P1,2,3,dan 4) tanpak dari samping (kanan) dan dari depan (kiri)... 53

Gambar 11. Kandang kelompok (kandang N) tanpak dari depan (kiri) dan dari samping (kanan)... 53

Gambar 12. Kandang kelompok E,1,2,3,4 tanpak dari jauh (kiri) dan dekat (kanan)... 53

Gambar 13. Kandang individu (F G) tanpak dari depan (kiri) dan dari belakang (kanan)... 54

Gambar 14. Kandang individu (L) tanpak dari depan (kiri) dan H tampak dari belakang (kanan)... 54

Gambar 15. Kandang pelumbaran sapi Madura... 54

Gambar 16. Kandang pelumbaran sapi Bali... 55

Gambar 17. Kandang beranak (O) tampak dari dalam (kiri) dan tempat perumbarannya (kanan)... 55

Gambar 18. Kandang karangtina(kiri) kode Q, dan kandang jepit/kandang paksa... 55

Gambar 19. Kandang jepit... 56

Gambar 20. Gudang stock bahan pakan (kiri) dan tempat pencampuran pakan (kanan)... 56

Gambar 21. Pengobatan ternak yang sakit... 56

Gambar 22. Kegiatan penimbangan ternak... 57

Gambar 23. Pemberian susu pedet dg dot (kiri) dan pengenalan susu induknya (kanan)... 58

(6)

Gambar 25. Kegiatan rehap (menanam rumput taiwan di lahan baru) di kebun

Gratitunon... 66 Gambar 26. Kegiatan pengiriman rumput dari kebun percobaan ke kandang

percobaan... 66 Gambar 27. Kegiatan penyiapan bibit tanaman pakan ternak di kebun

ranuklindungan... 66 Gambar 28. Kegiatan penyiapan bibit tanaman pakan ternak dan pemupukan di

kebun Ranuklindungan... 67 Gambar 29. Kegiatan pembuatan gorong-gorong di kebun Sumberagung... 67

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1. DAFTAR PEJABAT FUNGSIONAL UMUM LOKA PENELITIAN SAPI

POTONG 2013

2. Lampiran 2. DATA ASET TANAH MILIK NEGARA

3. Lampiran 3. DATA ASET BANGUNAN MILIK NEGARA

4. Lampiran 4. Aset Kendaraan Loka Penelitian Sapi Potong Tahun 2013

5. Lampiran 5. Daftar peminjam koleksi perpustakaan Loka Penelitian Sapi

Potong sampai bulan Juni Tahun 2013

6. Lampiran 6. Daftar Kiriman Koleksi Buku dan Majalah ke Perpustakaan Loka Penelitian Sapi Potong samapi dengan Bulan Juni Tahun 2013

7. Lampiran 7. Daftar penerima buku petunjuk teknis dan leaflet Loka Penelitian

Sapi Potong dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni tahun 2013

8. Lampiran 8. Daftar upload agenda kegiatan yang dilaksanakan dari bulan

Januari sampai dengan bulan Juni tahun 2013.

9. Lampiran 9. Email masuk ke alamat email lolitsapi_litbang@yahoo.co.id dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni tahun 2013

10. Lampiran 10. Email masuk ke jaslit.lolitsapi@yahoo.com dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2013

11. Lampiran 11. Email keluar dari alamat email jaslit.lolitsapi@yahoo.com dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2013

12. Lampiran 12. Upload berita dan artikel yang dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni tahun 2013

13. Lampiran 13. Foto kegiatan Loka Penelitian Sapi potong tahun 2013 14. Lampiran 14. Aspek Penilaian SPI 2013

(8)

I. PENDAHULUAN

Loka Penelitian Sapi Potong sebagai unit pelaksana teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 68/Permentan/OT.140/10/2011 tanggal 12 Oktober 2011 tugas pokok Loka Penelitian Sapi Potong adalah melaksanakan penelitian sapi potong dengan fungsi :a). Pelaksanaan penelitian, eksplorasi, evaluasi, Pelestarian dan pemanfaatan plasma nutfah sapi potong; 2). Pelaksanaan penelitian pemuliaan, reproduksi dan nutrisi sapi potong; 3) Pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis sapi potong; 4). Pemberian pelayanan teknik kegiatan penelitian sapi potong; 5). Penyiapan kerja sama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian sapi potong; 6). Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

1.1. Visi :

Menjadi Lembaga Penelitian Sapi Potong Nasional Bertaraf Internasional, Melalui

Pelestarian dan Pemanfaatan Sumberdaya Plasma Nutfah Sapi Potong.

1.2. Misi :

1) Melakukan penelitian pemuliaan, reproduksi, pakan dan budidaya ternak sapi potong;

2) Menghasilkan produksi biologi berupa bibit, teknologi reproduksi dan pakan sapi potong;

3) Memberikan informasi teknologi dan mengembangkan kerjasama penelitian sapi potong.

1.3. Motto Pelayanan :

Berbagi Teknologi dan inspirasi.

1.4. Tujuan dan sasaran

Kegiatan penelitian dan pengembangan sapi potong adalah ”meningkatkan

kualitas dan kuantitas sapi potong melalui program pemuliabiakan, pakan, reproduksi dan manajemen”.

(9)

1.5. Program dan Kegiatan

Program utama Loka Penelitian Sapi Potong pada tahun 2013 diarahkan untuk penciptaan teknologi dan varietas unggul berdaya saing. Dengan judul kegiatan penelitian sebagai berikut :

1. Peningkatan Mutu Genetik Untuk Pembentukan Pejantan Terpilih Sapi Potong. 2. Perbanyakan Bibit Unggul Sapi PO Bebas Penyakit Reproduksi;

a. Pengelolaan Bibit Sumber Sapi PO Sebagai Penghasil Bibit dan Pejantan Terpilih;

b. Evaluasi Efektivitas Pejantan Sebar Sapi Potong.

3. Ransum Sapi Potong Berbasis Limbah Pertanian dan Perkebunan Ramah Lingkungan;

a. Pengaruh Level Protein Dalam Ransum Berbasis Bahan Pakan Rendah Serat terhaap Performans Sapi Betina Bunting;

b. Pengaruh Singkronisasi Laju Degradasi Protein dengan Energi Berbasis Limbah Pertanian dan Perkebunan Terhadap Produktivitas dan Produksi Gas Metan Sapi Jantan Lepas Sapih.

4. Perbaikan Performans Reproduksi Sapi Potong dengan Level Protein Berbeda dan Identifikasi Proten B Spesifik pada Induk

a. Teknologi Perbaikan Kualitas Semen Beberapa Bangsa Sapi Potong Melalui Sumber Protein Berbasis Limbah Sawit;

b. Teknologi Perbaikan Reproduksi dan Diagnosa Kebuntingan Induk Melalui Identifikasi Protein B Spesifik;

5. Karakteristik dan Manipulasi Mikrobia Rumen Hemat Emisi Gas Karbon dan Metan Dalam Integrasi Sapi Sawit;

6. Percepatan Penyediaan Bibit dan Bakalan Sapi Potong.

7. Pengelolaan Kandang Kelompok “Model Litbangtan” Terhadap Performans Sapi Potong.

8. Produktivitas danTingkat Kecernaan Lima Varitas Rumput Gajah (pennisetum

purpureum spp) di Agroekosistem Lahan Kering.

9. Diseminasi Teknologi Sapi Potong, melalui ekspose, pendampingan dan kerjasama penelitian;

a. Ekspose Hasil Penelitian Sapi Potong

b. Pendampingan Teknologi Inovatif Sapi Potong Mendukung PSDSK; c. Kerjasama Penelitian Sapi Potong.

(10)

Pelaksanaan program kegiatan penelitian Loka Penelitian Sapi Potong berdasarkan orientasi output kegiatan penelitian Program Badan Litbang Pertanian yaitu:

a. Kegiatan Utama adalah kegiatan Litbang untuk mendukung program strategis

Kementrian Pertanian (PSDSK).

b. Kegiatan Strategis adalah kegiatan Litbang untuk mempercepat pematangan

teknologi dan meningkatkan efektivitas pemanfaatan sumberdaya penelitian pertanian (konsorsium, KKP3T, insentif Ristek).

c. Kegiatan In-house adalah kegiatan untuk menghasilkan inovasi teknologi,

diseminasi dan kelembagaan pendukung untuk peningkatan produksi 5 komoditas prioritas serta 30 fokus komoditas pertanian.

Pelaksanaan program kegiatan penelitian Loka Penelitian Sapi Potong berdasarkan Dasar hukum pada UU No 18 tahun 2002 tentang sistem penelitian, pengembangan dan penerapan IPTEK, UU No 17 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional, Inpress No 7 tahun 1999 tentang kewajiban unit kerja untuk menyusun Renstra dan Lakip serta berdasarkan RPJM Kementan dan Restra Badan Litbangtan dan Puslitbangnak.

Program Loka Penelitian Sapi Potong mengacu pada mandat untuk melakukan penelitian dan pengembangan komoditas sapi potong, melaksanakan Program Badan Litbang (penciptaan teknologi dan varietas unggul berdaya saing) dan Program Puslitbangnak, yaitu Peningkatan inovasi teknologi peternakan dan veteriner mendukung PSDSK 2014 antara lain pengembangan eksplorasi dan pemanfaatan sumber genetik, pengembangan sistem perbibitan ternak dan perakitan bangsa ternak dan strategi pakan pola LEISA.

(11)

II. KEGIATAN PENELITIAN

2.1. Peningkatan Mutu Genetik Untuk Pembentukan Pejantan Terpilih

Sapi Potong

Sumberdaya genetik sapi lokal saat ini menghadapi kondisi permintaan produk yang meningkat tetapi keberadaan sumberdaya genetiknya semakin terancam. Upaya peningkatan mutu genetik sapi dapat menjadi salah satu solusi, yaitu melalui pengem-bangbiakan sapi yang memiliki potensi genetik yang baik hasil seleksi, perkawinan, pemurnian dan atau kombinasi ketiganya. Penelitian dilaksanakan selama 12 bulan di kandang percobaan Loka Penelitian Sapi Potong di Grati – Pasuruan, menggunakan 604 sapi PO berbagai tingakatan umur dan status fisiologis, 184 sapi Bali muda dan 157 sapi Madura muda. Selama penelitian, sapi berada dikandang kelompok model Litbangtan, atau di kandang individu, atau di kandang beranak; diberi bahan kering ransum di atas 3% dari berat badan ternaknya dan mengandung protein kasar 9 – 10%, serat kasar ≤ 22% dan TDN 55 – 60%; serta diatur perkawinannya. Pengamatan terhadap parameter dan pelaksanaan seleksi sapi dilakukan sesuai jadwal. Parameter yang diamati : berat badan serta ukuran dan skor kondisi tubuh pada umur dan status fisiologis tertentu; umur beranak pertama, calf crop dan CI sapi betina/induk; libido serta kualitas dan kuantitas semen pejantan. Data diolah dan disajikan secara deskrip-tif. Hasil penelitian

menunjukkan : Populasi dasar sapi PO, Madura dan Bali sebanyak 945 ekor; berat badan

serta ukuran dan skor kondisi tubuh anak sapi saat lahir, saat umur sapih 205 hari, saat umur 12, 18 dan 24 bulan, maupun induk sapi saat beranak dan saat menyapih pedetnya, di tahun 2013 lebih besar/tinggi dibanding tahun 2012 ; umur sapi dara saat beranak pertama di tahun 2013 lebih muda dibanding tahun 2012 (3,1 ± 0,4 dengan3,5 ± 0,2

tahun); calf crop selama tahun 2013 sebesar 69,1% masih sedikit di bawah target yang

sebesar 70% ; calving interval sapi induk produktif selama tahun 2013 sedikit lebih panjang dibanding hasil tahun 2012 (13,7 ± 3,1 dengan 13,0 ± 1,3 bulan) ; dibanding sapi jantan, sapi pejantan mempunyai berat badan yang lebih besar (312,5 ± 70,8 dengan 260,4 ± 101,9 kg), skor kondisi tubuh yang lebih bagus (6,2 ± 0,6 dengan 5,9 ± 0,6) dan tinggi gumba yang lebih tinggi (130,3 ± 5,2 dengan 121,5 ± 8,2 cm); libido, kuantitas dan kualitas semen sapi pejantan sudah memenuhi persyaratan sebagai sapi pemacek pada perkawinan alam. Kesimpulan : peningkatan penotip (performans produksi dan

(12)

reproduksi) pedet/anak sapi, sapi induk dan sapi pejantan di tahun 2013, diduga karena terjadinya peningkatan genotip sapinya.

2a. Perbanyakan Bibit Unggul Sapi PO Bebas Penyakit Reproduksi

Sapi Peranakan Onggole (PO) mempunyai peranan penting dalam peningkatan produksi ternak sapi di Indonesia karena sapi PO mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi. Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas sapi PO pada usaha peternakan rakyat dapat ditempuh melalui introduksi pejantan unggul sapi PO, baik sebagai sumber semen beku maupun sebagai pejantan pemacek.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengembangbiakan, pemilihan pejantan unggul dan pengendalian penyakit strategis bibit sumber sapi Peranakan Ongole (PO); menyiapkan pejantan unggul sapi PO, bebas penyakit strategis sebagai replacement stock dan bibit sebar sebagai sumber semen dan pejantan pemacek. Penelitian dilakukan di kandang percobaan Loka Penelitian Sapi Potong, dengan menggunakan bibit sumber sapi PO sebanyak 141 ekor (pejantan 25 ekor, induk 66 ekor, jantan muda 5 ekor, betina muda 12 ekor, pedet 33 ekor). Bibit unggul sapi potong PO induk ditempatkan kandang kelompok bersama dengan seekor pejantan yang telah ditentukan supaya terjadi perkawinan dan menjadi bunting dengan perbandingan jantan betina = 1 : 20 ekor. Ransum pakan diberikan sebanyak 3 % dari bobot badan ternak. Ransum sapi induk dan pejantan untuk hijauan dan konsentrat sebanyak 40 : 60 %, sedangkan untuk pedet lepas sapih dan calon pejantan di kandang individu sebanyak 30 : 70 %. Ransum pedet lepas sapih dan calon pejantan menggunakan ransum seimbang berbasis LEISA. Parameter yang diukur meliputi performans pedet, induk dan calon pejantan; kualitas dan kuantitas semen calon pejantan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Jumlah pedet yang dilahirkan tahun 2013 berjumlah 25 ekor (13 ekor jantan dan 12 ekor betina). Sehingga jumlah total populasi UPBU sampai akhir tahun (Desember) 2013 sebanyak 157 ekor masing-masing jantan 58 ekor dan betina 99 ekor dengan status fisiologis adalah sebagai berikut : 1) Dewasa: jantan umur > 18 bulan = 20 ekor; betina > 18 bulan = 64 ekor; 2) Muda : jantan 12 – 18 bulan = 3 ekor; betina 12 – 18 bulan = 10 ekor; Lepas sapih: jantan 7 – 12 bulan = 12 ekor; betina 7 – 12 bulan = 4 ekor; Pra sapih: jantan < 7 bulan = 23 ekor; betina < 7 bulan = 21 ekor. Ada tambahan materi sapi PO dari kegiatan Peningkatan Mutu Genetik sebanyak 80 ekor sapi calon bibit dan 5 ekor pejantan terpilih TG 135 pada umur 2 tahun

(13)

(sudah disebar sebagai pejantan pemacek di kelompok peternak), sehingga total populasi sapi PO kegiatan UPBU sebanyak 242 ekor.

Bobot badan lahir jantan 28.04 ± 2.70 kg dan bobot badan lahir betina 25.32 ± 2.21, bobot badan sapih jantan 108.60 ± 35.49 kg dan bobot badan sapih betina 85.50 ± 33.38 kg, bobot badan setahun jantan 149.32 ± 40.60 kg dan bobot badan setahun betina 123.07 ± 25.69 kg, bobot badan 18 bulan jantan 246.41 ± 25.89 kg dan bobot badan 18 bulan betina 222.18 ± 30.38 kg, dengan PBBH (pertambahan bobot badan harian) sebesar 0,47 ± 0,16 kg. Tinggi gumba lahir jantan 75.74 ± 3.65 cm dan tinggi gumba lahir betina 72.04 ± 6.47 cm, tinggi gumba sapih jantan 106.70 ± 6.57 cm dan tinggi gumba sapih betina 98.08 ± 1.33 cm, tinggi gumba setahun jantan 113.33 ± 8.14 cm dan tinggi gumba setahun betina 108.40 ± 2.79 cm, tinggi gumba 18 bulan jantan 122.50 ± 7.78 cm dan tinggi gumba 18 bulan betina 120.75 ± 3.51 cm. Bobot badan saat melahirkan sebesar 380,90 ± 64,9 kg; umur beranak pertama 3,06 ± 0,03; jarak beranak sebesar 14,96 ± 2,77 bulan dan waktu kosong sebesar 5,62 ± 2,76, bulan.

Performans produktivitas calon pejantan unggul menunjukkan bahwa pada umur (gigi) ternak 12 dengan bobot badan rata-rata sebesar 480,90 ± 58,17 kg, tinggi gumba sebesar 144,90 ± 2,42 cm, tinggi kemudi 153,35 ± 3,07 cm, panjang badan sebesar 157,80 ± 8,66 cm dan lingkar dada sebesar 183,30 ± 9,35 cm. Sedangkan performans lingkar scrotum sebesar 31,60 ± 4,25 cm.

2b. Evaluasi Efektivitas Pejantan Sebar Sapi Potong

Kegiatan bertujuan untuk menyebarkan pejantan dan calon pejantan sapi PO sebagai sumber semen dan pejantan pemacek, melakukan evaluasi terhadap efektivitas pejantan sebar sapi PO. Kegiatan dilakukan dengan cara survey; koordinasi dan observasi

terhadap stakeholder yang mengajukan permohonan pejantan di Kota Probolinggo

(Provinsi Jawa Timur), Kabupaten Semarang (Provinsi Jawa Tengah), Kab Bantul dan Sleman (Provinsi DI Yogyakarta). Monitoring dilakukan terhadap pemanfaatan pejantan sebar di Kabupaten Pasuruan dan Blitar (Provinsi Jawa Timur), Kabupaten Kebumen, Kudus dan Klaten (Provinsi Jawa Tengah), Kabupaten Sukabumi (Provinsi Jawa Barat), Kabupaten Panajam (Provinsi Kalimantan Timur) dan Kabupaten Pelalawan (Provinsi Riau). Parameter yang diukur meliputi performans pejantan : bobot badan dan ukuran tubuh, kualitas dan kuantitas semen serta libido, dan penyebaran sapi pejantan, Jumlah sapi betina yang dikawini pejantan, dan produksi straw yang dihasilkan, dan performans pedet (bobot badan dan ukuran tubuh) turunan pejantan sebar. Hasil penelitian

(14)

menunjukan bahwa penyebaran pejantan terpilih tahun 2013 sebanyak 7 ekor dengan rincian 2 ekor calon pejantan di Kabupaten Solok (Sumatera Barat) dan Kab.Batang (Jawa Tengah); dan 5 ekor pejantan untuk kelompok tani di Kab Probolinggo (Jawa Timur), Kab Semarang (Jawa Tengah), Kab.Bantul dan Sleman Provinsi D.I. Yogyakarta. Performans

calon pejantan sebar mempunyai rata-rata umur 2,5 tahun (gigi I2), bobot badan 368 kg,

tinggi badan sebesar 131 cm, Sedangkan performans pejantan umur 2,5 s.d 4 tahun (I2-I4

), rata-rata bobot badan sebesar 567 kg, dan tinggi badan sebesar 144 cm. Hasil evaluasi terhadap pemanfaatan pejantan sebar di kandang kelompok kawin di Kota Probolinggo mengawini sebanyak 20 ekor dan yang bunting sebanyak 8 ekor dengan S/C sebanyak 1 kali; Sedangkan 2 ekor pejantan di Kab Pasuruan masing-masing mengawini sebanyak 21 ekor dan 29 ekor sapi induk. Jumlah semen beku yang dihasilkan atau diproduksi oleh pejantan pada UPTD Pembibitan dan Inseminasi Buatan di Kalimantan Timur selama 5 bulan (Februari s.d Juni 2013) tercatat sebesar 1.025 dosis. Performans pedet turunan pejantan di Kab Pasuruan menunjukan bahwa bobot lahir sebesar 24,8 ± 1,8 kg dan saat sapih (umur 7 bulan) rata-rata bobot badan sebesar 154,2 ±13,1 kg dan tinggi badan sebesar 108 ± 5,0 cm. Kesimpulan bahwa penyebaran pejantan sapi PO sebanyak 7 ekor. Efektivitas pemanfaatan pejantan sebar berdasarkan jumlah sapi betina yang dikawini belum efisien tetapi berdasarkan kinerja reproduksinya mempunyai calving interval atau jarak beranak yang lebih efisien.

3a.

Pengaruh Level Protein dalam Ransum Berbasis Bahan Pakan Rendah

Serat terhadap Performans Sapi Betina Bunting

Protein dan energi diperlukan untuk kebutuhan hidup pokok dan produksi, selain itu kebutuhan air, vitamin dan mineral. Beberapa mineral mikro mempunyai fungsi khusus dalam proses metabolisme terutama pada induk bunting, diantaranya adalah Zn. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh teknologi pakan yang efisien dan ramah lingkungan berbasis hasil ikutan pertanian rendah serat untuk induk dan pedet sapi potong dengan target pencapaian pertambahan bobot badan harian (PBBH) pedet prasapih >0,4 kg dan APP induk ≤90 hari sebanyak ≥70% dari populasi induk. Materi penelitian adalah 20 ekor sapi PO bunting dengan umur kebuntingan 7-8 bulan. Dibedakan menjadi empat kelompok perlakuan pakan yang terdiri atas kandungan protein kasar (PK) 8% dan 12% dengan tambahan dan tanpa tambahan mineral Zn (dalam bentuk ZnSO4) sebanyak 1 mg/kg BB; dengan perincian perlakuan sebagai berikut; (A). PK pakan 8% tanpa tambahan Zn; (B) PK 8% dengan tambahan Zn; (C). PK 12% tanpa

(15)

tambahan Zn dan; (D). PK 12% dengan tambahan Zn. Pakan disusun dengan kandungan SK 15-20% dan TDN 60-65%. Formulasi pakan terdiri atas jerami padi dan konsentrat. Konsentrat berbasis hasil ikutan pertanian/ perkebunan rendah serat, diberikan sebanyak 3,00% BB berdasarkan Bahan Kering (BK). Penelitian dilaksanakan selama 10 bulan, terdiri atas 14 hari masa adaptasi dan sisanya masa pengumpulan data. Parameter yang diamati meliputi konsumsi nutrien (BK, Abu, PK, SK, TDN, NDF, dan ADF ), kecernaan in-vivo, PBBH induk, PBBH pedet, APP induk, SKT induk (saat beranak dan 20 minggu setelah beranak), produksi gas metan (berdasarkan VFA cairan rumen), serta nilai ekonomis pemeliharaan. Rancangan percobaan adalah RAL faktorial 2x2 dengan faktor pertama kandungan PK dan faktor kedua berupa penambahan mineral Zn. Analisis data menggunakan covarian pola searah, sedangkan nilai ekonomis pakan diukur menggunakan R/C rasio. Rataan konsumsi PK Pakan (dasar BK) selama penelitian pada perlakuan PK pakan 8% tanpa Zn, 8% dengan Zn; 12% tanpa Zn dan 12% dengan Zn secara berurutan adalah 10,64; 10,59; 10,57 dan 9,72 kg/ekor/hari; sebesar 2,74 ; 2,66; 2,79 dan 2,53 persen dari bobot badan. Persentase BK asal konsentrat terhadap total konsumsi BK pakan secara berurutan adalah 82,20; 80,15; 85,36 dan 81,47%. Konsumsi PK pakan pada perlakuan A dan B lebih rendah dibandingan perlakuan C dan D. Konsumsi LK, dan BETN pada perlakuan A sama dengan B; lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan C dan D. Perlakuan pakan tidak berpengaruh terhadap kecernaan BK, LK, SK, Abu, BETN, TDN, energi, NDF dan ADF. Perlakuan PK pakan yang diikuti oleh tanpa atau dilakukan penambahan mineral Zn tidak memberikan pengaruh terhadap pola perubahan bobot badan dan PBBH induk pada 6 minggu sebelum melahirkan hingga 20 minggu setelah melahirkan dan SKT pada saat melahirkan dan pada 20 minggu masa menyusui. Perbedaan PK Pakan 8% tanpa Zn, 8% dengan Zn; 12% tanpa Zn dan 12% dengan Zn, pada sapi induk menyusui tidak berpengaruh terhadap pola bobot badan dan PBBH pedet sampai dengan umur 20 minggu. Rataan PBBH pedet pada pakan perlakuan A; B; C dan D masing masing sebesar 0,61; 0,57; 0,56 dan 0,58 kg. Periode APP sapi induk tidak dipengaruhi oleh perbedaan perlakuan pakan. Birahi dan perkawinan pertama tercepat pada hari hari ke-21. Sebanyak 18 ekor (90%) induk telah menunjukkan birahi dan kawin pertama kurang dari 90 hari setelah beranak, dengan tanda-tanda birahi yang tidak jelas/birahi tenang (100%). Persentase kejadian kebuntingan hasil perkawinan pertama sebesar 25%; sehingga dapat memenuhi harapan beranak setiap tahun. Konsentrasi metan, amonia, glukosa dan urea darah tidak dipengaruhi oleh perlakuan pakan. Disimpulkan, bahwa pakan sapi induk dengan kadar PK 8% telah mampu menghasilkan

(16)

pertumbuhan pedet sebesar 0,60 kg dengan tampilan PAPP sapi induk kurang dari 90 hari. Penambahan Zn dan atau peningkatan protein pakan sd 12 % belum menunjukkan peningkatan tampilan pertumbuhan pedet dan perpendekan APP induk. Pemberian pakan dengan kadar PK 8% tanpa tambahan Zn, lebih efisien dibandingkan dengan perlakuan dengan PK 12% maupun perlakuan penambahan Zn.

3b. Pengaruh Sinkronisasi Laju Degradasi Protein Dengan Energi Dalam

Papan Berbasis Limbah Pertanian Dan Perkebunan Terhadap

Produktivitas Dan Produksi Gas Metan Sapi Jantan Lepas Sapih

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan: (1) teknologi formulasi pakan berbasis limbah pertanian dan perkebunan ramah lingkungan yang mampu menurunkan produksi gas metan ≥ 10%, dan (2) respons sapi potong jantan lepas sapih yang diberikan pakan berbasis limbah pertanian dan perkebunan dengan target pencapaian PBBH jantan > 0,60 kg. Penelitian dilakukan di kandang percobaan Loka Penelitian Sapi Potong menggunakan materi 20 ekor sapi PO jantan lepas sapih, bobot badan 125-150 kg. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan jenis pakan dan 5 ulangan. Penelitian dilaksanakan selama 14 minggu, terdiri atas dua minggu masa adaptasi dan 12 minggu masa pengumpulan data.Perlakuan pakan dibedakan berdasarkan basis bahan pakan dan indeks sinkronisasi, dengan perincian sbb.: A. pakan berbasis limbah padi dengan laju sinkronisasi 0,51; B. pakan berbasis limbah padi dengan laju sinkronisasi 0,61; C. pakan berbasis limbah jagung dengan laju sinkronisasi 0,51; dan D. pakan berbasis limbah jagung dengan laju sinkronisasi 0,61. Pakan disusun berdasarkan iso energi dan protein. Pakan terdiri atas hijauan dan konsentrat dengan rasio (dasar BK) 40 : 60. Pakan hijauan pada pakan berbasis limbah padi terdiri atas jerami padi dan rumput lapang, sedangkan hijauan pada pakan berbasis limbah jagung terdiri atas jerami jagung dan rumput lapang. Pakan konsentrat pada pakan berbasis limbah padi terdiri atas dedak padi, tepung gaplek, bungkil kopra, bungkil inti sawit. Pakan konsentrat pada pakan berbasis limbah jagung terdiri atas tumpi jagung, tepung gaplek, bungkil kopra, bungkil inti sawit. Masing – masing pakan dibuat iso energi (+ 60%) dan iso protein (+ 9,9%). Pakan diberikan sebanyak 3,5% dari bobot badan, berdasarkan bahan kering (BK). Data yang dikoleksi meliputi pemberian dan sisa pakan, feses, urine serta bobot badan. Uji kecernaan pakan dan koleksi urine secara in-vivo dilakukan pada minggu ke 12. Sampel cairan rumen dan darah diambil pada minggu ke 13, sebelum pemberian pakan dan 4 jam sesudah

(17)

pemberian pakan. Bobot badan ditimbang setiap 2 minggu. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa : 1). Jenis limbah berpengaruh (P<0,01) terhadap konsumsi PK, BO, dan TDN; kecernaan BK, dan BO; PBBH; konsentrasi urea darah; berpengaruh (P<0,05) terhadap konsumsi BK, LK, dan SK; kecernaan LK, dan TDN; namun tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap konsentrasi asam asetat, asam propionate, asam butirat, Volatile fatty acid (VFA), NH3, CO2, gas CH4 di dalam rumen, uric acid, allantoin; derivat purin dalam urin; pasok N mikroba; retensi N; kecernaan PK; konversi dan effisiensi pakan; rasio C2 dan C3. Konsumsi BK, PK, dan BO pada pakan berbasis limbah jagung lebih tinggi dibandingkan pada pakan berbasis limbah padi. Kecernaan BK, BO, TDN, dan retensi N pada pakan berbasis limbah padi lebih rendah dibandingkan pada pakan berbasis limbah jagung. Sapi yang diberikan pakan berbasis limbah jagung menghasilkan PBBH lebih tinggi dibandingkan pakan berbasis limbah padi. 2). Indeks sinkronisasi berpengaruh (P<0,01) terhadap konsumsi SK, BO, TDN, konsentrasi urea darah; berpengaruh (P<0,05) terhadap konsumsi BK, dan BO; kecernaan BO, dan LK, dan PBBH; namun tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap konsumsi PK; kecernaan BK, PK, dan SK; konsentrasi uric acid, allantoin, derivat purin dalam urin dan pasok N mikroba; serta konversi dan effisiensi pakan; konsentrasi asam asetat, asam propionate, asam butirat, Volatile fatty acid (VFA), NH3, CO2, dan gas CH4 di dalam rumen; serta rasio C2 dan C3. Peningkatan indeks sinkronisasi pada pakan berbasis limbah padi menyebabkan peningkatan konsumsi BK sedangkan peningkatan indeks sinkronisasi pada pakan berbasis limbah jagung menyebabkan penurunan konsumsi BK. Konsumsi BK terhadap bobot badan ternak berkisar 2,75% hingga 3,27%. Perbandingan konsumsi BK terhadap bobot badan ternak pada pakan berbasis jagung lebih tinggi dibandingkan pada pakan berbasis padi. Peningkatan indeks sinkronisasi pada pakan berbasis limbah padi maupun jagung menyebabkan peningkatan konsumsi BO. Peningkatan level indeks sinkronisasi menyebabkan penurunan kecernaan BO pada pakan berbasis limbah padi maupun jagung. Penurunan nilai kecernaan nutrien seiring dengan peningkatan indeks sinkronisasi disebabkan oleh peningkatan konsumsi nutrien. PBBH pada pakan berbasis limbah padi meningkat dengan semakin meningkatnya indeks sinkronisasi, sebaliknya pakan berbasis limbah jagung PBBH pada indeks sinkronisasi 0,51 lebih tinggi dibandingkan pada pakan dengan indeks sinkronisasi 0,61. 3). Bobot badan berpengaruh (P<0,01) terhadap konsumsi TDN dan berpengaruh (P<0,05) terhadap konsumsi LK; kecernaan BO; retensi N; namun tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap PK, SK, dan BO; kecernaan BK, PK, SK, LK, dan TDN; konsentrasi uric acid, dan retensi N. 4). Waktu setelah pemberian pakan

(18)

tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap konsentrasi asam asetat, asam propionate, asam butirat, rasio C2 dan C3, Volatile fatty acid (VFA), NH3, CO2, urea darah, dan gas CH4 di dalam rumen. VFA pada jam ke 0 dan 4 dan ke 8 tidak perbedaan sehingga dapat dikatakan bahwa konsentrasi VFA di dalam rumen stabil. Produksi amonia pada 4 jam setelah pemberian pakan lebih tinggi dibandingkan pada 0 jam. 5). Hasil analisis ekonomis pakan yang didasarkan pada nilai input berupa harga pakan dan nilai output berupa harga dari PBBH pedet dalam bentuk nilai IOFC per hari masing-masing perlakuan adalah pakan berbasis limbah padi IS 0,51 (Rp 13.577,00), pakan berbasis limbah jagung IS 0,61 (Rp 14.711,66), pakan berbasis limbah jagung IS 0,51 C (Rp) 17.454,60 dan pakan berbasis limbah padi IS 0,61 (15.527,09). Pakan berbasis limbah jerami padi menghasilkan IOFC per hari (Rp 14.144,33) lebih rendah dari pada pakan berbasis limbah jagung menghasilkan IOFC Rp 16.490,84. Disimpulkan, bahwa peningkatan indeks sinkronisasi

mampu menurunkan produksi emisi gas metan dan CO2. Peningkatan indeks sinkronisasi

selain dapat menurunkan emisi gas metan juga mampu meningkatkan keuntungan petani, namun pakan berbasis limbah jagung menghasilkan keuntungan lebih besar dari pada pakan berbasis limbah padi.

4a. Teknologi Perbaikan Kualitas Semen Beberapa Bangsa Sapi Potong

Melalui Sumber Protein Berbasis Limbah Sawit

Pada saat ini penggunaan limbah sawit sebagai pakan ternak semakin marak. Namun demikian belum banyak diketahui bagaimana performans reproduksi sapi jantan dengan pakan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah Memperoleh teknologi peningkatan kualitas semen melalui perbaikan protein ransum berbasis limbah sawit. Penelitian ini dilakukan di PTPN 6 Jambi dengan menggunakan 30 ekor sapi jantan yang dibedakan dalam tiga perlakuan pakan berbeda; perlakuan I (ransum protein 12% dan suplemen), perlakuan II ( ransum protein 12%) dan perlakuan III (ransum kontrol pola PTPN 6). Parameter yang diukur diantaranya: konsumsi pakan, libido, motilitas sperma, gerakan massa, konsentrasi sperma, persentasi hidup sperma, abnormalitas sperma, volume, pH, konsistensi, warna, SKT dan pertambahan bobot badan harian. Penelitian disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Analisa data menggunakan ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas semen sapi jantan dengan ransum protein 12% (dengan atau tanpa suplemen) dan pola PTPN 6 (10%) tidak berbeda nyata namun sudah memenuhi standar kualitas semen sapi jantan (abnormalitas sperma <20%, motilitas sperma >50% dan konsentrasi sperma >500 juta/ml). Dengan pertimbangan tersebut maka level protein

(19)

10% lebih efisien karena biaya yang dikeluarkan lebih rendah. Kesimpulan dari kegiatan penelitian ini adalah Level protein ransum 10% berbasis limbah sawit mampu mendukung performans reproduksi sapi jantan (kualitas semen).

4b. Diognose Kebuntingan Dini Sapi Induk Melalui Identifikasi Protein B

Spesifik

Keterlambatan informasi terjadinya kebuntingan pada sapi potong, merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya efisiensi performans reproduksi sapi induk, sehingga dibutuhkan metode deteksi kebuntingan dini. Kadar protein B atau Pregnancy Specific Protein B (PSP – B) di darah sapi sejak awal kebuntingan, dapat digunakan untuk deteksi tersebut. Penelitian dilaksanakan selama enam bulan di kandang percobaan Loka Penelitian Sapi Potong di Grati – Pasuruan, dan selama satu bulan di Laboratorium Kebidanan Fakultas Kedokteran Hewan Unair; menggunakan 20 sapi PO induk yang tidak bunting dan normal perkembangan folikelnya, serta untuk mendapatkan kebuntingan digunakan 2 sapi PO pejantan yang terbiasa untuk kawin alam. Selama penelitian, sapi diberi bahan kering ransum di atas 3% dari berat badan ternaknya, mengandung protein kasar 9 – 10%, serat kasar ≤ 22% dan TDN 55 – 60%. Dilakukan pengamatan 24 jam/hari selama 4 bulan terhadap kejadian kawin, setiap sapi induk yang kawin diambil sampel darahnya di vena jugularis pada hari ke 2, 4, 8, 16 dan 30 setelah kawin. Sampel darah di centrifuge dan serumnya diambil sebagai sampel. Analisis serum darah menggunakan metode ELISA dan hanya dilaku-kan terhadap sampel dari perkawinan yang menghasilkan kebuntingan. Parameter yang diamati : kejadian dan kondisi tubuh sapi induk saat kawin; kadar protein B, progesteron dan kortisol di beberapa hari umur kebuntingan, serta konsumsi nutrien ransum. Data diolah dan disajikan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan : berat dan skor kondisi badan sapi induk yang ideal saat kawin, mampu menghasilkan kebuntingan 19 dari 20 sapi induk; kadar protein B pada umur kebuntingan : 2 hari = 2 hari = 1,25 ± 0,75 ng/ml, 4 hari = 2,32 ± 1,21 ng/ml, 8 hari = 4,84 ± 3,67 ng/ml, 16 hari = 9,48 ± 7,45 ng/ml dan 30 hari = 8,24 ± 7,64 ng/ml; kadar progesteron pada umur kebuntingan : 2 hari = 0,54 ± 0,47 ng/ml, 4 hari = 0,60 ± 0,43 ng/ml, 8 hari = 1,44 ± 0,64 ng/ml, 16 hari = 1,76 ± 0,56 ng/ml dan 30 hari = 2,12 ± 0,69 ng/ml; kadar kortisol pada umur kebuntingan : 2 hari = 5,46 ± 1,55 ng/ml, 4 hari = 7,94 ± 1,91 ng/ml, 8 hari = 14,60 ± 6,63 ng/ml, 16 hari = 9,05 ± 2,41 ng/ml dan 30 hari = 7,05 ± 1,98 ng/ml; konsumsi nutrien bahan kering, protein kasar dan TDN ransum telah mampu mendukung siklus estrus yang normal dan kebuntingan.

(20)

Kesimpulan : identifikasi kebuntingan dini melalui keberadaan kadar protein B darah pada sapi potong lokal, sudah dapat dilakukan pada hari kedua setelah terjadinya fertilisasi. 5. Karakteristik dan Manipulasi Mikrobia Rumen Hemat Emisi Gas Karbon dan

Metan Dalam Integrasi Sapi Sawit;

Gas metan yang berasal dari total populasi ternak ruminansia yang ada di dunia telah menyumbang 12-15% dari total aliran gas metan di atmosphere. Banyak faktor yang mempengaruhi emisi metana dan karbon dari ternak ruminansia. Diperlukan strategi memanipulasi pakan dan ekosistem rumen guna mengurangi emisi gas metan asal ternak yang sekaligus dapat meningkatkan pertambahan bobot badan ternak. Tujuan Penelitian

adalah : (1) Memperoleh karakteristik Deoxyribose Nucleic Acid (DNA) mikrobia rumen

(bakteri, protozoa, jamur) pencerna serat hemat emisi gas karbon dan metan, (2) Mengidentifikasi kandungan emisi gas karbon dan metan hasil ekshalasi, dan (3)

Menentukan ransum sapi potong yang efisien berbasis kelapa sawit rendah emisi gas

karbon dan metan. Kegiatan 1, merupakan tahapan karakterisasi DNA mikrobia rumen (bakteri, protozoa dan jamur) penghasil gas karbon dan metan yang diisolasi dari rumen sapi (berfistula) yang mendapat 3 (tiga) macam perlakuan pemberian pakan, yaitu (a)= pakan serat tinggi (kandungan > 26% SK), (b)= pakan serat sedang (15-25% SK), dan (c)= pakan serat rendah (<14% SK). Kegiatan 2, merupakan percobaan in vivo. Sebanyak 24 ekor sapi jantan (umur 11-I2) dimasukkan ke dalam kandang individu dan dibagi ke dalam 3 (tiga) kelompok pemberian pakan, yakni (A)= ransum serat tinggi (kandungan > 26% SK), (B) =ransum serat sedang (15-25% SK), dan (C) = ransum serat rendah (<14% SK). Lokasi percobaan di PTPN VI, Kab Batanghari (Jambi) dan di Kab. Kotawaringin Barat (Kalimantan Tengah). Parameter yang diukur: konsumsi dan konversi pakan, ekosistem rumen (VFA, pH, dan NH3 rumen), pertambahan bobot badan, dan analisis ekonomi. Luaran dalam tahapan ini adalah formulasi ransum hemat emisi gas karbon dan metan pada pakan berbasis kelapa sawit. Data yang diperoleh dalam kegiatan

1 dan 2, dianalisis menggunakan rancangan acak lengkap pola searah (One Way Analysis)

menggunakan program SPSS ver. 20. Hasil kegiatan 1, Evaluasi karakteristik DNA mikrobia rumen masih dilanjutkan pada TA 2014. Bakteri pada sapi fistula umumnya berbentuk cocci in pairs (gram+), cocci in clusters (gram+), dan rod with round ends

(+/-). Sedangkan strain protozoa didominasi oleh Epipinium ecaudatum, Eremoplastron bovis,

(21)

sawit, pakan berserat rendah menghasilkan kandungan CH4 (10,87 ml) lebih rendah (P<0,05) dibanding pakan serat sedang (23,92 ml) dan serat tinggi (26,72 ml). Namun

demikian kandungan NNH3 pada pakan serat rendah (430,65 mg/L) lebih tinggi (P<0,05)

dibandingkan dengan pakan serat sedang (259,32 mg/L) dan serat tinggi (305,56 mg/L). Rataan populasi bakteri pada pakan serat sedang (13,82x109/ml) lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan pakan serat rendah (9,11 x 109/ml) dan serat tinggi (4,71x109/ml). Hasil yang sama ditunjukkan pada populasi protozoa bahwa protozoa pada pakan serat sedang (40,52x106/ml) lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan pakan serat rendah (19,83 x 106) dan serat tinggi (15,67x106 ml). Menggunakan persamaan regresi persamaan Y = 0,034 X – 3,828, diprediksikan bahwa produksi gas metan pada kandungan SK tinggi berkisar 231,4 – 439,2 gram/hr, produksi gas metan pada kandungan SK sedang berkisar 247,0 – 404,0 gram/hr, sedangkan produksi gas metan pada kandungan SK rendah berkisar 171,4 – 366,7 gram/hr. Hasil Kegiatan 2, menunjukkan bahwa pakan serat tinggi mempunyai populasi protozoa (6,98 x 106/ml) tertinggi (P<0,05) dibandingkan pakan serat rendah (5,24 x106/ml) dan serat sedang (4,12 x106/ml) Sedangkan populasi bakteri pakan serat sedang (8,14 x 109/ml) adalah tertinggi diikuti pakan serat tinggi (6,97 x 109/ml) dan serat rendah (6,25 x 109/ml).

Pakan serat tinggi dan serat sedang menghasilkan kandungan CH4 yang sama (22,18 ml

vs 21, 84 ml), namun lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan pakan serat rendah (12,41 ml). Sebaliknya, pakan berserat rendah dan sedang menghasilkan kandungan NNH3 (151,95 mg/L dan 146,18 mg/L) yang lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan pakan serat tinggi (93,41 mg/L). Sedangkan pH rumen masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata, berkisar 6,70-6,83. Konsumsi bahan kering ransum masing-masing perlakuan tidak terdapat perbedaan signifikan, yakni berkisar 8,23 – 9,08 kg/hr. Namun demikian kecernaan bahan kering pada pakan serat tinggi (35,89%) adalah lebih rendah (P<0,05) dibandingkan dengan kecernaan bahan kering pada pakan serat sedang (44,28%) dan serat rendah (44,13%). Pertambahan bobot badan pada pakan serat rendah (1,19 kg/hr) adalah tertinggi (P<0,01), diikuti pakan serat sedang (0,75 kg/hr) dan pakan serat tinggi (0,17 kg/hr). Sedangkan konversi pakan tidak menunjukkan perbedaan walaupun dalam variasi yang cukup besar, yakni berkisar 7,77 – 34,00. Kesimpulan yang dihasilkan dari dua kegiatan ini adalah: (1) kandungan serat kasar yang tinggi dalam pakan menghasilkan emisi metan yang lebih tinggi, diikuti dengan tingginya populasi protozoa dan kandungan ammonia nitrogen dalam rumen yang rendah; (2) kandungan serat kasar yang rendah dalam bahan pakan mampu menurunkan kandungan metan, meningkatkan bobot badan

(22)

ternak serta meningkatkan efisiensi penggunaan ransum; (3) emisi gas metan pada pakan berserat berbasis sawit dan non sawit tidak menunjukkan perbedaan, namun populasi bakteri dan protozoa rumen pada pakan berbasis sawit adalah lebih rendah.

FOTO-FOTO KEGIATAN

Gambar 1. Pengukuran konsumsi pakan Gambar 2. Koleksi feces untuk uji kecernaan

Gambar 3. Pengambilan cairan rumen Gambar 4. Preparasi sample cairan rumen

(23)

6. Pengadaan Bibit Sapi Potong

Ternak bibit merupakan ternak yang memenuhi persyaratan dan karakter tertentu untuk dikembangbiakan dengan tujuan standar produksi atau kinerja yang telah ditentukan. Menurut kaidah ilmiah, sejatinya bibit adalah ternak jantan/betina yang mampu bereproduksi dan berkembangbiak; serta memiliki sifat unggul dan lebih unggul daripada rata-rata populasinya yang diakibatkan karena proses pemuliaan melalui seleksi dan/atau kawin silang (Muladno, 2012).

Upaya peningkatan produksi daging dalam negeri dan pencapaian PSDSK 2014, pemerintah telah menerapkan kebijakan melalui peningkatan populasi dan produktivitas sapi potong, antara lain dengan intensifikasi kawin alam, IB dan pemanfaatan betina eks impor serta penjaringan ternak sapi produktif di peternakan rakyat sebagai upaya mempertahankan mutu bibit ternak. Guna mendukung terlaksananya program tersebut Loka Penelitian Penelitian Sapi Potong berperan aktif dengan jalan melakukan pengembangbiakan sapi potong. Loka Penelitian Sapi Potong sebagai lembaga penelitian nasional disamping telah melakukan pengembangbiakan juga telah melakukan pemuliabiakan sapi PO di kelompok dasar (foundation stock) melalui screening dan seleksi mulai tahun 2002 sedangkan untuk sapi Madura dan Bali dimulai tahun 2013 dengan tujuan untuk menghasilkan bibit sapi PO, Madura dan Bali berkualitas.

Loka Penelitian Sapi Potong sebagai lembaga penelitian telah melakukan penelitian Pemuliaan, Breeding, Nutrisi dan Budidaya sapi potong untuk menunjang pembangunan pertanian, kususnya dalam rangka mewujudkan swasembada daging sapi dan kerbau pada tahun 2014. Teknologi hasil penelitian di diseminasikan melalui kegiatan pameran dan promosi pada berbagai kesempatan dan kegiatan pendampingan teknologi secara langsung di lapangan kepada para peternak bersama-sama dengan instansi terkait lainnya. Melalui kegiatan seperti ini, diharapkan Peternakan sapi potong akan berkembang dengan baik, sehingga mampu memenuhi kebutuhan daging pada tahun 2014 sekurang-kurangnya 90% dari kebutuhan daging sapi dan kerbau di dalam negeri. Untuk mempermudah dalam pengembangbiakan dan pemuliabiakan sapi potong lokal yang berkualitas maka perlu dilakukan Pengadaan Bibit Sapi Potong.

(24)

7. Pengaruh Pengelolaan Kandang Kelompok “Model Litbangtan” Terhadap Performans Sapi Potong

Pengelolaan kandang kelompok “Model Litbangtan” diupayakan untuk menciptakan kenyamanan dan keamanan pada ternak sapi sehingga terhindar dari stress akibat cekaman panas maupun pengaruh lingkungan yang disebabkan frekuensi penanganan oleh peternak (pengelola) yang terlalu tinggi. Desain kandang kelompok dengan kondisi semi terbuka memungkinkan terjadinya sirkulasi udara yang lancar sehingga temperatur dalam kandang menjadi optimal. Penelitian ini terdiri atas 2 (dua) sub-kegiatan; yaitu (i) Pengaruh Penggunaan Jenis Litter Kandang Kelompok “Model Litbangtan” terhadap Performans Sapi Potong dan (ii) Studi Kelayakan Pembangunan Kandang Kelompok “Model Litbangtan” pada Usaha Peternakan Sapi Potong Rakyat di Pulau Madura. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola tingkah laku sapi potong pada siang hari adalah berdiri, berbaring dan makan; sedangkan pada malam hari waktunya lebih banyak dihabiskan untuk melakukan aktivitas berdiri, berbaring dan tidur. Selama ternak sapi berada di dalam kandang tidak ada kejadian luka yang menimpa ternak sapi baik disebabkan oleh perkelahian antar sapi maupun gesekan antara ternak dengan beberapa bagian kandang. Rata-rata kandungan unsur hara N, P dan K pada kompos masing-masing adalah 0,91%; 0,56% dan 0,91%; sedangkan C/N adalah 21,83. Populasi lalat yang menempel atau hinggap di dasar kandang (kotoran sapi) berada pada kisaran 0-2,5 ekor selama enam kali pengamatan. Jenis cacing yang ditemukan dalam feses sapi adalah coccidia dan fasciola. Pertambahan bobot badan harian pada sapi PO jantan pada berbagai jenis litter berada pada kisaran 0,43-0,46 kg; sedangkan pada sapi betina PBBH yang dicapai selama penelitian antara 0,32-0,45 kg. PBBH terendah dialami sapi PO betina yang menempati kandang dengan jenis litter sekam. Rata-rata kandungan hormon kortisol sapi jantan pada perlakuan A-0, A-1 dan A-2 berturut-turut adalah 21,90 ng/ml; 12,55 ng/ml dan 29,71 ng/ml; sedangkan pada sapi betina masing-masing adalah 20,66 ng/ml (B-0); 43,55 ng/ml (B-1) dan 45,22 ng/ml (B-2). Problem di beberapa usaha pembibitan sapi potong rakyat di Pulau Madura adalah masih relatif rendahnya angka kebuntingan yang disebabkan oleh berbagai kasus anomali reproduksi pada sapi-sapi induk seperti estrus/birahi semu (silent heat), hipofungsi, corpus luteum persistent (CLP) maupun atropi. Pada umumnya fenomena tersebut dialami oleh peternak yang menerapkan sistem perkawinan inseminasi buatan (IB). Berdasarkan perhitungan analisis ekonomi menunjukkan bahwa angka R/C dan B/C masing-masing sebesar 2,24 dan 1,24.

(25)

8. Produktivitas danTingkat Kecernaan Lima Varitas Rumput Gajah (pennisetum purpureum spp) di Agroekosistem Lahan Kering.

Usaha budidaya Tanaman Pakan Ternak (TPT) saat ini telah menjadi usaha sub sektor peternakan yang berdiri sendiri dengan output bahan pakan sumber serat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kombinasi teknologi budidaya berupa jarak tanam dan dosis pupuk untuk mendapatkan produktivitas tertinggi pada 5 varietas Pennisetum purpureum (cv. Hawaii, cv. Mott, cv. Afrika, cv. King Grass dan cv. Taiwan) pada lahan kering. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan pola faktorial yang terdiri dari 5 faktor varietas, 2 jarak tanam (40 cm dan 60 cm) dan 2 dosis pupuk (150 kg/ha dan 300 kg/ha). Parameter yang di ukur sebagai acuan produksi segar, nilai nutrisi dan kecernaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan tingkat produksi segar varietas yang direkomendasikan adalah cv. Taiwan karena memiliki tingkat produksi segar tertinggi 35,61 ton/ha. Berdasarkan tingkat produksi nutrisi, dan tingkat kecernaan tertinggi varietas yang direkomendasikan adalah cv. Moot dengan kandungan rata-rata protein kasar 10,51 % dan tingkat kecernaan Bahan Organik 57,8%

9a. Ekspose Hasil Penelitian Sapi Potong

Ekspose hasil penelitian Sapi Potong merupakan kegiatan untuk menyampaikan informasi teknologi hasil-hasil penelitian yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang meliputi aspek teknis, sosial budaya, ekonomi dan lingkungan dalam pengembangan usaha sapi potong. Penyebaran teknologi juga dapat dilakukan melalui kegiatan ekspose, seminar, demoplot maupun lembar informasi pertanian diantaranya leaflet, brosur, banner dan kunjungan tamu sehingga memudahkan pengguna untuk mengadopsinya. Manfaat adopsi teknologi antara lain dapat menurunkan biaya produksi, meningkatkan efisiensi dan memecahkan masalah teknis, meningkatkan pangsa pasar dan produktivitas serta lingkungannya. Secara konkrit, kegiatan ekspose hasil penelitian sapi potong dapat dilakukan dalam berbagai bentuk antara lain mengikuti ekspose/pameran dan publikasi ilmiah, penyusunan petunjuk teknis dan penyebaran rakitan teknologi aplikatif yang bersifat umum untuk mendukung langkah-langkah kegiatan operasional PSDSK. Metode pelaksanaan meliputi 1) membuat/memperbaiki obyek kunjungan seperti visitor plot sapi potong yang bekerjasama dengan kegiatan penelitian, unit pengolahan biogas, pemanfaatan kotoran sapi sebagai pupuk organik bagi tanaman, visitor plot penggemukan

(26)

sapi potong komersial serta industri pakan ternak komersial yang bekerjasama dengan kegiatan penelitian atau kemitraan, 2) mengikuti agenda kegiatan diseminasi Puslitbang Peternakan dan lingkup Badan Litbang Pertanian, 3) mengikuti agenda kegiatan yang dilakukan oleh dinas/lembaga terkait lainnya, 4) mengikuti seminar/lokakarya/workshop yang diselenggarakan oleh Badan Litbang Pertanian, Perguruan Tinggi maupun Organisasi Profesi, 5) membuat brosur/leflet, poster, banner, tulisan ilmiah/populer, juknis, dan lain-lain, 6) serta menggali hasil penelitian sapi potong aplikatif yang dihasilkan oleh institusi/ lembaga lain. Salah satu tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) dari Lolit Sapi Potong adalah menyiapkan kerjasama, menyampaikan informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil-hasil penelitian sapi potong. Dalam rangka penyebarluasan dan

pendayagunaan hasil-hasil penelitian sapi potong serta memfasilitasi stakeholders

khususnya yang berkunjung ke Loka Penelitian Sapi Potong maka telah dibangun beberapa visitor plot baik untuk keperluan magang maupun studi banding antara lain; (i) unit pengolahan biogas, (ii) unit pemanfaatan kotoran sapi, (iii) penggemukan sapi menggunakan pakan berbasis LEISA dan (iv) pembibitan sapi potong menggunakan kandang kelompok “Model Litbangtan”. Tiga belas even pameran/ekspose yang sudah diikuti oleh Loka Penelitian Sapi Potong sampai dengan bulan Desember 2013 adalah a) ekspose dalam rangka temu koordinasi peneliti, perekayasa, dan penyuluh lingkup Badan Litbang Pertanian (Regional Surabaya) disajikan dalam dua bentuk yaitu ekspose sapi Madura pejantan terpilih sapi induk bunting hasil kegiatan sinkronisasi hormon reproduksi, pedet hasil turunan pejantan terpilih, sapi sonok (peragaan keserasian sapi sonok), dan sapi karapan dan ekspose pedet turunan pejantan terpilih dan kandang kelompok model “Litbangtan” Kelompok peternak Pancong Jaya, Desa Waru Timur Kecamatan Waru; b) lomba, ekspo dan kontes ternak serta gerakan anak gemar konsumsi protein hewani dalam rangka memeriahkan hari jadi Lamongan (HJL) ke 444 tahun 2013; c) Indo livestock expo dan forum di Nusa Dua Convention Center Bali pada tanggal 4 Juni 2013 & 7 Juni 3013 di Nusa Dua Bali; d) Ekspo dan kontes ternak Jawa Timur 2013 di Pasar Hewan baru Kabupaten Blitar tanggal 09 - 12 Juni 2013; e) Expose Krida Pertanian di Batu – Jawa Timur tanggal 13-15 Juni 2013; f) Suropadan Agroekspo 2013 di Temanggung Jawa Tengah pada tanggal 14-19 Juni 2013; g) Gowa tanggal 19-21 Juni 2013 di Kebun Percobaan Gowa BPTP Sulawesi Selatan; h) Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-18 dilaksanakan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) memamerkan berbagai hasil pengembangan teknologi Indonesia; i) Ekspose Nasional Inovasi Perkebunan (ENIP) ke 3 di Jakarta Convention Center; j) Ekspose dalam rangka

(27)

seminar Nasional Peternakan dan Veteriner di Medan pada tanggal 2-5 September 2013; k) Ekspose Inovasi Sistem Integrasi Padi-Sapi mendukung ketahanan Pangan dan Energi di Batang, Kabupaten Semarang Jawa Tengah pada tanggal 1-3 September 2013; l) Hari Pangan Sedunia pada tanggal 29 Oktober- 2 Nopember 2013. Lokasi Hari Pangan SeDunia ke 33 akan dipusatkan di kota Padang Sumbar, tepatnya berada dalam kawasan TVRI Sumbar; m) Ekspose PPSL (Pameran Pertanian Spesifik Lokasi di Kendari pada tanggal 20-25 Nopember 2013. Jumlah tamu pada acara ekspose adalah 3711 orang yang terdiri dari peneliti, perekayasa, penyuluh, pelajar, peternak dan petugas dinas. Dari jumlah tersebut di atas, sebagian besar berasal dari kalangan peternak/masyarakat umum yang mencapai 62,23% (2309 orang) kemudian diikuti oleh kalangan mahasiswa/akademisi dan dinas/instansi masing-masing sebanyak 24,31% (902 orang) dan 13,47% ( 500 orang). Jumlah kunjungan tamu ke Loka Penelitian Sapi Potong baik untuk melakukan studi banding sampai dengan akhir bulan Desember 2013 tercatat sebanyak 1291 orang. Dari jumlah tamu tersebut di atas, sebagian besar berasal dari kalangan mahasiswa/akademisi yang mencapai 46,00% (596 orang) kemudian diikuti oleh kalangan peternak/masyarakat umum dan dinas/instansi/perusahaan masing-masing sebanyak 21,00% (271 orang) dan 33,00% (424 orang).

9b. Pendampingan Teknologi Inovatif SapiI Potong Mendukung PSDSK

Untuk mendukung Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) 2014 diperlukan kegiatan pendampingan teknologi di wilayah PSDSK dengan menyebarluaskan dan mengembangkan beberapa teknologi khususnya teknologi inovatif sapi potong yang diintegrasikan dengan komoditas lainnya. Teknik Pelaksanaan; yaitu melakukan kegiatan pendampingan teknologi sapi potong pada wilayah kerja BPTP dan/atau

stakeholders lainnya di Kab. Sigi Prov. Sulawesi Tengah, Kab. Kota Waringin Barat Prov.

Kalimantan Tengah, Kab. Bondowoso dan Tuban Prov. Jawa Timur, Kab. Bantul Prov. DIY, dan Kab. Solok Prov. Sumatera Barat serta wilayah lain sesuai kebutuhan pengguna (BPTP, UPT Litbang dan dinas teknis lainnya) meliputi: [1] Koordinasi dengan lembaga terkait di tingkat pusat dan daerah (Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Puslitbangnak, BPTP, Pemda, swasta, dan pihak lainnya); [2] Penentuan lokasi pendampingan teknologi sesuai permintaan pengguna; [3] Penyusunan rencana kerja dan teknologi sebagai tanggapan sesuai permintaan pengguna, diantaranya sebagai nara

(28)

Hasil Kegiatan pendampingan teknologi inovasi sapi potong mendukung PSDSK: I.Koordinasi pendampingan PSDSK dalam rangka mendukung PSDSK 2014, yaitu [1] Temu koordinasi peneliti, perekayasa dan penyuluh lingkup Badan

Litbang Pertanian regional Surabaya pada tanggal14-17 Februari 2013, kegiatan Pedampingan Teknologi Inovasi Sapi potong mendukung PSDSK di Hotel JW. Marriot, Surabaya Prov. Jatim; [2] Koordinasi dan workshop pada tanggal 9-11 September 2013 dalam rangka Upaya Penguatan Kelembagaan, Pembiayaan dan Sarana Prasarana Peternakan Dalam Rangka Mendukung Swasembada Daging Sap di Prov. Nusa Tenggara Barat (NTB); [3] Koordinasi program PSDSK dari BPTP Kep. Bangka Belitung pada tanggal 17-19 September 2013, berupa perintisan dan pengembangan budidaya sapi potong di wilayah bekas penambangan timah berupa teknologi budidaya sapi potong spesifik lokasi kondisi agroekosistem bekas penambangan timah. Dilanjutkan dengan kunjungan ke beberapa kandang milik anggota dan kandang kelompok milik Kelompok Ternak SEJAHTERA di desa Kayu Besi, kecamatan Namang, Kab. Bangka Tengah Prov. Kepulauan Bangka Belitung; [4] Koordinasi dan temu lapang pendampingan program PSDSK bersama BPTP DIY pada tanggal 25 September 2013 pada kelompok Tani Ngudumulya Depok Wonolelo Pleret Prov. DIY dalam rangka pelaksanaan pendampingan PSDSK 2014;

[5] Mengikuti detachering untuk mentoring dan sinkronisasi pengembangan sarana dan

prasarana Badan Litbang Pertanian di Yogyakarta, 22 – 24 Oktober 2013; hasil koordinasi diantaranya pengembangan kapasitas instutsi Litbang Pertanian perlu didukung dengan program litkajibangrap sesuai dengan dinamika lingstrat global/regional/nasional/lokal; Disparitas bidang kepakaran dan institusi antar UK/UPT perlu didukung dengan Program Mobilisasi Fungsional (PMF) yang terencana dengan baik dan didukung manajemen pengelolaan yang handal; Pemantapan keterkaitan dan umpan balik antara Balit dan BPTP dalam implementasi litkajibangrap, disamping keselarasan pengembangan sumber daya manusia; [6] Mengikuti workshop Ekonomi Jalur Lintas Selatan Jawa Timur Berbasis Kopi dan Kakao di Surabaya dalam rangka integrasi sapi dan perkebunan mendukung PSDSK 2014 pada tanggal 30 Oktober 2013; [7] Melakukan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian di Hotel Bumi Surabaya, 7 November 2013. FGD ditujukan untuk Memantapkan Arah Pengembangan Integrasi Sapi BUMN Ke Depan”. FGD dibuka oleh Deputi Bidang Koordinasi Fiskal dan Moneter. Salah satu hasil koordinasi dalam rangka mendukung PSDSK antara lain Puslitbang Peternakan siap mendukung pendampingan teknologi penggemukan dan pembiakan sapi siap dengan dituangkan dalam nota kesepahaman

(29)

dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). [8] Mengikuti rapat dan koordinasi “Indobeef” di Puslitbangnak kegiatan pendampingan Inovatif Sapi Potong Mendukung PSDSK pada tanggal 13-14 November 2013. Koordinasi ini terkait dengan kegiatan Pendampingan Teknologi Sapi Potong mendukung PSDSK. Hasil informasi rapat koordinasi ini sangat penting untuk diketahui, guna menjajagi kemungkinan adanya link parameter/variabel pengamatan untuk saling mendukung atau saling melengkapi. Salah satu topik yang diperoleh adalah kegiatan kerjasama ACIAR; yang merupakan salah mendukung PSDSK 2014. Setelah proyek penelitian ACIAR di Indonesia akan berakhir pada tahun 2013 ini, maka telah dilakukan kesepakatan bilateral antara pemerintah Indonesia dan Australia untuk melanjutkan, tetapi dengan nama “Indobeef”. II.Hasil pelaksanaan kegiatan pendampingan teknologi budidaya sapi potong di wilayah PSDSK di beberapa provinsi Indonesia sebagai berikut: [1] Pendampingan Teknologi Di Kab. Sigi Prov. Sulteng; Untuk mendukung program pendampingan PSDSK tersebut BPTP Sulteng bersama Pemda Sulteng memohon kesedian Lolitsapi untuk memberikan informasi teknologi terbaru berdasarkan surat BPTP Nomor 481/LB.400/I.12.20/7/2013 untuk melakukan pendampingan teknologi PSDSK di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah. Saran dan

rekomendasi teknologi inovasi sapi potong mendukung PSDSK 2014 di Sulteng: [a] Introduksi bank pakan pada kandang kelompok di kelompok tani-ternak di Kab. Sigi, [b] Pengaturan perkawinan dengan melaksanakan screening terhadap sapi-sapi jantan di peterkan rakyat, yang akan digunakan sebagai pejantan pemacek, [c] Formulasi pakan spesifik lokasi yang disesuikan dengan status fisiologis dan tujuan pemeliharaan, [d] Teknologi pastura untuk tanaman pakan ternak yang tahan injakan dan pengujian kualitas

tanah pastura untuk peningkatan kapasitas daya dukung, [e] Penyusunan denogram sapi

Donggala untuk mendukung kajian ilmiah sapi Donggala dengan melaksanakan pendataan dan pengukuran eksterior sapi Donggala sesuai dengan preferensi peternak yang mengetahui asal mula sapi Donggala. Selanjutnya akan ditindak lanjuti dengan melakukan pembuatan teknologi kandang kelompok model litbangtan sebagai demoplot kegiatan diseminasi BPTP Sulteng dengan ternak sapi PO akan didatangkan dari Lolitsapi dan perbaikan grand disain Pembibitan Sapi Potong milik UPT dinas terkait di Sulteng sesuai saran Lolitsapi; serta rencana pembuatan kegiatan proposal kerjasama penelitian bersama universitas Tadolako, Pemda, dan badan litbang (Lolitsapi dan BPTP Sulteng) dalam rangka membangun usaha ternak sapi Potong di wilayah Sulteng mendukung PSDSK 2014. [2] Pendampingan teknoloigi di Kab. Bondowoso Prov. Jatim; Untuk kegiatan pendampingan di Kab.Bondowoso sampai dengan akhir Desember 2013, yaitu

(30)

melakukan monitoring rutin kegiatan pendampingan inovatif sapi potong mendukung PSDSK 2014 di kab. Bondowoso Prov. Jatim bersama tim BPTP Jatim dengan melakukan penimbangan rutin pengamatan reproduksi sapi induk dan pedet serta pengamatan dan pendataan sapi percontohan dan kontrol di demo unit desa Suling Kulon Kec Cermee Kab. Bondowoso sekaligus mengadakan pertemuan dengan kelompok tani ternak “Harapan Jaya” desa Suling Kulon kev. Cermee kab. Bondowoso yang dihadiri oleh kelompok perlakuan demo unit dan kontrol serta perwakilan dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Bondowoso (Kasi kesehatan, pertugas teknis dan Inseminator). Di samping itu juga

memberikan penjelasan hasil penerapan teknologi surge feeding bersama tim BPTP Jawa

Timur yang mendatang bibit rumput unggul. Rekomendasi teknologi yang

disarankan di Kab. Bondowoso, pada kelompok Harapan jaya desa Suling Kulon Kec. Cermee Kab. Bondowoso: [a] Untuk segera melakukan seleksi sapi potong induk

pada kelompok peternak Dewi Srijaya, dusun Sumurtanto, desa Ramban Wetan, dan Desa Suling Klon kecamatan Cermee, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur bersama bersama BPTP dan Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Bondowoso dibantu beberapa anggota kelompok tani-ternak dalam rangka memperoleh sapi induk pilihan (SIP) di wilayah Kab. Bondowoso; [b] Induk bunting tua diharapkan diberikan pakan tambahan berupa limbah pertanian atau leguminosa guna mempertahankan skor kondisi tubuh/SKT ≥5 (skala 1-9) pada tiga bulan pasca beranak. SKT yang optimal dapat mempercepat keabnormalan fungsi organ reproduksi, sehingga memperjelas terjadinya birahi dan kawin 90 hari pasca beranak yang berdampak terhadap pemendekan jarak beranak < 13 bulan atau setiap tahun induk dapat menghasikan satu pedet; [c] Untuk mendukung kegiatan pendampingan dalam rangka mendukung PSDSK di Kab. Bondowoso dianjurkan

melakukan penerapan teknologi surge feeding pada pasca beranak (induk laktasi selama

75 hari (2,5 bulan) dengan menggunakan induk pasca melahirkan maksimal 30 hari dan induk bunting 8-9 bulan. Untuk suplementasi pakan berasal dari biomass lokal antara lain tumpi jagung (40%), dedak padi (50%), tetes (10%), kapur (1%) dan garam (1%). Hasil yang diperoleh dari kegiatan demo plot antara lain anestrus post partus sapi induk sebesar 78,6±30,1 hari dan conception rate 66,7 % pada kelompok percontohan dan 105,5±18,4 hari dan 46,7 % pada kelompok kontrol; [d] Pelatihan pembuatan pakan tambahan berupa campuran dedak padi, tumpi jagung, garam, tetas dan kapur bersama kelompok guna menambah pengetahuan dibidang pakan sapi, sehingga agak lebih efisien penggunaan pakannya; [e] Dianjurkan pula untuk menanam rumput unggul dan leguminosa di pinggir sawah atau tanah yang kosong termasuk pagar sebagai gantinya

Gambar

Gambar 1. Pengukuran konsumsi pakan  Gambar 2. Koleksi feces untuk uji kecernaan
Gambar 1 . Struktur Organisasi
Tabel 2. Jumlah Surat Masuk dan Surat Keluar Tahun 2013.
Tabel 5.  Keadaan tenaga fungsional umum menurut pendidikan dan pangkat/golongan  Akhir Tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan basis gel dan konsentrasi ekstrak bunga rosella yang berbeda mempengaruhi sifat fisik gel dan efektivitasnya dalam penghambatan Staphylococcus epidermidis, dimana gel

Penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi dialer mobil yang ada di kota Pontianak untuk mengembangkan aplikasi web layanan pemberitahuan jasa service mobil berbasis

menjelaskan struktur hidrasi kulit kedua dari ion, seperti jumlah molekul air yang terkoordinasi dan jarak interaksi antara ion dan molekul air [1], oleh sebab itu diperlukan

Sderenbang Polri Baintelkam Polri PT Pos Indonesia (Persero) Sekmil Presiden Drs. Contoh Buku Catatan Jumlah Penerimaan Surat.. Sehubungan dengan rujukan tersebut di atas,

Penegasan yang sama diatur dalam Pasal 20 UUHT, Perlindungan hukum terhadap pihak bank selaku kreditur dalam eksekusi obyek hak tanggungan, yaitu dalam hal debitur cidera janji,

Keluarga sejarah 3 (KS III)yaitu keluarga – keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologi dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat

Hal yang perlu diperhatikan antara lain : (1) mempergencar sosialisasi tentang PMR dan Lesson Study kepada kepala sekolah, pengurus MGMP, dan guru-guru matematika

Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton,termasuk ganggang dan