• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era bahan bakar fosil segera berakhir. Tingkat kebutuhan energi dunia semakin meningkat dari tahun ke tahun sedangkan bahan bakar fosil yang tersisa persediaannya semakin menipis dan tidak mencukupi lagi karena sumber baru yang belum diketemukan. Alternatif sumber energi lain yang sedang diupayakan, diantaranya energi nuklir, fuel cell, sinar matahari, panas bumi (geothermal), angin dan hidrokarbon yang terbarukan. Sumber hidrokarbon yang terbarukan diantaranya biomassa, biogas, bioetanol dan biodiesel. Biodiesel secara umum disebut juga sebagai Fatty Acid Alkyl Ester dan apabila pada proses produksinya menggunakan metanol sebagai sumber alkohol maka disebut sebagai Fatty Acid Methyl Ester (FAME). Penelitian dan pemanfaatan biodiesel sebagai salah satu sumber energi terbarukan menemukan kemajuan yang berarti. Hal ini ditunjukkan dengan beroperasinya pabrik-pabrik biodiesel dalam skala kecil dan menengah. Menurut data Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, total produksi biodiesel di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 2,2 juta kiloliter dengan total kapasitas terpasang sebesar 5,2 juta kiloliter. Sedangkan menurut data International Energy Agency (2012) hingga tahun 2011 produksi biodiesel dunia tercatat mendekati 17,6 juta kiloliter perhari atau naik hampir 11 kali lipat dibanding produksi tahun 2003, dengan 85% diantaranya dihasilkan oleh negara yang tergabung pada Uni Eropa.

Di Indonesia sebagai bahan baku utama pembuatan biodiesel adalah minyak kelapa sawit (Elaeis. guineensis) yang selama ini juga digunakan sebagai sumber utama produksi minyak makan (edible oil). Menurut data Biro Pusat Statistik, produksi Minyak Kelapa Sawit pada tahun 2012 sebesar 16,8 juta ton. Kebutuhan minyak makan yang juga semakin meningkat menyebabkan industri biodiesel harus bersaing dengan industri minyak makan dalam mendapatkan sumber bahan baku. Hal inilah yang menyebabkan kapasitas produksi biodiesel masih berada dibawah kapasitas terpasangnya. Oleh karena itu mencari alternatif sumber bahan baku biodiesel perlu sekali dilakukan agar tidak terjadi perebutan

(2)

2 sumber bahan baku. Pemilihan minyak sebagai bahan baku biodiesel yang ideal adalah minyak nabati non pangan (non edible oil). Minyak jarak pagar adalah salah satu sumber bahan bakar alternatif yang sangat potensial untuk digunakan sebagai sumber bahan baku biodiesel. Minyak jarak pagar diperoleh dari biji pohon jarak pagar (Jatropha Curcas). Produktivitas biji jarak pagar dapat dipacu hingga lebih dari 8 ton perhektar pertahun (Atabani, 2008). Analisis laboratorium yang dilakukan oleh Akbar (2009) mendapatkan hasil total kandungan minyak di dalam biji jarak pagar dapat mencapai 63% berat kering daging kernel. Kandungan minyak sebesar 63% berat kering daging kernel ini menjadikan biji jarak pagar memiliki kandungan minyak yang lebih tinggi bila dibanding linseed, kacang kedelai dan inti sawit (palm kernel) yang besarnya masing-masing adalah 33,33%, 18,35% and 44,6% (Gunstone, 1994). Keunggulan dari tanaman jarak pagar adalah mampu tumbuh pada lahan kriti dan tidak dimakan oleh binatang. Penanaman jarak pagar dapat dilakukan pada lahan kritis dan juga pematang sawah. Menurut data Kementrian Kehutanan Republik Indonesia, luas total lahan kritis tahun 2011 mencapai 27 juta hektar lebih. Apabila 20% dari lahan kritis ini digunakan untuk budi daya jarak pagar dengan asumsi rendemen minyak sebesar 50 %, dengan demikian potensi minyak jarak pagar yang dapat dihasilkan adalah sebesar 27 juta ton pertahun, jumlah ini hampir menyamai jumlah produksi minyak kelapa sawit di Indonesia (Ulum dan Hariyanto, 2012).. Dengan gambaran ini maka dapat diharapkan penghijauan dengan menggunakan jarak pagar bisa menjadi sumber minyak nabati non pangan dalam jumlah yang cukup besar untuk keperluan indusri biodiesel (Silitonga dkk, 2012).

Minyak jarak pagar adalah salah satu bagian dari minyak nabati. Penggunaan minyak nabati sebagai bahan bakan sudah lama dilakukan. Pada motor bakar luar (External Combustion Engine), minyak nabati dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar, namun pada motor bakar dalam (Internal Combustion Engine/ IC Engine) minyak nabati harus terlebih dahulu diolah agar memenuhi persyaratan bahan bakar motor bakar dalam. Menurut Ma dan Hanna (1999), prinsip dasar pengolahan minyak nabati menjadi bahan bakar adalah menurunkan kekentalan minyak sehingga sesuai untuk digunakan pada motor

(3)

3 bakar dalam. Selanjutnya penetapan kualitas bahan bakar motor bakar dalam dari minyak nabati dibuat dan disusun sehingga mengarah mendekati sama dengan bahan bakar yang diperoleh dari pengolahan minyak bumi. Hal ini dimaksudkan agar pengalihan sumber bahan bakar dari minyak bumi ke minyak nabati dapat dilaksanakan tanpa membuat perubahan yang berarti pada mesin.

Ada berbagai macam proses yang dapat ditempuh dalam pembuatan biodiesel antara lain penggunaan gelombang mikro (microwave assist) (Motasemi dan Ani, 2012, Azcan dan Danisman, 2008). Pada proses ini minyak direaksikan dengan alkohol menggunakan katalisator basa, sedangkan kegunaan dari gelombang mikro adalah sebagai sumber pemanas. Cara lain dalam pembuatan biodiesel dapat dilakukan dengan cara perengkahan cracking, yaitu dengan prinsip pemecahan molekul trigliserida menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana sehingga hasil akhir adalah minyak dengan sifat kimia fisika serupa dengan minyak diesel.Ada dua macam perengkahan, yaitu perengkahan berdasarkan penggunaan panas (thermal cracking) dan perengkahan dengan menggunakan katalisator (catalytic cracking) (Prado dan Filho 2009, Tamunaidu dkk 2007). Penggunaan katalisator dalam proses perengkahan mempunyai tujuan menurunkan energi aktivasi reaksi sehingga reaksi dapat dijalankan pada suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan perengkahan tanpa menggunakan katalisator. Biodiesel juga dapat dibuat dengan cara reactive distillation (Kiss dkk. 2006, Banchero dkk, 2014), cara ini merupakan pengembangan dari proses esterifikasi dimana asam lemak direaksikan dengan alkohol dan menghasilkan ester dari asam lemak (FAME atau Fatty Acid Methyl Ester) serta air, adapun katalisator yang digunakan adalah asam anorganik misalkan asam sulfat atau asam klorida. Pada reactive distillation, proses reaksi esterifikasi berjalan secara simultan dengan proses distilasi yang memisahkan alkohol dan air. Dengan mengambil air dari arus proses maka reaksi bolak balik esterifikasi dapat digeser ke kanan, sehingga yield FAME dapat lebih besar dan proses secara keseluruhan dapat berjalan lebih sederhana.

Cara pembuatan biodiesel yang lain dikenal dengan nama reactive extraction (Shuit dkk, 2010). Cara reactive extraction dilakukan pengecilan

(4)

4 ukuran dari biji-biji tumbuhan yang mengandung minyak dengan cara penggilingan, selanjutnya biji yang sudah digiling dimasukkan kedalam alkohol. Proses ini bertujuan memungut minyak yang terkandung di dalam biji-bijian tersebut. Selanjutnya ke dalam campuran alkohol dan biji yang sudah dihancurkan ini dimasukkan katalisator dan dilakukan proses pemanasan yang bertujuan agar terjadi reaksi transesterifikasi antara alkohol yang digunakan untuk ekstraksi dengan minyak hasil ekstraksi. Setelah proses esterifikasi dianggap cukup maka campuran yang berisi padatan dan cairan dipisahkan, selanjutnya fasa cair dipisahkan antara ester yang terbentuk terhadap gliserol yang merupakan hasil samping reaksi. Sedangkan proses yang paling banyak digunakan hingga saat ini adalah proses transesterifikasi. Proses ini paling banyak dipilih dengan pertimbangan energi yang digunakan paling kecil serta konversi yang diperoleh paling tinggi (Dias dkk, 2008). Proses transesterifikasi pada umumnya menggunakan katalisator yang bersifat basa, sedangkan syarat dari bahan baku minyak harus mempunyai kandungan asam lemak bebas maksimal 1%. Apabila bahan baku minyak mempunyai kandungan asam lemak bebas lebih dari 1%, maka perlu dilakukan pengolahan awal (pretreatment) berupa proses esterifikasi yang akan mengkonversi asam lemak bebas menjadi FAME dan air.

Biodiesel yang diproduksi dengan berbagai cara maupun dari berbagai sumber bahan baku memiliki kelemahan yaitu relatif mudah berubah komposisinya. Proses perubahan komposisi atau sering disebut sebagai dekomposisi dapat terjadi karena pengaruh cahaya, logam, suhu, kelembaban udara, aktifitas mikroorganisme, adaya zat pengotor (impurities), serta keberadaan oksigen. Pada biodiesel, gugus ester mudah berubah apabila mengalami kontak dengan udara. Molekul ester apabila bertemu dengan uap air dapat terhidrolisis dan berubah menjadi alkohol serta asam. Perubahan ester menjadi alkohol akan menurunkan flash point dari biodiesel, sementara perubahan menjadi asam akan menaikkan nilai bilangan asam pada biodiesel (Sarin dkk, 2007). Sementara adanya ikatan rangkap pada rantai asam lemak akan membuat biodiesel juga rentan terhadap proses oksidasi. Biodiesel yang berasal dari minyak nabati yang didominasi oleh asam lemak jenuh cenderung lebih stabil dibanding dengan

(5)

5 biodiesel yang berasal dari bahan baku minyak nabati yang komposisinya didominasi oleh asam lemak tidak jenuh. Namun demikian, biodiesel yang berasal dari minyak nabati dengan prosentase asam lemak jenuh yang tinggi akan mempunyai nilai cloud point dan pour point yang rendah (Canakci dan Gerpen, 2001, Verduzco dkk, 2012). Ikatan rangkap pada asam lemak yang mengalami oksidasi akan membentuk asam, ester lain, aldehida, keton dan lakton (Mc Cormick dkk, 2007). Senyawa-senyawa tersebut dapat menyebabkan turunnya nilai flash point dan juga cetane index. Selain itu apabila digunakan sebagai bahan bakar, maka akan mudah terbentuk residu karbon pada hasil pembakaran (Lin dan Chiu, 2010). Oksidasi yang terjadi pada biodiesel dapat memicu terjadinya perubahan kekentalan, perubahan flash point, kenaikan bilangan asam, dan munculnya senyawa-senyawa baru yang berpotensi mengganggu kinerja mesin dan bahkan merusak mesin.

Pengukuran stabilitas biodiesel terhadap proses oksidasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain analisis terhadap bilangan iodida, bilangan anisida, bilangan peroksida, Induction Period (IP) dan Oxidation Stability Index (OSI) (Shahidi dan Zhong, 2005). Penentuan bilangan iodida dilakukan untuk mengukur jumlah ikatan rangkap pada suatu asam lemak. Bilangan iodida akan tinggi pada asam lemak dengan jumlah ikatan rangkap yang tinggi, sebaliknya apabila ikatan rangkap berkurang karena terjadi oksidasi, maka nilai dari bilangan iodida juga akan berkurang. Dari pengamatan terhadap perubahan nilai bilangan iodida maka bisa diperkirakan prosentasi ikatan rangkap yang sudah teroksidasi oleh keberadaan oksigen. Oleh sebab itu proses dekomposisi biodiesel dapat diperkirakan dengan melakukan pengamatan terhadap perubahan bilangan iodida (Sarin, 2009). Bilangan anisida (Anicide value) dapat digunakan untuk mengukur tingkat ketengikan minyak. Minyak dapat menjadi tengik disebabkan minyak yang mengalami oksidasi akan membentuk hidroperoksida, selanjutnya hidroperoksida akan teroksidasi lebih lanjut (oksidasi sekunder) membentuk aldehida dan keton. Reagen para Anisida (p-anasida) akan bereaksi dengan keton dan aldehida yang dihasilkan oleh reaksi simultan ini. Induction Period atau sering ditulis sebagai IP adalah waktu yang dibutuhkan biodiesel untuk mulai

(6)

6 mengalami oksidasi primer. Pengukuran Induction Period dilakukan dengan menggunakan alat yang bekerja dengan prinsip reaksi yang dipercepat (accelerated test).Pada suhu lingkungan, proses oksidasi mulai berlangsung dalam orde bulan, sedangkan pada reaksi yang dipercepat proses oksidasi berlangsung dalam orde jam, hal ini karena oksidasi dilakukan pada suhu sekitar 110OC. Apabila ikatan rangkap pada asam lemak penyusun biodiesel prosentasenya besar, maka ikatan rangkap tersebut akan semakin cepat teroksidasi, sehingga nilai Induction Period menjadi lebih singkat. Oxygen Stability Index (OSI) adalah cara lain mengetahui potensi terjadinya oksidasi pada biodiesel. Peroksida adalah senyawa antara yang terbentuk ketika reaksi autooksidasi terjadi pada asam lemak yang tidak jenuh. Semakin tinggi nilai bilangan peroksidanya, semakin besar kerusakan yang terjadi pada asam lemak tersebut. Pengukuran bilangan peroksida pada biodiesel dapat menjadi salah satu cara mengetahui kerusakan yang terjadi pada biodiesel yang diakibatkan oleh adanya reaksi oksidasi. Dari berbagai metoda yang menghubungkan antara ikatan rangkap pada asam lemak penyusun biodiesel dengan proses oksidasi ada 2 metoda yang kemudian dimasukkan kedalam standard American Society for Testing and Materials (ASTM), Europe Norm (EN) dan Standard Nasional Indonesia (SNI), yaitu bilangan iodida dan Oxidation Stability (Stabilitas Oksidasi).

Berbagai cara dilakukan untuk mencegah atau menghambat terjadinya dekomposisi pada biodiesel. Beberapa diantaranya adalah melakukan distilasi terhadap biodiesel yang dihasilkan dengan maksud mendapatkan biodiesel dengan komposisi yang dapat diatur, dengan keuntungan adalah limbah yang dihasilkan bisa diminimalisasi, dan kelemahannya adalah masih diperlukannya energi yang besar dalam proses produksinya. Cara lain adalah hidrogenasi terhadap ikatan rangkap asam lemak penyusun biodiesel yang diharapkan menghasilkan biodiesel yang tahan terhadap proses oksidasi.. Keuntungan biodiesel yang dihasilkan memiliki nilai kalor yang lebih tinggi, dan kelemahannya adalah kekentalan biodiesel meningkat, sehingga menimbulkan persoalan di dalam sistem pembakaran. Cara lain yang juga dapat ditempuh adalah penambahan antioksidan ke dalam biodiesel. Antioksidan adalah senyawa yang mampu mencegah

(7)

7 terjadinya proses oksidasi. Penambahan antioksidan ke dalam biodiesel diharapkan mampu memperlambat terjadinya proses oksidasi pada biodiesel. Hasil berbagai penelitian yang dirangkum oleh Jain (2010) menunjukkan bahwa antioksidan sangat spesifik terhadap bahan baku biodiesel dan proses produksi yang ditempuh. Apabila bahan baku biodiesel berbeda maka antioksidan yang efektif untuk digunakan juga akan berbeda, demikian juga biodiesel yang diolah dengan proses distilasi akan berbeda dengan yang tidak dilakukan distilasi didalam penggunaan antioksidannya. Oleh karena itu penelitian mengenai antioksidan dengan tujuan untuk memperlambat dan mencegah terjadinya oksidasi pada biodiesel masih cukup menarik untuk dilakukan.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Teknologi pembuatan biodiesel sudah banyak diteliti, dikembangkan dan diterapkan. Berbagai macam sumber bahan baku dan berbagai jenis proses pembuatan sudah mengantar biodiesel menjadi salah satu sumber energi alternatif yang diproduksi dalam skala industri dan memberikan keuntungan secara ekonomi. Salah satu sumber bahan baku yang potensial untuk dikembangkan dalam produksi biodiesel adalah minyak jarak pagar. Dari penelitian yang sudah dilakukan, untuk kelompok minyak nabati yang tidak bisa dimakan (non edible oil), biji jarak pagar memiliki kandungan minyak yang tertinggi dibanding minyak lain. Secara kimiawi, komposisi asam lemak penyusun jarak pagar didominasi oleh asam lemak tidak jenuh. Hal ini membuat minyak jarak maupun produk biodiesel minyak jarak mudah mengalami dekomposisi karena proses oksidasi dan membentuk asam lemak bebas, aldehid dan keton. Akibat yang ditimbulkan oleh adanya dekomposisi karena oksidasi pada biodiesel adalah perubahan kekentalan biodiesel, kenaikan angka asam, perubahan flash point, dan perubahan angka cetane (cetane number) dari biodiesel. Salah satu upaya mencegah dan menghambat kerusakan biodiesel yang disebabkan karena proses dekomposisi oksidasi adalah dengan menambahkan antioksidan pada biodiesel.

Dekomposisi pada biodiesel dapat terjadi karena aktivitas mikroorganisme, suhu tinggi, reaksi antara biodiesel dengan bahan pengotor (impurities) yang

(8)

8 terdapat di dalam biodiesel dan adanya proses oksidasi pada ikatan rangkap asam lemak penyusun biodiesel. Penelitian ini membatasi masalah pada dekomposisi biodiesel yang disebabkan oleh adanya proses oksidasi. Adapun biodiesel yang diteliti dibatasi pada biodiesel yang dibuat dari minyak jarak pagar. Pengamatan proses oksidasi dibatasi pada reaksi oksidasi yang dipercepat (accelerated reaction). Sedangkan alat yang digunakan didalam pengamatan ini alat Biodiesel Rancimat Test. Pengaruh penambahan antioksidan ke dalam biodiesel yang terbuat dari minyak jarak pagar juga diteliti dengan menggunakan metoda reaksi oksidasi yang dipercepat dengan menggunakan alat Rancimat Test.

C. Keaslian dan Kedalaman

Untuk mengetahui keaslian dan kedalaman dari penelitian yang dilakukan maka dilakukan penelusuran mengenai penelitian yang hampir serupa. Waynick dkk (2005) melakukan karakterisasi terhadap hasil-hasil proses oksidasi pada biodiesel, sedangkan Dinkov dkk (2008) melakukan penelitian pencegahan proses dekomposisi yang disebabkan oleh proses oksidasi pada biodiesel yang berasal dari minyak rapeseed. Adapun Herbinet dkk (2008) mempelajari kinetika oksidasi pada methyl decanoate dengan asumsi bahwa senyawa ini dapat dianggap mewakili karakter biodiesel. Ramos dkk (2009) membuat biodiesel dari 10 macam minyak yang sudah dimurnikan (refined oil) dan melakukan pengujian stabilitas oksidasi terhadap biodiesel yang dihasilkannya. Jain dkk (2010) membuat rangkuman hasil penelitian mengenai stabilitas terhdap proses oksidasi dari biodiesel maupun campuran biodiesel. Sedangkan Kivevele (2011) mempelajari pengaruh antioksidan sintetis terhadap stabilitas pada proses oksidasi pada biodiesel yang menggunakan bahan baku minyak Croton Megalocorpus. Penelitian yang hampir sama juga dilakukan Focke dkk (2012) pada biodiesel dengan bahan baku minyak Canola, minyak biji bunga matahari, dan minyak kedelai. Baik Waynick, Jain maupun Ramos tidak melakukan penelitian mengenai peristiwa oksidasi pada biodiesel dengan bahan baku jarak pagar. Jain (2011) melakukan penelitian stabilitas biodiesel dari jarak pagar yang dicampur dengan petrodiesel.

(9)

9 Anggraeni (2007) melakukan penelitian pengaruh penambahan antioksidan pada ketahanan oksidasi biodiesel jarak pagar selama penyimpanan. Biodiesel yang dibiarkan secara alami akan mengalami kontak dengan cahaya dan udara pada suhu kamar. Hasil penelitian Anggraeni memberi rekomendasi jenis dan konsentrasi antioksidan yang sesuai untuk mempertahankan kualitas biodiesel. Dari penelitian Anggraeni ini belum bisa dibuat perkiraan hubungan antara konsentrasi antioksidan di dalam biodiesel dengan lama waktu penyimpanan.

Penelitian mengenai dekomposisi karena oksidasi pada biodiesel yang berasal dari minyak jarak pagar hingga saat ini belum banyak dilakukan. Tabel yang disusun oleh Jain dan Sharma (2010) mengenai efektivitas penggunaan antioksidan pada biodiesel belum mencantumkan biodiesel dari minyak jarak pagar. Tabel tersebut juga memberi gambaran bahwa apabila bahan baku berbeda maka antioksidan yang diperlukan juga berbeda, demikian juga sekalipun bahan baku nya sama, tetapi apabila proses yang ditempuh berbeda maka efektivitas antioksidan akan berbeda. Bahan baku minyak jarak pagar yang digunakan di dalam penelitian ini mengandung asam lemak bebas yang tinggi, sehingga proses pembuatan biodiesel juga meliputi tahap persiapan bahan baku, pembuatan dan pemurnian biodiesel. Ketiga tahap tersebut sangat berpengaruh terhadap kualitas biodiesel yang dihasilkan, termasuk juga ketahanan biodiesel tersebut terhadap proses oksidasi. Dengan pertimbangan tersebut maka persiapan bahan baku, pembuatan dan pemurnian biodiesel menjadi bagian dari tindakan preventif untuk mencegah dekomposisi biodiesel karena proses oksidasi. Pengujian stabilitas biodiesel terhadap proses oksidasi didasarkan pada Standar EN 14214 baik biodiesel dengan penambahan antioksidan maupun tanpa penambahan antioksidan. Hasil penelitian ini memberikan rekomendasi antioksidan yang tepat untuk digunakan di dalam biodiesel minyak jarak pagar agar dapat memenuhi syarat stabilitas terhadap proses oksidasi.

Reaksi oksidasi pada biodiesel secara umum dibagi menjadi 3 tahap, yaitu inisiasi, propagasi dan terminasi, ketiga tahap reaksi ini bersifat simultan. Pada tahap propagasi, mulai terbentuk bermacam-macam senyawa. Oleh karena itu pengamatan terhadap proses oksidasi yang didasarkan pada pengamatan hasil

(10)

10 reaksi akan menemui kesulitan, sehingga pada penelitian ini pengamatan dilakukan pada berkurangnya ikatan rangkap pada biodiesel. Secara kuantitatif, ikatan rangkap pada biodiesel dapat diketahui dengan analisis bilangan iodida. Dari informasi perubahan bilangan iodida, maka dapat diketahui seberapa banyak keusakan sudah terjadi pada biodiesel. Informasi ini kemudian diolah sehingga dapat diperoleh data untuk menghitung konstanta Arrhenius. Selanjutnya bisa dibuat perkiraan lama waktu penyimpanan dari biodiesel jarak pagar agar tetap dapat memenuhi standar yang berlaku.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui tahap-tahap persiapan bahan baku, perlakuan awal (pretreatment) bahan baku, produksi serta pemurnian biodiesel dan penggunaan antioksidan pada biodiesel yang dihasilkan. Pada masing-masing tahap dilakukan analisis parameter kualitas agar dapat memenuhi syarat. Dari langkah langkah penelitian di atas diharapkan tujuan penelitian dapat dicapai. Adapun tujuan penelitian ini antara lain:

1. Menentukan kondisi proses yang ideal untuk penurunan kadar asam lemak bebas pada minyak jarak pagar, sehingga minyak dapat digunakan sebagai bahan baku biodiesel dengan cara transesterifikasi menggunakan katalisator basa.

2. Mengurangi zat pengotor (impurities) pada biodiesel yang dapat memicu terjadinya oksidasi.

3. Apabila biodiesel yang dihasilkan belum memenuhi syarat parameter stabilitas oksidasi (Oxidation Stability) pada standar kualitas biodiesel, maka dicoba menambahkan zat aditif untuk meningkatkan ketahanan biodiesel terhadap proses oksidasi.

4. Membuat pemodelan dan melakukan validasi terhadap mekanisme reaksi oksidasi pada biodiesel jarak pagar., menentukan parameter kinetika reaksi oksidasi pada biodiesel yang berasal dari minyak jarak pagar.

(11)

11 E. Manfaat Penelitian

Apabila penelitian ini berhasil, maka manfaat yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Industri biodiesel dengan bahan baku minyak jarak dapat berkembang lebih baik, karena minyak jarak pagar dengan nilai asam lemak bebas yang tinggi juga dapat diolah menjadi biodiesel yang memenuhi standar kualitas.

2. Memperoleh parameter kinetika reaksi oksidasi biodiesel jarak pagar yang dapat digunakan untuk memprediksi laju dekomposisi biodiesel jarak pagar, sehingga waktu penyimpanan biodiesel dapat diperkirakan

Referensi

Dokumen terkait

: Desi Lusia Wati : 201324671 : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah : Tarbiyah dan Keguruan FTK : Peningkatan Kemampuan Menulis Permulaan dengan Menggunakan Metode Struktur

Berdasarkan hasil studi pendahulu- an tentang kondisi awal kompetensi guru ditemukan bahwa terdapat 86% guru yang belum memiliki kompetensi menggunakan media daur ulang

Itulah sebabnya CI tertarik bekerjasama dengan pihak TNGGP yang saat itu dapat dikatakan membutuhkan bantuan pihak luar untuk menjaga kualitas hutan tersebut dan

Om Swastyastu. Dané Jero Mangku sané maraga suci, para manggala sané subaktinin titiang, para panglingsir, miwah sameton lanang-isteri sané wangiang titiang. Pamekas

Alhamdulillah, puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya serta shalawat dan salam semoga

1) Linen yang telah digunakan pasien bisa terkontaminasi dengan cairan tubuh (misalnya darah, muntah) dan dapat menyebabkan percikan.. sebaiknya tenaga kesehatan

Alhamdulillahirobbil’Alamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis

Penulis tertarik untuk mengkaji letak persoalan utama dalam naskah “Perempuan Salah Langkah” sekaligus melihat hubungan atau refleksi sosial yang terjadi di dalam objek tersebut