• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Akhir| III-1

Bab-3

Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang.

Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan

sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara

hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi

peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi

lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pembangunan bidang Cipta Karya

harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain

untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat

mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara

lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya

alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta

pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat

pemanfaatan ruang.

3.1.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL (RTRWN)

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan

Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN).

Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM

kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

A.

Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional

1.

Tujuan Penataan Ruang Wilayah Nasional

Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan :

1.

Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan

2.

Keharmonisa antara lingkungan alam dan lingkungan buatan

3.

Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan

kabupaten/kota

4.

Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan, ruang udara

termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia

Rencana Tata Ruang

Wilayah Sebagai Arahan

Spasial RPI2JM

(2)

Laporan Akhir| III-2

5.

Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi,

dan kabupaten/kota dalam rangka perlindungan fungsi ruang dan

penceghan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang

6.

Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan

kesejahteraan masyarakat

7.

Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah

8.

Keseimbangan dan keserasian kegiatan antar sektor

9.

Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional

RTRWN menjadi pedoman untuk :

1.

Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional

2.

Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional

3.

Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah

nasional

4.

Perwujudan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan

antar wilayah provinsi, serta keserasian antar sektor

5.

Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi

6.

Penataan ruang kawasan strategis nasional

7.

Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota

2.

Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional

Meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang.

Kebijakan Pengembangan Struktur Ruang

1. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan

ekonomi wilayah yang merata dan berhirarki

2. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan

prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional

Strategi untuk Peningkatan Akses Pelayanan Perkotaan dan Pusat Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

1. Menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan

perkotaan dan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah disekitarnya

2. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang

belum terlayani oleh pusat pertumbuhan

3. Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai

4. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar

lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah disekitarnya

Kebijakan dan Strategi

Pengembangan Pola Ruang

1. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung :

a.Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi

lingkungan hidup

b.Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat

menimbulkan kerusakan lingkungan hidup

2. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya :

a.Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan

antar kegiatan budi daya

b.Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak

melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan Kebijakan dan

Strategi

Pengembangan Kawasan

1. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung

lingkungan hidup, dengan Strategi :

a. Menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi

(3)

Laporan Akhir| III-3

Strategis

Nasional

b. Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis

nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan

c. Membatasi pemanfaatan ruang disekitar kawasan

strategis nasional yang berpotansi mengurangi fungsi lindung kawasan

d. Membatasi pengembangan sarana dan prasarana di

dalam dan disekitar kawasan strategis nasional yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya

e. Mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun

disekitar kawasan strategis nasional yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya terbangun

f. Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun

akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional.

2. Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi

kesenjangan tingkat perkembangan antar kawasan, dengan Strategi :

a. Memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan

berkelanjutan

b. Membuka akses dan meningkatkan aksesbilitas antar

kawasan tertinggal dan pusat pertumbuhan wilayah

c. Mengembangkan sarana dan prasarana penunjang

kegiatan ekonomi masyarakat

d. Meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan

e. Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya

manusia dalam pengelolaan kegiatan ekonomi.

B.

Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional

Rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi :

1.

Sistem perkotaan nasional

2.

Sistem jaringan transportasi nasional

3.

Sistem jaringan energi nasional

4.

Sistem jaringan telekomunikasi nasional

5.

Sistem jaringan sumber daya air.

Tabel 3. 1 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah

PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

NO. PROVINSI PKN PKW

21 Kelimantan

Tengah

Palangkaraya (I/C/1) Kuala Kapuas (II/C/1)

Pangkalan Bun (I/C/2)

Buntok (II/C/1)

Sampit (I/C/1)

Keterangan : I –

IV : Tahapan Pengembangan

A : Percepatan Pengembangan kota-kota utama kawasan Perbatasan

(4)

Laporan Akhir| III-4

A/2 : Pengembangan Baru

A/3 : Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi

B : Mendorong Pengembangan Kota-Kota Sentra Produksi

C : Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Kota-Kota Pusat Pertumbuhan Nasional

C/1 : Pengembangan/Peningkatan fungsi C/2 : Pengembangan Baru

C/3 : Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi

D : Pengendalian Kota-kota Berbasis Mitigasi Bencana

D/1 : Rehabilitasi kota akibat bencana alam

D/2 : Pengendalian perkembangan kota-kota berbasis Mitigasi Bencana

3.2.

RTR KAWASAN STRATEGIS NASIONAL (KSN)

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang

Penataan Ruang, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan

ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional

terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya,

dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

Dalam hal pelaksanaan penataan ruang KSN, kewenangan Pemerintah mencakup :

1.

Penetapan kawasan strategis nasional,

2.

Perencanaan tata ruang kawasan strategis nasional,

3.

Pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional, dan

4.

Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional.

Gambar 3. 1 Kedudukan RTR KSN dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional

(5)

Laporan Akhir| III-5

Pelaksanaan kegiatan ini diharapkan dapat membantu mewujudkan penyelesaian

RTR KSN dalam bentuk perpres sehingga memiliki landasan hukum yang jelas dalam

pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang, dalam kaitannya dengan kebijakan

penataan ruang KSN dalam RTRWN yang diantaranya adalah :

1.

Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk

mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan

keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan

kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya

nasional;

2.

Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara;

3.

Pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

4.

Pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa; dan

5.

Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai warisan

dunia, cagar biosfer, dan ramsar.

Fungsi RTR KSN

1. Alat koordinasi dalam penyelenggaraan penataan ruang pada KSN yang diselenggarakan oleh seluruh pemangku kepentingan;

2. Acuan dalam sinkronisasi program Pemerintah dengan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, serta swasta dan masyarakat dalam rangka pelaksanaan pembangunan untuk mewujudkanKSN;

3. Dasar pengendalian pemanfaatan ruang KSN, termasuk acuan penentuan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang dalam RTRW provinsi dan RTRW kabupaten/kota dan dapat dijadikan dasar penerbitan perizinan sepanjang skala informasi RTR KSN setara dengan kedalaman RTRW yang seharusnya menjadi dasar perizinandalam hal peraturan daerah(perda)tentang RTRW provinsi dan RTRW kabupaten/kotabelum berlaku. Manfaat

RTR KSN

1. Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam lingkup KSN;

2. Mewujudkan keserasian pembangunan KSN dengan wilayah sekitarnya dan wilayah provinsidan kabupaten/kota dimana KSN berada; dan

3. Menjamin Terwujudnya tata ruang KSN yang berkualitas.

Isu strategis nasional merupakan hal-hal yang menjadi kepentingan nasional pada suatu

kawasan sehingga kawasan tersebut perlu ditetapkan sebagai KSN. Isu strategis nasional

dikelompokkan berdasarkan sudut kepentingan strategis nasional yaitu :

1.

Pertahanan dan keamanan;

2.

Pertumbuhan ekonomi;

3.

Sosial dan budaya;

4.

Pendayagunaan sumber daya alam (SDA)dan/atau teknologi tinggi; dan

5.

Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Proses merumuskan isu strategis nasional dapat dilakukan melalui pendekatan top down

dan/atau

bottom up. Isu strategis nasional dapat berasal dari cara pandang Pemerintah

terhadap potensi maupunpermasalahan di daerah yang dianggap memiliki nilai strategis

nasional (pendekatan top down), dan/atau berdasarkan permasalahan yang diusulkan oleh

daerah yang menjadi kewenangan Pemerintah untuk diangkat menjadi isu strategis

nasional (pendekatan bottom up).

(6)

Laporan Akhir| III-6

Tabel 3. 2 Penentuan Muatan RTR KSN berdasarkan Tipologi KSN

(7)
(8)
(9)
(10)

Laporan Akhir| III-10

Sumber : Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional.

(11)

Laporan Akhir| III-11

Tabel 3. 3 Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun

2008 tentang RTRWN

NO. PROVINSI KOTA/KABUPATEN KAWASAN STRATEGIS NASIONAL SUDUT

KEPENTINGAN

1. Jawa Tiimur a. Kab. Gresik Kawasan Perkotaan : Ekonomi

b. Kab. Bangkalan Gresik Bangkalan Mojokerto

-c. Kab. Lamongan Surabaya - Sidoarjo - Lamongan

(Gerbangkertosusila)

STATUS HUKUM

3.3.

ARAHAN RTRW PULAU

Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari

RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau untuk penyusunan

RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:

A.

Definisi

Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan merupakan rencana rinci dari Rencana

Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) berisi tujuan, kebijakan dan strategi penataan

ruang, rencana struktur dan pola ruang, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan

ruang, strategi operasionalisasi perwujudan struktur dan pola ruang, serta indikasi

program jangka menengah lima tahun.

B.

Fungsi Rencana Tata Ruang Kepulauan Terhadap RPIJM

Arahan pemanfaatan ruang Pulau/Kepulauan dan KSN merupakan acuan dalam

mewujudkan struktur ruang dan pola ruang (yang memuat rincian indikasi program

utama, indikasi sumber pendanaan, indikasi instansi pelaksana, dan indikasi waktu

pelaksanaan), sehinga untuk operasionalisasinya perlu disusun Rencana Program

Investasi Jangka Menengah (RPIJM).

C.

Kedudukan

Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan disusun untuk melaksanakan ketentuan

Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan

ketentuan Pasal 123 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Rencana

Tata

Ruang

Wilayah

Nasional.

Dalam

aturan

persebut

RTR

Pulau/Kepulauan dan KSN disusun sebagai perangkat operasional dan merupakan

rencana rinci untuk RTRWN. Untuk lebih jelasnya lihat tabel dan gambar berikut ini.

Tabel 3. 4 Amanat UU 26/2007 dan PP 26/2008 terkait RTR Pulau / Kepulauan dan KSN

 UU 26/2007 tentang Penataan Ruang

Pasal 14 ayat (4) RTR Pulau/Kepulauan dan KSN disusun sebagai perangkat operasional

RTRWN

Pasal 14 Ayat (5 )

RTR Pulau/Kepulauan dan KSN disusun apabila :

 RTRWN belum dapat dijadikan dasar pelaksanaan pemanfaatan ruang

& pengendalian pemanfaatan ruang

 RTRWN mencakup wilayah perencanaan yg luas & skala peta

memerlukan perincian sebelum dioperasionakan

Pasal 21 ayat (1) RTR Pulau/Kepulauan dan KSN diatur dengan peraturan presiden

(12)

Laporan Akhir| III-12

14 Ayat (3)

 PP 26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Pasal 123 ayat (4) RTR Pulau/Kepulauan dan KSN ditetapkan dengan peraturan presiden

Gambar 3. 2 Kedudukan RTR Pulau/Kepulauan

D.

Tujuan

Penataan ruang Pulau Jawa-Bali bertujuan untuk mewujudkan :

1.

Lumbung pangan utama nasional;

2.

Kawasan perkotaan nasional yang kompak berbasis mitigasi dan adaptasi

bencana;

3.

Pusat industri yang berdaya saing dan ramah lingkungan;

4.

Pemanfaatan potensi sumber daya mineral, minyak dan gas bumi, serta panas

bumi secara berkelanjutan;

5.

Pemanfaatan

potensi

perikanan,

perkebunan,

dan

kehutanan

secara

berkelanjutan;

6.

Pusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional;

7.

Pusat pariwisata berdaya saing internasional berbasis cagar budaya dan ilmu

pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan

insentif,

konferensi,

dan

pameran

(Meeting,Incentive,

Convention

and

Exhibition/MICE);

8.

Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang memadai

(13)

Laporan Akhir| III-13

9.

Pulau Jawa bagian selatan dan Pulau Bali bagian utara yang berkembang dengan

memperhatikan keberadaan kawasan lindung dan kawasan rawan bencana; dan

10.

Jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan daya saing.

E.

Kebijakan dan Strategi

Kebijakan dan Strategi RT Pulau Jawa – Bali dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. 5 Kebijakan dan Strategi Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali

Pasal Tujuan Kebijakan Strategi

Pasal 6 Lumbung pangan utama nasional pemertahanan lahan pertanian untuk tanaman pangan, termasuk lahan pertanian pangan berkelanjutan

 mempertahankan luas lahan pertanian

pangan berkelanjutan dengan

dengendalikan kegiatan budi daya lainnya

 mengendalikan alih fungsi peruntukan

lahan pertanian untuk tanaman pangan; dan

 mengendalikan perkembangan fisik

kawasan perkotaan nasional untuk

menjaga keutuhan lahan pertanian

tanaman pangan

pengembangan dan

pemertahanan

jaringan prasarana

sumber daya air untuk meningkatkan luasan lahan pertanian untuk tanaman pangan

 mengembangkan dan memelihara

bendungan beserta waduknya untuk mempertahankan daya tampung air yang menjamin penyediaan air baku bagi kegiatan pertanian tanaman pangan

 memelihara dan meningkatkan jaringan

irigasi teknis pada daerah irigasi (DI)

untuk meningkatkan luasan lahan

pertanian tanaman pangan pengembangan sentra pertanian tanaman pangan melaluipeningkatan fungsi industri pengolahan dan

industri jasa hasil

pertanian tanaman

pangan untuk

mewujudkan

ketahanan pangan

nasional.

 mengembangkan sentra pertanian tanaman

pangan untuk ketahanan pangan nasional

 mengembangkan kawasan perkotaan

nasional melalui peningkatan fungsi

industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan

 mengembangkan kawasan perkotaan

nasional sebagai pusat penelitian dan pengembangan pertanian tanaman pangan.

Pasal 7 Kawasan perkotaan nasional yang kompak berbasis mitigasi dan adaptasi bencana pengendalian perkembangan kawasan perkotaan nasional yang menjalar (urban sprawl)

 mengendalikan perkembangan kawasan

permukiman, perdagangan, jasa, dan/atau industri di kawasan perkotaan nasional sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

 mengendalikan perkembangan kawasan

perkotaan nasional yang berdekatan

dengan kawasan lindung. pengendalian

perkembangan

kawasan perkotaan

nasional di kawasan rawan bencana.

 menetapkan zona-zona rawan bencana

beserta ketentuan mengenai standar

bangunan gedung yang sesuai dengan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana di kawasan perkotaan nasional

(14)

Laporan Akhir| III-14

Pasal Tujuan Kebijakan Strategi

 mengendalikan perkembangan kawasan

budi daya terbangun di kawasan

perkotaan nasional yang berpotensi

terjadinya bencana

 mengembangkan prasarana dan sarana

perkotaan yang berfungsi sebagai lokasi dan jalur evakuasi bencana

 membangun sarana pemantauan bencana

Pasal 8 pusat industri

yang berdaya saing dan ramah lingkungan rehabilitasi dan peningkatan fungsi kawasan industri untuk meningkatkan daya saing kawasan dengan

memperhatikan daya

dukung dan daya

tampung lingkungan hidup

 mengembangkan dan/atau meningkatkan

kualitas prasarana dan sarana penunjang kegiatan industri

 meningkatkan penataan lokasi kegiatan

industri di dalam kawasan industri; dan

 mengembangkan dan/atau meningkatkan

kegiatan industri yang benilai tambah tinggi dengan penggunaan teknologi tinggi dan ramah lingkungan

pengembangan

kawasan untuk

kegiatan industri

kreatif yang berdaya

saing dan ramah

lingkungan di

kawasan perkotaan

nasional

 mengembangkan kawasan perkotaan

nasional sebagai pusat kegiatan industri kreatif; dan

 mengembangkan prasarana dan sarana

penunjang kegiatan industri kreatif

peningkatan

keterkaitan ekonomi

antarpusat industri

 memantapkan jaringan jalan nasional,

jaringan jalur kereta api nasional,

pelabuhan, dan/atau bandar udara

Pasal 9 pemanfaatan

potensi sumber

daya mineral,

minyak dan gas

bumi, serta panas bumi secara berkelanjutan pengembangan sentra pertambangan

mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi secara terkendali dengan

memperhatikan

kelestarian sumber

daya alam dan

meminimalkan

dampak negative

terhadap lingkungan hidup

 mengembangkan kawasan peruntukan

pertambangan mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi yang ramah lingkungan dan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana;

 mengendalikan perkembangan kawasan

peruntukan pertambangan mineral,

minyak dan gas bumi, serta panas bumi yang berpotensi merusak fungsi kawasan lindung dan mengubah bentang alam; dan

 mengendalikan perkembangan kawasan

peruntukan pertambangan mineral,

minyak dan gas bumi pada kawasan peruntukan permukiman

pengembangan

kawasan perkotaan

nasional sebagai pusat

industri pengolahan

dan industri jasa hasil pertambangan minyak dan gas bumi yang ramah lingkungan

 mengembangkan kawasan perkotaan

nasional sebagai pusat industri pengolahan pertambangan minyak dan gas bumi melalui

 peningkatan fungsi industri pengolahan

hasil pertambangan minyak dan gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu

 memantapkan aksesibilitas antara kawasan

perkotaan nasional dan sentra

(15)

Laporan Akhir| III-15

Pasal Tujuan Kebijakan Strategi

Pasal 10 Pemanfaatan potensi perikanan, perkebunan, dan kehutanan secaraberkelanj utan pengembangan sentra perikanan dengan memperhatikan potensi lestari yang didukung peningkatan

fungsi industri

pengolahan dan

industri jasa hasil

perikanan

 mengembangkan sentra perikanan tangkap

dan perikanan budi daya yang ramah lingkungan

 merehabilitasi kawasan peruntukan

perikanan budi daya untuk menjaga ekosistem sekitarnya;

 mengembangkan kawasan minapolitan

berbasis masyarakat

 mengembangkan kawasan perkotaan

nasional melalui peningkatan fungsi

industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan

peningkatan sentra perkebunan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan yang didukung peningkatan fungsi industry pengolahan dan

industri jasa hasil

perkebunan

 mengembangkan sentra perkebunan

berbasis bisnis yang didukung prasarana dan sarana dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;

 merehabilitasi kawasan peruntukan

pertanian untuk kegiatan perkebunan yang terdegradasi; dan

 mengembangkan kawasan perkotaan

nasional melalui peningkatan fungsi

industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan

pengembangan potensi kehutanan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan yang didukung peningkatan fungsi industri pengolahan dan

industri jasa hasil

hutan

 merehabilitasi kawasan peruntukan hutan

yang terdegradasi;

 mengembangkan sentra kehutanan pada

kawasan andalan dengan memperhatikan

daya dukung dan daya tamping

lingkungan hidup; dan

 mengembangkan kawasan perkotaan

nasional melalui peningkatan fungsi

industri pengolahan dan industri jasa hasil hutan yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan

Pasal 11 pusat

perdagangan dan jasa yang berskala

internasional

peningkatan fungsi

dan pengembangan

kawasan perkotaan

nasional sebagai pusat perdagangan dan jasa

yang berskala

internasional sesuai

dengan daya dukung

dan daya tamping

lingkungan hidup

 mengembangkan kawasan perkotaan

nasional sebagai pusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional

 mengembangkan dan memantapkan

prasarana dan sarana untuk meningkatkan keterkaitan antarpusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup Pasal 12 pusat pariwisata berdaya saing internasional berbasis cagar budaya dan ilmu pengetahuan, rehabilitasi dan pengembangan kawasan peruntukan pariwisata cagar

budaya dan ilmu

pengetahuan, bahari,

ekowisata, serta

penyelenggaraan

 merehabilitasi kawasan peruntukan

pariwisata cagar budaya dan ilmu

pengetahuan, bahari, ekowisata, serta

mengembangkan penyelenggaraan

pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran

 mengembangkan dan memantapkan

(16)

Laporan Akhir| III-16

Pasal Tujuan Kebijakan Strategi

bahari, ekowisata, serta penyelenggaraa n pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition / MICE) pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran

pariwisata cagar budaya dan ilmu

pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran

pengembangan

kawasan perkotaan

nasional sebagai pusat

pariwisata cagar

budaya dan ilmu

pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran

 mengembangkan pusat jasa dan promosi

pariwisata di kawasan perkotaan nasional; dan

 memantapkan akses prasarana dan sarana

untuk meningkatkan keterkaitan antara kawasan perkotaan nasional dan kawasan-kawasan pariwisata cagar budaya dan ilmu

pengetahuan, bahari, serta

penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran

pengembangan keterpaduan

antarpusat pariwisata yang berbasis cagar

budaya dan ilmu

pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran

 meningkatkan keterkaitan antar PKN di

Pulau Jawa-Bali sebagai pusat pariwisata dalam kesatuan tujuan pariwisata

Pasal 13 kapasitas daya

dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang memadai untuk pembangunan peningkatan luasan kawasan berfungsi

lindung paling sedikit

30% (tiga puluh

persen) dari luas Pulau

Jawa-Bali sesuai

dengan kondisi

ekosistemnya

 mempertahankan luasan kawasan

berfungsi lindung dan merehabilitasi

kawasan berfungsi lindung yang

terdegradasi;

 mengendalikan kegiatan budi daya yang

berpotensi mengganggu kawasan

berfungsi lindung

 mengendalikan dan merehabilitasi daerah

aliran sungai (DAS) kritis;

 mengendalikan dan merehabilitasi

kawasan lindung di bagian hulu Wilayah Sungai (WS), kawasan hutan lindung, kawasan resapan air, dan kawasan konservasi; dan

 mengendalikan perubahan peruntukan

dan/atau fungsi kawasan hutan pengembangan

kawasan lindung dan kawasan budi daya untuk meningkatkan

daya dukung dan

daya tampung

lingkungan hidup

 mengembangkan kawasan lindung dan

kawasan budi daya dengan menggunakan teknologi lingkungan;

 mengembangkan pengelolaan kawasan

lindung dan kawasan budi daya melalui kerja sama antardaerah untuk kelestarian pemanfaatan sumber daya alam; dan

 mengembangkan kawasan perkotaan

nasional dengan konsep kota hijau yang hemat energi, air, lahan, dan minim limbah

Pasal 14 Pulau Jawa

bagian selatan

percepatan pengembangan

 mengembangkan sentra produksi untuk

(17)

Laporan Akhir| III-17

Pasal Tujuan Kebijakan Strategi

dan Pulau Bali

bagian utara yang berkembang dengan memperhatikan keberadaan kawasan lindung dan kawasan rawan bencana kawasan andalan di

Pulau Jawa bagian

selatan serta

keterkaitan Pulau Jawa bagian selatan dengan

Pulau Jawa bagian

tengah dan Pulau Jawa bagian utara

dan adaptasi bencana serta memperhatikan keberadaan kawasan lindung;

 mengembangkan prasarana dan sarana

pendukung kegiatan sektor unggulan; dan

 meningkatkan aksesibilitas yang

menghubungkan antarkawasan andalan di Pulau Jawa bagian selatan, serta antara kawasan andalan di Pulau Jawa bagian selatan dan kawasan perkotaan nasional di Pulau Jawa bagian tengah dan Pulau Jawa bagian utara

percepatan pengembangan

kawasan andalan di

Pulau Bali bagian

utara serta keterkaitan

Pulau Bali bagian

utara dengan Pulau Bali bagian selatan

 mengembangkan sentra produksi untuk

kegiatan sektor unggulan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana serta memperhatikan keberadaan kawasan lindung;

 mengembangkan prasarana dan sarana

pendukung kegiatan sektor unggulan; dan

 meningkatkan aksesibilitas yang

menghubungkan kawasan andalan di Pulau Bali bagian utara dengan kawasan perkotaan di Pulau Bali bagian selatan pengembangan sentra

produksi di luar

kawasan andalan yang berada di Pulau Jawa bagian selatan dan

Pulau Bali bagian

utara

 mengembangkan prasarana dan sarana

pendukung kegiatan sentra produksi

 meningkatkan aksesibilitas yang

menghubungkan sentra produksi di luar

kawasan andalan dengan kawasan

perkotaan nasional sebagai pusat

pengembangan kawasan andalan yang berada di Pulau Jawa bagian selatan dan Pulau Bali bagian utara

pemertahanan

eksistensi 6 (enam) pulau kecil terluar di

Pulau Jawa bagian

selatan sebagai

titik-titik garis pangkal

kepulauan Indonesia

untuk penegasan

wilayah kedaulatan

negara

 mengembangkan prasarana pengamanan

pantai di Pulau Deli, Pulau Manuk, Pulau Nusa Kambangan, Pulau Nusa Barung, Pulau Sekel, dan Pulau Panehan

 membangun dan memelihara mercusuar

sebagai penanda dan navigasi pelayaran di Pulau Deli, Pulau Manuk, Pulau Nusa Kambangan, Pulau Nusa Barung, Pulau Sekel, dan Pulau Panehan

 menyediakan dan meningkatkan prasarana

dan sarana untuk pemenuhan kebutuhan air baku di Pulau Nusa Kambangan

Pasal 15 jaringan transportasi antar moda yang dapat meningkatkan daya saing pengembangan dan pemantapan jaringan transportasi yang terpadu untuk meningkatkan keterkaitan antarwilayah dan efisiensi ekonomi

 mengembangkan dan/atau memantapkan

akses prasarana dan sarana transportasi

darat, laut, dan/atau udara yang

menghubungkan antarkawasan perkotaan

nasional dan memantapkan koridor

ekonomi Pulau Jawa-Bali;

 memantapkan akses prasarana dan sarana

transportasi darat yang meliputi jaringan jalan, jaringan jalur kereta api, serta jaringan transportasi penyeberangan yang

menghubungkan kawasan perkotaan

(18)

Laporan Akhir| III-18

Pasal Tujuan Kebijakan Strategi

pelabuhan, dan/atau bandar udara; dan

 mengembangkan jaringan transportasi

dengan memperhatikan fungsi kawasan pertanian pangan berkelanjutan, kawasan lindung, dan kawasan rawan bencana, dan/atau penerapan prasarana dan sarana yang ramah lingkungan

pengembangan jaringan transportasi untuk meningkatkan aksesibilitas kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil

 mengembangkan jaringan transportasi

yang menghubungkan perkotaan nasional dengan kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil

Sumber : Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2012.

3.4.

ARAHAN RTRW PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

3.4.1.

Tujuan, Kebijakan dan Strategi

A.

Tujuan Penataan Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah

Tujuan utama sebagai tujuan spesifik dari penyelenggaraan penataan ruang di

Provinsi Kalimantan Tengah adalah Terselenggaranya pemanfaatan ruang yang

berwawasan lingkungan dengan berlandaskan Wawasan Nusantara dan

Ketahanan Nasional, untuk mewujudkan tatanan ruang wilayah Kalimantan

Tengah berbasis pertanian yang berorientasi agribisnis dan agroindustri, serta

sebagai lumbung energi dan lumbung pangan dengan tetap mempertimbangkan

daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

B.

Kebijakan Dan Strategi

Berdasarkan tujuan penataan ruang Jawa Timur, maka kebijakan dan strategi

pengembangan wilayah Kalimantan Tengah didefinisikan sebagai berikut :

Kebijakan Strategi 1. Struktur Ruang meningkatkan aksesibilitas perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah darat maupun laut dan pulau-pulau kecil

a) meningkatkan interkoneksi antara kawasan perkotaan sebagai Pusat

Kegiatan Nasional (PKN), maupun Pusat-Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu ibukota-ibukota kabupaten yang tidak termasuk dalam PKN maupun PKW, antara kawasan perkotaan dengan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dengan wilayah sekitarnya;

b) mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang potensil

dan belum terlayani oleh pusat pertumbuhan eksisting;

c) mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan, dan khususnya

daerah pantai; dan

d) mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih

kompetitif dan lebih efektif dalam mendorong pengembangan wilayah sekitarnya, terutama PKN, PKW dan PKL.

(19)

Laporan Akhir| III-19

Kebijakan Strategi

dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, informasi, telekomunikasi, energi dan sumberdaya air

KalTeng.

b) Mempercepat perwujudan Jalan Lintas Kalimantan Poros Tengah

(JLK-T) dengan prioritas Km 60 Muarateweh - Sp.Tapinbini - Batas KalBar.

c) Mempercepat perwujudan jalan Rel Kereta-Api dengan prioritas

ialah Purukcahu - Sp.Muarateweh - Sp.Buntok - Sp.Pulangpisau – P.L.Bahaur.

d) eningkatkan aksessibilitas internal wilayah, baik secara umum

maupun dalam rangka sinergisme dengan pengembangan ekoturisme.

e) Mengupayakan adanya prime mover (penggerak utama

perekonomian) kawasan yang skalanya relevan dan rentang kegiatannya relatif lama.

f) Pilihan berbasis lokal : merealisasikan PLTA JeJoTuLaTe

interkoneksi.

g) Mensinergikan kekuatan 2 simpul berdekatan yakni

Palangkaraya-Sampit.

h) Merevitalisasi koneksi langsung Palangkaraya-Buntok.

i) Mensinergikan kekuatan 2 simpul berdekatan yakni

P.Bun-Sukamara.

j) meningkatkan jaringan energi dengan lebih

menumbuh-kembangkan pemanfaatan sumberdaya terbarukan yang ramah lingkungan dalam sistem kemandirian energi listrik lingkungan mikro, baik di daerah perdesaan terpencil maupun pulau-pulau kecil terpencil; dan

k) meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan

keterpaduan sistem jaringan sumberdaya air.

2. Pola Ruang

kebijakan pemeliharaan dan perwujudan

kelestarian fungsi ekologis wilayah

a) menetapkan kawasan lindung di ruang darat maupun laut, termasuk

di dalam bumi;

b) mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah pulau

dengan luas paling sedikit 30% dari luas provinsi tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya; dan

c) mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang

telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah khususnya pada DAS/ WS kritis sebagaimana dijelaskan pada lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup, terutama sektor pemanfaatan energy dan pertanian

a) menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi sistem

ekologi wilayah;

b) melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan

dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;

c) melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat,

energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya;

d) mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak

langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan;

(20)

Laporan Akhir| III-20

Kebijakan Strategi

e) mengendalikan pemanfaatan sumberdaya alam secara bijak untuk

menjamin kepetingan generasi masa kini dan generasi masa depan;

f) mengelola sumberdaya alam tak terbarukan untuk menjamin

pemanfaatannya secara bijaksana, termasuk revitalisasi fungsi sistem ekologi lokal serta pembangunan sumberdaya baru untuk dimanfaatkan dan menjaga kelestarian lingkungan;

g) mengelola sumberdaya alam yang terbarukan untuk menjamin

kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya; dan

h) mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi

bencana di kawasan rawan bencana. pengembangan dan

penetapan kawasan lindung yaitu

mengeluarkan kegiatan budidaya yang ada dan pemanfaatan dengan tetap menjaga fungsi lindung

a) penetapan kawasan lindung didasarkan pada Kepres No. 32 Tahun

1990 tentang pengelolaan kawasan lindung, peta-peta eksisting / peta dasar wilayah yang dioverlay dan dirumuskan sesuai dengan kriteria teknis yang telah ada;

b) penetapan kawasan lindung didasarkan pada pola dan arah

kebijakan pembangunan daerah Provinsi Kalimantan Tengah;

c) penetapan kawasan lindung didasarkan pada arah kecenderungan

perkembangan yang terjadi dan didapatkan dari hasil analisis sebelumnya;

d) pola pemanfaatan kawasan lindung dengan pertimbangan, yaitu;

telah berkembangnya kegiatan budidaya di kawasan lindung, serta karakteristik kawasan lindung yang potensial untuk pariwisata, dan penelitian (observasi).

kebijakan perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan

keterkaitan antar kegiatan budidaya

a) menetapkan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis

Provinsi untuk memanfaatkan sumberdaya alam di ruang darat, laut dan udara, termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah;

b) mengembangkan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek politik,

pertahanan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi;

c) mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian

pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan Provinsi, berdasarkan perwilayahan komoditi unggulan potensi tanaman pertanian;

d) mendukung kegiatan pengelolaan sumberdaya kelautan yang

bernilai ekonomi tinggi. kebijakan pengendalian

perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan

a) membatasi perkembangan budidaya terbangun di kawasan rawan

bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana, seperti daerah rawan gempa;

b) mengarahkan pola pemanfaatan kawasan budidaya, melalui

perluasan atau ekspansi / intensifikasi pengembangan kegiatan baru;

c) mengarahkan pola pengembangan sistem kota, pengembangan dan

peningkatan: kota-kota (inter-regional), kota-kota menengah (intermediate-city), dan kota-kot.a kecil/kecamatan;

d) menumbuh-kembangkan fisik pusat kota dengan mengoptimalkan

(21)

Laporan Akhir| III-21

Kebijakan Strategi

seperti kota taman, di daerah yang aman terhadap risiko gempa;

e) menumbuh-kembangkan agropolitan yang memadukan

agroindustri, agrobisnis, agroedukasi, agrowisata serta model rumah kebun di klaster sentra-sentra produksi komoditi pertanian unggulan;

f) mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30%

dari luas kawasan perkotaan;

g) membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan

besar dan metroplitan untuk mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya; dan

h) mengembangkan kegiatan budidaya kelautan yang dapat

mempertahankan keberadaan pulau-pulau kecil.

3.4.2.

RENCANA STRUKTUR RUANG

Sistem kota-kota di daerah terlihat dalam konteks wilayah serta keterkaitannya satu

sama lain, baik secara spasial maupun fungsional terdiri dari:

PKN Palangka Raya − Kota PKN (Pusat Kegiatan Nasional)

− Pusat Wilayah Provinsi

− Pintu Primer Transportasi Udara Regional-Nasional − Pusat Jasa Bisnis/Kegiatan MICE Regional/Nasional (meeting, Information, Conference, Entertainment) − Pusat Jasa Pariwisata Regional-Nasional-Global − Pusat Jasa Pendidikan Tinggi Regional-Nasional

− Pusat Jasa Keuangan Regional-Nasional

− Pusat Jasa Transportasi Darat Regional − Pusat Jasa Transportasi Sungai Regional − Pusat Distribusi-Koleksi Perdagangan Regional − Pusat Pemerintahan Daerah Otonom Kota

PKW-1 Pangkalan Bun − Pusat Distribusi-Koleksi Regional-Nasional

− Pusat Transportasi Laut (Umum) Regional-Nasional − Pusat Transportasi Laut (Fery) Regional-Nasional − Pintu Sekunder Transportasi Udara Regional-Nasional − Pusat Jasa Transportasi Darat Regional

− Pusat Jasa Transportasi Sungai Regional − Pusat Jasa Keuangan Regional

− Pusat Jasa Pariwisata Regional

− Pusat Pemerintahan Daerah Otonom Kabupaten

Sampit − Pusat Distribusi-Koleksi Regional-Nasional

− Pusat Transportasi Laut (Umum) Regional-Nasional − Pintu Sekunder Transportasi Udara Regional-Nasional − Pusat Jasa Transportasi Darat Regional

(22)

Laporan Akhir| III-22

− Pusat Jasa Keuangan regional

− Pusat Jasa Pariwisata Regional

− Pusat Pemerintahan Daerah Otonomi Kabupaten

Kuala Kapuas − Pusat Jasa Transportasi Darat Regional-Nasional

− Pusat Distribusi-Koleksi Barang Umum Regional − Pusat Jasa Transportasi Sungai Regional

− Pusat Jasa Keuangan Regional − Pusat Jasa Pariwisata Regional

− Pusat Pemerintahan Daerah Otonomi Kabupaten

MuaraTeweh − Pusat Kegiatan Pengembangan Rel Kereta-Api

− Pusat Kegiatan Pengembangan PLTA Masa Depan − Pusat Transportasi Darat Regional-Nasional − Pusat Distribusi-Koleksi Barang Umum Regional − Pusat Jasa Transportasi Sungai Regional

− Pusat Jasa Keuangan Regional − Pusat Jasa Pariwisata Regional

− Pusat Pemerintahan Daerah Otonomi Kabupaten

PKW-2 Sukamara − Pusat Pemerintahan Daerah Otonomi Kabupaten

− Pusat Distribusi-Koleksi Barang Umum Regional

− Pusat Jasa Transportasi Darat Regional

− Pusat Jasa Transportasi Sungai Regional

`

− Pusat Jasa Pariwisata Regional

Nangabulik − Pusat Pemerintahan Daerah Otonomi Kabupaten

− Pusat Distribusi-Koleksi Barang Umum Regional − Pusat Jasa Transportasi Darat Regional

− Pusat Jasa Transportasi Sungai Regional − Pusat Jasa Pariwisata Regional

Kuala Pembuang − Pusat Pemerintahan Daerah Otonomi Kabupaten

− Pusat Industri Perikanan-Laut Regional

− Pusat Distribusi-Koleksi Barang Umum Regional

Kasongan − Pusat Pemerintahan Daerah Otonom Kabupaten

− Pusat Distribus-Koleksi Barang Umum Regional − Pusat Jasa Transportasi Darat Regional

− Pusat Jasa Transportasi Sungai Regional − Pusat Jasa Pariwisata Regional

Pulang Pisang − Pusat Pemerintahan Daerah Otonom Kabupaten

− Pusat Distribus-Koleksi Barang Umum Regional − Pusat Jasa Transportasi Darat Regional

− Pusat Jasa Transportasi Sungai Regional − Pusat Jasa Transportasi Pariwisata Regional

Tamiang Layang − Pusat Pemerintahan Daerah Otonom Kabupaten

− Pusat Distribus-Koleksi Barang Umum Regional − Pusat Jasa Transportasi Darat Regional

− Pusat Jasa Transportasi Sungai Regional − Pusat Jasa Transportasi Pariwisata Regional

(23)

Laporan Akhir| III-23

− Pusat Distribus-Koleksi Barang Umum Regional

− Pusat Jasa Transportasi Darat Regional − Pusat Jasa Transportasi Sungai Regional − Pusat Jasa Transportasi Pariwisata Regional

Purukcahu − Pusat Pemerintahan Daerah Otonom Kabupaten

− Pusat Distribus-Koleksi Barang Umum Regional − Pusat Jasa Transportasi Darat Regional

− Pusat Jasa Transportasi Sungai Regional − Pusat Jasa Transportasi Pariwisata Regional

Kualakurun − Pusat Pemerintahan Daerah Otonom Kabupaten

− Pusat Distribus-Koleksi Barang Umum Regional − Pusat Jasa Transportasi Darat Regional

− Pusat Jasa Transportasi Sungai Regional − Pusat Jasa Transportasi Pariwisata Regional

PKL Ibukota-ibukota

Kecamatan

− Pusat Pelayanan Umum Lokal − Pusat Jasa dan Perdagangan Lokal Sumber : Hasil Kajian

Gambar 3. 3 Wilayah Administrasi Kabupaten Barito Utara

Rencana pengembangan infrastruktur transportasi darat pada jalan di Provinsi

Kalimantan Tengah yaitu

(24)

Laporan Akhir| III-24

a)

Jaringan jalan arteri primer meliputi:

Jalan Lintas Kalimantan Poros Selatan yaitu: Batas Prov. Kalimantan Barat –

Kudangan – Penopa – Kujan - Runtu – Simpang Runtu – Batas Kota P. Bun – P. Lada –

Jl. A. Yani (P. Bun) dan Jl. Pakunegara (P. Bun) – Asam Baru – Km. 65 SP. Bangkal –

Batas Kota Sampit – Jl. Sudirman dan Jl. A. Yani (Sampit) – Palangtaran – Jl. Cilik

Riwut (Sampit) – Kasongan – Tangkiling - Batas Kota P. Raya, Jl. Cilik Riwut, Jl. RTS.

Milono, Jl. Adonis Samad (P. Raya) – SP. Kereng Bangkirei – Bereng Bengkel – Pilang

(Km 35) - Pulang Pisau – Batas Kota Kuala Kapuas, Jl. Cilik Riwut, Jl. Jl. Mashakam, Jl.

Kalkimantan (Kuala Kapuas) – Batas Prov. Kalimantan Selatan sepanjang 819 Km

b)

Jaringan jalan kolektor primer K1 meliputi:

Jalan jalan Lintas Kalimantan Poros Tengah yaitu ruas Batas Kalimantan Timur –

Lampeong – Jl. Melawahan – Benangin – Batas Kota M. Teweh, Jl. Ring Road, Jl.

Pendreh, Jl. Pertiwi, Jl. Puruk Cahu, Batas Kota M. Teweh (Muara Teweh) – Km 50

(Pasar Punjung) – Puruk Cahu – SP. Muara Laung – Tumbang Lahung – Sei Hanyu -

Kuala Kurun – Tewah - Tumbang Jutuh – Tumbang Talaken - Rabambang – Tumbang

Samba – Tumbang Hiram – Tumbang Senamang – Tumbang Kabuari – Batas Prov.

Kalbar sepanjang 805 Km)

Jalan Penghubung Antar Jalan Lintas Kalimantan :

a.

Jl. Dermaga Seberang (Muara Teweh) – Kandui – Patas - Ampah – Dayu –

Tamiyang Layang – Pasar Panas - Batas Prov. Kalimantan Selatan sepanjang

kurang lebih 187 Km

b.

Simpang Sei Asem – Takaras – Tumbang Talaken – Rabambang (Tumbang

Jutuh) sepanjang 106 Km.)

jalan Lainnya yaitu ruas Km. 65/Sp. Bangkal – Bangkal sepanjang 13 Km.

c)

Jaringan jalan kolektor primer K2 meliputi:

Jalan Penghubung Antar Jalan Lintas Kalimantan :

a.

Palangka Raya – Buntok – Ampah sepanjang 256 Km.

b.

Bukit Liti – Bawan – Kuala Kurun sepanjang 130 Km.

jalan Lainnya :

a.

jalan Sampit – Samuda – Ujung Pandaran – Kuala Pembuang – Telaga Pulang –

Bangkal sepanjang 250 Km

b.

jalan Pelantaran – Parenggean – Tb. Sangai – Tb. Kalang sepanjang 126 Km.

c.

jalan Pangkalan Bun – Kumai – Teluk Bogam sepanjang 67 Km.

d.

jalan Pulang Pisau – Bahaur sepanjang 80 Km.

e.

jalan Kuala Kapuas – Lupak Dalam sepanjang 80 Km.

f.

jalan Kujan – Nanga Bulik sepanjang 3,5 Km.

g.

jalan Lingkar Utara (Sampit) sepanjang 12 Km.

(25)

Laporan Akhir| III-25

d)

Pengembangan jaringan jalan kolektor primer K3 meliputi :

Kuala Kapuas – Palingkau – Dadahup – Jenamas – Mangkatip – Bengkuang –

Buntok, sepanjang 130 Km.

Kuala Kapuas – Mandomai – Mentangai – Timpah – Pujon – Sei Hanyu, sepanjang

302,5 Km.

Bawan – Lahei – Batekong, sepanjang 261,18 Km.

Timpah/Sp. Batapah – Pepas/Kemawen – Butong – Lemo – Muara Teweh,

sepanjang 318,88 Km.

Muara Teweh (Km 34) – Datan – Sp. Benangin, sepanjang 78,15 Km.

Benangin – Haragandang – Muara Laung – Saripoi – Tb. Lahung, sepanjang 235,06

Km.

Pasar Panas – Bentot – Kambitin/Batas Kalimantan Selatan, sepanjang 27,82 Km.

Bentot – Hayaping – Patung, sepanjang kurang lebih 30,7 Km.

Sp. Pundu – Tb. Samba – Tb. Kalang – Tb. Senamang – Tb. Manjul – Tapin Bini –

Penopa, sepanjang 301,85 Km.

Pangkalan Bun – Kotawaringin Lama – Riam Durian, sepanjang 60,5 Km.

Pangkalan Bun – Seberang Gajah – Lunci – Kuala Jelai, sepanjang 256,9 Km.

Sei Kalap – Sei Rangit – Pelabuhan Bumi Hardjo, sepanjang 17,5 Km.

Nanga Bulik – Batu Kotam – Sagu – Ajang – Balai Riam – Batas Kalimantan Barat,

sepanjang 97 Km.

Kujan – Rantau Pulut – Tb. Sangai, sepanjang 150 Km.

Sp. Penopa – Riam Durian – Sukamara, sepanjang kurang lebih 112,1 Km.

Sukaramai/Batas Kalimantan Barat – Sukamara – Lunci, sepanjang 42 Km.

Bereng Bengkel – Dermaga Kalampangan, sepanjang 5,01 Km.

Sp. Kr. Bangkirai – Kereng Bangkirai, sepanjang 9,15 Km.

Pepas/Kemawen – Pujon, sepanjang 292 Km.

Lupu – Balai Riam, sepanjang 11 Km.

Jalan Imam Bonjol (Palangka Raya), sepanjang 0,8 Km.

Jalan Tjilik Riwut (Kasongan), sepanjang 0,25 Km.

Jalan Revolusi (Kasongan), sepanjang 0,80 Km.

Jalan Lingkar Kota (Kuala Pembuang), sepanjang 12,5 Km.

Jalan Persil (Kuala Pembuang), sepanjang kurang lebih 1,65 Km.

e)

Pengembangan dan pembuatan sarana penunjang jaringan jalan antara lain :

Terminal penumpang Tipe A di Palangka Raya, Ampah, Muara Teweh dan Nanga

Bulik dan terminal penumpang Tipe B di Kota Sukamara, Pangkalan Bun, Sampit,

Kuala Pembuang, Kasongan, Pulang Pisau, Kuala Kurun, Buntok, Tamiyang

Layang dan Puruk Cahu. Penentuan lokasi terminal penumpang dipertimbangkan

yang dekat atau berakses tinggi terhadap moda transportasi lainnya.

Terminal barang berupa terminal truk angkutan barang yang lokasinya di dekat

pergudangan, pelabuhan laut dan pelabuhan penyeberangan yaitu di Kumai,

Sampit dan Kuala Kapuas.

(26)

Laporan Akhir| III-26

Jembatan Timbang Anjir serapat Km 12 di Kapuas, Jembatan Timbang Pasar Panas

di Barito Timur, Jembatan Timbang Simpang Runtu (dalam rencana) di

Kotawaringin Barat, Jembatan Timbang Sampit (dalam rencana) di Kotawaringin

Timur, Jembatan Timbang Simpang Kandui (dalam rencana) di Barito Utara,

Jembatan Timbang Bukit Liti (dalam rencana) di Pulang Pisau.

Dengan melihat kriteria di atas maka rencana pengembangan infrastruktur

transportasi darat pada rel kereta api di Provinsi Kalimantan Tengah yaitu :

1.

Sistem Jaringan Jalur Kereta Api utama Provinsi meliputi :

Jalur kereta api Puruk Cahu – Muara Teweh – Buntok – Mengkatip – Kuala Kapuas

– Batanjung;

Jalur kereta api Puruk Cahu – Kuala Kurun – Rabambang – Palangka Raya –

Pulang Pisau;

Jalur kereta api Rabambang – Tumbang Samba – Sampit – Kuala Pembuang – Teluk

Segintung;

Jalur kereta api Tumbang Samba – Rantau Pulut – Nanga Bulik – Pangkalan Bun –

Kumai.

2.

Simpul Jaringan Jalur Kereta Api Barang di Kalimantan Tengah meliputi : Stasiun

Kota Palangka Raya, perkotaan Pangkalan Bun, Kumai (Kabupaten Kotawaringin

Barat), Sampit (Kabupaten Kotawaringin Timur), Buntok (Kabupaten Barito Selatan),

Muara Teweh (Kabupaten Barito Utara), Puruk Cahu (Kabupaten Murung Raya),

Pulang Pisau, Bahaur (Kabupaten Pulang Pisau), Kuala Kurun, Rabambang

(Kabupaten Gunung Mas), Nanga Bulik (Kabupaten Lamandau), Kuala

Pembuang/Teluk Segintung, Rantau Pulut (Kabupaten Seruyan), Tumbang Samba

(Kabupaten Katingan).

Rencana rute kereta api angkutan barang di provinsi Kalimantan Tengah akan

melewati kota-kota berikut ; Puruk Cahu – Muara Teweh – Buntok – Mengkatip –

Kuala Kapuas - Batanjung, Puruk Cahu – Kuala Kurun – Rabambang – Palangka Raya

– Pulang Pisau, Rabambang – Tumbang Samba – Sampit – Kuala Pembuang – Teluk

Segintung, Tumbang Samba – Rantau Pulut – Nanga Bulik – Pangkalan Bun – Kumai.

3.5.

ARAHAN RTRW KABUPATEN BARITO UTARA

3.5.1.

Tujuan Penataan Ruang

Tujuan penataan ruang adalah suatu kondisi tata ruang ideal yang ingin diwujudkan

atau ingin dicapai di masa depan (20 tahun mendatang). Disusun berdasarkan atau sebagai

ungkapan keinginan untuk memperbaiki berbagai persoalan tata ruang yang dihadapi

sekarang. Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Barito Utara adalah “Mewujudkan

ruang wilayah Kabupaten Barito Utara yang berkeseimbangan lingkungan, berbasis

pengembangan pertanian, agroindustri, pertambangan dan pariwisata”.

(27)

Laporan Akhir| III-27

3.5.2. Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang

Kebijakan Penataan Ruang adalah garis besar tindakan yang harus diambil untuk

mewujudkan Tujuan Penataan Ruang. Adapun Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten

Barito Utara adalah sebagai berikut :

Pengaturan keseimbangan

pemanfaatan ruang yang berkelanjutan

a) Mendorong terselenggaranya pembangunan kawasan yang dapat

menjamin tetap berlangsungnya konservasi lahan hutan, menjamin tersedianya air tanah dan air permukaan, serta penanggulangan bahaya rawan kebakaran hutan, dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan.

b) Meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian

kerusakan dan pencemaran lingkungan.

c) Memastikan tata batas kawasan lindung dan kawasan budidaya

untuk memberikan kepastian rencana pemanfaatan ruang.

d) Mempertahan prosentase kawasan hutan dan non hutan berdasarkan

fungsinya.

e) Memberikan ijin usaha pengelolaan pertambangan secara terkendali

dan terkoordinasi.

f) Melakukan penertiban secara berkala dan kontinyu atas kegiatan

usaha eksploitasi pertambangan Pemerataan

pembangunan wilayah

a) Membangun prasarana dan sarana wilayah untuk mendukung

keseimbangan dan konsistensi arahan pemanfaatan ruang wilayah.

b) Mendorong terselenggaranya pengembangan kawasan yang

berorientasi pada keterpaduan antar perkotaan dan perdesaan sebagai satu kesatuan wilayah.

c) Mensyaratkan kepada pengelola pertambangan untuk berkontribusi

langsung dalam upaya pengembangan prasarana dan sarana dasar wilayah/kawasan.

Pengembangan ekonomi wilayah

a) Mendorong pengembangan pertanian dan perkebunan terintegrasi

berbasis kawasan demi terciptanya kawasan ekonomi produktif yang mampu merangsang pertumbuhan sektor lainnya dan meningkatkan perkembangan kawasan secara lebih luas.

b) Mengembangkan industri pengolahan hasil kegiatan agro (pertanian,

perkebunan dan kehutanan) yang ramah lingkungan sesuai komoditas unggulan kawasan dan kebutuhan pasar (agroindustri dan agribisnis).

c) Membentuk dan mengembangkan kemitraan antara perusahaan

perkebunan besar dengan perkebunan rakyat untuk menjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat.

d) Meningkatkan kegiatan agroindustri melalui peningkatan prasarana

dan sarana pendukung, serta pemasaran yang lebih agresif dan efektif.

e) Meningkatkan produktivitas hasil perkebunan melalui intensifikasi

dan teknologi perkebunan yang ramah lingkungan.

f) Memberikan kemudahan bagi investor untuk berinvestasi.

g) Mendorong investasi yang berorientasi pada penyediaan lapangan

kerja bagi masyarakat

3.5.3. Struktur Ruang Kabupaten Barito Utara

Pusat-pusat pengembangan dan pelayanan di Kabupaten Barito Utara akan

diklasifikasikan menjadi 3 jenis pusat pengembangan, yaitu :

(28)

Laporan Akhir| III-28

1.

Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dengan pusat kegiatan di Kota Muara Teweh dan

memiliki skala pelayanan untuk melayani beberapa Kabupaten selain Kabupaten

Barito Utara; Fasilitas yang disediakan pada pusat pelayanan ini memiliki skala

pelayanan untuk kabupaten yang terdiri dari fasilitas pendidikan dari TK s/d

Perguruan Tinggi, fasilitas kesehatan dari Rumah Sakit Umum (RSU), Puskemas s/d

Rumah Sakit Bersalin, Peribadatan, Perniagaan skala kecil s/d besar, Kantor Post,

Taman Bermain/Lapangan Olahraga, Terminal antar kota/Provinsi, Dermaga Sungai,

Bandar Udara dan Stasiun Kereta Api (Rencana).

2.

Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) berada di Kota Kandui. Pada pusat ini jenis

fasilitas memiliki skala pelayanan beberapa kecamatan. Fasilitas yang disediakan pada

pusat pelayanan ini meliputi : fasilitas pendidikan dari TK s/d SLTA, fasilitas

kesehatan dari Puskesmas, Puskemas pembantu s/d Klinik Bersalin, Peribadatan,

Perniagaan skala kecil s/d sedang, Kantor Post Pembantu, Taman Bermain/Lapangan

Olahraga, Terminal tipe C (antar kecamatan), Dermaga Sungai (antar kecamatan), dan

Stasiun Kereta Api (Rencana).

3.

Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) berupa Kota Benangin, Kota Lampeong, Kota

Muara Lahei dan Kota Tumpung Laung. Pada pusat ini jenis fasilitas mempunyai

skala kawasan, kelurahan dan kecamatan. Adapun jenis fasilitas yang disediakan

antara lain : Fasilitas Pemerintahan Kecamatan, Pendidikan dari TK s/d SLTA,

Kesehatan mulai dari Puskesmas s/d Puskesmas Pembantu (PUSTU), Peribadatan,

Perniagaan dari warung s/d pasar lingkungan dan terminal tipe C (antar kecamatan).

4.

Pusat Pelayanan Lokal (PPL)

berada di Desa Trans 52 (Kec. Teweh Tengah), Desa

Sikui (Kec. Teweh Tengah) dan Desa Karendan ((Kec. Lahei). Pada pusat ini jenis

fasilitas mempunyai skala lingkungan atau desa. Adapun jenis fasilitas yang

disediakan antara lain : Fasilitas Pendidikan dari TK s/d SLTP, kesehatan mulai dari

Puskesmas s/d Puskesmas Pembantu (PUSTU), Peribadatan, Perniagaan dari warung

s/d pasar lingkungan, dan sub terminal (antar desa/kecamatan).

Untuk lebih jelasnya mengenai Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Barito Utara

dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3. 6 Rencana Sistem Perkotaan di Kabupaten Barito Utara

No Kota Hirarki Arahan Fungsi Wilayah Pelayanan Estimasi Jumlah

Penduduk

1. Muara Teweh PKW - Pemerintah Kabupaten

- Pusat Permukiman

- Wilayah

Kabupaten Barito

(29)

Laporan Akhir| III-29

No Kota Hirarki Arahan Fungsi Wilayah Pelayanan Estimasi Jumlah

Penduduk

- Pusat Pendidikan

- Pusat Kesehatan

- Perdagangan & Jasa

- Transportasi

Utara

2. Kandui PKLp - Pemerintahan lokal

- Permukiman

- Pendidikan

- Perdagangan & Jasa

- Pusat Kesehatan

- Kec. Montallat

- Kec. Gn. Timang

10.000-20.000

3. Benangin PPK - Pemerintahan lokal

- Permukiman

- Pendidikan Kawasan

- Perdagangan & Jasa

- Kesehatan Kawasan

- Kec. Teweh Timur 5.000-10.000

4. Muara Lahei PPK - Pemerintahan lokal

- Permukiman

- Pendidikan Kawasan

- Perdagangan & Jasa

- Kesehatan Kawasan

- Kec. Lahei 5.000-10.000

5. Lampeong PPK - Pemerintahan lokal

- Permukiman

- Pendidikan Lokal

- Perdagangan & Jasa

- Kesehatan Kawasan

- Kec. Gunung Purei 5.000-10.000

6. Tumpung

Laung

PPK - Pemerintahan Kec

- Permukiman

- Pendidikan Lokal

- Perdagangan & Jasa

- Kesehatan Kawasan - Kec. Montallat 5.000-10.000 7. Desa Trans 52 PPL - Permukiman - Pendidikan Lokal

- Perdagangan & Jasa

- Kesehatan Lokal

- Desa Sekitarnya di Kec. Teweh Tengah

< 5.000

8 Desa Sikui PPL - Permukiman

- Pendidikan Lokal

- Perdagangan & Jasa

- Kesehatan Lokal - Desa Sekitarnya di Kec. Teweh Tengah < 5.000 9 Karendan PPL - Permukiman - Pendidikan Lokal

- Perdagangan & Jasa

- Kesehatan Lokal

- Desa Sekitarnya di Kec. Lahei

< 5.000

Sumber : Hasil Rencana

Berdasarkan hasil analisis kondisi eksisting jaringan jalan, selain jalan KP-1 dan

KP3 yang telah ditetapkan dalam RTRW Provinsi Kalimantan Tengah, maka

rencana sistem jaringan Jalan Lokal Primer di Kabupaten Barito Utara meliputi :

1.

Kandui – Tumpung Laung sepanjang 31,38 Km.

2.

Kandui – Kabupaten Barito Selatan sepanjang 37,88 Km.

3.

Desa Sikui – Simpang KP1 (Muara Teweh – Batas Kaltim) sepanjang 24,79 Km.

4.

Simpang KP3 (Muara Teweh - Puruk Cahu) –Desa Karendan sepanjang 34,44

(30)

Laporan Akhir| III-30

5.

Simpang KP1 (Muara Teweh - Banjarmasin) – Bandara Trinsing dan Simpang

KP1 (Muara Teweh - Banjarmasin) – Kota Muara Teweh Baru sepanjang 2,75

Km.

Sesuai dengan kriteria bahwa suatu kota yang ditetapkan sebagai PKW maka

dibutuhkan fasilitas terminal untuk melayani pergerakan antar kabupaten, antara

lain meliputi:

1.

Terminal tipe A terdapat di Kota Muara Teweh.

2.

Terminal tipe C di Kota Kandui (Kecamatan Gunung Timang).

Pengembangan Jalan Kereta Api (Rel) yang direncanakan untuk melayani kegiatan

batu bara dan agrobisnis. Untuk itu rencana pengembangan jaringannya

merupakan bagian dari sistem jalan rel Kalimantan, dalam RTRW Provinsi jaringan

jalan rel kereta api akan dikembangkan melintasi Kabupaten Barito Utara (dari arah

Puruk Cahu – Banjarmasin). Trase usulan rencana rel adalah sejajar dengan ruas

jalan Kolektor Primer (dapat disesuaikan lagi bila rencana sudah disepakati) yaitu:

Puruk Cahu – Muara Teweh (masuk wilayah Barito Utara)

Muara Teweh – Kandui hingga Batas Barito Selatan (masuk wilayah Barito

Utara)

Batas Barito Selatan – Banjarmasin (masuk wilayah Barito Selatan dan Kalsel)

Sesuai kebijakan pusat dan didukung oleh Pemkab Barito Utara, akan dibangun Rel

Kereta Api :

Dari Provinsi Kalimantan Timur menuju Kabupaten Barito Utara melalui

Kecamatan Gunung Purei, Kecamatan Teweh Timur dan Kecamatan Lahei.

Selain untuk melayani kegiatan angkutan barang, suatu saat diharapkan juga akan

melayani penumpang. Untuk itu ada beberapa Stasiun Transit barang dan

penumpang di Muara Teweh dan Kandui. Untuk optimalisasi pergerakan, perlu

pola terminal yang terintegrasi antara jalan raya dan rel. Untuk lebih jelasnya

mengenai renaca Jalan Kereta Api yang termasuk kedalam pembangunan Trans

Kalimantan, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana Sistem

Transportasi Trans Kalimantan untuk masa yang akan datang. Hal tersebut

sebagai salah satu upaya dukungan terhadap percepatan proses pertumbuhan dan

perkembangan wilayah/kawasan di seluruh Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah.

3.5.4. Pola Ruang Kabupaten Barito Utara

Rencana Pola Ruang wilayah Kabupaten Barito Utara dapat dilihat pada Tabel 2.1.

dan Gambar 2.1.

Tabel 3. 7 Rencana Pola Ruang Kabupaten Barito Utara Tahun 2031

No. Jenis Kawasan Luas

Ha %

a. Kawasan Lindung

Gambar

Tabel 3. 1 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah  PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
Gambar 3. 1 Kedudukan RTR KSN dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem  Perencanaan Pembangunan Nasional
Tabel 3. 4 Amanat UU 26/2007 dan PP 26/2008 terkait RTR Pulau / Kepulauan dan KSN    UU 26/2007 tentang Penataan Ruang
Gambar 3. 2 Kedudukan RTR Pulau/Kepulauan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini dilakukan pengaturan ulang tata letak dan perbaikan terhadap prosedur setup di gudang bahan baku untuk mengurangi waktu penyiapan komponen

Program sukarela – Dana Pensiun : Dari semua dana pensiun yang menyelenggarakan program yang manfaatnya pasti, rata-rata menjanjikan manfaat pensiun sebesar 1.5 x penghasilan

Distribusi Frekuensi berdasarkan Skala nyeri disminore sesudah pemberian minuman kunir asam pada kelompok kontrol di Desa Mijen Kecamatan Kaliwungu Kabupaten

Analisis statistik menunjukkan nilai deteksi vaskularisasi dengan CEUS sesuai dengan ukuran tumor dan kedalaman tumor pada 118 nodul dengan densitas tinggi pada fase arterial fase

Dari penelitian tersebut terdapat jugavariabel yang berpengaruh positif tidak signifikan yaitu leverage keuangan terhadap keputusan hedging, dan yang berpengaruh negatif

Fungsi–fungsi manajemen ini telah diterapkan pada bimbingan manasik haji dan umrah yang diselenggarakan oleh Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) As-Shofa kota Blora

Peneliti ingin memahami bagaimana pengalaman spiritualitas kaum waria menyangkut penghayatan dan perwujudan yang berhubungan simbol, keyakinan, nilai dan perilaku

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman konsep matematika siswa menggunakan penerapan pendekatan brain based learning dengan metode pembelajaran