Laporan Akhir| III-1
Bab-3
Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang.
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan
sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi
peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi
lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pembangunan bidang Cipta Karya
harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain
untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat
mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara
lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya
alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta
pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat
pemanfaatan ruang.
3.1.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL (RTRWN)
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan
Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN).
Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM
kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
A.
Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional
1.
Tujuan Penataan Ruang Wilayah Nasional
Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan :
1.
Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan
2.
Keharmonisa antara lingkungan alam dan lingkungan buatan
3.
Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota
4.
Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan, ruang udara
termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia
Rencana Tata Ruang
Wilayah Sebagai Arahan
Spasial RPI2JM
Laporan Akhir| III-2
5.
Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi,
dan kabupaten/kota dalam rangka perlindungan fungsi ruang dan
penceghan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang
6.
Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat
7.
Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah
8.
Keseimbangan dan keserasian kegiatan antar sektor
9.
Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional
RTRWN menjadi pedoman untuk :
1.
Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional
2.
Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional
3.
Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah
nasional
4.
Perwujudan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan
antar wilayah provinsi, serta keserasian antar sektor
5.
Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi
6.
Penataan ruang kawasan strategis nasional
7.
Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota
2.
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional
Meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang.
Kebijakan Pengembangan Struktur Ruang
1. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan
ekonomi wilayah yang merata dan berhirarki
2. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan
prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional
Strategi untuk Peningkatan Akses Pelayanan Perkotaan dan Pusat Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
1. Menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan
perkotaan dan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah disekitarnya
2. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang
belum terlayani oleh pusat pertumbuhan
3. Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai
4. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar
lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah disekitarnya
Kebijakan dan Strategi
Pengembangan Pola Ruang
1. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung :
a.Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi
lingkungan hidup
b.Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan hidup
2. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya :
a.Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan
antar kegiatan budi daya
b.Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan Kebijakan dan
Strategi
Pengembangan Kawasan
1. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup, dengan Strategi :
a. Menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi
Laporan Akhir| III-3
StrategisNasional
b. Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis
nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan
c. Membatasi pemanfaatan ruang disekitar kawasan
strategis nasional yang berpotansi mengurangi fungsi lindung kawasan
d. Membatasi pengembangan sarana dan prasarana di
dalam dan disekitar kawasan strategis nasional yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya
e. Mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun
disekitar kawasan strategis nasional yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya terbangun
f. Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun
akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional.
2. Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi
kesenjangan tingkat perkembangan antar kawasan, dengan Strategi :
a. Memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan
berkelanjutan
b. Membuka akses dan meningkatkan aksesbilitas antar
kawasan tertinggal dan pusat pertumbuhan wilayah
c. Mengembangkan sarana dan prasarana penunjang
kegiatan ekonomi masyarakat
d. Meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan
e. Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya
manusia dalam pengelolaan kegiatan ekonomi.
B.
Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional
Rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi :
1.
Sistem perkotaan nasional
2.
Sistem jaringan transportasi nasional
3.
Sistem jaringan energi nasional
4.
Sistem jaringan telekomunikasi nasional
5.
Sistem jaringan sumber daya air.
Tabel 3. 1 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah
PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
NO. PROVINSI PKN PKW
21 Kelimantan
Tengah
Palangkaraya (I/C/1) Kuala Kapuas (II/C/1)
Pangkalan Bun (I/C/2)
Buntok (II/C/1)
Sampit (I/C/1)
Keterangan : I –
IV : Tahapan Pengembangan
A : Percepatan Pengembangan kota-kota utama kawasan Perbatasan
Laporan Akhir| III-4
A/2 : Pengembangan BaruA/3 : Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi
B : Mendorong Pengembangan Kota-Kota Sentra Produksi
C : Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Kota-Kota Pusat Pertumbuhan Nasional
C/1 : Pengembangan/Peningkatan fungsi C/2 : Pengembangan Baru
C/3 : Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi
D : Pengendalian Kota-kota Berbasis Mitigasi Bencana
D/1 : Rehabilitasi kota akibat bencana alam
D/2 : Pengendalian perkembangan kota-kota berbasis Mitigasi Bencana
3.2.
RTR KAWASAN STRATEGIS NASIONAL (KSN)
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional
terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya,
dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
Dalam hal pelaksanaan penataan ruang KSN, kewenangan Pemerintah mencakup :
1.
Penetapan kawasan strategis nasional,
2.
Perencanaan tata ruang kawasan strategis nasional,
3.
Pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional, dan
4.
Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional.
Gambar 3. 1 Kedudukan RTR KSN dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional
Laporan Akhir| III-5
Pelaksanaan kegiatan ini diharapkan dapat membantu mewujudkan penyelesaian
RTR KSN dalam bentuk perpres sehingga memiliki landasan hukum yang jelas dalam
pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang, dalam kaitannya dengan kebijakan
penataan ruang KSN dalam RTRWN yang diantaranya adalah :
1.
Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk
mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan
keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan
kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya
nasional;
2.
Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara;
3.
Pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
4.
Pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa; dan
5.
Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai warisan
dunia, cagar biosfer, dan ramsar.
Fungsi RTR KSN
1. Alat koordinasi dalam penyelenggaraan penataan ruang pada KSN yang diselenggarakan oleh seluruh pemangku kepentingan;
2. Acuan dalam sinkronisasi program Pemerintah dengan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, serta swasta dan masyarakat dalam rangka pelaksanaan pembangunan untuk mewujudkanKSN;
3. Dasar pengendalian pemanfaatan ruang KSN, termasuk acuan penentuan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang dalam RTRW provinsi dan RTRW kabupaten/kota dan dapat dijadikan dasar penerbitan perizinan sepanjang skala informasi RTR KSN setara dengan kedalaman RTRW yang seharusnya menjadi dasar perizinandalam hal peraturan daerah(perda)tentang RTRW provinsi dan RTRW kabupaten/kotabelum berlaku. Manfaat
RTR KSN
1. Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam lingkup KSN;
2. Mewujudkan keserasian pembangunan KSN dengan wilayah sekitarnya dan wilayah provinsidan kabupaten/kota dimana KSN berada; dan
3. Menjamin Terwujudnya tata ruang KSN yang berkualitas.
Isu strategis nasional merupakan hal-hal yang menjadi kepentingan nasional pada suatu
kawasan sehingga kawasan tersebut perlu ditetapkan sebagai KSN. Isu strategis nasional
dikelompokkan berdasarkan sudut kepentingan strategis nasional yaitu :
1.
Pertahanan dan keamanan;
2.
Pertumbuhan ekonomi;
3.
Sosial dan budaya;
4.
Pendayagunaan sumber daya alam (SDA)dan/atau teknologi tinggi; dan
5.
Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Proses merumuskan isu strategis nasional dapat dilakukan melalui pendekatan top down
dan/atau
bottom up. Isu strategis nasional dapat berasal dari cara pandang Pemerintah
terhadap potensi maupunpermasalahan di daerah yang dianggap memiliki nilai strategis
nasional (pendekatan top down), dan/atau berdasarkan permasalahan yang diusulkan oleh
daerah yang menjadi kewenangan Pemerintah untuk diangkat menjadi isu strategis
nasional (pendekatan bottom up).
Laporan Akhir| III-6
Tabel 3. 2 Penentuan Muatan RTR KSN berdasarkan Tipologi KSN
Laporan Akhir| III-10
Sumber : Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional.Laporan Akhir| III-11
Tabel 3. 3 Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun
2008 tentang RTRWN
NO. PROVINSI KOTA/KABUPATEN KAWASAN STRATEGIS NASIONAL SUDUT
KEPENTINGAN
1. Jawa Tiimur a. Kab. Gresik Kawasan Perkotaan : Ekonomi
b. Kab. Bangkalan Gresik Bangkalan Mojokerto
-c. Kab. Lamongan Surabaya - Sidoarjo - Lamongan
(Gerbangkertosusila)
STATUS HUKUM
3.3.
ARAHAN RTRW PULAU
Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari
RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau untuk penyusunan
RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:
A.
Definisi
Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan merupakan rencana rinci dari Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) berisi tujuan, kebijakan dan strategi penataan
ruang, rencana struktur dan pola ruang, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan
ruang, strategi operasionalisasi perwujudan struktur dan pola ruang, serta indikasi
program jangka menengah lima tahun.
B.
Fungsi Rencana Tata Ruang Kepulauan Terhadap RPIJM
Arahan pemanfaatan ruang Pulau/Kepulauan dan KSN merupakan acuan dalam
mewujudkan struktur ruang dan pola ruang (yang memuat rincian indikasi program
utama, indikasi sumber pendanaan, indikasi instansi pelaksana, dan indikasi waktu
pelaksanaan), sehinga untuk operasionalisasinya perlu disusun Rencana Program
Investasi Jangka Menengah (RPIJM).
C.
Kedudukan
Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan disusun untuk melaksanakan ketentuan
Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan
ketentuan Pasal 123 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah
Nasional.
Dalam
aturan
persebut
RTR
Pulau/Kepulauan dan KSN disusun sebagai perangkat operasional dan merupakan
rencana rinci untuk RTRWN. Untuk lebih jelasnya lihat tabel dan gambar berikut ini.
Tabel 3. 4 Amanat UU 26/2007 dan PP 26/2008 terkait RTR Pulau / Kepulauan dan KSN
UU 26/2007 tentang Penataan Ruang
Pasal 14 ayat (4) RTR Pulau/Kepulauan dan KSN disusun sebagai perangkat operasional
RTRWN
Pasal 14 Ayat (5 )
RTR Pulau/Kepulauan dan KSN disusun apabila :
RTRWN belum dapat dijadikan dasar pelaksanaan pemanfaatan ruang
& pengendalian pemanfaatan ruang
RTRWN mencakup wilayah perencanaan yg luas & skala peta
memerlukan perincian sebelum dioperasionakan
Pasal 21 ayat (1) RTR Pulau/Kepulauan dan KSN diatur dengan peraturan presiden
Laporan Akhir| III-12
14 Ayat (3) PP 26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Pasal 123 ayat (4) RTR Pulau/Kepulauan dan KSN ditetapkan dengan peraturan presiden
Gambar 3. 2 Kedudukan RTR Pulau/Kepulauan
D.
Tujuan
Penataan ruang Pulau Jawa-Bali bertujuan untuk mewujudkan :
1.
Lumbung pangan utama nasional;
2.
Kawasan perkotaan nasional yang kompak berbasis mitigasi dan adaptasi
bencana;
3.
Pusat industri yang berdaya saing dan ramah lingkungan;
4.
Pemanfaatan potensi sumber daya mineral, minyak dan gas bumi, serta panas
bumi secara berkelanjutan;
5.
Pemanfaatan
potensi
perikanan,
perkebunan,
dan
kehutanan
secara
berkelanjutan;
6.
Pusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional;
7.
Pusat pariwisata berdaya saing internasional berbasis cagar budaya dan ilmu
pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan
insentif,
konferensi,
dan
pameran
(Meeting,Incentive,
Convention
and
Exhibition/MICE);
8.
Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang memadai
Laporan Akhir| III-13
9.
Pulau Jawa bagian selatan dan Pulau Bali bagian utara yang berkembang dengan
memperhatikan keberadaan kawasan lindung dan kawasan rawan bencana; dan
10.
Jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan daya saing.
E.
Kebijakan dan Strategi
Kebijakan dan Strategi RT Pulau Jawa – Bali dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3. 5 Kebijakan dan Strategi Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali
Pasal Tujuan Kebijakan Strategi
Pasal 6 Lumbung pangan utama nasional pemertahanan lahan pertanian untuk tanaman pangan, termasuk lahan pertanian pangan berkelanjutan
mempertahankan luas lahan pertanian
pangan berkelanjutan dengan
dengendalikan kegiatan budi daya lainnya
mengendalikan alih fungsi peruntukan
lahan pertanian untuk tanaman pangan; dan
mengendalikan perkembangan fisik
kawasan perkotaan nasional untuk
menjaga keutuhan lahan pertanian
tanaman pangan
pengembangan dan
pemertahanan
jaringan prasarana
sumber daya air untuk meningkatkan luasan lahan pertanian untuk tanaman pangan
mengembangkan dan memelihara
bendungan beserta waduknya untuk mempertahankan daya tampung air yang menjamin penyediaan air baku bagi kegiatan pertanian tanaman pangan
memelihara dan meningkatkan jaringan
irigasi teknis pada daerah irigasi (DI)
untuk meningkatkan luasan lahan
pertanian tanaman pangan pengembangan sentra pertanian tanaman pangan melaluipeningkatan fungsi industri pengolahan dan
industri jasa hasil
pertanian tanaman
pangan untuk
mewujudkan
ketahanan pangan
nasional.
mengembangkan sentra pertanian tanaman
pangan untuk ketahanan pangan nasional
mengembangkan kawasan perkotaan
nasional melalui peningkatan fungsi
industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan
mengembangkan kawasan perkotaan
nasional sebagai pusat penelitian dan pengembangan pertanian tanaman pangan.
Pasal 7 Kawasan perkotaan nasional yang kompak berbasis mitigasi dan adaptasi bencana pengendalian perkembangan kawasan perkotaan nasional yang menjalar (urban sprawl)
mengendalikan perkembangan kawasan
permukiman, perdagangan, jasa, dan/atau industri di kawasan perkotaan nasional sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
mengendalikan perkembangan kawasan
perkotaan nasional yang berdekatan
dengan kawasan lindung. pengendalian
perkembangan
kawasan perkotaan
nasional di kawasan rawan bencana.
menetapkan zona-zona rawan bencana
beserta ketentuan mengenai standar
bangunan gedung yang sesuai dengan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana di kawasan perkotaan nasional
Laporan Akhir| III-14
Pasal Tujuan Kebijakan Strategi
mengendalikan perkembangan kawasan
budi daya terbangun di kawasan
perkotaan nasional yang berpotensi
terjadinya bencana
mengembangkan prasarana dan sarana
perkotaan yang berfungsi sebagai lokasi dan jalur evakuasi bencana
membangun sarana pemantauan bencana
Pasal 8 pusat industri
yang berdaya saing dan ramah lingkungan rehabilitasi dan peningkatan fungsi kawasan industri untuk meningkatkan daya saing kawasan dengan
memperhatikan daya
dukung dan daya
tampung lingkungan hidup
mengembangkan dan/atau meningkatkan
kualitas prasarana dan sarana penunjang kegiatan industri
meningkatkan penataan lokasi kegiatan
industri di dalam kawasan industri; dan
mengembangkan dan/atau meningkatkan
kegiatan industri yang benilai tambah tinggi dengan penggunaan teknologi tinggi dan ramah lingkungan
pengembangan
kawasan untuk
kegiatan industri
kreatif yang berdaya
saing dan ramah
lingkungan di
kawasan perkotaan
nasional
mengembangkan kawasan perkotaan
nasional sebagai pusat kegiatan industri kreatif; dan
mengembangkan prasarana dan sarana
penunjang kegiatan industri kreatif
peningkatan
keterkaitan ekonomi
antarpusat industri
memantapkan jaringan jalan nasional,
jaringan jalur kereta api nasional,
pelabuhan, dan/atau bandar udara
Pasal 9 pemanfaatan
potensi sumber
daya mineral,
minyak dan gas
bumi, serta panas bumi secara berkelanjutan pengembangan sentra pertambangan
mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi secara terkendali dengan
memperhatikan
kelestarian sumber
daya alam dan
meminimalkan
dampak negative
terhadap lingkungan hidup
mengembangkan kawasan peruntukan
pertambangan mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi yang ramah lingkungan dan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana;
mengendalikan perkembangan kawasan
peruntukan pertambangan mineral,
minyak dan gas bumi, serta panas bumi yang berpotensi merusak fungsi kawasan lindung dan mengubah bentang alam; dan
mengendalikan perkembangan kawasan
peruntukan pertambangan mineral,
minyak dan gas bumi pada kawasan peruntukan permukiman
pengembangan
kawasan perkotaan
nasional sebagai pusat
industri pengolahan
dan industri jasa hasil pertambangan minyak dan gas bumi yang ramah lingkungan
mengembangkan kawasan perkotaan
nasional sebagai pusat industri pengolahan pertambangan minyak dan gas bumi melalui
peningkatan fungsi industri pengolahan
hasil pertambangan minyak dan gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu
memantapkan aksesibilitas antara kawasan
perkotaan nasional dan sentra
Laporan Akhir| III-15
Pasal Tujuan Kebijakan Strategi
Pasal 10 Pemanfaatan potensi perikanan, perkebunan, dan kehutanan secaraberkelanj utan pengembangan sentra perikanan dengan memperhatikan potensi lestari yang didukung peningkatan
fungsi industri
pengolahan dan
industri jasa hasil
perikanan
mengembangkan sentra perikanan tangkap
dan perikanan budi daya yang ramah lingkungan
merehabilitasi kawasan peruntukan
perikanan budi daya untuk menjaga ekosistem sekitarnya;
mengembangkan kawasan minapolitan
berbasis masyarakat
mengembangkan kawasan perkotaan
nasional melalui peningkatan fungsi
industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan
peningkatan sentra perkebunan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan yang didukung peningkatan fungsi industry pengolahan dan
industri jasa hasil
perkebunan
mengembangkan sentra perkebunan
berbasis bisnis yang didukung prasarana dan sarana dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
merehabilitasi kawasan peruntukan
pertanian untuk kegiatan perkebunan yang terdegradasi; dan
mengembangkan kawasan perkotaan
nasional melalui peningkatan fungsi
industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan
pengembangan potensi kehutanan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan yang didukung peningkatan fungsi industri pengolahan dan
industri jasa hasil
hutan
merehabilitasi kawasan peruntukan hutan
yang terdegradasi;
mengembangkan sentra kehutanan pada
kawasan andalan dengan memperhatikan
daya dukung dan daya tamping
lingkungan hidup; dan
mengembangkan kawasan perkotaan
nasional melalui peningkatan fungsi
industri pengolahan dan industri jasa hasil hutan yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan
Pasal 11 pusat
perdagangan dan jasa yang berskala
internasional
peningkatan fungsi
dan pengembangan
kawasan perkotaan
nasional sebagai pusat perdagangan dan jasa
yang berskala
internasional sesuai
dengan daya dukung
dan daya tamping
lingkungan hidup
mengembangkan kawasan perkotaan
nasional sebagai pusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional
mengembangkan dan memantapkan
prasarana dan sarana untuk meningkatkan keterkaitan antarpusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup Pasal 12 pusat pariwisata berdaya saing internasional berbasis cagar budaya dan ilmu pengetahuan, rehabilitasi dan pengembangan kawasan peruntukan pariwisata cagar
budaya dan ilmu
pengetahuan, bahari,
ekowisata, serta
penyelenggaraan
merehabilitasi kawasan peruntukan
pariwisata cagar budaya dan ilmu
pengetahuan, bahari, ekowisata, serta
mengembangkan penyelenggaraan
pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran
mengembangkan dan memantapkan
Laporan Akhir| III-16
Pasal Tujuan Kebijakan Strategi
bahari, ekowisata, serta penyelenggaraa n pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition / MICE) pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran
pariwisata cagar budaya dan ilmu
pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran
pengembangan
kawasan perkotaan
nasional sebagai pusat
pariwisata cagar
budaya dan ilmu
pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran
mengembangkan pusat jasa dan promosi
pariwisata di kawasan perkotaan nasional; dan
memantapkan akses prasarana dan sarana
untuk meningkatkan keterkaitan antara kawasan perkotaan nasional dan kawasan-kawasan pariwisata cagar budaya dan ilmu
pengetahuan, bahari, serta
penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran
pengembangan keterpaduan
antarpusat pariwisata yang berbasis cagar
budaya dan ilmu
pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran
meningkatkan keterkaitan antar PKN di
Pulau Jawa-Bali sebagai pusat pariwisata dalam kesatuan tujuan pariwisata
Pasal 13 kapasitas daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang memadai untuk pembangunan peningkatan luasan kawasan berfungsi
lindung paling sedikit
30% (tiga puluh
persen) dari luas Pulau
Jawa-Bali sesuai
dengan kondisi
ekosistemnya
mempertahankan luasan kawasan
berfungsi lindung dan merehabilitasi
kawasan berfungsi lindung yang
terdegradasi;
mengendalikan kegiatan budi daya yang
berpotensi mengganggu kawasan
berfungsi lindung
mengendalikan dan merehabilitasi daerah
aliran sungai (DAS) kritis;
mengendalikan dan merehabilitasi
kawasan lindung di bagian hulu Wilayah Sungai (WS), kawasan hutan lindung, kawasan resapan air, dan kawasan konservasi; dan
mengendalikan perubahan peruntukan
dan/atau fungsi kawasan hutan pengembangan
kawasan lindung dan kawasan budi daya untuk meningkatkan
daya dukung dan
daya tampung
lingkungan hidup
mengembangkan kawasan lindung dan
kawasan budi daya dengan menggunakan teknologi lingkungan;
mengembangkan pengelolaan kawasan
lindung dan kawasan budi daya melalui kerja sama antardaerah untuk kelestarian pemanfaatan sumber daya alam; dan
mengembangkan kawasan perkotaan
nasional dengan konsep kota hijau yang hemat energi, air, lahan, dan minim limbah
Pasal 14 Pulau Jawa
bagian selatan
percepatan pengembangan
mengembangkan sentra produksi untuk
Laporan Akhir| III-17
Pasal Tujuan Kebijakan Strategi
dan Pulau Bali
bagian utara yang berkembang dengan memperhatikan keberadaan kawasan lindung dan kawasan rawan bencana kawasan andalan di
Pulau Jawa bagian
selatan serta
keterkaitan Pulau Jawa bagian selatan dengan
Pulau Jawa bagian
tengah dan Pulau Jawa bagian utara
dan adaptasi bencana serta memperhatikan keberadaan kawasan lindung;
mengembangkan prasarana dan sarana
pendukung kegiatan sektor unggulan; dan
meningkatkan aksesibilitas yang
menghubungkan antarkawasan andalan di Pulau Jawa bagian selatan, serta antara kawasan andalan di Pulau Jawa bagian selatan dan kawasan perkotaan nasional di Pulau Jawa bagian tengah dan Pulau Jawa bagian utara
percepatan pengembangan
kawasan andalan di
Pulau Bali bagian
utara serta keterkaitan
Pulau Bali bagian
utara dengan Pulau Bali bagian selatan
mengembangkan sentra produksi untuk
kegiatan sektor unggulan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana serta memperhatikan keberadaan kawasan lindung;
mengembangkan prasarana dan sarana
pendukung kegiatan sektor unggulan; dan
meningkatkan aksesibilitas yang
menghubungkan kawasan andalan di Pulau Bali bagian utara dengan kawasan perkotaan di Pulau Bali bagian selatan pengembangan sentra
produksi di luar
kawasan andalan yang berada di Pulau Jawa bagian selatan dan
Pulau Bali bagian
utara
mengembangkan prasarana dan sarana
pendukung kegiatan sentra produksi
meningkatkan aksesibilitas yang
menghubungkan sentra produksi di luar
kawasan andalan dengan kawasan
perkotaan nasional sebagai pusat
pengembangan kawasan andalan yang berada di Pulau Jawa bagian selatan dan Pulau Bali bagian utara
pemertahanan
eksistensi 6 (enam) pulau kecil terluar di
Pulau Jawa bagian
selatan sebagai
titik-titik garis pangkal
kepulauan Indonesia
untuk penegasan
wilayah kedaulatan
negara
mengembangkan prasarana pengamanan
pantai di Pulau Deli, Pulau Manuk, Pulau Nusa Kambangan, Pulau Nusa Barung, Pulau Sekel, dan Pulau Panehan
membangun dan memelihara mercusuar
sebagai penanda dan navigasi pelayaran di Pulau Deli, Pulau Manuk, Pulau Nusa Kambangan, Pulau Nusa Barung, Pulau Sekel, dan Pulau Panehan
menyediakan dan meningkatkan prasarana
dan sarana untuk pemenuhan kebutuhan air baku di Pulau Nusa Kambangan
Pasal 15 jaringan transportasi antar moda yang dapat meningkatkan daya saing pengembangan dan pemantapan jaringan transportasi yang terpadu untuk meningkatkan keterkaitan antarwilayah dan efisiensi ekonomi
mengembangkan dan/atau memantapkan
akses prasarana dan sarana transportasi
darat, laut, dan/atau udara yang
menghubungkan antarkawasan perkotaan
nasional dan memantapkan koridor
ekonomi Pulau Jawa-Bali;
memantapkan akses prasarana dan sarana
transportasi darat yang meliputi jaringan jalan, jaringan jalur kereta api, serta jaringan transportasi penyeberangan yang
menghubungkan kawasan perkotaan
Laporan Akhir| III-18
Pasal Tujuan Kebijakan Strategi
pelabuhan, dan/atau bandar udara; dan
mengembangkan jaringan transportasi
dengan memperhatikan fungsi kawasan pertanian pangan berkelanjutan, kawasan lindung, dan kawasan rawan bencana, dan/atau penerapan prasarana dan sarana yang ramah lingkungan
pengembangan jaringan transportasi untuk meningkatkan aksesibilitas kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil
mengembangkan jaringan transportasi
yang menghubungkan perkotaan nasional dengan kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil
Sumber : Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2012.
3.4.
ARAHAN RTRW PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
3.4.1.
Tujuan, Kebijakan dan Strategi
A.
Tujuan Penataan Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah
Tujuan utama sebagai tujuan spesifik dari penyelenggaraan penataan ruang di
Provinsi Kalimantan Tengah adalah Terselenggaranya pemanfaatan ruang yang
berwawasan lingkungan dengan berlandaskan Wawasan Nusantara dan
Ketahanan Nasional, untuk mewujudkan tatanan ruang wilayah Kalimantan
Tengah berbasis pertanian yang berorientasi agribisnis dan agroindustri, serta
sebagai lumbung energi dan lumbung pangan dengan tetap mempertimbangkan
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
B.
Kebijakan Dan Strategi
Berdasarkan tujuan penataan ruang Jawa Timur, maka kebijakan dan strategi
pengembangan wilayah Kalimantan Tengah didefinisikan sebagai berikut :
Kebijakan Strategi 1. Struktur Ruang meningkatkan aksesibilitas perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah darat maupun laut dan pulau-pulau kecil
a) meningkatkan interkoneksi antara kawasan perkotaan sebagai Pusat
Kegiatan Nasional (PKN), maupun Pusat-Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu ibukota-ibukota kabupaten yang tidak termasuk dalam PKN maupun PKW, antara kawasan perkotaan dengan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dengan wilayah sekitarnya;
b) mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang potensil
dan belum terlayani oleh pusat pertumbuhan eksisting;
c) mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan, dan khususnya
daerah pantai; dan
d) mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih
kompetitif dan lebih efektif dalam mendorong pengembangan wilayah sekitarnya, terutama PKN, PKW dan PKL.
Laporan Akhir| III-19
Kebijakan Strategi
dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, informasi, telekomunikasi, energi dan sumberdaya air
KalTeng.
b) Mempercepat perwujudan Jalan Lintas Kalimantan Poros Tengah
(JLK-T) dengan prioritas Km 60 Muarateweh - Sp.Tapinbini - Batas KalBar.
c) Mempercepat perwujudan jalan Rel Kereta-Api dengan prioritas
ialah Purukcahu - Sp.Muarateweh - Sp.Buntok - Sp.Pulangpisau – P.L.Bahaur.
d) eningkatkan aksessibilitas internal wilayah, baik secara umum
maupun dalam rangka sinergisme dengan pengembangan ekoturisme.
e) Mengupayakan adanya prime mover (penggerak utama
perekonomian) kawasan yang skalanya relevan dan rentang kegiatannya relatif lama.
f) Pilihan berbasis lokal : merealisasikan PLTA JeJoTuLaTe
interkoneksi.
g) Mensinergikan kekuatan 2 simpul berdekatan yakni
Palangkaraya-Sampit.
h) Merevitalisasi koneksi langsung Palangkaraya-Buntok.
i) Mensinergikan kekuatan 2 simpul berdekatan yakni
P.Bun-Sukamara.
j) meningkatkan jaringan energi dengan lebih
menumbuh-kembangkan pemanfaatan sumberdaya terbarukan yang ramah lingkungan dalam sistem kemandirian energi listrik lingkungan mikro, baik di daerah perdesaan terpencil maupun pulau-pulau kecil terpencil; dan
k) meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan
keterpaduan sistem jaringan sumberdaya air.
2. Pola Ruang
kebijakan pemeliharaan dan perwujudan
kelestarian fungsi ekologis wilayah
a) menetapkan kawasan lindung di ruang darat maupun laut, termasuk
di dalam bumi;
b) mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah pulau
dengan luas paling sedikit 30% dari luas provinsi tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya; dan
c) mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang
telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah khususnya pada DAS/ WS kritis sebagaimana dijelaskan pada lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup, terutama sektor pemanfaatan energy dan pertanian
a) menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi sistem
ekologi wilayah;
b) melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan
dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;
c) melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat,
energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya;
d) mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak
langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan;
Laporan Akhir| III-20
Kebijakan Strategi
e) mengendalikan pemanfaatan sumberdaya alam secara bijak untuk
menjamin kepetingan generasi masa kini dan generasi masa depan;
f) mengelola sumberdaya alam tak terbarukan untuk menjamin
pemanfaatannya secara bijaksana, termasuk revitalisasi fungsi sistem ekologi lokal serta pembangunan sumberdaya baru untuk dimanfaatkan dan menjaga kelestarian lingkungan;
g) mengelola sumberdaya alam yang terbarukan untuk menjamin
kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya; dan
h) mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi
bencana di kawasan rawan bencana. pengembangan dan
penetapan kawasan lindung yaitu
mengeluarkan kegiatan budidaya yang ada dan pemanfaatan dengan tetap menjaga fungsi lindung
a) penetapan kawasan lindung didasarkan pada Kepres No. 32 Tahun
1990 tentang pengelolaan kawasan lindung, peta-peta eksisting / peta dasar wilayah yang dioverlay dan dirumuskan sesuai dengan kriteria teknis yang telah ada;
b) penetapan kawasan lindung didasarkan pada pola dan arah
kebijakan pembangunan daerah Provinsi Kalimantan Tengah;
c) penetapan kawasan lindung didasarkan pada arah kecenderungan
perkembangan yang terjadi dan didapatkan dari hasil analisis sebelumnya;
d) pola pemanfaatan kawasan lindung dengan pertimbangan, yaitu;
telah berkembangnya kegiatan budidaya di kawasan lindung, serta karakteristik kawasan lindung yang potensial untuk pariwisata, dan penelitian (observasi).
kebijakan perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan
keterkaitan antar kegiatan budidaya
a) menetapkan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis
Provinsi untuk memanfaatkan sumberdaya alam di ruang darat, laut dan udara, termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah;
b) mengembangkan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek politik,
pertahanan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi;
c) mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian
pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan Provinsi, berdasarkan perwilayahan komoditi unggulan potensi tanaman pertanian;
d) mendukung kegiatan pengelolaan sumberdaya kelautan yang
bernilai ekonomi tinggi. kebijakan pengendalian
perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan
a) membatasi perkembangan budidaya terbangun di kawasan rawan
bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana, seperti daerah rawan gempa;
b) mengarahkan pola pemanfaatan kawasan budidaya, melalui
perluasan atau ekspansi / intensifikasi pengembangan kegiatan baru;
c) mengarahkan pola pengembangan sistem kota, pengembangan dan
peningkatan: kota-kota (inter-regional), kota-kota menengah (intermediate-city), dan kota-kot.a kecil/kecamatan;
d) menumbuh-kembangkan fisik pusat kota dengan mengoptimalkan
Laporan Akhir| III-21
Kebijakan Strategi
seperti kota taman, di daerah yang aman terhadap risiko gempa;
e) menumbuh-kembangkan agropolitan yang memadukan
agroindustri, agrobisnis, agroedukasi, agrowisata serta model rumah kebun di klaster sentra-sentra produksi komoditi pertanian unggulan;
f) mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30%
dari luas kawasan perkotaan;
g) membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan
besar dan metroplitan untuk mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya; dan
h) mengembangkan kegiatan budidaya kelautan yang dapat
mempertahankan keberadaan pulau-pulau kecil.
3.4.2.
RENCANA STRUKTUR RUANG
Sistem kota-kota di daerah terlihat dalam konteks wilayah serta keterkaitannya satu
sama lain, baik secara spasial maupun fungsional terdiri dari:
PKN Palangka Raya − Kota PKN (Pusat Kegiatan Nasional)
− Pusat Wilayah Provinsi
− Pintu Primer Transportasi Udara Regional-Nasional − Pusat Jasa Bisnis/Kegiatan MICE Regional/Nasional (meeting, Information, Conference, Entertainment) − Pusat Jasa Pariwisata Regional-Nasional-Global − Pusat Jasa Pendidikan Tinggi Regional-Nasional
− Pusat Jasa Keuangan Regional-Nasional
− Pusat Jasa Transportasi Darat Regional − Pusat Jasa Transportasi Sungai Regional − Pusat Distribusi-Koleksi Perdagangan Regional − Pusat Pemerintahan Daerah Otonom Kota
PKW-1 Pangkalan Bun − Pusat Distribusi-Koleksi Regional-Nasional
− Pusat Transportasi Laut (Umum) Regional-Nasional − Pusat Transportasi Laut (Fery) Regional-Nasional − Pintu Sekunder Transportasi Udara Regional-Nasional − Pusat Jasa Transportasi Darat Regional
− Pusat Jasa Transportasi Sungai Regional − Pusat Jasa Keuangan Regional
− Pusat Jasa Pariwisata Regional
− Pusat Pemerintahan Daerah Otonom Kabupaten
Sampit − Pusat Distribusi-Koleksi Regional-Nasional
− Pusat Transportasi Laut (Umum) Regional-Nasional − Pintu Sekunder Transportasi Udara Regional-Nasional − Pusat Jasa Transportasi Darat Regional
Laporan Akhir| III-22
− Pusat Jasa Keuangan regional− Pusat Jasa Pariwisata Regional
− Pusat Pemerintahan Daerah Otonomi Kabupaten
Kuala Kapuas − Pusat Jasa Transportasi Darat Regional-Nasional
− Pusat Distribusi-Koleksi Barang Umum Regional − Pusat Jasa Transportasi Sungai Regional
− Pusat Jasa Keuangan Regional − Pusat Jasa Pariwisata Regional
− Pusat Pemerintahan Daerah Otonomi Kabupaten
MuaraTeweh − Pusat Kegiatan Pengembangan Rel Kereta-Api
− Pusat Kegiatan Pengembangan PLTA Masa Depan − Pusat Transportasi Darat Regional-Nasional − Pusat Distribusi-Koleksi Barang Umum Regional − Pusat Jasa Transportasi Sungai Regional
− Pusat Jasa Keuangan Regional − Pusat Jasa Pariwisata Regional
− Pusat Pemerintahan Daerah Otonomi Kabupaten
PKW-2 Sukamara − Pusat Pemerintahan Daerah Otonomi Kabupaten
− Pusat Distribusi-Koleksi Barang Umum Regional
− Pusat Jasa Transportasi Darat Regional
− Pusat Jasa Transportasi Sungai Regional
`
− Pusat Jasa Pariwisata Regional
Nangabulik − Pusat Pemerintahan Daerah Otonomi Kabupaten
− Pusat Distribusi-Koleksi Barang Umum Regional − Pusat Jasa Transportasi Darat Regional
− Pusat Jasa Transportasi Sungai Regional − Pusat Jasa Pariwisata Regional
Kuala Pembuang − Pusat Pemerintahan Daerah Otonomi Kabupaten
− Pusat Industri Perikanan-Laut Regional
− Pusat Distribusi-Koleksi Barang Umum Regional
Kasongan − Pusat Pemerintahan Daerah Otonom Kabupaten
− Pusat Distribus-Koleksi Barang Umum Regional − Pusat Jasa Transportasi Darat Regional
− Pusat Jasa Transportasi Sungai Regional − Pusat Jasa Pariwisata Regional
Pulang Pisang − Pusat Pemerintahan Daerah Otonom Kabupaten
− Pusat Distribus-Koleksi Barang Umum Regional − Pusat Jasa Transportasi Darat Regional
− Pusat Jasa Transportasi Sungai Regional − Pusat Jasa Transportasi Pariwisata Regional
Tamiang Layang − Pusat Pemerintahan Daerah Otonom Kabupaten
− Pusat Distribus-Koleksi Barang Umum Regional − Pusat Jasa Transportasi Darat Regional
− Pusat Jasa Transportasi Sungai Regional − Pusat Jasa Transportasi Pariwisata Regional
Laporan Akhir| III-23
− Pusat Distribus-Koleksi Barang Umum Regional− Pusat Jasa Transportasi Darat Regional − Pusat Jasa Transportasi Sungai Regional − Pusat Jasa Transportasi Pariwisata Regional
Purukcahu − Pusat Pemerintahan Daerah Otonom Kabupaten
− Pusat Distribus-Koleksi Barang Umum Regional − Pusat Jasa Transportasi Darat Regional
− Pusat Jasa Transportasi Sungai Regional − Pusat Jasa Transportasi Pariwisata Regional
Kualakurun − Pusat Pemerintahan Daerah Otonom Kabupaten
− Pusat Distribus-Koleksi Barang Umum Regional − Pusat Jasa Transportasi Darat Regional
− Pusat Jasa Transportasi Sungai Regional − Pusat Jasa Transportasi Pariwisata Regional
PKL Ibukota-ibukota
Kecamatan
− Pusat Pelayanan Umum Lokal − Pusat Jasa dan Perdagangan Lokal Sumber : Hasil Kajian
Gambar 3. 3 Wilayah Administrasi Kabupaten Barito Utara
Rencana pengembangan infrastruktur transportasi darat pada jalan di Provinsi
Kalimantan Tengah yaitu
Laporan Akhir| III-24
a)
Jaringan jalan arteri primer meliputi:
Jalan Lintas Kalimantan Poros Selatan yaitu: Batas Prov. Kalimantan Barat –
Kudangan – Penopa – Kujan - Runtu – Simpang Runtu – Batas Kota P. Bun – P. Lada –
Jl. A. Yani (P. Bun) dan Jl. Pakunegara (P. Bun) – Asam Baru – Km. 65 SP. Bangkal –
Batas Kota Sampit – Jl. Sudirman dan Jl. A. Yani (Sampit) – Palangtaran – Jl. Cilik
Riwut (Sampit) – Kasongan – Tangkiling - Batas Kota P. Raya, Jl. Cilik Riwut, Jl. RTS.
Milono, Jl. Adonis Samad (P. Raya) – SP. Kereng Bangkirei – Bereng Bengkel – Pilang
(Km 35) - Pulang Pisau – Batas Kota Kuala Kapuas, Jl. Cilik Riwut, Jl. Jl. Mashakam, Jl.
Kalkimantan (Kuala Kapuas) – Batas Prov. Kalimantan Selatan sepanjang 819 Km
b)
Jaringan jalan kolektor primer K1 meliputi:
Jalan jalan Lintas Kalimantan Poros Tengah yaitu ruas Batas Kalimantan Timur –
Lampeong – Jl. Melawahan – Benangin – Batas Kota M. Teweh, Jl. Ring Road, Jl.
Pendreh, Jl. Pertiwi, Jl. Puruk Cahu, Batas Kota M. Teweh (Muara Teweh) – Km 50
(Pasar Punjung) – Puruk Cahu – SP. Muara Laung – Tumbang Lahung – Sei Hanyu -
Kuala Kurun – Tewah - Tumbang Jutuh – Tumbang Talaken - Rabambang – Tumbang
Samba – Tumbang Hiram – Tumbang Senamang – Tumbang Kabuari – Batas Prov.
Kalbar sepanjang 805 Km)
Jalan Penghubung Antar Jalan Lintas Kalimantan :
a.
Jl. Dermaga Seberang (Muara Teweh) – Kandui – Patas - Ampah – Dayu –
Tamiyang Layang – Pasar Panas - Batas Prov. Kalimantan Selatan sepanjang
kurang lebih 187 Km
b.
Simpang Sei Asem – Takaras – Tumbang Talaken – Rabambang (Tumbang
Jutuh) sepanjang 106 Km.)
jalan Lainnya yaitu ruas Km. 65/Sp. Bangkal – Bangkal sepanjang 13 Km.
c)
Jaringan jalan kolektor primer K2 meliputi:
Jalan Penghubung Antar Jalan Lintas Kalimantan :
a.
Palangka Raya – Buntok – Ampah sepanjang 256 Km.
b.
Bukit Liti – Bawan – Kuala Kurun sepanjang 130 Km.
jalan Lainnya :
a.
jalan Sampit – Samuda – Ujung Pandaran – Kuala Pembuang – Telaga Pulang –
Bangkal sepanjang 250 Km
b.
jalan Pelantaran – Parenggean – Tb. Sangai – Tb. Kalang sepanjang 126 Km.
c.
jalan Pangkalan Bun – Kumai – Teluk Bogam sepanjang 67 Km.
d.
jalan Pulang Pisau – Bahaur sepanjang 80 Km.
e.
jalan Kuala Kapuas – Lupak Dalam sepanjang 80 Km.
f.
jalan Kujan – Nanga Bulik sepanjang 3,5 Km.
g.
jalan Lingkar Utara (Sampit) sepanjang 12 Km.
Laporan Akhir| III-25
d)
Pengembangan jaringan jalan kolektor primer K3 meliputi :
Kuala Kapuas – Palingkau – Dadahup – Jenamas – Mangkatip – Bengkuang –
Buntok, sepanjang 130 Km.
Kuala Kapuas – Mandomai – Mentangai – Timpah – Pujon – Sei Hanyu, sepanjang
302,5 Km.
Bawan – Lahei – Batekong, sepanjang 261,18 Km.
Timpah/Sp. Batapah – Pepas/Kemawen – Butong – Lemo – Muara Teweh,
sepanjang 318,88 Km.
Muara Teweh (Km 34) – Datan – Sp. Benangin, sepanjang 78,15 Km.
Benangin – Haragandang – Muara Laung – Saripoi – Tb. Lahung, sepanjang 235,06
Km.
Pasar Panas – Bentot – Kambitin/Batas Kalimantan Selatan, sepanjang 27,82 Km.
Bentot – Hayaping – Patung, sepanjang kurang lebih 30,7 Km.
Sp. Pundu – Tb. Samba – Tb. Kalang – Tb. Senamang – Tb. Manjul – Tapin Bini –
Penopa, sepanjang 301,85 Km.
Pangkalan Bun – Kotawaringin Lama – Riam Durian, sepanjang 60,5 Km.
Pangkalan Bun – Seberang Gajah – Lunci – Kuala Jelai, sepanjang 256,9 Km.
Sei Kalap – Sei Rangit – Pelabuhan Bumi Hardjo, sepanjang 17,5 Km.
Nanga Bulik – Batu Kotam – Sagu – Ajang – Balai Riam – Batas Kalimantan Barat,
sepanjang 97 Km.
Kujan – Rantau Pulut – Tb. Sangai, sepanjang 150 Km.
Sp. Penopa – Riam Durian – Sukamara, sepanjang kurang lebih 112,1 Km.
Sukaramai/Batas Kalimantan Barat – Sukamara – Lunci, sepanjang 42 Km.
Bereng Bengkel – Dermaga Kalampangan, sepanjang 5,01 Km.
Sp. Kr. Bangkirai – Kereng Bangkirai, sepanjang 9,15 Km.
Pepas/Kemawen – Pujon, sepanjang 292 Km.
Lupu – Balai Riam, sepanjang 11 Km.
Jalan Imam Bonjol (Palangka Raya), sepanjang 0,8 Km.
Jalan Tjilik Riwut (Kasongan), sepanjang 0,25 Km.
Jalan Revolusi (Kasongan), sepanjang 0,80 Km.
Jalan Lingkar Kota (Kuala Pembuang), sepanjang 12,5 Km.
Jalan Persil (Kuala Pembuang), sepanjang kurang lebih 1,65 Km.
e)
Pengembangan dan pembuatan sarana penunjang jaringan jalan antara lain :
Terminal penumpang Tipe A di Palangka Raya, Ampah, Muara Teweh dan Nanga
Bulik dan terminal penumpang Tipe B di Kota Sukamara, Pangkalan Bun, Sampit,
Kuala Pembuang, Kasongan, Pulang Pisau, Kuala Kurun, Buntok, Tamiyang
Layang dan Puruk Cahu. Penentuan lokasi terminal penumpang dipertimbangkan
yang dekat atau berakses tinggi terhadap moda transportasi lainnya.
Terminal barang berupa terminal truk angkutan barang yang lokasinya di dekat
pergudangan, pelabuhan laut dan pelabuhan penyeberangan yaitu di Kumai,
Sampit dan Kuala Kapuas.
Laporan Akhir| III-26
Jembatan Timbang Anjir serapat Km 12 di Kapuas, Jembatan Timbang Pasar Panas
di Barito Timur, Jembatan Timbang Simpang Runtu (dalam rencana) di
Kotawaringin Barat, Jembatan Timbang Sampit (dalam rencana) di Kotawaringin
Timur, Jembatan Timbang Simpang Kandui (dalam rencana) di Barito Utara,
Jembatan Timbang Bukit Liti (dalam rencana) di Pulang Pisau.
Dengan melihat kriteria di atas maka rencana pengembangan infrastruktur
transportasi darat pada rel kereta api di Provinsi Kalimantan Tengah yaitu :
1.
Sistem Jaringan Jalur Kereta Api utama Provinsi meliputi :
Jalur kereta api Puruk Cahu – Muara Teweh – Buntok – Mengkatip – Kuala Kapuas
– Batanjung;
Jalur kereta api Puruk Cahu – Kuala Kurun – Rabambang – Palangka Raya –
Pulang Pisau;
Jalur kereta api Rabambang – Tumbang Samba – Sampit – Kuala Pembuang – Teluk
Segintung;
Jalur kereta api Tumbang Samba – Rantau Pulut – Nanga Bulik – Pangkalan Bun –
Kumai.
2.
Simpul Jaringan Jalur Kereta Api Barang di Kalimantan Tengah meliputi : Stasiun
Kota Palangka Raya, perkotaan Pangkalan Bun, Kumai (Kabupaten Kotawaringin
Barat), Sampit (Kabupaten Kotawaringin Timur), Buntok (Kabupaten Barito Selatan),
Muara Teweh (Kabupaten Barito Utara), Puruk Cahu (Kabupaten Murung Raya),
Pulang Pisau, Bahaur (Kabupaten Pulang Pisau), Kuala Kurun, Rabambang
(Kabupaten Gunung Mas), Nanga Bulik (Kabupaten Lamandau), Kuala
Pembuang/Teluk Segintung, Rantau Pulut (Kabupaten Seruyan), Tumbang Samba
(Kabupaten Katingan).
Rencana rute kereta api angkutan barang di provinsi Kalimantan Tengah akan
melewati kota-kota berikut ; Puruk Cahu – Muara Teweh – Buntok – Mengkatip –
Kuala Kapuas - Batanjung, Puruk Cahu – Kuala Kurun – Rabambang – Palangka Raya
– Pulang Pisau, Rabambang – Tumbang Samba – Sampit – Kuala Pembuang – Teluk
Segintung, Tumbang Samba – Rantau Pulut – Nanga Bulik – Pangkalan Bun – Kumai.
3.5.
ARAHAN RTRW KABUPATEN BARITO UTARA
3.5.1.
Tujuan Penataan Ruang
Tujuan penataan ruang adalah suatu kondisi tata ruang ideal yang ingin diwujudkan
atau ingin dicapai di masa depan (20 tahun mendatang). Disusun berdasarkan atau sebagai
ungkapan keinginan untuk memperbaiki berbagai persoalan tata ruang yang dihadapi
sekarang. Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Barito Utara adalah “Mewujudkan
ruang wilayah Kabupaten Barito Utara yang berkeseimbangan lingkungan, berbasis
pengembangan pertanian, agroindustri, pertambangan dan pariwisata”.
Laporan Akhir| III-27
3.5.2. Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang
Kebijakan Penataan Ruang adalah garis besar tindakan yang harus diambil untuk
mewujudkan Tujuan Penataan Ruang. Adapun Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten
Barito Utara adalah sebagai berikut :
Pengaturan keseimbangan
pemanfaatan ruang yang berkelanjutan
a) Mendorong terselenggaranya pembangunan kawasan yang dapat
menjamin tetap berlangsungnya konservasi lahan hutan, menjamin tersedianya air tanah dan air permukaan, serta penanggulangan bahaya rawan kebakaran hutan, dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan.
b) Meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian
kerusakan dan pencemaran lingkungan.
c) Memastikan tata batas kawasan lindung dan kawasan budidaya
untuk memberikan kepastian rencana pemanfaatan ruang.
d) Mempertahan prosentase kawasan hutan dan non hutan berdasarkan
fungsinya.
e) Memberikan ijin usaha pengelolaan pertambangan secara terkendali
dan terkoordinasi.
f) Melakukan penertiban secara berkala dan kontinyu atas kegiatan
usaha eksploitasi pertambangan Pemerataan
pembangunan wilayah
a) Membangun prasarana dan sarana wilayah untuk mendukung
keseimbangan dan konsistensi arahan pemanfaatan ruang wilayah.
b) Mendorong terselenggaranya pengembangan kawasan yang
berorientasi pada keterpaduan antar perkotaan dan perdesaan sebagai satu kesatuan wilayah.
c) Mensyaratkan kepada pengelola pertambangan untuk berkontribusi
langsung dalam upaya pengembangan prasarana dan sarana dasar wilayah/kawasan.
Pengembangan ekonomi wilayah
a) Mendorong pengembangan pertanian dan perkebunan terintegrasi
berbasis kawasan demi terciptanya kawasan ekonomi produktif yang mampu merangsang pertumbuhan sektor lainnya dan meningkatkan perkembangan kawasan secara lebih luas.
b) Mengembangkan industri pengolahan hasil kegiatan agro (pertanian,
perkebunan dan kehutanan) yang ramah lingkungan sesuai komoditas unggulan kawasan dan kebutuhan pasar (agroindustri dan agribisnis).
c) Membentuk dan mengembangkan kemitraan antara perusahaan
perkebunan besar dengan perkebunan rakyat untuk menjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat.
d) Meningkatkan kegiatan agroindustri melalui peningkatan prasarana
dan sarana pendukung, serta pemasaran yang lebih agresif dan efektif.
e) Meningkatkan produktivitas hasil perkebunan melalui intensifikasi
dan teknologi perkebunan yang ramah lingkungan.
f) Memberikan kemudahan bagi investor untuk berinvestasi.
g) Mendorong investasi yang berorientasi pada penyediaan lapangan
kerja bagi masyarakat
3.5.3. Struktur Ruang Kabupaten Barito Utara
Pusat-pusat pengembangan dan pelayanan di Kabupaten Barito Utara akan
diklasifikasikan menjadi 3 jenis pusat pengembangan, yaitu :
Laporan Akhir| III-28
1.
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dengan pusat kegiatan di Kota Muara Teweh dan
memiliki skala pelayanan untuk melayani beberapa Kabupaten selain Kabupaten
Barito Utara; Fasilitas yang disediakan pada pusat pelayanan ini memiliki skala
pelayanan untuk kabupaten yang terdiri dari fasilitas pendidikan dari TK s/d
Perguruan Tinggi, fasilitas kesehatan dari Rumah Sakit Umum (RSU), Puskemas s/d
Rumah Sakit Bersalin, Peribadatan, Perniagaan skala kecil s/d besar, Kantor Post,
Taman Bermain/Lapangan Olahraga, Terminal antar kota/Provinsi, Dermaga Sungai,
Bandar Udara dan Stasiun Kereta Api (Rencana).
2.
Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) berada di Kota Kandui. Pada pusat ini jenis
fasilitas memiliki skala pelayanan beberapa kecamatan. Fasilitas yang disediakan pada
pusat pelayanan ini meliputi : fasilitas pendidikan dari TK s/d SLTA, fasilitas
kesehatan dari Puskesmas, Puskemas pembantu s/d Klinik Bersalin, Peribadatan,
Perniagaan skala kecil s/d sedang, Kantor Post Pembantu, Taman Bermain/Lapangan
Olahraga, Terminal tipe C (antar kecamatan), Dermaga Sungai (antar kecamatan), dan
Stasiun Kereta Api (Rencana).
3.
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) berupa Kota Benangin, Kota Lampeong, Kota
Muara Lahei dan Kota Tumpung Laung. Pada pusat ini jenis fasilitas mempunyai
skala kawasan, kelurahan dan kecamatan. Adapun jenis fasilitas yang disediakan
antara lain : Fasilitas Pemerintahan Kecamatan, Pendidikan dari TK s/d SLTA,
Kesehatan mulai dari Puskesmas s/d Puskesmas Pembantu (PUSTU), Peribadatan,
Perniagaan dari warung s/d pasar lingkungan dan terminal tipe C (antar kecamatan).
4.
Pusat Pelayanan Lokal (PPL)
berada di Desa Trans 52 (Kec. Teweh Tengah), Desa
Sikui (Kec. Teweh Tengah) dan Desa Karendan ((Kec. Lahei). Pada pusat ini jenis
fasilitas mempunyai skala lingkungan atau desa. Adapun jenis fasilitas yang
disediakan antara lain : Fasilitas Pendidikan dari TK s/d SLTP, kesehatan mulai dari
Puskesmas s/d Puskesmas Pembantu (PUSTU), Peribadatan, Perniagaan dari warung
s/d pasar lingkungan, dan sub terminal (antar desa/kecamatan).
Untuk lebih jelasnya mengenai Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Barito Utara
dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3. 6 Rencana Sistem Perkotaan di Kabupaten Barito Utara
No Kota Hirarki Arahan Fungsi Wilayah Pelayanan Estimasi Jumlah
Penduduk
1. Muara Teweh PKW - Pemerintah Kabupaten
- Pusat Permukiman
- Wilayah
Kabupaten Barito
Laporan Akhir| III-29
No Kota Hirarki Arahan Fungsi Wilayah Pelayanan Estimasi Jumlah
Penduduk
- Pusat Pendidikan
- Pusat Kesehatan
- Perdagangan & Jasa
- Transportasi
Utara
2. Kandui PKLp - Pemerintahan lokal
- Permukiman
- Pendidikan
- Perdagangan & Jasa
- Pusat Kesehatan
- Kec. Montallat
- Kec. Gn. Timang
10.000-20.000
3. Benangin PPK - Pemerintahan lokal
- Permukiman
- Pendidikan Kawasan
- Perdagangan & Jasa
- Kesehatan Kawasan
- Kec. Teweh Timur 5.000-10.000
4. Muara Lahei PPK - Pemerintahan lokal
- Permukiman
- Pendidikan Kawasan
- Perdagangan & Jasa
- Kesehatan Kawasan
- Kec. Lahei 5.000-10.000
5. Lampeong PPK - Pemerintahan lokal
- Permukiman
- Pendidikan Lokal
- Perdagangan & Jasa
- Kesehatan Kawasan
- Kec. Gunung Purei 5.000-10.000
6. Tumpung
Laung
PPK - Pemerintahan Kec
- Permukiman
- Pendidikan Lokal
- Perdagangan & Jasa
- Kesehatan Kawasan - Kec. Montallat 5.000-10.000 7. Desa Trans 52 PPL - Permukiman - Pendidikan Lokal
- Perdagangan & Jasa
- Kesehatan Lokal
- Desa Sekitarnya di Kec. Teweh Tengah
< 5.000
8 Desa Sikui PPL - Permukiman
- Pendidikan Lokal
- Perdagangan & Jasa
- Kesehatan Lokal - Desa Sekitarnya di Kec. Teweh Tengah < 5.000 9 Karendan PPL - Permukiman - Pendidikan Lokal
- Perdagangan & Jasa
- Kesehatan Lokal
- Desa Sekitarnya di Kec. Lahei
< 5.000
Sumber : Hasil Rencana
Berdasarkan hasil analisis kondisi eksisting jaringan jalan, selain jalan KP-1 dan
KP3 yang telah ditetapkan dalam RTRW Provinsi Kalimantan Tengah, maka
rencana sistem jaringan Jalan Lokal Primer di Kabupaten Barito Utara meliputi :
1.
Kandui – Tumpung Laung sepanjang 31,38 Km.
2.
Kandui – Kabupaten Barito Selatan sepanjang 37,88 Km.
3.
Desa Sikui – Simpang KP1 (Muara Teweh – Batas Kaltim) sepanjang 24,79 Km.
4.
Simpang KP3 (Muara Teweh - Puruk Cahu) –Desa Karendan sepanjang 34,44
Laporan Akhir| III-30
5.
Simpang KP1 (Muara Teweh - Banjarmasin) – Bandara Trinsing dan Simpang
KP1 (Muara Teweh - Banjarmasin) – Kota Muara Teweh Baru sepanjang 2,75
Km.
Sesuai dengan kriteria bahwa suatu kota yang ditetapkan sebagai PKW maka
dibutuhkan fasilitas terminal untuk melayani pergerakan antar kabupaten, antara
lain meliputi:
1.
Terminal tipe A terdapat di Kota Muara Teweh.
2.
Terminal tipe C di Kota Kandui (Kecamatan Gunung Timang).
Pengembangan Jalan Kereta Api (Rel) yang direncanakan untuk melayani kegiatan
batu bara dan agrobisnis. Untuk itu rencana pengembangan jaringannya
merupakan bagian dari sistem jalan rel Kalimantan, dalam RTRW Provinsi jaringan
jalan rel kereta api akan dikembangkan melintasi Kabupaten Barito Utara (dari arah
Puruk Cahu – Banjarmasin). Trase usulan rencana rel adalah sejajar dengan ruas
jalan Kolektor Primer (dapat disesuaikan lagi bila rencana sudah disepakati) yaitu:
Puruk Cahu – Muara Teweh (masuk wilayah Barito Utara)
Muara Teweh – Kandui hingga Batas Barito Selatan (masuk wilayah Barito
Utara)
Batas Barito Selatan – Banjarmasin (masuk wilayah Barito Selatan dan Kalsel)
Sesuai kebijakan pusat dan didukung oleh Pemkab Barito Utara, akan dibangun Rel
Kereta Api :
Dari Provinsi Kalimantan Timur menuju Kabupaten Barito Utara melalui
Kecamatan Gunung Purei, Kecamatan Teweh Timur dan Kecamatan Lahei.
Selain untuk melayani kegiatan angkutan barang, suatu saat diharapkan juga akan
melayani penumpang. Untuk itu ada beberapa Stasiun Transit barang dan
penumpang di Muara Teweh dan Kandui. Untuk optimalisasi pergerakan, perlu
pola terminal yang terintegrasi antara jalan raya dan rel. Untuk lebih jelasnya
mengenai renaca Jalan Kereta Api yang termasuk kedalam pembangunan Trans
Kalimantan, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana Sistem
Transportasi Trans Kalimantan untuk masa yang akan datang. Hal tersebut
sebagai salah satu upaya dukungan terhadap percepatan proses pertumbuhan dan
perkembangan wilayah/kawasan di seluruh Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah.
3.5.4. Pola Ruang Kabupaten Barito Utara
Rencana Pola Ruang wilayah Kabupaten Barito Utara dapat dilihat pada Tabel 2.1.
dan Gambar 2.1.
Tabel 3. 7 Rencana Pola Ruang Kabupaten Barito Utara Tahun 2031
No. Jenis Kawasan Luas
Ha %
a. Kawasan Lindung