• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran Tematik Terpadu Menurut Kemendikbud (2013: 7) pembelajaran tematik terpadu adalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran Tematik Terpadu Menurut Kemendikbud (2013: 7) pembelajaran tematik terpadu adalah"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

7

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Pembelajaran Tematik Terpadu

Menurut Kemendikbud (2013: 7) pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran dengan memadukan beberapa mata pelajaran melalui penggunaan tema, dimana peserta didik tidak mempelajari materi mata pelajaran secara terpisah, semua mata pelajaran yang ada di sekolah dasar sudah melebur menjadi satu kegiatan pembelajaran yang diikat dengan tema. Menurut Prastowo (2013: 223) pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Sedangkan menurut Mulyasa (2013: 170) pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang diterapkan per tema dengan mengacu karakteristik peserta didik dan dilaksanakan secara terintegrasi antara tema satu dengan yang lain maupun antara mata pelajaran satu dengan mata pelajaran yang lain.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik terpadu atau terintegrasi merupakan pembelajaran yang mengaitkan atau memadukan beberapa mata pelajaran dalam satu tema tertentu, dan peserta didik tidak mempelajari materi mata pelajaran secara terpisah.

Pembelajaran tematik terpadu atau terintegrasi merupakan pembelajaran yang diterapkan pada kurikulum 2013. Tematik terpadu memiliki tujuan pembelajaran adalah penguasaan kompetensi yang bersifat operasinaol yang ditargetkan atau dicapai oleh siswa dalam RPP menurut Prastowo, A (2015:186). Sedangkan tujuan pembelajaran tematik terpadu menurut Robert F. Mager (2015:186) adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat di kerjakan siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Adapun tujuan pembelajaran tematik terpadu menurut Kemendikbud (2013: 193) : 1) Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu. 2) Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama. 3) Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan. 4)

(2)

Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa. 5) Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain. 6) Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas. 7) Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan. 8) Budi pekerti dan moral siswa dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran tematik terpadu atau terintegrasi ini merupakan rumusan pernyataan spesifik yang menjelaskan tentang hasil apa yang dapat merubah kemampuan siswa untuk memahami materi pelajaran, menjadikan siswa lebih tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran, serta mengembangkan kemampuan setelah mengikuti proses pembelajaran.

Dalam pembelajaran tematik terpadu atau terintegrasi memiliki acuan yang utama di dalamnya yaitu Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Menurut PP No.32 Tahun 2013 bahwa Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencangkup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Menurut M Fadillah (2014: 36) kegunaan SKL adalah sebagai acuan utama dalam pengembangan Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian Pendidikan, Standar Pendidik, dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, dan Standar Pembiayaan. Standar Kompetensi Lulusan merupakan hal yang penting dalam pembelajaran tematik terintegratif, karena SKL merupakan pedoman dalam penilaian penentuan kelulusan peserta didik.

Kompetensi inti adalah suatu tingkatan kemampuan untuk dapat mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki oleh peserta didik pada setiap tingkat, kelas atau program.Kompetensi inti di rancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1),

(3)

sikap sosial (kompetensi 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. KD-1 dan KD-2 dari KI-1 dan KD-2 tidak harus dikembangkan dalam indikator karena keduanya dicapai melalui proses pembelajaran yang tidak langsung. Indikator dikembangkan terutama untuk KD-3 dan KD-4 yang dicapai melalui proses pembelajaran langsung (Widyastono, 2015:202). Kompetensi inti Kurikulum 2013 kelas 4 (Kemedikbud, 2016). Disajikan melalui tabel 2.1 berikut ini.Pembelajaran tematik untuk kelas 4 semester I terdiri dari 5 tema dan terdapat 12 subtema. Tema dan subtema secara rinci disajikan melalui tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1

Tema dan Subtema kelas 4 Semester 1

Tema Subtema

1 Indahnya Keberagaman

1. Keberagaman Budaya Bangsaku 2. Kebersamaan Dalam Keberagaman 3. Bersyukur Atas Keberagaman 2 Selalu Berhemat Energi 1. Sumber Energi a. 2. Manfaat Energi b. 3. Energi Alternatif 3 Peduli Terhadap Makhluk Hidup

1. Hewan Dan Tumbuhan Di Lingkungan Rumahku 2. Keberagaman Makhluk Hidup Di Lingkunganku 3. Ayo Cintai Lingkungan

4 Berbagai Pekerjaan 1. Jenis-Jenis Pekerjaan 2. Pekerjaan Di Sekitar Kita 3. Pekerjaan Orang Tuaku 5 Pahlawanku 1. Perjuangan Para Pahlawan

2. Pahlawanku Kebanggaanku 3. Sikap Kepahlawan

Sumber: Buku Guru SD Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Kelas IV (2017) Berdasarkan tabel 2.3 dalam pembelajaran tematik kelas 4 semester I terdiri dari 4 tema yang terbagi dalam 3 subtema. Dari tema 5 yang ada akan dipelajari ada salah satu tema yang peneliti pilih yaitu Tema 4 Berbagai Pekerjaan Subtema 1 dan 2 , KI dan KD dalam tabel 2.2.

(4)

Tabel 2.2

Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar Tema 4 Berbagai Pekerjaan, Subtema 1 Jenis-Jenis Pekerjaan dan Subtema 2 Pekerjaan Di Sekitar Kita,

Pembelajaran 1 dan 3 Kelas 4 Semester I

Kompetensi Inti (KI) Kompetensi Dasar (KD) IPA

1. Menerima, menjalankan dan

menghargai ajaran agama yang dianutnya.

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan

keluarga, teman, guru, dan

tetangganya.

3. Memahami pengetahuan faktual

dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

3.8 Menjelaskan pentingnya upaya keseimbangan dan pelestarian sumber daya alam di lingkungannya.

4.8 Melakukan kegiatan upaya

pelestarian sumber daya alam bersama orang-orang di lingkungannya.

Sumber: Buku Guru, Tematik Kelas 4 Semester I (2017:53)

Dalam pembelajaran tematik terpadu atau terintegratif, pembelajaran yang berfokus pada suatu tema tertentu. Tema pembelajaran di buat atau dirancang

(5)

dengan memadukan atau mengintegrasikan beberapa mata pelajaran. Hal ini menjadikan pembelajaran akan lebih bermakna khususnya untuk siswa. Tema yang dimaksud disini yaitu dalam pembelajaran tematik adalah pokok pikiran yang menjadi pokok pembicaraan (Depdiknas: 2008), yang di dalam ruang lingkupnya meliputi seluruh mata pelajaran. Meskipun di dalam pembelajaran tematik terpadu atau terintegratif tidak mewajibkan untuk memasukan seluruh mata pelajaran di dalamnya minimal dalam satu tema terdiri dari tiga mata pelajaran. Pencapaian tujuan pembelajaran tematik dapat ditentukan oleh standar kompetensi (SK) yang pelaksanan oprasionalnya dirinci dalam kompetensi dasar (KD).

2.1.2 Model Pembelajaran Discovery Learning 2.1.2.1Pengertian Model Discovery Learning

Menurut Salmon (2012:4) dalam pengaplikasiannya model Discovery Learning mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan, Serta posisi guru di kelas sebagai pembimbing dan mengarahkan kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini tujuannya adalah ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Sani (2013: 220) menyatakan bahwa, discovery adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Sedangkan, menurut Bruner dalam Winataputra (2008: 318) belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan (Discovery Learning). Agar belajar menjadi bermakna dan memiliki struktur informasi yang kuat, siswa harus aktif mengidentifikasi prinsip-prinsip kunci yang ditemukannya sendiri, bukan hanya sekedar menerima penjelasan dari guru saja. Bruner yakin bahwa belajar penemuan (Discovery Learning) adalah proses belajar di mana guru harus menciptakan situasi belajar yang problematik, menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan, mendorong siswa mencari jawaban sendiri, dan melakukan eksperimen. Bentuk lain dari belajar penemuan (Discovery Learning) adalah guru menyajikan contoh-contoh dan siswa bekerja dengan contoh tersebut sampai dapat menemukan sendiri hubungan antar konsep.

(6)

Berdasarkan uraian diatas pembelajaran Discovery learning adalah pembelajaran yang berbasis penemuan dimana guru hanya menjadi pembimbing atau mengarahkan sehingga peserta didik lebih aktif memperoleh pengetahuan dan memecahkan masalah sendiri agar daya ingat yang kuat.

2.1.2.2Langkah-langkah Model Discovery Learning

Setiap model pembelajaran mempunyai langkah masing-masing dalam penerapannya. Persiapan dalam pelaksanaan model pembelajaran discovery learning melalui beberapa tahapan yang harus dilakukan dengan baik sehingga dalam pelaksanaan pembelajarannya sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan mampu menyampaikan materi pembelajaran dengan baik.

Dengan menentukan tujuan pembelajaran maka akan pembelajaran akan terlaksana dengan baik. Dalam pembelajaran seorang guru juga harus mengidentifikasi karakter peserta didik mulai dari kemampuan tingkah laku, cara belajar dan masih banyak yang harus diperhatikan lagi. Mengembangkan bahan pembelajaran juga sangat di perhatikan dalam pembelajaran jangan sampai peserta didi tidak memahami apa yang sedang di sampaikan oleh guru. Didalam pembelajaran proses penilaian juga harus diperhatikan oleh guru karena untuk mengetahui tingkatan kemampuan peserta didik

Kurniasih (2014:68) menyatakan bahwa langkah pelaksanaan model

Discovery learning sebagai berikut: 1. Menentukan tujuan pembelajaran

2. Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampusn awal, gaya belajar, dan sebagainya)

3. Memilih materi pelajaran

4. Menemukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi)

5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contohcontoh, ilustrasi, tugas, sebagainya, untuk dipelajari siswa.

6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke yang abstrak, atau dari tahap enektif, ikonik sampai ke simbolik. 7. Melakukan penilaian proses hasil belajar peserta didik

(7)

Berdasarkan pemaparan langkah-langkah Discovery Learning di atas dapat dipahami bahwa ada beberapa tahapan yang harus dilaksanakan misalnya menentukan tujuan pembelajaran terlebih dahulu, yang memuat adanya masalah untuk dipecahkan oleh peserta didik kemudian perlengkapan dan suasana yang kondusif serta memberikan kesempatan peserta didik untuk berpatisipasi aktif dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan.

Prosedur Aplikasi Model Discovery Learnig Mengaplikasikan Model discovery learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar megajar secara umum. Menurut Syah dalam Abidin (2014:177) dalam mengapikasikan metode discovery learning di proses pembelajaran, ada beberapa tahapan pembelajaran yang harus dilaksanakan. Tahapan atau langkah-langkah tersebut secara umum dapat diperinci sebagai berikut:

1. Stimulasi pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan dan dirangsang untuk melakukan kegiatan penyelidikan guna menjawab kebingungan tersebut. Kebingungan dalam diri siswa ini sejalan dengan adanya informasi yang belum tuntas disajikan guru.

2. Menyatakan Masalah Pada tahap ini siswa diarahkan untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunyadipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.

3. Pengumpulan Data Pada tahap ini siswa ditugaskanuntuk melakukan kegiatan eksplorasi, pencarian, dan penelusuran dalam rangka mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membutikan benar hipotesis yang telah diajukannya. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui aktivitas wawancara, kunjungan lapangan, dan atau kunjungan pustaka. 4. Pengolahan Data Pada tahap ini siswa mengolah data dan informasi yang

telah diperolehnya baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu diafsirkan.

5. Pembuktian Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alterntif, dihubungkan dengan hasil pengolahan data.

(8)

6. Menarik Kesimpulan Pada tahap ini siswa menarik sebuah kessimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru dengan baik sehingga pembelajaran akan berjalan dengan efektif dan efisien supaya bisa mencapai hasil yang diinginkan. Dengan beberapa prosedur di atas maka guru menjadi lebih terarah dalam melaksanakan pembelajaran dengan model discovery learning dengan lebih sistematis.

2.1.2.3Kelebihan dan Kelemahan Model Discovery Learning

Kelebihan metode discovery learning (Kemendikbud, 2016:64) adalah sebagai berikut:

1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses‐proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.

2. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.

3. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa, karena unsur berdiskusi. 4. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki

dan berhasil.

5. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu‐raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti

Sementara itu kekurangannya menurut Kemendikbud (2016:64) adalah sebagai berikut

1. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep‐konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.

(9)

2. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.

3. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.

4. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.

2.1.2.4Analisis Komponen-Komponen Model Pembelajaran Discovery Learning

Menurut Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104) komponen-komponen dalam suatu pendekatan pembelajaran terdiri dari komponen sintaks, komponen prinsip reaksi, komponen system social, komponen daya dukung berupa sarana dan prasarana pelaksanaan pendekatan, serta dampak instruksional yaitu berupa hasil belajar siswa setelah pembelajaran sesuai tujuan yang hendak dicapai dan dampak pengiring sebagai akibat dari terciptanya suasana belajar dalam model tertentu yang tidak diajarkan guru selama pembelajaran. Komponen-komponen dari Pendekatan Saintifik Model Discovery Learning adalah sebagai berikut. 1. Sintagmatik

Fase awal atau pertama adalah pemberian rangsangan dengan menyediakan informasi-informasi yang akan diamati siswa. Guru menyampaikan beberapa contoh dan bukan contoh suatu konsep sehingga siswa merasa tertarik untuk bertanya lebih jauh.

Fase kedua adalah mengidentifikasi masalah dengan mengklasifikasikan fakta yang diusulkan oleh siswa. Guru memancing siswa mendorong anak untuk menanyakan fakta tambahan dan guru meresponnya dengan mengatakan “contoh” atau “bukan contoh” lebih banyak contoh dan bukan contoh.

Fase ketiga adalah menghasilkan dugaan tentang maksud dari fakta yang diberikan. Guru mengajak siswa untuk merumuskan dugaan mereka tentang konsep yang diawali dari contoh-contohnya tersebut.

(10)

Fase keempat dalah pengumpulan data. Fase ini guru berperan membimbing siswa dalam mengumpulkan informasi terhadap masalah yang diawali melalui berbagai cara seperti membaca, diskusi dan sebagainya. sehingga peserta didik memperoleh.

Fase kelima berupa pembuktian dengan menganalisis fakta dengan mencari polanya. Dalam fase ini guru berperan menata contoh-contohnya saja. Guru mengajak siswa untuk menemukan kesamaan dari contoh-contoh tersebut.

Fase keenam adalah memfasilitasi siswa untuk begai hasil penalaran (dugaan). Dalam fase ini guru mengajak kelompok-kelompok untuk berbagi dugaannya dan mendiskusikan sehingga diperoleh dugaan bersama.

Fase ketujuh adalah mendorong siswa untuk menyimpulkan. Fase ini tugas guru memberikan penegasan tentang maksud dari konsep itu. Fase kedelapan adalam membantu siswa lebih mantap memahami konsepnya. Fase ini guru memberikan latihan-latihan untuk memantapkan pemahaman siswa.

Tabel 2.3 Prosedur Pelaksanaan

Aktivitas Guru Tahapan

Pelaksanaan

Aktivitas Siswa

1. Guru menyajikan fakta

awal untuk diamati siswa.

Fase Pertama Pemberian Rangsangan

1. Peserta didik mengamati fakta yang disajikan guru.

2. Guru memberikan masalah dalam pembelajaran untuk dipecahkan peserta didik. 3. Guru menjelaskan

masalah yang akan dipecahkan oleh peserta didik.

Fase Kedua Identifikasi Masalah

2. Peserta didik memahami

permasalahan yang diberikan guru.

3. Peserta didik mendengarkan

penjelasan guru tentang masalah yanag dipecahkan.

4. Guru merumuskan

dugaan peserta didik yang menjadi konsep awalnya

Fase Ketiga Hipotesis Sementara

4. Peserta didik membuat dugaan sementara atas

pertanyaan/masalah yang diberikan.

5. Guru membimbing

peserta didik untuk mengumpulkan informasi dalam kelompok dengan cara mencari melalui pengalaman yang diketahui atau melalui sumber belajar yang lain yang relevan.

Fase Keempat Pengumpulan Data

5. Siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok.

6. Dengan bimbingan guru, peserta didik mencari informasi dari berbagai sumber untuk meyakinkan dugaannya.

7. Peserta didik mencatat informasi yang diperolehnya.

8. Peserta didik mengolah informasi tersebut untuk

(11)

dijadikan jawaban atas masalah yang diberikan.

6. Guru meminta anak

membuktikan hasil jawaban dari diskusi yang telah dilakukan.

Fase Kelima Pembuktian

9. Siswa menyampaikan hasil jawaban dengan cara membuktikannya.

7. Guru memfasilitasi

peserta didik untuk berbagi penalarannya.

8. Guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep dari dugaan yang mereka peroleh.

Fase Keenam Mengasosiasi

10. Siswa menjelaskan alasan atas jawaban yang telah disampaikan.

9. Guru memberi

penegasan tentang maksud konsep yang mereka temukan.

10. Guru memfasilitasi

peserta didik untuk menyimpulkan bersama-sama.

Fase Ketujuh Menyimpulkan

11. Siswa dengan dibimbing guru menyimpulkan hasil jawaban atas masalah yang telah diberikan guru.

12. Dengan bimbingan guru, siswa diberikan contoh latihan-latihan lain yang menggunakan system yang sama dengan masalah sebelumnya.

2. Prinsip Reaksi

Dalam penggunaan model Discovery Learning ini guru mempunyai beberapa peran dalam pembelajaran yaitu memberikan stimulus. Di samping itu guru juga memberikan dukungan datau motivasi kepada siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Selain itu guru memberikan kesempatan siswa, keluwesan, kebersamaan pendapat, berinisiatif atau berprakarsa dan bertindak dalam pembelajaran. Guru juga harus mampu mengatasi kesulitan-kesulitan siswa dan membantu mengatasinya.

Dalam kegiatan diskusi, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Keaktifan siswa dalam diskusi dapat dilihat dari proses mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan dengan penalarannya, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.

3. Sistem Sosial

System social dalam pendekatan saintifik model Discovery Learning ini disajikan dalam bentuk cukup sederhana, fleksibel dan tidak hanya bergantung pada arahan guru. Struktur peristiwa belajar bersifat terbuka. Kemugkinan lain

(12)

siswa “dilepas” atau diberi kesempatan bebas untuk mencari sesuatu sampai menemukan hasil belajar melalui proses-prose. Guru hanya bertugas memberikan arahan dan bimbingan guna memecahkan persoalan yang dihadapi peserta didik. 4. Daya Dukung

Daya dukung dalam penggunaan model Discovery Learning perlu memperhatikan pribadi guru yang hangat dan terampil dalam mengelola hubungan interpersonal dan diskusi kelompok, serta mampu menciptakan iklim kelas yang terbuka dan tidak defensif. Segala sarana, bahan dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran perlu disediakan seperti LKS, sumber buku yang relevan, benda-benda untuk percobaan yang sesuai dengan materi.

5. Dampak Instruksional dan Pengiring

Dampak insruksional merupakan hasil belajar dan peningkatan kemampuan-kemampuan siswa setelah melalui proses pembelajaran yang berupa langkah-langkah yang harus dilakukan dan dikuasai. Secara khusus dampak instruksional dalam pembelajaran ini dapat memberikan dampak :

a. Menginformasikan pentingnya menjaga keseimbangan alam dan kelestarian sumber daya alam

b. Menentukan rencana kegiatan untuk menjaga kelestarian sumber daya alam di sekitar mereka

c. Mengidentifikasi dampak penggunaan teknologi bagi keberadaan sumber daya alam

d. Menyebutkan pentingnya membatasi penggunaan sumber daya alam dalam kehidupan sehari-hari

Dampak pengiring dalam penerapan model Discovery Learning antara lain: a. Potensi intelektual anak didik semakin meningkat sehingga menimbulkan

harapan baru menuju kesuksesan. Hal ini terlihat dari rasa ingin tahu anak yang tinggi.

b. Peserta didik akan belajar mengorganisasi dan menghadapi masalah dengan metode hit and miss. Kemandirian dan ketelitian anak akan lebih berkembang.

(13)

c. Peserta didik akan mencapai kepuasan karena telah menemukan pemecahan sendiri sehingga meningkatkan skill dan teknik dalam pekerjaannya melalui masalah-masalah nyata di lingkungannya.

Bagan 2.1

Dampak Pengiring dan Intruksional Model Pembelajaran Discovery Learning

2.1.3 Hasil belajar

Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Christina & Kristin (2016:223)hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pelajaran terjadi akibat lingkungan belajar yang sengaja dibuat oleh guru melalui model pembelajaran yang dipilih dan digunakan dalam suatu pembelajaran.Pembelajaran akan dikatakan berhasil jika setelah mengikuti pelajaran terjadi perubahan dari dalam diri siswa. Namun jika tidak terjadi

Kritis Mandiri Aktif Kerja sama Komunikatif Model discovery lerarning

menentukan rencana kegiatan untuk menjaga kelestarian sumber daya alam di sekitar mereka

menginformasikan pentingnya menjaga keseimbangan alam dan kelestarian sumber daya alam

mengidentifikasi dampak penggunaan teknologi bagi keberadaan sumber daya alam

Teliti

menyebutkan pentingnya membatasi penggunaan sumber daya alam dalam kehidupan sehari-hari Keterangan

Dampak Intruksional Dampak Pengiring

(14)

perubahan dalam diri siswa maka pembelajaran tersebut belumberhasil. Hardini (2017:193)menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan anak yang diperoleh anak setelah mengikuti proses pembelajaran yang terbagi menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut Purwanto (2013:79) hasil belajar juga didefinisikan sebagai perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Menurut Oemar Hamalik (2008: 28) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Ahmad Susanto (2013: 5) hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif maupun psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.

Berdasarkan teori taksonomi hasil revisi Anderson ( Hamsa, 2012) dijelaskan bahwa hasil belajar secara kognitif dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Mengingat, Kata-kata operasional yang digunakan adalah mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi, menemukan kembali.

b. Memahami, Kata-kata operasional yang digunakan adalah menafsirkan, meringkas mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, membeberkan. c. Menerapkan, Kata-kata operasional yang digunakan adalah melaksanakan,

menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi.

d. Menganalisis, Kata-kata operasional yang digunakan adalah menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan.

e. Mengevaluasi, Kata-kata operasional yang digunakan adalah menyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan, menyalahkan.

(15)

f. Berkreasi, Kata-kata operasional yang digunakan adalah merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah.

Teknik penilaian adalah suatu cara yang digunakan dalam mengukur kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Teknik ini dapat berupa tes maupun non tes. a. Teknik Tes Teknik tes dapat diartikan suatu alat ukur dalam kegiatan

pembelajaran yang berupa serangkaian pertanyaan atau soal yang harus dikerjakan dalam kondisi yang diatur, dan juga untuk mengukur hasil belajar dan kemampuan kelompok maupun individu.

b. Teknik Non Tes Teknik non tes dapat dilakukan dengan observasi, angket maupun wawancara. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik tes yaitu tes tertulis. Tes tertulis merupakan tes dengan soal-soal yang harus dijawab siswa dengan memberikan jawaban tertulis. Berdasarkan uraian di atas, pengukuran hasil belajar yang dilakukan peneliti adalah mengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran tematik dengan menggunakan post test pada setiap akhir siklus.

2.2 Kajian Relevan

1.

Gina Rosarina, Ali Sudin, Atep Sujana (2016:371). Meneliti tentang Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perubahan Wujud Benda. Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan, dapat direkomendasikan bahwa dengan menerapkan model discovery learning merupakan suatu alternatif untuk meningkatan hasil belajar siswa, khususnya pada materi perubahan wujud benda. Peningkatan ini dilihat dari persentase ketuntasan tiap siklus. Siswa yang dinyatakan tuntas pada siklus I berdasarkan hasil tes ada 7 siswa (26,92%), siklus II menjadi 17 siswa (65,38%) dan siklus III 23 siswa (88,46%). Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang akan penulis lakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model Discovery Learning

2.

Firosalia Kristin, Dwi Rahayu (2016:84). Meneliti tentang Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar

(16)

IPS Pada Siswa Kelas 4 SD. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, disimpulkan bahwa penggunaan model discovery learning berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 4 SD Negeri Koripan 01. Hal ini ditunjukkan dengan hasil t hitung pada independent sample t test yang telah dilakukan setelah treatment diperoleh signifikasi 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05), karena signifikansi 2-tailed pada independent sample t test lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima. penelitian ini mendukung penelitian yang akan penuis lakukan tentang hasil belajar siswa

3.

Rumini Rumini, Naniek Sulistya Wardani (2016;19),Meneliti tentang Upaya

Peningkatan Hasil Belajar Tema Berbagai Pekerjaan Melalui Model Discovery Learning Siswa Kelas 4 SDN Kutoharjo 01 Pati Kabupaten Pati Semester 1 Tahun Ajaran 2014-2015. Hasil belajar berdasarkan ketuntasan belajar dengan KKM ≥ 80 meningkat dari pra siklus ke siklus 1 dan siklus 2 yakni dari 0%, 69,23% dan 88,46%; 2) Hasil belajar berdasarkan skor minimal dari pra siklus ke siklus 1 dan siklus 2 yakni dari 20: 53: 66; 3) Hasil belajar berdasarkan skor maksimal dari pra siklus ke siklus 1 dan siklus 2 yakni 45; 92; 100; 4) Hasil belajar berdasarkan skor rata-rata dari pra siklus ke siklus 1 dan siklus 2 yakni dari 37,1: 78,5: 88,0. PTK ini dikatakan berhasil, yang ditunjukkan oleh besarnya persentase siswa yang mencapai hasil belajar tema berbagai pekerjaan tuntas belajar dengan KKM ≥ 80, mencapai 88,46% lebih tinggi dari 80 % dari 26 siswa yang ditetapkan dalam indikator keberhasilan PTK. Dengan adanya penelitian ini bisa membantu penulis untuk mengembangkan hasil belajar siswa khususnya pembelajaran tematik dengan model discovery learning.

4.

Bambang Supriyanto, (2014:165). Meneliti tentang Penerapan Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI B Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Keliling Dan Luas Lingkarandi Sdn Tanggul Wetan 02 Kecamatan Tanggul Kabupaten. Berdasarkan hasil analisis data pada siklus 1 aktivitas siswa secara klasikal adalah 61,86%. Pada siklus 2 mencapai 74,99%. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 30,30%, yakni dari siklus 1 mencapai 60,60% dan pada siklus 2

(17)

mencapai 90,90%, dengan hasil yang dicapai tersebut dapat dinyatakan tuntas.dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar pada siswa kelas VIB SDN Tanggul Wetan 02 dengan menggunakan penerapan Discovery Learning. Penelitian ini mendukung penelitian yang akan dilakukan dengan menggunakan model Discovery Learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

5.

Meiria Sylvi Astuti, (2015:10). Meneliti tentang Peningkatan Keterampilan Bertanya Dan Hasil Belajar Siswa Kelas 2 SDN Slungkep 03 Menggunakan Model Discovery Learning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan keterampilan bertanya siswa siklus I dari kategori sedang menjadi kategori tinggi diakhir siklus II sebesar 19,22%. Sementara Jumlah siswa yang tuntas untuk muatan Bahasa Indonesia siklus I mencapai 73,33% menjadi 86,67% diakhir siklus II. Jumlah siswa yang tuntas untuk muatan PPKn dari siklus I sebesar 66,67% menjadi 86,67% diakhir siklus II. Sementara jumlah siswa tuntas untuk muatan Matematika, dari siklus I sebesar 46,67% menjadi 80,00% diakhir siklus II. Ketuntasan hasil belajar siswa tersebut mampu mencapai kategori tinggi rata- rata sebesar 18,19 %- 33,33%. Penelitian ini mendukug penulis yang akan penulis lakukan tentang meningkatkan hasil belajar siswa

6.

Ina Azariya Yupita, Waspodo Tjipto S.,(2013:1), Meneliti tentang Penerapan Model Pembelajaran Discovery lerarning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Di Sekolah Dasar. Hal ini terbukti dari hasil pengamatan yang diperoleh pada tiap siklusnya. Pada siklus I, aktivitas guru mencapai 78,57%, aktivitas siswa 66,07%,dan hasil belajar siswa 63,89%. Pada siklus II, aktivitas guru mencapai 83,9%, aktivitas siswa 78,6%, dan hasil belajar siswa 77,77%. Dan pada siklus III, aktivitas guru mencapai 91,07%, aktivitas siswa 87,5%, dan hasil belajar siswa 94,44%. Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran discovery yang dilaksanakan dalam pembelajaran IPS pada materi perkembangan teknologi dapat meningkatkan aktivitas guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Surabaya. Hasil penelitian ini

(18)

membantu penulis untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan model Discoveri Learning.

7.

Setya Dammayanti,(2016:1), Meneliti tentang Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Dengan Menggunakan Metode Discovery Learning Pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Kemitir 02 Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2015/2016. Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM sebesar 60 dalam prasiklus adalah 6 siswa dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 15 siswa. Sedangkan hasil tes siklus I menunjukkan 12 siswa mendapat nilai diatas KKM,karena pada siklus I masih menunjukkan adanya siswa yang belum tuntas dan indikator keberhasilan belum tercapai maka peneliti merencanakan perbaikan pada siklus II. Hasil tes siklus II menunjukkan 100% atau jumlah seluruh siswa pada kelas memenuhi KKM dan telah memenuhi indikator keberhasilan. Hal ini menunjukkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas dengan menerapkan metode discovery learning dalam pembelajaran IPA kelas 4 di SD Negeri Kemitir 02 Kabupaten Semarang telah berhasil karena telah mencapai tujuan indikator keberhasilan yang ditentukan. Penelitian ini membantu penulis untuk meningkatkan hasil belajar tematik yang mengerucut pada satu muatan pelajaran khususnya muatan IPA.dengan model Discovery Learning.

8.

Andita Putri Surya, Stefanus C. Relmasira, Agustina Tyas Asri Hardini,(2018:41),Meneliti tentang Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (Pjbl) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Kreatifitas Siswa Kelas III SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga, Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan kreativitas dari ketiga grstudents di SD NegeriSidorejoLor 01 Salatiga. Pada siklus pra siklus persentase belajar siswa 46% dan kemudian meningkat pada siklus pertama sebanyak 72% dan meningkat lagi menjadi 92% di siklus II. Sedangkan kreativitas siswa di prasiklus 29% meningkat menjadi 51% pada siklus pertama pertemuan 2 dan meningkat menjadi 90% disiklus kedua pertemuan

(19)

2. Penelitian ini mendukug penulis yang akan penulis lakukan tentang meningkatkan hasil belajar siswa

9.

Sola Gratia, Firosalia Kristin, Indri Anugraheni,(2018:108), Meneliti tentang Peningkatan Kreativitas Dan Hasil Belajar Ipa Melalui Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Siswa Kelas 5 SD, Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Banyubiru 3 melalui model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL). Hasil belajar IPA siswa mengalami peningkatan mulai dari pra siklus dengan ketuntasan 8 siswa (29,63%) meningkatan pada siklus 1 sebanyak 20 siswa (74%) pada siklus 2 meningkatan menjadi 27 siswa (100%) telah tuntas. Peningkatan kreativitas siswa pada aspek pribadi kreatif pra siklus diperoleh 2,72 menjadi 3,14 pada siklus 1 dan siklus 2 menjadi 3,53. Pada aspek yang kedua yaitu pemberian dorongan pada pra siklus memperoleh rata-rata 2,94 pada siklus 1 menjadi 3,10 dan meningkat pada siklus 2 menjadi 3,51. Pada aspek yang ke tiga yaitu tahapan proses kreatif pada pra siklus diperoleh 2,46 pada silus 1 menjadi 3,05 dan pada siklus 2 menjadi 3,40. Pada aspek ke empat adalah produk diperoleh 2,90 meningkat 3,38 pada siklus 1 dan siklus 2 menjadi 3,67. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kreatifitas siswa kelas 5 SD dapat ditingkatkan melalui Model Pembelajaran CTL. Penelitian ini mendukung penelitian penulis untuk meningkatkan Kreativitas siswa pada pembelajaran tematik yang mengerucut pada satu muatan pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning.

10.

Nabila Yuliana, (2018:21), Meneliti tentang Penggunaan Model Pembelajaran

Discovery Learning Dalam Peningkatan Hasil Belajar Siswa Di Sekolah Dasar, Pada kesempatan ini peneliti hanya memilih satu model pembelajaran yaitu discovery learning. Maka peneliti melakukan riset dengan metode meta analisis yang merupakan salah satu upaya merangkum berbagai hasil penelitian dengan studi dokumen 6 data terkait penggunaan model pembelajaran discovery learning yang dipublikasikan di jurnal nasional. Dari

(20)

penelitian yang dilakukan terbukti bahwa model discovery learning mampu membantu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan siswa menemukan informasi sendiri sehingga menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa baik di Sekolah Dasar maupun jenjang pendidikan di atasnya. Dengan adanya penelitian ini bisa membantu penelitian penulis namun yang membedakan pada muatan pembelajarannya.

11.

Febditya Aji Wijaya , Mawardi , Krisma Widi Wardani (2018:149). Meneliti tentang Upaya Peningkatan Hasil Belajar Menggunakan Group Investigation Pada Siswa Kelas 4 Sekolah Dasar.Hal ini dapat dilihat dari hasil data deskriptif yang menunjukkan bahwa nilai hasil belajar siklus II lebih tinggi dibandingkan siklus I. Model group investigation dipilih karena tepat apabila diterapkan pada siswa SD, karena siswa SD memiliki karakter suka berkelompok. Dari hasil belajar kognitif terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 73,9% menjadi 87%. Hasil belajar afektif yang diperoleh dari siklus I sebesar 73,9% terjadi peningkatan pada siklus II sebesar 82,6%. Hasil belajar psikomotor yang diperoleh pada siklus I sebesar 69,6% meningkat pada siklus II sebesar 78,3%. Pada hasil belajar kognitif diperoleh dari hasil tes evaluasi muatan IPA. Hasil belajar afektif diperoleh dari penilaian sikap yang meliputi bertanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri. Penilaian hasil belajar psikomotor diperoleh dari penilaian keterampilan yang meliputi keterampilan presentasi, dan kerja sama dalam diskusi. Penelitian ini mendukug penulis yang akan penulis lakukan tentang meningkatkan hasil belajar siswa

12.

Selviana, K.Y Margiati, Siti Djuzairoh (2016:9) Meneliti tentang Peningkatan

Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tematik Menggunakan Media Di Kelas I Sekolah Dasar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan, kemampuan guru merancang rencana pembelajaran pada siklus I rata-rata nilainya 2,86 meningkat sebesar 0,99 pada siklus II menjadi 3,85. Sedangkan kemampuan guru melaksanakan pembelajaran nilai rata-rata siklus I sebesar 2,75 menjadi 3,00 pada siklus II dan terdapat peningkatan skor sebesar 0,25. Hasil belajar siswa pada siklus I rata-rata kelas

(21)

sebesar 92,30. Sedangkan pada siklus II hasil belajar rata-rata kelas meningkat menjadi 97,87. Berarti terjadi peningkatan sebesar 5,57. Penelitian ini mendukug penulis yang akan penulis lakukan tentang meningkatkan hasil belajar siswa.

13.

Anggraini Fitrianingtyas, Elvira Hoesein Radia,(2017:708) Meneliti Tentang Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Model Discovery LearningSiswa Kelas IV SDN Gedanganak 02. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Model discovery learning dapat dilaksanakan oleh guru dengan melihat jumlah aspek yang dilewatkan guru, yang semula 4 aspek. Hasil nilai akhir meningkat dari cukup (44%) menjadi sangat baik (56%). Ketuntasan klasikal meningkat dari kurang sekali (56%) menjadi sangat baik (88%). Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan bagi guru dalam melakukan proses pembelajaran agar hasil belajar meningkat dapat menggunakan model pembelajaran Discovery Learning. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang akan penulis lakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model Discovery Learning.

14.

Imam Fadlun Kamal, Imam Suyanto, Moh. Salimi,(2017:296) meneliti tentang, Penerapan Model Discovery Learning dengan Media Konkret dalam Peningkatan Hasil Belajar IPA tentang Energi pada Siswa Kelas IV SDNnegeri 2 Kalibagor Tahun Ajaran 2016/2017.Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA tentang energy pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Kalibagor melalui penerapan model discovery learning dengan media konkret. Penelitian ini merupakan PTK kolaboratif yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas IV yang berjumlah 24 siswa.Teknik pengumpulan data mengggunakan teknik tes dan nontes (observasi dan wawancara).Analisis data penelitian menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dan analisis data statistik deskriptif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model discovery learning dengan media konkret dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang Energi. Dengan hasil penelitian sangat mendukung yang akan penulis lakukan dengan.

(22)

15.

Firosalia Kristin Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Kristen Satya Wacana,(2016:90) Meneliti Tentang Analisis Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sd. Pengumpulan data dilakukan dengan menelusuri jurnal elektronik melalui Google Cendikia dan studi dokumentasi di perpustakaan. Dari penelusuran itu diperoleh sumber data penelitian dari tiga skripsi mahasiswa dan dua jurnal. Analisis data dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil analisis ternyata model pembelajaran discovery learning mampu meningkatkan hasil belajar siswa mulai dari yang terendah 9% sampai yang tertinggi 27% dengan rata-rata 17,8%.Dengan adanya penelitian ini bisa membantu penulis untuk mengembangkan hasil belajar siswa khususnya pembelajarantematik dengan model discovery learning.

2.3Kerangka berfikir

Dalam proses belajar hasil belajar siswa tidak semuanya sama dalam setiap akhir penilaian,ada yang tinggi, sedang, rendah dan tercapainya ketuntasan atau yang belum mencapai ketuntasan belajar tergantung pada kemampuan siswa masing-masing. Pada proses pembelajaran hasil siswa tergantung bagaimana proses pembelajaran itu sendiri, dengan model discovery learning ini siswa di tuntut untuk memahami permasalahan, dan dituangkan ke dalam tulisan ide-ide yang mereka pahami pada permasalahan yang terjadi dan membiasakan siswa untuk berpikir dan berkomunikasi dengan siswa yang lain.

(23)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan susunan kerangka pikir yang telah diuraikan,di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas yaitu Model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi tema 4 berbagai pekerjaan subtema 2 pekerjaan di sekitar kita kelas 4 SD

Siklus 2, peserta didik dapat memahami materi yang

sedang dipelajari Penggunaan model pembelajaran Discovery Learning

1. Stimulasi 2. Menyatakan Masalah 3. Pengumpulan Data 4. Pengolahan Data 5. Pembuktian 6. Menarik Kesimpulan

Hasil belajar tematik siswa Khususnya muatan pembelajaran IPA rendah yaitu57.7% nilai yang masih di bawah kriteria KKM.

Siklus 1,peserta didik aktif dalam kegiatan

pembelajaran

Dengan menerapkan model Discovery Learning dalam pembelajaran tematik khususnya muatan pembelajaran IPA

Gambar

Tabel 2.3  Prosedur Pelaksanaan  Aktivitas Guru  Tahapan
Gambar 2.1  Kerangka Pikir  2.4  Hipotesis Tindakan

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat ini tidak hanya akan dirasakan oleh perusahaan, tapi juga oleh karyawan, ia akan dengan mudah dapat menyelesaikan pekerjaannya sehingga ia merasa tenang dan

Hal inilah yang menjelaskan begitu banyak peristiwa anomali yang melingkupi proses persidangan Montt dalam upaya strategis melemahkan institusi peradilan seperti tidak ada

Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitian- penelitian sebelumnya, akan tetapi dipusatkan pada kasus Pengaruh Penggunaan Selebriti dalam Iklan,

[r]

PPL dilaksanakan dalam rangka membekali para calon guru sekolah dasar tentang kondisi fisik sekolah, siswa, dan administrasi di sekolah dasar secara nyata, serta

Dengan tanya jawab guru mengarahkan siswa untuk dapat menemukan fungsi obyektif dan sistem pertidaksamaan linear dari permasalahan program linear.. Memberikan penguatan

Dari analisis koefisien determinasi dapat dijelaskan bahwa citra merek, harga, dan kualitas produk mempengaruhi keputusan pembelian handphone Xiaomi di Kota Langsa

dijelaskan diatas bahwa pembelajaran yang cocok dengan pembelajaran terpadu adalah pembelajaran tematik. Dalam satu tahun pembelajaran biasanya siswa bisa mempelajari 5-6