PROCEEDINGS ITB. Vol. 25. No. 2/3. 1993
PENGARUH
KROMIUM
KLORIDA
TERHADAP
PERKEMBANGAN
PRALAHfR
MENCTT
(MUS
MUSCULUS)
SWTSS
WEBSTER1
Lucin Mari"a Santosoz. Sri Sudarwati dan Lien A. Sutasurya3 SARI
Larutan kromium klorida diberikan secara intraperitoneal dengan dosis tunggal 15,22,5, dan 30 mg Crlkg berat badan pada rnencit yang hamil 8, 10, atau 12hai. Mencit kontrol dan perlakuan dibunuh, kemudian dibedah pada hari kehamilan ke-18. Selanjutnya, dilakukan pe ngamatan terhadap kcjadian kernatian intrauterus, berat fetus, malformasi ekste rnal, internal, dan rangka fetus. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kromiuur trivalen rnenyebabkan jumlah embrio yang diresorpsi rneningkat secara nyata, berat f'etus berkurang dengan sangat nyata, terjadi kelambatan penulangan badan vertebra servikalis, badan vertebra sakrokaudalis, tulang tarsal, dan falarrg proksimal anggota belakang. Krornium yang diberikan pada hari kehamilan ke-8 rnenyebabkan eksensefali, sedangkan yang diberikan pada hari kehamilan ke-12 menyebabkan langit-langit bercelah. Untuk rnengetahui pelaluan kronriurn dalarn waktu 24 jan sesudah pernberian, dilakukan analisis secara Spektrofotometri Serapan Atorn (SSA) terhadap darah induk, plasenta, dan fetus utuh. Hasil analisis SSA rncmperlihatkan bahwa kromium dapat dilalukan dari darah induk ke fetus lewat plasenta, diakumulasikan di dalanr tubuh fetus, serta cenderung diretensi oleh plasenta.
ABSTRACT
Chrorrrium chloride was inje cted intraperitoneally at 15, 22.5, and 30 mg Crlkg body weight to pregnant mice on the 8th, l0th, or 12th gestation day. Control and trcated rnice were sacrificed on the 18th gestation day, and the examination on incidences of
inlrauterine death, fetal weight, external, internal, and skeletal malfbrmations wcre performed. The results revealed that thcre was a significant incrcase in enrbryonic resorption, a highly significant reduction in tttal weigbt, significant reduction in thc ossification ofthe cervical and sacrocaudal vertcbral bodies, tarsal bones, and phalanges of the hind lirnbs. Administratiorr of chrornium on the 8th and l2th day of gestation showed significant incidences of exencephaly and cleft palate, respectively. In order to figure out the passage of chrolniurn during 24 houn after administration, analysis using Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS) was perforrned, and the content of chronriurn was dctermirted in the Inaternal blood, placenla, and fefuses. Fronr the analysis it was obvious that chrorniunr was transf'erred and accuurulated in the fetuses, and the placenta tended lo retain chrorniunr.
' Pcnelitian i n i d i l a k s a n a k a n d a l a m r a n g k a P r o g r a n r S - 2 B i o l o g i , In s t i t u t T e k n o l o g i B a n d u n g , d i b i a y a i o l e h TMPD.
2 Progrr- Stucli Biolgi, FKIP, Universitas Sriwijaya, Jalan Srijaya Negara, Pale rnbang 30139
3 l-aboratoriunr Biologi Perkeurbangan, Jurusan Biologi, Institut Teknologi Bandung, Jalan (ianesya 10, Iiandung 4 0 1 3 2
PROCEEDINGS ITB, Vol. 25, No. 213, 199
PENDAHULUAN
Kromium yang terdapat di lingkungan berasal dari alam dan hasil aktiviras
manusia. Secara alami, pada umumnya kromium terdapat sebagai scnyawil
kromium trivalen (Merian, 1984). Kromium merupakan logam yang sangat kcras
dan resisten terhadap korosi. Dalam bidang industri, Cr banyak digunakan sebagai
pelapis suku cadang mobil, dan dalam bentuk campuran kromium, bcsi, dan nikel
(nikrom) sebagai pelapis kabel listrik. Kromium terdapat pula dalam pigmen
pewarna untuk tekstil, cat, tinta, dan dalam bahan pengawet untuk proscs
penyamakan kulit (Frey, 1958).
Selain bersifat toksik, kromium juga benifat teratogenik. Hal ini telah dibuktikan
ofeh Matsumoto et al.(7976), Gale (1978), dan Trivedi et al. (1989).
Untuk melengkapi informasi yang sekarang ada tentang pengaruh kromium
terhadap fetus mencit pada penelitian inidiamatiefek teratogenik kromium
trivalen terhadap mencit Swiss Webster, yang diberikan pada hari kehamilan ke-8,
- 1 0 , atau -12. Selain i t u , d i p e l a j a r i p u l a p c l a l u a n k r o m i u m d a r i d a r a h i n d u k k e fetus lcwat plasenta.
BATIAN DAN TATA KERIA
Hewan yang digunakan dalam percobaan ini adalah mencit (Mus musculus) albino
Swiss Webster yang diperoleh dari l:boratorium Pemeliharaan Hewan, Jurusan
Farmasi ITB. Selanjutnya, mencit tersebut dipclihara di rumah hewan Jurusan
Biologi ITB. Mencit betina dan jantan dipelihara di dalam kandang terpisah.
Setiap mcncit betina dara yang sedang estrus, berumur 9-11 minggu dengan bcrat
badan 24-28 gram, dikawinkan dengan seekor mencit janlan yang sama umurnya.
Pcnyatuan mencit betina dengan yang jantan dilakukan pada pukul 17.00. Adanya
sumbat vagina pada keesokan paginya merupakan ulnda telah terjadi kopulasi, dan
dinyatzrkan sebagai hari kehamilan ke-nol. [-alu, mencit betina terscbut ditimbang
d a n d i p i s a h k a n d a r i y a n g j a n l a n .
Kromium yang digunakan dalam percobaan ini berupa kromium trivalcn
(CrCls.6tIzO) dengan kemurnian 987o, produksi Merck. Senyawa kromium
dilarutkan dalam akuabides steril, produksi IPHA Laboratories. Dari hasil
penelitian pendahuluan dikerahui bahwa Dosis lrtal 50% (DLil-24 jam untuk
mencit betina dara adalah 170 mg Cr/kg berat badan, sedangkan Dosis Toleransi
M a k s i m u m ( D T M ) - 1 0 h a r i u n t u k m e n c i t y a n g h a m i l d e l a p a n h a r i a d a l a h 3 0 m g
Crlkg berat badan. Kemudian, ditentukan dosis teratogenik kromium, yaitu 30 mg,
22,5 mg, dan 15 mg/kg berat badan, dengan menggunakan ketentuan WHO
196711975 (Korte, dalam Kameyama 1981). Di dalam ketentuan tersebut
dijelaskan bahwa untuk setiap kalipengujian digunakan tiga dosis, termasuk DTM
PROCEEDINGS ITB. Vol.25. No. 213. 1993
l:rutan kromium klorida diberikan secara intraperiloneal dengan dosis tunggal,
dan mencit kontrol hanya diberi akuabides. Penyuntikan dilakukan pada mencit
yang hamil 8, 10, dan 12 hari. Dalam penelitian ini ada tiga kelompok hari
perlakuan yang ditentukan berdasarkan hari kehamilan. Untuk setiap kelompok
hari kchamilan digunakan 40 ekor mencit; 10 ekor sebagai kontrol, dan
masing-masing 10 ekor untuk setiap dosis. Mencit dibunuh dan dibedah pada hari
kehamilan ke- 18. Kemudian, dilakukan pengamatan terhadap kejadian kematian
intrauteru-s, berat fetus, malformasi eksternal, internal, dan rangka fetus. Untuk
pengamatan malformasi internal, setengah dari jumlah'fetus yang hidup difiksasi
di dalam laru&rn Bouin. Selanjutnya, mencit dibedah dan diamati jantung, ginjal,
dan gonadnya (testis a[au ovarium). Untuk pengamatan malformasi rangka, fetus
hidup sisanya diliksasi di dalam alkohol 957o dan selanjutnya dilakukan
pcwarnaan rangka dengan Alizarin red S menurut prosedur pewarnaan Conn et al.
( 1 e 6 0 ) .
Untuk niengetahui pelaluan Cr lewat plasenta dilakukan penyuntikan kromium
klorida dengan dosis 30 mg Crlkg berat badan pada mencit yang hamil 17 hari.
Kemudian, mencit dibius dengan eter 7Yz, 3, 6, 12, dan 24 jam setelah disuntik.
Kelompok kt-rntrol disuntik akuabides dan dibius I% jam setelah itu. Darah induk
mcncit diambil clari pemhuluh darah aorta dorsalis, dan dilanjutkan dengan
pengambilan l'etus serLa plasentanya. Kandungari kromium di dalam darah induk,
plasenLa, dan fetus utuh didetek^si secara Spektofotometri Serapan Atom (SSA).
Destruksi darah, plasenla, dan fetus dilakukan mcnurut Kayne et al. (1978).
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBA}IASAN
Hasil pengamatan terhadap penampilan reproduksi induk mencit pada hari
kehamilan ke-18 setelah diberi perlakuan kromium klorida pada hari kehamilan
ke-8, -10, atat -12 t€rtera pada tabel 1. Penentase fetus hidup dari induk yang
dibcri perlakuan menurun secara nyata, bahkan sangat nyata pada kelompok yang
diberi perlakuan dengan dosis 22,5 atau 30 mg Crlkg berat badan pada hari
kehamilan ke-10 aL:tu -12 dibandingkan dengan kontrolnya. Hal tersebut
disebabkan oleh total kematian intrauterus yang meningkat secara nyata, dan
bahkan sangat nyata, dibandingkan dengan kontrolnya pada kelompok yang diberi
perlakuan dengan dosis 22,5 allu 30 mg Crlkg berat badan pada hari kehamilan
ke-10 auru -12. Kematian intrauterus teruta.ma disebabkan oleh terjadinya resorpsi
cmbrio; hal ini menunjukkan bahwa Cr bersifat embriotoksik. Embrio yang
diresorpsi merupakan suatu perwujudan embriotoksisitas yang paling mudah untuk
dikuantifikasikan (Wilson, 1980; dalam Schardein, 1985). Hal yang sama juga
ditemukan pada penelitian Matsumolo et al. (1,976), Gale (1978 dan 1982), dan
Trivedi et al. (1989). Dari hasil pengujian pelaluan kromium lewat plasenta pada
penelitian ini dan dari beberapa penelitian lain, yaitu Matsumoto et al. (1976),
PROCEEDINGS ITB, Vol. 25, No. 213, t99
disebabkan oleh pengaruh langsung kromiur:t terhadap embrio. Kemungkinan lain
adalah gangguan fungsi plasenta, karena terjadi retensi kromium di plasenta,
seperti dibuktikan oleh Matsumoto et al. (1976) dan Danielsson et al. (1982), serta
dari hasil penelitian ini.
Pengaruh kromium juga menyebabkan fetus dari induk yang diberi perlakuan,
pada seluruh kelompok hari perlakuan dengan semua dosis, secara statistika sangat
T q b e l l . P e n o m p i l o n r e p r o d u k s i i n d u k m e n c i t y o n g diberi k r o m i u m k l o r i d o p o d o h o r i k e h o m i l o n k e - 8 , - . l 0 , o t o u -l 2 ,
lBeri loosis I l: {etr.s hid.pl pcil.otrsctcrtif| Intrrrt.flr ltptrnt|rl lketra-l cr lJLctahl x t sem
lrni tanl {rc/kel irdrk | ( junr.ah) I k"- lberat | | I lbadan)l I t t . -I fotrt x I ae{l ( j u n t a h ) ( J q t r h ) ll.f.t lctrL | (ern) l r t r m I X Reso.psi x t sefll ( j u n t a h ) I ltati I i s e n ( jr.ol,ah) t 5 22,5 30 0 1 5 ? 2 , 5 50 0 1 5 ? 2 . 5 50 1 0 t 0 t 0
i,,,,,.,,,,
I (%) l E 3 , 1 l t 5 , 3 8 r | ( % ) | 8 2 , 1 9 r 3 , E 3 r | ( 8 5 ) | 7 E , 9 9 t s , 1 F | (Be) I 192,75t1 ,78 | ( f i r ) | 8 6 , 1 5 r 2 . 8 7 ' | ( e 5 ) l|71,93rt,87.' | (E1) |ffi,$t3,72fi | ( e 7 ) I l9!,t1t2,u | o t t ) | 8 6 . 0 0 r 1 .93r | ooi) lE?,6t2,t!6'r | (e3) | 6 6 , 9 1 r 1 , 5 8 f t I (Eo) I I | 6,82t2,(2 I tal I15,e&5,19. | < t a l ll6.90€.41. I r t a r 120,3&5,24. | ( 2 1 ) l | 6 , 4 E r 1 , 9 2 I t a l It],E5*,E?r I | ( 1 5 ) | l24.l0r{,0lnl | <2t, I lfl,n$,u. I ( 2 1 ) | I 6 , $ t ? , 0 4 | ( E ) | 13,35r2,07r | ( 1 6 ) 116,13t2,6r.r'l | i l e ) | |31,0913,58fi| | ( 1 0 ) | t l I | 10,s0r0.ss I ( 1 0 5 ) | 1 1 , 5 0 1 0 , 4 9 | ( 1 1 5 ) I to.4oro,70 | ( t o 1 ) I I l , 1 0 r 0 , 6 7 | ( t l r ) l 7 , ? 5 t 1 , 7 8 112,0010,39 ( 9 ) | ( t z o ) | 1 3 , E 5 t 2 , E ? t | 1 1 , 0 0 1 0 , 4 5 [ ( 1 5 ; 9 ) | ( 1 1 0 ) | 2 5 , 0 7 1 3 , 8 7 f i | 1 1 . 2 0 t 0 , 5 1 | ( 2 8 ) I ( 1 1 2 ) I 1 9 , i l 4 t 3 , 7 2 f t | 1 2 , 0 0 1 0 , 5 9 ( 2 3 ) I ( 1 2 0 ) 6 , 6 6 . t 2 , M 1 1 1 , 9 0 t 0 . 5 0 ( 6 ) | < r r c ) | 1 4 . 0 0 i 1 . 9 5 i 1 1 2 , 0 0 1 0 . 5 6 | ( 1 7 ) | ( 1 z o ) l1l,31x?,86'r | 1 1,3010,52 | ( z o ) | ( f i i ) lll,09il, 58t | 12,0010.60 | (10) | fizo) t l I | 1 , 2 0 t 0 , 0 2 I | 1 ,06t0,02## I | 1 .0 5 1 0 . 0 3 1 * I Ir,o4to,o3## | 1 , 2 1 t 0 , 0 3 I 1 1 . o t t o , o 2 # I | 1 , o 4 r o , o 3 # # I | 1 .0 1 r 0 , 0 3 # f 1 1 , 1 8 t 0 , 0 2 I i ' l . 0 1 t 0 , 0 2 r # I I o,96to, oi## I I I . 0 7 t 0 , 0 3 f * I I 0 , 9 1 r 0 , 9 1 ( l ) 0 , 9 t r 0 , 9 1 ( 1 ) 0 . 9 1 r 0 , 9 1 ( r ) 0 , 9 1 r 0 , 9 1 ( 1 ) O,T7t0,Tf ( 1 ) 0,00i0,00 ( 0 ) O,TfLO,77 ( 1 ) 1 , 6 2 1 1 , 0 9 ( 2 t 0,0010,00 ( 0 ) o,67tO.6T f l ) 0 , 9 1 r 0 , 9 1 ( 1 ) 0 , 0 0 1 0 , 0 0 ( 0 ) l,Tjtz,ll ( 9 ) t6,E9r3,38r ( 1 9 ) l 7 , E l 1 3 , E 3 r ( 1 9 ) 2 1 , 0 1 1 5 , l 9 r (22)' Berbeda nyata dari konbol p s0,05 (Wilcoxon's rank sum testi. * Berbeda sangat nyata dari kontol psO,O1 (Wilcoxon's rank sum test1. ## Berbeda sangat nyatia dari kontrol ps0,01 (Uji Beda Nyata Terkecil).
PROCEEDINGS ITB, Vol. 25, No.2l3, 1993
nyata lebih ringan dibandingkan dengan kontrol. Hal yang sama terjadi pula pada
penelitian Trivedi et al. (1989). Penyusutan berat fetus mungkin disebabkan oleh
kromium yang berhasil menembus membran inti, yang kemudian berikatan dengan
ADN. Selanjutnya, kromium terikat ini mengganggu fungsi sel, terutama dalam
proses sintesis prote in yang diperlukan dalam perkembangan. Penyusutan berat
fetus merupakan parameter pcnting dalam penelitian pengaruh suatu teratogen,
karena hal ini dapat menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan secara umum
(Brent & Jensh, 1967 dan Schardein, 1985).
Pada tabel 2 diperlihatkan hasil pengamatan terhadap fetus hidup yang mengalami
beberapa kelainan perkembangan, sebagai hasilperlakuan dengan kromium klorida
yang diberikan pada induk mencit pada hari kehamilan ke-8, -10, atau -I2.
Perdarahan pada beberapa bagian permukaan tubuh fetrs yang ditemukan pada
penelitian ini juga ditemukan pada penelitian Trivedi et al. (1989). Pada penelitian
ini, perdarahan cenderung terjadi pada fetus yang induknya diberi perlakuan
dengan dosis 22,5 atau 30 mg Crlkg berat badan. Hal tersebut mungkin disebabkan
oleh terjadinya peningkatan rckanan darah yang tinggi pada dinding kapiler,
menyebahkan dinding tersebut pecah sehingga terjadi perdarahan.
Eksensefali paling sering muncul pada l'etus yang induknya diberi perlakuan pada
hari kehamilan ke-8. Pada umur kehamilan teniebut, bakal bumbung neural masih
berada pada tahapan lipatan neural (Rugh, 1968). Diduga Cr menyebabkan
kematian sel-sel neuroektoderm dalam jumlah yang banyak, sehingga bumbung
neural tidak dapat menutup secara sempurna. Hal ini mendukung hasil penelitian
Matsumoto et al. (1976) yang menyuntikkan kromium klorida pada induk mencit
galur ICR pada hari kehamilan ke-7, -8, -9, dan -10. Hasil pengamatan lijima et al.
(1983) membuktikan bahwa kadmium juga menyebabkan kematian sel
neuroektoderm, sehingga pada bagian tertentu bumbung neural tidak menutup.
Cacat primer berupa penutupan bumbung neural yang tidak sempurna selanjutnya
menyebabkan abnormalilas sekunder berupa eksensefali.
Kelopak mata terbuka dan retina bergelombang hanya muncul pada fetus dari tiga
ekor induk yang berasal dari pengamatan terhadap 120 ekor induk. Oleh karena
itu, disimpulkan bahwa kelainan ini terjadi secara spontan, sebab selain frekuensi
kejadiannya yang sangat rendah, juga muncul pada satu fetus dari satu induk
kontrol.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kelainan berupa langit-langit bercelah terutama
muncul bila induk mencit diberi perlakuan pada hari kehamilan ke-12; persenrase
kejadiannya berkisar antara 7-9Vo. Proses pembentukan langit-langit sekunder
meliputi pertumbuhan, pengangkaLan, dan fusi keping-keping palarum (Poswillo,
PROCEEDINGS ITB, Vol.25, No.2l3, 1e9
Tqbel 2. Persenfose don Jumloh fetus menclt dengon perdorohon, kelqinon otok don moto, longltlongit berceloh; berosol oori Induk yong diberi kromium klorido p o d o h o r i k e h o m i l q n k e - 8 , -1 0 , o t o u - 1 2 .
Ittari loosis l.tuntetrl lketts-l cr ltctus I lni tanl<rc/kg lysrr lr.- lbcrrt lcir-I lb.drt)lmtl lckrdr.trt I l r t r m I (Jtntrh)
I
I
Perdsaahan x l t c n ( j L m t r h )lxrLoprk mtrl tctins lts.rsit- l,angit Itrhrtr lbcrgctodanglbercetah l l x r r c n | (Jutrhl I l l r s e o l x t s e c ( j t r t . h ) | ( j r r n t a h ) 97 i l t 1 0 3 93 EO I l o I l t t I | 22,5
I
1 3 0 I I l o I 1 5 I | 22,5 I 1 3 0 I I l o I 1 1 5 I | 22,5 I 30 t 0 t2 t 1 t 95 u I % | 2 , 1 1 r t , 4 1 | (2' 96 | 7,46x4,t9 | (7) 65 | 7,69t2,92 | (7) 69 112,U,3.15. | ( 1 2 ) I O,qlro.00 7,Ett3,0lr (E) 7,69r?,91 (() 2 , 2 5 t 1 ,51 12, 0.00i0,O0 0,0010.(n 0 , 9 1 t 0 , 9 1 ( r ) t .00r I ,00 ( t ) l , l l r l , l l ( 1 ) l . 0 0 r l , 0 O ( l ) t,EZrl.Ea (2) 0.m10,00 0,qlro.00 0.9tr0,91 ( 1 ) 0,qho,(n 0,q}ro,00 0,@i0,ul 0,(xho,@ 0,91t0,91 ( t ) 0,mrO,00 t . l l t l , l t ( 1 ) 0,()()i0.00 0,00t0,0o 0.mro,m 0 , 0 0 r 0 , 0 0 0 , 9 1 r 0 , 9 1 ( t ) 0 , 0 0 t 0 , 0 C 0 . 0 0 1 0 , 0 0 0,00t0,00 0,miO,00 0 . 9 1 r 0 . 9 1 ( r ) 0 . 0 0 ! 0 , 0 O l , 1 1 t l , l 1 ( t ) 0, fl)r0,00 0.0010,fi) 0 , 0 0 1 0 , 0 0 0 , 0 0 r 0 . 0 0 0 , 0 0 i 0 , 0 0 0 , 0 0 t 0 , 0 0 0 , E l t o . 8 3 f i ) 0 , 0 0 1 0 , 0 0 2 , 1 1 r 1 , { l ( 2 ) 0 , 0 0 1 0 , 0 0 l , E z r 1 , 5 9 ( 4 ) 0 , V t O , V ( l ) 7,91!2,O7. ( 8 ) 7 , 1 6 1 3 , 0 f ( 7 t E , A Z ' 3 , 2 8 ( 6 ) | 0,fi1r0,00 I E,1415,ol | (6) | 12.5014,t5r ( r 0 ) 9 , 1 6 1 5 , 1 3 ( 9 ' l . 6 8 r l , tz (2t 8,T5r3,92 (2) 15. 1913,80'. ( 1 4 ) ||15 ,17t1,54'. | ( t 2 ) Ir Berbedo nyolo dori konlrol pr0,05 (Wilcoxon'sronksurn tesf). ir Befbedo songol nyoto dori konlrol p30,01 (Wllcoxon'sranksurn fesf).
PROCEEDINGS ITB, Vol. 25, No. 213, 1993
G q m b o r l . E k s e n s e f o l i d o n k e l o p o k m o l o t e r b u k o p o d o f e f u s m e n c i t u m u r lB h o d y o n g b e r o s o l d o r i i n d u k y o n g d i b e r i p e r l o k u o n d e n g o n d o s i s l5 mg Crlkg b e r o t b q d o n p o d o h o r i k e h q m i l o n k e - 1 8 (p e m b e s o r o n 2 i / z x ) . K : K o n l r o l ; E : Perlokuon; e : eksensefoll; kl: kelopok mqto terbuko
Gombor 2. Longitlongit berceloh podo fetus mencil umur i8 hori yong berosol d o r l i n d u k y o n g d i b e r i p e r l o k u o n d e n g o n d o s i s l5 m g C r l k g b e r o t bodon podo h o r i k e h o m i l o n k e - l 2 ( p e m b e s o r o n 6 x ) . K : K o n t r o l ; E : P e r l q k u q n ; l b : l o n g i t - l o n g i t b e r c e l o h .
PROCEEDINGS ITB, Vol. 25, No.2l3, 199
Gqmbor 3. Tulong suprookslpltol belum menulong sempurno podo fetus menclt
umur I8 horl yong berosol dorl Induk yong diberl pedokuon dengon dosis 1S mg
Crlkg beroi bodon podo hori kehomilon ke-8 (pembesoron 5 x). K : Kontrol; E :
Perlokuon; S: tulong suprooksipitol; x:tulong suprookstpitol belum menulong
sempurno.
Gqmbor 4. Perbondingon penulongon podo vertebro sokrokoudolis dqn folong
onggoto belokong fetus mencll umur 18 hod yong berosol dorl Induk kontrol don
Induk yong diberi perlokuon dengon dosls 30 mg Crlkg berol bodon podo hori
PROCEEDINGS ITB. VoL 25" No. 213. 1993
tumbuh pada waktu embrio berumur 12hari, berfusipada umur 15 hari, dan
akhirnya fetus yang berumur 16 hari sudah mempunyai langit-langit sekunder yang
sempurna (Rugh, 1968). Kejadian langit-langit bercelah pada penelitian ini
mungkin disebabkan oleh penghambatan proliferasi sel-sel mesenkim pembentuk
keping-keping palatum. Hal ini menyebabkan ukuran keping lebih kecil daripada
ukuran normal, sehingga fusi keping palatum tidak dapat berlangsung, dan
terjad ilah cacat berupa langirlangi t berce lah.
Kejadian malformasi internal muncul berupa ginjal kanan lebih kecil daripada
yang kiri, dan testis belum turun. Ginjal kanan lebih kecil daripada yang kiri
terjadi pada letus dari induk yang diberi perlakuan maupun dari induk kontrol.
Persentasi kejadian tersebut umumnya tidak berbeda nyata antara fetrs dari induk
kontrol dan fetus dari induk perlakuan. Tampaknya keadaan ginjal kanan lebih
kecil daripada yang kiri merupakan malformasi yang benifat spontan. Demikian
pula, kejadian testis belum turun terjadipada fetus dari induk perlakuan maupun
dari induk kontrol. Dan, karena persentase kejadian tidak berbeda nyata, dapat
disimpulkan keadaan ini terjadi secara spont:tn. Kemungkinan besar testis pada
fetus tenebut turun juga ke dalam skrotum, tetapi prosesnya lebih lambat
dibandingkan dengan fetus pada umumnya, yang pada umur 18 hari testisnya
sudah turun sampai sama tinggi dengan vesika urinaria.
Pada tirbel 3 ditampilkan keadaan penulangan tulang supraoksipital dan jumlah
komponen kolumna vertebralis. Dalam penelitian ini, tulang supraoksipital fetus
yang induknya diberi perlakuan mengalami kelambatan penulangan. Kelambatan
ini memang tidak menunjukkan dose-response relationshrp, kecuali pada
kelompok pcrlakuan hari kehamilan ke-10, tctapikarena terjadi pada semua
kelompok hari perlakuan, maka diperkirakan kelambatan penulangan tersebut
disebabkan olch pengaruh kromium. Dengan teknik autoradiografi, Danielsson e/
al. (1982) berhasil mengamati bahwa kromium trivalen dapat terakumulasi di
dalam jaringan fetus yang sedang mengalami kalsilikasi.
Fetus mencit umur 18 hari tclah mempunyai lengkung vertcbra servikalis sebanyak
tujuh pasang, sedangkan jumlah badan vertebranya baru lima buah (Taylor, 1986).
Pada penelitian ini, fetm dari induk kontrol rata-rata mempunyai badan vertebra
servikalis sebanyak 3,81 buah, sedangkan fetus dari induk perlakuan rala-rala
mempunyai badan vertebra servikalis antilra 0,84-2,30 buah (tabel 3). Penurunan
jumlah badan vertebra servikalis yang telah menulang tersebut menandakan
terjadinya kelambatan penulangan. Karena penurunan tersebut berbeda nyata pada
semua kelompok hariperlakuan, disimpulkan hal itu disebabkan oleh pengaruh
k r o m i u m .
Badan vertebra sakralis dan kaudalis fetus mencit mengalami penulangan pada saat
1 0 PROCEEDINGS ITB, Vol. 25, No. 213, le9
T q b e l 3 . P e r s e n l o s e d o n j u m l o h t u l o n g s u p r o c k s i p i t o l y o n g b e l u m m e n u l o n g , d o n k e o d o o n p e n u l o n g o n k o m p o n e n k o l u m n o v e r t e b r o l i s f e t u s m e n c i t y o n g b e r o s o l d q r i i n d u k y o n g d i b e r i k r o m i u m k l o r i d o p o d o h o r i k e h o m i l o n k e - 8 , -. l 0 q t o u - 1 2 . llari loosis llutetr lrt. sr.pcaok- | Jmt.h kocPooen kotum. Yertcbratis yarp fiEflr[8ne I l k C r a - l c r l f c t u s l s i p i t a t b e t r m
lritsrl(r/kglysng lmfrJtang reo-laadan v. lv. torakaticlv. ttnbctir I sokrakardatir I lk"- lberet ldianatilp.rrna lxtsen leervikatir 'l x r rcr I x I sm
I luaaenl I
t t t
I t i , a r t a t r l I x r e c nl l t___r______l I rmertru I eadan I I x t s c m I x t s e r r I I o l I $ l I n , 5 l 2 , 5 1 50 19 43 4 5 5 5 4E 4t 19 5 9 5 2 4 7 36 0 . 0 0 1 0 , 0 0 I 29,50r | 0,00i | ( r 4 ) | 4 2 , E 3 t 1 3 , ( 5 i i | ( 1 7 ) | 2 8 , 5 0 t 1 3 , 3 8 | ( e ) l | 2 , 0 0 1 2 , 0 0 I ( r ) | 1 7 , 5 0 r 6 . 3 t | ( e ) I19,crot 9.6r | ( 1 0 ) 127,57111,97 | ( 1 1 ) 0 , 0 0 r 0 . 0 0 1 1 3 , 0 0 t 6 , 6 7 I ( 6 ) I 2 r , 5 o t r 1 , 0 6 | ( 1 0 ) | 20,E5r10,49 I ( e ) I t,81r0,49 113,7610,09I
Z,21 to,5t{ llt,96to,O4l I 1 ,2810,6*f I 1(,0010,00* I 1,96t0,67t | 13,82t0,05 I I t , 6 1 r 0 , 1 ! | 1 3 , 8 a t 0 , 0 7 I 2 , t 6 ! 0 , 1 8 * | 15,9210,O( I 2 , 1 0 i 0 , 4 0 * | 13,E2r0,06 I 0 , 6 4 1 0 , 4 0 J # l 1 1 , 8 6 1 0 . 0 6 I I l , 6 l r 0 . 3 E | 1 3 , 8 9 1 0 , 0 6 1 , 9 2 t 0 , 5 6 * | 13,8910,05 I 1 ,55t0 ,4a{#llt ,9810.02 I ' 1 , 9 0 1 0 , 5 4 # | 1 3 , E 7 r 0 , 1 0 I I I 5,2610, loI
lr,25t0,10 I I s,1210,06 I I 5,43n0, oe I I | 5 , 2 0 1 0 , 0 9 I | 5 , 1 5 t 0 , o { I | 5 , 1 0 t 0 , 0 6 I | 5 , 1 5 r 0 , 0 6 I I 1 5 , 1 7 r 0 , 0 6I
| 5 , 2 0 t 0 . 0 6 I 1 5 , 1 2 t 0 , 0 8 I | 5 , 2 1 r 0 , 1 1 I 7 , 9 E r 0 , 0 5 7 , & t 0 , 1 1 7 , 5 5 1 0 , 1 1 7 , 5 8 t 0 , 1 5 7 ,87t0,07 7 , 7 9 1 0 , A 7 7 , 6 I t 0 , 1 1 7 , 5 0 r 0 . I 5 7 , 7 8 1 0 , 0 9 7 ,73t0,10 7 , 6 3 r 0 , ' 1 1 7 , 6 3 t 0 , 1 5 I I t 1 , 5 7 1 0 , 3 6 I | 9,goro.3ltftlt l
| 9,asro,l6l*l t l 9,3210,{0*rl I lZ,07t0,60 9 , 9 E r 0 , z f J * l I 9,70x0,27{s1 I 6.8610.a0fir1 0 1 , 9 8 t 0 . 3 0 9,69tO,39* 9,77x0,32t 9,75t0,311 t 0 0 I 5 30 0 t 5 I 2 2 , 5 1 I 3 r l I" Berbedo nyolo dori konlrol p sO,O5 (Wilcoxon's ronk sum lesl). ** Berbedo songol nyolo dori kontrol p s0,0] (lti,coxon'sronk sum fesl). # Berbedo nyolo dori konlrol p <0,05 (Uji Bedo Nyoto Terkecil), # # Berbedo songot nyoto dori konlrol p < 0,0.l (Uli Bedo Nyoto Terkecil),
vertcbra sakrokaudalis yang menulang pada fetus yang induknya diberi pcrlakuan,
umumnya lebih rendah dan secara statistika berbeda nyata atau sangat nyata
dibandingkan dengan fetus dari induk kontrol. Karena itu, disimpulkan pada
daerah ini terjadi kelambatan dalam proses penulangan yang disebabkan oleh
PROCEEDINGS ITB, Vol.25, No.213, 1993
Purata jumlah tulang metakarpal dan tulang falang anggota depan yang mengalami
penulangan pada fetu dari induk yang diberi perlakuan, secara statistika tidak
berbeda dibandingkan dengan fetus dari induk kontrol (tabel 4). Sementara itu,
pada rangka anggota belakang, persentase tulang larsal dan jumlah falang
proksimal yang mengalami penulangan pada fetus dari induk yang diberi
perlakuan, umumnya secara statistika berkurang dengan nyata atau sangat nyata
dibandingkan dengan fetus dari induk kontrol (tabel 5). Tampaknya kromium tidak
mempengaruhi proses penulangan komponen metapodium dan falang rangka
anggotia depan, tetapi kromium mempengaruhi proses penulangan komponen
mesopodium dan falang proksimal rangka anggota belakang. Penundaan proses
penulangan falang anggota belakang juga terjadi pada penelitian Trivedi er a/.
(1989). Kelambatan proses disebabkan oleh terjadinya akumulasi kromium di
dalam rangka fetus yang sedang mengalami kalsifikasi.
Tabel 6 dan gambar 5 menunjukkan kandungan Cr di dalam darah induk, plasenla,
dan fetus utuh dalam waktu 24 jrm setelah pemberian. Selama enam jam setelah
pemberian, kandungan Cr fetus relatif srabil, sementiara kandungan Cr darah induk
menurun dan mencapai kandungan terendah, tetapi tetap lebih tinggi daripada
kandungan Cr fetus. Sementara itu, kandungan Cr plasenta meningkat dengan
tajam dan menc,apai kandungan tertinggi enam jam setelah pemberian. Hal itu
menunjukkan bahwa sebelum kromium dilalukan lewat plasenta ke fetus, untuk
sementara waktu kromium diakumulasikan terlebih dahulu diplasenta. Kemudian,
antara enam sampai dengan 12 jam setelah pemberian, kandungan Cr plasenta
menurun dengan tajam, sementara kandungan Cr fetus meningkat sampai 10 kali
dibandingkan dengan enam jam sebelumnya. Dalam pada itu, kandungan kromium
darah induk kembalisedikit meningkat, tekpi tetap lebih rendah daripada
kandungan kromium fetus. Hal tersebut menandakan telah terjadi pelaluan
kromium lewat plasenta ke f'etus, dan pada akhir pengamaLan, Cr fetus tetap lebih
tinggi daripada kandungan Cr darah induk. Hasil ini mendukung penelitian Iijima
et at. (1983) yang menyuntikkan 5lcrcl3 pada induk mencit yang hamil delapan
hari. Mereka mendapatkan bahwa selama periode waktu 24 jam tampak kandungan
Cr di dalam darah induk menurun, sedangkan didalam tubuh fetus meningkat.
Selanjutnya, anLrara 12 sampai dengan 24 jam setelah pemberian, kandungan Cr
fetus relatif stabil; demikian pula kandungan Cr darah induk, sedangkan
kandungan Cr plasenta kembali meningkat. Hal ini menunjukkan adanya gejala
retensi Cr di plasenta. Hasil pengamatan ini mendukung hasil penelitian
Danielsson et al. (1982) dan Wallach & Verch (1984). Penelitian Keino &
Kashiwamatl (1983) membuktikan bahwa logam berat lainnya seperti kadmium
juga diretensi di plasenta, sebagaimana halnya nikel yang diteliti olch Munir
( 1 e 8 6 ) .
t 2 PROCEEDINGS ITB, Vol. 25, No. 213, 199
T o b e l 4 . K e q d q o n p e n u l o n g o n t u l o n g m e l o i : o r p o l d o n f o l o n g o n g g o t o d e p o n felus mencit yong berosol dqri induk yong drberi kromium klorido podo hori k e h o m i l o n k e - 8 , -1 0 , o t o u - 1 2 .
l B a r i l D o s i s l, l m t a h I keha- | cr I fetus lni tanl (ns/kslyans lr.- lberat ldianati I lbadan)l
Jmtah yarp suddr mutang I f utang ctakarpat I fatarrg pcoksinat
I x t s e o I tetang rndian x t a e s t s t a n g d i s t a l x t seat I x r s e n
I
0 1 5 4 , 5 y) 50 19 43 45 (,0O ! 0,00 4,00 t 0,00 f,gE r 0,02 4,fl1 r 0,00 4,00 r 0,00 4,0O r 0,00 4,fi1 r 0,00 5,96 t 0,O8 4,00 1 0,00 4,00 r 0,00 4 , 0 0 I 0 , 0 0 3.9E t 0.02 3 , E l t 0 , 0 7 3,7? t 0,08 I , 5 2 r 0 , 1 5 3,2E r 0,36 5,66 t 0,05 1 , 6 6 t 0 , 1 1 3 , 6 8 t 0 , ' l l 5 , 0 7 r 0 . 2 8 3,85 r 0,08 3.E5 t 0.(E 3 , 1 9 r 0 . 2 5 3 , 3 2 t 0 , 2 9 1 , 0 3 t 0 , 2 4 0 , 6 E r 0 , 3 1 0 , 5 5 r 0 , 2 5 0,E3 r 0.25 1 , 2 5 t 0 , 3 0 0 , 9 1 r 0 , 2 3 0 , 9 1 r 0 , 2 3 O , T Z t O , ? 4 1 , ? 0 t O , 2 7 0 . 6 0 r 0 , 2 1 0 , 6 5 r 0 , J 2 0 , 4 1 r 0 , 1 3 5 , 0 0 t 0 , 0 0 5 . 0 0 I 0 , 0 0 4 , 7 9 r 0 , 1 1 4 , 6 7 t 0 , 3 3 5 , 0 0 r 0 , 0 0 4 , 9 2 r 0 , 0 8 4 , 6 7 x 0 , 0 8 4 , 5 5 r 0 , 3 0 5 , 0 0 r 0 , 0 0 5 , 0 0 r 0 . 0 0 4 , 6 5 r 0 , 2 6 4 , 8 0 1 0 , 2 0 0 1 5 5 5 4E 13 19 59 52 47 3E 2 , 5 1 5() 0 l 5 2 , 5 1 I 30 1Kandungan Cr plasenta yang meningkat kembali dalam waktu antara 12-24 jam
setelah pemberian, dan tidak diikuti oleh kenaikan kandungan Cr didalam fetus,
menunjukkan bahwa plasenta berfungBi sebagai sawar terhadap pelaluan Cr ke
PROCEEDINGS ITB, Vol.25, No.213, 1993
T q b e l 5 . P e r s e n t o s e t u l o n g t o r s o l y o n g s u d o h m e n u l q n g d o n k e o d o o n p e n u l o n g o n t u l o n g m e t q t o r s q l s e r t o fq l o n g q n g g o t q b e l o k o n g f e t u s m e n c i t y o n g b e r o s o l d o r i i n c i u k y o n g d i b e r i k r o m i u m k l o r i d o p o d o h o r i k e h o m i l o n k e - 8 , -1 0 , o t o u - 1 2 .
[ttari looeis lJutah lTutarq tsmstl Jrnialr yang eu&lr rrrtarg I lkeha-l cr lfetus l yarr sLdah
1 3 l.it6nl(€/kclysr€ | rrrte€ lk"- lberet ldianatil t x r *r I lb€da.') | | IutEng -tatarsal, x t s € r Fatong p r o k s i m I x t s € t Fetang mdian x t t € l F l t r t g d i s t a t x t a e o 1 0 0 1 5 22,5 30 0 t 5 22,5 :t0 0 t 5 22,5 30 50 19 43 45 5 5 4E 43 49 59 52 47 3E 1 5 5 , 3 3 r 1 0 , 7 ? | fi7) | 8,mt8,0lr | ( 4 ) | 2 , 5 0 1 2 , 5 0 i | ( r ) 3 , 3 3 1 3 , 3 3 r ( 2 ) l40,67tfl,51 (23) 9,00r (,92! ( 4 ) 5.831 3,96i ( 2 ) 5,0015,00r ( 3 ) 9,24x9,& (22, 9,0015,26. (s) 0,00t0,fi!*f 0,fl)ro,ooh 5,00 t 0,(I) 4,98 t O,Uz 4 , 1 5 x 0 , O 5 1 , 9 3 t O , O 7 5 , 0 0 r 0 . m 4,96 t 0,02 4,95 , O,ts 4,86 r 0,0E 5,00 r 0,dl 5 . 0 0 r 0 , m 5 , m i 0 , 0 {,9{ r 0,06 I l { , 2 8 t 0 , t t I 13.52 r 0,23 I 13,l)6 t 0.321 I l3,tlt r 0,4i!f I I 1 4 , 1 7 t 0 , 1 6 I 1 3 , 5 e t 0 , 2 0 I 13,05 t 0,39r I 12,38 t 0,43*l I I l { , 0 5 r 0 , 1 5 I 12,E6 r 0,53r I 12,50 r 0,39rr
t
12,96 t 0,:l8f 0 , 1 7 r 0 , 1 1 0 , 0 2 t 0 , 0 2 0 , 0 8 r 0 , 0 8 0 , 0 0 r 0 , 0 0 0,54 t 0,i15 0 , 0 0 r 0 , 0 0 0 , 0 0 t 0 , 0 0 0 , 0 0 r 0 , 0 0 0 . ( b t 0 , 0 6 0 , 0 0 r 0 , 0 0 0 , 0 0 , r 0 , 0 0 0,00 r 0,00 5 , m r 0 , 0 0 1 . 1 1 t 0 . 2 7 1 , 8 t O , 3 4 6 , 5 0 r 0 , 5 0 5,fl) r 0,00 { , 9 2 r 0 , 0 8 4 , 0 8 r 0 , 5 1 3 , 1 3 r 0 , 5 1 # f 5 , d ) r 0 , 0 0 3 , 9 7 r 0 , 4 1 1,21 r. 0,45 1 , 1 3 t D , 1 1 12* Berbedo nyoto dori konlrol p s 0,05 (WTcoxon,s ronk surn /esl), "* Berbedo songot nyolo dori konlrol p sO,Ol (Wilcoxon,sronksurn test). # Berbedo nyoto dori kontrol p s 0,O5 (Uji Bedo Nyoto Terkecit). ## Berbedo songol nyoto dori konlrol p < 0,01 (Uii Bedo Nyolo Terkecit),
PROCEEDINGS ITB, Vol.25, No.2l3, 199 I o b e l 6 . K o n d u n g o n k r o m i u m d i d o l o m d o r o h i n d u k , p l o s e n l o , d o n f e t u s m e n c i l u t u h y o n g b e r o s o l d o r i in d u k y o n g d i b e t i k r o r n i u m k l o r i d o d e n g o n d o s i s 3 0 m g C r l k g b e r o t b o d o n p o d o h o r i k e h o m i l o n k e - l 7 . - : Tidok ferdeieksi, ? 2 0 (g o (6 a
E 1 6
o -o cl 9 t o o E ctP s
J I' E G' Yo
0 1 . 6 3 6 1 2 W a k l u c e l e l a h p o m b e r l a n C r C l a (l a m ) -__Darah lnduk --+- Plaeenta -*- Fetue uluh
G q m b q r 5 . K o n d u n g o n k r o m i u m d i d o l o m d o r o h i n d u k , p l o s e n t o , d o n f e l u s m e n c i t u t u h y o n g b e r o s o l d o r i in d u k y o n g d i b e r i k t o m i u m k l o r i d o d e n g o n d o s i s 3 0 m g C r / k g b e r o t b o d o n p o d o h o r i k e h q m i l o n k e - ' l 7 . 2 4 Sanpel K a n d u n g a n c r ( F E l q b e r a t b a s a h ) Kontrol
Penga.matan setelah pernberian
1 , 5 j a n 3 jan 6 jan L2 j aru 24 j arn
Darah induk Plasenta Fegug utuh 9 r 6 6 4 , O 2 o , 2 I 8 r 4 1 5 . 3 1 0 , 5 8 2 , 0 3 1 8 , 8 3 o , 5 4 3 , B 9 8 , 8 7 s r 7 4 3 t 7 O L 4 . 3 4 5 r 8 0
PROCEEDINGS ITB, Vol.25. No.2l3, 1993
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kromium trivalen bersifat embriotoksik, teratogenik ringan, dilalukan dari darah induk ke fetus lewat plasenta, diakumulasikan di dalam tubuh fetus, dan sebagian diretensi di dalam plasenta.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pelaksanaan penelitian ini sebagian dilaksanakan di Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kimia Terapan, LIPI, Bandung, dan untuk itu kami mengucapkan terima kasih atas segala fasilitas yang telah diberikan.
DAT-TAR PUSTAKA
Conn, H.J., Darrow, M.A. & V.M. Emmel. 1960. Staining procedures. The Williams & Wilkins Co, Baltimore. p. 146-147.
Danielsson, B.R.G., Hassoun, E. & L. Dencker. 1982. Embryotoxicity of chromium: distribution in pregnant rnice and effects on embryonic cells in vitro. Arch. Toxicol.
5l:233-245.
Frey, P.R. 1958. College chemistry.2nd ed. Englewood Clitl's, New Jersey: Prentice Hall, I n c . p . 6 1 6 - 6 2 3 .
Gale, T.F. 1978. Ernbryotoxic effects of chromium trioxide in baursters. Environ. Res. 1 6 : 1 0 1 - 1 0 9 .
Gale, T.F. 1982. The embryotoxic response to maternal chromium trioxide exposure in di ff'erent stra i ns o f. hamsters. E nv ir on. R e s. 29 : 196 -2O3,
Greene, R.M. & R.M. Pratt. 1976. Developmental aspect of secondary palate formation. J.E.E.M. 36:225-245.
Iijima, S., Matsurnoto, N. & C.C. Lu. 1983. Transfer of chromic chloride to embryonic mice and changes in the embryonic nouse neuroepitheliunt.Toxicology.36:257-265. Kameyana, Y. 1981. Testing for environmcntal teratogenicity. Seminar Biologi, Institut
Teknologi Bandung.
Kayne, J.F., Komar, G., laboda, H. & R.E. Vanderlinde. 1978. Atomic absorption spectrophotometry of chromiumin serun and urine with a modified Perkin-Elmer 603 a to nri c a bs o rpti o n spectropho to mete r. C I in. C lrc m. 20(12):21 5 l -2 | 5 4.
Keino, H. & S. Kashiwamata. 1983. Cadmium accumulation after intraperitoneal injection of ll5tttcadrnium in selected tissues frour pregnant and non-pregnant nrice. C ong. Anom. 23:251 -265.
Matsulnoto, N., Iijirna, S. & H. Katsunuura. 1976. Placental transfer of chromic chloride and its teralogenic potential in elnbryonic rnice. "L Toxicol. Sci.2:l-13.
Merian, E. 1984. Introduction on environntental chentistry and global cycles of c h r o r u i u n r , n i c k e l , c o b a l t , b e r y l l i u n r , a r s e r u i c , c a d m i u m a n d s e l e n i u r n , a n d th e i r derivatives. Toxicol. Environ. C lrcm. 8:9-38.
M u n i r , W . 1 9 8 6 . F e l a l u a n n i k e l o l e h p l a s e n t a , p c n g a r u h n y a t e r h a d a p p e r k e m b a n g a n pralahir nrcncil (Mus muscuhrs) galur Australia serta penirnbunan pada jaringan induk. Tesis S2. Fakultas Pascasarjana, lnstitut Teknologi Bandung.
l 6 PROCEEDINGS ITB, Vol. 25, No.213, 199
Poswif lo, D. 1975. Causal mechanisms ol craniol'acial de formity. Brit. Med. Bull.3l:lo1-1 0 6 .
Rugh, R. 1968" Tlrc mouse -- its reproduction ond development^ Burgess Publishing Co. p . 1 0 2 , 2 1 6 - 2 2 6 , 2 5 1 .
Schardein, J.L. 1985. Chemically induced birth defects. New York & Basel: Marcel D c k k e r , I n c . p . 1 6 .
S r i v a s t a v a , H . C . & P . P . R a o . 1 9 7 9 . M o v e m c n t o f p a l a t a l s h e l v e s d u r i n g s e c o n d a r y p a l a t e closure in rat. Teratology. 19l.81-1O1.
Taylor, P. 1986. Practical teratology. Academic Press, Harcout Brace Jovanovich Publ. l,orrdon. p. 10-24, 48-98.
Trivedi, 8., Saxena, D.K., Murthy, R.C. & S.V. Chandra. 1989. Embryotoxicity and fetotoxicity of orally administcrcd hexavalent chromium in mice. Reprod^ Toxicol. 3:2'75-278.
Wallach, S. & R.L. Verch. 1984. Plancental transport of cbromiurn. J. Am. Coll. Nut. 3 : 6 9 - 7 4 .
Webster, W.S. & K. Messe rle. 1980. Changes in the mouse neuroepithelium associated w ith cadr.r.riu nr- induccd neu ra I tube de fects. Ter a tolo gy. 2l:7 9 -88.