MINAT PETANI DALAM BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN Umi Pudji Astuti dan Tri Wahyuni
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Kota Bengkulu 38119
Surel: umy_shadi@yahoo.co.id
ABSTRACT
Farmers interest in the cultivation of vegetables is a tendency in farmers to interested one or several types of vegetables especially in their yards. Application of Model Region Sustainable Food Houses (m-KRPL) is a strategic form that was used in urban and rural yard. Through m-KRPL, household food diversity can be realized, which in turn can increase the resilience and self-sufficiency of the household. This assessment carried out to determine the interest of farmers in choosing vegetables in their yards, and find out why farmers choose or set that commodities. The assessment was conducted in the Tebing Kaning village in October-November 2012, with sampling at 30 farmers-participants as vegetable growers in Tebing Kaning village KRPL purposively. Data consist of primary data include the characteristics and interests of domestic farmers. Secondary data were taken from the village, BPP ArgaMakmur , and the Agriculture office of North Bengkulu. Data were analyzed by descriptive and non-parametric statistical test Chi-square. The analysis showed that the farmers in Tebing Kaning village are interested in cultivating vegetablesin their yards as follows: cabbage, eggplant, cauliflower, lettuce, onions, tomatoes, peppers, spinach, and kale. Factors that affect the public in the decision to select vegetable crops grown include 1) cultivation aspect, 2) economic aspect, 3) other aspects: adequate food and family nutrition needs, the result is easily to manage as food, taste and most often consumed by the family. Keywords: interest, cultivation, vegetable, yard
PENDAHULUAN
Minat adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu yang merupakan kekuatan di dalam dan tampak di luar sebagai gerak-gerik. Dalam menjalankan fungsinya minat berhubungan erat dengan pikiran dan perasaan. Manusia memberi corak dan menentukan sesudah memilih dan mengambil keputusan (Heri, 1998). Minat petani dalam budidaya sayuran merupakan suatu kecenderungan dalam diri petani untuk tertarik membudidayakan satu atau beberapa jenis komoditas sayuran terutama di lahan pekarangan yang menjadi kebutuhan pangan petani.
Pangan merupakan komoditas penting dan strategis karena pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat
Kecukupan pangan menentukan kualitas sumberdaya manusia dan ketahanan bangsa. Oleh karena itu untuk membentuk manusia Indonesia yang berkualitas, pangan harus tersedia setiap saat dalam jumlah yang cukup, merata, aman, bermutu, bergizi, beragam, dan dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat (Suyastiri, 2008).
Kajian Rachman dan Ariani (2008) dalam Drajat Martianto dkk (2009) menunjukkan bahwa sejak tahun 2005 mayoritas masyarakat Indonesia di kota atau desa, kaya atau miskin memiliki satu pola pangan pokok yaitu beras dan mie. Konsumsi pangan masyarakat masih belum beragam dan seimbang, dan peranan pangan import seperti terigu, susu, kedele meningkat, sementara konsumsi pangan lokal seperti sagu, jagung dan umbi-umbian cenderung menurun. Konsumsi pangan sumber protein, vitamin dan mineral berupa pangan hewani, sayuran dan buah masih rendah.
Karena merupakan kebutuhan dasar manusia maka pangan haruslah pada setiap waktu dan tempat tersedia dalam kuantitas yang cukup dan dapat diakses (harganya terjangkau). Secara normatif sumber utama pasokan pangan harus dapat diproduksi sendiri (Sumaryanto, 2009). Salah satu tempat yang dapat digunakan untuk memproduksi bahan pangan adalah lahan pekarangan.
Lahan pekarangan memiliki fungsi multiguna, karena dari lahan yang relatif sempit ini, bisa menghasilkan bahan pangan seperti umbi-umbian, sayuran, buah-buahan; bahan tanaman rempah dan obat, bahan kerajinan tangan; serta bahan pangan hewani yang berasal dari unggas, ternak kecil maupun ikan. Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat: memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga (Badan Litbang Pertanian, 2011).
Salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut ialah memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga. Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat: memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga. Potensi lahan pekarangan sebagai salah satu pilar yang dapat diupayakan untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, baik bagi rumah tangga di pedesaan maupun di perkotaan (Kementerian Pertanian, 2012).
Prinsip utama pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) adalah mendukung upaya: 1) ketahanan dan kemandirian pangan keluarga, 2) diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, 3) konservasi tanaman pangan untuk masa depan, 4) peningkatan kesejahteraan keluarga (Mardiharini M, dkk, 2013). Salah satu inovasi yang dikembangkan dalam Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (m-KRPL) adalah penanaman berbagai jenis sayuran. Pada kegiatan m-KRPL Tahun 2012, komoditas yang diinovasi antara lain cabe,terung, tomat, kol bunga, sawi, kacang panjang, bayam, kangkung, timun, pare.
Oleh karena banyaknya sayuran yang diinovasi, maka perlu adanya penetapan komoditas di masing-masing kawasan sesuai dengan keinginan, minat dan kebutuhan petani sehingga kajian tentang minat petani dalam budidaya sayuran di lahan pekarangan perlu dilaksanakan.
Tujuan pengkajian adalah untuk: 1) mengetahui minat petani memilih komoditas sayuran di lahan pekarangan, dan 2) mengetahui alasan petani memilih atau menetapkan komoditas.
METODE
Pengkajian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Nopember 2012 pada Kelompok Pemanfaatan Pekarangan Desa Tebing Kaning, Kecamatan Arga Makmur Kabupaten Bengkulu Utara. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Tebing Kaning merupakan salah satu daerah yang dijadikan sebagai lokasi kegiatan m-KRPL BPTP Bengkulu dan menjadi desa percontohan di Kabupaten Bengkulu Utara. Metode yang digunakan dalam pengkajian ini adalah metode survei dengan penarikan petani contoh sebagai responden sebanyak 30 orang, dipilih menggunakan metode simple random sampling . Data yang diambil terdiri dari data primer dan data sekunder menggunakan quesioner. Data primer meliputi karakteristik petani dan minat petani terhadap sembilan komoditas utama yang dibudidayakan. Data sekunder diambil dari data desa, BPP Arga Makmur, dan Dinas Pertanian Kabupaten Bengkulu Utara. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif dan uji statistik nonparametrik Chi-square (X2), dengan rumus (Sugiyono, 2011) :
X2 = ∑( )2
Keterangan:
X2: Nilai chi-kuadrat
fe: Frekuensi yang diharapkan
fo: Frekuensi yang diperoleh/diamati
HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Desa Tebing Kaning
Desa Tebing Kaning Kecamatan Arga Makmur Kabupaten Bengkulu Utara dengan koordinat 102o11’46” BT dan 3o25'35” LS merniliki luas wilayah desa 155 ha yang terdiri dari 50 ha pemukiman dan perkebunan dan 105 ha daerah persawahan, penduduk Desa Tebing Kaning berjumlah 809 jiwa, 215 KK dengan dengan jumlah laki-laki 389 jiwa dan perernpuan 420 jiwa. Sebagian besar masyarakat Desa Tebing Kaning bekerja sebagai petani sehingga komoditas unggulannya adalah padi.
Kegiatan ibu rumah tangga di desa tersebut antara lain program PKK dan arisan bulanan. Kegiatan organisasi sosial budaya berupa kasidah rebana perempuan. Sementara organisasi keagamaan Majelis taklim desa (untuk laki-laki dan perempuan).
Luas pekarangan masyarakat per kk bervariasi 12 m2 hingga 2500 rn2. Lahan kering di Desa Tebing Kaning umumnya adalah Podsolik Merah Kuning yang mempunyai kesuburan lahan rendah.
Potensi usaha masyarakat di desa Tebing Kaning antara lain adanya penggilingan padi, usaha ayam pedaging, masyarakat yang memelihara hewan ternak (sapi, kambing, dan unggas), usaha pembibitan (sawit karet mahoni, gaharu, dan jenis kayu lainnya), kelompok usaha pemotong rumput, usaha perontokan padi, dan industri rumah tangga.
Karakteristik Petani Contoh
Karakteristik petani contoh yang diperoleh meliputi umur, tingkat pendidikan, dan luas lahan pekarangan rumah tangga petani. Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata umur petani contoh adalah 34,33 tahun dan tergolong usia produktif. Menurut Kusumosuwidho (1981) dalam Saleha Q, dkk. (2012), kelompok umur produktif mulai
umur 15-64 tahun. Dari 30 orang wanita responden, 100% wanita tersebut masuk kedalam umur produktif, sehingga mendukung keberhasilan (Rumah Pangan Lestari) RPL di Desa Tebing Kaning.
Tabel 1. Karakteristik Petani Pelaksana m-KRPL di Desa Tebing Kaning Tahun 2012 No Karakteristik Petani Contoh Kelompok Jumlah (orang) % 1. Umur 23 – 32 14 46,67 33 – 42 14 46,67 43 – 52 1 3,33 ≥ 53 1 3,33 Rata-rata 34,33 2. Pendidikan SD 3 10,00 SMP 9 30,00 SMA 13 43,33 Diploma/S1 5 16,67 Rata-rata 11,17 3. Luas Lahan 10 - 19 m2 12 40,00 20 - 29 m2 7 23,33 30 - 39 m2 2 6,67 40 - 49 m2 2 6,67 50 - 59 m2 1 3,33 > 60 m2 6 20,00
Sumber : Tabulasi data primer
Berdasarkan data pada Tabel 1, tingkat pendidikan formal yang pernah diikuti, sebagian responden (43,33%) berpendidikan sedang (SMA). Menurut Suyastiri (2008), semakin tinggi tingkat pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki seseorang, umumnya semakin tinggi pula tingkat kesadaran untuk memenuhi pola konsumsi yang seimbang dan memenuhi syarat gizi serta selektif dalam kaitannya tentang ketahanan pangan. Dikarenakan pendidikan wanita tani di Desa Tebing kaning rata-rata 11,17 tahun (SMA) yang termasuk kedalam tingkat pendidikan sedang, maka kondisi ini akan mempengaruhi pola pengambilan keputusan serta cara berusahatani yang dilakukan. Dalam hal menerima inovasi baru, petani dengan kondisi ini tergolong dalam kelompok mudah menerima inovasi baru dan juga mudah menerima dan menyampaikan ide atau gagasan.
keputusan petani dalam hal memilih komoditas tanaman dan cara penanaman yang dilakukan. Semakin luas lahan pekarangan seharusnya semakin banyak komoditas tanaman yang dapat ditanam, sedangkan lahan yang sempit mempengaruhi keputusan pemiliknya dalam memilih komoditas tanaman. Namun, pada lahan yang sempit dapat digunakan vertikultur yang memudahkan petani memanfaatkan lahan yang sempit dengan menanam berbagai komoditas sayuran. Menurut Mardiharini dkk (2012), penataan dan pemanfaatan pekarangan dapat dilakukan dengan cara penanaman di polybag, pot, vertikultur, bedengan, pagar, kolam, dan kandang.
Minat Petani terhadap Komoditas Sayuran yang Dibudidayakan
Pemilihan komoditas tanaman dilakukan berdasarkan pertimbangan atas kebutuhan pangan dan gizi keluarga, keanekaragaman pangan, pelestarian sumber pangan lokal, serta kemungkinan pengembangannya secara komersial. Dari hasil survei yang dilakukan oleh BPTP Bengkulu pada tahun 2011, tercatat ada enam (cabai, tomat, terung, sawi, bayam dan kangkung) dari dua puluh satu jenis sayuran yang mempunyai serapan pasar yang tinggi dan dijadikan komoditas yang direkomendasikan untuk ditanam di lahan pekarangan, khususnya di lokasi penerapan m-KRPL di 7 kabupaten dan kota di Provinsi Bengkulu.
Tabel 2 menunjukkan hasil pengkajian yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa terdapat tiga jenis tanaman sayuran, selain enam jenis tanaman sayuran yang direkomendasikan, yang dibudidayakan oleh rumah tangga pemanfaat lahan pekarangan di Desa Tebing Kaning, yaitu kol bunga, selada, dan daun bawang. Dari kesembilan jenis tanaman sayuran tersebut, minat rumah tangga untuk membudidayakan tanaman sayuran sawi merupakan minat tertinggi dibandingkan dengan kedelapan jenis tanaman sayuran lainnya. Hal ini disebabkan karena tanaman sawi merupakan tanaman yang mudah ditanam, mudah dalam pemeliharaan, cepat panen, bebas dari pestisida, dan disukai keluarga.
Menurut Saleha Q, dkk (2012), pola pengambilan keputusan untuk aktivitas domestik dalam aspek pengambilan keputusan untuk penyediaan makanan, lebih didominasi oleh istri (ibu rumah tangga). Misalnya, perencanaan menu (88,3%), cara mengolah dan penyajian (93,3%) dan pembagian ke anggota keluarga (95%). Oleh
pekarangan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dipengaruhi oleh peran seorang ibu rumah tangga.
Table 2. Minat petani dalam pemilihan komoditas sayuran di Desa Tebing Kaning Tahun 2012
No. Minat Petani
Jenis Tanaman Sayuran Jumlah Rumah Tangga Persentase 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Sawi Terung Kol Bunga Selada Daun Bawang Tomat Cabai Bayam Kangkung 29 26 23 20 17 16 14 10 9 96,67 86,67 76,67 66,67 56,67 53,33 46,67 33,33 30,00
Sumber : Data primer terolah
Keanekaragaman komoditas tanaman sayuran yang dibudidayakan akan mempengaruhi asupan gizi keluarga. Semakin beragam dan seimbangnya komposisi pangan yang dikonsumsi akan semakin baik kualitas gizi. Aneka ragam jenis tanaman sayuran yang dibudidayakan oleh rumah tangga pemanfaat lahan pekarangan terpadu di Desa Tebing Kaning, terbagi menjadi 19 ragam. Uji statistik non-parametrik Chi-square memperlihatkan bahwa lahan pekarangan yang ditanami sawi, terung, kol bunga, selada, bayam; sawi, terung, kol bunga, selada, bayam, kangkung; dan sawi, terung, kol bunga, selada, daun bawang, tomat, cabai merupakan kebanyakan yang dilakukan oleh rumah tangga, yaitu 3 (3,33%) rumah tangga. kemudian sawi, kol bunga, tomat, cabai; sawi, terung, kol bunga, selada, daun bawang, cabai; sawi, terung, kol bunga, selada, tomat, kangkung; sawi, terung, selada, daun bawang, tomat, cabai; dan sawi, terung, kol bunga, daun bawang, tomat, cabai, kangkung dengan jumlah masing-masing 2 (6,66%) rumah tangga. Kombinasi komoditas lainnya, masing-masing hanya ditanam di 1 (3,33%) lahan pekarangan rumah tangga (Tabel 3).
Menurut Tampubolon dalam Suyastiri (2008) diversifikasi bahan pangan merupakan suatu proses pemilihan pangan yang tidak tergantung pada satu jenis pangan saja tetapi lebih terhadap berbagai bahan pangan mulai dari aspek produksi, aspek
tangga. Diversifikasi pangan ditujukan pada penganekaragaman pangan yang berasal dari pangan pokok dan semua pangan lain yang dikonsumsi rumah tangga termasuk laukpauk, sayuran, dan buah-buahan. Hal ini dimaksudkan bahwa semakin beragam dan seimbang komposisi pangan yang dikonsumsi akan semakin baik kualitas gizinya.
Tabel 3. Aneka ragam jenis tanaman sayuran yang dibudidayakan oleh rumah tangga pemanfaat lahan pekarangan terpadu di Desa Tebing Kaning Tahun 2012
Jenis Tanaman Sayuran Observed N Persentase Hasil
1. Sawi, Kol Bunga 1 3,33%
2. Sawi, Terung, Kol Bunga 1 3,33%
3. Daun Bawang, Cabai,Bayam 1 3,33%
4. Sawi, Terung, Kol Bunga, Daun Bawang 1 3,33%
5. Sawi, Kol Bunga, Tomat, Cabai 2 6,66%
6. Sawi, Terung, Kol Bunga, Selada, Tomat 1 3,33%
7. Sawi, Terung, Kol Bunga, Selada, Bayam 3 9,99%
8. Sawi, Terung, Selada, Daun Bawang, Kangkung 1 3,33%
9. Sawi, Terung, Daun Bawang, Tomat, Bayam 1 3,33%
10. Sawi, Terung, Kol Bunga, Selada, Daun Bawang, Cabai
2 6,66%
11. Sawi, Terung, Kol Bunga, Selada, Daun Bawang, Kangkung
1 3,33%
12. Sawi, Terung, Kol Bunga, Selada, Tomat, Cabai 1 3,33%
13. Sawi, Terung, Kol Bunga, Selada, Tomat, Kangkung
2 6,66%
14. Sawi, Terung, Kol Bunga, Selada, Bayam, Kangkung
3 6,66%
15. Sawi, Terung, Selada, Daun Bawang, Tomat, Cabai 2 6,66% 16. Sawi, Terung, Selada, Daun Bawang, Tomat,
Bayam
1 3,33%
17. Sawi, Terung, Daun Bawang, Tomat, Cabai, Bayam 1 3,33%
18. Sawi, Terung, Kol Bunga, Selada, Daun Bawang, Tomat, Cabai
3 6,66%
19. Sawi, Terung, Kol Bunga, Daun Bawang, Tomat, Cabai, Kangkung
2 6,66%
Sumber : Data primer terolah
Alasan petani di Desa Tebing Kaning dalam mengambil keputusan untuk memilih jenis tanaman sayuran yang dibudidayakan di lahan pekarangannya adalah faktor: 1) Budidaya: mudah ditanam, mudah dalam pemeliharaan, cepat panen, terjamin
2) Ekonomi: mudah dalam pemasaran hasil. 3) Lainnya: mencukupi kebutuhan pangan dan gizi keluarga, hasilnya mudah dikelola untuk dijadikan bahan pangan, enak rasanya dan paling sering dikonsumsi keluarga.
KESIMPULAN
Pada budidaya sayuran di lahan pekarangan, Petani di Desa Tebing Kaning memilih sembilan jenis tanaman untuk dibudidayakan. Dari kesembilan jenis tanaman sayuran tersebut, sawi merupakan komoditas yang paling diminati oleh sebagian besar masyarakat. Minat masyarakat tersebut didasarkan pada beberapa aspek yang meliputi 1) Budidaya: mudah ditanam, mudah dalam pemeliharaan, cepat panen, terjamin bebas dari aplikasi pestisida, serta tanaman berumur pendek dengan hasil yang optimal. 2) Ekonomi: mudah dalam pemasaran hasil. 3) Lainnya: mencukupi kebutuhan pangan dan gizi keluarga, hasilnya mudah dikelola untuk dijadikan bahan pangan, enak rasanya dan paling sering dikonsumsi keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2011. Pedoman Umum MKRPL. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. IAARD Press
Heri, P. 1998. Pengantar Perilaku Manusia. Jakarta : EGC
Kementerian Pertanian. 2012. Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Kementerian Pertanian. Jakarta. IAARD Press
Mardiharini M, Purnomo S, Hanifah VW, Andrianyta H. 2012. Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Jakarta. IAARD Press
Martianto D, Briawan D, Ariani M, dan Yulianis N. 2012. Percepatan Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Pangan Lokal: Perspektif Pejabat Daerah dan Strategi Pencapaiannya. Jurnal Gizi dan Pangan 4.3.
Saleha Qoriah, Hartoyo, dan Dwi Hastuti. 2012. Manajemen Sumberdaya Keluarga: Suatu Analisis Gender dalam Kehidupan Keluarga Nelayan di Pesisir Bontang Kuala, Kalimantan Timur (Online). http://202.124.205.111/index.php/jikk/article/ view/5150/3526 [27 Nopember 2012].
Sumaryanto. 2009. Diversifikasi Sebagai Salah Satu Pilar Ketahanan Pangan. Makalah Seminar Memperingati Hari Pangan Sedunia. Jakarta. 1 Oktober 2009.
Suyastiri, N.M. 2008. Diversifikasi Konsumsi Pangan Pokok Berbasis Potensi Lokal dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Perdesaan di Kecamatan Semin Kabupaten Gunung Kidul. Ekonomi Pembangunan 13 (1):51-60.