• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM PEMBELAJARAN GEOMETRI (KUBUS DAN BALOK) PADA SISWA KELAS IV A DI SD 2 WIJIREJO SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 20112012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM PEMBELAJARAN GEOMETRI (KUBUS DAN BALOK) PADA SISWA KELAS IV A DI SD 2 WIJIREJO SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 20112012"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

REALISTIK DALAM PEMBELAJARAN GEOMETRI (KUBUS DAN

BALOK) PADA SISWA KELAS IV A DI SD 2 WIJIREJO

SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Teguh Muhammad Febrilastomo NIM: 08 1134 186

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

PERSEMBAHAN

SKRIPSI SEDERHANA INI SAYA PERSEMBAHKAN

UNTUK:

TUHAN YANG MAHA ESA

KEDUA ORANG TUA YANG SELALU MENDUKUNGKU

KAKAKKU YANG SELALU MEMBERIKAN DUKUNGAN

(5)

MOTTO

”KITA TIDAK AKAN PERNAH MENCAPAI APAPUN

DALAM HIDUP INI JIKA KITA HANYA

MEMBICARAKANNYA DAN LUPA

(6)
(7)
(8)

ABSTRAK

Febrilastomo, Teguh Muhammad, 2012. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Dalam Pembelajaran Geometri (kubus dan balok) Pada Siswa Kelas IV A SD 2 Wijirejo Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi S1. Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pendekatan pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV A SD 2 Wijirejo semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Hal ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa pada kompetensi dasar menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana terlihat pada kondisi awal kondisi awal 32 % dari 25 siswa belum mencapai nilai KKM yaitu 63. Penelitian dilakukan pada tanggal 4 Juni 2012 – 23 Juni 2012. Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dengan dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Pengumpulan data diperoleh dengan membandingkan hasil tes awal pada siklus satu dan tes akhir pada siklus dua untuk mengetahui jumlah siswa yang mencapai nilai KKM.

Nilai siswa yang belum mencapai KKM tersebut akan ditingkatkan menggunakan pendekatan PMRI, karena memiliki kekhasan yang sesuai dengan materi. Dengan pendekatan pembelajaran tersebut, siswa dapat mengetahui secara langsung bentuk kubus dan balok melalui benda-benda di sekitarnya, dapat berinteraksi secara aktif, serta dapat memecahkan masalah kubus dan balok sendiri. Hal tersebut tampak dalam pembelajaran siklus I yang memanfaatkan media yang sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-harinya, serta siklus II dengan siswa membuat karya berupa kubus dan balok sederhana berbahan dasar kertas karton. Dengan ini siswa akan merasa senang, tertarik, dan mudah memahami materi, sehingga nilai siswa semakin meningkat.

Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam prestasi belajar matematika materi bangun ruang (kubus dan balok). Hal tersebut dapat dilihat dari adanya peningkatan jumlah siswa yang mencapai nilai KKM. Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sebelum tindakan adalah 32%. Pada siklus I jumlah siswa yang mencapai nilai KKM meningkat menjadi 48%, kemudian pada siklus 2 menjadi 72,4%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi bangun ruang (kubus dan balok) pada siswa kelas IV A SD 2 Wijirejo semester genap tahun pelajaran 2011/2012.

 

(9)

ABSTRACT

Febrilastomo, Teguh Muhammad, 2012. The Improvement of Mathematics Learning Achievement Trough Realistic Mathematics Learning Approach In Geometri Study (cubes and paralleliped) In The Fourth Grade Students of Wijirejo 2 Elementary School Year Study 2011/2012. Skripsi S1. Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

The aim of this study is to know wether realistic mathematics learning approach can improve the student achievement in the fourth grade student of Wijirejo 2 Elementary School year study 2011/2012. This study was conducted because the result of the achievement was low in defining geometric characteristics basic competence. It was shown in pre study that 32% of 25 students didn’t reach KKM score 63. This study was conducted between the fourth of june 2012. Until the 23 of june 2012. This study was Class Action Research which was conducted in two cycles. Each cycles was conducted in one meeting. Collecting data was gain by company the result of pre test in the first cycles and post test in the second cycles to get to know the number of student who reached KKM score.

The students’ score who hadn’t reached KKM would be developed using PMRI approach, because it hase the same characteristic with the material. By using that approach, the students are able to understand directly the shapes of cubes and paralleliped through the things around them, to interact actively, and also to solve the cubes’ and parallelipeds’ problems. This ponit can be seen in the first cycles which use realia media. And in the second cycles, the students can make their own cubes and paralleliped using the paper. Trough this technique the students would feel happy, interested and understand easily the material so that the students’ score would increase.

The result of this study showed that RIM approach could increase the mathematics learning achievement in geometric study (cubes and paralleliped). This could be seen by the increasing the number of the studends who could reach KKM. The number of students before this research was 32%. In the first cycles the number of students who could reach KKM increased into 48%, then in the second cycles it became 72,4%. Therefore, it could be concluded that realistic mathematics learning approach could improve mathematics learning achievement in geometric study (cubes and paralleliped) in the fourth grade students of Wijirejo 2 Elementary School year study 2011/2012.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan petunjuk dan rahmatNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi yang berjudul Peningkatan Prestasi Belajar Matematika melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik dalam Pembelajaran Geometri (kubus Dan Balok) pada Siswa Kelas IV A Di SD 2 Wijirejo Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012 disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan sesuai dengan program studi yang ditempuh.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan, terutama kepada:

1. Rohandi, Ph. D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan USD.

2. Rm. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J, S.S, BST, M.A. Ketua Program Studi PGSD USD.

3. Drs. A. Sardjana, M.Pd., Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan dan meluangkan waktu untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi kependidikan ini. 4. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum. Dosen Pembimbing II yang telah banyak

memberikan dan meluangkan waktu untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi kependidikan ini.

5. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. Dosen Penguji yang telah memberikan arahan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Keluarga besar SD 2 Wijirejo yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

(11)
(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTARCT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penulisan Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 3

D. Perumusan Masalah ... 3

E. Batasan Istilah ... 3

(13)

G. Tujuan Penelitian ... 5

H. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. KAJIAN TEORI ... 6

A. Pengertian Prestasi Belajar ... 6

B. Pengertian Matematika ... 7

C. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik ... 9

D. Karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik ... 14

E. Konsep Pembelajaran Matematika dalam Pendekatan pembelajaran Matematika Realistik ... 17

F. Pengertian Pembelajaran Geometri dalam Pembelajaran Matematika .... 18

G. Tahap Pembelajaran Geometri ... 24

H. Hasil Penelitian Tindakan Kelas yang Menggunakan PMRI ... 26

I. Kerangka Berpikir ... 28

J. Hipotesis Tindakan ... 29

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Setting Penelitian ... 30

B. Rencana Tindakan ... 30

C. Desain Penelitian ... 32

D. Prosedur Penelitian ... 32

E. Teknik Pengumpulan Data ... 36

F. Teknik Analisis Data ... 37

G. Penyusunan Instrumen ... 37

H. Validitas Instrumen ... 38

I. Indikator Keberhasilan ... 38

(14)

BAB IV. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ... 40

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 40

B. Hasil Penelitian ... 46

C. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 51

BAB V. PENUTUP ... 54

A. Kesimpulan ... 54

B. Kelemahan Penelitian ... 54

C. Saran ... 55

(15)

DAFTAR BAGAN

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 32

Tabel 2. Kisi-kisi Soal Tertulis ... 37

Tabel 3. Kriteria Keberhasilan ... 39

Tabel 4. Kondisi Awal Prestasi Siswa ... 40

Tabel 5. Hasil Tes Evaluasi Siklus 1 ... 46

Tabel 6. Hasil Tes Evaluasi Siklus 2 ... 47

Tabel 7. Peningkatan Nilai Rata-rata Prestasi Siswa Siklus 1 dan 2 ... 49

Tabel 8. Perbandingan Rata-rata Nilai Akhir Siswa ... 49

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus ... 58

Lampiran 2. RPP Siklus I ... 59

Lampiran 3. RPP Siklus II ... 62

Lampiran 4. LKS Siklus I ... 65

Lampiran 5. LKS Siklus II ... 66

Lampiran 6. Soal Tes ... 67

Lampiran 6. Lampiran Pengamatan Sebelum Penelitian ... 68

Lampiran 7. Lampiran Pengamatan Saat Penelitian ... 69

Lampiran 6. Foto Pelaksanaan Kegiatan ... 70

Lampiran 7. Foto Alat Peraga ... 73

(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Afnil Guza, 2009:2). Dari pengertian pendidikan tersebut, sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sudah semestinya mengupayakan kondisi yang dapat mendukung siswa agar dapat mengembangkan potensi dirinya, sehingga siswa dapat berkembang menjadi manusia seutuhnya. Hal tersebut perlu dilakukan oleh guru dengan sungguh-sungguh memahami latar belakang, karakteristik, dan kemampuan yang ada dalam diri siswa di dalam kelas. Oleh sebab itu, guru perlu mengaplikasikan hal tersebut dengan cara proses belajar mengajar yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM), sehingga siswa tertarik dan mudah menyerap pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan sesuai dengan tahap perkembangannya. Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar mempunyai peranan penting dalam tahapan perkembangan siswa.

(19)

menghubungkan struktur untuk mendapatkan suatu pengertian dan mengaplikasikan konsep-konsep yang dimiliki ke dalam dunia nyata.

Dari pengertian tersebut, maka peneliti mengamati jika pelaksanaan pembelajaran matematika tentang geometri di SD 2 Wijirejo kelas IV A belum mendapatkan hasil yang maksimal. Hasil yang kurang maksimal tersebut diduga disebabkan karena metode penyampaian materi yang dilakukan guru memposisikan dirinya sebagai sentral dalam proses pembelajaran dan siswa sebagai penerima materi, sulitnya pengadaan alat peraga, serta siswa belum memahami materi yang diajarkan oleh guru sebelumnya. Pembelajaran tersebut membuat prestasi siswa belum mencapai rata-rata KKM. Hal ini dapat dilihat dalam hasil evaluasi awal yaitu rata-rata pencapaian belajar anak pada Kompetensi Dasar 8.1. Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana adalah 56.6, sedangkan KKM pada Kompetensi Dasar tersebut adalah 63. Permasalahan ini didukung oleh pemahaman anak masih sulit terhadap materi karena pembelajaran yang belum dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa (realistik).

(20)

B. Identifikasi Masalah

Dari pengamatan yang sudah dilakukan oleh peneliti, peneliti mendapatkan gambaran permasalahan-permasalahan yang muncul di kelas IV A SD 2 Wijirejo sebagai berikut: 1. Nilai siswa banyak yang belum mencapai KKM

2. Pembelajaran yang belum dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa.

C. Pembatasan Masalah

Peneliti menyadari bahwa untuk mengatasi masalah ini membutuhkan waktu yang tidak singkat dengan memperhatikan kendala-kendala yang ada. Untuk itu, peneliti membatasi pada Kompetensi Dasar 8.1 Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana yaitu: balok dan kubus, maka penelitian ini hanya pada usaha meningkatkan prestasi belajar matematika dalam pembelajaran geometri (kubus dan balok) kelas IVA melalui pendekatan pembelajaran matematika realistik.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dirumuskan peneliti adalah Apakah Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Dalam Pembelajaran Matematika Geometri (kubus dan balok) Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IVA di SD 2 Wijirejo Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012?

E. Batasan Istilah

Seperti yang telah diuraikan di atas, yang dimaksud dengan:

1. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

(21)

3. Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik dalam penelitian ini adalah Pendekatan pembelajaran yang mengaitkan materi matematika dengan realita kehidupan sehari-hari.

4. Geometri adalah belajar untuk bernalar menghasilkan simbol-simbol, menghubungkan struktur untuk mendapatkan suatu pengertian dan mengaplikasikan konsep-konsep yang dimiliki ke dalam dunia nyata. Bernalar dalam hal ini adalah menghubungkan dasar-dasar perhitungan, pengukuran, dan penggambaran bentuk obyek ke dalam dunia nyata. Materi geometri akan dibatasi dalam pengertian kubus yaitu bangun ruang yang dibatasi oleh 6 persegi yang sama dan sebangun, serta balok yaitu bangun ruang yang dibatasi oleh 3 pasang sisi berbentuk persegi panjang yang masing-masing pasangan sama dan sebangun.

Dari batasan istilah diatas dapat disimpulkan yang dimaksud dengan judul penelitian ini adalah usaha yang dilakukan guru untuk meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran geometri (kubus dan balok) di kelas IVA SD 2 Wijirejo semester genap tahun pelajaran 2011/2012 dengan menggunakan metode pembelajaran matematika realistik untuk mendapatkan hasil yang maksimal dengan harapan siswa mengalami peningkatan nilai rata-rata.

F. Pemecahan Masalah

(22)

G. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti tentang adanya peningkatan prestasi siswa kelas IVA SD 2 Wijirejo pada materi geometri (kubus dan balok) melalui pendekatan pembelajaran matematika realistik.

H. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Peneliti

Dapat memberikan motivasi dalam menerapkan salah satu contoh pembelajaran inovatif dalam meningkatkan prestasi siswa.

2. Bagi Pembaca

Dapat menjadi bahan referensi dalam menunjang kegiatan yang berkaitan dengan judul penelitian ini.

3. Bagi Guru SD 2 Wijirejo

Menerapkan salah satu pendekatan pembelajaran inovatif yang mengaktifkan siswa untuk memperoleh prestasi yang maksimal.

4. Bagi siswa kelas IVA SD 2 Wijirejo

meningkatkan prestasi belajar matematika siswa pada materi geometri (kubus dan balok).

5. Bagi Program Studi

(23)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Sudjana (1990:22) prestasi adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan baru yang tersimpan didalam memori siswa. Menurut Winkel (1989:102) Prestasi adalah hasil suatu penilaian dibidang pengetahuan, ketrampilan dan sikap sebagai hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil dari proses belajar.

Slameto (2003:2) mengemukakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

(24)

Menurut Gage (Ratna Willis Dahar, 1988:12) belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Dalam pengertian ini, pengalaman hidup sehari-hari yang dialami seseorang dalam bentuk apapun dapat dikatakan sebagai belajar, karena pengalaman hidup dapat mempengaruhi kepribadian yang dimiliki oleh setiap orang. Pernyataan ini dapat dilihat pada seorang anak tertarik terhadap nyala api yang berwarna kuning kemerahan. Ia mendekat kemudian memegangnya. Namun tangannya terasa panas dan sakit. Iapun menangis yang selanjutnya ia tidak akan memegangnya lagi, namun hanya sebatas melihatnya.

Dari pengertian prestasi dan belajar seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan perubahan perilaku sebagai hasil dari belajar. Proses belajar yang baik akan berdampak positif pada hasil prestasi belajar dalam bentuk tingkah laku orang yang sedang belajar, sebaliknya proses belajar yang kurang baik akan berdampak negatif pada tingkah laku orang yang sedang belajar. Dari berbagai pengertian di atas, jelaslah bahwa prestasi belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar yang dilakukan siswa.

B. Pengertian Matematika

Secara etimologis, matematika berasal dari bahasa latin mantehanein atau

mathemata yang berarti ‘belajar atau hal yang dipelajari’ (“things that are learned”). Dalam Bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuaannya berkaitan dengan penalaran. Menurut Catur Supatomo (2002:5), definisi matematika adalah:

(25)

gunung berbeda dengan laut, pohon yang satu berbeda dengan pohon yang lainnya. Kesadaran macam inilah yang menjadi bibit lahirnya Geometri. Maka tidaklah mengherankan apabila geometri dianggap sebagai bagian matematika yang tertua”.

Sementara itu Riedesel, dkk. (Catur Supatmono, 2002:7), mendefinisikan mengenai apa yang dimaksud dengan matematika atau pelajaran matematika.

a. Matematika bukanlah sekedar berhitung,

b. Matematika merupakan kegiatan pembangkitan masalah dan pemecahan masalah. c. Matematika merupakan kegiatan menemukan dan mempelajari pola serta

hubungan.

d. Matematika adalah sebuah bahasa.

e. Matematika merupakan cara berpikir dan alat berpikir.

f. Matematika merupakan bangunan pengetahuan yang terus berubah dan berkembang.

g. Matematika bermanfaat bagi semua orang.

h. Pelajaran matematika bukan hanya sekedar untuk mengetahui matematika, tetapi terutama untuk melakukan matematika.

i. Pelajaran matematika merupakan suatu jalan menuju berpikir mardeka.

Pendapat Riedesel, dkk. di atas, tidak jauh berbeda dengan yang diungkapkan oleh Andi Nasution (Catur Supatmono, 2002:7), yang intinya menyebutkan bahwa “matematika merupakan ilmu struktur, urutan (order), dan hubungan yang meliputi dasar-dasar perhitungan, pengukuran, penggambaran bentuk objek”.

Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian matematika adalah sebagai berikut:

(26)

b. Matematika merupakan kegiatan menemukan dan mempelajari pola serta hubungan, yang meliputi dasar-dasar perhitungan, pengukuran, dan penggambaran obyek.

c. Matematika adalah sebuah bahasa simbol,

d. Matematika merupakan cara berpikir dan alat berpikir,

e. Matematika merupakan bangunan pengetahuan yang terus berubah dan berkembang,

f. Matematika bermanfaat bagi semua orang,

Dengan demikian matematika sesungguhnya bukan pembelajaran yang jauh dari kehidupan siswa, tetapi matematika adalah pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Oleh karena guru atau calon guru harus berusaha mengaplikasikan pembelajaran matematika yang berkaitan dengan kehidupan siswa agar siswa memiliki prestasi belajar yang baik pada pembelajaran matematika.

C. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik

Sebelum kita mengkaji tentang pengertian Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik, terlebih dahulu kita harus mengetahui latar belakang munculnya pendekatan pembelajaran ini.

Realistic mathematic education, yang diterjemahkan sebagai pendekatan pembelajaran matematika realistik (PMR) adalah sebuah pendekatan belajar matematika yang dikembangkan pada tahun 1970-an oleh sekelompok ahli dari

(27)

awalnya merupakan reaksi penolakan kalangan pendidik matematika dan matematikawan Belanda terhadap gerakan matematika modern yang melanda sebagian besar dunia saat itu seperti diungkapkan Suryanto (2010:13).

Menurut Suryanto (2012:37) upaya pembaharuan pendidikan matematika pada kurun waktu tahun 1970-an yang dipelopori oleh Hans Freudenthal dan dikembangkan di Freudenthal Institute kemudian mulai diadaptasikan di Indonesia yang sering disebut dengan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). PMRI adalah pendidikan Matematika sebagai hasil adaptasi dari Realitic Mathematic Education

(RME) yang telah diselaraskan dengan kondisi budaya, geografi, dan kehidupan masyarakat Indonesia.

Freudenthal (Suryanto, 2010:14) berpendapat bahwa matematika sebaiknya diajarkan dengan mengaitkannya dengan realitas sejalan dengan pengalaman siswa, serta relevan dengan masyarakat. Berdasarkan pemikiran tersebut, PMR mempunyai ciri antara lain bahwa dalam proses pembelajaran siswa harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali matematika melalui bimbingan guru, dan bahwa penemuan kembali ide dan konsep matematika tersebut harus dimulai dari penjelajahan berbagai situasi dan persoalan “dunia riil”.

(28)

pelajaran, melainkan sebagai kegiatan manusia (Human Activity). Demikian juga pandangan Freudenthal, bahwa matematika terkait dengan realitas, dekat dengan dunia anak, dan relevan bagi masyarakat, sehingga apa yang harus dipelajari bukan matematika sebagai sistem tertutup, melainkan sebagai suatu kegiatan, yakni proses matematisasi matematika. Hal ini diperjelas oleh pernyataan Gravemeijer (Daitin Tarigan, 2006:3) bahwa matematika sebagai kegiatan manusiawi, aktivitas pemecahan masalah, pencarian masalah, dan aktivitas pengorganisasian materi pelajaran”. Ini dapat berupa materi dari realitas yang harus diorganisasikan menurut pola-pola matematis, yaitu jika masalah dari realitas hendak dipecahkan oleh siswa dalam proses pembelajaran.

Menurut pendapat Piaget (Pitadjeng, 2006:27-28) pada umumnya anak SD berumur sekitar 6/7-12 tahun berada pada periode operasional konkret. Periode ini disebut operasional konkret sebab berpikir logikanya didasarkan pada manipulasi fisik objek-objek konkret. Anak yang masih berada pada periode ini untuk berpikir abstrak masih membutuhkan bantuan memanipulasi objek-objek konkret atau pengalaman-pengalaman yang langsung dialaminya. Oleh karena itu pembelajaran matematika harus didasarkan pada benda-benda nyata atau konkret agar mempermudah peserta didik memahami konsep-konsep matematika

Menurut Elaine.B Johnson (2002:35) juga mengatakan bahwa:

(29)

Dari pendapat Elaine.B Johnson di atas memberikan kepada kita satu bentuk pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran matematika sebaiknya diaplikasikan dalam dunia nyata yang ditemukan siswa sehari-hari, sehingga proses pembelajaran matematika adalah memberikan pengalaman kepada siswa tentang pemecahan masalah yang dihadapi siswa sehari-hari.

Syaiful Sagala (2006:88) juga memberikan pandangan bahwa konstruktivisme (Construstivism) merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan dengan tidak tiba-tiba”. Pengetahuan bukan hanya seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap diambil dan diingat. Akan tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Landasan berpikir konstruktivisme ini agak berbeda dengan pandangan kaum obyektivitas, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran, sehingga dalam padangan konstruktivisme, strategi memperoleh pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa; (2) memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri; dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

Menurut Romberg (Daitin Tarigan, 2006:3) mulai tahun 1990-an pembelajaran matematika realistik merupakan pendekatan dalam pendidikan matematika, diadaptasi di beberapa sekolah di Amerika Serikat. Pendekatan ini muncul dengan nama

(30)

pada tahun 2001 di beberapa Perguruan Tinggi secara berkolaboratif melalui Proyek Pendidikan Matematika Realistik di SD. Dengan demikian, Indonesia merupakan salah satu negara yang baru dalam mengadopsi pembelajaran matematika realistik, untuk itu perlu direalisasikan di sekolah dasar saat ini.

Paradigma baru dalam pembelajaran sekarang ini khususnya Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia menekankan terhadap proses pembelajaran dimana aktivitas siswa dalam mencari, menemukan dan membangun sendiri pengetahuan yang dia perlukan benar-benar menjadi pengalaman belajar tersendiri bagi setiap individu. Menurut Suryanto (2010, 41):

a) Penemuan Kembali secara Terbimbing. Melalui masalah kontekstual yang realistik dan mengandung topik-topik matematis tertentu yang disajikan, siswa diberi kesempatan untuk membangun dan menemukan kembali ide dan konsep matematis.

b) Matematisasi Progresif. Upaya mengarah ke pemikiran matematis dan dikatakan progresif karena dilalui dalam dua langkah berurutan, yaitu: (i) matematisasi horizontal (berawal dari masalah kontekstual yang diberikan dan berakhir pada matematika yang formal), dan kemudian (ii) matematisasi vertikal (dari matematika formal ke yang lebih luas/rumit).

c) Fenomena Didaktis. Menekankan pada fenomena pembelajaran yang bersifat mendidik dan pentingnya masalah kontekstual untuk memperkenalkan topik-topik matematika kepada siswa.

(31)

mustahil siswa akan mengembangkan model sendiri untuk mempermudah pemahamannya. Paradigma baru pendidikan sekarang ini juga lebih menekankan pada peserta didik sebagai manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Dalam PMRI, siswa dipandang sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya sehingga siswa dapat mengembangkan pengetahuan tersebut apabila diberikan kesempatan untuk mengembangkannya. Dengan demikian, siswa harus aktif dalam pencarian dan pengembangan pengetahuan.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas kita dapat menarik suatu pengertian bahwa pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik adalah suatu pendekatan pengajaran dalam pembelajaran matematika yang berdasarkan pada ide bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa sebagai suatu sumber pengembangan dan sebagai area aplikasi dalam proses pendidikan. Dengan kata lain, Pendekatan Matematika Realistik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran. Dengan demikian seharusnya proses pembelajaran matematika dilaksanakan secara realistik yang memungkinkan siswa untuk belajar lebih bermakna sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa.

D. Karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik

(32)

pembelajaran. Adapun beberapa karakateristik Pembelajaran Matematika Realistik adalah sebagai berikut:

Menurut De Lange (Kemendiknas, 2010:11), karakteristik PMRI secara umum adalah sebagai berikut:

a. Penggunaan konteks dalam aksplorasi fenomenologis

Titik awal pembelajaran sebaiknya nyata, sesuai dengan pengalaman siswa. Sehingga nantinya siswa dapat melibatkan dirinya dalam kegiatan belajar tersebut dan dunia nyata dapat menjadi alat untuk pembentukan konsep.

b. Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep

Dikarenakan dimulai dengan suatu hal yang nyata dan dekat dengan siswa, maka siswa dapat menggembangkan sendiri model matematika. Dengan konstruksi model-model yang mereka kembangkan dapat menambah pemahaman mereka terhadap matematika.

c. Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa

Pembelajaran dilaksanakan dengan melibatkan siswa dalam berbagai aktivitas yang diharapkan memberikan kesempatan, atau membantu siswa, untuk menciptakan dan menjelaskan model simbolik dari kegiatan matematis informalnya.

d. Sifat aktif dan interaktif dalam peroses pembelajaran

(33)

kerjasama, evaluasi dan negosiasi eksplisit adalah elemen-elemen esensial dalam peroses pembelajaran.

e. Kesalingterkaitan (intertwinement) antara aspek-aspek atau unit-unit matematika Struktur dan konsep-konsep matematis yang muncul dari pemecahan maalah realistik itu mengarah ke interwining (pengaitan) antara bagian-bagian materi. Integrasi antar unit atau bagian matematika yang menggabungkan aplikasi menyatakan bahwa keseluruhan saling berkaitan dan dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah dikehidupan nyata.

Menurut Marpaung (dikutip Kemendiknas, 2010:12), selain lima karakteristik dasar diatas, untuk memberikan ciri khas Indonesia, maka ditambahkan karakteristik keenam yaitu mencirikan khas alam dan budaya Indonesia dengan semakin dekat konteks-konteks yang diberikan diharapkan akan menambah pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diberikan.

Selain pendapat di atas Gravemeijer (Daitin Tarigan, 2006:6) menyatakan bahwa pembelajaran Matematika Realistik memiliki 5 karakteristik diantaranya:

1) Penggunaan Konteks: proses pemebelajaran diawali dengan keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah kontekstual,

2) Instrumen vertikal: Konsep atau ide matematika direkonstruksikan oleh siswa melalui model-model intrumen vertikal, yang bergerak dari prosedur infomal ke bentuk formal,

3) Kontribusi siswa: Siswa aktif mengkonstruksi sendiri bahan matematika berdarkan fasilitas dengan lingkungan belajar yang disediakan guru, secara aktif menyelesaikan soal dengan cara masing-masing,

4) Kegiatan interaktif: Kegiatan belajar bersifat interaktif, yang memungkinkan terjadinya komonikasi dan negosiasi antar siswa,

5) Keterkaitan topik: Pembelajaran matematika terkait dengan berbagai topik metematika secara integrasi.

(34)

hal mendefinisikan karakteristik pembelajaran matematika realistik, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika sedikitnya memiliki 5 karaktersitik yaitu sebagai berikut:

1) Menggunakan masalah yang kontekstual yang realistik (realistic contextual probems) digunakan untuk memperkenalkan ide dan konsep matematika kepada siswa,

2) Siswa menemukan kembali ide, konsep, dan prinsip atau model matematika melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik,

3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang mereka temukan (yang biasanya ada yang berbeda, baik cara menemuakannya maupun hasilnya),

4) Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran matematika.

5) Keterkaitan topik antara suatu topik dengan topik yang lainnya maupun keterkaitan topik dengan masalah yang realistik.

E. Konsep Pembelajaran Matematika dalam Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik

Prinsip atau ide yang mendasari Pendekatan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah situasi dimana siswa diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide-ide matematika. Berdasarkan situasi realistik, siswa didorong untuk mengkontruksi sendiri masalah realistik, karena masalah yang dikontruksi oleh siswa akan menarik siswa lain untuk memecahkannya.

(35)

nyata. Hal ini diungkapkan oleh Hariwijaya (2009:43), yang mengatakan bahwa Matematisasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal.

“Matematisasi horizontal adalah pengidentifikasian, perumusan, dan visualisasi masalah dalam cara-cara yang berbeda, dan pentransformasian masalah dunia rill ke dalam bentuk matematik. Matematisasi vertikal adalah refresentasi hubungan-hubungan dalam rumus, perbaikan dan penyesuaian model matematik, penggunaan model-model yang berbeda, dan penggenaralisasian”.

Menurut Hariwijaya (2009:44), “Berdasarkan matematisasi horizontal dan vertikal,

“Pendekatan dalam pendidikan Matematik dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu mekanistik, emperistik, strukturalistik, dan realistik”. Pendekatan mekanistik merupakan pendekatan tradisonal dan didasarkan pada apa yang diketahui dari pengalaman sendiri (diawali dari yang sederhana ke yang lebih kompleks). Pendekatan emperistik merupakan pendekatan dimana konsep-konsep matemtika tidak diajarkan, dan diharapkan siswa dapat menemukan melaui matematisasi horizontal. Pendekatan strukturalistik adalah pendekatan yang menggunakan sistem formal. Sedangkan pendekatan realistik adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran”.

Menurut Hariwijaya (2009:44), permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari merupakan sumber pembelajaran matematika yang efektif. Menunjukan dua proses matematisasi yang berupa siklus di mana “permasalahan hidup” tidak hanya sebagai sumber matematisasi, tetapi juga sebagai tempat untuk mengaplikasikan kembali matematika.

F. Pengertian Pembelajaran Geometri dalam Pembelajaran Matematika

(36)

Menurut Daitin Tarigan (2006:61), yaitu geometri berkenaan dengan konsep-konsep abstrak yang diberi simbol-simbol. Konsep-konsep-konsep ini dibentuk dari beberapa unsur yang tidak didefinisikan menurut sistem deduktif. Menurutnya “konsep geometri harus dipahami lebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol. Belajar geometri adalah bernalar menghasilkan simbol-simbol, menghubungkan struktur untuk mendapatkan suatu pengertian dan mengaplikasikan konsep-konsep yang dimiliki ke dalam dunia nyata”.

Tujuan pembelajaran geometri adalah agar siswa memperoleh rasa percaya diri mengenai kemampuan matematikanya, menjadi pemecah masalah yang baik, dapat berkomunikasi secara matematik, dan dapat bernalar secara matematika.

Menurut John L. Marks (Bambang Sumantri, 1988:121) Pembelajaran geometri di sekolah dasar mempunyai tujuan dasar untuk memberikan suatu kesempatan kepada murid untuk menganalisis lebih jauh dunia tempat hidupnya, serta memberikan sejak dini landasan berupa konsep-konsep dasar dan peristilahan yang diperlukan untuk studi lebih lanjut. Pengenalan geometri sebagai suatu cara memahami dan menginterpretasi lingkungan sekitar sejak sebelum sekolah. Siswa dapat melihat garis, sudut, kurva, balok, dan ide-ide geometri lainnya.

Dari materi geometri yang sangat luas, maka penulis mempersempit materi pada pembahasan kubus dan balok, yaitu:

(37)

sebangun, yaitu sisi ABCD, EFGH, ABFE, DCGH, ADHE, dan BCGF. Sisi ABCD disebut sisi alas, sisi EFGH disebut sisi atas, dan sisi lainnya disebut sisi tegak.

Untuk jaring-jaring kubus tersusun dari rangkaian enam buah persegi yang sama dan sebangun. Kubus memiliki 11 jaring-jaring penyusun, yaitu:

(38)

sisi ini, sisi-sisi yang saling berhadapan adalah sisi ABFE dengan DCGH, ABCD dengan EFGH, dan FBCG dengan EADH.

Untuk jaring-jaring balok, tersusun dari 6 buah persegi panjang yang saling berpasangan. Setiap pasangan balok sama dan sebangun. Balok memiliki 54 model jaring-jaring penyusun, yaitu:

(39)
(40)
(41)

bentuk-bentuk geometri untuk kubus dan balok yang sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dari penyataan tersebut dapat ditarik suatu pengertian bahwa geometri merupakan cabang matematika yang menghubungkan matematika dengan dunia nyata, dan suatu cara penyajian bidang yang abstrak menjadi lebih konkret.

G. Tahap Pembelajaran Geometri

Setiap tahap dalam teori Van Hiele, menunjukkan karakteristik proses berpikir siswa dalam belajar geometri dan pemahamannya dalam konteks geometri. Kualitas pengetahuan siswa tidak ditentukan oleh akumulasi pengetahuannya, tetapi lebih ditentukan oleh proses berpikir yang digunakan.

Van Hiele (Diatin Tarigan, 2006:62) menyatakan bahwa terdapat lima tahap siswa dalam belajar geometri yaitu: (i) Tahap Pengenalan, (ii) Tahap Analisis, (iii) Tahap Pengurutan, (iv) Tahap Deduksi, dan (v) Tahap Akurasi.

Adapun penjelasan dari tahap-tahap tersebut yaitu sebagai berikut: a. Tahap Pengenalan

Dalam tahap ini siswa mulai belajar mengenal suatu bentuk geometri secara keseluruahan, namun belum mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk geometri tersebut.

b. Tahap analisis

Pada tahap ini siswa sudah mengenal sifat-sifat yang dimiliki benda geometri yang diamati.

c. Tahap Pengurutan

(42)

penuh. Pada tahap ini siswa telah mampu mengurutkan, misalnya, ia sudah mengenal bahwa persegi adalah jajaran genjang, belah ketupat adalah layang-layang.

d. Tahap Deduksi

Pada tahap ini siswa telah mampu menarik kesimpulan secara deduktif, yakni penarikan kesimpulan dari hal-hal umum ke hal khusus.

e. Tahap Akurasi

Dalam tahap ini anak mulai menyadari betapa pentingnya ketepatan dari prinsip dasar yang melandasai sutu pembuktian. Tahap akurasi merupakan tahap berpikir yang tinggi, rumit dan kompleks. Oleh sebab itu tidak semua anak dapat sampai pada tahap berpikir ini sekalipun anak tersebut telah duduk di bangku SMA ataupun perguruan tinggi.

(43)

H. Hasil Penelitian Tindakan Kelas yang Menggunakan PMRI

Berikut ini adalah hasil beberapa penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan oleh guru dalam beberapa mata pelajaran di sekolah dasar:

1. Hasil penelitian dengan judul “Perbandingan Antara Minat Siswa Dan Proses Kegiatan Belajar Mengajar Pada SD Yang Menerapkan PMRI Dan SD Yang Tidak Menerapkan PMRI Dalam Pembelajaran Matematika”. Dalam penelitian ini tampak beberapa hasil diantaranya adalah:

Hasil penelitian pada SD yang menerapkan PMRI, yaitu:

a. Murid aktif, Guru aktif, dalam hal ini kedua faktor penentu sama-sama aktif dalam proses pembelajaran.

b. Pembelajaran dimulai dengan hal-hal yang sering dijumpai siswa.

c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri.

d. Guru menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Hasil penelitian pada SD yang tidak menerapkan PMRI

a. Guru memberi contoh soal.

b. Guru memberitahu cara penyelesaian soal. c. Guru memberikan soal serupa pada siswa. d. Guru membahas jawaban siswa.

(44)

2. Hasil penelitian dengan judul, “Penerapan Pembelajaran dengan Pendekatan PMRI Tentang Pokok Bahasan Perkalian Di Kelas II SD Negeri Timbulharo Tahun Ajaran 2009/2010”. Pemahaman siswa tentang makna perkalian masih sangat lemah. Siswa tidak mampu mempresentasikan yang lemah. Hanya terdapat 3 siswa yang mampu menentukan situasi yang tepat untuk msalah pada tipe 8, hal ini menunjukkan bahwa masalah konstektual belum begitu bermakna oleh sebagian besar siswa.

3. Hasil penelitian dengan judul, “Perbandingan Implementasi PMRI Dalam Proses Pembelajaran Matematika Di Dua Sekolah Mitra Tim PMRI”. Dari dua sekolah mitra tim PMRI, terdapat perbedaan implementasi pembelajaran matematika. Salah satu SD mitra yaitu SD N Timbulharjo menerapkan PMRI dengan baik walapun belum sepenuhnya berhasil, sehingga muncul pembelajaran yang mengaktifkan siswa, siswa yang diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, serta guru hanya sebagai fasilitator pada saat pembelajaran. Keadaan ini berbeda dengan SD mitra yaitu SD N Percobaan 2 yang belum menerapkan PMRI. Kegiatan pembelajaran matematika di SD N Percobaan 2 masih didominasi paradigma mengajar dengan ciri-ciri: guru aktif mentranfer ilmu pengetahuan, siswa pasif menerima pengetahuan, pembelajaran dimulai dengan guru menjelaskan konsep menyelesaikan soal, dan guru memberi latihan soal.

(45)

guru menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, siswa dihadapkan pada suatu masalah untuk diselesaikan sendiri dengan bantuan benda-benda nyata yang sering dijumpainya, memberikan kesempatan siswa untuk mengkonstruksikan sendiri pengetahuaannya. Dasar inilah yang digunakan peneliti dalam memanfaatkan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik untuk meningkatkan nilai prestasi belajar siswa kelas IV A pada materi geometri (kubus dan balok) semester genap tahun pelajaran 2011/2012.

I. Kerangka Berpikir

Penelitian ini berawal dari nilai ulangan matematika siswa pada kompetensi dasar 8.1 Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana, yang sebagian besar siswa belum mencapai KKM. Peneliti menyimpulkan dari hasil observasi bahwa nilai yang belum mencapai KKM tersebut dikarenakan pendekatan pembelajaran yang digunakan guru belum tepat serta kurangnya alat peraga yang dipergunakan.

(46)

dan balok. Pada siklus II, siswa dapat menggambarkan bentuk jaring-jaring kubus dan balok kemudian dipotong dan disusun menjadi bentuk kubus dan balok. Kegiatan ini akan memudahkan siswa dalam memahami materi, mudah dalam menanamkan konsep, serta pembelajaran yang lebih bermakna bagi siswa.

Hal ini sesuai dengan pendapat Jean Piaget, bahwa siswa Sekolah Dasar yang memiliki kemampuan berpikir konkret. Maka, pendekatan pembelajaran matematika realistik akan sangat cocok diterapkan di Sekolah Dasar, khususnya kelas IV. Pada pendekatan pembelajaran matematika realistik, siswa dihadapkan pada situasi matematika yang nyata dan konkret, sehingga memudahkan siswa untuk memahami materi yang disampaikan guru dengan harapan prestasi siswa dalam belajar dapat meningkat.

J. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir yang telah diungkapkan di atas, dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

(47)

BAB. III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian : SD 2 Wijirejo 2. Subyek Penelitian : Siswa SD Kelas IVA

3. Obyek Penelitian : Prestasi Siswa Belajar Matematika Dalam Pembelajaran Geometri

4. Waktu Penelitian : Bulan Juni, Tahun Ajaran 2011/2012

B. Rencana Tindakan 1. Persiapan

a. Permintaan ijin kepada Kepala Sekolah SD 2 Wijirejo.

Permintaan ijin ini dilakukan peneliti dengan menyerahkan surat ijin dari kampus serta menjelaskan maksud dari penelitian ini.

b. Observasi kepada siswa dan guru di kelas IV A.

Observasi kepada siswa dan guru di kelas IV A untuk mengetahui kondisi awal pelaksanaan pembelajaran sebelum dilakukannya penelitian

c. Identifikasi permasalahan dalam pelaksanaan pengajaran matematika.

Peneliti bersama guru kelas mengidentifikasi permasalahan yang muncul sebagai penyebab rendahnya prestasi siswa dalam materi geometri (kubus dan balok)

(48)

Peneliti bersama guru merumuskan pendekatan pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pembelajaran, kondisi siswa, dan kemudahan pengadaan alat peraga.

e. Membuat Silabus, RPP, LKS, dan Instrumen Penilaian.

Peneliti berkolaborasi dengan guru kelas untuk menyusun Silabus, RPP, LKS dan Instrumen Penilaian untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan kondisi siswa di kelas.

f. Membuat Rencana Tindakan.

Peneliti membuat rencana yang didiskusikan dengan guru kelas dalam melaksanakan tindakan untuk mengatasi permasalahan rendahnya nilai prestasi siswa. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan tindakan dapat sesuai dengan inti permasalahan.

2. Pelaksanaan Tindakan

a. Setelah diperoleh gambaran mengenai prestasi belajar matematika dalam pembelajaran geometri pada siswa dan hasil belajarnya, maka dilakukan tindakan yaitu untuk pembelajaran yang berkaitan dengan materi geometri di kelas IVA menggunakan metode pembelajaran matematika realistik dimana guru memfasilitasi dan mengkondisikan kegiatan belajar, sedangkan siswa sepenuhnya melakukan pembelajaran di kelas.

b. Melakukan pemantauan (observasi) pada prestasi belajar matematika tentang geometri pada siswa.

c. Melakukan evaluasi hasil belajar siswa (ulangan).

(49)

3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

NO KEGIATAN SIKLUS I SIKLUS II

1 2 3 4 1 2 3 4 1 Persiapan

2 Pelaksanaan 3 Evaluasi

4 Pengumpulan Data 5 Analisis Data 6 Penyusunan Hasil 7 Refleksi

C. Desain Penelitian

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kemmis dan Taggart

(Madya, 1994:25) yang setiap siklus terdiri dari empat komponen tindakan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi dalam suatu spiral yang saling terkait.

Siklus 1

Siklus 2

Bagan 1. Proses Penelitian Tindakan (Suharsimi Arikunto,2002:84) D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat langkah, yaitu:

(50)

rinci, mulai dari materi dan bahan ajar, rencana pengajaran yang mencakup metode mengajar, serta instrumen observasi dan evaluasi dipersiapkan dengan matang dalam tahap perencanaan ini.

2. Tindakan, yaitu implementasi (pelaksanaan) dari semua rencana yang telah dibuat. Tahap yang berlangsung di dalam kelas ini adalah realisasi dari segala teori pendidikan dan teknik mengajar yang telah disiapkan sebelumnya.

3. Observasi, yaitu kegiatan pengamatan dan pengumpulan data yang dilakukan pada saat berlangsungnya tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil penelitian melalui alat bantu instrumen yang dikembangkan oleh peneliti.

4. Refleksi, yaitu kegiatan untuk memproses data yang diperoleh saat dilakukan pengamatan. Data yang diperoleh kemudian ditafsirkan, dianalisis, dan dievaluasi untuk menyempurnakan tindakan berikutnya.

Secara operasional penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Siklus 1

Pada siklus 1 akan dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan selama 2 jam pelajaran, yang menekankan pada pengenalan bangun ruang beserta sifat-sifatnya dengan menggunakan benda-benda nyata yang sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari.

a. Perencanaan

(51)

alat peraga berbentuk kubus dan balok, yaitu: rubik, tempat pensil berbentuk balok, bungkus pasta gigi, bungkus balsem, dll., soal pre test dan post test, serta menyusun instrumen untuk pengumpulan data dengan pertimbangan guru kelas serta dosen pembimbing.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini dilaksanakan implementasi pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan PMRI sesuai dengan perencanaan. Langkah-langkah tindakan sebagai berikut:

1) Tahap pengenalan bangun ruang (kubus dan balok)

a) Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu siswa mampu menyebutkan dan menggambar bangun ruang (kubus dan balok) sesuai sifat-sifat bangun ruang yang diberikan.

b) Peneliti meminta siswa mengeluarkan media berupa benda-benda yang dibawa dari rumah, kemudian membandingkan bentuk benda serta mengidentifikasi nama bangun ruang dengan caranya sendiri.

c) Peneliti menggali pengetahuan awal siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran.

2) Tahap pengidentifikasian bangun ruang (kubus dan balok)

a) Peneliti membagi kelas menjadi beberapa kelompok masing-masing kelompok terdiri atas 2 siswa.

b) Siswa diminta agar mengidentifikasi bangun ruang (kubus dan balok) dan dicatat di dalam buku masing-masing.

c) Siswa menyampaikan hasil diskusi di depan kelas secara bergantian. d) Peneliti memberikan masukan terhadap hasil diskusi yang disampaikan

(52)

c. Observasi

Observasi dilaksanakan bersamaan dengan tahap tindakan. Pada tahap ini peneliti mengadakan pengamatan terhadap dampak dan hasil dari pelaksanaan tindakan.

d. Refleksi

Refleksi ini bertujuan untuk memperbaiki persiapan-persiapan untuk melakukan tindakan selanjutnya apabila tujuan penelitian belum tercapai. Data yang diperoleh pada hasil post test dianalisis kemudian dilakukan refleksi. Pelaksanaan refleksi berupa diskusi antara peneliti dan guru matematika yang bersangkutan. Diskusi tersebut bertujuan untuk mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan yaitu dengan cara melakukan penilaian terhadap proses yang terjadi, masalah yang muncul, dan segala hal yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan. Jika dengan tindakan yang diberikan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan meningkatnya prestasi siswa sesuai dengan KKM yaitu 63, maka penelitian dihentikan, tetapi jika belum dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, maka dilanjutkan ke siklus 2.

2. Siklus 2

Pada siklus 2 akan dilaksanakan selama 2 jam pertemuan, yang menekankan pada penentuan jumlah jaring-jaring kubus dan balok dengan pembuatan bangun ruang sederhana (kubus dan balok) berbahan dasar kertas manila dengan menerapkan sifat-sifat bangun ruang.

a. Perencanaan

(53)

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Guru melakukan apersepsi dengan mengingat kembali materi yang lalu mengenai bangun ruang dan contohnya.

2) Siswa diminta untuk membongkar kardus bekas sabun, pasta gigi, balsem geliga untuk mendapatkan jaring-jaring penyusun kubus dan balok dengan caranya sendiri.

3) Siswa diminta menggambar kotak-kotak dasar bangun ruang sesuai yang dicontohkan guru pada kertas manila

4) Siswa mulai memotong kertas manila dan membentuk potongan kertas manila dengan petunjuk guru

5) Guru menjelaskan bahwa gambar kotak-kotak dasar bangun ruang merupakan jaring-jaring bangun ruang.

6) Siswa diminta menggambar jaring-jaring bangun ruang pada buku catatan. c. Observasi

Pada tahap ini sama dengan observasi siklus 1 d. Refleksi

Pada tahap ini sama dengan refleksi siklus 1

E. Teknik Pengumpulan Data

(54)

F. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini, peneliti menentukan nilai siswa sebagai berikut: 1. Menentukan nilai per siswa

2. Menentukan jumlah siswa yang mencapai KKM (dalam %) X 100 %

Peneliti membandingkan jumlah siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal dengan target akhir untuk menarik kesimpulan apakah terjadi peningkatan atau tidak dan apakah siklus perlu dilanjutkan atau tidak.

G. Penyusunan Instrumen

Instrumen yang digunakan oleh peneliti antara lain: 1. Siklus I

Pada siklus pertama, instrumen yang digunakan adalah soal tes yang dikerjakan siswa secara perseorangan.

Tabel 2. KISI-KISI SOAL TES TERTULIS Kompetensi Dasar: 8.1. Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana

NO INDIKATOR Bentuk soal No. soal Ket. 1. Menjelaskan benda di sekitar yang

berbentuk kubus dan balok. Isian 1, 2, 3 2. Membedakan benda-benda di sekitar

yang berbentuk kubus dan balok Isian 4, 5

3. Menyebutkan jumlah jaring-jaring

kubus dan balok Isian 6, 7

4. Menjelaskan perbedaan jaring-jaring

kubus dan balok Isian 8, 9, 10

(55)

2. Siklus II

Pada siklus kedua, instrumen yang digunakan adalah soal tes yang sama dengan siklus I dengan harapan mendapatkan hasil yang meningkat dibandingkan dengan siklus I serta membuat ruang kubus dan balok berbahan dasar kertas karton sebagai hasil karya siswa.

H. Validitas Instrumen

Untuk memenuhi persyaratan yang baik bagi suatu instrumen maka harus diuji validitasnya. Validitas instrument yang digunakan oleh peneliti adalah validitas expert judgment yaitu diuji dengan beberapa pendapat para ahli. Uji validitas instrumen ini dengan menunjuk beberapa ahli dalam buku sekaligus dosen pembimbing dan guru kelas. Peneliti melakukan validitasi ini dengan mengkonsultasikan perangkat pembelajaran dan instrumen untuk mengumpulkan data kepada guru kelas, serta kepada dosen pembimbing.

I. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:

1. Meningkatnya prestasi siswa dalam pembelajaran matematika dalam pembelajaran geometri (kubus dan balok) dapat dilihat dari peningkatan nilai evaluasi siswa, yaitu jika terjadi peningkatan persentasi prestasi dari kondisi sebelum dilakukan tindakan, maka tindakan tersebut dinyatakan berhasil.  

(56)

Tabel 3. Kriteria Keberhasilan Kemampuan yang akan

ditingkatkan Kondisi Awal Kriteria Keberhasilan Peningkatan prestasi

belajar matematika materi geometri (bangun ruang) dengan benda-benda nyata.

32% dari 25 siswa mendapatkan nilai diatas 63 (berdasarkan tes tertulis yang diberikan)

65% dari 25 siswa mendapatkan nilai diatas 63 ( berdasarkan tes tertulis yang diberikan)

Peningkatan prestasi belajar matematika materi sifat-sifat geometri (bangun ruang) dengan pembuatan bangun ruang sederhana berbahan dasar kertas manila.

32% dari 25 siswa mendapatkan skor diatas 63 (berdasarkan tes tertulis yang diberikan).

65% dari 25 siswa mendapatkan skor diatas 63 (berdasarkan tes tertulis yang diberikan.

2. Meningkatnya nilai rata-rata kelas sehingga dapat mencapai KKM yang hendak dicapai.

J. Variabel Penelitian

(57)

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Diskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Dalam Pembelajaran Geometri Pada Siswa Kelas IV A SD 2 Wijirejo Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, dimana setiap siklusnya terdiri dari 1 (satu) kali pertemuan. Setiap pertemuan, seperti pelaksanaan PTK pada umumnya, dibagi menjadi 4 (empat) tahap yaitu Tahap Perencanaan Tindakan, Tahap Pelaksanaan Kegiatan, Tahap Observasi, dan Tahap Refleksi.

Pelaksanaan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diawali dengan pengambilan data kondisi awal, untuk mengetahui prestasi belajar matematika tentang geometri (kubus dan balok).

Tabel 4. Kondisi Awal Prestasi Siswa

No Nama Nilai Tuntas Tidak Tuntas

1 AA 43 - √ 2 AB 40 - √ 3 AC 33 - √ 4 AD 50 - √ 5 AE 50 - √ 6 AF 60 - √

(58)

No Nama Nilai Tuntas Tidak Tuntas

9 AI 68 √ - 10 AJ 60 - √

11 AK 65 √ - 12 AL 60 - √

13 AM 60 - √

14 AN 64 √ - 15 AO 56 - √

16 AP 66 √ - 17 AQ 68 √ - 18 AR 50 - √

19 AS 60 - √

20 AT 68 √ - 21 AU 50 - √

22 AV 56 - √

23 AW 65 √ - 24 AX 50 - √

25 AY 50 - √

JUMLAH 1395 8 17 Rata-rata dan Persentase 56.6 32% 68%

(59)

1. Siklus 1

Pada siklus 1 terbagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan Tindakan

Pada pertemuan 1 peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa, dan juga media pembelajaran berupa alat peraga berbentuk kubus dan balok, yaitu: rubik, tempat pensil berbentuk balok, bungkus pasta gigi, bungkus balsem, dll.,  soal pre test dan post test, serta menyusun instrumen untuk pengumpulan data dengan pertimbangan guru kelas serta dosen pembimbing.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada Siklus 1 dilaksanakan pada hari Rabu, 6 Juni 2012 berlangsung selama 2 X 35 menit. Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dibagi menjadi 3 (tiga) tahap sebagai berikut.

1) Tahap pengenalan bangun ruang (kubus dan balok)

a) Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu siswa mampu menyebutkan dan menggambar bangun ruang (kubus dan balok) sesuai sifat-sifat bangun ruang yang diberikan.

b) Peneliti meminta siswa agar mengeluarkan media berupa benda-benda yang dibawa dari rumah, kemudian membandingkan bentuk benda serta mengidentifikasi nama bangun ruang dengan caranya sendiri.

c) Peneliti menggali pengetahuan awal siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran.

2) Tahap pengidentifikasian bangun ruang (kubus dan balok)

(60)

b) Siswa diminta agar mengidentifikasi bangun ruang (kubus dan balok) dan dicatat di dalam buku masing-masing.

c) Siswa menyampaikan hasil diskusi di depan kelas secara bergantian. d) Peneliti memberikan masukan terhadap hasil diskusi yang disampaikan

siswa di depan kelas. c. Tahap Observasi

Hasil observasi yang didapatkan peneliti dalam siklus 1 ini adalah sebagai berikut:

1) Pembelajaran matematika tentang bangun ruang (kubus dan balok) melalui pendekatan matematika realistik yaitu menggunakan benda-benda yang sesuai dan sering digunakan siswa dalam kehidupan sehari-hari merupakan hal yang baru bagi siswa dan guru yang juga bertindak sebagai peneliti. 2) Antusiasme siswa bertambah ketika guru (peneliti) menggunakan media

benda nyata dalam pembelajaran.

3) Siswa belajar berani tampil di depan kelas untuk menyampaikan hasil kelompok yang sebelumnya hal ini belum pernah dilakukan.

d. Tahap Refleksi

Pada siklus 1, peneliti menyimpulkan bahwa:

1) Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan benda nyata yang sering dijumpai siswa sangat efektif untuk mempermudah pemahaman serta pemantapan konsep berpikir siswa.

(61)

2. Siklus 2

Pada siklus 2 terbagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan Tindakan

Pada siklus yang ke 2 peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa, peneliti juga meyiapkan alat yang digunakan untuk penunjang proses pembelajaran berupa gunting, lem, serta kertas karton.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pertemuan kedua ini dilaksanakan pada hari Kamis, 7 Juni 2012 yang dilaksanakan selama 2 X 35 menit (2jp). Uraian tindakan sebagai berikut: 1) Guru melakukan apersepsi dengan mengingat kembali materi yang lalu

mengenai bangun ruang dan contohnya.

2) Siswa diminta untuk membongkar kardus bekas sabun, pasta gigi, balsem geliga untuk mendapatkan jaring-jaring penyusun kubus dan balok dengan caranya sendiri.

3) Siswa mengamati perbedaan setiap jaring-jaring penyusun kubus dan balok dan digambarkan dalam buku catatan.

4) Siswa menyampaikan beberapa contoh jaring-jaring kubus dan balok di depan kelas.

5) Siswa membuat kubus dan balok sesuai sifat-sifat dan jaring-jaring yang sudah ditentukan guru berbahan dasar kertas manila yang sudah dipersiapkan siswa.

(62)

c. Tahap Observasi

Hasil observasi yang didapatkan peneliti dalam siklus 2 ini adalah sebagai berikut.

1) Guru yang juga bertindak sebagai peneliti mulai terbiasa dengan pembelajaran matematika menggunakan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik.

2) Antusiasme siswa bertambah saat siswa mulai menggambar jaring-jaring bangun ruang (kubus dan balok).

d. Tahap Refleksi

Pada siklus 2, peneliti menyimpulkan bahwa:

1) Kegiatan pembelajaran yang dilakukan sangat menarik bagi siswa. Hal ini terbukti dengan keaktifan siswa mengikuti pembelajaran saat membuka alat peraga berupa bungkus bekas pasta gigi, bungkus bekas sabun, dll., siswa tampak senang dan antusias dalam kegiatan ini.

2) Pada penelitian siklus 2, kegiatan pembelajaran lebih fokus pada penentuan jaring-jaring kubus dan balok yang dilakukan siswa dengan membuka kotak yang dibawa dari rumah. Setelah itu, hasil membuka kotak digambar dibandingkan dengan kotak yang lain, sehingga muncul jaring-jaring yang berbeda dari setiap kotak dan digambar dalam buku siswa. Tugas siswa selanjutnya menentukan jaring-jaring yang lain bersama teman di dalam kelompok.

(63)

peneliti memutuskan untuk menghentikan penelitian hanya sampai pada siklus 2.

B. Hasil Penelitian 1. Siklus 1

Pengukuran pada siklus 1 dengan alat ukur tes yaitu tes tertulis dengan KKM 63. Berikut adalah hasil tes siklus 1:

Tabel 5. Hasil Tes Evaluasi Siklus 1

No Nama Nilai Tuntas Tidak Tuntas

1 AA 43 - √ 2 AB 40 - √ 3 AC 33 - √ 4 AD 50 - √ 5 AE 60 - √ 6 AF 60 - √

7 AG 73 √ - 8 AH 40 - √

9 AI 70 √ - 10 AJ 60 - √

(64)

No Nama Nilai Tuntas Tidak Tuntas

16 AP 60 - √

17 AQ 70 √ - 18 AR 60 - √

19 AS 80 √ - 20 AT 73 √ - 21 AU 50 - √

22 AV 60 - √

23 AW 65 √ - 24 AX 60 - √

25 AY 60 √ - JUMLAH 1532 12 13 Rata-rata dan Persentase 61.28 48% 52%

2. Siklus 2

Pengukuran dari siklus 2 dilakukan dengan alat ukur tes yaitu tes tertulis. Prosentase keberhasilan yang ingin dicapai pada siklus 2 ini adalah 65% dengan nilai KKM 63. Berikut adalah hasil tes pada siklus 2:

Tabel 6. Hasil Tes Evaluasi Siklus 2

No Nama Nilai Tuntas Tidak Tuntas 1 AA 55 - √

2 AB 60 - √

(65)

No Nama Nilai Tuntas Tidak Tuntas

5 AE 70 √ - 6 AF 68 √ - 7 AG 73 √ - 8 AH 60 - √

9 AI 70 √ - 10 AJ 70 √ - 11 AK 100 √ - 12 AL 100 √ - 13 AM 70 √ - 14 AN 70 √ - 15 AO 70 √ - 16 AP 70 √ - 17 AQ 70 √ - 18 AR 75 √ - 19 AS 80 √ - 20 AT 73 √ - 21 AU 80 √ - 22 AV 70 √ - 23 AW 85 √ - 24 AX 70 √ - 25 AY 70 √ -

(66)

3. Hasil Analisis Data

Setelah pembelajaran pada siklus 1 dan siklus 2 berakhir perlu diadakan analisis data untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi yang diajarkan oleh guru dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik. dari hasil tes pada siklus 1 dan siklus 2 yang ditunjukkan dalam tabel 1 dan tabel 2 dapat dilihat peningkatan prestasi siswa seperti yang diuraikan dalam tabel 3 berikut ini:

Tabel 7. Peningkatan Nilai Rata-rata Prestasi Siswa Siklus 1 dan Siklus 2

Jumlah siswa yang memenuhi KKM

Kondisi Awal 25 1375 56.6 32% Siklus 1 25 1532 61.28 48 % Siklus II 25 1810 72,4 88 %

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa peningkatan nilai rata-rata siswa dari kondisi awal yaitu 55 meningkat menjadi 61.28 pada akhir siklus 1 dan diakhir siklus 2 meningkat menjadi 72.4. Hal tersebut membuktikan bahwa proses pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan prestasi siswa yang dapat dilihat dalam peningkatan nilai rata-rata siswa sebagai berikut:

Tabel 8. Perbandingan Rata-rata Nilai Akhir Siswa

Kondisi Awal Akhir Siklus 1 Akhir Siklus 2

(67)

Peningkatan rata-rata akhir kelas IV A SD 2 Wijirejo dapat dilihat dalam tabel perbandingan nilai akhir masing-masing siswa dari siklus 1 dan siklus 2. Tabel perbandingan nilai akhir masing-masing siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 9. Perbandingan Nilai Akhir Individu Siswa

NO Nama Siswa Nilai

Kondisi Awal Akhir Siklus 1 Akhir Siklus 2

(68)

NO Nama Siswa

Nilai

Kondisi Awal Akhir Siklus 1 Akhir Siklus 2

20 AT 68 73 73 21 AU 50 50 80 22 AV 56 60 70 23 AW 65 65 85 24 AX 50 60 70 25 AY 50 60 70

Jumlah 1395 1532 1810 Rata-rata 56,6 61,28 72,4 Prosentase siswa yang

mencapai KKM 32% 48% 88%

C. Pembahasan Hasil Analisis Data

Dari tabel perbandingan nilai akhir individu siswa di atas dapat dilihat nilai setiap siswa dibandingkan dengan nilai KKM yang harus diperoleh siswa mengalami peningkatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dari data kondisi awal sebanyak 32% siswa yang mencapai KKM. Pada siklus 1 naik menjadi 48% siswa yang mencapai KKM dan pada siklus 2 meningkat drastis menjadi 88% yang mencapai KKM. Nilai siswa dapat meningkat dikarenakan guru menggunakan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik yang mempunyai karakteristik sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Gravemeijer (Daitin Tarigan, 2006:6), yaitu: 1. Penggunaan konteks: Proses pembelajaran diawali dengan keterlibatan siswa dalam

(69)

2. Instrumen vertikal: Konsep atau ide matematika direkontruksikan oleh siswa melalui model-model instrumen vertikal, yang bergerak dari prosedur informal ke bentuk formal.

3. Kontribusi siswa: Siswa aktif mengkontruksi sendiri bahan matematika berdasarkan fasilitas dengan lingkungan belajar yang disediakan guru, secara aktif menyelesaikan soal dengan cara masing-masing.

4. Kegiatan interaktif: Kegiatan belajar bersifat interaktif, yang memungkinkan terjadinya komunikasi dan negosiasi antar siswa.

5. Keterkaitan topik: Pembelajaran matematika terkait dengan berbagai topik matematika secara integrasi.

Dari karakteristik PMRI yang disampaikan Gravemeijer di atas, pelaksanaan penelitian untuk siklus 1 lebih mengutamakan karakteristik mengenai penerapan penggunaan konteks dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada pelaksanaan pembelajaran yang diawali dengan pemecahan masalah kontekstual dan sering dijumpai siswa, yaitu: siswa diminta untuk menganalisis perbedaan bentuk penyusun, dan ukuran sisi dari kotak bekas bungkus sabun, pasta gigi, balsem. Selain itu, masalah yang diangkat oleh guru akan diselesaikan oleh siswa dengan caranya sendiri. Setelah itu, guru bersama siswa akan menyimpulkan hasil pemecahan masalah tersebut. Pelaksanaan pembelajaran ini sangat membantu dalam proses pemahaman siswa, dikarenakan siswa mempelajari materi diawali dengan masalah yang sering dijumpai siswa itu sendiri. Guru hanya mengaitkan masalah dengan materi yang akan disampaikan.

(70)

dimilikinya. Hal ini tampak pada kegiatan yang mengutamakan siswa untuk aktif dalam membongkar kotak bekas bungkus sabun, pasta gigi, dan balsem untuk mengetahui bentuk penyusun kotak-kotak tersebut. Dalam kegiatan ini, siswa tampak antusias dan senang karena melakukan hal yang baru serta belum pernah dilakukan, sehingga ingin mengetahui serta mengikuti jalannya pembelajaran dengan serius. Dari penerapan 2 karakteristik Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik seperti yang diungkapkan Gravemeijer diatas dalam pelaksanaan pembelajaran matematika materi bangun ruang (kubus dan balok) di kelas IV A, didapatkan peningkatan prestasi belajar sebanyak 56% (dari 32% menjadi 88%). Dengan demikian, hasil penelitian ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan prestasi belajar matematika dalam materi geometri (kubus dan balok) pada siswa kelas IV A SD 2 Wijirejo semester genap tahun pelajaran 2011/2012.

(71)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 4 Juni – 23 Juni 2012, pelaksanaan pembelajaran di kelas IV A materi bangun ruang (kubus dan balok) yang menerapkan karakteristik yang diungkapkan Gravemeijer yaitu;

1. Penggunaan Konteks: Proses pembelajaran diawali dengan keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah kontekstual.

2. Kegiatan interaktif: Kegiatan belajar bersifat interaktif yang memungkinkan terjadinya komunikasi dan negosiasi antara siswa dengan guru dan antara siswa dengan siswa.

Dapat disimpulkan bahwa Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV A di SD 2 Wijirejo semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan hasil evaluasi sebelum dilakukannya penelitian dibandingkan dengan hasil evaluasi setelah dilakukannya penelitian.

B. Kelemahan Penelitian

Dari hasil penelitian ada beberapa kelemahan yang dirasakan dan dialami peneliti, antara lain:

1. Sulitnya menemukan benda yang berbentuk kubus untuk membantu mempermudah pemahaman siswa.

Gambar

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian  ..................................................................
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tabel 2. KISI-KISI SOAL TES TERTULIS
Tabel 3. Kriteria Keberhasilan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian kali ini adalah untuk melihat apakah ada pengaruh dari strategi pengetahuan (Knowledge Strategies) sebagai variabel moderating yang mempengaruhi hubungan

HS: There is a negative interaction between per~eived social rewards and perceived controlling policy on affective commitment with lower involvement than

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

YAYASAN PESANTREN ISLAM AL AZHAR SMP ISLAM AL AZHAR 36. TAHUN

yang memiliki efikasi diri yang rendah dalam membuat keputusan karir ditandai. dengan ketidaktahuan terhadap kelebihan dan kekurangan dirinya,

Peran Kecerdasan Emosi, Keterlibatan Orang tua, dan Interaksi Teman Sebaya terhadap Delinkuensi Remaja.. Agustini Kadarwati S 300

Tiada siapa-siapa mengaku mudah menjadi ibu bapa. Susah senang dan kekecewaan membesarkan anak, lumrah bagi kebanyakan pasangan. Jarang-jarang ditemui anak 'baik'

Bagi memperkasakan pendidikan dalam menghadapi ekonomi global, penulis telah menyarankan empat strategi yang perlu dilakukan iaitu pertama, negara