Dakwah Melalui Tayangan Televisi
(Analisis Isi Pesan Dakwah tentang Materi Solusi KDRT dalam
Program Mamah dan Aa beraksi PadaTahun 2017)
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial
Oleh :
SRI WAHYUNINGSIH NIM:117-13-007
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (KPI)
FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
MOTTO
“
Sampaikanlahdarikuwalauhanyasatuayat
”
(HR. Bukhari)
KualitashidupAndaadalahkualitaskomunikasiAnda
PERSEMBAHAN
Skripsiinipenulispersembahkankepadakedua orang tuapenulis
BapakSuryonodanIbuWarsiti
AdiktercintaDewiRatna
Orang terkasih yang selalumensupportDiyan Ahmad
Teman yang selalumeluangkan waktu untuk
membantuTaufanArdiansyah, S.Sos, M Sulhi Mahbub, S.H
Teman-teman terdekat
“KPI”
Setiati Prihatini, Ainiyati, Rina, A’yun
,
Fiti, Ari, Adit, Huda, Teguh, Bagus, Noval, danteman-teman yang
tidakbisapenulissebutkansatupersatu
RekankerjaRirin, MbakZulaikha, Ibu Ida Julian, danMbakCecila
Terimakasih
ABSTRAK
Wahyuningsih, Sri. 2017. DAKWAH MELALUI TAYANGAN TELEVISI (ANALISIS ISI PESAN DAKWAH TENTANG MATERI SOLUSI KDRT DALAM PROGRAM MAMAH DAN AA BERAKSI PADA TAHUN 2017). Skripsi Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra Sri Suparwi, M.A
Kata Kunci: Dakwah, Pesan Dakwah, KDRT.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pesan dakwah tentang materi solusi KDRT dalam program Mama dan AA di Yotube. Pertanyaan yang ingin dijawab adalah (1) Apa isi secara umum program Mamah dan Aa Beraksi ? (2) Apa saja pesan dakwah yang terkandung dalam program Mamah dan Aa Beraksi ? (3) Bagaimana analisis pesan dakwah tentang solusi KDRT dalam program Mamah dan Aa Beraksi ?
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif Dengan analisis video di Youtube mengenai KDRT dalam program Mamah dan Aa Beraksi. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Metode deskriptif bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. Data yang terkumpul, dipaparkan berdasarkan klasifikasi sehingga tergambar pola atau struktur dari fokus masalah yang dikaji kemudian diinterpretasikan sehingga mendapatkan jawaban dari fokus penelitian tersebut.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan didapat beberapa temuan bahwa isi secara umum Program Mamah dan Aa Beraksi adalah Program Mamah dan Aa tersebut memberi kesempatan kepada pemirsa Indonesia untuk mencurahkan perasaan dan emosinya akan permasalahan yang sesuai dengan topik yang dibawakan acara tersebut. Sedangkan pesan dakwah yang terkandung dalam Program Mamah dan Aa Beraksi Pesan dakwah yang terkandung dalam materi solusi kdrt diatas yang pertama adalah nilai akidah, seperti uang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya bahwa akidah adalah beriman. Dalam setiap pembahasan tema diatas, Mamah Dedeh selalu memberikan solusi yang merujuk dalam Al-Quran dan hadis.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul " DAKWAH MELALUI TAYANGAN TELEVISI (ANALISIS ISI PESAN DAKWAH TENTANG MATERI SOLUSI KDRT DALAM PROGRAM MAMAH DAN AA BERAKSI PADA TAHUN 2017) ".
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabatnya, dan orang-orang yang senantiasa mengikuti jejaknya. Semoga kita semua mendapatkan syafa'atnya di hari kiamat kelak. Amiin.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini penulis banyak mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan dan kemampuan yang belum sempurna. Namun berkat adanya bantuan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak, syukur Alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Dr. Mukti Ali, M.Hum selaku dekan sekaligus dosen pembimbing akademik Fakultas Dakwah IAIN Salatiga
3. Dra. Maryatin, M. Pd selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam 4. Dra. Sri Suparwi, M.A, selaku pembimbing skripsi yang telah sudi
meluangkan waktunya untuk membimbing dalam penulisan skripsi
5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senatiasa mengharapkan masukan dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis memohon petunjuk dan berserah diri memohon ampunan dan rahmatNya.
Salatiga, 20 September 2017 Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
NOTA PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv
MOTTO... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
PENGANTAR... viii
DAFTAR ISI ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
D. Tinjauan Pustaka ... 8
E. Metode Penelitian ... 9
F. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Dakwah dan Pesan Dakwah ... 13
B. Unsur-Unsur Dakwah ... 18
C. Dasar Hukum dan Tinjauan Dakwah ... 21
E. Metode Dakwah ... 26
F. Tinjaun Tentang Televisi ... 27
G. Dakwah Melalui Televisi ... 30
H. Kekerasan dalam Rumah Tangga ... 33
BAB III GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Program Mamah dan Aa Beraksi ... 46
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pesan Dakwah Tentang Solusi KDRT dalam Program Mamah dan Aa Beraksi ... 55
B. Hasil Analisis Pesan Dakwah Tentang Solusi KDRT ... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70
B. Saran ... 71
C. Kata Penutup ... 72 DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan unit atau satuan masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Kelompok ini dalam hubungnnya dengan perkembangan individu sering dikenal dengan sebutan primary group. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat.
Keluarga terdiri dari orang-orang yang bersatu karena ikatan perkawinan, darah atau adopsi. Para anggota keluarga biasanya hidup berasama-sama dalam satu rumah yang saling berinteraksi dan berkomunikasi, yang memainkan peran suami dan istri, bapak dan ibu, dan anak. Dalam satu keluarga biasanya mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian besar berasal dari kebudayaan umum yang lebih luas (Anwar, 2013: 171).
Kehidupan antar anggota keluarga dalam satu rumah juga tak jarang mengalami kesalah pahaman dan perselisihan. Baik antara suami dengan istri, anak dengan orang tuanya atau sebaliknya yang disebabkan karena berbagai hal, seperti ekonomi/keuangan, status sosial, kepuasan batin, dan perhatian serta kasih sayang. Dengan kondisi yang demikian, tak heran bila dalam sebuah rumah tangga sering terjadi pertengkaran, pelecehan, kekerasan dan bahkan berakhir dengan perceraian.
umumnya sulit diketahui pihak luar. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya istri yang menjadi korban merasa takut akan terjadi kekerasan yang berkepanjangan jika ia berani melaporkan atau meminta bantuan kepada pihak lain.
Membicarakan masalah kekerasan dalam rumah tangga mengingatkan pada gambaran tentang istri yang teraniaya atau istri yang terlantar akibat tindakan suami yang sewenang-wenang kepada mereka. Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderita secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan yang melawan hukum dalam lingkup rumah tangga (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004). KDRT merupakan masalah yang tercakup sebagai salah satu bentuk diskriminasi, khususnya terhadap perempuan, sekaligus menjadi salah satu fenomena pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).
Hak Asasi Manusia dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai hak-hak mendasar pada diri manusia. Hak Asasi Manusia adalah hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia yang bersifat universal. Oleh karena itu harus dihormati, dilindungi dan dipertahankan serta tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh siapa pun.
janda. Hal ini menimbulkan dampak munculnya sikap pasrah menerima tindak kekerasan tersebut. Selain itu, pihak luar keluarga, kebanyakan tidak mau ikut campur dalam urusan suami istri karena sudah berada dalam lingkup rumah tangga yang sensitif terhadap campur tangan dari luar (Sukri, 2004: 9).
Islam memandang kekerasan dalam rumah tangga merupakan tindakan melanggar peraturan yang telah ditetapkan dalam syariat Islam. Tindak kekerasan bisa menimpa siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Sanksi pun akan dijatuhkan tanpa melihat apakah pelakunya laki-laki maupun perempuan.
Namun kecenderungan yang terjadi di Indonesia, korban KDRT lebih didominasi oleh kaum perempuan. Pada kenyataannya, perempuan secara umum lebih cenderung menjadi korban. Kedudukan perempuan dalam pembinaan rumah tangga menurut Islam menempati posisi yang signifikan.Banyak ayat al-Qur‟an dan hadis Nabi SAW yang mengajarkan apa dan bagaimana tugas dan tanggung jawab kaum perempuan dalam pembinaan rumah tangga. Kesuksesan kaum perempuan dalam melaksanakan perannya dalam kehidupan rumah tangga akan memudahkan terwujudnya rumah tangga yang sakinah (Yanggo, 2010: 38).
Peran perempuan untuk mewujudkan keluarga yang sakinah secara umum belum semuanya terwujud dengan baik terutama dalam pengelolaan ekonomi rumah tangga bila mengikuti pola yang digariskan oleh syari‟at Islam. Untuk itu,
di sini perlu dijelaskan bagaimana peranan kaum perempuan dalam pembinaan rumah tangga, khususnya dalam pengelolaan ekonomi rumah
Kasus pertengkaran yang sering terjadi antara suami istri yang berkaitan dengan penentuan siapa yang berhak mengelola ekonomi keluarga tidak jarang sampai melibatkan anggota keluarga dari kedua belah pihak. Seharusnya hal ini tidak perlu terjadi jika masing-masing pihak memahami konsepsi Islam, seperti kewajiban mencari nafkah bagi suami sebagai kepala keluarga, serta peran perempuan sebagai pengelolaan ekonomi rumah tangga agar nafkah cukup dan sesuai dengan penghasilan suami (Yanggo, 2010: 40).
Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan, kriminalitas dan pelecehan terhadap sesama apalagi di dalam kehidupan rumah tangga. Kehidupan dalam rumah tangga hendaknya dipenuhi dengan cinta, kasih sayang, perhatian, saling menjaga dan menghormati serta saling memiliki sehingga kebahagiaan dan kehangatan akan dapat dirasakan oleh setiap anggota dalam keluarga. Selain itu, dari kasus KDRT bisa diambil pelajaran agar tidak melakukan kekerasan, kriminalitas atau pelecehan terhadap sesama baik itu perempuan maupun laki-laki.
Secara umum, penikmat media antara radio dan televisi saat ini cenderung lebih banyak kepada media televisi. Selain lebih menarik untuk dinikmati, penyampaian pesan melalui media televisi cenderung lebih mudah dipahami dan memiliki efek yang lebih besar daripada radio. Selain itu, tayangan di media televisi terdokumentasi di dalam internet. Jadi kapan pun dapat diakses oleh penikmat media. Inilah argumentasi yang menjadi alasan penulis memilih program talk show di media televisi sebagai bahan penelitian.
Dalam hal ini, penulis tertarik mengkaji talk show Mamah dan Aa beraksibersama Mamah Dedeh yang disiarkan di media televisi.
Dialog yang dibangun dalam program ini tidak hanya dilakukan oleh narasumber dan pembawa acaranya saja, melainkan juga dialog interaktif. Dialog interaktif dihadirkan antara kedua pelakon program dengan para pemirsa yang berada di studio maupun di rumah melalui via telephone. Hal ini menunjukkan bahwa adanya respon (feedback) dari pemirsa.
Latar belakang penulis memilih program “Mamah dan Aa beraksibersama Mamah Dedeh” dengan tema KDRT sebagai objek penelitian. Gaya (style)
Mamah Dedeh dalam menyampaikan materi menggunakan bahasa yang cukup lugas dan tidak basa-basi, serta mudah ditangkap audience. Ditambah posisi Mamah Dedeh sebagai perempuan sekaligus merangkap ibu rumah tangga tentu akan memberikan nilai yang berbeda dalam menjawab permasalahan KDRT.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang penyampaian pesan dakwah Mamah Dedeh berupa materi solusi KDRT. Video tayangan talk show acara tersebut akan penulis jadikan sebagai obyek penelitian. Oleh karena itu, penulis mengangkat skripsi ini dengan judul: “DakwahMelaluiTayanganTelevisi (Analisis Isi Pesan Dakwah tentang Materi Solusi KDRT dalam Program Mamah dan Aa
beraksiPadaTahun 2017)”
B.
Rumusan Masalah1.
Apa isi secara umum progam acara MamahdanAaberaksi?3. Bagaimana analisis pesan dakwah tentang solusi KDRT dalam progam acara Mamah dan Aa beraksi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkanrumusanmasalahdiatasmaka tujuan penelitian ini adalah
a. Untuk mengetahui isi secara umum progam acara MamahdanAaberaksibersama Mamah Dedeh.
b. Untukmengetahuipesan–pesan dakwah yang terkandung dalam acara Mamah dan Aa beraksi beraksibersama Mamah Dedeh.
c. Untukmengetahuipesan dakwah tentang solusi KDRT dalam progam acaraMamah dan Aa beraksi.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini secara umum ada dua, di antaranya: a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangsih pemikiran terhadap Program Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) jurusan Dakwah dan komunikasi Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menilai dan memastikan bahwa materi-materi solusi KDRT dalam acara Mamah dan Aa beraksibersama Mamah Dedeh sejalan dengan syariat Islam.
b. Manfaat Praktis
disampaikan dalam talk show Mamah dan Aa beraksibersama Mamah Dedeh.
D. Tinjauan Pustaka
Sebagai bahan telaah pustaka pada penelitian ini, penulis mengambil beberapa judul-judul skripsi yang ada kaitannya dengan skripsi yang penulis bahas, diantaranya adalah:
Pertama, skripsi Nurul Sayidah (2005) yang berjudul “Dakwah Melalui
Televisi (Studi Analisis Program Acara Indahnya Kebersamaan di SCTV Bulan Juli Sampai Desember 2004)”. Dalam penelitiannya, Nurul Sayidah
menitikberatkan permasalahan pada tiga hal, yakni karakteristik program acara “Indahnya Kebersamaan” di SCTV, keunggulan dan kekurangan program acara
“Indahnya Kebersamaan” di SCTV, dan materi dakwah yang disajikan dalam
program acara “Indahnya Kebersamaan” di SCTV.
Kedua, skripsi Rini Sulistiyana (2011) yang berjudul “Kepercayaan Diri dan Penyesuaian Sosial Remaja Korban Kekerasan Rumah Tangga”. Penelitian ini
menitikberatkan pada dua hal, yakni keadaan kepercayaan diri remaja yang mengalami kekerasan rumah tangga dan kondisi kepercayaan diri remaja akibat dari kekerasan rumah tangga dalam penyesuaian sosial di Desa Wonosari Kecamatan Ngaliyan Semarang.
Ketiga, skripsi Lismaiyah (2009) berjudul “Pengaruh Menonton Acara
Mamah dan Aa di Indosiar Terhadap Pemahaman Keagamaan Masyarakat Kecamatan Wedung Kabupaten Demak”. Dalam penelitiannya, Lismaiyah
Indosiar terhadap pemahaman keagamaan masyarakat Kecamatan Wedung Kabupaten Demak. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, dengan menggunakan metode survei serta menggunakan analisis pendahuluan dan analisis uji hipotesis dalam analisis datanya.
Padadasarnyapenelitianiniberbedadenganpenelitianterdahulukarenadalamp enelitianini yang akandibahasadalahisipesandakwah yang terkandungdalamsuatu program acara.
E. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis isi. Menurut Wazer dan Winer dalam Andi Bulaeng, Analisis isi adalah suatu prosedur sitematika yang disusun untuk menguji isi informasi yang terekam, sedangkan menurut Krippendorf mendefinisikan analisis isi suatu penelitian untuk membuat referensi-referensi valid dan dapat ditiru data kekonteks (Bulaeng, 2004: 171).
2. Sumber dan Jenis Data
Penulis menggunakan model kualitatif dalam penelitian ini. Satu- satunya sumber dan jenis data yang penulis gunakan dalam penelitian adalah video talk showMamah dan Aa beraksidi Indosiar yang diambil dari youtube edisi 2017 dengan tema KDRT, pasangan yang kasar, perselingkuhan, ditalak istri, yang penulis lengkapi dengan data dari internet dan buku sebagai referensinya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik dokumentasi. Metode ini digunakan untuk menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku buku, majalah, surat kabar, catatan harian dan sebagainya (Soewadji, 2012: 32). Penulis menggunakan dokumen berupa video yang diambil dari youtube yang ditranskrip ke dalam bentuk skrip Progam acara Mamah dan Aa beraksi di Indosiar yang di unduh pada tanggal 15 mei 2017.
4. Teknik Analisis Data
Selanjutnya, peneliti melakukan pengumpulan data dan meneliti terhadap informasi yang kurang jelas. Analisis data dilakukan dengan menggunakan tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan, proses ini berlangsung terus menerus. Reduksi data meliputi: meringkas data, memberi kode, menelusuri tema.
b. Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif, dapat berupa teks naratif, maupun matriks, grafik, jaringan, dan bagan. (Miles dan Huberman, 1992:32).
F. Sistematika Penulisan
Dalam memaparkan hasil penelitian, skripsi ini disusun atas lima bab dengan beberapa sub bab di dalamnya.
Berikut sistematika penyusunan skripsi:
BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan akan penulis kemukakan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah tujuan penulisan skripsi, tinjauan pustaka, metode penulisan skripsi dan sistematika penulisan skripsi.
pengertian, unsur-unsur dakwah, media dakwah dan ruang lingkup televisi yang terdiri dari pengertian televisi, sejarah dan perkembangannya, serta televisi sebagai media dakwah.
BAB III : GAMBARAN UMUMBerisi deskripsi program acara Mamah dan Aa beraksi bersama Mamah Dedeh di Youtube, profil Mamah Dedeh, dan Pesan dakwah Mamah Dedeh tentang KDRT dalam program acara Mamah dan Aa beraksi
BAB IV :ANALISIS PESAN DAKWAH Berisikan analisis pesan dakwah dengan TemaKDRT dalam Program Mamah dan Aa beraksibersama Mamah Dedeh di Youtube.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Isi dan Pesan Dakwah
1. Pengertian dakwah
Secara etimologi, dakwah berasal dari akar kata da’aa-yad’uu yang mengandung arti mengajak, menyeru, mengundang, mendorong ataupun memohon (Bahri, 2008:17). Begitu banyaknya, makna “dakwah” secara bahasa yang disebutkan dalam Al-Qur‟an, namun secara keseluruhan memiliki makna yang sama yakni mengajak, menyeru, memanggil, terhadap jiwa-jiwa yang fitrah untuk kembali ke agama Islam yang disebarluaskan dengan cara damai.
Adapun secara terminologi, dakwah merupakan segala aktivitas yang dilakukan secara terorganisir, untuk mengajak seseorang atau lebih kepada jalan yang lurus (ash shiroth al mustaqiim) (Abdillah, 2012:2).
Definisi dakwah secara terminologi memiliki arti yang beraneka ragam. Beberapa ahli ilmu dakwah memberikan definisi terhadap istilah dakwah tergantung pada sudut pandang mereka masing-masing. Sehingga antara definisi menurut ahli satu dengan yang lainnya senantiasa terdapat persamaan dan perbedaan. Pengertian dakwah secara terminologi menurut beberapa pakar keilmuan, diantaranya : (Bahri, 2008:20)
membimbing mereka kepada petunjuk dengan cara ber-amar makruf nahi munkar.”
b. Dakwah menurut H. M. Arifin, M.Ed. mengandung pengertian sebagai suatu ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi oran lain, baik secara individual maupun secara kelompok, agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan, serta pengamalan terhadap ajaran agama sebagai message yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksaan.
c. Menurut Drs. H. Masyhur Amin, dakwah adalah suatu aktivitas yang mendorong manusia memeluk agama Islam melalui cara yang bijaksana, dengan materi ajaran Islam, agar mereka mendapatkan kesejahteraan kini (dunia) dan kebahagiaan nanti (akhirat).
d. Sementara itu Jamaludin Kafie berpendapat, “Dakwah adalah suatu sistem kegiatan dari seseorang, sekelompok, segolongan umat Islam sebagai aktualisasi imaniah yang dimanifestasikan dalam bentuk seruan, ajakan, panggilan, undangan, dan doa, yang disampaikan dengan ikhlas dan menggunakan metode, sistem, dan teknik tertentu, agar mampu menyentuh qalbu dan fitrah supaya dapat mempengaruhi tingkah lakunya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Kata “dakwah” mencakup aktifitas amar ma’ruf dan nahi munkar.
orang melakukan dan mengikuti kebaikan, sedang kegiatan nahi munkar merupakan pelaksanaan dakwah untuk mengajak orang menjauhi dan meninggalkan segala perbuatan munkar dan jelek.
Pada dasarnya, dakwah bertujuan untuk menciptakan suatu tatanan kehidupan individu dan masyarakat yang aman, damai, dan sejahtera yang dinaungi oleh kebahagiaan baik jasmani maupun rohani, dalam pancaran sinar agama Allah dengan mengharap ridha-Nya (Bambang, 2010:26)
Dakwah juga bertujuan untuk mempertegas fungsi hidup manusia di muka bumi ini, yang tidak lain adalah untuk mengabdi dan menyembah Allah semata, sebagaimana tertulis dalam Al-Quran :
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Menyembah kepada Allah berarti memusatkan penyembahan hanya kepada Allah semata, dengan menjalani segala sesuatu yang diperintahkan dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan kata lain, semua kegiatan seorang hamba, baik yang berupa ibadah terhadap Ilahi ataupun yang berupa mu‟amalah (amal perbuatan terhadap sesama manusia), semua itu dilakukan
dalam rangka persembahannya kepada Allah dan semata-mata mengharap keridhaan dari-Nya.
larangan-larangan-Nya atau kembali kepada Islam dengan cara tertentu yang mencerminkan suatu perubahan pada perilaku kehidupan terhadap orang yang di ajak.
2. Pengertian pesan dakwah
Pesan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung arti perintah, nasehat, amanat yang harus dilakukan atau disampaikan kepada orang lain, baik individu maupun kelompok (Poerwadarminto, 2006: 883). Pesan di sini merupakan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang memiliki perasaan, nilai, gagasan, maksud sumber tadi. Pesan itu sendiri memiliki tiga komponen yaitu makna simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna dan bentuk, atau organisasi pesan (Ilahi, 2010: 97).
Pesan umumnya disampaikan dalam bentuk simbol, yaitu berupa verbal (lisan) atau nonverbal (non-lisan). Simbol lisan berupa kata-kata, sedangkan simbol nonverbal disampaikan dalam bentuk nada suara atau gerak fisik (gestures) seperti gerak mata, ekspresi wajah, menggapaikan tangan, memainkan jari-jemari atau sikap badan (postures) dan penampilan (appearance), atau isyarat, seperti membunyikan alat atau menunjukkan warna (Arifin, 2011: 249).
Pesan yang dimaksud dalam komunikasi dakwah adalah yang disampaikan da‟i kepada mad‟u. Istilah komunikasi pesan juga disebut
Pesan dakwah merupakan isi pesan atau materi yang disampaikan da‟i kepada mad‟u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah
dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri (Munir dan Ilaihi, 2006: 24).
Sementara Toto Tasmara berpendapat bahwa pesan dakwah ialah semua pernyataan yang bersumber dari al-Qur‟an dan Sunnah, baik tertulis maupun lisan dengan pesan-pesan (risalah) tersebut (Tasmara, 1997: 43).
Ali Aziz dalam bukunya Ilmu Dakwah berpendapat bahwa pesan dakwah merupakan isi dakwah berupa kata, gambar, lukisan dan sebagainya yang diharapkan dapat memberikan pemahaman bahkan perubahan sikap dan perilaku mitra dakwah (Aziz, 2004: 318).
Beberapa argumentasi tentang pesan dakwah tersebut diperkuat dengan pendapat Hafi Anshari yang menyatakan, bahwa pesan dakwah merupakan segala sesuatu yang harus disampaikan oleh subyek kepada obyek dakwah yaitu keseluruhan ajaran Islam. Al-Qur‟an dan Hadis adalah sumber utama materi bagi pesan-pesan dakwah. Adapun jenis pesan dakwah meliputi 3 kelompok, akidah, syari‟ah, dan akhlak (Anshari, 1992: 146). Secara substansi, segala pesan yang berupa amar ma‟ruf dan nahi munkar, yang
bersumber dari al-Qur‟an dan Hadis dan tidak bertentangan dengan keduanya adalah pesan dakwah. Nilai-nilai ajaran Islam secara implisit maupun eksplisit tertuang dalam kedua sumber tersebut. Materi dakwah (maddah ad da‟wah) harus disampaikan subjek kepada objek dakwah. Hal ini harus
merangsang objek dakwah untuk menerima dan mengamalkannya (Amin, 2009: 88).
B. Unsur-Unsur Dakwah
Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah da‟i (pelaku dakwah), mad‟u (jama‟ah atau pemirsa), materi dakwah.
1. Da’i
Secara umum kata da‟i ini sering disebut dengan sebutan mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam), namun sebutan ini konotasinya sangat sempit, karena masyarakat cenderung mengartikannya sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam melalui lisan seperti penceramah agama, khatib (orang yang berkhutbah), dan sebagainya.
Nasarudin Latif mendefinisikan da‟i adalah seorang muslim dan muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi tugas ulama. (Munir, 2009:22)
Orang yang melakukan seruan ataupun ajakan disebut dengan da‟i, yakni orang yang menyeru. Akan tetapi, karena proses memanggil atau menyeru adalah merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) atas pesan tertentu, maka pelakunya disebut juga dengan istilah muballigh (Siti Mariah, 2000:12)
2. Mad’u
Mad‟u atau penerima dakwah adalah seluruh umat manusia, baik
maupun non muslim, kesemuanya menjadi objek kegiatan dakwah. Semua berhak menerima ajakan dan seruan ke jalan Allah. (Bahri, 2008:230)
Syaikh Muhammad Abduh, dalam Tafsir Al-Manar menyimpulkan, bahwa dalam garis besarnya, umat yang dihadapi oleh seorang pembawa dakwah (da‟i) itu dapat dibagi menjadi 3 (tiga) golongan, yang masing-masingnya harus dihadapi dengan cara yang berbeda-beda pula. Ketiga golongan tersebut adalah : (Bahri, 2008:231)
a. Golongan cerdik-cendikia yang cinta akan kebenaran, dan dapat berpikir secara kritis, cepat dapat menangkap arti persoalan. Mereka ini harus dipanggil hikmah, yakni dengan alasan-alasan, dengan dalil-dalil dan hujjah yang dapat diterima oleh akal mereka
b. Golongan orang awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berpikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi-tinggi. Mereka ini dipanggil dengan mauizhatul hasanah. Dengan anjuran dan didikan yang baik-baik, serta dengan ajaran yang mudah untuk dipahami.
secara sehat, dan pada praktiknya dilakukan dengan cara yang lebih baik.
3. Materi atau Pesan Dakwah
Unsur lain yang selalu ada dalam proses dakwah adalah maddah atau pesan dakwah. Maddah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan oleh da‟i kepada mad‟u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi pesan
dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri (Azis, 2004:94). Keseluruhan ajaran Islam yang menjadi materi dakwah bersumber dari Al-Qur‟an dan Al-Hadits. Karena luasnya ajaran Islam itu maka setiap da‟i harus selalu berusaha dan tidak bosan-bosannya mempelajari Al-Qur‟an, Hadits, dan kitab-kitab lainnya. Semakin kaya seorang da‟i dengan materi atau pesan dakwahnya,
semakin segar dan mempesona pesan yang disampaikan (Azis, 2004:104). Sebagaimana yang tertuang dalam Al-Qur‟an surah An-Nissa ayat 58:
ۚ
ۗ
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nissa: 58).
materi-materi tersebut dapat diringkas menjadi beberapa pokok bahasan, diantaranya : (Bahri, 2008:235)
d. Akidah Islam, yang meliputi tauhid dan keimanan.
e. Pembentukan pribadi yang sempurna, dengan berpondasikan pada nilai-nilai akhlaqul karimah.
f. Pembangunan masyarakat yang adil dan makmur. g. Kemakmuran dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat
Sumber dari keseluruhan materi yang didakwahkan, pada dasarnya merujuk pada Al-Qur‟an, Hadits Rasulullah SAW, ra‟yu para ulama, serta beberapa sumber lainnya.
C. Dasar Hukum dan Tujuan Dakwah
1. Dasar Hukum Dakwah
Dakwah merupakan aktivitas yang sangat penting dalam ajaran Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim. Kewajiban dakwah ini tercermin dalam konsep amar ma‟ruf nahi munkar, yaitu perintah untuk mengajak kebaikan dan menmencegah kemungkaran. Dasar pijakan hukum dakwah adalah Alqur‟an dan Hadits.
mengetahui orang orang yang mendapat petunjuk” (QS. An-Nahl: 125).
Artinya: “Dari „Abdullah bin „Umar ra dituturkan, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.” [HR. Bukhari]
Berdasarkan ayat-ayat al-Qur‟an dan hadis, seluruh ulama sepakat bahwa hukum dakwah adalah wajib. Namun yang masih menjadi perdebatan adalah apakah kewajiban itu dibebankan kepada setiap individu Muslim (fardu „ain) atau kewajiban itu hanya dibebankan pada sekelompok orang saja dari umat Islam secara keseluruhan (fardu kifayah). Perbedaan pendapat mengenai hukum berdakwah disebabkan perbedaan cara pemahaman mereka terhadap dalil-dalil nakli (al-Qur‟an dan hadits) di samping adanya kenyataan kondisi tiap muslim yang berbeda-beda pengetahuan dan kemampuan (Aziz, 2004: 42).
2. Tujuan Dakwah
Syukir (1983: 51) menambahkan bahwa tujuan dakwah terdiri atas tujuan umum (major objetive) dan tujuan khusus (minor objective). Tujuan umum dakwah adalah mengajak umat manusia (meliputi orang mukmin atau orang kafir atau musyrik) kepada jalan yang benar yang diridhai Allah agar dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat. Arti umat disini menunjukan seluruh alam. Sedangkan yang berkewajiban berdakwah kepada seluruh umat adalah Rasullulah SAW dan utusan-utusan yang lain, sebagaimana yang tertulis dalam Al Quran Surat Al Maidah ayat 67 disebutkan:
Artinya: “Wahai Rasul, sampaikan apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan jika kamu tidak melakukan berarti kamu tidak menyampaikan risalah-Nya. Allah menjagamu dari bahaya manusia, sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir” (Q.S. Al-Maidah: 67)
D. Media Dakwah
Kata “media” merupakan jamak dari bahasa Latin yaitu medium, yang
berarti alat perantara. Sedangkan secara istilah media berarti segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa media dakwah berarti segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan (Asmuni, 1993:163)
Dakwah memang tidak cukup bila hanya disampaikan secara lisan belaka. Ia harus didukung oleh keberadaan media, yang menjadi saluran pengubung antara ide dengan umat, yang menjadi elemen vital serta urat nadi dalam totalitas dakwah itu sendiri. Adapun media dakwah yang dapat dimanfaatkan antara lain : (Bahri, 2008:236)
1. Lisan
Da’wah bil lisan yaitu penyampaian informasi atas pesan dakwah
melalui lisan. Termasuk dalam bentuk ini adalah ceramah, khutbah, tausyiah, pengajian, pendidikan agama (lembaga pendidikan formal), kuliah, diskusi, seminar, nasihat, dan lain sejenisnya.
2. Tulisan
Da’wah bil qalam yaitu penyampaian materi dakwah dengan
3. Audio Visual
Dakwah dengan menggunakan media audio visual merupakan suatu cara penyampaian yang merangsang penglihatan serta pendengaran audience. Yang termasuk dalam jenis ini adalah televisi, film, sinetron, sandiwara, drama, teater, dan lain sebagainya. Terkadang, pesan yang disampaikan melalui media ini, cenderung lebih mudah diterima oleh audience, bahkan dapat membentuk karakter mereka. Materi dakwah yang dikemas dalam bentuk hiburan akan cenderung lebih disukai daripada dakwah yang disampaikan melalui ceramah keagamaan yang kaku, apalagi membosakan. 4. Uswah dan Qudwah Hasanah
Yaitu cara penyampaian dakwah yang dilakukan dalam bentuk perbuatan nyata. Ia tidak banyak berbicara, namun langsung mempraktikkannya. Ia tidak menganjurkan, tetapi langsung memberi contoh kepada mad’u-nya. Termasuk dalam bentuk ini adalah bergaul bersama masyarakat dengan menunjukkan keluhuran budi pekerti, menyediakan diri untuk membantu orang lain, turut serta dalam meramaikan masjid, dan lain sebagainya.
Penggunaan media dakwah disesuaikan dengan situasi dan kondisi si penerima pesan dakwah (mad‟u) agar lebih memahami pesan dakwah yang
E.Metode Dakwah
Metode berasal dari bahasa Yunani methodos, yang merupakan gabungan dari kata meta dan hodos. Meta berarti melalui, mengikuti, atau sesudah, sedangkan hodos berarti jalan, arah, atau cara. Jadi , metode bisa diartikan sebagai suatu cara atau jalan yang ditempuh. (Bahri, 2008:238). Pengertian metode dakwah adalah metode yang dilalui seorang da‟i dalam menyampaikan
dakwahnya, atau metode yang dipakai dalam penerapan pendekatan dakwah. Prinsip penggunaan metode dakwah Islam sudah tertera dalam QS An-Nahl ayat 125 :
ۖ
ۚ
ۖ
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah, dan pelajaran pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS An-Nahl:125)
Secara garis besar dari ayat tersebut terdapat tiga pokok metode dakwah, yaitu :
2. Mauizatul hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan dapat menyentuh hati mereka.
3. Mujadalah billati hiya ahsan, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan yang memberatkan pada sasaran dakwah. F. Tinjauan Tentang Televisi
1. Pengertian Televisi
Televisi berasal dari bahasa Yunani “tele” yang berarti jarak jauh, dan “vision” yang berarti penglihatan (Lathief R, 1989:221). Adapun televisi
membuat movie house (film televisi) pada tahun 1923. British Broadcast Corporation (BBC) merupakan televisi siaran pertama di dunia yang membuat jadwal televisi secara teratur pada 2 November 1936. (Elvinaro et al, 2014:134)
Jelas televisi siaran untuk dapat diterima di rumah harus melalui proses-proses tertentu. Kecanggihan yang ada pada televisi ini bila tidak ditunjang dengan sumber daya manusia menyebabkan televisi yang diterima menjadi tontonan yang membosankan. Karenanya untuk menjadikan televisi siaran ini tetap survive maka dibutuhkan tenaga-tenaga yang handal di bidangnya dan juga manajerial yang kua, setidaknya ada delapan hal yang harus dimiliki individu-individu di televisi siaran, individu yang handal tersebut harus memiliki :
a) Keahlian di bidang masing-masing b) Tanggung jawab profesi
c) Kreativitas
d) Sifat untuk bekerja sama e) Kepemimpinan yang bijaksana
f) Kesadaran pada fungsinya masing-masing
1994:46). Televisi merupakan media yang dapat mendominasi media massa karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan.
2. Sejarah dan Perkembangan Televisi
Penemuan televisi telah melalui berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuwan akhir abad 19 dengan dasar penelitian yang dilakukan oleh James Clark Maxwell dan Heinrich Hertz, serta penemuan Marconi pada tahun 1920. Paul Nipkow dan William Jenkins melalui eksperimennya menemukan metode pengiriman gambar melalui kabel. Televisi sebagai pesawat transmisi dimulai pada tahun 1925 dengan menggunakan metode mekanikal dari Jenkins. Pada tahun 1928 General Electronic Company mulai menyelenggarakan acara siaran televisi secara reguler. Pada tahun 1939 Presiden Franklin D. Roosevelt tampil di layar televisi. Sedangkan siaran televisi komersial Amerika dimulai pada 1 September 1940 (Elvinaro et al, 2014:136).
Televisi yang muncul setelah media cetak dan radio, ternyata memberikan nilai yang menakjubkan dalam sisi pergaulan hidup manusia pada saat sekarang ini baik terhadap pola perilaku, pola pikir, budaya, dan sebagainya. Dewasa ini hampir setiap negara memiliki stasiun pemancar televisi sendiri. Bahkan pemirsa di rumah menikmati siaran dari berbagai penjuru dunia melalui parabola yang berfungsi sebagai sambungan satelit.
Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan stasiun (station call) hingga sekarang. Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan segala kesederhanaannya (Elvinaro et al, 2014:136).
Saat itu, masyarakat Indonesia disuguhi tontonan realita yang begitu memukau, meskipun hanya siaran televisi hitam putih, tetapi siaran pertama televisi di Indonesia itu menjadi momentum yang sangat bersejarah. Sementara puncak ketenaran (booming) televisi di Indonesia sendiri dimulai tahun 1992 ketika RCTI mulai mengudara dengan bantuan decoder atau alat pemancar. Saat ini, di Indonesia sudah mengudara satu televisi pemerintah, yakni TVRI, dan beberapa televisi swasta, antara lain SCTV, MNC, ANTV, Indosiar, MetroTV, Trans TV, Trans 7, TVOne, Global TV, serta stasiun-stasiun lokal seperti, O Channel, Jak TV, CTV Banten, dan lain-lain (Askurifai, 2006:12)
Bagi masyarakat Indonesia, televisi bukan merupakan barang baru lagi. Hal ini dibuktikan dengan jumlah kepemilikan televisi yang terus meningkat setiap tahunnya dengan kecanggihan teknologinya yang juga semakin meningkat. Seperti pada mulanya televisi yang pada awalnya hitam putih menjadi berwarna, dengan kecanggihan yang disesuaikan dengan perkembangan jaman. Semua stasiun televisi telah hadir setiap hari di tengah masyarakat Indonesia dengan menyajikan program tayangan yang beraneka ragam, dari yang bersifat hiburan, pendidikan, dan lain sebagainya.
Berdakwah menggunakan media teknologi komunikasi (televisi), merupakan salah satu bentuk pengoptimalan fungsi teknologi tersebut. Kegiatan dakwah pada dasarnya tidak berbeda dengan kegiatan komunikasi secara umum. Dalam berkomunikasi kecanggihan media di samping komponen lain, komunikator, isi pesan, komunikan dan feedback, merupakan salah satu faktor sukses tidaknya suatu aktivitas komunikasi.
Di era modern saat ini dakwah tidak hanya dilakukan dengan cara langsung bertatap muka antara da‟i (penceramah) dengan mad‟u (masyarakat yang
diceramahi). Namun dengan memanfaatkan media atau wasilah dakwah juga dapat dilaksanakan.
Azis (2004) menjelaskan bahwa pada dasarnya dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah yang dapat merangsang indra-inda manusia serta dapat menimbulkan perhatian untuk menerima dakwah. Semakin tepat dan efektif wasilah yang dipakai maka semakin efektif pula upaya pemahaman ajaran Islam pada masyarakat yang menjadi sasaran dakwah. Pemakaian media (terutama media massa) telah meningkatkan intensitas, kecepatan, dan jangkauan komunikasi yang dilakukan umat manusia terutama bila dibandingkan sebelum adanya media massa seperti pers, radio, televisi, internet, dan sebagainya. Oleh karena itu sudah seyogyanya bagi para da‟i memanfaatkan peluang ini dalam
5-6 jam untuk menonton acara televisi dengan jumlah penonton mencapai 94%. Lebih lanjut aksi media lewat tampilannya yang berulang dapat memberikan efek pengaruh terhadap masyarakat sebagai konsumen baik individu atau kelompok (Juniawati, 2014:216).
Muhyidin (2002) menjelaskan, sebagai sebuah sarana televisi sebagai media dakwah mempunyai kelebihan dibanding media lain. Kelebihan televisi sebagai media dakwah jika dibandingkan dengan media yang lainnya adalah sebagai berikut : (Atabik, 2013:196)
1. Televisi memiliki jangkauan yang sangat luas sehingga ekspansi dakwah dapat menjangkau tempat yang lebih jauh. Bahkan pesan-pesan dakwah bisa disampaikan pada mad‟u yang berada di tempat-tempat yang sulit
dijangkau.
2. Televisi mampu menyentuh mad‟u yang heterogen dan dalam jumlah yang besar. Hal ini sesuai dengan salah satu karakter komunikasi massa yaitu komunikan yang heterogen dan tersebar. Kelebihan ini jika dimanfaatkan dengan baik tentu akan berpengaruh positif dalam aktifitas dakwah. Seorang da‟i yang bekerja dalam ruang yang sempit dan terbatas bisa menjangkau mad‟u yang jumlahnya bisa jadi puluhan juta dalam satu sesi
acara.
3. Televisi mampu menampung berbagai varian metode dakwah sehingga membuka peluang bagi para da‟i memacu kreatifias dalam
4. Media televisi bersifat audio visual. Hal ini memungkinkan dakwah dilakukan dengan menampilkan pembicaraan sekaligus visualisasi berupa gambar.
Kehadiran televisi dengan berbagai stasiun televisi baik nasional maupun swasta secara tidak langsung menjadikan alternatif tontonan yang sangat luas bagi pemirsa dan bagi pengelola stasiun televisi, menjadi suatu kewajiban untuk menampilkan paket acara-acara yang menarik agar menjadikan televisi sebagai tempat yang potensial untuk berdakwah.
Televisi sangat efektif untuk kepentingan dakwah, karena kemampuannya yang dapat menjangkau daerah yang cukup luas dengan melalui siaran gambar sekaligus narasinya (suaranya). Dakwah melalui televisi dapat dilakukan dengan cara baik, dalam bentuk ceramah, sandiwara, ataupun drama. Dengan melalui televisi seorang pemirsa dapat mengikuti dakwah, seakan ia berhadapan dan berkomunikasi langsung di hadapan da‟i. Sangat menarik dakwah melalui
televisi, dan apalagi jika da‟i benar-benar mampu menyajikan dakwahnya dalam
suatu program yang mudah dan disenangi berbagai kalangan masyarakat (Muhaimin, 1994:87)
H. Kekerasan dalam Rumah Tangga
1. Pengertian KDRT
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.” Sementara menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO); “Kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial dan
tidak hanya terbebas dari penyakit dan cacat.”
Hal ini berarti bahwa ada empat aspek kesehatan yakni fisik, mental, social dan ekonomi. Setiap individu, atau kelompok masyarakat yang tidak memenuhi semua indikator kesehatan ini, maka ia dapat dikatakan tidak sehat atau sakit. Karena itu, kesakitan pun memiliki empat aspek; fisik, mental, sosial dan ekonomi, begitupun kekerasan, termasuk kekerasan dalam rumah tangga.
Kekerasan dalam rumah tangga merupakan tindak kekerasan yang tersembunyi dan korban kekerasan sering bersikap pasrah karena terkait dengan hubungan emosional yang dekat. Tindakan ini telah mendapatkan perhatian dari masyarakat dan penegak hukum. Rumusan secara yuridis formal memang belum ada dalam KUHP, tetapi rancangan Undang-Undang telah diusulkan oleh sejumlah lembaga swadaya masyarakat (Sukri, 2004: 6).
banyak di alami oleh para istri ketimbang anggota keluarga yang lain (Mulia, 2004: 155).
2. Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga
KDRT meliputi segala bentuk perbuatan yang menyebabkan perasaan tidak mengenakan (seperti penderitaan), rasa sakit, luka, dan sengaja merusak kesehatan. Termasuk juga dalam kategori penganiayaan terhadap istri adalah pengabaian kewajiban memberi nafkah lahir dan batin (Mulia, 2004: 155).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga pada pasal 5 setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya, dengan cara:
a. Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.
b. Kekerasan Psikis
Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang.
c. Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual meliputi:
2) Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersil dan/atau tujuan tertentu.
d. Penelantaran rumah tangga
1) Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut.
2) Penelantaran juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/ atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut (Rahmatika, 2007: 250-252).
3. Dasar Hukum KDRT
a. Menurut hukum positif di Indonesia
kekerasan terhadap perempuan adalah tindakan atau sikap yang
dilakukan dengan tujuan tertentu sehingga dapat merugikan perempuan baik
secara fisik maupun secara psikis. Hal penting lainnya ialah bahwa suatu
kejadian yang bersifat kebetulan (eccidental) tidak dikategorikan sebagai
kekerasan walaupun menimbulkan kerugian pada perempuan.
Pengertian di atas tidak menunjukkan bahwa pelaku kekerasan
terhadap perempuan hanya kaum pria saja, sehingga kaum perempuanpun
Kekerasan dalam Rumah Tangga khususnya penganiayaan terhadap
istri, merupakan salah satu penyebab kekacauan dalam masyarakat. Berbagai
penemuan penelitian masyarakat bahwa penganiayaan istri tidak berhenti
pada penderitaan seorang istri atau anaknya saja, rentetan penderitaan itu akan
menular ke luar lingkup rumah tangga dan selanjutnya mewarnai kehidupan
masyarakat kita.
Menurut Mansour Fakih, Kekerasan adalah serangan atau invasi
terhadap fisik maupun integritas keutuhan mental psikologi seseorang.
Kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga khususnya terhadap istri sering
didapati, bahkan tidak sedikit jumlahnya. Dari banyaknya kekerasan yang
terjadi hanya sedikit saja yang dapat diselesaikan secara adil, hal ini terjadi
karena dalam masyarakat masih berkembang pandangan bahwa kekerasan
dalam rumah tangga tetap menjadi rahasia atau aib rumah tangga yang sangat
tidak pantas jika diangkat dalam permukaan atau tidak layak di konsumsi oleh
publik.
Menurut UU RI No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
dalam Rumah Tangga (PKDRT), Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah
setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologi, atau
penelantaran rumah tangga termasuk juga hal-hal yang mengakibatkan
ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk
bertindak, rasa tidak percaya, atau penderitaan psikis berat pada seseorang.
Bentuk-bentuk kekeraan terhadap istri dapat berupa fisik, atau psikis,
(menelantarkan) dan pelanggaran seksual. Undang-undang PKDRT untuk
lebih jelasnya penulis akan mencantumkan pasal demi pasal yang tertuang
dalam pasal 5-9.
Pasal 5.
“Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya, dengan cara:
1) Kekerasan fisik
2) Kerasan psikis
3) Kekerasan seksual, atau
4) Penelantaran rumah tangga” Pasal 6
“Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf a adalah
perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat”
Pasal 7
“Kekerasan psikis sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b
adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang.
Pasal 8
“Kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf c
meliputi:
1) Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang
menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut.
2) Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam
lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan
komersial dan/atau tujuan tertentu”
Pasal 9
1) Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah
tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut.
2) Penelantaran sebagaimana dimaksud ayat (1) juga berlaku bagi
setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada dibawah kendali orang tersebut.
malakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp 15. 000.000,00 (lima belas juta rupiah);
1) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan korban mendapat jatuh sakit atau luka berat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah);
2) Dalam Hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mengakibatkan matinya korban, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling banyak Rp 45.000.000,00 (empat puluh juta rupiah);
3) Dalam hal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
suami terhadap istri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).
b. Menurut huukum Islam
hukum Islam disyari‟atkan bukan dengan hampa muatan, melainkan
penuh dengan hikmah-hikmah disyari‟atkannya suatu hukum. Diantara
hikmah diperbolehkannya seorang suami „memberi pelajaran‟ kepada istrinya
adalah agar supaya semata-mata si istri tersebut selalu berada dalam kendali
suami dalam rangka taat kepada Allah swt. dan rasul-Nya. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari nusyuzdan gejala-gejala yang mengarah
kepadanya.[9]
Hukum Islam dalam menyikapi masalah KDRT ini lebih
menitikberatkan kajiannya dalam masalah nusyuz diantara suami istri dan
masalah tarikussholah anak yang berumur 10 tahun setelah diajari sholat oleh
walinya sejak ia berumur tujuh tahun. Adapun tindakan keras dari suami
selama ia bukan merupakan pelanggaran kriminal yang dalam penanganannya
dipasrahkan kepada pihak berwenang.
Berkaitan dengan nusyuz, al-Qur‟an al-Nisa‟ ayat 34 menyatakan :
Artinya : “Laki-laki (suami) itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah dan memelihara diri ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuz, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha
besar.”(Q.S. An-Nisa 34)
al-Jurjawi menegaskan hal-hal sebagai berikut; kewajiban untuk
memberikan pelajaran kepada istri adalah apabila ia mulai tidak taat dan
menunjukkan gelaja nusyuz kepada suami. Maka si suami wajib memberikan
pelajaran, akan tetapi pemberian pelajaran tersebut dilaksanakan dengan
urut-urutan, pertama suami wajib memberikan peringatan kepada si istri dengan
lembut dan halus seperti mengingatkannya untuk takut kepada Allah swt.,
apabila si istri sudah taat kembali, maka cukup hanya sampai di situ. Apabila
masih tetap membangkang, maka tinggalkan si istri itu sendirian, dengan
syahwatnya memuncak. Apabila dia sudah taat, maka cukup sampai di situ
dan kumpulilah istri tersebut seperti sediakala. Namun apabila tetap, maka si
istri tersebut boleh „dipukul‟ dengan catatan tidak terlalu keras dan tidak
membuat cedera. (Jurjawi: 43)
Lebih lanjut beliau menjelaskan apabila dengan dipukul si istri
tersebut masih membangkang juga, maka hal tersebut dilaporkan kepada
pihak yang berwenang, dalam hal ini ke pengadilan agama untuk
menunjuk hakam atau juru damai diantara kedua belah pihak suami istri
tersebut untuk merukunkan keduanya. Sebagaimana dijelaskan dalam
ayatsyiqaq. Firman Allah swt. surat al-Nisa‟ ayat 35 sebagai berikut ;
Artinya : “Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara
keduanya, Maka kirimlah seorang hakam[juru pendamai] dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan,
niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal.”(Q.S. An-Nisa: 35
Menurut al-Jurjawi, demikian hukum Allah swt. yang telah
digariskan dalam masalah nusyus ini.
4. Faktor Penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga
ada masalah keperawanan menjadi pemicu masalah hanya karena disebabkan tidak mengeluarkan darah di waktu malam perkawinan. Sebagian besar korban mengalami kekerasan utamanya kekerasan fisik berupa pemukulan dan penganiayaan (Martha, 2012: 65).
Akar-akar penyebab kekerasan terhadap perempuan bahwa penganiayaan yang dilakukan suami terhadap istri berkaitan erat dengan kedudukan subordinatif kaum perempuan dalam masyarakat. Apa yang dilakukan oleh suami ini dikategorikan sebagai kejahatan seksual karena kejahatan termasuk dilakukan karena perbedaan jenis kelamin. Yakni, pelaku adalah laki-laki dan korban adalah perempuan. Kejahatan ini disebut juga sebagai “kekerasan berbasis gender” (gender-based violence).
Situasi subordinatif yang dialami kaum perempuan itu antara lain disebabkan relasi gender yang tidak seimbang antara suami dan istri. Di kalangan masyarakat masih kuat anggapan bahwa suami memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari pada istri, karena mempunyai kekuasaan penuh dalam menjalankan biduk rumah tangga. Dari sini, bisa dipahami kemudian kalau kekerasan terhadap perempuan merupakan salah satu mekanisme krusial yang menempatkan kaum perempuan dalam posisi subordinasi di hadapan kaum laki-laki (Mulia, 2005: 158).
Faktor yang menjadi penyebab terjadinya kekersan dalam rumah tangga sebagai berikut:
Kontruksi sosial budaya sangat berpengaruh terhadap pembagian peran yang dimainkan oleh kelompok-kelompok masyarakat, termasuk di dalamnya kelompok-kelompok dengan jenis kelamin tertentu. Artinya, konstruksi sosial budaya ini turut memberikan kontribusi dalam penciptaan relasi antara laki-laki dan perempuan secara setara (adil) atau sebaliknya, timpang.
Konstruksi sosial budaya yang berkembang dalam masyarakat di dalam lintasan sejarah menunjukkan bahwa relasi gender senantiasa mengalami fluktuasi. Sebenarnya ini memperlihatkan bahwa relasi gender yang timpang bukanlah sebuah konstruksi yang tidak bisa diubah. Memang dalam kenyataan sejarah, seringkali laki-laki menempati posisi supraordinat, sedangkan perempuan berada pada posisi subordinat. Akan tetapi, sekali lagi itu adalah konstruksi sosial yang tidak baku (Sukri, 2004: 17).
Identitas dan karakteristik hasil konstruksi budaya semacam ini, menyebabkan terbentuknya stereotip dan menyekat peran non kodrati laki-laki dan perempuan. Pembagian peran yang kodrati didasarkan atas ketentuan Allah maka tidak menimbulkan persoalan. Peran semacam ini, tidak dapat ditukar atau digantikan satu sama lain. Sehingga laki-laki dan perempuan, tinggal menerima dan menjalani peran kodrati tersebut.
kodrati itu, sering kemudian dipersepsikan sebagai kodrati yang melekat pada laki-laki dan perempuan, seperti laki-laki berperan di
wilayah publik, sedangkan perempuan di wilayah domestik. Adanya pembakuan peran non kodrati itu, kemudian menimbulkan pandangan yang lebih mengutamakan derajat laki-laki, dibanding dengan perempuan yang wilayah kerjanya di rumah dan tidak mendatangkan prestise maupun prestasi.
d. Kepribadian Pelaku
Saparinah Sadli dalam Sukri (2004: 24) mengemukakan bahwa tidak ada profil tipikal (khusus) mengenai pelaku kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga ataupun kekerasan terhadap istri. Namun, ada yang mencoba mengadakan tipologi berdasarkan tipe kepribadiannya, yakni:
1) Suami yang sangat cemburu dan memiliki ketergantungan.
2) Suami yang dominan, sehingga jika istri terlalu independen dan kurang mengakui dominasi laki-laki akan menjadi penyebab timbulnya kekerasan terhadap istri.
3) Suami yang dependen dan pasif pada umumnya menerima saja apa yang dilakukan istri terhadapnya tetapi suatu waktu ia akan kembali kasar dan membalas perlakuan istrinya dengan kekerasan. 4) Suami yang agresif dan menyelesaikan setiap konflik dengan
5) Terjadinya depresi atau gangguan psikologis lainnya yang menimpa suami dan mendorongnya untuk melakukan kekerasan. Atau suami terkena dampak penggunaan obat-obatan (narkoba) dan minuman keras yang menyebabkan terjadinya kekerasan.
Selain itu, suami yang berasal dari keluarga yang di dalamnya terjadi kekerasan dalam rumah tangga memiliki kecenderunganmenirukan apa yang dilihat dalam keluarganya. Dari berbagai penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga itu, menurut Saparinah Sadli, yang paling banyak adalah ketidaksesuaian pendapat tentang masalah uang, adanya rasa cemburu, terkait dengan masalah seksual, dan masalah atau dampak dari obat-obatan serta minuman keras (Sukri, 2004: 25). 5. Dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga
Menurut Sukri (2004), dampak kekerasan dalam rumah tangga, istri yang menjadi korban kekerasan tidak spontan mengajukan gugatan cerai setelah mengalami kekerasan. Pada umumnya kekerasan itu telah terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama. Dengan demikian, gugatan cerai itu merupakan salah satu dampak kekerasan jangka panjang yang menimpa istri.
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Program Mamah dan Aa’ Beraksi
1. Profil Program Mamah dan Aa‟ Beraksi
Perkembangan zaman telah merubah lingkungan dan kehidupan di dunia ini. Berbagai masalah kehidupan terjadi dalam ruang lingkup yang luas hingga yang terkecil. Timbul banyak permasalahan hidup yang semakin rumit. Meningkatnya kriminalitas, terjadi kekerasan dimana-mana dan bobroknya budaya sosial masyarakat, sehingga banyak terjadi konflik dalam masyarakat itu sendiri. Hal tersebut semakin mempengaruhi pola hidup dan pola piker masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat pun memerlukan solusi untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah tersebut.
Pada dasarnya manusia tidak terlepas akan kebutuhan-kebutuhan yang khusus, seperti hiburan dan informasi. Salah satunya informasi religi. Kebutuhan manusia akan nilai-nilai religius merupakan kebutuhan pribadi yang sangat penting. Dapat dikatakan kebutuhan tersebut adalah kebutuhan dasar manusia sebagai pedoman dalam menjalani hidup. Dan kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat diperoleh melalui televisi.
mendekatkan masyarakat kepada nilai-nilai kehidupan sosial dan agama, serta sebagai media penjembatan dan penyebaran nilai-nilai agama. Dengan melihat fenomena seperti yang telah dijelaskan, Maka Indosiar menciptakan sebuah program talk show religi yang bernuansa islami. Dimana acara tersebut dapat memberikan solusi akan permasalahan seputar kehidupan sosial masyarakat dan agama.
Program talk show religi tersebut diberi nama Mamah dan Aa. Tayangan berdurasi satu jam itu telah mengudara kali pertama pada hari Kamis, tanggal 15 Maret 2007, pukul 08.00 WIB. Program ini memang sudah memfokuskan diri sejak awal sebagai tempat untuk menerima keluhan atau pertanyaan seputar kehidupan Islami. Pada bulan September 2013 program Mamah dan Aa‟ berubah menjadi Mamah dan Aa‟ Beraksi, kata “Beraksi”
diambil dari program pencarian bakat “Aksi” (Akademi Sahur Indosiar) yang
ditayangkan pada ramadhan bulan September 2013.
Program ini dipandu oleh seorang pembicara yang biasa disebut dengan panggilan Mamah Dedeh, yaitu Hj Dedeh Rosidah Syarifudin. Disamping itu ada seorang pembawa acara yang biasa disebut dengan panggilan Aa, yaitu Abdel Achrian.
orang Betawi. Penyampaiannya tegas, galak, kadang mengundang tawa para jemaahnya. Apalagi kalau sudah mendengar ketawa mama Dedeh sendiri. "Ya, saya menyampaikan apa adanya sesuai Quran dan Hadits," jelas Mama Dedeh. Perempuan kelahiran Ciamis, 5 Agustus 1951 ini mengenal dakwah sejak kecil. Ia adalah anak seorang kiai bernama Sujai dan menikah dengan Syarifuddin yang juga anak kiai asal Betawi KH.Hasan Basri. Masa kecil dan remajanya ia habiskan di kota kelahirannya. Ia besar dalam lingkungan agama yang ketat. Ayahnya seorang kiai. Tak heran bila Mama Dedeh dan saudaranya melakoni seperti ayahnya berceramah sejak kecil. Saat usia SD, Mama Dedeh kadang mengisi ceramah-ceramah pengajian di kampung.
bercermah. Setelah lima tahun di sana, ia pindah ke Depok. Beradaptasi dengan lingkungan baru bukan hal yang sulit baginya. Ia bahkan diminta untuk mengisi acara pengaian di lingkungannya. Seiring perjalanan waktu, ia pun berceramah dari RW ke RW hingga antar kampung. Tak hanya itu, ia juga mengangkat anak asuh untuk disekolahkan. Namanya mulai dikenal di sekitar Jabotabek.
Pada tahun 1994, aktor Benyamin Sueb pemilik radio betawi Bens Radio meminta Mama Dedeh mengisi program Ngaji setiap hari Jumat. Nama Mama Dedeh masuk ke sini, karena salah satu anak asuhnya yang bekerja di radio ini mengusulkannya ke Benyamin Sueb yang sedang mencari penceramah perempuan. Mama Dedeh mulai siaran di Radio. Gaya khasnya yang ceplas-ceplos mirip dengan karakter Bens Radio mendapat respon yang bagus dari pendengar radio. Dari situlah stasiun televisi Indosiar mengenal dan memintanya mengisi program Mamah dan Aa.
misalnya program; Mamah dan Aa, Ceramah (ceria Bersama mamah), Mamah On The Street, Mamah dan Aa Beraksi,Mamah dan Aa Beraksi.
Pendampingnya Mamah Dedeh dalam acara Mamah dedeh & Aa Abdel di Indosiar memiliki nama lengkap Abdel Achrian, lahir di Jakarta 27 September 1970 adalah pemeran, pelawak, presenter televisi Indonesia keturunan Minangkabau. Aa Abdel memulai karier sebagai penyiar radio, kemudian merambat dunia lawak melalui judul program Abdel dan Temon.
Dilihat dari riwayat hidup Mamah Dedeh dari kecil yang telah dibesarkan di lingkungan pesantren lalu melanjutkan kuliah dikampus isami dan sambil kuliah Mamah Dedeh menyiarkan islam di kampong-kampung maka dari itulah dia pantas menjadi host di acara religi tersebut. Aa Abdel yang backgroundnya seorang pelawak juga pantas mendampingi Mamah Dedeh, karena dengan adanya Aa Abdel di acara religi tersebut dapat membangkitkan semangat para majelis Taklim yang hadir di studio dan penonton yang ada dirumah. Dengan gabungan host Aa Abdel yang lucu dan Mamah Dedeh yang berilmu dalam agama, penonton mendapatkan dua manfaat sekaligus, yaitu ilmu agama dari Mamah Dedeh serta candaan dari Aa Abdel.
2. Isi Secara Umum Program Acara Mamah dan Aa Beraksi
permasalahan hidup. Karena masalah yang dihadapi oleh seorang pemirsa yang mencurahkan masalahnya kepada Mamah, sangat mungkin dialami oleh pemirsa lainnya. Dengan kata lain, solusi yang diberikan dapat bermanfaat bagi khalayak luas.
Mamah Dan Aa hadir setiap hari Senin hingga sabtu di layar kaca Indosiar. Tepatnya pada pukul 05.00 WIBhingga pukul 06:00 WIB. Mamah Dan Aa disiarkan secara langsung hanya pada hari jumat dan sabtu. Namun siaran tunda ditayangkan pada hari senin, selasa, rabu, dan kamis.
Mamah dan Aa juga merupakan media interaktif dengan pemirsa di studio dan di rumah serta memberikan kesempatan dalam memberikan tanggapan atau pertanyaan melalui saluran telepon yang disediakan Indosiar. Untuk pemirsa yang hadir di studio, umumnya berasal dari kelompok pengajian. Sementara untuk yang di rumah, Indosiar membuka saluran telepon. Dengan nomor telepon 5641234 (Jabodetabek), dan 021-5655676 (Luar Jabodetabek). Saluran ini diberi nama nomor curhat atau mencurahkan hati.