• Tidak ada hasil yang ditemukan

No. Parameter Sifat Fisik Metode Bobot Isi Porositas Total Pori Drainase Indeks Stabilitas Agregat Tekstur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "No. Parameter Sifat Fisik Metode Bobot Isi Porositas Total Pori Drainase Indeks Stabilitas Agregat Tekstur"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

No. Parameter Sifat Fisik Metode 1. 2. 3. 4. 5. 6. Bobot Isi Porositas Total Pori Drainase

Indeks Stabilitas Agregat Tekstur

Permeabilitas

Gravimetri Gravimetri pF

Pengayakan Kering dan Basah Bouyoucus (Hidrometer) Permeabilitas Tanah dalam Keadaan Jenuh

b. Kimia Tanah

Analisis kimia tanah dilakukan untuk mengetahui kadar N awal pada tanah yang digunakan. Parameter yang diukur adalah N total yang diukur dengan metode destilasi.

c. Air Limbah

Analisis kimia pada air limbah dilakukan untuk mengetahui daya netralisasi tanah pada air limbah. Analisis ini dilakukan pada air limbah sesudah melalui kolom Latosol, Podsolik, dan Regosol. Parameter yang diukur adalah nitrat (NO3), fosfat (PO4), dan sulfat (SO4).

Tabel 4.Jenis Parameter dan Metode Analisis Limbah Domestik No. Paramater Kimia Metode

1. 2. 3. Nitrat Fosfat Sulfat Spektrofotometri

Kolorimetri dengan pewarnaan biru molibden pada panjang gelombang 693nm

Turbidimetri

(2)

Sifat Fisik Tanah

Hasil analisis sifat fisik tanah Latosol, Podsolik, dan Regosol, disajikan pada Tabel 5 dan Gambar 5.

Tabel 5.Hasil Analisis Sifat Fisik Latosol, Podsolik, dan Regosol

Parameter Sifat Fisik Latosol Podsolik Regosol

0-30 cm 30-60 cm 0-30 cm 30-60 cm 0-30 cm 30-60 cm

Bobot Isi (g/cm3) 0,91 0,85 1,09 1,07 1,26 1,39

Kelas Tekstur Lempung Berliat

Lempung Berliat

Liat Liat Pasir

Berlempung Lempung Berpasir Kelas Permeabilitas (cm/jam) Sedang (4,77) Sedang (4,01) Sedang (3,99) Sedang (3,33) Sangat cepat (75,88) Sangat cepat (90,22) Porositas Total (%) 65,66 67,92 58,68 59,77 52,26 49,51 Indeks Stabilitas Agregat Sangat stabil sekali (312) Sangat stabil sekali (360) Sangat stabil sekali (439) Sangat stabil sekali (385) Agak stabil (66) Stabil (68)

Gambar 5. Beberapa Sifat Fisik Latosol, Podsolik, dan Regosol Penelitian

a. Bobot Isi

Berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 5, diketahui BI tanah Latosol, Podsolik, dan Regosol penelitian berturut-turut adalah 0,88 g/cm3, 1,08 g/cm3, dan 1,33 g/cm. Bobot isi Latosol penelitian lebih besar dibandingkan bobot isi Latosol menurut Syakur (2010), sedangkan bobot isi Podsolik dan Regosol penelitianlebih kecil dibandingkan bobot isi Podsolik menurut Syakur (2010) dan bobot isi

1 50

0-30 cm 30-60 cm 0-30 cm 30-60 cm 0-30 cm 30-60 cm

Latosol Podsolik Regosol

Bobot Isi (g/cm3) Permeabilitas (cm/jam) Porositas Total (%) Indeks Stabilitas Agregat

(3)

Regosol menurut Sinaga (2003). Menurut Syakur (2010) bobot isi Latosol dan Podsolik secara berturut-turut adalah 0,86 g/cm3 dan 1,21 g/cm3. Sinaga (2003) menambahkan bobot isi Regosol adalah 1,44 g/cm3

Bobot isi menunjukkan tingkat kesarangan tanah. Semakin kecil nilai bobot isi tanah maka semakin besar kesarangannya. Pada umumnya semakin sarang tanah maka kemampuannya dalam melalukan air (permeabilitas) semakin besar.Menurut Huda (2010) pengaruh bobot isi pada proses infiltrasi tanah tergantung pada jumlah rongga, jika sebuah tanah memiliki rongga atau pori-pori yang banyak maka penyerapan air akan baik atau cepat.Dengan demikian, dalam kaitannya dengan aplikasi limbah cair, semakin sarang tanah akan semakin mudah limbah dilakukan. Meskipun demikian, untuk Regosol meskipun bobot isinya relatif besar tidak selalu berkaitan dengan nilai kesarangan yang rendah. Hanafiah (2005) menyebutkan nilai bobot isi tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran partikel-partikel tanah, makin kasar maka bobot isi makin tinggi. Jumlah kandungan pasir yang tinggi dan jenis mineralnya dapat menyebabkan nilai bobot isi Regosol tinggi, tapi kemampuannya dalam melalukan air pun relatif tinggi (Gambar 5)

b. Porositas Total

Berdasarkan Tabel 5 diketahui porositas total tanah pada Latosol, Podsolik, dan Regosolpenelitian berturut-turut adalah 66,79%, 59,23% dan 50,88%. Porositas total merupakan penurunan dari persamaan yang dikaitkan dengan bobot isi tanah. Dengan demikian, semakin tinggi bobot jenis isi akan didapatkan nilai porositas yang semakin kecil.Porositas total belum menggambarkan secara mutlak kemampuan tanah dalam melalukan air. Kemampuan tanah dalam melakukan air dalam hubungannya dengan porositas lebih ditentukan oleh distribusi ukuran porinya. Kemampuan tersebut ditentukan oleh banyaknya pori drainase. Tabel lampiran 6 menunjukkan sebaran ukuran pori tanah penelitian.Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa Regosol mempunyai persentase pori drainase sangat cepat relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tanah lainnya dan memeiliki pori drainase lambat paling sedikit, sehingga berpotensi dalam meloloskan air limbah.

(4)

Menurut Tollefson (2011) tanah yang bertekstur halus (lempung) sebagian besar menghasilkan banyak pori-pori berukuran kecil (pori mikro) sedangkan tanah yang bertekstur kasar (pasir) sebagian besar menghasilkan banyak pori-pori berukuran besar (pori makro). Pori makro memungkinkan masuknya udara atau air dengan cepat ke dalam tanah sedangkan pori mikro membatasi pergerakan udara atau air melalui massa tanah.

c. Tekstur

Tekstur tanah Latosol, Podsolik, dan Regosol penelitian secara berturut-turut adalah lempung berliat, liat, dan pasir berlempung pada top soil dan seluruhnya lempung berpasir pada subsoil. Tekstur Latosol pada hasil analisis fisik berbeda dengan tekstur Latosol Darmaga menurut Mutmainah (2006) sedangkan tekstur Podsolik dan Regosol pada hasil analisis fisik sama dengan tekstur Podsolik Merah Kuning Jasinga menurut Sumono (1981) dan tekstur Regosol menurut Sinaga (2003).Menurut Mutmainah (2006) Latosol Darmaga bertekstur liat, Podsolik Merah Kuning Jasinga menurut Sumono (1981) bertekstur liat, sedangkan Regosol menurut Sinaga (2003) bervariasi pada setiap horison, yaitu dari pasir berlempung sampai lempung berpasir.

Tekstur mempengaruhi kecepatan laju infiltrasi tanah, dengan demikian adanya variasi tekstur pada tanah yang digunakan pada penelitian akan mempengaruhi kemamuan tanah tersebut dalam meloloskan limbah. Sutanto (2005)menyatakan umumnya jenis tanah lempung mempunyai laju infiltrasi yang rendah sedangkan pada tanah berpasir laju infiltrasinya tinggi.

d. Permeabilitas

Berdasarkan Tabel 5 diketahui permeabilitas tanah pada Latosol, Podsolik, dan Regosol penelitian secara berturut-turut adalah sedang (4,39 cm/jam), sedang (3,66 cm/jam) dan sangat cepat (83,05cm/jam). Nilai ini bersesuaian dengan hasil pengamatan Premono (1986), Syakur (2010) dan Lisnawati (1999).

Permeabilitas menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air, semakin tinggi nilainya maka akan semakin banyak peluang air yang dapat diloloskan. Gambar 2 menunjukkan bahwa Regosol mempunya nilai paling

(5)

tinggi.Meskipun demikian nilai tersebut masih lebih kecil dari nilai yang disyaratkan untuk parit infiltrasi (< 2.4m/jam) sehingga diharapkan masih relatif aman.

e. Stabilitas Agregat

Berdasarkan Tabel 5 diketahui stabilitas agregat tanah pada Latosol, Podsolik, dan Regosol penelitian secara berturut-turut adalah sangat stabil sekali (336), sangat stabil sekali (412), dan stabil (67).

Stabilitas agregat tanah menunjukkan daya tahan agregat tanah terhadap kekuatan dari luar, seperti pukulan air hujan dan aliran air. Pada tanah dengan agregat stabil aliran air tidak dapat dengan mudah menghancurkan agregasi tanah sehingga rongga-rongga antar agregat akan tetap stabil. Dengan demikian kemampuannya untuk melalukan air akan tetap tinggi. Ketiga tanah penelitian mempunya agregat stabil sampai sangat stabil sehingga air limbah yang diresapkan akan relatif lancar kecuali limbah tersebut mengandung bahan kimia yang dapat merusak bahan pengikat agregat tanah.

Karakteristik Limbah Awal

Limbah awal yang digunakan dalam penelitian mempunyai kadar N, PO4, dan SO4 berturut-turut sebesar 17,29 ppm, 4,27 ppm, dan 10,61 ppm.Kadar N tersebut lebih tinggi dari standard baku mutu air limbah non toilet menurut Laboratorium Teknik Lingkungan ITB tahun 1994 sedangkan kadar PO4dan SO4 nya lebih rendah.Standar air limbah non toilet menurut Laboratorium Teknik Lingkungan ITB tahun 1994 adalah mempunyaikadar minimal N, PO4, dan SO4 berturut-turut 0 ppm, 6,70 ppm, 150 ppm.

Kapasitas Tanah Menjerap Air Limbah

Kapasitas tanah dalam menjerap air limbah dapat dilihat dari waktu turun air limbah yang diberikan dan volume air limbah yang dilewatkan. Air limbah yang dilewatkan dapat diamati dengan mengukur volume air limbah yang turun dari kolom tanah setelah periode tertentu.

(6)

Waktu Turun Air Limbah

Rata-rata waktu turun air limbah setelah melalui kolom top soil tanah penelitian disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6.Rata-Rata Waktu Turun Air Limbah Setelah Melalui Kolom Top Soil.(Keterangan : L = Latosol, P = Podsolik, R = Regosol; M0 = Tanpa Media, M1 = Media A, M2 = Media B).

Berdasarkan Gambar 6 diketahui bahwa kolom tanah yang tidak menggunakan media (M1), umumnya pada minggu ke-4, air limbah cenderung membutuhkan waktu turun yang lebih lama dibandingkan dengan pada minggu-minggu sebelumnya. Hal ini diduga terjadi sebagai akibat perubahan sifat permukaan kolom tanah karena pemberian air limbah secara langsung. Pemberian air limbah secara langsung menyebabkan terjadinya penyumbatan akibat disintegrasi agregat tanah di bagian permukaan yang terkena air limbah. Disintegrasi agregat di permukaan kolom akibat tekanan air limbah menyebabkan tanah menjadi butiran-butiran halus sehingga menutup pori-pori tanah dan akibatnya menghambat proses infiltrasi.

Meskipun demikian, hasil analisis sidik ragam waktu turun air limbah (Tabel Lampiran 22-29) menunjukkan bahwa tanah, media, dan interaksi media dengan tanah tidak berpengaruh nyata terhadap waktu turun air limbah pada kolom top soil.

0 50 100 150 200 250 300 350 LM0 LM1 LM2 PM0 PM1 PM2 RM0 RM1 RM2 Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4 w ak tu (d et ik )

(7)

Gambar 7. Rata-Rata Waktu Turun Air Limbah Setelah Melalui Kolom SubSoil.(Keterangan : L = Latosol, P = Podsolik, R = Regosol;M0 = Tanpa Media, M1 = Media A, M2 = Media B).

.

Secara statistik perlakuan tanah berpengaruh nyata pada taraf 5 % terhadap waktu turun air limbah pada kolom tanah sub soil. Akan tetapi tidak demikian halnya dengan perlakuan media atau interaksi antara media dengan tanah. Gambar 7 menunjukkan bahwa waktu turun air limbah pada kolom tanah sub soil Podsolik lebih lama dibandingkan dengan pada kolom tanah sub soil kedua tanah lainnya. Berdasarkan data sifat fisik (Tabel 5) tampaknya tekstur menjadi penyebab lebih lamanya waktu turun air limbah pada kolom sub soil. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa sub soil Podsolik mempunyai kelas tekstur liat, sedangkan Latosol dan Regosol masing-masing lempung berliat dan lempung berpasir. Tabel 5 juga menunjukkan bahwa Posolik mempunyai nilai permeabilitas tanah paling kecil (rata-rata 3 cm/jam).

Hasil analisis beda nyata jujur (Tabel Lampiran 36) menunjukkan bahwa waktu turun air limbah minggu ke 1 dan minggu ke 3 padakolom Latosol berbeda nyata dengan kolom Podsolik tetapi tidak berbeda nyata dengan kolom Regosol sedangkan pada kolom Podsolik tidak berbeda nyata dengan kolom Regosol. Pada minggu ke 2, waktu turun air limbah pada kolom Regosol berbeda nyata dengankolom Podsolik tetapi tidak berbeda nyata dengan kolom Latosol sedangkan pada kolom Podsolik tidak berbeda nyata dengan kolom Latosol.

0 20 40 60 80 100 120 LM0 LM1 LM2 PM0 PM1 PM2 RM0 RM1 RM2 Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4 w ak tu (d et ik )

(8)

Semakin lama air limbah berada pada kolom tanah akan semakin banyak kesempatannya untuk “dinetralkan” oleh tanah.

Volume Air Limbah

Rata-rata volume air limbah setelah melalui kolom tanah disajikan pada Gambar 8 (kolom top soil) dan Gambar 9 (kolom sub soil)

Gambar 8.Rata-Rata Volume Air Limbah Setelah MelaluiKolom Top Soil. (Keterangan : L = Latosol, P = Podsolik, R = Regosol; M0 = Tanpa Media, M1 = Media A, M2 = Media B).

.

Gambar 8 dan 9menunjukkan bahwa volume air limbah yang melalui kolom tanah penelitian meningkat dari minggu ke-2 sampai minggu ke-4. Hal ini diduga karena pemberian air limbah yang dilakukan secara periodik menyebabkan tanah semakin jenuh sehingga sebagian besar air limbah dilepaskan melalui kolom tanah.

Hasil analisis sidik ragam volume air limbah (Tabel Lampiran 30-35) menunjukkan bahwa tanah, media, dan interaksi media dengan tanah tidak berpengaruh nyata terhadap volume air limbah yang melalui kolom top soil.

175 200 225 250 LM0 LM1 LM2 PM0 PM1 PM2 RM0 RM1 RM2 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4 V o lu m e (m l li te r)

(9)

Gambar 9.Rata-Rata Volume Air Limbah Setelah MelaluiKolom SubSoil. (Keterangan : L = Latosol, P = Podsolik, R = Regosol; M0 = Tanpa Media, M1 = Media A, M2 = Media B).

Secara statistik perlakuan tanah berpengaruh nyata pada taraf 5 % terhadap volume air limbah pada kolom tanah sub soil. Akan tetapi tidak demikian halnya dengan perlakuan media atau interaksi antara media dengan tanah.Gambar 9menunjukkan bahwa volume air limbah yang melalui kolom sub soil meningkat dari minggu ke-2 sampai minggu ke-4.

Hasil analisis beda nyata jujur (Tabel Lampiran 37) menunjukkan bahwa volume air limbah minggu ke 2 pada kolom Podsolik berbeda nyata dengan kolom Regosol tetapi tidak berbeda nyata dengan kolom Latosol sedangkan pada kolom Regosol tidak berbeda nyata dengan kolom Latosol. Pada minggu ke 4, volume air limbah pada kolom Regosol berbeda nyata dengan kolom Latosol tetapi tidak berbeda nyata dengan kolom Podsolik sedangkan pada kolom Latosol tidak berbeda nyata dengan kolom Podsolik.

Kualitas Limbah Akhir

Kualitas limbah setelah air limbah melalui kolom Latosol, Podsolik, dan Regosol, disajikan pada Tabel 6.

175 200 225 250 LM0 LM1 LM2 PM0 PM1 PM2 RM0 RM1 RM2 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4 V o lu m e (m l li te r)

(10)

Tabel 6. Perubahan Kadar Nitrogen, Fosfat, Sulfat pada Air Limbah Setelah Melalui Kolom Latosol, Podsolik, dan Regosol

Kadar N, PO4, SO4yang dijerap tanah

Latosol Podsolik Regosol

M1 M2 M3 M1 M2 M3 M1 M2 M3

Nitrogen (ppm) 10.27 12.26 10.57 15.63 15.87 13.77 14.91 11.49 12.64

Fosfat (ppm) 4.25 4.26 4.18 4.23 4.21 4.24 4.22 4.21 4.25

Sulfat (ppm) 10.00 10.39 7.48 4.89 6.54 5.79 -12.18 -7.10 -9.16

(ket : Kadar nitrogen didapatkan dari perubahan kadar nitrat menjadi nitrogen, M1 (tanah tanpa media), M2 (tanah dengan media A), M3 (tanah dengan media B). Hasil (-) menunjukkan terjadinya penambahan kadar limbah.

Secara statistik (Tabel Lampiran 13-21) perlakuan tanah berpengaruh nyata pada taraf 1% dan 5% terhadap kadar nitrogen, fosfat, dan sulfat. Akan tetapi tidak demikian halnya dengan perlakuan media atau interaksi antara media dengan tanah. Tabel 6 menunjukkan kadar nitrogen dan fosfat berkurang setelah melalui kolom Latosol, Podsolik, dan Regosol, sedangkan kadar sulfat berkurang setelah melalui Latosol dan Podsolik tetapi bertambah setelah melalui Regosol. Hasil analisis beda nyata jujur kualitas limbah setelah air limbah melalui kolom Latosol, Podsolik, dan Regosol disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Perubahan Kadar Nitrogen, Fosfat, dan Sulfat pada Air Limbah Setelah Melalui Kolom Tanah

Perlakuan M0 M2 M4

N PO4- SO42- N PO4+ SO42- N PO4- SO4

2-Latosol 11,22 4,26 9,71Aa* 9,78Aa* 4,27Aa* 10,57Aa* 11,25Aa* 4,16 7,58Aa*

Podsolik 14,77 4,25 7,45Ab 15,76Bb 4,23Bb 7,55Bb 15,91Ab 4,20 2,23Bb

Regosol 8,79 4,25 -2,32Bb 15,98Bb 4,24Cc -13,42Cc 14,23Ab 4,19 -12,71Cc

Nilai Kritis

BNJ 5% - - 7,92 2,3 0 3,03 2,2 - 8,11

BNJ 1% - - 10,85 3,16 0 4,14 3,07 - 11,1

*) Angka yang diikuti dengan huruf besar dan kecil yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1% dan 5%. (M = Minggu ke, BNJ = Beda Nyata Jujur)

Berkurangnya kadar nitrogen, fosfat, dan sulfat diduga karena sebagian dari bahan tersebut dijerap oleh tanah pada kompleks jerapan dan atau diimobilisasi oleh unsur lainnya.Kadar nitrogen, fosfat, dan sulfat limbah setelah melalui kolom tanah disajikan pada Gambar 9, 10, dan 11.

(11)

Gambar 9. Kadar Nitrogen (ppm) Limbah Setelah MelaluiKolom Latosol, Podsolik, dan Regosol pada minggu ke 0, 2, 4.(Keterangan : L = Latosol, P = Podsolik, R = Regosol; M0 = Tanpa Media, M1 = Media A, M2 = Media B).

Hasil analisis menunjukkan bahwa fosfat mengalami penurunan terbesar setelah melalui kolom tanah, yaitu sebesar 99%. Hal ini diduga karena P dalam tanah sangat rendah sehingga sebagian besar P (dalam bentuk fosfat) yang terdapat dalam limbah dijerap oleh tanah. Fosfat dijerap pada komplek jerapan dan oleh oksidasi Fe dan Al. Meskipun demikian, fosfat dapat memiliki reaksi jerapan yang lebih kompleks, tidak hanya diikat dengan cara reaksi pertukaran anion saja (Parfitt, 1978).

Gambar 10 menunjukkan adanya peningkatan kadar fosfat dalam limbah setelah melalui kolom tanah pada pengamatan minggu ke 2 dan minggu ke 4. Hal ini menunjukkan dengan semakin meningkatnya kadar P dalam tanah akibat penambahan dari limbah jerapannya semakin berkurang.

Pola jerapan sulfat hampir mirip dengan pola jerapan fosfat.Keterikatan sulfat dengan tanah sebagian besar terjadi di permukaan liat dan hidroksi Fe dan Al saja, sedangkan fosfat berikatan lebih kuat dengan membentuk ikatan kovalen dengan tanah, sehingga memberikan reaksi yang lebih konstan daripada sulfat.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Minggu ke-0 Minggu ke-2 Minggu ke-4

Limbah LM0 LM1 LM2 PM0 PM1 PM2 RM0 RM1 RM2 k ad ar N (p p m )

(12)

Gambar 10. Kadar Fosfat (ppm) Limbah Setelah MelaluiKolom Latosol, Podsolik, dan Regosol pada minggu ke 0, 2, 4(Keterangan : L = Latosol, P = Podsolik, R = Regosol; M0 = Tanpa Media, M1 = Media A, M2 = Media B, Kadar Fosfat Air Limbah = 4,27 ppm).

Jerapan sulfat pada tanah terjadi melalui 2 mekanisme, yaitu 1) pertukaran anion yang disebabkan oleh muatan positif pada oksida besi dan aluminium atau pada sisi luar kristal liat (terutama liat jenis kaolinit pada pH tanah rendah); 2) pengikatan ion sulfat oleh kompleks hidroksi aluminium dan besi dengan ikatan koordinasi.Sanchez (1976) menambahkan bahwa jerapan sulfat oleh tanah terjadi melalui 1) pertukaran ion SO42- dengan OH- pada permukaan besi, aluminium, dan liat;2) ion SO42-tersebut berikatan dengan muatan positif bebas.

Gambar 11 menunjukkan terjadinya penurunan kadar sulfat pada limbah setelah melalui kolom tanah Latosol dan Podsolik masing-masing sebesar 54% dan 87%. Akan tetapi pada Regosol terjadi peningkatan kadar sulfat yaitu sebesar 67% dan 86% pada minggu ke 2 dan minggu ke 4.

Peningkatan kadar sulfat diduga terjadinya aktifitas mikrobial pada Regosol dan terjadinya pencucian sulfat yang diduga sebelumnya ada pada Regosol akibat penambahan limbah yang mengandung sulfat dan fosfat. Kasus demikian terjadi pada Fitzgerald, Strickland, dan Swank (1982).

0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30

Minggu ke-0 Minggu ke-2 Minggu ke-4

LM0 LM1 LM2 PM0 PM1 PM2 RM0 RM1 RM2 k ad ar P O4 (p p m )

(13)

Gambar 11.Kadar Sulfat (ppm) Limbah Setelah MelaluiKolom Latosol, Podsolik, dan Regosol pada minggu ke 0, 2, 4(Keterangan : L = Latosol, P = Podsolik, R = Regosol; M0 = Tanpa Media, M1 = Media A, M2 = Media B).

Pengurangan kadar nitrogen, fosfat, dan sulfat rata-rata setelah air limbah melalui Latosol secara berturut-turut sebesar 63%, 99%, dan 87%. Pengurangan kadar nitrogen, fosfat, dan sulfat rata-rata setelah air limbah melalui Podsolik secara berturut-turur sebesar 87%, 99%, dan 54%. Pengurangan kadar nitrogen dan fosfat rata-rata setelah air limbah melalui Regosol secara berturut-turut sebesar 75 % dan 99%, sedangkan peningkatan kadar sulfatadalah 89%.

Peranan Media

Hasil analisis sidik ragam pada (Tabel Lampiran 13-35) menunjukkan bahwa media tidak berpengaruh nyata terhadap pengurangan kadar air limbah, waktu turun air limbah, dan volume air limbah.

Walaupun tidak berpengaruh nyata, media cenderung berperan dalam menjaga struktur tanah agar tidak hancur oleh pukulan air pada saat pemberian limbah dan membuat air limbahyang melalui kolom tanah lebih jernih (Gambar Lampiran 1) . Tanah yang diberi media mempunyai waktu turun air limbah yang lebih lama dibandingkan tanah yang tidak diberi media pada minggu ke-0 hingga minggu ke-2. Pada minggu ke-2 hingga minggu ke-4 waktu turun air limbah pada tanah yang diberi media lebih cepat dibandingkan tanah yang tidak diberi media. Hal ini diduga pada bagian atas tanah yang tidak menggunakan media terjadi

0 5 10 15 20 25 30

Minggu ke-0 Minggu ke-2 Minggu ke-4

Limbah LM0 LM1 LM2 PM0 PM1 PM2 RM0 RM1 RM2 k ad ar S O4 (p p m )

(14)

kerusakan struktur tanah oleh pukulan-pukulan air pada saat pemberian limbah sehingga terjadi penyumbatan.

Lebih jernihnya limbah setelah melalui tanah yang diberi media (M1 dan M2) dibandingkan dengan tanah tanpa media (M0), karena media dapat berperan dalam menyaring limbah sebelum meresap kedalam tanah.

Gambar

Tabel 4.Jenis Parameter dan Metode Analisis Limbah Domestik No. Paramater Kimia Metode
Tabel 5.Hasil Analisis Sifat Fisik Latosol, Podsolik, dan Regosol
Gambar 6.Rata-Rata  Waktu  Turun  Air  Limbah  Setelah  Melalui  Kolom Top Soil. (Keterangan : L = Latosol, P = Podsolik, R = Regosol; M0 = Tanpa Media, M1 = Media A, M2 = Media B).
Gambar 7. Rata-Rata  Waktu  Turun  Air  Limbah  Setelah  Melalui Kolom SubSoil. (Keterangan  :  L  =  Latosol, P  =  Podsolik,  R  = Regosol;M0  = Tanpa Media, M1 = Media A, M2 = Media B).
+7

Referensi

Dokumen terkait