• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Literatur

2.1.1 Nilai Perusahaan

Menurut Weston and Copeland (1999) Nilai perusahaan dapat didefinisikan sebagai nilai wajar perusahaan yang menggambarkan persepsi investor terhadap emiten bersangkutan. Dalam hal ini ini konsep dasar nilai perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut : V= B + S dimana V adalah nilai perusahaan, B adalah nilai pasar dari liability dan S adalah nilai pasar dari equity

(Weston and Copeland, 1999). Nilai perusahaan merupakan penjumlahan nilai pasar hutang dan nilai pasar ekuitas, sehingga jika tujuan manajemen ingin menaikan nilai perusahaan maka manajemen harus memilih komposisi liability

terhadap equity yang menghasilkan nilai perusahaan yang maksimum.

Menurut Fama (1978, dalam Samisi 2013: 454) nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Harga saham didasarkan penilaian eksternal terhadap asset perusahaan serta pertumbuhan pasar saham. Harga pasar saham yang terbentuk disebut nilai pasar perusahaan karena mencerminkan nilai asset perusahaan sesungguhnya. Semakin tinggi harga suatu saham maka semakin tinggi nilai perusahaan, karena nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan tersebut dikaitkan dengan harga saham.

(2)

Dendrawijaya (2009, dalam putri 2013:4) mengemukakan dampak dari keberadaaan NPL yang tidak wajar salah satunya adalah hilangnya kesempatan memperoleh income dari kredit yang diberikan sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk terhadap profitabilitas perusahaan. Nilai profitabilitas yang negatif dapat menurunkan nilai perusahaan. Karena pihak eksternal akan menilai perusahaan melalui kinerja keuangan perusahaan tersebut.

Menurut Mogdiliani dan Miller (dalam Nugroho, 2013:13) Nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan. Earning yang positive berarti perusahaan mampu menghasilkan laba dengan menggunakan keseluruhan asset yang dimiliki. Semakin tinggi earning yang diperoleh perusahaan maka semakin tinggi nilai perusahaan.

Menurut Harnanto (1984: 174, dalam Gunawan 2011:32) bagi pemilik perusahaan, perusahaan yang tidak/kurang likuid berarti mengurangi kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar atau kehilangan kontrol terhadap sebagian atau keseluruhan modal yang diinvestasikan. Kehilangan kesempatan memperoleh laba perusahaan berarti menurunkan persepsi investor terhadap nilai perusahaan.

Ada beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur nilai perusahaan, yang paling popular di kalangan investor adalah dengan menggunakan Price to Book Value (PBV). Dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk memproksikan nilai perusahaan adalah Price to Book Value (PBV).

(3)

Menurut Sartono (2001:120) rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan atau Price to Book Value (PBV), menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Nilai Price to Book Value (PBV) menggambarkan berapa kali nilai pasar suatu saham di hargai pada nilai bukunya, atau untuk mengukur tingkat kemahalan dari suatu saham. Semakin tinggi nilai Price to Book Value (PBV) menunjukkan nilai perusahaan yang semakin meningkat. Begitu pula sebaliknya.

Menurut Brigham (2010:151) Rasio harga pasar suatu saham terhadap nilai bukunya memberikan indikasi pandangan investor terhadap nilai perusahaan. Perusahaan yang dipandang baik oleh investor dijual dengan rasio nilai buku yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan pengembalian yang rendah. Keberadaan nilai Price to Book Value (PBV) sangat penting bagi

investor untuk menilai saham-saham mana yang overvalued atau undervalued dalam perencanaan investasi saham perbankan. Semakin tinggi nilai rasio ini semakin tinggi tingkat kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan, begitu juga sebaliknya semakin rendah rasio ini kepercayaan publik terhadap prospek perusahaan menurun yang berakibat pada menurunnya permintaan terhadap saham perusaaan yang berimbas pada penurunan harga saham.

Price to Book Value (PBV) dapat dirumuskan sebagai berikut:

PBV

=

Harga Penutupan Per Lembar Saham Harga Ekuitas Per Lembar Saham

(4)

2.1.2 Rasio-Rasio Keuangan Yang Digunakan

Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas: a. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Modal bank terdiri atas dua macam, yaitu modal inti dan modal pelengkap. Modal dalam penelitian ini diproksikan oleh Capital Adequacy Ratio

(CAR). Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio untuk mengukur permodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan, terutama risiko terjadi karena bunga gagal ditagih (Kasmir, 2008:295). Rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) diperoleh dengan membandingkan jumlah modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Menurut Abdullah (2005:60) melalui rasio ini akan diketahui kemampuan menyanggah aktiva bank terutama kredit yang disalurkan dengan sejumlah modal bank. Semakin tinggi Capital Adequacy Ratio (CAR) semakin baik suatu perusahaan karena modal yang cukup dapat digunakan perusahaan untuk penyaluran kredit yang dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.

Kecukupan modal bank terkait dengan peranan bank sebagai financial intermediary. Semakin baik kemampuan bank dalam mencapai kecukupan modal semakin tinggi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Sehingga bank dapat menghimpun dana untuk memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaannya.

Capital Adequacy Ratio (CAR) dapat dirumuskan sebagai berikut:

CAR =Modal

(5)

b. Non Performing Loan (NPL)

Risk Profile dalam penelitian ini diproksikan oleh Non Performing Loan

(NPL). Non Performing Loan (NPL) merupakan salah satu kunci untuk menilai kualitas kinerja bank. Menurut Kasmir (2008:292), Credit Risk Ratio / NPL merupakan rasio untuk mengukur risiko terhadap kredit yang disalurkan dengan membandingkan kredit macet dengan kredit yang disalurkan.

Menurut Riyadi (2006:161) semakin besar tingkat NPL menunjukkan bahwa bank tersebut tidak professional dalam pengelolaan kreditnya sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat resiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang dihadapi bank. Jadi,

Non Performing Loan (NPL) dapat mengindikasikan adanya masalah dalam bank. Meningkatnya Non Performing Loan (NPL) dapat berpengaruh negatif terhadap bank. Salah satu dampak tersebut adalah berkurangnya modal yang dimiliki oleh bank. Non Performing Loan (NPL) atau kredit macet juga merupakan salah satu indikator untuk mengukur kemampuan bank mengkover resiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. Semakin kecil Non Performing Loan (NPL) semakin kecil pula resiko kredit macet yang ditanggung pihak bank.

Pembayaran kredit oleh debitur merupakan suatu keharusan agar operasional perbankan dapat berjalan dengan baik. Jika terjadi penunggakan pembayaran kredit oleh debitur maka bank dapat mengalami masalah permodalan, yang dapat berpengaruh terhadap masalah kinerja perbankan dan dapat berdampak terhadap turunnya kepercayaan masyarakat terhadap bank.

(6)

Didalam laporan keuangan bank, Non Performing Loan (NPL) ada 2 macam, yaitu Non Performing Loan (NPL) groos dan Non Performing Loan

(NPL) net. Non Performing Loan (NPL) gross adalah Non Performing Loan

(NPL) yang membandingkan jumlah kredit berstatus kurang lancar, diragukan, dan macet yang disatukan, dengan total kredit yang disalurkan. Sedangkan Non Performing Loan (NPL) net hanya membandingkan kredit berstatus macet dengan total kredit yang disalurkan (Hidayat, 2010). NPL yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Performing Loan (NPL) gross karena telah menghitung seluruh resiko kredit.

Non Performing Loan (NPL) dirumuskan sebagai berikut:

c. Return on Assets (ROA)

Earning dalam penelitian ini diproksikan oleh Return on Assets (ROA).

Return on Assets (ROA) menurut Kasmir (2012:201) adalah rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan.

Menurut Mogdiliani dan Miller (dalam Nugroho, 2013:13) Nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan. Return on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan atas pengembalian perusahaan dari seluruh pendanaan (aktiva) yang diberikan kepada perusahaaan. Rasio ini dihitung dengan cara membandingkan antara laba bersih dengan total aktiva. Rasio yang positif menggambarkan kemampuan perusahaan

𝑁𝑃𝐿 =Kredit bermasalah

(7)

menghasilkan laba dari total aktiva perusahaan. Sebaliknya Return on Assets

(ROA) yang negative menggambarkan dari keselurahan aktiva perusahaan, perusahaan mengalami kerugian. Semakin tinggi nilai rasio ini semakin baik perusahaan, begitu juga sebaliknya semakin rendah nilai ini semakin menurun kinerja suatu perusahaan. Return on Assets (ROA) mampu mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan di masa lampau untuk kemudian diproksikan di masa depan.

Semakin besar Return on Assets (ROA) menunjukkan kinerja suatu perusahaan semakin baik, karena adanya tingkat pengembalian atas investasi yang semakin tinggi. Return on Assets (ROA) juga merupakan perkalian antara faktor net income margin dengan assets turnover. Net income margin

menggambarkan seberapa besar laba yang dapat dihasilkan dari setiap penjualan yang di ciptakan, sedangkan assets turnover menggambarkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan penjualan dari aktiva yang dimiliki. Apabila salah satu dari rasio tersebut meningkat maka Return on Assets (ROA) juga akan meningkat.

Return on Assets (ROA) dapat dirumuskan sebagai berikut:

d. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Liquidity dalam penelitian ini di proksikan oleh Loan to Deposit Ratio

(LDR). Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio untuk mengukur

𝑅𝑂𝐴 =Laba bersih

(8)

komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana dari masyarakat dan modal sendiri yang digunakan (Kasmir 2008:290).

Tujuan perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah untuk mengetahui seberapa jauh suatu bank memiliki kondisi sehat dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Bank dikatakan likuid jika bank tersebut dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya dan dapat membayar kembali semua dana yang diterima dari pihak ketiga.

Menurut Taswan (2006:114) semakin tinggi LDR mengindikasikan semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, kondisi ini yang disebabkan karena jumlah yang di perlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Jadi, Loan to Deposit Ratio (LDR) yang meningkat menggambarkan besarnya kredit yang disalurkan dengan tujuan memperoleh laba. Jika bank tersebut tidak mampu menyalurkan dana yang dihimpun (idle cash) bank tersebut dapat mengalami kerugian. Loan to Deposit Ratio (LDR) juga dapat digunakan untuk menilai strategi manajemen. Manajemen yang bersifat konservatif memiliki nilai rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang rendah, karena adanya pembatasan pemberian kredit. Begitu juga sebaliknya manajemen bank yang agresif memiliki nilai rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang tinggi.

Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat dirumuskan sebagai berikut:

LDR = Kredit

(9)

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian Srihayati dkk (2015) yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh kinerja keuangan perbankan terhadap nilai perusahaan dengan metode Tobin’s Q. Objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan perbankan yang listing di kompas 100 selama periode 2009 sampai tahun 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel keuangan secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan secara parsial Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan dan Net Interest Margin (NIM) berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

Hidayat (2014) meneliti pengaruh rasio kesehatan perbankan terhadap nilai perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dengan menggunakan profil resiko, profil pendapatan dan profil permodalan sebagai variable independen dan nilai perusahaan yang diukur dengan Price to Book Value (PBV) sebagai variabel dependen. Sampel yang digunakan berjumlah 40 sampel perbankan yang listing dari tahun 2008 sampai tahun 2011. Pengujian sampel menunjukkan bahwa semua variabel independen yang terdiri atas profil resiko, profil pendapatan dan profil permodalan secara bersama-sama berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil pendapatan (earning profile) mempunyai pengaruh yang paling signifikan terhadap nilai

(10)

perusahaan. Dimana investor lebih tertarik pada laba yang dicetak oleh perusahaan. Pemilik modal dan investor juga secara keseluruhan memperhatikan peranan profil lain dalam melihat nilai perusahaan.

Kusuma dan Musaroh (2014) dalam penelitiannya menguji pengaruh rasio keuangan terhadap nilai perusahaan perbankan yang terdaftar di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA, NIM, LDR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, RAR berpengaruh negatif, APB dan ROE tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Fahrizal (2013) dalam penelitiannya menguji pengaruh Return on Assets

(ROA), Return on Equity (ROE) dan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap nilai perusahaan. Sampel yang digunakan berjumlah 12 perusahaan manufaktur sektor consumer goods yang listing di BEI periode 2002 sampai tahun 2011 dengan jumlah sampel 120 laporan keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaa, ROE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan dan IOS berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Nugroho (2013) dalam penelitiannya menguji pengaruh Good Corporate Governance (GCG), Return On Assets dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan yang terdaftar di Indonesia. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 58 sampel perusahaan yang listing di BEI periode 2008 sampai tahun 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Good Corporate Governance

(GCG) tidak berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Return On Assets

(11)

positif ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan. Variabel GCG, ROA dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Charningsih (2009) dalam penelitiannya menguji pengaruh Good Corporate Governance (GCG) terhadap hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian tersebut berjumlah 23 sampel perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI periode 2007 sampai tahun 2008 dengan total 46 pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan ROA brpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan ROE tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dan proporsi komisaris independen tidak mempunyai nilai signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa komisaris independen tidak mampu memoderasi hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan adanya komisaris independen dalam perusahaan hanyalah bersifat formalitas untuk memenuhi regulasi saja dan tidak dimaksudkan untuk menegakkan Good Corporate Governance (GCG) di dalam perusahaan. Sehingga keberadaan komisaris ini tidak untuk menjalankan fungsi monitoring yang baik dan tidak menggunakan independensinya untuk mengawasi kebijakan direksi.

Pane (2004) dalam penelitiannya menguji pengaruh going concern

terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode tahun 2000 sampai tahun 2003 dengan jumlah 10 sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Variabel Quick Ratio (QR) mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel

(12)

Banking Ratio(BR) mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel ROA mempunyai pengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel Interest Margin on Loan (IML) mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

(13)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No

Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

1 Srihayati, Tandika dan Azib (2015) Pengaruh Kinerja Keuangan perbankan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Metode Tobin’s Q Pada Perusahaan Perbankan Yang Listing di Kompas 100 (Periode 2009-2013) Variabel Dependen: Nilai Perusahaan Variabel Independen: Kinerja Keuangan Perbankan

Variabel Kinerja keuangan secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara parsial CAR berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, NPL berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, BOPO berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, LDR berpengaruh negative signifikan terhadap nilai perusahaan dan NIM berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan

2 Hidayat (2014)

Pengaruh Rasio Kesehatan Perbankan Terhadap Nilai

Perusahaan (Studi Kasus Pada Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

Variabel Dependen: Nilai Perusahaan Variabel Independen: Rasio Kesehatan Bank

SeSemua variabel Independen secara bersama-sama berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Profil risiko berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Profil pemodalan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, dan profil pendapatan berpengaruh berpengaruh positive signifikan terhadap nilai perusahaan.

(14)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

3 Kusuma dan Musaroh

(2014)

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Variabel Dependen: Nilai Perusahaan Variabel Independen: Rasio Keuangan

CA ROA, NIM dan LDR berpengaruh positive terhadap nilai perusahaan, RAR berpengaruh negatif, APB dan ROE tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan

4 Fahrizal (2013)

Pengaruh Return on Assets

(ROA), Return on Equity

(ROE) dan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Nilai Perusahaan

Variabel Dependen: Nilai Perusahaan Variabel Independen:

Return on Assets

(ROA), Return On Equity (ROE) dan

Investment

Opportunity Set

(IOS)

ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, ROE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan dan IOS berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

(15)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

5 Nugroho (2013)

Pengaruh Good Corporate Governance, Return on Assets Dan Ukuran

Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 208-2011 Variabel Dependen: Nilai Perusahaan Variabel Independen: Good Corporate Governance, Return on Assets dan Ukuran Perusahaan

Tidak terdapat pengaruh positif Good Corporate Governance (GCG) terhadap nilai perusahaan. Terdapat pengaruh positif Return On Assets (ROA terhadap nilai perusahaan.Tidak terdapat pengaruh positif ukuran perusahaan (Size) terhadap nilai perusahaan. Variabel

Good Corporate Governance (GCG),

Return On Assets (ROA) dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

6 Carningsih (2009)

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Hubungan antara Kinerja Keuangan Dan Nilai Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

Variabel Dependen: Nilai Perusahaan Variabel Independen: Kinerja Keuangan Variabel Moderasi Good Corporate Governance (GCG)

ROA berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, dan proporsi komisaris independen tidak mempunyai nilai signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa komisaris independen tidak mampu memoderasi hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan

(16)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

7 Pane (2004)

Pengaruh Going Concern

Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta

Variabel Dependen: Nilai Perusahaan Variabel Independen:

Going Concern

Variabel Quick Ratio (QR) mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel

Banking Ratio(BR) mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel ROA mempunyai pengaruh negative tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel Interest Margin on Loan (IML) mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan

(17)

2.3 Kerangka Konseptual Penelitian

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Penelitian

Penjelasan Kerangka konseptual

Penelitian ini bermaksud untuk meneliti pengaruh capital , risk profile, earning dan liquidity terhadap nilai perusahaan, dengan objek penelitian bank-bank umum go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Capital dalam penelitian ini diproksikan sebagai jumlah modal yang dikelola oleh sebuah bank dalam menjalankan fungsinya. Dalam memenuhi kecukupan modal, bank mengacu pada aturan yang dibuat oleh Bank Indonesia bersama dengan OJK. Dalam hubungannya dengan rentabilitas, bank yang ingin memperoleh laba lebih tinggi harus menyediakan modal yang lebih besar.

Capital Risk Profile Earning Liquidity Nilai Perusahaan H1 H2a H2b bb H2c H2d

(18)

resiko yang ditanggung oleh bank semakin tinggi pula. Selain itu, Ketersediaan modal yang besar meningkatkan likuiditas bank. Bank dengan kecukupan modal yang bagus akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Kepercayaan masyarakat yang meningkat akan meningkatkan nilai perusahaan.

Risk profile dalam penelitian ini diproksikan sebagai risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen resiko dalam operasional perbankan. Resiko kredit macet merupakan resiko yang besar pengaruhnya dalam operasional perbankan. Resiko kredit macet adalah resiko akibat gagal bayar debitur atau pihak lain dalam memenuhi kewajibannya kepada bank. Penilaian resiko inheren merupakann resiko yang melekat dalam kegiatan operasional perbankan, yang dapat berpengaruh terhadap posisi keuangan bank. Bank dengan nilai risiko kredit yang tinggi akan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Kepercayaan masyarakat yang menurun akan menurunkan nilai perusahaan.

Earning dalam penelitian ini diproksikan sebagai kinerja earning, sumber-sumber earning, dan sustainability earning perbankan. Dalam hubungannya dengan penyaluran kredit dalam rangka memperoleh laba, Semakin tinggi kredit yang disalurkan dalm rangka memperoleh laba semakin kecil kecukupan modal perbankan dan semakin kecil juga tingkat likuiditas bank. Besarnya kredit yang disalurkan juga meningkatkan resiko kredit macet bagi bank. Bank dengan rentabilitas yang tinggi akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Kepercayaan masyarakat yang meningkat akan meningkatkan nilai perusahaan.

(19)

Liquidity dalam penelitian ini diproksikan sebagai kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan alat-alat lukuid yang dimilikinya. Dalam hubungannya dengan memperoleh laba, semakin tinggi jumlah kredit yang disalurkan dalam rangka memperoleh laba, semakin kecil tingkat likuiditas bank, semakin rendah tingkat likuiditas bank semakin kecil juga tingkat kecukupan modal bank. Tingkat likuiditas yang rendah memunculkan resiko likuiditas. Bank dengan tingkat likuiditas yang bagus akan meningkatkan nilai perusahaan dari persepsi investor.

Dalam penelitian ini variabel nilai perusahaan sebagai variabel dependen di proksikan oleh PBV (Price to Book Value). Sedangkan variabel independen yaitu capital, risk profile, earning dan liquidity masing-masing di proksikan oleh

Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return on Assets

(ROA) Dan Loan to Deposit Ratio (LDR).

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan indikator kesehatan bank. CAR adalah ukuran kecukupan modal bank yang mencerminkan modal minimum yang harus dimiliki bank untuk menjamin kepentingan pihak ketiga. Kecukupan modal sangat penting bagi bank untuk menutupi kerugian yang mungkin terjadi dari aktivitas operasionalnya. Nilai CAR bank yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kepercayaan masyarakat.

Non Performing Loan (NPL) merupakan indikator terjadinya masalah dalam bank. NPL memberikan dampak negatif terhadap kinerja bank. Dampak negative tersebut salah satunya mengurangi permodalan. Penurunan jumlah

(20)

modal akan menyebabkan turunnya kinerja bank dan akan berdampak terhadap penurunan nilai perusahaan.

Return On Assets (ROA) merupakan raasio yang digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin tinggi pula nilai perusahaan. Loan to Deposit Ratio

(LDR) merupakan rasio likuiditas bank. Rasio LDR yang tinggi menunjukkan bank relatif tidak liquid. Bank yang tidak liquid akan berdampak terhadap penurunan nilai perusahaan. Begitu juga sebaliknya.

Semakin besar jumlah kredit yang diberikan bank akan kepada masyarakat semakin kecil tingkat likuiditas bank, semakin rendah tingkat kecukupan modal bank dan semakin besar resiko kredit macet yang dihadapi bank akan tetapi di sisi lain semakin tinggi tingkat laba yang diperoleh perusahaan. Tingkat laba yang semakin tinggi akan meningkatkan kinerja perusahaan di mata investor. Kinerja perbankan yang baik akan meningkatkan nilai perusahaan.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian dan kerangka konseptual diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Capital, Risk Profile, Earning dan Liquidity berpengaruh secara simultan terhadap Nilai perusahaaan

2. Capital, Risk Profile, Earning dan Liquidity berpengaruh secara parsial terhadap Nilai Perusahaan

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa semakin besar konsentrasi puree labu kuning yang ditambahkan maka nilai hardness semakin turun dan springiness kue

Hal tersebut dikarenakan media tanam pada perlakuan limbah ampas teh, kardus dan serbuk gergaji (P1) terdapat campuran ampas teh yang berpengaruh pada warna tudung

Peraturan pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan Jabatan, pengembangan karier,

UiTM CAWANGAN PULAU PINANG KAMPUS PERMATANG PAUH PULAU PINANG. JADUAL

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan berkah dan rahmat- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efek Teh Hijau Terhadap Penurunan Tekanan Darah

Measurement results of activity concentration of I-131 in soil and grass in Puri Serpong, BATAN Indah, Sengkol, Pabuaran, Suradita and Jaletreng are shown from Figure 5

NO NAM A NIK NO_PESERTA NAM A_JABATAN NAM A_LOKASI JENIS_FORM ASI LOKASI_UJIAN TGL_LAHIR TANGGAL W AKTU..

Laporan skripsi dengan judul “Sistem Informasi Manajemen Poliklinik Universitas Muria Kudus ” telah dilaksanakan dengan tujuan untuk menghasilkan sebuah sistem