• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Figur guru dalam pandangan Islam - BAB II ARIANTIKA HIMANIAR PAI'17

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Figur guru dalam pandangan Islam - BAB II ARIANTIKA HIMANIAR PAI'17"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Figur guru dalam pandangan Islam

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) figur adalah bentuk atau wujud, tokoh atau panutan, artinya sentral yang menjadi pusat, perhatian. Persamaan dari kata figur sendiri adalah profil, sosok (yang mengandung makna bentuk tubuh, bodi, perawakan, postur, raut badan, dan kepribadian atau sikap tubuh), tokoh dan panutan.

Menurut Alwi (2002:316) figur adalah suatu bentuk wujud tokoh, peran seseorang dan merupakan sentral yang menjadi pusat perhatian banyak orang. Figur guru dapat diartikan dengan melihat sudut pandang. Secara konseptual, guru yang diharapkan adalah sosok guru yang diidamkan oleh setiap pihak yang terkait. Misalnya dari sudut pandang siswa, guru harus dapat dijadikan sebagai sumber motivasi belajar, sumber keteladanan, ramah dan penuh dengan kasih sayang. Sebagai teladan guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil dan idola, atau dengan kata lain, seluruh kehidupannya adalah figur bagi anak didik dan masyarakat. Sedangkan dari sudut pandang orangtua, guru diharapkan dapat menjadi mitra pendidik bagi siswa, dengan harapan guru bisa menjadi orangtua disekolah.

(2)

Demikan halnya dalam pembelajaran di sekolah, untuk memperoleh yang optimal dituntut tidak hanya mengandalkan terhadap apa yang ada didalam kelas, tetapi harus mampu dan mau menelusuri aneka ragam sumber belajar yang diperlukan. Figur guru profesional memang saat ini sedang sangat dicari dikalangan guru dan dunia pendidikan. Kehadiran guru sebagai figur karena sejak dahulu seorang guru sudah mengantongi pendidikan lebih dari kebanyakan orang. Sehingga perilaku guru perlu ditiru oleh kebanyakan orang.

Menurut Djamarah, (2010:2) guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan, guru adalah figur manusia, yaitu sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Guru dan anak didik adalah dua sosok manusia yang tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Boleh jadi dimana ada guru disitu ada anak didik yang ingin belajar dari guru. Guru dengan ikhlas memberikan apa yang diinginkan oleh anak didiknya.

(3)

anak didiknya, sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia.

Secara singkat, guru bermutu (efektif) menurut Haris, Mujis (2005) yang dikutip oleh Musfah, (2015:21) memiliki empat kemampuan sebagai berikut : a. Profesionalitas, sebuah komitmen dalam menjalankan fungsi agar peserta

didik berhasil, percaya diri, selalu siap menghadapi tantangan, amanah, serta menghargai keragaman anak didik.

b. Kemampuan berfikir serta analitik dan konseptual

c. Memiliki dorongan kuat untuk melakukan perbaikan , keingintahuan yang tinggi, dan inisiatif

d. Kemampuan guru memimpin dalam kelas.

Guru agama Islam menurut Musfah, (2015:19) adalah seseorang yang mengajar dan mendidik agama Islam dengan membimbing, menuntun, memberi tauladan dan membantu mengantarkan anak didiknya ke arah kedewasaan jasmani dan rohani. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan agama yang hendak di capai yaitu membimbing anak agar menjadi seorang muslim yang sejati, beriman, teguh, beramal sholeh dan berakhlak mulia, serta berguna bagi masyarakat, agama dan Negara.

(4)

Namun demikian bukan berarti orang yang berilmu dan berketerampilan tidak diharapkan, tetapi yang sangat diperlukan tentu saja adalah orang yang berilmu dan berketerampilan, serta yang berakhlak mulia. Pembinaan anak didik oleh guru mencakup pada tiga aspek yaitu anak didik yang berakhlak mulia/bersusila, cakap dan terampil.

Djamarah, (2010:6) mengatakan ebagai guru pendidikan agama Islam haruslah taat kepada Tuhan, mengamalkan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Bagaimana ia akan dapat menganjurkan dan mendidik anak untuk berbakti kepada Tuhan kalau ia sendiri tidak mengamalkannya, jadi sebagai guru agama haruslah berpegang teguh kepada agamanya, memberi teladan yang baik dan menjauhi yang buruk. Anak mempunyai dorongan meniru, segala tingkah laku dan perbuatan guru akan ditiru oleh anak-anak. Bukan hanya terbatas pada hal itu saja, tetapi sampai segala apa yang dikatakan guru itulah yang dipercayai murid, dan tidak percaya kepada apa yang tidak dikatakannya.

B. Aspek-Aspek Figur Guru PAI

1. Karakteristik guru PAI

(5)

Tim Nasional Dosen Kependidikan, (2016:44) menjelaskan lebih rinci bahwa tugas menjadi guru memang tidak mudah dan tidak semua orang dapat melakukan tugas sebagai guru. Menurut Daradjat, sebagaimana dikutip oleh Qomari Anwar (2002) ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang guru, yaitu: a. Bertaqwa kepada Allah

b. Berilmu c. Sehat jasmani d. Berkelakuan baik

Istilah karakterisitk atau sifat menurut Musfah, (2015:164), dapat diartikan dasar watak yang dibawa sejak lahir. Menjadi guru di abad ini, tidak cukup hanya mempunyai kemampuan teknis semacam penguasaan materi, penguasaan metode pengajaran dan penguasaan menata dan mengatur kelas. Guru saat ini dituntut untuk memiliki sedikitnya delapan karakteristik. Kedelapan karakterisitk itu merupakan tuntutan kebutuhan bagi para murid yang disebut digital native. Berikut adalah ke delapan karakterisitik guru di abad ke-21 yaitu:

a. Adaptor (mampu mengadaptasi)

b. Communicator (mampu berkomunikasi)

c. Learner

d. Visionary

e. Leader (pemimpin)

(6)

g. Collaborator

h. Risk Taker (berani mengambil resiko).

Oktradiksa, (2012: 9-10) menjelaskan bahwa karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya adalah meliputi:

a. Guru yang fleksibel

Pada umumnya ditandai dengan keterbukaan berpikir dan beradaptasi selain itu, ia juga memiliki resistensi (daya tahan) terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur (terlampau dini) dalam pengamatan dan pengenalan. Ketika mengamati dan mengenali suatu objek atau situasi tertentu. Seorang guru yang fleksibel selalu berpikir kritis. Berpikir kritis adalah berpikir dengan penuh pertimbangan akal sehat yang dipusatkan pada pengambilan keputusan untuk mempercayai atau melakukan atau menghindar sesuatu. Dalam proses belajar mengajar, fleksibilitas kognitif guru terdiri dari tiga dimensi yaitu : (1) dimensi karakteristik pribadi guru ; (2) dimensi sikap kognitif guru terhadap siswa; (3) dimensi sikap kognitif guru terhadap mata pelajaran dan metode mengajar.

b. Guru yang terbuka

(7)

ikhlas. Di samping itu ia juga memiliki empati, yakni respon afektif terhadap pengalaman emosional dan perasaan tertentu orang lain. Ditinjau dari sudut fungsi dan signifikansi, keterbukaan psikologis merupakan karakteristik kepribadian yang penting bagi guru dalam hubungannya sebagai direktor belajar sebagai anutan siswa.

Menurut Firdaus, (2011:8), untuk membentuk moralitas dan akhlak terhadap peserta didik, maka terlebih dahulu seorang guru harus menghiasi dirinya dengan sifat dan akhlaq karimah dalam setiap gerak tindak dan perbuatannya. Seorang guru yang jauh dari sifat dan akhlaq karimah, maka akan sulitlah bagi guru tersebut untuk menginternalisasikan norma dan akhlaq yang mulia ke dalam diri peserta anak didiknya, bahkan guru tersebut akan runtuh kewibawaannya di hadapan para anak didiknya.

Al-Abrasyi yang dikutip oleh Nurhidayah, (2009:27) menyebutkan bahwa guru agama Islam sebaiknya memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

a. Zuhud: tidak mengutamakan materi, dan lebih mengutamakan mengajar karena mengajar untuk mencari ridho Allah SWT b. Bersih tubuhnya : penampilan lahiriyah yang menyenangkan c. Bersih jiwanya : tidak mempunyai dosa besar

d. Tidak riya

(8)

g. Ikhlas dalam melaksanakan tugas h. Sesuai antara perkataan dan perbuatan i. Tidak malu mengakui ketidaktahuan

j. Bijaksana dan tegas dalam perkataan maupun perbuatan k. Rendah hati (tidak sombong)

l. Lemah lembut, pemaaf dan sabar

m. Mengetahui karakter murid, mencakup pembawaan, pembiasaan, perasaan, dan pemikiran.

2. Kompetensi guru PAI

Musfah, (2015:180) mengatakan dari tugas profesi, tampak sekali bahwa tugas guru sudah cukup berat, belum lagi tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan. Karena itu, untuk menjadi guru sebaiknya harus diawali dengan panggilan jiwa/ hati nurani, sehinnga tumbuh minat yang kuat terhadap jabatan atau profesi itu. Jika minat sudah tumbuh, maka tugas seberat apapun tidak akan dirasakan berat, bahkan mungkin akan muncul perasaan bangga dan bahagia dengan tugas profesinya itu, karena tugas sebagai guru merupakan salah satu tugas yang tergolong mulia

(9)

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran.

Tim Nasional Dosen Kependidikan, (2016:71) menjelaskan bahwa di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa “kompetensi adalah seperangkat

pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya”

Hanafiah, (2010:103) mengatakan bahwa guru sebagai pelaku otonomi kelas memiliki wewenang untuk melakukan reformasi kelas (classroom reform) dalam rangka melakukan perubahan perilaku peserta didik secara berkelanjutan yang sejalan dengan tugas perkembangannya dan tuntutan lingkungan di sekitarnya. Guru sebagai arsitek perubahan perilaku peserta didik dan sekaligus sebagai model panutan para peserta didik dituntut memiliki kompetensi yang paripurna, seperti :

a. Kompetensi paedagogik

Kompetensi paedagogik yang harus dikuasai seorang guru/pendidik adalah sebagai berikut:

1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spritual, sosial, cultural, emosional, dan intelektual

(10)

3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diajarkan

4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik

5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran

6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki

7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik

8) Menyelenggarakan penilaian evaluasi proses dan hasil belajar 9) Memanfaatkan hasil penilaian untuk kepentingan pembelajaran 10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas

pembelajaran b. Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut:

1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia

2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat

(11)

4) Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

5) Menjunjung tinggi kode etik guru c. Kompetensi sosial

Kompetensi sosial yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut : 1) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif

karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi

2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua dan masyarakat

3) Beradaptasi di tempat bertugas diseluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman budaya

4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain

d. Kompetensi profesional

Kompetensi profesional yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut :

1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diajarkan

2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diajarkan

(12)

4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif

5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.

Sesuai dengan tugas profesionalnya, Musfah, (2015:180) menjelaskan bahwa ada beberapa kemampuan dasar atau kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru menurut Benjamin Bloom yaitu:

a. Kemampuan bidang pengetahuan (kognitif)

b. Kemampuan bidang sikap-perilaku (afektif)

c. Kemampuan keterampilan (psikomotor)

C. Peran dan tugas guru PAI

Tim Nasional Dosen Kependidikan, (2016:113) menjelaskan bahwa pekerjaan guru merupakan pekerjaan profesi, artinya pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Konsekuensinya guru harus mengembangkan keprofesiannya secara berkelanjutan (PKB), untuk dapat memperkecil jarak antara kompetensi yang dimiliki guru sekarang dengan apa yang menjadi tuntutan kedepan berkaitan dengan profesinya.

(13)

tugas pokok profesi guru. Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut untuk memiiki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar.

Djamarah, (2010:44) menerangkan bahwa banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Semua peranan yang diharapkan dari guru selama ini adalah:

1. Informator 2. Organisator 3. Motivator 4. Inisiator 5. Fasilitator 6. Pembimbing 7. Pengelola kelas 8. Mediator 9. Supervisor

Sudjana, (2010:15) berpendapat bahwa guru sebagai pemegang otonomi kelas atau pelaku reformasi kelas dapat melaksanakan peranannya sebagai berikut:

1. Guru sebagai pendidik

(14)

inovasi dan perubahan di lingkungan kelasnya. Peranan guru sebagai pendidik memiliki tanggung jawab yang lebih dalam dan luas didunia dan akhirat baik yang bersifat intelektual, moral, emosional, dan estetika 2. Guru sebagai pengajar

Mengajar merupakan proses merupakan transmisi dan transformasi sistem nilai kepada peserta didik. Menurut Amstrong, tugas dan tangung jawab guru dibagi menjadi lima kategori yaitu tanggung jawab pengajaran, tanggung jawab dalam memberikan bimbingan, tanggung jawab dalam mengembangkan kurikulum, tanggung jawab dalam mengembangkan profesi, dan tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat.

(15)

sesungguhnya sangat kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaktif edukatif di kelas tetapi juga diluar kelas.

D. Pengertian perilaku siswa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) perilaku adalah tangapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003:49) perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan arti yang sangat luas, antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, belajar, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Jadi perilaku manusia atau siswa adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang diamati langsung, maupun yang tidak diamati oleh pihak luar.

(16)

satu faktor yang sering dianggap menurunkan motivasi siswa remaja untuk belajar adalah materi pelajaran itu sendiri dan guru yang menyampaikan materi pelajaran. Materi pelajaran sering dikeluhkan oleh para siswa sebagai sesuatu yang membosankan, terlalu banyak bahannya untuk waktu yang terbatas dan sebagainya.

Mengenai peranan sekolah dalam mengembangkan kepribadian anak, Hurlock yang dikutip oleh Yusuf, (2014:54) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak (siswa), baik dalam cara berfikir, bersikap maupun cara berperilaku. Sekolah berperan sebagai keluarga, dan guru sebagai substitusi orangtua. Ada beberapa mengapa sekolah memainkan peranan yang berarti bagi kepribadian anak, yaitu (a) para siswa harus hadir disekolah, (b) sekolah memberikan pengaruh kepada anak secara dini, seiring perkembangan “konsep diri”, (c) anak-anak

benyak menghabiskan waktunya disekolah daripada di tempat lain di luar rumah, (d) sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih sukses, dan (e) sekolah memberi kesempatam pertama kepada anak untuk menilai dirinya, dan kemampuannya secara realistik.

(17)

Sikap menurut Mubtadi, (2006:6) biasanya dikaitkan dengan perilaku. Perilaku merupakan manifestasi dari respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus lingkungan sosial tertentu. Perilaku termasuk dalam domain psikomotor. Dalam pandangan Noeng Muhadjir dikatakan bahwa perilaku tidak hanya sekedar psikomotor tetapi merupakan performance kecakapan. Perilaku lebih cenderung mengarah pada perilaku dalam bertindak (watak baik/buruk) sesuai dengan norma (adab/etika) ajaran islam.

Menurut Walgito, (2010:12) perilaku manusia dapat dibedakan antara perilaku yang reflekesif dan perilaku yang non reflekesif. Perilaku reflekesif merupakan perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme tersebut. Misalnya reaksi kedip mata bila terkena sinar, menarik jari bila terkena api dan sebagainya. Reaksi atau perilaku reflekesif adalah perilaku yang terjadi dengan sendirinya atau secara otomatis. Sedangkan perilaku non reflekesif adalah perilaku yang dikendalikan atau diatur oleh pusat kesadaran otak.

Menurut Cowley yang telah dtermahkan oleh Gania (2011: 173), cara siswa berperilaku dipengaruhi oleh:

1. Tata letak dari lingkungan tempat guru mengajar

Untuk menciptakan perilaku siswa yang terbaik, pastikan guru membuat ruangan kelas menjadi:

a) Terbuka untuk siapa saja b) Tertata dengan baik

(18)

d) Nyaman dan aman

e) Menyenangkan, penuh warna, menarik dan multisensor 2. Cara guru menata dan mendesain kelas

Tata letak dan desain kelas memiliki dampak yang kuat terhadap perilaku dan pembelajaran siswa.

a) Bagaimana “barang-barang” didalam ruangan diatur b) Bagaimana guru bergerak disekitar ruangan

c) Cara guru memanfaatkan tempat atau ruangan mengajar dapat mengendalikan guru dalam berperilaku.

Peserta didik menurut Suwarno, (2006: 36).adalah anak didik atau individu yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses pendidikan. Dengan kata lain peserta didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental maupun pikiran. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

E. Bentuk-bentuk Perilaku Siswa

(19)

lama semakin modern, adanya budaya baru dari luar, semakin maju dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan masih banyak lagi.

Menurut Mujib (2006:34) untuk merealisasikan kepribadian dalam pendidikan islam yang ada maka diperlukan tiga proses dasar pembentukan perilaku siswa:

1. Pembentukan Pembiasaan

Pembentukan ini ditujukan pada aspek kejasmanian dari kepribadian yang memberi kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu, seperti puasa, sholat, dan lain-lain.

2. Pembentukan Pengertian

Pembentukan yang meliputi sikap dan minat untuk memberi pengertian tentang aktifitas yang akan dilaksanakan, agar seseorang terdorong ke arah perbuatan yang positif.

3. Pembentukan Kerohanian yang Luhur

Pembentukan ini tergerak untuk terbentuknya sifat takwa yang mengandung nilai-nilai luhur, seperti jujur, disiplin, toleransi, ikhlas, dan menepati janji.

(20)

Isthifa, (2014:501) menjelaskan proses pembentukan perilaku dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri maupun faktor eksternal yang berasal dari luar individu. Faktor internal dari dalam diri sendiri mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi, dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan faktor eksternal dari luar individu meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial-ekonomi, kebudayaan, dan lain sebagainya.

Walgito, (2010:16) menjelaskan ada beberapa langkah dalam pembentukan perilaku peserta didik yaitu:

1. Pembentukan perilaku dengan conditioning atau kebiasaan

Yaitu dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku sesuai yang diharapkan dan akhirnya akan terbentuk perilaku tersebut.

2. Pembentukan perilaku dengan pengertian atau insight

Cara ini berdasarkan teori belajar kognitif yaitu belajar dengan disertai adanya pengertian

3. Pembentukan dengan model atau contoh.

F. Faktor perkembangan perilaku siswa

(21)

yang agresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai laihir sampai mati”. Pengertian lain dari perkembangan adalah “perubahan

-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik maupun psikis”

Yusuf, (2014:23) menjelaskan bahwa dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar, tahapan perkembangan yang dipergunakan sebaiknya bersifat elektif, maksudnya tidak terpaku pada suatu pendapat saja tetapi bersifat luas untuk meramu dari berbagai pendapat yang mempunyai hubungan yang erat. Berdasarkan pendirian tersebut, perkembangan individu sejak lahir sampai masa kematangan itu dapat dapat digambarkan melalui fase-fase berikut:

1. Masa Usia Prasekolah (0,0 – 6,0)

Pada masa usia prasekolah dapat dibagi menjadi dua masa, yaitu: a) Masa vital

b) Masa estetik

2. Masa usia sekolah dasar (6,0 – 12,0) 3. Masa usia sekolah menengah (12,0 – 18,0)

(22)

a) Masa praremaja (remaja awal)

Berlangsung hanya dalam waktu singkat. Masa ini ditandai oleh sifat negatif pada si remaja sehingga seringkali masa ini disebut masa negatif

b) Masa remaja (remaja madya)

Mulai tumbuh pada diri remaja dorongan untuk hidup. Kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, teman yang dapat turut merasakan suka dan dukanya. c) Masa remaja akhir

Setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah tercapailah masa remaja akhir dan telah terpenuhi tugas perkembangan masa remaja yaitu menemukan pendirian hidup dan masuknya individu kedalam fase dewasa

d) Masa usia mahasiswa (18,0 – 25,0)

(23)

H. Penelitian terdahulu

Berdasarkan hasil pencarian penulis selama ini, penulis menemukan penelitian tentang pribadi guru, seperti :

1. Munis Fachrunisa (UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2016)

Meneliti tentang “Kompetensi Kepribadian Guru Menurut

Pandangan An-Nawawi (Telaah kitab At-Tibyan Fi Adabi Hamalah

Al-quran Karya Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi)”. Dalam

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepribadian guru menurut An-Nawawi dapat dikelompokan menjadi 4 aspek yaitu (a) guru senantiasa ridho kepada Allah tanpa mengharap hasil dunia, (b) menghiasi diri dengan berakhlak mulia, (c) mendahulukan giliran murid yang hadir lebih awal, dan (d) bersemangat dalam mengajar. Sedangkan

implikasi kompetensi guru menurut kitab “At-Tibyan Fi Adabi Hamalah

Al-quran Karya Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi”

terhadap pendidikan islam yaitu dapat berdampak dalam diri pendidik sendiri dan juga peserta didik. Dalam diri pendidik akan terbentuk sikap dan sifat yang menghargai posisinya sebagai pendidik dan jika peserta didik sudah memiliki kompetensi kepribadian guru maka akan mencontohkan kepada muridnya.

(24)

tidak menggunakan metode interview dan angket, akan tetapi bersumber pada buku (kepustakaan), sedangkan skripsi penulis akan menggunakan metode interview dan angket.

Persamaan skripsi diatas dengan skripsi peneliti adalah keduanya menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, dengan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

2. Iim Hilman (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010)

Meneliti tentang “Profil Guru Ideal (Studi Tokoh Muslimah dalam

Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata)”. Dalam penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa profil guru ideal yang ditampilkan oleh ibu Muslimah Hafsari dalam novel laskar pelangi adalah guru yang memiliki kesabaran, berilmu, memiliki pandangan jauh ke depan atau memiliki visi, adil dan bijak terhadap siswa, memahami kondisi siswa dan mudah memberikan pujian kepada siswa-siswanya. Sedangkan kontribusi yang bisa diberikan novel laskar pelangi terhadap pembentukan Guru Pendidikan Agama Islam diantaranya mampu menjadikan guru semakin mencintai profesinya, menambah profesionalitas seorang pendidik, dan menambah inspirasi untuk mengembangkan metode belajar serta memiliki jiwa motivator.

(25)

penelitian library research, sedangkan skripsi penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Untuk metode pengumpulan data juga berbeda, dimana penelitian diatas tidak menggunakan metode interview dan angket, akan tetapi bersumber pada buku (kepustakaan), sedangkan skripsi penulis akan menggunakan metode interview dan angket.

Persamaan skripsi diatas dengan skripsi peneliti adalah keduanya meneliti tentang profil/figur guru yang selama ini diinginkan oleh peserta didik dan masyarakat, dimana peneliti menginginkan guru yang mencintai profesinya, serta dapat menjadi motivator untuk peserta didik, dan dapat menunjukkan tingkah laku yang baik kepada peserta didik. 3. Rukmini (Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2011)

Meneliti tentang “Profil Guru Ideal Dalam Perspektif Siswa Kelas

Tinggi Madrasah Ibtidaiyah Hasanuddin Bandarharjo Semarang Utara

Kota Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011”. Dalam penelitian ini dapat

(26)

persentasinya 85,38 % telak melaksanakan sebagai guru idel, sedangkan sisanya 14,62 % cenderung kriteria rendah dan kriteria sedang, sehingga masih perlu meneladani dan banyak belajar tentang keempat kemampuan atau kompetensi guru sebagai sosok guru ideal.

Perbedaan skripsi diatas dengan skripsi penulis adalah teknik pengumpulan data juga sedikit berbeda, dimana skripsi penulis hanya menggunakan teknik pengumpulan data berupa angket dan interview sedangkan skripsi diatas menggunakan teknik pengumpulan data berupa sampel dan populasi.

Referensi

Dokumen terkait

Semoga buku ini memberi manfaat yang besar bagi para mahasiswa, sejarawan dan pemerhati yang sedang mendalami sejarah bangsa Cina, terutama periode Klasik.. Konsep

Through Gallery Walk students may improve their oral communication skills such as personal.. communication, presentation, and

Hasil penelitian menunjukan bahwa,dalam implementasi penyaluran dana zakat produktif oleh Rumah Zakat melalui beberapa tahapan, yaitu proses penyeleksian,

Pada bagian tubuh manakah saudara merasakan keluhan nyeri/panas/kejang/mati4. rasa/bengkak/kaku/pegal?.. 24 Pergelangan

Edukasi pada program acara Asyik Belajar Biologi dalam Mata Pelajaran. IPA

Ledakan penduduk juga terjadi karena rumah tangga tidak direncanakan secara baik dan tidak melihat faktor sebab akibat, banyak rumah tangga yang berdiri tapi tidak

Setelah akta selesai dibacakan dan dijelaskan serta tidak ada pihak yang berkeberatan terhadap isi akta tersebut, maka dengan dihadiri oleh 2 (dua) orang saksi di hadapan

(tidak mencontek), terlepas dari pada pencapaian hasil. Ataupun juga dengan membiasakan hal-hal kecil yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari di rumah. Kebanyakan anak