• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL

PENGHASIL DAGING DAN TELUR

HETI RESNAWATII,A.G.NATAAMIJAYAI, UKA KUSNADI I, HELMY HAMID2, SOFYAN ISKANDAR'danSUGIYONO I 'Balai Penelitian Ternak

P. O. Box 221, Bogor 16002, Indonesia 2Balai Penelitian Veteriner

Jalan R. E. Martadinata 30, P. O. Box 151, Bogor 16114, Indonesia

ABSTRAK

RESNAWATI HETI, A.G. NATAAMIJAYA, UKA KUSNADI, HELMY HAMID, SOFYAN ISKANDAR dan SUGIYONO . 1999/2000. Optimalisasi teknologi budidaya ternak ayam lokal penghasil daging dan telur. Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-H : 16-20.

Potensi ayam lokal cukup besar sebagai penunjang kebutuhan pangan dan peningkatan pendapatan peternak. Perkembangan populasi dan produktivitas ayam lokal yang relatif masih rendah antara lain disebabkan oleh penerapan teknologi yang belum optimal dan motivasi petemak yang belum mempertimbangkan efisiensi ekonomis dalam pemelihamannya. Pengkajian pemeliharaan pembesaran ayam lokal melalui pembentukan kelompok kooperator yang diarahkan sebagai produsen daging (Pelung/Kampung) dan produsen telur (Kedu/Kampung) bertujuan untuk mengoptimalkan penerapan paket teknologi dar meningkatkan produktivitas kedua hasil persilangan ayam lokal tersebut. Pengkajian kinerja ayam hasil persilangan Pelung/Kampung dan Kedu/Kampung dilaksanakan di Desa Kebumen., Keramatan Sukorejo, Kabupaten Kendal Jawa-Tengah. Peternak kooperator yailg diikutsertakan dalam program pengkajian, sebanyak 4 orarg, yang masing-masing peternak memelihara anak ayam hasil persilangan Pelung/Kampung hasil persilangan Kedu/Kampung, yaitu betina (Petelur) dan Jartan (Pedaging). Jumlah sampel anak ayam untuk pengkajian kualitas pakan dengan berbagai imbangan protein dan erergi metabolis (RI = 15% PK/2900 kkal EM; R2 = 14% PK/2800 kkal EM dan R3 = 19% PK/2900 kkal EM), sebaryak 10% dari seluruh populasi anak ayam Pelung/Kampung dar Kedu/Kampung dari 6 periode penetasan. Periode pembesaran dimulai dari umur 4 minggu sampai dengan 12 mirggu. Bobot badan rata-rata anak ayam persilangan Pelung/Kampung pada umur 12 mirggu berturut-turut RI (1097,63g); R2 (1033,20g) dan R3 (1134,31g) lebih tinggi dibandingkan Kedu/Kampung adalah RI (8l2,1 lg); R2 (870,10g) dan R3 (853,62g). Perbaikan kuantitas dan kualitas pakan selama periode pembesaran dapat meningkatkan bobot badan rata-rata sebesar 10,80%, dibandingkan dengan pakan yang biasa diberikan petemak yang terdiri dari campuran dedak, jagung dan sedikit konsentrat. Konversi pakan rata-rata selama 12 minggu pada ayam Pelung/Kampung berturut-turut adalah RI (3,38); R2 (3,66) dan R3 (3,29) lebih rendah dibandingkan ayam Kedu/Kampung adalah RI (3,68); R2 (3,94) dan R3 (3,32). Bobot karkas rata-rata dari PelunglRcempung adalah (700,17g) lebih tinggi dari Kedu/Kampung (654,8g). Analisis varian terhadap bobot badan, konversi pakan'dan bobot karkas, paha dan dada tidakmenunjukkan perbedaan, hal ini berarti bahwa pada periode pembesaran anak ayam hasil persilangan Pelung/Kampung maupun Kedu/Kampung dapat diberikan pakan dengan

kandungan protein antara 14 - 19%dan energi metabolis 2800 - 2900 kkal/kg pakan. Kata kunci : Optimasi, budidaya, ayam lokal

ABSTRACT

RESNAWATI HETI, A.G. NATAAMIJAYA, UKA KUSNADI, HELMY HAMID, SOFYAN ISKANDARdan SUGIYONG . 1999/2000.The optimalization of technology in native chicken cultivation as meat and egg products. Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-II : 16-20.

Native chicken is an economic potential to support of food requirement and to increase of households income. The development of population and productivity of native chicken are still relatively low. This condition among others caused by applying technology which still have not the optimalization and farmer motivation yet. The aim of this experiment is to optimalize the applied technology and to increase the productivity of Pelung/Kampung and Kedu/Kampung crossbred. This experiment was conducted by 4 cooperator farmers participate as the respondent in Desa Kebumen, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Central Java. Ten percent of the population Pelung/Kampung and Kedu/Kampung from 6 hatching period were used in this experiment to evaluate the effects of dietary protein level and metabolizable energy ration (R1- 15% CP/2.900 kcal ME; R2 - 14% CP/2.800 kcal ME; and R2 - 19% CP/2.900 kcal ME) on performance of native chicken during growing period (4 - 12 weeks). The results~of this experiment indicated that average body weight of Pelung/Kampung at 12 weeks old respectively R1 (1,097. 20 g); R2 (1,033. 20 g); and R3 (1,134. 31 g) higher than Kedu/Kampung R1 (812. 11 g); R2 (870. 10 g) and R3 (853. 62 g) feed conversion ratio of Pelung/Kedu R1 (3.38); R2 (3.66) and R3 (3.29) lower than of Kedu/Kampung R1 (3.68); R2 (3.94) and R3 (3.32). Carcass weight of Pelung/Kampung (700. 17 g) higher than Kedu/Kampung (654. 80 g). It was

(2)

concluded that dietory protein level (14-19%) and metabolizable energy (2,800-2,900 kcal/kg diets) would give better performance of Pelung/Kampung and Kedu/Kampung during the growing period.

Keywords : Optimalize, native chicken

Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-11 Th . 199912000

PENDAHULUAN

Ayam lokal adalah sumber protein hewani yang mempunyai peranan penting sebagai penghasil daging dan telur. Pengembangan ayam lokal untuk mendukung peningkatan pendapatan peternak adalah merupakan salah satu cara yang cepat dan tepat.

Peningkatan budidaya ayam lokal masih mengalami beberapa kendala, antara lain yaitu rendahnya mutu genetis sehingga belum tersedia jumlah bibit yang memadai kualitas maupun kuantitasnya, teknik pemberian pakan yang belum sesuai dengan perkembangan umur dan tujuan pemeliharaan, serta program pencegahan dan pengobatan penyakit yang belum intensif.

Pada dasarnya pemeliharaan ayam lokal dapat memberikan hasil yang maksimal apabila dipelihara secara intensif. Pada pengkajian ini dilakukan penerapan teknologi persilangan bibit unggul sebagai produksi daging dan telur, penyusunan dan pemberian ransum yang berkualitas dan cukup kuantitas untuk pertumbuhan dan produksi telur serta program vaksinasi dan pengobatan yang terkontrol .

Hasil pengkajian ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas daging dan telur ayam lokal melalui alih teknologi tepat guna, serta meningkatkan ketrampilan peternak melalui pembentukan kelompok kooperator yang diarahkan sebagai produsen daging dan telur.

TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu ternak unggas yang mempunyai potensi untuk dibudidayakan adalah ayam lokal yang sering disebut juga ayam kampung atau ayam buras. Menurut DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN (l998), diperkirakan 80% ayam lokal dipelihara secara tradisional dan 20% dipelihara secara semi intensif dan intensif.

Pada dasarnya pemeliharaan ayam lokal dapat memberikan hasil yang maksimal apabila dipelihara pada kondisi yang intensif antara lain dengan perbaikan makanan tersebut yaitu dengan cara pengaturan keseimbangan protein dan energi dalam ransum sehingga konsumsi zat-zat nutrisi memenuhi kebutuhan ayam lokal pada berbagai tahapan umur. Hasil penelitian ISKANDAR

et

al (1991), menunjukkan bahwa kebutuhan zat-zat nutrisi untuk ayam lokal lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan ayam ras petelur tt~apun ayam ras pedaging.

Evaluasi potensi biologis ayam lokal dan persilangannya perlu dilakukan secara berkesinambungan sehingga mendapatkan calon galur persilangan pelung/kampung dan kedu/kampung sesuai dengan yang diharapkan.

DHARSANA

et

al. (1996), melaporkan bahwa produk daging dan telur lokal disukai oleh para konsumen, terlihat dengan pangsa pasar ayam lokal yang mempunyai 40% untuk daging dan 30% untuk telur. ISKANDAR

et al.

(1998) dan GUNAWAN

et al.

(1998), melaporkan bahwa ayam silangan F1 Pelung/Kampung dapat mencapai bobot rata-rata 1 kg per ekor pada umur 12 minggu apabila dipelihara secara intensif.

Pengkajian persilangan ayam lokal Pelung/Kampung dan Kedu/Kampung dengan perbaikan nutrisi dan manajemen pemeliharaan, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petemakan kooperator dan peternak ayam lokal disekitarnya.

MATERI DAN METODE

Pengkajian pembesaran anak ayam dilakukan di Desa Kebumen, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah dari bulan Oktober 1999 sampai dengan Maret 2000.

Ayam yang digunakan adalah anak ayam jantan dan betina yang berasal dari telur tetas hasil persilangan ayam Pelung/Kampung dan Kedu/Kampung. Telur ditetaskan dengan mesin tetas yang dikelola oleh kelompok peternak penetasan. Jumlah anak ayam untuk pengkajian ini sebanyak 10% dari seluruh populasi anak ayam yang menetas (2400 ekor) selama 6 periode penetasan. Periode pembesaran anak ayam dari mulai umur 4 minggu sampai dengan 12 minggu.

Kandang yang digunakan adalah kandang litter yang tersedia pada 4 peternak kooperator terpilih. Petemak yang terpilih untuk memelihara anak ayam selama periode pembesaran ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama antara kelompok peternak dan yang bersedia mempersiapkan kandang dan peralatan kandang.

(3)

Kinerja ayam silang (FI)

Setiap petemak mendapatkan jumlah anak ayam bervariasi tergantung dari anak ayam yang menetas per periode penetasan. Setiap periode penetasan, anak ayam langsung didistribusikan kepada peternak pembesaran dan diberikan 3 ransum yang mengandung imbangan protein dan energi metabolis yang berbeda. Setiap petemak kooperator menyediakan 3 buah petak kandang litter yang masing-masing berukuran 2 x 2 x 1,5 m.

Peralatan kandang dari masing-masing petak terdiri dari tempat makan, tempat minum, dan bola lampu 75 watt sebagai pemanas dan penerangan.

Ransum yang diberikan merupakan campuran bahan pakan lokal yang tersedia di lokasi, yaitu jagung kuning, bekatul, tepung singkong, tepung ikan, bungkil kedele dan makanan tambahan. Ransum mengandung imbangan protein/energi yang sesuai dengan kebutuhan ayam lokal dan sudah diuji dalam skala laboratorium Balai Penelitian Ternak, Ciawi - Bogor. Komposisi zat nutrisi RI (15% Protein/2900 kkal), R2 (14% Protein/2800 kkal), R3 (19% Protein/2900 kkal). Ransum R2 adalah ransum yang biasa diberikan peternak dengan komposisi jagung dedak : konsentrat = 4 : 4 : 2.

Pemberian ransum dan air minum secara ad libitum. Untuk pencegahan dan pengamatan penyakit dilakukan vaksin ND pada umur 9 minggu, vita chick, coccidiostat dan obat cacing diberikan melalui air minum.

Pengamatan kinerja ayam lokal dilakukan setiap 2 minggu dan pada umur 12 minggu diambil sampel ayam jantan dan betina masing-masing 2 ekor pada setiap perlakuan, untuk melihat bobot karkas dan bagian-bagian organ tubuh.

Data pengamatan dianalisis dengan Rancangan Faktorial 2 (Jenis ayam) x 3 (Ransum) yaitu faktor A (Kedu/Kampung dan Pelung/Kampung) dan faktor B (RI = 15% Protein/2900 kkal; R2 = 14% Protein/2800 kkal ; R3 = 19% Protein/2900 kkal) berdasarkanSTEELdanTORRIE(1980).

Bobot badan dan konversi ransum dari anak ayam silangan (FI) Pelung/Kampung dan Kedu/Kampung pada umur 12 minggu tergantum pada Tabel 1 .

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Kinerja Ayam Silangan (F1) Pelung/Kampung dan Kedu/Kampung pada umur 12 bulan

Keterangan : Nilai dengan huruf berbeda pada baris dan faktoryang sama berbeda Nyata (P<0,05)

Bobot badan rataan ayam silangan FI Pelung/Kampung (1088,38g) nyata (P<0,05) lebih besar dibandingkan dengan Kedu/Kampung (845,28g). Rataan bobot badan Pelung/Kampung dari hasil pengkajian ini tidak jauh berbeda dengan yang dilaporkan ISKANDAR et al. (1998; 1999c), bahwa bobot badan anak ayam hasil persilangan ayam pelung dengan ayam kampung pada umur 12 minggu berkisar 1046 - 1205g. Sedangkan rataan bobot badan Kedu/Kampung lebih tinggi dari yang dikemukakan oleh WAHYUDIN (1976) , bahwa anak ayam hasil persilangan kedu hitam dengan kampung pada umur 12 minggu bobotnya 790,85g.

Pertumbuhan anak ayam hasil persilangan Pelung/Kampung dan Kedu/Kampung lebih cepat dibandingkan anak ayam hasil perkawinan murni. HARDJOSUBROTO danATMOJO (1977) melaporkan bahwa pertumbuhan ayam kedu hitam pada umur 12 minggu adalah 707,45g, sedangkanCRESSWELL danGUNAWAN (1982), pada umur 12 minggu bobot rataan ayam kedu hitam rata-rata 575g dan ayam kampung 108g. Variasi bobot badan antara lain

Jenis ayam Ransum Bobot Badan Konversi Ransum

(R) (g) P / K R1 , 1097,63 3,38 R2 1033,20 3,66 R3 1134,31 3,29 Rataan 1088,388 3,448 K/ K R1 812,11 3,68 R2 870,10 3,94 R3 853,62 3,32 Rataan 845,28 3,64°

(4)

Bobot karkas, paha clan dada

Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-11 Th . 199912000

Konversi ransum rataan dari Pelung/Kampung (3,44) nyata (P<0,05) lebih rendah dibandingkan dengan Kedu/Kampung (3,64). Hal ini berarti Pelung/Kampung lebih efisien dalam menggunakan ransum untuk menghasilkan produksi daging dibandingkan Kedu/Kampung.

Perbedaan imbangan protein (14 - 19%) clan energi metabolis (2800-2900 kkal/kg) tidak berpengaruh terhadap bobot badan maupun konversi ransum. Keadaan ini sejalan dengan yang dilaporkan ISKANDAR el.al. (1998), bahwa pemberian protein antara 15 - 19% pacla periode starter clan finisher tidak berpengaruh terhadap bobot badan clan konversi ransum. Menurut RESNAWATI (1998), bobot badan clan konversi ransum makin meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar lisin dalam ransum.

Rataan bobot karkas, paha clan dada ayam hasil persilangan (Fl) Pelung/Kampung clan Kedu/Kampung pada umur 12 minggu, tercantum pada Tabel 2.

Bobot karkas ayam hasil persilangan Pelung/Kampung (700,17g) lebih tinggi dibandingkan Kedu/Kampung (654,80g), tetapi perhitungan persentase terhadap bobot hidup secara statistik tidak berbeda nyata yaitu 67,68% clan 67,56%.

Perbedaan ransum dengan protein kasar (14 - 19%) ticlak berpengaruh terhadap persentase bobot karkas. Hal ini sejalan dengan yang dilaporkan ISKANDAR clan RESNAWATI (1999a; 1999b), bahwa persentase bobot karkas ayam hasil silangan pelung clan kampung dengan pemberian kisaran protein ransum 15-21% tidak berbeda nyata. Sedangkan persentase bobot karkas Kedu/Kampung (67,56%) lebih tinggi dari ayam kedu hitam (63,85%) (MULYADI, 1989). Persentase bobot paha nyata (21,57%) dan dada, (17,18%) ayam Pelung/Kampung nyata lebih tinggi (P<0,05) dari Kedu/Kampung yaitu paha (19,49%) dan dada (13,43%).

Dibandingkan dengan hasil ISKANDAR clan RESNAWATI (1999), yang melaporkan bahwa persentase paha berkisar antara (9,73 - 10,23%) dan dada (12,75 - 14,48%), maka persentase paha dan dada dari pengkajian ini lebih tinggi.

Imbangan protein (14 - 19%) dan energi metabolis (2800 - 2900 Kkal/kg) tidak nyata berpengaruh terhadap pertumbuhan daging paha dan dada pada ayam Pelung/Kampung maupun Kedu/Kampung. Hal ini menunjukkan bahwa kedua jenis ayam hasil persilangan tersebut kurang sensitif terhadap perubahan kadar protein ransum.

Tabel 2. Rataan bobot karkas clan persentase karkas, paha clan dada ayam silangan (fl) pelung/kampung clan kedu/kampung pada umur 12 minngu

Keterangan : Nilai dengan hurufberbeda pada baris dab faktor yang sama berbeda Nyata (P<0,05) Jenis

Ayam Ransum(R) KelaminJenis (K) Bobot Hidup (g) Bobot (g) karkas ,(o~u) Bobot

(g) paha(%) (g) Bobotdada(%) P/K RI JantanBetina 960980 656671 68,3368,74 199197 20,7320,09 168170 17,7217,03 R2 JantanBetina 1 .1101 .058 756733 68,0469,28 235175 21,1121,29 181171 15,4217,13 R3 JantanBetina 1.118990 697688 62,3969,31 240204 23,4322,74 171172 16,7618,99 Rataan 1.036 700,17 67,68' 208,33 21,57' 172,17 17,18' K/ K R1 Jantan 1 .100 741 67,21 214 19,44 148 13,44 Betina 975 671 68,77 199 20,41 139 14,25 Jantan 945 628 66,64 195 20,31 126 13,12 Betina 890 617 69,30 159 17,66 119 13,17 Jantan 915 609 66,31 18.5 19,75 117 12,75 R3 Betina 990 663 67,12 196 19,39 141 13,87 Rataan 969,2 654,8 67,56° 191,3 19,49' 131,7 13,43'

(5)

Mortalitas

Selama periode pembesaran terjadi 19% kematian anak ayam dari seluruh populasi . Kematian yang terjadi pada anak ayam hasil persilangan Pelung/Kampung (13%) lebih tinggi dibandingkan pada Kedu/Kampung (6%) .

Penyebab kematian antara lain disebabkan kesalahan penerapan tatalaksana pemanasan pada brooder dengan menggunakan kompor, sehingga terjadi polusi . Selain itu berdasarkan pengamatan gejala klinis beberapa anak ayam terserang coccidiosis (berak darah) dan pullorum (berak kapur).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kelompok petemak kooperator dapat mengadopsi transfer teknologi dengan baik, sehingga dapat melaksanakan kegiatan pembesaran anak ayam .

Program persilangan Pelung/Kampung dan Kedu/Kampung dapat meningkatkan pertumbuhan anak ayam (F1) . Perbaikan formulasi ransum dapat mempercepat pertumbuhan anak ayam, sehingga dapat dicapai bobot badan yang ditargetkan.

Program pencegahan penyakit, vaksinasi dan revaksinasi ND secara teratur dapat mengurangi kematian . DAFTAR PUSTAKA

CRESSWELL, D.C . dan B. GUNAWAN. 1982 . Pertumbuhan badan dan produksi telur dari 5 strain ayam sayur pada sistem petemakan intensif. Proceedings Seminar Penelitian Petemakan. Puslitbang Petemakan, Bogor.

DHARSANA, R., S. N. JARMANI, ABUBAKAR, W. K. SEJATI, B. WIBOWo, E. BASUNo, A. G. NATAAMIJAYA, R. H. MATONDANG dan P. SETIYADL 1996. Perbanyakan Ayam Lokal melalui Persilangan. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Temak, Ciawi, Bogor.

DIREKTORATJENDERAL PETERNAKAN. 1998 . Buku Statistik Petemakan Indonesia. Jakarta.

GUNAWAN, B., D. ZAINUDDIN, T. SARTIKA, A. G. NATAAMIJAYA and B. WIBOWO . 1998 . Crossbreeding ayam Pelung jantan dengan Ayam Buras Betina untuk Menghasilkan Ayam Buras Pedaging . Laporan Hasil Penelitian Balai Penelitian Temak. Ciawi-Bogor.

HARDJOSUBROTO, W dan S.P. ATMODJO. 1977 . Performans ayam kampung dan ayam kedu . Proceeding Seminar Ilmu dan Industri Perunggasan P4, Bogor.

ISKANDAR, S., H. RESNAWATI, D. ZAINUDDIN, Y.C. RAHARJo dan B. GUNAWAN.,1998 . Performance of "Pelung >< Kampung" (= Pelung Cross) chicken as influenced by dietary protein. Bulletin of Animal Science, Supplement Ed. ISSN 0126-4400. Faculty of Animal Science, Gajah Mada University, Yogyakarta, Indonesia.

ISKANDAR, S. dan H. RESNAWATI. 1999a. Potensi daging ayam silangan (Fl) Pelung >< Kampung yang diberi ransum berbeda protein pada dua masa starter. Jumal Pengembangan Petemakan Tropis ISSN 0410-6321 . Universitas Dipenogoro, Semarang, ISSN 0410 - 6320 .

ISKANDAR, S., E. JUARINI, D. ZAINUDDIN, H. RESNAWATI, B. WIBOWo dan SUMANTO. 1991 . Teknologi Tepat Guna Ayam Buras. Balai Penelitian Temak, Bogor.

ISKANDAR, S., H. RESNAWATI, dan D. ZAINUDDIN. 1996b. Karkas dan potongan bagian karkas ayam Fl, silangan Pelung >< Kampung yang diberi ransum berbeda protein. Jumal Ilmu Temak dan Veteriner, (4): 28-34.

ISKANDAR, S., H. RESNAWATI, D. ZAINUDDIN, dan B. GUNAWAN. 1999c. Pengaruh dua periode starter dan protein ransum yang berbeda pada pertumbuhan ayam silangan Pelung >< Kampung. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Petemakan dan Veteriner.

MANSYOER, S. dan M.S . PADAADINATA. 1982 . Beberapa sifat produksi ayam kampung. Media Petemakan 71 : 42 - 66

MULYADI, H. 1989 . Usaha peningkatan produksi karkas ayam kedu hitam dengan metode Kawin silang . Buletin Petemakan TH . XIII NO. 1 ., Fakultas Petemakan UGM, Yogyakarta

RESNAWATI, H. 1998 . The nutritional requirements for native chickens . Bulletin of Animal Science, Supplement Ed . ISSN 0126-4400 . Faculty of Animal Science, Gajah Mada University, Yogyakarta.

STEEL, R.G. and O.J . ToRRIE . 1980 Principles and Procedures of Statistic. 2 "° ed . Me . Graw-Hill International Book, Co. Tokyo. WAHYUDIN . 1976. Kemungkinan penggunaan hasil persilangan antara ayam kedu hitam Dan ayam kampung sebagai ayam

Gambar

Tabel 1. Kinerja Ayam Silangan (F1) Pelung/Kampung dan Kedu/Kampung pada umur 12 bulan
Tabel 2. Rataan bobot karkas clan persentase karkas, paha clan dada ayam silangan (fl) pelung/kampung clan kedu/kampung pada umur 12 minngu

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji F dan nilai P tersebut, dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas Motivasi dan Kedisiplinan terhadap Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil

Hasil  analisis  bivariat  antara  parafungsi  dan  gangguan   sendi  berdasarkan  Indeks  Klinis  Helkimo  memperli-­ hatkan  pasien  yang  tidak  memiliki

Dengan memanfaatkan E-Learning berbasis website maka pengetahuan, pemahaman, serta kemampuan logika terhadap algoritma dan bahasa pemrograman tidak mudah terlupakan oleh

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa apa dan mana serta bentuk tuturannya jika terdapat dalam kalimat deklaratif bukan merupakan interogativa Kehadiran

Tindakan koreksi yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan antara lain melakukan perbaikan-perbaikan dan penyediaan fasilitas produksi seperti perbaikan lantai

Saran sebagai tindak lanjut dari penelitian ini adalah perlunya dilakukan penelitian lebih dalam untuk mengidentifikasi latar belakang perbedaan wilayah jelajah

menyatakan bahwa skripsi saya berjudul PENGGUNAAN AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENCAK SILAT PADA SISWA KELAS X IPA 3 SMA N 1 TERAS BOYOLALI

Manajemen VIII/Akt/A Budi Anshari Nst, SE, MSi RB.I.2 Seminar Pemasaran VIII/Mgt/A Dr.Syafrida Hafni Sahir, SE.MSi RB.I.1 Rabu Manajemen SDM Lanjutan VIII/Mgt/A Dhian Rosalina, SE,