SUBOS
DILAK
SITI TERH
KUKAN IM
D untu F UNIVERSHADAP RE
MUNISAS
BAKI
NASK Diajukan Seb uk Meraih GDis
ASTRID
J2
PRODI S FAKULTAS SITAS MUHESPON NY
SI PENTAV
SUKOHA
KAH PUBLIK bagai Salah Gelar Sarjanasusun Oleh
D AYU AL
210131025
1 KEPERAW S ILMU KES HAMMADIY 2015YERI PAD
VALEN D
ARJO
KASI Satu Syarat a Keperawath :
LAIKA
5
WATAN SEHATAN YAH SURADA BAYI Y
DI PUSKES
tan AKARTAYANG
SMAS
Jl' A' Yaf Trurst Pm l-?sekr, Krtsura Telp' (t}z7ll ?t7417 Fax : 715448 Surakarta 57102
Snrst
Persettiril
Artikcl
PEbliligsi trmiah }'ang bertanda tangan dibawah ini pembimbing skripsi/tugas,akhir :Pembimbing
I
Nama
:
Abi Muhlisin" SKlv{., NLKep.Pembimbingll
Nama
:
Endang Zulaicba S- SJ(p- MKcP.Telatr membaca dan mencerm*i nadrah artikel Pblikasi ilmiah' yang merupakan ringkasan skripsiltugas akhir
&ri
mahasiswa :Nama NIM Fakultas Program Studi Judul
esridAyuAlaika
I 2r0 t1t v)5
Ilmu Kesehrtm KeperawaAnPENGARUH PEMBERIAN
TERAPI
MUSIK GENDHINGSI]BOSM
TERHADAP RESPON }.IYERIPADA BAYT
YANG
DILAKUKA}I
IMUNISASI PENTAVALEN DI PUSKESMASBAKI
SUKO}IARIO Naskah artikel tersebut layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan ini dibuat, semoga dapat dipergtmakan seperlunya.surakarla 21 Mci 2015
Pembimbing
II
Imunisasi Pentavalen di Puskesmas Baki Sukoharjo (Astrid Ayu Alaika)
PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK GENDHING SUBOSITI TERHADAP RESPON NYERI PADA BAYI YANG DILAKUKAN IMUNISASI
PENTAVALEN DI PUSKESMAS BAKI SUKOHARJO
1
Astrid Ayu Alaika, 2Abi Muhlisin, 3Endang Zulaicha S Abstrak
Imunisasi pada bayi merupakan tindakan yang dapat menimbulkan trauma, karena hal tersebut menyebabkan nyeri.Salah satu teknik manajemen nyeri non-farmakologi adalah dengan terapi musik.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi musik Gendhing Subositi terhadap respon nyeri pada bayi yang dilakukan imunisasi.Metode penelitian yang digunakan, yaitu quasi experiment, dan
teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling.Sampel berjumlah 30
responden yang terbagi dalam dua kelompok, yaitu 15 orang sebagai kelompok intervensi dan 15 orang sebagai kelompok kontrol. Intervensi diberikan mulai dari 10 menit sebelum injeksi, sampai dengan 5 menit setelah injeksi. Pengukuran respon nyeri dilakukan dengan menggunakan skala perilaku FLACC (Face, Leg, Activity, Cry, and Consolability), pada saat injeksi, tiga menit (tiga menit setelah injeksi), dan lima menit
(lima menit setelah injeksi). Analisis perbedaan respon nyeri menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil uji statistik dengan tingkat kepercayaan 95%, didapatkan nilai p = 0,116
(p > 0,05) pada saat injeksi, pada menit ketiga dan kelima terdapat perbedaan respon nyeri yang bermakna antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol dengan nilai p = 0,002 (p < 0,05) pada menit ketiga dan nilai p = 0,002 (p < 0,05) pada menit kelima. Kesimpulan terdapat pengaruh pemberian terapi musik Gendhing Subositi terhadap respon nyeri pada bayi yang dilakukan imunisasi.
Kata Kunci :nyeri, bayi, imunisasi pentavalen, terapi musik gendhing subositi.
THE EFFECT OF GENDHING SUBOSITI MUSIC THERAPY ON PAIN RESPONSE IN INFANTS PERFORM PENTAVALEN IMMUNIZATION IN
BAKI HEALTH CENTER OF SUKOHARJO
1
Astrid Ayu Alaika, 2Abi Muhlisin, 3Endang Zulaicha S Abstract
Immunization in infants is an action that can lead to trauma, because it can cause pain. One of non-pharmacological pain control technique is by music therapy. The purpose of this study was to determine the effect of Gendhing Subositi music therapy on pain response in infants perform immunization. This study was a quasi experiment with accidental samplingmethod. 30 respondents are studied in this research, which was
divided into two groups, 15 respondents as intervention group and 15 respondents as control group. Gendhing Subositi music therapy was given at 10 minutes before injection until 5 minutes after injection. The response of pain were measured by FLACC behavior scale (Face, Leg, Activity, Cry, and Consolability) when injection, third minutes (three minutes after injection), and fifth minutes (five minutes after injection). The pain response were analysed by using Mann-Whitney test. The results of statistical tests with 95% level of confidence, showed p value = 0,116 (p > 0,05) when injection, on third minutes and fifth there was significance difference in pain response between intervention group and control with p value = 0,002 (p < 0,05) on third minutes and p value = 0,002 (p < 0,05) on fifth minutes. This study shows that Gendhing Subositi music therapy has positive effect on pain response in infants perform immunization.
Imunisasi Pentavalen di Puskesmas Baki Sukoharjo (Astrid Ayu Alaika)
PENDAHULUAN
Imunisasi adalah cara untuk mencegah seseorang dari menderita suatu penyakit dengan meningkatkan kekebalan secara aktif terhadap penyakit tersebut (Depkes RI, 2009). Program imunisasi pada anak untuk penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), yaitu satu kali imunisasi BCG, tiga kali imunisasi DPT-HB, empat kali imunisasi polio, dan satu kali imunisasi campak. Metode menyuntikkan vaksin ke dalam tubuh anak, baik dengan cara intrakutan, subkutan, maupun intra muskuler, dilakukan saat pemberian sebagian besar dari imunisasi dasar, seperti BCG, hepatitis B, DPT, dan campak. Hal ini berarti anak mendapatkan ± 5 kali suntikan dalam satu tahun kehidupan pertamanya.Tindakan tersebut dapat menyebabkan rasa nyeri pada anak (Astuti, 2011).
Dalam penelitiannya mengenai respon stres pada bayi yang dilakukan tindakan yang menimbulkan nyeri, Grunau, Weinberg, & Whitfied(2004) menyebutkan bahwa sebelum dan sesudah tindakan terjadi perbedaan respon kortisol.Respon kortisol meningkat setelah dilakukan tindakan menyakitkan pada bayi, sehingga mengindikasikan bayi mengalami stres yang diakibatkan oleh tindakan tersebut.Hal ini menjelaskan bahwa rasa sakit yang diakibatkan karena imunisasi dapat menyebabkan stres pada bayi dan dapat berakibat jangka pendek maupun jangka panjang.Menurut Hidayat (2005), peristiwa yang dapat menimbulkan trauma pada anak, seperti cemas, marah, nyeri, dan lain-lain merupakan beberapa kasus yang sering dijumpai di masyarakat. Apabila hal tersebut tidak ditangani dengan baik, dapat menyebabkan dampak psikologis pada anak dan tentunya akan menganggu perkembangan anak. Dengan demikian, untuk mengurangi dampak psikologis dari tindakan keperawatan yang
diberikan, atraumatic care sebagai
bentuk perawatan terapeutik, dapat diberikan kepada anak dan keluarga.
Pedak (2009) menyebutkan bahwa melalui penelitian, musik dikenal sebagai fasilitas perangsang relaksasi nonfarmasi yang aman, murah, dan efektif.Musik tidak seperti obat karena musik tidak memiliki potensi untuk menyebabkan ketergantungan.Perasaan tenang dan rileks, serta berkurangnya rasa nyeri, dapat ditimbulkan dengan adanya musik.Musik dapat menenangkan bayi dan anak-anak. Persepsi dan pengalaman nyeri dapat dikurangi dengan musik, serta musik mampu meningkatkan toleransi terhadap nyeri akut dan kronis, Dengan pelepasan endorfin, musik dapat mengalihkan perhatian dari rasa nyeri, memecah siklus kecemasan dan ketakutan yang meningkatkan reaksi nyeri dan memindahkan perhatian pada sensasi yang menyenangkan. Musik gamelan Jawa memiliki kekuatan membuat orang menjadi mengantuk dan tertidur, sehingga dapat digunakan untuk terapi (Astono, dkk, 2006). Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Purwanto (2008), musik gamelan Jawa terbukti dapat mengurangi intensitas nyeri pada pasien post operasi ruang bedah RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Menurut Djohan (2006), musik stimulatif memiliki efek meningkatkan detak jantung dan tekanan darah, sedangkan musik sedatif atau relaksasi memiliki efek sebaliknya, yaitu menenangkan, menurunkan detak jantung dan tekanan darah, serta tingkat rangsang.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh pemberian terapi musik Gendhing Subositi terhadap respon nyeri pada bayi yang dilakukan imunisasi Pentavalen di Puskesmas Baki Sukoharjo.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan, yaitu quasi experiment,
rancangan penelitian yang digunakan, yaitu nonequivalent control group, after
only design.Pada rancangan ini,
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dipilih secara non random.Rancangan ini menggunakan pos tes pada kedua kelompok tanpa dilakukan pre tes terlebih dahulu.Populasi dari penelitian ini adalah bayi yang mendapatkan imunisasi Pentavalen III di Puskesmas Baki Sukoharjo.Pengambilan sampel menggunakan accidental
sampling, jumlah sampel 30
responden.Waktu penelitian pada tanggal 8 Januari - 25 Februari 2015.
Variabel independen adalah terapi musik Gendhing Subositi,pemberian intervensi musik dilakukan dengan menggunakan rekaman musik gamelan Jawa “Gendhing Subositi”, yang diperdengarkan pada bayi melalui MP3
dari handphone, yang diletakkan di dekat
bayi, dilakukan 10 menit sebelum injeksi sampai 5 menit setelah injeksi. Terapi musik Gendhing Subositi dilakukan di ruangan yang telah dimodifikasi sehingga tidak terdengar suara dari luar ruangan, sehingga bayi mendengarkan suara rekaman musik gamelan dalam ruangan yang tenang dan hening. Variabel dependen adalah respon nyeri bayi, yang diukur dengan skala perilaku FLACC (Face, Legs, Activity, Cry, Consolability)
merupakan skala pengukuran dengan indikator yang digunakan, yaitu ekspresi muka (0-2), gerakan kaki (0-2), aktivitas (0-2), menangis (0-2), kemampuan dihibur (0-2). Kisaran skor, yaitu 0 = rileks dan nyaman, 1-3 = nyeri ringan/ ketidaknyamanan ringan, 4-6 = nyeri sedang, 7-10 = nyeri berat/ ketidaknyamanan berat (Merkel, et al.,
1997cit Glasper & Richardson, 2006).
Analisa data dengan menggunakan metode analisis Mann-Whitney dengan
derajat kepercayaan 95% (alpha = 0,05),
bermakna bila p < 0,05 (Teguh, 2004). Uji Mann-Whitney digunakan untuk
mengukur hasil respon nyeri bayi yang diukur dengan skala perilaku FLACC, karena distribusi data tidak normal.
HASIL
Berikut data hasil penelitian yang meliputi karakteristik responden diantaranya umur, jenis kelamin, dan respon nyeri.
Tabel 1. Distribusi Umur Responden Kelompok N Mean Min-Maks
Perlakuan Kontrol 15 15 4,80 4,67 4-6 4-6 Dari Tabel 1, memperlihatkan rata-rata umur responden kelompok perlakuan sebanyak 15 responden, yaitu 4,80, dengan usia termuda 4 bulan dan usia tertua 6 bulan.mayoritas responden berumur 51-65 tahun. Rata-rata umur responden kelompok kontrol sebanyak 15 responden, yaitu 4,67, dengan usia termuda 4 bulan dan usia tertua 6 bulan.
Tabel 2. Distribusi Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Laki-laki Perlakuan 9 30% Laki-laki Kontrol 6 20% Perempuan Perlakuan 6 20% Perempuan Kontrol 9 30% Total 30 100 % Dari Tabel 2, memperlihatkandistribusi responden berdasarkan jenis kelamin pada kelompok perlakuan, terbesar adalah responden laki-laki sebanyak 9 orang (30%), sedangkan pada kelompok kontrol, menunjukkan bahwa distribusi responden terbesar adalah responden perempuan sebanyak 9 orang (30%).
Imunisasi Pentavalen di Puskesmas Baki Sukoharjo (Astrid Ayu Alaika)
Berdasarkan hasil analisis Tabel 3, pada kelompok perlakuan, didapatkan rata-rata respon nyeri responden yang diukur dengan skala perilaku FLACC pada saat injeksi adalah 9,33 (95% CI : 8,93-9,73), dengan standar deviasi 0,724. Respon nyeri terendah adalah 8 dan respon nyeri tertinggi adalah 10. Dari hasil estimasi interval, disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata nyeri responden adalah 8,93 – 9,73. Hasil analisis untuk rata-rata respon nyeri responden yang diukur dengan skala perilaku FLACC pada menit ketiga adalah 3,20 (95% CI : 1,56-4,84), dengan standar deviasi 2,957. Respon nyeri terendah adalah 0 dan respon nyeri tertinggi adalah 8. Dari hasil estimasi interval, disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata nyeri responden adalah 1,56 – 4,84. Adapun hasil analisis untuk rata-rata respon nyeri responden yang diukur dengan skala perilaku FLACC pada menit kelima adalah 1,40 (95% CI : 0,34-2,46), dengan standar deviasi 1,920. Respon nyeri terendah adalah 0 dan respon nyeri tertinggi adalah 5. Dari hasil estimasi interval, disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata nyeri responden adalah 0,34 – 2,46.
Berdasarkan hasil analisis Tabel 3, pada kelompok kontrol, didapatkan rata-rata respon nyeri responden yang diukur dengan skala perilaku FLACC pada saat injeksi adalah 8,53 (95% CI : 7,73-9,34), dengan standar deviasi 1,457. Respon nyeri terendah adalah 5 dan respon nyeri tertinggi adalah 10. Dari hasil estimasi interval, disimpulkan bahwa 95%
diyakini rata-rata nyeri responden adalah 7,73 – 9,34. Hasil analisis untuk rata-rata respon nyeri responden yang diukur dengan skala perilaku FLACC pada menit ketiga adalah 6,87 (95% CI : 5,18-8,55), dengan standar deviasi 3,044. Respon nyeri terendah adalah 0 dan respon nyeri tertinggi adalah 10. Dari hasil estimasi interval, disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata nyeri responden adalah 5,18 – 8,55. Adapun hasil analisis untuk rata-rata respon nyeri responden yang diukur dengan skala perilaku FLACC pada menit kelima adalah 5,60 (95% CI : 3,59-7,61), dengan standar deviasi 3,621. Respon nyeri terendah adalah 0 dan respon nyeri tertinggi adalah 10. Dari hasil estimasi interval, disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata nyeri responden adalah 3,59 – 7,61.
Tabel 3. Distribusi rerata respon nyeri responden setelah injeksi Kelompok Waktu N Mean Median SD MaksMin- Lower Upper95% CI
Perlakuan Saat injeksi 3 menit 15 9,33 9,00 0,724 8-10 8,93 9,73 3,20 3,00 2,957 0-8 1,56 4,84 5 menit 1,40 0,00 1,920 0-5 0,34 2,46 Kontrol Saat injeksi 3 menit 15 8,53 9,00 1,457 5-10 7,73 9,34 6,87 8,00 3,044 0-10 5,18 8,55
Berdasarkan hasil analisa Tabel 4. Pada saat injeksi, didapatkan nilai p = 0,116 (p value> 0,05) dan mean rank
kelompok perlakuan lebih besar daripada kelompok kontrol (17,90 > 13,10), sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan respon nyeri yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, serta tidak terdapat pengaruh terapi musik Gendhing Subositi terhadap respon nyeri bayi pada saat injeksi. Pada menit ketiga, nilai p = 0,002 (p value< 0,05) dan mean rank kelompok
perlakuan lebih kecil daripada kelompok kontrol (10,63 < 20,37), dapat disimpulkan ada perbedaan respon nyeri yang signifikan antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol dan terdapat pengaruh terapi musik Gendhing Subositi terhadap respon nyeri bayi pada menit ketiga setelah injeksi. Pada menit kelima, nilai p = 0,002 (p value< 0,05)
dan mean rank kelompok perlakuan lebih
kecil daripada kelompok kontrol (10,70 < 20,30), berarti terdapat perbedaan respon nyeri yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, serta terdapat pengaruh pemberian terapi musik Gendhing Subositi terhadap respon nyeri bayi yang dilakukan imunisasi pada menit kelima setelah injeksi.
PEMBAHASAN
Perbedaan Respon Nyeri Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Pada Saat Injeksi
Hasil analisa penelitian distribusi rerata respon nyeri bayi yang dilakukan imunisasi Pentavalen di Puskesmas Baki
Sukoharjo, menunjukkan bahwa pada awalnya respon nyeri bayi saat injeksi tidak memiliki perbedaan antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Hal ini terlihat pada tabel 4., dimana diperoleh p value sebesar 0,116
(p value> 0,05), dapat disimpulkan tidak
ada perbedaan respon nyeri yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Terapi musik Gendhing Subositi tidak berpengaruh terhadap respon nyeri bayi saat injeksi, hal ini dibuktikan dengan nilai mean rank
kelompok perlakuan saat injeksi lebih besar daripada kelompok kontrol (17,90> 13,10). Dalam penelitiannya mengenai respon stres pada bayi yang dilakukan tindakan yang menimbulkan nyeri, Grunau, Weinberg, & Whitfied(2004) menyebutkan bahwa sebelum dan sesudah tindakan terjadi perbedaan respon kortisol.Respon kortisol meningkat setelah dilakukan tindakan menyakitkan pada bayi, sehingga mengindikasikan bayi mengalami stres yang diakibatkan oleh tindakan tersebut. Ketika diberikan terapi musik Gendhing Subositi, responden kelompok perlakuan juga mendapatkan tindakan invasif yang menimbulkan nyeri, sehingga perhatian responden terhadap rasa nyerinya tidak dapat didistraksikan sepenuhnya oleh terapi musik, oleh karena itu respon nyeri kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sama saat injeksi.
Tabel 4. Distribusi Rerata Respon Nyeri Responden pada Menit Ke Nol, Tiga, dan Lima
ResponNyeri Kelompok N p value Mean Rank
Saat injeksi Perlakuan 15 0,116 17,90
Kontrol 15 13,10
3menit PerlakuanKontrol 15 15 20,37 0,002 10,63 5menit PerlakuanKontrol 15 15 20,30 0,002 10,70
Perbedaan Respon Nyeri Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Pada Menit Ketiga (Tiga Menit Setelah Injeksi)
Berdasarkan tabel 4.hasil analisis menggunakan uji statistik Mann- Whitney
dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), diperoleh p value pada menit
ketiga setelah injeksi adalah 0,002, dengan demikian p value< α (0,002 <
0,05), sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan respon nyeri yang bermakna antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Terapi musik Gendhing Subositi memiliki pengaruh terhadap respon nyeri bayi saat menit ketiga (tiga menit setelah injeksi), hal ini dibuktikan dengan nilai mean rank
kelompok perlakuan saat menit ketiga lebih kecil daripada kelompok kontrol (10,63< 20,37). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Farida (2010), dimana tingkat nyeri pada kelompok perlakuan terapi musik secara statistik signifikan lebih rendah pada post testsetelah
diberikan terapi musik dibandingkan dengan kelompok kontrol. Studi eksperimental menyelidiki efek fisiologis dan psikologis musik pada anak usia sekolah yang telah menjalani operasi dan ditemukan adanya penurunan tingkat nyeri yang signifikan pada kelompok perlakuan terapi musik.
Gelombang suara dari musik diterima oleh daun telinga, kemudian diteruskan ke dalam meatus akustikus eksternus sampai ke membran timpani.Oleh telinga, gelombang suara diubah menjadi gerakan-gerakan berosilasi membrana basilaris yang dapat membengkokkan pergerakan maju mundur rambut-rambut di sel reseptor.Perubahan bentuk mekanis rambut-rambut tersebut menyebabkan pembukaan dan penutupan secara bergantian saluran di sel reseptor, sehingga menyebabkan perubahan kecepatan pembentukan potensial aksi yang merambat ke otak.Hal ini
menyebabkan gelombang suara diterjemahkan oleh otak sebagai sensasi suara (Sherwood, 2001).
Dengan musik yang memiliki tempo teratur, menenangkan, dan sederhana, seperti Gendhing Subositi, rasa nyeri dapat berkurang dan otot-otot yang menegang akibat nyeri dapat mengendur. Campbell (2001), menjelaskan bayi dapat mempersepsi musik sama seperti orang dewasa, otak bayi mampu mengenali bagian-bagian musik, seperti titinada (pitch), tempo, dan
kunci nada (key). Bayi menjadi lebih
tenang dan fokusnya membaik ketika mendengarkan musik dengan nada-nada yang selaras.
Djaafar (2002), dalam penelitiannya mengenai pengaruh musik gamelan terhadap respon kecemasan bayi pada saat imunisasi, menjelaskan pemberian musik gamelan pada bayi yang diimunisasi berpengaruh terhadap penurunan cemas.Kecemasan dapat meningkatkan respon nyeri pada bayi dan anak.Melzak & Wall (1988) cit Smeltzer
& Bare (2007) menyatakan dalam teorinya, bahwa respon perilaku dan emosional dapat mempengaruhi persepsi nyeri.Mekanisme gate control, selain
terjadi di spinal cord, juga terjadi di
beberapa tempat sistem saraf pusat, yaitu
cortect cerebri dan serabut saraf
decending dari thalamus. Mekanisme
gate control dimulai dengan adanya
rangsang nyeri yang menimbulkan impuls nyeri pada perifer tubuh, impuls tersebut kemudian ditransmisikan oleh serabut saraf A delta dan serabut C. Impuls nyeri kemudian diteruskan ke
spinal cord dan dorsal horn, yang
keduanya berada di daerah substansia gelatinosa. Substansia gelatinosa memiliki kemampuan untuk menghambat atau membuka pengiriman nyeri ke
trigger cell. Apabila dihambat, maka
gerbang trigger cell akan menutup, dan
impuls nyeri akan berkurang atau sedikit dikirimkan ke otak. Namun, apabila
gerbang trigger cell dibuka, maka nyeri
akan dikirimkan ke otak. Sistem saraf pusat memiliki fungsi mengatur pikiran, nilai, dan emosi, sehingga apabila nyeri terjadi, maka pikiran dan emosi dapat mempengaruhi apakah impuls nyeri dapat mencapai batasnya. Adapun mekanisme pengendalian nyeri berdasarkan teori tersebut, yaitu sel-sel jaringan otak memproduksi endorphin, lalu apabila endorphin tersebut dilepaskan di ujung sel presynaptic interneuronpada kornu
posterior, maka terjadi synaptic inhibition, yang berakibat rangsang nyeri
tidak diteruskan.
Perbedaan Respon Nyeri Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Pada Menit Kelima (Lima Menit Setelah Injeksi)
Pada menit kelima setelah injeksi, berdasarkan tabel 4.diketahui bahwa hasil analisis dari uji statistik Mann-Whitney
diperoleh p value sebesar 0,002 dengan α
= 0,05. Karena p value< 0,05 (0,002 <
0,05), berarti terdapat perbedaan respon nyeri yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Nilai
mean rank menit kelima setelah injeksi
pada kelompok perlakuan lebih kecil daripada kelompok kontrol (10,70< 20,30), sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh pemberian terapi musik Gendhing Subositi terhadap respon nyeri bayi yang dilakukan imunisasi pada menit kelima setelah injeksi.
Perbedaan respon nyeri pada menit kelima setelah injeksi pada kedua kelompok dapat terjadi karena adanya pengaruh durasi pemberian terapi musik yang lebih lama, yaitu 10 menit sebelum injeksi sampai 5 menit setelah injeksi.Pada menit kelima setelah injeksi, ada responden yang tertidur saat diberikan terapi, tetapi pada menit ketiga setelah injeksi tidak ada responden yang tertidur.Hal ini sejalan bahwa musik mampu membuat bayi dan anak-anak menjadi lebih rileks.hal ini disebabkan
musik mampu mempengaruhi pusat pengatur emosi, yaitu sistem limbik. Kemudian, sistem limbik meneruskan jaraspendengaran ke hipokampus, tempat salah satu ujung hipokampus berbatasan dengan nuclei amigdala, yang merupakan
daerah perilaku kesadaran yang bekerja pada tingkat bawah sadar.Dari amigdala, sinyal diteruskan ke hipotalamus.Lalu, hipotalamus meneruskan sinyal jaras pendengaran ke formatio retikularis,
yang berfungsi sebagai penyalur impuls menuju serat saraf otonom.Serat saraf tersebut memiliki dua sistem saraf, yaitu sistem saraf parasimpatis dan simpatis.Kontraksi dan relaksasi organ-organ tubuh dipengaruhi oleh kedua sistem saraf ini.Musik mampu mempengaruhi sistem saraf otonom memerintahkan tubuh untuk melakukan relaksasi sehingga tubuh menjadi lebih rileks dan timbullah ketenangan.Musik mengalihkan perhatian dari rasa nyeri, mengurangi kecemasan dan ketakutan yang mampu meningkatkan reaksi nyeri, serta memindahkan perhatian pada sensasi yang menyenangkan, hal ini didukung oleh pelepasan endorfin (Pedak, 2009).Musik gamelan Jawa memiliki kekuatan membuat orang menjadi mengantuk dan tertidur, sehingga dapat digunakan untuk terapi, oleh karena itu banyak diperdengarkan pada pasien raat inap di rumah sakit Jepang (Astono, dkk, 2006). Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Purwanto (2008), musik gamelan Jawa terbukti dapat mengurangi intensitas nyeri pada pasien post operasi ruang bedah RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Respon nyeri bayi pada saat injeksi, tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
2. Respon nyeri bayi pada menit ketiga (tiga menit setelah injeksi) memiliki perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, dengan kata lain antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol memiliki respon nyeri yang berbeda setelah diberikan terapi musik Gendhing Subositi pada menit ketiga setelah injeksi.
3. Respon nyeri bayi pada menit kelima (lima menit setelah injeksi) memiliki perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
4. Terdapat pengaruh pemberian terapi musik Gendhing Subositi terhadap respon nyeri bayi yang dilakukan imunisasi Pentavalen di Puskesmas Baki Sukoharjo.
Saran
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Diharapkan perawat dapat memperhatikan nyeri dan meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh nyeri tersebut, dengan modifikasi penatalaksanaan nyeri, salah satunya dengan menerapkan terapi musik Gendhing Subositi, sehingga dapat meningkatkan rasa nyaman dan meminimalkan trauma pada bayi. 2. Bagi Pendidikan
Diharapkan modifikasi penatalaksanaan nyeri pada bayi
dapat menjadi bagian dalam bidang keperawatan anak khususnya dalam penatalaksanaan manajemen nyeri pada anak, sehingga peserta didik dapat mengetahui dan menerapkan penatalaksanaan nyeri pada bayi, agar dampak negatif dari nyeri dapat diminimalkan.
3. Bagi Penelitian Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya dan memberi informasi bagi pengembangan penelitian serupa
yang lebih luas di masa yang akan datang, yaitu dengan melakukan penelitian secara mendalam tentang perbandingan keefektifan pemberian terapi musik gamelan Gendhing Subositi dalam durasi waktu tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Astono, S., Margono, Sumardi, & Murtono, S. (2006). Apresiasi seni seni tari & seni musik.Yogyakarta : Yudhistira.
Astuti, I.T. (2011). Studi komparasi pemberian ASI dan larutan gula terhadap respons nyeri saat imunisasi pada bayi.4 Juli 2011.
Universitas Indonesia, Program Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Anak.
Campbell, D. (2001). Efek mozart memanfaatkan kekuatan musik untuk mempertajam pikiran, meningkatkan kreativitas, dan menyehatkan tubuh (Hermaya,
Penerjemah.). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Ditjen PP & PL Depkes RI. (2009).
Petunjuk teknis pelaksanaan imunisasi di daerah bencana.
Djaafar.(2002). Pengaruh musik gamelan terhadap respon kecemasan bayi pada saat imunisasi di klinik tumbang anak RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Skripsi
Sarjana, Fakultas Kedokteran UGM.
Djohan. (2006). Terapi musik : teori dan
aplikasi. Yogyakarta :
Galangpress.
Farida. (2010). Efektivitas terapi musik terhadap penurunan nyeri post operasi pada anak usia sekolah di RSUP H. Adam Malik
Medan. Universitas Sumatera
Utara, Fakultas Keperawatan. Glasper, A., & Richardson, J. (2006).A
textbook of children’s andyoung people’s nursing. Philadelpia :
Elsevier.
Grunau, E. R., Weinberg, J. & Whitfied, M. F. (2004).Neonatal prosedural pain and preterm infant cortisol response to novelty at 8 months.Pediatrics Official Journal of American Academy of Pediatrics, 114,
77-84. 28 Maret 2014.http://www.pediatrics.org.
Hidayat, A. A. (2005). Pengantar ilmu keperawatan anak.Jakarta :
Salemba Medika.
Pedak, M. (2009).Metode supernol menaklukkan stres.Jakarta :
Hikmah.
Purwanto, E. (2008). Efek musik terhadap perubahan intensitas nyeri pada pasien post operasi di ruang bedah RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Jurnal
Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang,
123-127.
Sherwood, L. (2001). Fisiologi manusia dari sel ke sistem (Edisi
2).Jakarta : EGC.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2007).Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner &
Suddarth (Agung,
Penerjemah).Jakarta : EGC.
Teguh, W. (2004).Cara mudah melakukan analisa statistik
dengan SPSS.Yogyakarta :
Penerbit Gava Media.
1Mahasiswa S-1 Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan UMS Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura
2Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan UMS Jl.
A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura
3Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan UMS Jl.