• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. Pelat merupakan struktur bidang (permukaan) yang lurus, (datar atau. Lantai secara umum mempunyai fungsi untuk :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II. Pelat merupakan struktur bidang (permukaan) yang lurus, (datar atau. Lantai secara umum mempunyai fungsi untuk :"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori Pelat Lantai

Pelat adalah elemen horizontal struktur yang mendukung beban mati maupun beban hidup dan menyalurkannya ke rangka vertikal dari sistem struktur. Pelat merupakan struktur bidang (permukaan) yang lurus, (datar atau melengkung) yang tebalnya jauh lebih kecil dibanding dengan dimensi yang lain. Lantai secara umum mempunyai fungsi untuk :

1. Memisahkan bagian-bagian dari lantai (kamar-kamar) secara mendatar. 2. Memindahkan beban pada dinding

3. Mendukung dinding pisah yang tidak menerus ke bawah.

4. Menambah kemantapan (kekakuan) sebuah bangunan dengan membentuk satu kesatuan dengan dinding.

5. Mencegah perambatan gema suara 6. Meredam pantulan suara

7. Isolasi terhadap pertukaran temperatur

Adapun syarat-syarat teknis dan ekonomis yang harus dipenuhi oleh lantai antara lain :

1. Lantai harus memiliki kekuatan yang cukup untuk memikul beban kerja yang ada di atasnya

(2)

2. Tumpuan pada dinding sedemikian rupa luas yang mendukung harus cukup besarnya

3. Lantai harus dijangkarkan pada dinding sedemikian rupa sehingga mencegah dinding melentur

4. Lantai harus mempunyai massa yang cukup untuk dapat meredam gema suara 5. Lantai harus mempunyai susunan yang cukup elastic untuk dapat menyerap

pantulan suara.

6. Porositas lantai sekaligus harus memberikan isolasi yang baik terhadap hawa dingin dan hawa panas

7. Lantai harus memiliki kualitas yang baik dan harus dapat dipasang dengan cara yang cepat

8. Lantai harus memerlukan suatu perawatan yang minimal saja

9. Konstruksi lantai harus sedemikian rupa sehingga setelah umur pemakaian yang cukup panjang tidak kehilangan kekuatan

II.1.1 Tumpuan Pelat Lantai

Untuk merencanakan pelat beton bertulang yang perlu dipertimbangkan tidak hanya pembebanan saja, teapi juga jenis perletakan dan dan jenis penghubung di tempat tumpuan. Kekakuan hubungan antar pelat dan tumpuan akan menentukan besar momen lentur yang terjadi pada pelat.

Untuk bangunan gedung, umumnya pelat tersebut ditumpu oleh balok-balok secara monolit, yaitu pelat dan balok-balok dicor bersama-sama (Gambar 2.1a) sehingga menjadi satu-kesatuan, seperti yang disajikan pada gambar-gambar berikut. Kemungkinan lainnya, yaitu pelat didukung oleh dinding-dinding

(3)

bangunan (Gambar 2.1b), atau oleh balok-balok baja dengan sistem komposit (Gambar 2.1c), atau bahakan didukung oleh kolom secara langsung tanpa balok yang dikenal dengan pelat cendawan (Gambar 2.1d) 1).

(a). Ditumpu balok (b).Ditumpu dinding

(c). Ditumpu dengan balok baja (d). Ditumpu langsung Gambar II.1: Penumpu pelat

II.1.2 Sistem Pelat Lantai Satu Arah

Pada bangunan bangunan beton bertulang, suatu jenis lantai yang umum dan dasar adalah tipe konstruksi pelat balok-balok induk (gelagar). Dimana permukaan pelat itu dibatasi oleh dua balok yang bersebelahan pada sisi dan dua gelagar pada kedua ujung. Pelat satu arah adalah pelat yang panjangnya dua kali atau lebih besar dari pada lebarnya, maka hampir semua beban lantai menuju ke

(4)

balok-balok dan sebagian kecil saja yang akan menyakur secara langsung ke gelagar 4).

Kondisi pelat ini dapat direncanakan sebagai pelat satu arah dengan tulangan utama sejajar dengan gelagar atau sisi pendek dan tulangan susut atau suhu sejajar dengan balok-balok atau sisi panjangnya. Permukaan yang melendut dari sistem pelat satu arah mempunyai kelengkungan tunggal. Sistem pelat satu arah dapat terjadi pada pelat tunggal maupun menerus, asal perbandingan panjang bentang kedua sisi memenuhi.

II.1.3 Analisa Lentur Pelat Lantai Satu Arah

Beban yang bekerja pada pelat umumnya diperhitungkan terhadap beban gravitasi (beban mati dan/atau beban hidup). Beban tersebut mengakibatkan terjadi momen lentur. Oleh karena itu pelat juga direncanakan terhadap beban lentur.

Di suatu pelat satu arah pada dasarnya merupakan sebuah gelagar persegi dengan harga perbandingan lebar terhadap tinggi yang sangat besar. Namun demikian pada umunya ada faktor-faktor tertentu yang dipakai pada perencanaan pelat tersebut tetapi tidak diperhitungkan dalam perencanaan gelagar persegi. Suatu satuan potongan pelat yang dipotong dalam arah tegak lurus terhadap gelagar-gelagar penyangganya dapat dianggap sebagai sebuah gelagar persegi yang mempunyai lebar satu satuandengan tinggi yang sama besarnya dengan tebal dari pelat dan panjang sama dengan jarak antara kedua perletakannya. Potongan pelat ini dapat dianalisa dengan memakai metode-metode yang dipakai dalam membahas persoalan-persoalan gelagar-gelagar persegi, misalnya dalam hal ini besarnya momen lentur dapat dihitung untuk lebar satuan dari pelat dan

(5)

sebagainya. Selanjutnya beban yang bekerja persatuan luas dari pelat yang akan merupakan beban yang bekerja pada persatuan panjang gelagar yang kita misalkan. Karena semua beban yang bekerja pada pelat harus disalurkan pada kedua gelagar yang menyangganya, maka semua baja tulangan harus dipasang dalam arah yang tegak lurus terhadap gelagar-gelagar tersebut, kecuali untuk arah tulangan yang dipasang dalam arah lainnya yang diperuntukkan menahan teganga-tegangan yang terjadi akibat adanya penyusutan dan perubahan temperatur. Dengan demikian sebuah pelat satu arah terdiri dari serangkaian gelaga-gelagar persegi yang terletak saling beririsan antara yang satu dengan yang lainnya. Analisa yang disederhanakan ini yang menganggap besarnya harga perbandingan Poisson sama dengan nol, merupakan analisa yang bersifat konservatif. Pada keadaan yang sebenarnya, apabila bagian material yang tertekan tidak ditahan maka tegangan lentur akan membujur yang terjadi akan menghasilkan terjadinya regangan tarik dalam arah lateral. Pada gelagar satu arah, devormasi lateral ini ditahan oleh potongan gelagar yang berada di sebelahnya, yang juga mempunyai kecenderungan untuk berubah bentuk. Akhirnya hal ini mengakibatkan terjadinya perkuatan dan bertambah kakunya bagian tersebut dalam arah bentangnya, tetapi efek ini biasanya kecil dan hampir selalu diabaikan.

(6)

II.2 Pelat Beton Bertulang

II.2.1. Konsep Dasar Beton Bertulang

Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, tetapi kekuatan tariknya relatif lebih rendah. Sedangakn baja adalah suatu material yang mempunyai kekuatan tarik yang sangat tinggi. Dengan mengkombinasikan beton dan baja sebagai bahan struktur maka tegangan tekan dipikulkan kepada beton sementara tegangan tarik dipikulkan kepada baja.

Yang dimaksud dengan pelat beton bertulang yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban yang bekerja tegak lurus pada apabila struktur tersebut. Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang panjang/lebar bidangnya.Pelat beton ini sangat kaku dan arahnya horisontal, sehingga pada bangunan gedung, pelat ini berfungsi sebagai diafragma/unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran balok portal.

Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil, baik sebagai lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan maupun lantai pada dermaga. Beban yang bekerja pada pelat umumnya diperhitungkan terhadap beban gravitasi (beban mati dan/atau beban hidup). Beban tersebut mengakibatkan terjadi momen lentur (seperti pada kasus balok).

II.2.2 Penulangan Untuk Penyusutan dan Perubahan Temperatur

Beton akan menyusut dengan mengerasnya semen. Supaya penyusutan tersebut menjadi sekecil mungkin, dianjurkan untuk memakai jumlah air dan semen sesedikit mungkin sesuai dengan persyaratan yang diinginkan, seperti

(7)

halnya persyaratan kekuatan rencana yang ditentukan serta kemudahan beton untuk diolah, dan proses perawatan harus melalui proses pelembapan dalam jangka waktu yang cukup lama. Namun demikian, walaupun dilakukan berbagai usaha dengan teliti, biasanya tetap saja terjadi sejumlah penyusutan yang tidak dapat dihindari. Apabila sebuah pelat diletakkan bebas di atas perletakannya, maka pelat tersebut dapat berkontraksi untuk menyesuaikan perpendekan akibat adanya pengyusutan. Namun demikian biasanya pelat dan elemen struktur lainnya dihubungkan secara kaku dengan bagian-bagian struktur lainnya sehingga tidak dapat berkontraksi dengan bebas. Hal ini mengakibatkan terjadinya tegangan tarik yang dikenal dengan tegangan penyusutan. Suatu penurunan temperatur yang relative cukup besar dibandingkan dengan temperature pada saat pelat tersebut dicor, khususnya pada struktur yang berhubungan dengan udara bebas seperti jembatan, akan menyebabkan suatu efek yang serupa dengan penyusutan. Yaitu , pelat tersebut cenderung untuk berkontraksi dan apabila kecenderungan itu ditahan, maka pelat akan mengalami tegangan tarik.

Karena sifat beton itu lemah menahan tarik,maka tegangan-tegangan yang disebabkan oleh perubahan temperature dan penyusustan akan mengakibatkan terjadinya retak. Retak-retak seperti ini tidak selalu merugikan terutama apabila ukurannya terbatas pada apa yang kita kenal sebagai retak-retak rambut. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan penulangan pada pelat untuk mengatasi terjadinya kontraksi dan mendistribusikan secara seragam. Karena beton cenderung menyusut, maka penulangan tersebut harus menahan kontraksi dan sebagai akibatnya harus mengalami tekan. Penyusutan yang terjadi pada pelat yang diberikan tulangan lebih kecil dibandingkan dengan yang terjadi pada pelat

(8)

yang tidak mempunyai tulangan; disamping itu dengan adanya tulangan, lebar retak yang terjadi akan lebih kecil dan terdistribusi lebih teratur.

Pada pelat satu rah, penulangan yang diberikan untuk memikul momen lentur mendatangkan efek yang menguntungkan yaitu dapat mengurangi terjadinya penyusutan dan mendistribusikan retak secar merata. Namun demikian, apabila kontraksi yang terjadi di semua jurusan besarnya sama, maka perlu diberikan tulangan khusus untuk mengatasi kontraksi yang terjadi akibat penyusutan dan temperatur dalam arah yang tegak lurus terhadap arah tulangan utama. Baja tambahan ini dikenal dengan sebutan tulangan temperature atau tulangan susut.

II.2.3 Metode Analisis Pelat Lantai

a) Metode klasik

Metode ini sebagian besar ditentukan pada teori elastis, di mana pemakaian analisis tingkat tinggi banyak dijumpai. Metode ini didasarkan pada fenomena fisis pelat, yaitu lenturan pelat. Lenturan dibuat model matematis dengan menggunakan penyederhanaan-penyederhanaan

b) Metode Pendekatan dan numerik 1. Metode garis luluh

Dalam metode ini kekuatan suatu pelat dimisalkan ditentukan oleh lentur saja. Pengaruh-pengaruh lain seperti lendutan dan geser harus ditinjau tersendiri.

(9)

2. Metode jaringan balok

Metode ini didasarkan pada metode kekakuan (mengubah struktur kinematis tak tentu menjadi struktur kinematis tertentu). Analisis struktur pelat didekati dengan pendekatan jaringan balok silang, struktur pelat dianggap tersusun dari jalur-jalur balok tipis dalam masing-masng arah dengan tinggi balok sama dengan pelat.

3. Metode pendekatan PBI 71

Didasarkan pada pendekatan momen dengan menggunakan koefisien-koefisien yang disederhanakan. Momen-momen yang dihasilkan didapat dari rumus momen yang sudah ada. Besarnya momen ini dipengaruhi oleh besarnya beban terbagi rata per meter panjang, panjang bentang arah x dan arah y dari panel pelat. Dari hitungan momen didapatkan Mlx ( momen lapangan pada arah x), Mtx (momen tumpuan/tepi pada arah x), Mly ( momen lapangan pada arah y), Mty ( momen tumpuan/tepi pada arah y). Perhitungan momen-momen tersebut harus sesuai dengan perletakan masing-masing sisi struktur pelat yang direncanakan.

4. Metode pendekatan SNI-2847-2002

Ø Metode perencanaan langsung ( Direct Design Method )

Pada metode ini yang didapatkan adalah pendekatan momen dengan menggunakan koefisien-koefisien yang disederhanakan.

Perencanaan Tulangan Pelat

Pada perencanaan pealt beton bertulang, perlu diperhatikan beberapa persyaratan/ketentuan sebagai berikut:

(10)

2. Panjang bentang (λ) (Pasal 10.7 SNI 03-2847-2002):

a. Pelat yang tidak menyatu dengan struktur pendukung: λ = + h dan λ

b. Pelat yang menyatu dengan struktur pendukung: Jika 3,0 m, maka λ =

Jika 3,0 m, maka λ = + 2x50 mm (PBI-1971) 3. Tebal minimal pelat (h) (Pasal 11.5 SNI 03-2847-2002):

Untuk pelat satu arah (Pasal 11.5 SNI 03-2847-2002), tebal minimal pelat dapat dilihat pada Tabel II.1.

4. Tebal selimut beton minimal (Pasal 9.7.1 SNI 03-2847-2002): Untuk batang tulangan D 36

Tebal selimut beton 20 mm Untuk batang tulangan D 36 Tebal selimut beton 40 mm

5. Jarak bersih antar tulangan s (Pasal 9.6.1 SNI 03-2847-2002): s D dan s 25 mm (D adalah diameter tulangan)

Pasal 5.3.2.3: s 4/3 x diameter agregat, atau s 40 mm (Catatan: Diameter nominal maksimal kerikil 6. Jarak minimal tulangan (as ke as):

Tulangan pokok:

Pelat 1 arah : s 3.h dan s 450 mm (Pasal 12.5.4) Tulangan bagi (Pasal 9.12.2.2):

s 5.h dan s 450 mm 7. Luas tulangan minimal pelat

(11)

a) Tulangan pokok (Pasal 12.5.1)8): 31,36 MPa, As

.b.d dan

31,36 MPa, As

.b.d

b) Tulangan bagi/tulangan dan suhu (Pasal 9.12.2.1)8):

Untuk 300 MPa, maka 0,0020.b.h Untuk 400 MPa, maka 0,0018.b.h

Untuk 400 MPa, maka 0,0018.b.h (400/ Tetapi 0,0014.b.h

Untuk penulangan pelat satu arah, harus direncanakan tulangan poko dan tulangan bagi (atau tulangan susut dan suhu). Untuk mempermudah dalam dalam perhitungan penulangan pelat, berikut ini dijelaskan tentang langkah hitungannya dalam bentuk skema yang dilengkapi dengan rumus-rumus sebagai dasar perencanaan. Skema hitungan tersebut dibuat 3 macam, yaitu untuk: hitungan penulangan, pembesaran dimensi, dan hitungan momen rencana pelat, sperti terlihat pada Gambar 2.2, Gambar 2.3 dan Gambar 2.4 1)

(12)

tidak

ya

Gambar II.2: Skema Hitungan Tulangan Pelat Data: dimensi pelat (h,d,ds), mutu bahan (fc’,fy),

dan beban (Mu) →φ. Mn K= !.".#$atau = % ".#$dengan b = 1000 mm Kmaks=

&'(.

)* .+,- ../0+1 – ''( )*

.

/0+

1

$ K Kmaks a=3* 4 5* 4 89:.+, 6.7 ; . <

Ukuran Pelat Dipertebal

Dipilih Luas tulangan pokok dengan memilih yang besar dari As, u , berikut:

1) As, u = 89:.+,′. . +1 2) Jika fc’ 31,36 MPa, As, u = ..= +1 Jika fc’ 31,36 MPa, As, u = +,-..= .+1

Dihitung luas tulangan bagi Asb,u (kalau ada)

dengan memilih yang besar: 1) Asb,u = 20%.As,u

2) Fy 300 MPa, Asb,u = 0,0020.b.h

Fy = 400 Mpa Asb,u = 0,0018.b.h

Fy 400 MPa, Asb,u= 0,0018.b.h.(400/ Fy

Dihitung jarak tulangan s: s

* .>.?$

@A ; s 450 mm

s 2.h (untuk pelat 2 arah)

s 3.h (untuk pelat 1 arah)

Dihitung jarak tulangan s: s * .>.?$ @A ; s 5.h dan s 450 mm Selesai

(13)

Tidak Ya

Gambar II.3: Skema hitungan pembesaran dimensi pelat Data dimensi pelat (h, d, ds), mutu bahan (fc’ dan fy),

Dan beban (Mu) →φ. Mn Dihitung K = % ".#$ dan Kmaks=

&'(.

)* .+,- ../0+1 – ''( )*

.

/0+

1

$ K Kmaks

Dihitung tulangan Pelat Dimensi diperbesar, tentukan d:

d harus 5 BC

(14)

Catatan : jika ρH I min , pelat diperkecil

jika ρJ I maks pelat diperkecil

Gambar II.4:Skema Hitungan Rencana Pelat Data dimensi pelat (h, d, ds), mutu bahan (fc’ dan fy),

Dan tulangan pokok terpasang

Dikontrol nilai ρ = As/(b.d), syarat: ρmin I ρmaks

Dengan ρmin = +1 → Jika fc’ 31,36 MPa

atau ρmin =

+,-.+1 → Jika fc’J31,36 MPa

ρmaks = 0,75.ρb = &'(.)*

.+,-3/0+1;+1

Nilai ρmin dan ρmaks

dilihat dari tabel

Dihitung : a = @A..

+

1

&(

.+,-."

Dihitung: Mn = As.fy. (d - a/2)

(15)

Ø Metode portal ekivalen ( Eqivalen Frame Method )

Metode ini digunakan untuk memperoleh variasi longitudinal dari momen dan geser, maka kekakuan relative dari kolom-kolom, berikut sistem lantai dimisalkan di dalam analisis pendahuluan dan kemudian diperiksa seperti halnya dengan perencanaan dari struktur statis tak tentu lainnya.

II.3 Pelat Beton Komposit

Pelat-pelat lantai dan atap yang terdiri dari panel-panel lantai baja (steeldeck panels), yang berfungsi baik sebagai cetakan maupun sebagai tulangan bagi beton yang terletak di atasnya, telah banyak dipakai pada bangunan-bangunan yang rangka utamanya terdiri dari konstruksi baja atau konstruksi komposit. Pelat-pelat komposit seperti ini mempunyai beberapa keuntungan:

1. Lantai baja, yang dengan mudah dapat diletakkan di atas gelagar-gelagar baja, langsung dapar berfungsi sebagai suatu landasan kerja untuk menunjang beban-beban konstruksi dan sebagai cetakan untuk beton. Dengan demikian kebutuhan akan cetakan semetara dapat dihilangkan, ini berarti penghematan bagi biaya dan waktu pengerjaan konstruksi.

2. Lantai baja tersebut apabila dibentuk dengan baik sehingga dapat dipastikan terjadinya suatu ikatan yang kuat dengan beton, dapat berfungsi tetap sebagai tulangan utama dari pelat.

3. Apabila sebagian dari lantaI tersebut dibuat lubang , maka lubang-lubang ini berfungsi sebagai saluran bagi kabel-kabel listrik dan telepon serta kabel-kabel komunikasi lainnya. Lubang-lubang lainnya pada lantai

(16)

tersebut seringkali berfungsi sebagai saluran bagi alat pemanas atau alat pendingin ruangan.

4. Penyelidikan-penyelidikan yang dilakukan baru-baru ini menunjukkan bahwa pelat-pelat yang yang diberi tulangan lantai baja seperti ini dapat dibuat berperilaku secara komposit dengan penumpu girder-girder dan gelagar-gelagar lantai baja sama seperti perilaku dari pelat beton penuh.

Perencanaan pelat seperti ini dalam beberapa cara berbeda dengan perencanaan dari pelat lantai beton bertulang yang memakai tulangan yang bersirip permukaannya. Satu hal yang perlu dicatat ialah bahwa luas penampang dari lantai bajayang berfungsi sebagai tulangan ini didistribusikan pada sebagian dari tinggi pelat melalui suatu cara yang bergantung pada bentuk dari lantai baja tersebut. Hal yang lebih penting lagi ialah kenyataan bahwa keberhasilannya lantai baja tersebut berfungsi sebagai perkuatan pelat seluruhnya tergantung pada kemampuan ikatan antara kedua material tersebut pada pernukaan pertemuannya. Seperti juga halnya pada batang-tulangan yang berfungsi sebagai penulangan, biasanya bahan-bahan ikatan kimiawi saja tidak cukup untuk dapat menjamin terbentuknya lekatan yang kuat. Berdasarkan alasan ini, untuk memperkuat ikatan tersebut dipakai berbagai-bagai alat yang dikenal dengan sebutan alat penyalur gaya geser . Pada kebanyakan kasus, alat-alat ini terdiri dari tonjolan-tonjolan yang mempunyai jarak antara yang dekat sekali, salah satu jenis alat ini diperlihatkan pada Gambar 2.5. Alat-alat ini bekerja dalam cara yang sama seperti fungsi dari batang bersirip dalam memperbesar kekuatan lekatnya. Disamping itu alat ini juga harus mampu melawan kcenderungan terpisahnya lantai baja dan beton dalam arah vertikal. Tonjolan– tonjolan pada Gambar II.5 dapat melakukan tugas ini dengan jalan dimiringkan kea

(17)

rah horizontal, sehingga dapat memikul kedua gaya horizontal (ikatan) dan gay gaya vertikal (gaya yang berusaha memisahkan baja dan beton). Pada jenis lantai baja lainnya, pada bagian dari atas rusuk

baja dalam arah tranversal dengan jarak antara yang dekat sekali sehingga dapat berfungsi sesuai dengan yang diharapkan.

Pada saat dibebani pelat

mengalami keruntuhan lentur melalui suatu cara yang tidak banyak berbeda dibandingka dengan keruntuhan lentur dari pelat

ikatan antara lantai baja tersebut dengan beton. Keadaan ini dikenal sebagai keruntuhan lekatan geser, dan justru kekuatan lekat geser inilah yang menjadi suatu problem khusus dari pelat

Gambar II.5: Baja bergelombang / bondek

rah horizontal, sehingga dapat memikul kedua gaya horizontal (ikatan) dan gay gaya vertikal (gaya yang berusaha memisahkan baja dan beton). Pada jenis lantai baja lainnya, pada bagian dari atas rusuk-rusuk lantai tersebut dilas kawat

baja dalam arah tranversal dengan jarak antara yang dekat sekali sehingga dapat suai dengan yang diharapkan.

Pada saat dibebani pelat-pelat lantai dengan baja komposit ini akan mengalami keruntuhan lentur melalui suatu cara yang tidak banyak berbeda dibandingka dengan keruntuhan lentur dari pelat-pelat biasa, atau melaui hilangnya atan antara lantai baja tersebut dengan beton. Keadaan ini dikenal sebagai keruntuhan lekatan geser, dan justru kekuatan lekat geser inilah yang menjadi suatu problem khusus dari pelat-pelat komposit.

.5: Baja bergelombang / bondek (steeldeck panels

rah horizontal, sehingga dapat memikul kedua gaya horizontal (ikatan) dan gaya-gaya vertikal (gaya-gaya yang berusaha memisahkan baja dan beton). Pada jenis lantai

rusuk lantai tersebut dilas kawat-kawat baja dalam arah tranversal dengan jarak antara yang dekat sekali sehingga dapat

pelat lantai dengan baja komposit ini akan mengalami keruntuhan lentur melalui suatu cara yang tidak banyak berbeda pelat biasa, atau melaui hilangnya atan antara lantai baja tersebut dengan beton. Keadaan ini dikenal sebagai keruntuhan lekatan geser, dan justru kekuatan lekat geser inilah yang menjadi suatu

(18)

II.3.1 Kekuatan Lentur

Tinggi dan tebal dari lantai baja yang berfungsi sebagai tulangan biasanya ditentukan sesuai dengan kebutuhan yaitu bahwa selama pelaksanaan konstruksi dan selama beton belum mengeras, lantai tersebut harus mampu memikul berat sendiri karena beton ditambah dengan beban-beban konstruksi lainnya yang mungkin diperlukan. Ini berarti walaupun tersebut setelah struktur selesai dikerjakan berfungsi sebagai perkuatan pelat, tetapi ukuran penampangnya, dengan demikian ukuran luas As biasanya ditentukan oleh kondisi sementara selama

pembangunan. Akibatnya, lantai tersebut dapat bersifat overreinforced atau underreinforced, tergantung pada kombinasi bentang, beban, dan kekuatan material. Dengan demikian kita sukar menghindari terdapatnya pelat yang overreinforced, berbeda dengan gelagar-gelagar konvensional dan pelat-pelat yang memakai tulangan yang terdiri dari batang-batang baja.

Untuk lantai-lantai baja yang relative dangkal dan pelat yang tingginya cukup besar, yaitu apabila tebal pelat h jauh lebih besar dari tinggi lantai baja dd,

maka pelelehan mungkin telah menyebar pada seluruh tinggi lantai baja sebelum regangan tekan beton mencapai batasnya sebesar 0,003. Selanjutnya gaya tarik baja akan bekerja pada pusat dari penampang lantai baja. Pada keadaan ini pelat tersebut jelas bersifat unreinforced dan disini berlaku persamaan yang biasa dipakai untuk merencanakan penampang yang berbentuk persegi yaitu:

Tinggi balok persegi adalah a - As.fy/(0,85 fc’ b), dan tinggi efektif pelat d

merupakan jarak bagian atas pelat terhadap pusat dari lantai baja tersebut. Md = φ As.fy.(d – a/2)

(19)

Untuk pelat-pelat dengan tulangan baja seperti ini, kondisi keseimbangan didefenisikan sebagai keadaan dimana bagian atas dari lantai baja baru saja mencapai tegangan lelehnya ketika regangan tegangan beton mencapai harga 0,003. Harga perbandingan baja seimbang untuk kondisi tersebut adalah: h - da

Ρb

= 0,85

β

1 +-, K

L

&M 9N888OK

P

L

Q 4 #a =

P

Apabila harga perbandingan baja Ρ melalui Ρb, yaitu apabila baja tersebut

overreinforced, maka momen nominal Mn paling baik ditentukan dengan analisa

kompabilitas regangan. Selanjutnya kekuatan perencanaan adalah Md = φ Mn.

II.3.2 Harga φ Untuk Pelat Komposit

Harga lekatan geser φ = 0,80. Harga ini lebih rendah dari harga yang ditentukan oleh pedoman φ = 0,85 untuk geser.

II.3.3 Lendutan, Tulangan Susut, Kontuinuitas

Ketentuan-ketentuan dalam pedoman untuk pembatasan perhitungan lendutan, termasuk perhitungan dari efek rangkak, dapat diterapkan dengan cara yang sama terhadap pelat dengan cara yang sama terhadap pelat dengan tulangan lantai baja seperti ini. Perbedaan satu-satunya terdapat pada momen inersia efektif Ie. Harga yang memenuhi untuk inersia efektif Ie adalah:

Dimana Icr adalah momen inersia dari penampang transformasi yang mengalami retak dan Iu adalah momen inersia dari penampang transformasi yang

Ie =

R,S 0 R 6

(20)

tidak mengalami retak. Pada kedua kasus rtersebut momen inersia dari lantai baja terhadap sumbu pusat dari lantai komposit, baik yang mengalami retak maupun tidak, harus dicakup.

Pada pelat-pelat komposit harus dberikantulangan susut transversal dan tulangan temperature dengan cara yang sama seperti yang biasa dilakukan pada pelat biasa satu arah. Telah diusulkan bahwa tulangan yang dipakai disini dapat dikurangi sampai sebesar 60 persen dari jumlah tulangan yang diperlukan sebab lantai itu sendiri mempunyai rusuk, mampu memberikan perlawanan terhadap penyusutan transversal dan devormasi akubat temperature.

Pelat-pelat komposit dengan lantai baja dapat dipakai pada bentang statis tertentu di antar gelagar-gelagar baja maupun sebagai bentang yang menerus. Pada kasus yang pertama harus diberikan tulangan negative di atas perletakan untuk memperkecil retak pada bagian atas pelat. Untuk pelat-pelat menerus, bagian yang memikul momen negative secara konvensional seperti juga tulangan pada pelat-pelat beton, dengan mengabaikan sumbangan tekan dari lantai baja tersebt.

Pembahasan singkat dari suatu jenis konstruksi pelat yang telah dipakai dengan berhasil selama beberapa decade mencerminkan seni dan metode-metode perencanaan berdasarkan atas bukti-bukti yang luas.

(21)

II.3.4 Analisa penampang komposit a. Lebar Efektif

Untuk menghitung sifat penampang komposit secara praktis, konsep lebar efektif perlu diterapkan. Lebar efektif merupakan lebar dari lempeng beton yang turut aktif dalam aksi komposit. Menurut Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002), lebar efektif pelat lantai yang membentang pada masing-masing sisi dari sumbu balok tidak boleh melebihi7) :

Seperdelapan dari bentang balok (jarak antara tumpuan)

Setengah jarak bersih antara sumbu balok-balok yang bersebelahan Jarak ke tepi pelat

b. Perhitungan Momen Kapasitas penampang komposit

Tegangan-tegangan pada penampang komposit biasanya dihitung dengan menggunakan metode transformasi luas, disini salah satu dari luas material yang dipakai ditransformasikan menjadi luas yang ekuivalen terhadap luas material lainnya. Biasanya luas efektif beton yang ditransformasikan menjadi luas baja yang ekuivalen. Dengan menganggap bahwa pada jarak yang sama dari sumbu netral besarnya regangan yang terjadi pada kedua material adalah sama, maka besarnya unit tegangan pada salah satu material adalah sama dengan perkalian antara regangan yang terjadi dengan modulus elastisitasnya. Unit tegangan baja dengan demikian bisa dinyatakan sebagai Es / Ec dikalikan dengan unit tegangan beton.

(22)

Dengan memisahkan perbandingan Es / Ec sebagai perbandingan modulus n, gaya yang ditahan oleh beton seluas satu satuan luas adalah setara dengan gaya yang ditahan oleh baja seluas satu satuan luas. Dengan demikian luas efektif beton (Ac = bef x t), bisa digantikan dengan luas transformasi :

A transformasi = T

dimana :

Ac adalah luas flens beton efektif

n adalah perbandingan modulus baja dengan modulus beton

Pada balok komposit yang berpenampang kompak kapasitas momen penampang harus dianalisis dengan distribusi tegangan plastis, sedangkan yang berpenampang tak kompak dianalisis dengan distribusi tegangan elastis. Pada balok komposit yang berdasarkan distribusi tegangan plastis. Besarnya gaya tekan C pada pelat beton adalah nilai terkecil dari :

C = As * fy

C = 0,85 * f’c * Ac C = UYVW X

VW = kapasitas tarik penghubung geser (hanya untuk balok komposit parsial).

Posisi sumbu netral plastis pada penampang komposit akan dipengaruhi oleh nilai C. Setelah sumbu netral dari penampang transformasi ditentukan, kemudian momen inersianya Itr dapat dihitung.

(23)

- Untuk sumbu netral (N-A) yang berada di pelat lantai

Gambar II.6 Penampang komposit untuk sumbu netral berada pada pelat lantai Py (T) = As*Fy

Mn = C (d1 + d2)

- Untuk sumbu netral (N-A) yang berada di profil baja

Gambar II.7 Penampang komposit untuk sumbu netral berada pada profil baja

(24)

Mn = C (d1 + d2) + T (d3 – d2) Ket :

As = Luas penampang baja (cm2) Fy = Tegangan leleh baja (kg/cm2)

Ac = Luas pelat beton dengan lebar efektif (cm2) Fc = Tegangan tekan beton (kg/cm2)

Cs = Gaya tekan pada profil baja IWF (kg) Py(T) = Gaya tarik pada profil baja IWF (kg) A = Tinggi tekan efektif pada pelat beton L Z

89:[K[\P

Ya = Tinggi tekan pada profil baja (cm)

d1 = Jarak dari C ke tepi atas penampang baja (cm) d3 = Jarak dari T ke tepi atas penampang baja (cm) d2 = Jarak dari Cs ke tepi atas penampang baja (cm) Atr = Luas penampang Transformasi (cm2)

Ytr = Titik berat penampang komposit (cm) Itr = Momen Inersia penampang komposit (cm4) Mn = Momen kapasitas

c. Perencanaan Balok Pada Daerah Momen Negatif

Menurut Composite Conctruction Design For Buildings, ASCE, pada daerah momen negatif, penampang balok dianggap tidak mengalami aksi komposit. Asumsi yang digunakan pada perencanaan ini adalah bahwa beton tidak memiliki kekuatan terhadap tarik, terjadi pengurangan penampang baja pada balok dan tulangan baja pada pelat tanpa memperhatikan lebar efektif pelat. Hal tersebut perlu

(25)

dilakukan untuk mengatasi tekuk lokal yang mungkin terjadi pada penampang baja. Oleh karena itu, diperlukan tulangan pelat pada daerah yang mengalami tarik dan perlu dilengkapi dengan penggunaan penghubung geser yang cocok.

Gambar II.8: Distribusi tegangan plastis pada daerah momen negatif

Dari gambar di atas besarnya T, yaitu kuat tarik pada tulangan pelat beton bertulang adalah :

T = Ar*Fyr T = Σ Qn Ket :

Ar = luas tulangan tarik di daerah lebar efektif pelat beton Fyr = tegangan leleh tulangan plat (kg/cm2)

d1 = jarak dari centroid tulangan pelat longitudinal ke tepi atas penampang baja (cm)

d3 = jarak dari C ke tepi atas penampang baja (cm)

d2 = jarak dari pusat gaya tarik di penampang baja ke tepi atas penampang baja (cm)

(26)

I = Momen Inersia penampang pada momen negatif (cm4)

Σ Q = Total kekuatan penghubung geser pada daerah di antara momen negatif maksimum dan momen nol

Kapasitas momen nominal dapat ditentukan dengan persamaan: Mn = T (d1 + d2) + Py (d3 – d2)

d. Kekuatan Balok Komposit Dengan Penghubung Geser

Menurut SNI-03-1729-2002 pasal 12.6.1 penghubung geser jenis paku stud dalam kondisi terpasang harus mempunyai panjang yang lebih besar dari 4 kali diameternya. Untuk aksi komposit dimana dimana beton mengalami gaya tekan akibat lentur, gaya horizontal total yang bekerja pada daerah yang dibatasi titik-titik momen positif maksimum dan momen nol harus diambil sebesar nilai C. Secara matematik dapat dinyatakan dengan :

Vh = C

Dan untuk gaya horizontal total yang bekerja pada daerah yang dibatasi titiktitik momen negatif di tumpuan dan momen nol terdekat harus diambil sebesar nilai T. Menurut SNI-03-1729-2002 pasal 12.6.3 kekuatan nominal satu penghubung geser jenis paku adalah :

Qn = 0,5 * Asc * fc * Ec ≤ Asc * fu Dimana :

Asc = Luas penampang penghubung geser jenis paku (mm2) fu = tegangan putus penghubung geser jenis paku (Mpa) Qn = Kekuatan nominal untuk satu penghubung geser (N)

(27)

Ec = modulus elastisits beton Mpa, untuk beton dengan berat normal besarnya ( Ec = 4700 f 'c )

Pada tugas akhir ini digunakan dek baja. Dek baja bergelombang merupakan salah satu jenis material baru yang digunakan untuk membuat pelat lantai. Dalam pembuatan pelat tersebut, dek baja bergelombang dipadukan dengan beton sehingga akan membentuk pelat komposit. Keuntungan yang dimiliki oleh pelat komposit ini dibandingkan dengan pelat beton bertulang biasa adalah : kekakuan dek baja cukup tinggi sehingga memerlukan lebih sedikit penyangga pada waktu pengecorannya, dapat menghemat jumlah pemakaian adukan beton karena memiliki ketebalan yang tipis, menghemat biaya dan waktu karena dek baja berfungsi sebagai formwork untuk pengecoran adukan beton, dan dek baja bergelombang dapat dimanfaatkan sebagai tulangan tarik sehingga kebutuhan akan tulangan tarik dapat dikurangi atau dihilangkan. Aksi komposit antara beton dan dek baja bergelombang terbentuk melalui adanya mekanisme tahanan geser yang bersumber dan lekatan natural antara kedua bahan, gaya gesekan antara kedua bahan, dan bentuk profil dek baja bergelombang.

Menurut SNI 03-1729-2002, persyaratan dek baja yang diletakkan di bawah pelat beton adalah: Tinggi nominal gelombang dek baja tidak boleh lebih dari 75 mm. Lebar rata-rata dari gelombang wr, tidak boleh kurang dari 50 mm, dan tidak boleh lebih besar dari lebar bersih minimum pada tepi atas dek baja.

1. Pelat beton harus disatukan dengan balok baja melalui penghubung geser jenis paku yang dilas yang mempunyai diameter tidak lebih dari 20 mm.

Penghubung geser jenis paku dapat dilas pada dek baja atau langsung pada balok baja. Setelah terpasang, ketinggian penghubung geser jenis paku

(28)

tidak boleh kurang dari 40 mm di atas sisi dek baja yang paling atas. 2. Ketebalan pelat di atas dek baja tidak boleh kurang dari 50 mm.

Gambar II.9 Persyaratan untuk dek baja bergelombang Berdasarkan persyaratan-persyaratan tersebut maka tipe dek baja yang digunakan adalah Union Floor Deck W-1000

Gelombang Dek Baja Yang Arahnya Tegak Lurus Terhadap Balok Penumpu

Untuk gelombang-gelombang dek baja yang arahnya tegak lurus terhadap balok penumpu, tebal beton yang berada di bawah tepi atas dek baja harus diabaikan dalam perhitungan karakteristik penampang komposit dan dalam penentuan luas pelat beton Ac, yang diperlukan untuk kapasitas gaya geser horizontal balok komposit. Jarak antara penghubung geser tidak boleh lebih dari 900 mm. Kuat nominal penghubung geser jenis paku dikalikan dengan suatu faktor reduksi, rs, yaitu:

rs = 89:]^_ L`_a_PbLa c_P 4 * d *

Keterangan :

rs = faktor reduksi

Ns = Jumlah penghubung geser jenis paku pada setiap gelombang pelat berprofil di perpotongannya dengan balok

(29)

hr = Tinggi nominal gelombang pelat baja berprofil wr = Lebar efektif gelombang pelat baja berprofil

Gelombang Dek Baja Yang Arahnya Sejajar Terhadap Balok Penumpu

Untuk gelombang dek baja yang arahnya sejajar dengan balok baja, tebal pelat beton yang berada di bawah tepi atas dek baja dapat diperhitungkan dalam penentuan karakteristik penampang komposit dan juga dalam luas penampang pelat beton Ac, yang diperlukan untuk perhitungan kapasitas gaya geser horizontal balok. Jika tinggi nominal dek baja lebih besar atau sama dengan 40 mm maka lebar rata-rata dari gelombang yang ditumpu wr, tidak boleh kurang dari 50 mm + 4(ns-1)ds untuk penampang dengan jumlah penghubung geser jenis paku sama dengan ns pada arah melintang; dengan ds adalah diameter penghubung geser jenis paku tersebut.

Kuat nominal penghubung geser jenis paku dikalikan dengan suatu faktor reduksi, rs, yaitu

rs = / L`_a_PbLa c_P 4 * d *

Jumlah penghubung geser pada daerah yang dibatasi titik-titik momen maksimum dan momen nol adalah:

N1 = fec

Dimana:

N1 = jumlah penghubung geser yang diperlukan pada daerah diantara

momen maksimum dan momen nol

Untuk penempatan dan jarak penghubung geser, berdasarkan SNI 03- 1729-2002 pasal 12.6.6, penghubung geser yang diperlukan pada daerah yang dibatasi oleh titik-itik momen lentur maksimum dan momen nol yang berekatan harus

(30)

didistribusikan secara merata pada daerah tersebut. Ketentuan jarak antar penghubung adalah sebagai berikut :

1. Tebal minimum selimut beton pada arah lateral 25 mm

2. Jarak minimum antar penghubung geser pada arah sejajar sumbu balok > 6 x diameter

3. Jarak minimum antar penghubung geser pada arah tegak lurus sumbu balok > 4 x diameter

4. Jarak maksimum antar penghubung geser < 8 x diameter

e. Perhitungan Lenturan / Lendutan

Untuk perhitungan lenturan/lendutan dari gelagar dengan perletakan jepit– jepit yang menahan beban baik merata dan beban terpusat digunakan rumus sebagai berikut :

1. Akibat beban merata δ1 = g[hi

j9[k[l ≤ δ ijin

2. Akibat beban terpusat δ2 = m[hij

n6[k[l ≤ δ ijin

Dimana :

δ = besarnya lendutan yang terjadi

δ ijin = besarnya lendutan yang diijinkan = L/360 q = beban merata

(31)

E = modulus elastisitas I = momen inersia

II.4 Analisa Harga

Ada banyak komponen pembentuk harga pelatantara lain akan dipaparkan berikut ini.

II.4.1 Baja Bergelombang (Bondek)

Bondek atau smartdek adalah dek yang dibentuk dari material baja dengan lapisan Zinc Coated (Z275, yaitu berat lapisan galvanized per meter persegi ± 275 gr/m2) untuk penggunaan pada kondisi lingkungan normal, sedangkan pada kondisi lingkungan korosif perlu diberikan lapisan perlindungan tambahan. Kekuatan tarik leleh minimum pelat baja ini adalah 550 MPa. Tebal pelat standar adalah 0,70 mm BMT dengan pilihan tebal yang lain 1,00 dan 1,2 mm BMT. Penggunaan decking baja akan memberikan keuntungan bagi struktur secara keseluruhan karena penghematan dalam penggunaan formwork dan beton. Decking baja ini berfungsi antara lain sebagai lantai kerja sementara, sebagai bekisting tetap dan tulangan positif. Smartdek juga memberikan keuntungan yang lain yaitu dari segi waktu pelaksanaan konstuksi yang lebih cepat yaitu mencapai 400m2/hari/kelompok (3-4 orang) dan menghemat dalam pemakaian perancah dan tiang-tiang penyangga.

Pemasangan panel Smartdek pada pelat beton diletakkan melintang (pada arah memendek). Pada umumnya panel diletakkan minimum ± 2,5 cm kedalam bekisting balok.

(32)

II.4.2 Bekisting

Bekisting merupakan struktur sementara yang berfungsi sebagai alat bantu dalam membentuk beton dimana perkembangannya sejalan dengan perkembangan beton itu sendiri. Bekisting berfungsi sebagai acuan untuk mendapatkan bentuk profil yang diinginkan serta sebagai penampung dan penumpu sementara beton basah selama proses pengeringan.

Dengan adanya inovasi teknologi dalam bidang bekisting, saat ini produksi dilakukan oleh pabrik dengan disain sedemikian rupa sehingga bekisting mudah dibongkar, dipasang serta memungkinkan untuk dimanfaatkan lebih dari satu kali. Proses pengeringan beton saat ini relative lebih cepat dibandingkan pada masa lalu. Hal ini disebabkan karena telah ditemukannya zat tambah yang dapat dimanfaatkan untuk mengatur kecepatan mengerasnya beton. Proses pembongkaran bekisting bergantung pada kecepatan mengerasnya beton dan baru dibongkar setelah dinyatakan aman. Pembuatan dan pemasangan bekisting tergantung dari banyak faktor yang mempengaruhi yaitu bahan yang tersedia atau yang diperlukan, cara dan pengadaan tenaga kerja, tuntutan akan hasil pengerjaan yang dibutuhkan terutama dalam hal akurasi dan kerapian serta biaya alat-alat yang digunakan. Dalam pembuatan bekisting harusmemperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1) Kualitas material bekisting yang digunakan harus dapat menghasilkan permukaan beton yang baik.

2) Cukup kuat karena bekisting akan menampung beton basah disamping beban- beban lain saat pengecoran. Dengan begitu diharapkan tidak terjadi lendutan atau lenturan ketika beton dituang.

(33)

3) Sedikit pembuangan agar bisa dipakai untuk keperluan pembekistingan yang lainnya.

4) Dapat dipasang dengan mudah dan cepat.

5) Mudah dibongkar tanpa mengadakan sentakan sehingga tidak menimbulkan kerusakan pada struktur beton saat dilakukan pembongkaran bekisting. 6) Memperhatikan faktor ekonomis dari bekisting agar mampu mereduksi

biaya. Pelekatan beton pada bekisting dapat dihindari dengan melumasi penampang bekisting yang bersentuhan itu dengan minyak bekisting. Namun, pemakaian minyak bekisting tidak boleh terlalu banyak karena dapat mengubah warna permukaan beton. Apabila papan (kayu) bekisting dikerjakan dengan sederhana, maka papan itu dapat digunakan sekitar 3 sampai 5 kali. Sedangkan untuk balok persegi dan bulat dapat dipakai sekitar 7 sampai 10 kali. Bekisting hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan lagi pada kesempatan lain.

II.4.3 Bekisting Balok dan Pelat

Pada umumnya struktur pelat lantai beton dan balok menjadi satu kesatuan yang monolit sehingga sistem bekisting yang dipergunakan disesuaikan dengan sistem bekisting pelat lantai beton. Maka bekisting balok atau sistem balok-balok biasanya terdiri dari balok induk dan balok anak atau balok garis menjadi satu kesatuan dengan bekisting pelat lantai. Dengan kedaan yang demikian, rancangan bekisting balok tidak terlepas dari sistem pelat lantai yang dipilih. Bekisting balok-balok terdiri dari komponen-komponen bidang alas dan dua sisi bidang tegak samping ditambah dengan pengikatpengikat dan penyokong yang diperlukan.

(34)

Biasanya komponen bidang alas dibuat dengan lebar yang tepat sesuai dengan lebar balok dan akan tertumpu langsung pada perancah penyangga. Komponen sisi tegak samping berhubungan tegak lurus dengan bidang alas secara overlap dan kedua bidang ini bertumpu pada perancah penyangga. Untuk balok tepi yang berfungsi sebagai spandrel beam diperlukan bekisting yang baik dan kuat. Hal ini disebabkan lokasi terletak pada tepi luar dari bangunan sehingga harus menghasilkan penampilan yang baik, meskipun sering digunakan bahan finishing untuk menutup bahan betonnya. Detail dari bagian-bagian bekisting balok sangat bervariasi tergantung bahan yang digunakan, lokasi atau letak bekisting dan beban yang diperhitungkan. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bekisting balok dan pelat lantai beton menjadi satu kesatuan dan bersama-sama ditumpu oleh tiang-tiang penyangga yang berbentuk struktur rangka perancah penyangga dibawah bekisting balok dan pelat lantai tersebut. Jarak antar tiang penyangga tersebut dibatasi oleh kekuatan terhadap momen lentur, lendutan ijin, maupun kapasitas dari masing-masing tiang penyangga.

II.4.4 Wiremesh ( Jaring Kawat Baja Las )

Wiremesh merupakan material jaring kawat baja pengganti tulangan pada pelat yang fungsinya sama sebagai tulangan. Pada wiremesh selain memiliki kekuatan yang sama namun dari segi pemasangan lebih praktis dan murah dibandingkan dengan tulangan konvensional. Keuntungan utama dalam menggunakan Jarigan Kawat Baja Las BRC adalah mutunya yang tinggi dan konsisten yang terjamin bagi perencana,pemilik dan pemborong, di bandingkan dengan cara penulangan pelat lainnya. Karena semua kawat di tarik dan di uji

(35)

dengan seksama,mutu bahan yang di pakai telah terjamin. Proses penarikan kawat tersebut akan menghasilkan kawat dengan penampang yang sangat merata. Keseragaman yang sama itu tidak akan mungkin terdapat pada batang-batang canaian panas (besi beton) ketika kawat di las kedalam jaringan kawat baja las BRC, ia di dudukan tepat pada tempatnya, jadi jaringan akan selalu dilengkapi dengan jumlah kawat yang benar. Dengan demikian,perencanaan terjamin dan penelitian di tempat kerja dapat dikurangi.

Untuk membuat pelat yang ringan, tipis tetapi kuat yaitu dengan menggunakan tulangan baja berupa kawat baja las/wiremesh Penggunaan tulangan baja ini dimaksudkan untuk memperbesar kuat lentur pelat karena kawat baja ini mempunyai kuat tarik yang tinggi dan berbentuk seperti jala yang sangat memudahkan pada saat pemasangan, serta harga relatif lebih murah dan material lebih ringan. Mutu yang tinggi dari Jaringan Kawat Baja Las BRC memungkinkan yang di tetapkan sebelumnya. memenuhi standart kelas U-50, menghasilkan pengehematan biaya yang sangat berarti. Dengan menggunakan tegangan ijin yang di usulkan sebesar 2.900 kg/cm tersebut. kita dapat memperoleh penghematan sampai separuh dari banyaknya penulangan. Dengan Perhitungan Harga Per kg jaringan kawat baja las BRC yang lebih tingi, biasanya tetap terdapat penghematan biaya yang cukup berarti pada kebanyakan proyek. Selain penghematan, juga waktu pasang dihematkan, karena Jaringan Kawat Baja Las BRC di serahkan di tempat kerja dengan kawat telah di lastepat pada jarak-jarak yang di tetapkan sebelumnya

(36)

II.4.5 Perancah

Konstruksi bekisting untuk struktur yang mendukung bebas terdiri dari suatu konstruksi penyangga dari perancah kayu atau perancah baja bersekrup (scaffolding). Perancah kayu umumnya diletakkan di bagian atas gelagar balok yang cukup panjang dan lebarnya, untuk mencegah bekisting melesak. Perancah kayu dapat disetel tingginya dengan pertolongan dua baji kayu yang dapat digeser. Perancah ini termasuk tipe penyangga tradisional. Perancah baja bersekrup (scaffolding) terdapat dipasaran dengan bermacam-macam panjang dan besarnya. Perancah baja semakin banyak digunakan karena selain pemasangannya yang mudah dan cepat, perancah ini juga mampu menyangga beban sampai dengan 5 – 20 kN (500-2000 kg). Perancah baja bersekrup terdiri dari dua pipa baja yang disambung dengan selubung sekrup atau mur penyetel. Penggunaan perancah baja bersekrup membutuhkan pengawasan serta ketelitian dalam pemasangannya. Jika perancah ini dirawat dengan baik, maka dapat dipakai bertahun- tahun. Penyetelan dari perancah kayu atau perancah baja bersekrup (scaffolding) memerlukan persyaratan seperti di bawah ini :

1) Perancah harus berdiri tegak lurus. Hal ini berguna untuk mencegah perubahan bekisting akibat dari gaya-gaya horisontal. Penyetelan dalam arah tegak lurus harus dengan waterpass.

2) Bila beberapa lantai bertingkat akan dicor berurutan, maka lendutan akibat dari lantai yang telah mengeras harus dihindarkan dengan menempatkan perancah diperpanjangannya sebaik mungkin.

3) Tempat dari perancah perlu dipilih sedemikian rupa sehingga beban-beban dapat terbagi serata mungkin. Hal ini berguna untuk mencegah perubahan

(37)

bentuk yang berbeda-beda akibat dari perpendekan elastis perancah yangtimbul karena pembebanan dan perbedaan penurunan tanah.

II.4.6 Peralatan

Peralatan yang akan dipakai haruslah dipilih dengan tepat karena merupakan salah satu faktor penting untuk menunjang keberhasilan suatu proyek konstruksi. Pada pengerjaan pelat lantai, biasanya digunakan concrete pump dan vibrator pada saat proses pengecoran. Concrete pump berfungsi untuk mengalirkan beton cor ready mix ke pelat lantai yang siap di cor. Biasanya concrete pump digunakan untuk lantai yang sulit dijangkau serta untuk mempercepat proses pengecoran. Sedangkan vibrator berfungsi untuk menghasilkan getaran yang cukup untuk memaksa adukan beton bergeser mengisi ronggarongga kosong, sehingga beton mengalir dan memadat.

II.4.7 Perkiraan Biaya

Perkiraan biaya adalah memperkirakan kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas informasi yang tersedia (Soeharto, 1997). Perkiraan biaya memegang peranan penting dalam penyelenggaraan proyek. Pada taraf pertama dipergunakan untuk mengetahui berapa besar biaya yang diperlukan untuk membangun proyek. Selanjutnya, perkiraan biaya memiliki fungsi dengan spektrum yang amat luas yaitu merencanakan dan mengendalikan sumber daya seperti material, tenaga kerja, pelayanan, maupun waktu. Meskipun kegunaannya sama, namun penekanannya berbeda-beda untuk masing- masing organisasi peserta proyek. Bagi pemilik, angka

(38)

yang menunjukkan jumlah perkiraan biaya akan menjadi salah satu patokan untuk menentukan kelayakan investasi. Bagi kontraktor, keuntungan finansial yang akan diperoleh tergantung pada seberapa jauh kecakapan membuat perkiraan biaya. Bila penawaran harga yang diajukan di dalam proses lelang terlalu tinggi, kemungkinan besar kontraktor yang bersangkutan akan mengalami kekalahan. Sebaliknya bila memenangkan lelang dengan harga terlalu rendah, kontraktor akan mengalami kesulitan di kemudian hari. Sedangkan bagi konsultan, angka tersebut diajukan kepada pemilik sebagai usulan jumlah biaya terbaik untuk berbagai kegunaan sesuai perkembangan proyek.

II.4.8 Biaya Langsung dan Tak Langsung

Biaya langsung adalah semua biaya yang berhubungan langsung dengan pekerjaan konstruksi di lapangan. Biaya langsung dapat diperoleh dengan mengalikan volume/kuantitas suatu pekerjaan dengan harga satuan (unit cost) pekerjaan tersebut. Harga satuan pekerjaan ini terdiri atas harga bahan, upah buruh dan biaya peralatan.

Biaya-biaya yang dikelompokkan dalam jenis ini yaitu : 1) Biaya Bahan

Biaya bahan terdiri dari biaya pembelian material, biaya transportasi, biaya penyimpanan material dan kerugian akibat kehilangan atau kerusakan material.

2) Biaya Pekerja/Upah (Labour/ManPower) Biaya pekerja ini dibedakan atas :

a) Upah harian b) Upah borongan

(39)

c) Upah berdasarkan produktivitas 3) Biaya Peralatan

Beberapa unsur yang terdapat dalam biaya peralatan ini antara lain adalah sewa (bila menyewa), biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya operator, biaya mobilisasi, dan lain-lain yang terkait dengan peralatan. Biaya tidak langsung adalah semua biaya proyek yang secara tidak langsung berhubungan dengan konstruksi di lapangan tetapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut. Biaya-biaya yang termasuk dalam Biaya-biaya tidak langsung adalah Biaya-biaya overhead dan Biaya-biaya tak terduga.

II.4.9 Metode

Analisa harga satuan pekerjaan pelat menggunakan analisa harga satuan pekerjaan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan daftar harga satuan bahan bangunan, upah kerja dan Analisa Biaya Konstruksi (ABK) yang dikeluarkan oleh Dinas Tata Ruang Dan Permukiman Pemerintah Kota Medan Tahun 2012.

Gambar

Gambar II.2: Skema Hitungan Tulangan Pelat Data: dimensi pelat (h,d,ds), mutu bahan (fc’,fy ),
Gambar II.3: Skema hitungan pembesaran dimensi pelat Data dimensi pelat (h, d, ds), mutu bahan (fc’ dan fy),
Gambar II.4:Skema Hitungan Rencana Pelat Data dimensi pelat (h, d, ds), mutu bahan (fc’ dan fy),
Gambar II.5: Baja bergelombang / bondek
+4

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait