BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan Syariah adalah lembaga keuangan yang mengeluarkan produk keuangan syariah dan yang mendapat izin operasional sebagai lembaga keuangan syariah (Ahmad Ifham Sholih:2010: 472).
Sedangkan yang dimaksud dengan Lembaga Keuangan Mikro Syariah adalah antara lain koperasi simpan injam syariah, dan Baitul Maal wa Tamwil (BMT)(Ahmad Ifham Sholih:2010:472).
A. Koperasi Syariah
1. Pengertian Kopersi Syariah
Koperasi syariah adalah koperasi yang dijalankan dengan prinsip syariah (Ahmad Ifham Sholih:2010:423).
Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS) adalah unit koperasi yang bergerak dibidang usaha pembiayaan, investasi, simpanan dengan pola bagi hasil (syariah) sebagai bagian dari kegiatan koperasi yang bersangkutan (Ahmad Ifham Sholih:2010:426).
2. Fungsi dan Peran Koperasi Syariah
Koperasi syaiah mempunyai fungsi dan peran antara lain:
a) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan anggota pada khususnya, dan masyarakat pada ummnya, guna meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya;
b) Memperkuat kualitas sumber daya insane anggota, agar lebih amanah, professional (fatonah), konsisten dan konsekuen (istiqomah) didalam menerpakan prinsip-prinsip ekonomi islam dan prinsip-prinsip syariah islam;
c) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi;
d) Sebagai mediator antara penyandang dana dan pengguna dana, sehingga tercapai optimalisasi pemanfaatan harta
e) Menguatkan kelompok-kelompok anggota sehingga mampu bekerja sama melakukan kontrol terhadap koperasi secara efektif
f) Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja g) Menumbuhkembangkan usaha-usaha produktif anggota.
3. Tujuan Koperasi Syariah
Koperasi syariah dalam pelaksanaannya memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta turut membangun tatanan perekonomian yang berkeadilan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah islam.
B. Baitul Maal Wa Tamwil
1. PengertianBaitul Maal wa Tamwil(BMT)
Baitul Mal wa Tamwil berasal dari bahasa arab yang berarti Bait adalah rumah dan at tamwil adalah pengembangan usaha.
Ahmad Ifham Solihin (2010:174) BMT atauBaitul Mal wat Tamwil adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dalam rangka meningkatkan derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh dari masyarakat setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang salaam : Keselamatan (berintikan keadilan), kedamaian, dan kesejahteraan.
Abdul Aziz–Mariyah Ulfah (2010:115) BMT atau Baitul Mal wat Tamwil adalah balai usaha mandiri yang isinya berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan
mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.
Sebagai Lembaga Keuangan Syariah BMT mempunyai dua fungsi dalam menggerakkan roda perekonomian, yaitu:
a) Baitul Mal sebagai rumah harta yang merupakan lembaga yang menerima titipan dana zakat, infaq dan shodaqah serta mendistribusikannya sesuai dengan peraturan dan amanahnya. b) Baitul Tamwil sebagai lembaga yang melakukan kegitan
usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. 2. PeranBaitul Maal wa Tamwil(BMT)
Dalam perekonomian di Indonesia, menurut Ahmad Ifham Sholihin BMT mempunyai peran sebagai berikut:
a) sebagai motor penggerak ekonomi dan sosial masyarakat b) ujung tombak pelaksanaan sisem ekonomi syariah
c) penghubung antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana
3. FungsiBaitul Maal wa Tamwil(BMT)
Dalam Ahmad Ifham Sholih (2010:175) BMT mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
a) Meningkatkan kualitas SDM anggota, pengurus, dan pengelola menjadi profesional, mendesain (selamat, damai, dan sejahtera) dan amanah sehingga semakin utuh dan tangguh dalam berjuang dan berusaha (beribadah) menghadap tantangan global
b) Mengorganisasi dan memobilisasi dana sehingga dana yang dimilki oleh masyarakat dapat termanfaatkan secara optimal didalam dan diluar organisasi untuk kepentingan rakyat banyak c) Mengembangkan kesempatan kerja
d) Mengukuhkan dan meningkatkan kualitas usaha dan pasar dan produk-produk anggota
e) Memperkuat dan meningkatkan kualitas lembaga-lembaga ekonomi dan sosial masyarakat.
4. ProdukBaitul Maal wa Tamwil(BMT)
Dalam fungsi operasionalnya BMT sebagai pengumpul dana dan penyalur dana.
a) Produk Pengumpul Dana 1. SimpananWadiah
Simpanan wadiah adalah simpanan yang dapat ditarik oleh pemiliknya setiap waktu. Simpanan wadiah ini dapat disebut juga tabungan pada bank konvensional.
2. SimpananMudharabah
Simpanan mudharabah adalah simpanan dana dan penarikan dana yang dilakukan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Contoh : simpanan pendidikan, simpanan haji, simanan qurban, dll.
Tabel 2.1
Perbandingan simpananwadiahdengan simpananmudharabah
No. Pembanding Simpanan Mudharabah
Simpanan Wadiah 1 Sifat dana Investasi Titipan
2 Penarikan Hanya dapat
dilakukan pada periode tetentu
Dapat dilakukan setiap saat
3 Insentif Bagi Hasil Bonus
4 Pengembalian Modal Tidak dijamin dikembalikan 100% Dijamin dikembalikan 100%
Sumber : Rafa Consulting (2004) dalam Ascarya (2011) b) Produk Penyalur Dana
Terdapat tujuh jenis pembiayaan utama pada bank dengan sistem bagi hasil yaitu :
1. PembiayaanMusyarakah
Yaitu pembiayaan sebagian kebutuhan modal pada suatu usaha untuk jangka waktu terbatas sesuai kesepakatan.
2. PembiayaanMudharabah
Yaitu pembiayaan seluruh kebutuhan modal pada suatu usaha untuk jangka waktu terbatas sesuai kesepakatan.
3. PembiayaanMurabahah
Yaitu pembiayaan berupa talangan dana yang dibutuhkan nasabah untuk membeli suatu produk dengan kewajiban
mengembalikan talangan dana tersebut seluruhnya pada waktu jatuh tempo.
4. PembiayaanBaiu Bithaman Ajil
Yaitu pembiayaan berupa talangan dana yang dibutuhkan nasabah untuk membeli suatu produk dengan kewajiban mengembalikan talangan dana tersebut secara menyicil sampai lunas dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan.
5. PembiayaanIjarah
Yaitu pembiayaan berupa talangan dana yang dibutuhkan nasabah untuk memiliki suatu produk dengan kewajiban menyewa barang tersebyt sampai jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan.
6. PembiayaanAr Rahn
Yaitu pembiayaan berupa pinjaman dana tunai dengan jaminan barang bergerak yang relative nilanya tetap seperti perhiasan emas, perak, intan, berlian, batu mulia, dll. Untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan.
7. PembiayaanQardhul Hasan
Yaitu pembiayaan berupa pinjaman tanpa dibebani biaya apapun bagi kaum dhuafa yang merupakan asnaf zakat/infaq/shadaqah dan ingin mulai berusaha kecil-kecilan.
2.1.2 Bagi Hasil
A. Pengertian Bagi Hasil
Sistem perekonomian islam selalu berkaitan dengan pembagian hasil usaha yang ditentukan pada awal tejadinya akad atau kontrak kerja sama. Nisbah atau porsi pembagian hasil usaha tersebut disepakati oleh keduan belah pihak antara shahibul maal dengan mudharib seperti 50:50, yang artinya 50% keuntungan untuk shahibul maal dan 50% untukmudharib.
Bagi hasil merupakan bentuk return (perolehan aktivitas usaha) dari akad investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap dalam sistem operasional perbankan syariah. Besar kecil perolehan jumlah bagi hasil tergantung pada hasil usaha yang benar-benar diperoleh bank syariah. (Evita Isretno:2011:107)
Ahmad Ifham Sholihin (2010:134) ada dua pengertian bagi hasil, yaitu:
1. Bagi hasil adalah suatu sistem yang meliputi pembagian hasil usaha antara pemilik modal dan pengelola dana.misalnya antara Lembaga Keuangan Syariah dengan nasabah penyimpan dan atau penerima dana.
2. Bentuk return dari kontrak investasi, yakni yang masuk kedalam Natural Uncertainty Contracts.
Jadi bagi hasil merupakan pembagian keuntungan antara pemilik modal dengan pengelola modal dengan besar keuntungan ditentukan oleh nisbah atau porsi bagi hasil yang telah disepakati diawal akad oleh pihak-pihak yang bersangkutan dalam akad tersebut.
B. Perbedaan Bagi Hasil dengan Bunga
Dalam perbankan syariah selalu dikenal dengan adanya sistem bagi hasil, sedangkan dalam bank konvensional dengan sistem bunga. Adapun perbedaan bagi hasil dengan bunga adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2
Perbedaan bunga dengan bagi hasil
No. BUNGA BAGI HASIL
1. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi usaha akan selalu menghasilkan keuntungan
Penentuan nisbah bagi hasil disepakati pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi
2. Besarnya presentase didasarkan pada jumlah dana/modal yang dipinjam
Besarnya bagi hasil didasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh
3. Bunga dapat
mengembang/variabel dan besarnya naik turun sesuai dengan naik turunnya bunga patokan atau kondisi ekonomi
Rasio bagi hasil tetap tidak berubah selama akad masih berlaku, kecuali diubah atas kesepakatan bersama
4. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah usaha yang dijalankan untung atau rugi
Bagi hasil bergantung pada keuntungan usaha yang dijalankan, bila usaha rugi, kerugian akan ditanggung bersama
5. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun keuntungan naik berlipat ganda
Jumah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan keuntungan 6. Eksistensi bunga
diragukan (jika tidak dikecam) oleh semua agama
Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil
C. Sistem Perhitungan Bagi Hasil
Salah satu praktik dalam perbankan syariah adalah sistem bagi hasil. Ada dua metode sistem perhitungan bagi hasil yaitu :
1. Profit Sharing
Profit Sharing berupa perhitungan bagi hasil didasarkan pada hasil net (bersih) dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. (Evita Isretno:2011:108).
Apabila suatu perbankan menggunakan sistem profit sharing kemungkinan yang akan terjadi adalah bagi hasil yang akan diterima shahibul maalakan semakin kecil.
Sistem profit and loss sharing dalam pelaksanaannya merupakan bentuk dari perjanjian kerjasama antara pemodal (investor) dengan dan pengelola modal (entrepreneur) dalam menjalankan kegiatan usaha ekonomi, dimana diantara keduanya akan terikat kontrak bahwa didalam usaha tersebut jika mendapat keuntungan akan dibagi kedua pihak sesuai nisbah kesepakatan diawal perjanjian, dan begitu pula jika mengalami kerugian akan ditanggung bersama sesuai porsi (Evita Isretno:2011:108).
2. Revenue Sharing
Revenue Sharing berupa perhitungan bagi hasil didasarkan pada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut (Evita Isretno:2011:108).
Perbankan yang menggunakan sistem revenue sharing kemungkinan yang akan terjadi adalah tingkat bagi hasil yang diterima oleh pemilik dana akan lebih besar dibandingkan tingkat suku bunga pasar yang berlaku, kondisi ini akan mempengaruhi pemilik dana untuk berinvestasi di bank syariah dan dana pihak ketiga akan meningkat.
Bank syariah dapat menggunakan salah satu dari kedua metode perhitungan tersebut tergantung pada kebijakan masing-masing bank untuk memilih metode perhitungan yang akan digunakan. Namun pada umumnya bank syariah di Indonesia menggunakan metode bagi hasil revenue sharing untuk mendistribusikan bagi hasilnya kepada para nasabahnya.
D. Konsep Bagi hasil
Dalam Umi Fauziah:2006 ada beberapa konsep bagi hasil, yaitu :
a) Pemilik dana akan menginvestasikan dananya ke Lembaga Keuangan Syariah sebagai pengelola
b) Pengelola atau lembaga keuangansyariah akan mengelola dana tersebut dalam sistem pool of fund selanjutnya akan menginvestasikan dana tersebut kedalam proyek atu usaha yang layak dan menguntungkan serta memenuhi aspek syariah.
c) Kedua belah pihak menandatangani akad yang berisi ruang lingkup kerja sama, nominal, nisbah, dan jangka waktu berlakunya kesepakatan tersebut
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi bagi hasil
Ada dua faktor yang mempengaruhi bagi hasil, yaitu : a) Faktor Langsung
1. Investment rate merupakan presentase aktual dana yang diinvestasikan dari total dana.
2. Jumlah dana yang akan diinvestasikan merupakan dana dari berbagai sumber yang tersedia untuk diinvestasikan.
3. Nisbah merupakan rasio pembagian keuntungan antara shahibul maaldenganmudharib. Angka nisbah dapat bervariasi seperti 50:50, 60:40, 70:30 sesuai dengan kesepakatan shahibul maal dengan mudharib.
b) Faktor Tidak Langsung
1. Penentuan butir-butir pendapatan dan biayamudharabah
a. Shahibul maal dengan mudharib akan melakukan share baik dalam pendapatan maupun biaya. Pendapatan yang
dibagihasilkan merupakan pendapatan yang diterima setelah dikurangi dengan biaya-biaya.
b. Jika semua biaya ditanggung bank maka disebut revenue sharing
2. Kebijakan akunting (pinsip dan metode akunting)
Bagi hasil secara tidak langsung akan dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama yang berhubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.
2.1.3 Pembiayaan
A. Pengertian Pembiayaan
Dalam Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Dalam Ifham Sholihin (2010:590) Penyediaan dana tersebut dapat berupa :
1. Transaksi bagi hasil dalam bentukmudharabahdanmusyarakah 2. Transaksi sewa menyewa dalam bentukijarah atau sewa beli dalam
3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’
4. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutangqard
5. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi jasa.
B. Tujuan Pembiayaan
Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan mejadi dua kelompok besar yaitu tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro. Secara makro pembiayaan bertujuan untuk :
a) Peningkatan ekonomi umat
b) Tersedianya dana bagi peningkatan usaha c) Meningkatkan produktivitas
d) Membuka lapangan kerja baru e) Terjadi distribusi pendapatan
Adapun secara mikro, pembiayaan diberikan dalam rangka untuk :
a) Upaya mengoptimalkan laba b) Upaya meminimalkan risiko c) pendayagunaan sumber ekonomi d) penyaluran kelebihan dana
C. Fungsi Pembiayaan
Secara umum pembiayaan memiliki fungsi sebagai berikut : a) Meningkatkan daya guna uang
b) Meningkatkan daya guna barang c) Meningkatkan peredaran uang d) Menimbulkan kegairahan berusaha e) Stabilitas ekonomi
f) Sebagai jembatan untuk meninngkatkan pendapatan nasional
2.1.4 Akad Mudharabah
A. Pengertian AkadMudharabah
Akad dalam bahasa Indonesia disebut perjanjian, sedangkan dalam hukum ekonomi syariah disebut akad. Kata akad berasal dari kata al-‘aqd yang berarti mengikat, menyambung atau menghubungkan (Evita Isretno:2011:26).
Menurut bahasa mudharabah berasal dari kata adhdharby fil yaitu bepergian untuk urusan dagang. Sedangkan Menurut bahasa mudharabah berasal dari kata adhdharby fil yaitu bepergian untuk urusan dagang.
Dalam PSAK 105 tentang mudharabah, mudharabah adalah kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana)
bertindak selaku pengelila, dan keuntungan usaha dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pengelola dana.
Sri Nurhayati-Wasilah (2011:120) mendefinisikan mudharabah sebagai akad kerjasama usaha antara pemilik dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiaan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh misconduct, negligenceatauviolationoleh pengelola dana.
Gambar 2.1 Skema Mudharabah
Sumber : Sri Nurhayati-wasilah (2011:122)
Pemilik Dana Akad
Mudharabah Pengelola dana Porsi Rugi Porsi Laba Proyek Usaha Porsi Laba Hasil Usaha:
Apabila untung akan dibagi sesuai nisbah Apabila rugi ditanggung pemilik dana
B. Jenis Akad Mudharabah
Dalam PSAK 105 ada 3 (tiga) jenis mudharabah, yaitu mudharabah muthaqah, mudharabah muqayyadah, dan mudharabah musytarakah.
1. Mudharabah muthlaqah
Mudharabah Muthlaqah adalah mudharabah dimana si pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. Mudharabah ini disebut investasi tidak terikat.
2. Mudharabah muqayyadah
Mudharabah Muqayyadahadalahmudharabahdimana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola antara lain mengenai dana, lokasi, cara, dan atau objek investasinya.
3. Mudharabah musytarakah
Mudharabah musytarakah adalah mudharabah dimana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi.
C. Rukun Mudharabah
Dalam Sri Nurhayati-Wasilah (2011:124) ada beberapa rukun mudharabah yang harus dipenuhi ketika melakukan akad mudharabah, yaitu :
2. Objek mudharabah, berupa : modal dan kerja 3. Ijab Kabul / serah terima
4. Nisbah Keuntungan
D. Berakhirnya AkadMudharabah
Akad Mudharabah dapat berakhir karena hal-hal berikut ini (SriNurhayati-Wasilah,2011:125) :
1. Akadmudharabahberakhir pada waktu yang telah ditentukan 2. Salah satu pihak memutuskan untuk mengundurka diri
3. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal
4. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola usaha untuk mencapai tujuan sebagimana dituangkan dalam akad 5. Modal sudah tidak ada
E. TujuanMudharabah
Dalam Ifham Sholihin (2010:526) akad mudharabah digunakan oleh bank untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan permodalan bagi nasabah yang memiliki keahlian dan ketrampilan guna menjalankan usaha atau proyek yang bersangkutan.
F. ManfaatMudharabah
Dalam Ifham Sholihin (2010:522) ada beberapa manfaat mudharabah, antara lain :
1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat
2. Bank tidak mewajibkan membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank sehingga bank tidak akan mengalami negative spread
3. Pengambilan pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah
4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar ama, halal dan menguntungkan karena keuntungan yang konkrit dan benar-benar terjadi itulah yang dibagikan
5. Prinsip bagi hasil mudharabah berbeda dengan prinsip bunga tetap. G. Risiko PembiayaanMudharabah
Dalam Ifham Sholihin (2010:524) risiko pembiayaan bagi hasil pada umumnya sama dengan risiko kredit biasa, ditambah :
1. Penyembunyian keuntungan oleh nasabha yang tidak jujur 2. Ketidakmampuan nasabah mengelola keuangan dan kelemahan
sistem informasi keuangan
3. Kelalaian dalam membayar bagi hasil (disiplin yang rendah) 4. Sistem monitoring perkembangan usaha lemah
2.2 Hasil Penelitian Terdahulu Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Judul Jenis Penelitian Hasil 1. Emi Suhariati, 2005 Sistem Perhitungan Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah (PT. Bank Mandiri Syariah Cabang Malang)
Kualitatif Tahapan dalam sistem perhitungan bagi hasil pembiayaan mudharabah: 1. Penentuan besarnya pembiayaan, rencana penerimaan usaha, jangka waktu pembiayaan Expectasi rate 2. Menghitung Expectasi bagi hasil 3. Menghitung nisbah bagi hasil 4. Mendistribusikan pendapatan masing-masing sesuai dengan nisbah yang telah disepakati bersama. Metode distribusi bagi hasil yang digunakan adalahrevenue sharing
2 Umi Fauziah, 2006 Analisis Metode Perhitungan Bagi Hasil Pada Pada Pembiayaan Mudharabah Kualitatif kuantitatif
Metode yang digunaka adalah revue sharing karena metoderevenue sharing lebih menguntungkan
daripada profit sharing, hal ini ditunjukkan
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional (BMT Khonsa cab. Cilacap) dengan Ho ditolak t hitung = 10,106 t table = 1,669 Metode revenue sharing yang digunakan oleh BMT Khonsa cab. Cilacap sudah sesuai fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000 3 Esy Nur Aisyah, 2008 Penerapan SOP dan sistem bagi hasil pada tabungan Mudharabah (BMT MMU Cabang Wonorejo)
Kualitatif Penerapan SOP tabungan mudharabah secara teknisi menggambarkan prosdur menabung yang mudah. Dan sistem bagi hasil yang diterapkan adalah profit sharing. 4 Samsul maarif, 2009 Analisis Perhitungan Sistem Bagi Hasil pada Tabungan Mudharabah (BRI Syariah cab. Malang)
Kualitatif Sistem bagi hasil yang diterapkan pada tabungan mudharabah menggunakan metode revenew sharing.
2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran Teoritis
Pembiayaan Mudharabah
Sistem dan Prosedur Perhituangan Hagi Hasil
KSU. BMT Aman Utama Jepara
UJKS Kocika “Mitra Usaha” STIENU Jepara