• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Kajian teoritis tentang Pap smear meliputi :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Kajian teoritis tentang Pap smear meliputi :"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis

Kajian teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 2.1.1 Kajian Teoritis Tentang Pap Smear

Kajian teoritis tentang Pap smear meliputi : 2.1.1.1 Pengertian Pap Smear

Pap smear adalah suatu tes yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kaelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim (Fitria, 2007; Octavia, 2009).

Pap (Papinocolaou) smear adalah pemeriksaan sitologi yang dilakukan dengan cara mengamati sel – sel yang di eksfoliasi / mengelupas dari genetalia wanita bagian bawah, khususnya serviks. Pap smear pertama kali di perkenalkan tahun1928 oleh Dr. George papinocolaou dan Dr. Aurel Babel dan mulai popular sejak tahun 1943 (Purwoto & Nuranna,2002;Octavia, 2009). Sel – sel yang berasal dari eksfoliasi serviks di ambil dan di warnai secara khusus dan sel –sel yang abnormal dapat terlihat di bawah mikroskop. Seorang spesialis sitologi mampu membedakan tingkat dysplasia sampai kanker dengan pemeriksaan ini (Prawirohardjo dan Wiknjosastro;2009).

(2)

2.1.1.2 Manfaat Pap Smear

Pemeriksaan Pap smear berguna sebagai pemeriksaan penyaring (skrining) dan pelacak adanya perubahan sel kearah keganasan secara dini sehingga kelainan prakankerdapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih mudah dan murah. (Evennett;2004).

Manfaat Pap smear dapat dijabarkan secara rinci sebagai berikut (Manuaba,2005;Octavia, 2009) :

1. Diagnosis dini keganasan

Pap smear berfungsi dalam mendeteksi kanker serviks, kanker korpus endometrium, keganasan tuba fallopi, dan mungkin keganasan ovarium.

2. Interpretasi Hormonal Wanita

Pap smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi atau tanpa ovulasi, menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan kemungkinan keguguran pada hamil muda. Penilaian hormonal pada seorang wanita dapat dievaluasi melalui pemeriksaan Pap smear yang bahan pemeriksaanya adalah secret vagina yang berasal dari dinding lateral vagina sepertiga bagian atas.

3. Menentukan Proses Peradangan

Pap smear berfungsi untuk menentukan proses peradangan pada berbagai infeksi bakteri atau jamur. Peradangan pada vagina dan servik pada umumnya dapat didiagnosa dengan pemeriksaan pap smear, baik peradangan akut maupun kronis. Sebagian besar akan memberi gambaran perubahan sel yang khas pada sediaan pap smear sesuai dengan organisme penyebabnya.

(3)

Walaupun kadang-kadang ada pula organisme yang tidak menimbulkan reaksi yang khas pada sediaan pap smear.

4. Identifikasi Organisme Penyebab Peradangan

Dalam vagina ditemukan beberapa macam organisme / kuman yang sebagian merupakan flora normal vagina yang bermanfaat bagi organ tersebut. Pada umumnya organisme penyebab peradangan pada vagina dan serviks, sulit diidentifikasi dengan pap smear, sehingga berdasarkan perubahan yang ada pada sel tersebut, dapat diperkirakan organisme penyebabnya.

5. Mendiagnosis Kelainan Prakanker (Displasia) Leher Rahim dan Kanker Leher Rahim Dini atau Lanjut (Karsinoma/Invasif).

Pap smear paling banyak dikenal dan digunakan adalah sebagai alat pemeriksaan untuk mendiagnosis lesi prakanker atau kanker leher rahim. Pap smear yang semula dinyatakan hanya sebagai alat skrining deteksi kanker mulut rahim, kini telah diakui sebagai alat diagnostik prakanker dan kanker leher rahim yang ampuh dengan ketepatan diagnostik yang tinggi, yaitu 96% terapi didiagnostik sitologi tidak dapat mengantikan diagnostik histopatologik sebagai alat pemasti diagnosis. Hal itu berarti setiap diagnosik sitologi kanker leher rahim harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologi jaringan biobsi leher rahim, sebelum dilakukan tindakan sebelumya.

6. Memantau Hasil Terapi

Memantau hasil terapi hormonal, misalnya infertilitas atau gangguan endokrin. Memantau hasil terapi radiasi pada kasus kanker leher rahim yang telah diobati dengan radiasi, memantau adanya kekambuhan pada kasus

(4)

kanker yang telah dioperasi, memantau hasil terapi lesi prakanker atau kanker leher rahim yang telah diobati dengan elekrokauter kriosurgeri, atau konisasi. 2.1.1.3 Tujuan Tes Pap Smear

Tujuan dari pemeriksaan Pap smear adalah (Sukadja,2002;Octavia, 2009): 1. Menemukan sel-sel yang tidak normal dan dapat berkembang menjadi kanker

serviks.

2. Alat untuk mendeteksi adanya gejala pra kanker leher rahim bagi seseorang yang belum menderita kanker.

3. Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel kanker leher rahim.

4. Mengetahui tingkat keganasan serviks.

2.1.1.4 Faktor – factor Yang Mempengaruhi Pap Smear

Faktor-faktor yang mempengaruhi pap smear yaitu (Fitria,2007; Octavia, 2009) :

1. Umur

Perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim paling sering ditemukan pada usia 35-55 tahun dan memiliki resiko 2-3 kali lipat untuk menderita kanker leher rahim. Semakin tua umur seseorang akan mengalami proses kemunduran, sebenarnya proses kemunduran itu tidak terjadi pada suatu alat saja, tetapi pada seluruh organ tubuh. Semua bagian tubuh mengalami kemunduran, sehingga pada usia lebih lama kemungkinan jatuh sakit.

(5)

2. Sosial Ekonomi

Golongan sosial ekonomi yang rendah sering kali terjadi keganasan pada sel-sel mulut rahim, hal ini karena ketidak mampuan melakukan pap smear secara rutin.

3. Paritas

Paritas adalah seseorang yang sudah pernah melahirkan bayi yang dapat hidup. Paritas dengan jumlah anak lebih dari 2 orang atau jarak persalinan terlampau dekat mempunyai resiko terhadap timbulnya perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim. Jika jumlah anak menyebabkan perubahan sel abnormal dari epitel pada mulut rahim yang dapat berkembang pada keganasan

4. Usia wanita saat menikah

Usia menikah <20 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami perubahan sel-sel mulut rahim. Hal ini karena pada saat usia muda sel-sel rahim masih belum matang, maka sel-sel tersebut tidak rentan terhadap zat-zat kimia yang dibawa oleh sperma dan segala macam perubahanya, jika belum matang, bisa saja ketika ada rangsangan sel yang tumbuh tidak seimbang dan sel yang mati, sehingga kelebihan sel ini bisa merubah sifat menjadi sel kanker.

2.1.1.5 Indikasi Pap Smear

Wanita yang perlu melakukan pap smear yaitu (Fitria,2007;Octavia, 2009):

(6)

1. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum menikah namun aktivitas seksualnya sangat tinggi.

2. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti ganti pasangan seksual atau pernah menderita infeksi HIV atau kutil kelamin.

3. Setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun. 4. Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB.

5. Pap tes setahun sekali bagi wanita antara umur 40-60 tahun.

6. Sesudah 2 kali pap tes (-) dengan interval 3 tahun dengan catatan bahwa wanita resiko tinggi harus lebih sering menjalankan pap smear.

7. Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal

8. Sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun kanker serviks

9. Wanita yang berusia 15 – 65 tahun yang tidak pernah melakukan pap smear sebelumnya atau pernah sekali 3 tahun yang lalu.

10. Wanita yang pernah melakukan pap smear sebelumnya namun dilaporkan inadekuat atau menunjukkan hasil abnormalitas ringan.

11. Wanita yang memiliki keluhan perdarahan abnormal, perdarahan setelah senggama atau setelah menopause, atau gejala abnormal lainnya.

12. Wanita yang memiliki serviks yang abnormal. 2.1.1.6 Tempat Pelayanan Pemeriksaan Pap Smear

Pelayanan pemeriksaan Pap smear dapat dilakukan dibeberapa tempat, yaitu (Octavia, 2009) :

(7)

1. Rumah sakit pemerintah. 2. Rumah sakit swasta.

3. Laboratorium swasta, dengan harga yang cukup terjangkau. 4. Tempat-tempat yang menyediakan fasilitas pap smear.

Bila hasil pada pasien pap smear ternyata positif, maka harus dilanjutkan dengan pemeriksaan biopsi terarah dan patologi. Pap smear sudah dapat menemukan kanker leher rahim. Meskipun masih ada tingkat pra kanker (stadium dini). Dengan pemeriksaan ini bisa memberikan harapan kesembuhan 100%. Sebaliknya pada penderita yang datang terlambat, harapan untuk sembuhpun terlampau sulit.

2.1.1.7 Akurasi Pap Smear

Sensitivitas pap smear untuk mendeteksi CIN berkisar antara 50 – 98 % dan spesifitasnya adalah 91,3 %. Angka negative palsu diperkirakan berkisar antara 5 – 50 % dengan kesalahan terbanyak di sebabkan oleh pengambilan sediaan yang tidak adekuat (62 %), kegagalan skrining (15%), dan kesalahan interpretasi (23%). Angka positif palsu untuk Pap smear adalah 3 – 15 %. (Octavia, 2009).

2.1.1.8 Frekuensi Tes Pap Smear

Frekuensi Tes Pap Smear dapat dilihat pada table berikut (Manuaba,2009; Octavia, 2009)

(8)

Tabel 2.1

Frekuensi Tes Pap Smear

N

O Organisasi

Waktu

Pelaksanaan Frekuensi Tes

Kapan Tes Pap Smear Dihentikan 1 . American Cancer Society (ACS) 2004 Dilakukan 3 tahun setelah hubungan seksual

Setiap tahun dengan pengecualian:

1. jika kit berbasis cairan, setiap 2 tahun 2. setiap 2-3 tahun jika tiga tes normal berturut-turut pada wanita> 30 tahun.

1. Total histerektomi untuk penyakit jinak Lebih dari 70 tahun dengan setidaknya hasil yang normal pada tiga kali pap smear dan tidak ada hasil pap

smear yang abnormal dalam

10 tahun terakhir. 2 . United States Preventative Services Task Force (USPSTF) 2003 Dilakukan 3 tahun sejak timbulnya aktivitas seksual Atau usia 21 tahun Setidaknya setiap 3 tahun (ada bukti bahwa setiap tahun lebih baik dari setiap 3 tahun)

wanita yang lebih tua dari 65 tahun, jika screening yang memadai dengan hasil normal dan dinyatakan tidak berisiko untuk kanker serviks Wanita yang sudah memiliki total histerektomi penyakit jinak. 3 . American College of Obstetrics and Gynecology (ACOG) Dilakukan 3 tahun Sejak timbulnya aktivitas seksual Atau usia 21 tahun.

Setiap tahun sampai usia 30 tahun dan selanjutnya setiap 2-3 tahun bila tidak ada riwayat NIS II-III, tidak ada kelainan imun dan 3 tahun tidak ada kelainan pap smear. Deteksi dini pada usia > 30 tahun dilakukan setiap 3 tahun bila hasil normal pada pap smear dan negative pada pemeriksaan tes HPV.

Sulit untuk menetapkan batas usia atas-menopause wanita, dideteksi dini dalam 2-3 tahun sebelumnya memiliki risiko yang sangat rendah berkembang pap smear abnormal.

(9)

2.1.3.9 Syarat Pengambilan Bahan

Penggunaan pap smear untuk mendeteksi dan mendiagnosis lesi prakanker dan kanker leher rahim, dapat menghasilkan interprestasi sitologi yang akurat bila memenuhi syarat (Romauli dan Vindari , 2011) yaitu:

1. Bahan pemeriksaan harus berasal dari porsio leher rahim.

2. Pengambilan pap smear dapat dilakukan setiap waktu diluar masa haid, yaitu sesudah hari siklus haid ketujuh sampai dengan masa pramenstruasi, atau 10 – 20 hari setelah hait pertama haid terakhir.

3. Apabila klien mengalami gejala perdarahan diluar masa haid dan dicurigai penyebabnya kanker leher rahim, sediaan pap smear harus dibuat saat itu walaupun ada perdarahan.

4. Pada peradangan berat, pengambilan sediaan ditunda sampai selesai pengobatan.

5. Klien dianjurkan untuk tidak melakukan irigasi vagina (pembersihan vagina dengan zat lain), memasukkan obat melalui vagina atau melakukan hubungan seks sekurang-kurangnya 24 jam, sebaiknya 48 jam.

2.1.3.10 Kendala Pap Smear

Beberapa kendala dalam pemeriksaan Pap smear menurut Romauli dan Vindari ( 2011), yaitu :

1. Kurangnya tenaga terlatih untuk pengambilan sediaan.

2. Tidak tersedianya peralatan dan bahan untuk pengambilan sediaan. 3. Tidak tersedianya sarana pengiriman sediaan.

(10)

2.1.3.11 Prosedur Pemeriksaan Pap Smear

Prosedur Pemeriksaan Pap Smear menurut Romauli dan Vindari (2011), yaitu:

1. Persiapan Pasien

1) Melakukan informent concent.

2) Menyiapkan lingkungan sekitar klien, tempat tidur ginekologi dan lampu sorot.

3) Menganjurkan klien membuka pakaian bagian bawah.

4) Menganjurkan klien berbaring ditempat tidur ginekologi dengan posisi litotomi.

2. Pesiapan Alat

1) Menyiapkan perlengkapan/bahan yang diperlukan seperti handscun, speculum cocor bebek, spatula ayre yang telah dimodifikasi, lidi kapas atau cytobrush, kaca objek glass, botol khusus berisi alkohol 95%, cytocrep atau hair spray, tampon tang, kasa steril pada tempatnya, formuler permintaan pemeriksaan sitologi pap smear, lampu sorot, waskom berisi larutan klorin 0,5%, tempat sampah, tempat tidur ginekologi,sampiran.

2) Menyusun perlengkapan/bahan secara ergonomis. 3. Pelaksanaan

1) Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan metode tujuh langkah dan mengeringkan dengan handuk kering dan bersih.

2) Menggunakan handscun steril. 3) Melakukan vulva higyene.

(11)

4) Memperhatikan vulva dan vagina apakah ada tanda-tanda infeksi. 5) Memasang speculum dalam vagina.

6) Masukkan spatula ayre kedalam mulut rahim, dengan ujung spatula yang berbentuk lonjong, apus sekret dari seluruh permukaan porsio serviks dengan sedikit tekanan dengan menggerakkan spatel ayre searah jarum jam, diputar melingkar 360º.

7) Ulaskan secret yang telah diperoleh pada kaca object glass secukupnya, jangan terlalu tebal dan jangan terlalu tipis.

8) Fiksasi segera sediaan yang telah dibuat dengan cara: (1) Fiksasi Basah

Fiksasi basah dibuat setelah sediaan diambil, sewaktu secret masih segar dimasukkan kedalam alkohol 95%. Setelah difiksasi selama 30 menit, sediaan dapat diangkat dan dikeringkan serta dikirim dalam keadaan keringterfiksasi atau dapat pula sediaan dikirim dalam keadaan terendam cairan fiksasi didalam botol.

(2) Fiksasi Kering

Fiksasi kering dibuat setelah sediaan selesai diambil, sewaktu secret masih seger disemprotkan cytocrep atau hair spray pada object glass yang mengandung asupan secret tersebut dengan jarak 10-15 cm dari kaca object glass, sebanyak 2-4 kali semprotkan. Kemudian keringkan sediaan dengan membiarkannya diudara terbuka selama 5-10 menit. Setelah kering sediaan siap dikirimkan ke laboratorium sitologi untuk diperiksa bersamaan dengan formulir permintaan.

(12)

9) Bersihkan porsio dan dinding vagina dengan kasa steril dengan menggunakan tampon tang.

10) Keluarkan speculum dari vagina secara perlahan-lahan 11) Beritahu ibu bahwa pemeriksaan telah selesai dilakukan.

12) Rapikan ibu dan rendam alat-alat dan melepaskan sarung tangan (merendam dalam larutan clorin 0,5%).

13) Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan metode tujuh langkah.

14) Temui klien kembali.

15) Mencatat hasil tindakan dalam status.

Penelitian terdahulu yang dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2011, dari 47 Mahasiswa yang sudah menikah terdapat 17 wanita yang pernah melakukan Pap smear dan 30 mahasiswa lainnya belum pernah melakukan pemeriksaan tersebut. Hal ini umumnya disebabkan karena masih rendahnya tingkat pengetahuan penduduk Indonesia mengenai pap smear (Huda, 2011).

Berdasarkan uraian diatas hal yang terpenting dari tujuan pemeriksaan Pap smear adalah untuk mendeteksi dini adanya prakanker pada saluran reproduksi. Dari keseluruhan penyakit ataupun gangguan pada saluran reproduksi, angka kejadian kanker serviks adalah yang paling tinggi. ( Verrals, 2003)

(13)

Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada area leher rahim yaitu bagian rahim yang menghubungkan rahim bagian atas dengan vagina. Usia rata-rata kejadian kanker leher rahim adalah 52 tahun, dan distribusi kasus mencapai puncak 2 kali pada usia 35-39 tahun dan 60 – 64 tahun. (Bustan : 2007).

Adapun beberapa faktor resiko yang dapat memicu kanker serviks adalah sebagai berikut : (Cunningham : 2009)

1. Genetik

Apabila anda memiliki keluarga dengan riwayat kanker serviks (ibu, nenek, bibi dst) maka ada kemungkinan anda juga berpeluang lebih mudah untuk terkena kanker serviks. Tapi bukan berarti ini sebuah kepastian. Apabila ada memiliki riwayat anggota keluarga dengan kanker serviks, maka anda harus lebih berhati hati lagi dengan faktor2 pemicu kanker serviks lainnya. 2. Faktor Seksual Dan Reproduksi

Hubungan seksual pertama kali sebelum usia 16 tahun berkaitan dengan peningkatan risiko kanker leher rahim 2 kali dibandingkan wanita yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun. Kanker leher rahim juga berkaitan dengan jumlah partner seksual. Semakin banyak partner seksual maka semakin meningkat risiko kanker leher rahim. Peningkatan paritas (jumlah kehamilan) juga merupakan faktor risiko kanker leher rahim.

3. Merokok

Merokok merupakan penyebab penting terjadinya kanker leher rahim jenis karsinoma sel skuamosa. Faktor risiko meningkat 2 kali dengan risiko

(14)

tertinggi didapatkan pada orang yang merokok dalam jangka waktu lama dengan intensitas yang tinggi (jumlah yang banyak).

4. Kontrasepsi

Penggunaan kontrasepsi pil dalam jangka waktu lama (5 tahun atau lebih) meningkatkan risiko kanker leher rahim sebanyak 2 kali. Penggunaan metode kontrasepsi barrier (penghalang), terutama yang menggunakan kombinasi mekanik dan hormon memperlihatkan penurunan angka kejadian kanker leher rahim yang diperkirakan karena penurunan paparan terhadap agen penyebab infeksi.

5. Kondisi Imunosupresi (Penurunan Kekebalan Tubuh)

Pada wanita imunokompromise (penurunan kekebalan tubuh) seperti transplantasi ginjal dan HIV, dapat mengakselerasi (mempercepat) pertumbuhan sel kanker dari noninvasif menjadi invasif (tidak ganas menjadi ganas).

6. Infeksi HPV (Human Papilloma Virus)

Penelitian epidemiologi memperlihatkan bahwa infeksi HPV terdeteksi menggunakan penelitian molekular pada 99,7% wanita dengan karsinoma sel skuamosa karena infeksi HPV adalah penyebab mutasi neoplasma (perubahan sel normal menjadi sel ganas). Terdapat 138 strain HPV yang sudah diidentifikasi, 30 diantaranya dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Dari sekian tipe HPV yang menyerang anogenital (dubur dan alat kelamin), ada 4 tipe HPV yang biasa menyebabkan masalah di manusia seperti 2 subtipe HPV dengan risiko tinggi keganasan yaitu tipe 16 dan 18 yang ditemukan pada 70%

(15)

kanker leher rahim serta HPV tipe 6 dan 11, yang menyebabkan 90% kasus genital warts (kutil kelamin).

7. Keputihan Yang Berlarut – Larut.

Keputihan adalah hal yang lazim diderita kaum hawa. Bahkan konon hampir setiap wanita pernah mengalami keputihan setidaknya 1kali dalam hidupnya. Walaupun keputihan adalah hal yang wajar, namun apabila dibiarkan berlarut larut ternyata juga dapat menjadi pemicu kanker serviks. Seperti disebutkan sebelumnya bahwa kanker serviks dapat disebabkan oleh virus Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini hidup di daerah yang lembab, persisnya dalam cairan vagina yang diidap oleh penderita keputihan (leukore). Jika keputihan ini tidak segera membaik, virus ini bisa memunculkan kanker rahim. Biasanya keadaan ini ditandai dengan banyaknya cairan keputihan yang disertai bau tidak sedap dan perdarahan yang keluar dari vagina. Tapi ada kalanya kanker yang muncul itu tidak memberikan gejala-gejala sakit seperti itu.

Salah satu cara untuk menanggulangi kanker serviks adalah dengan mencegah sedini mungkin. Oleh karena itu, pencegahan dan deteksi dini perlu dilakukan segera pada wanita yang telah menikah. Adapun pencegahan dan deteksi dini kanker serviks dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pencegahan

Vaksin HPV saat ini sudah digunakan untuk mencegah kanker leher rahim dan kutil kelamin karena Vaksin tersebut bekerja dengan cara melindungi dari 4 tipe HPV yang paling sering menyebabkan penyakit, yaitu

(16)

tipe 6, 11, 16, dan 18, tipe yang menyebabkan 70% kanker leher rahim dan 90% kutil kelamin. Vaksin tersebut dikeluarkan oleh U.S.Foods and Drugs Administration (FDA) pada tahun 2006 dan sudah dinyatakan aman untuk wanita berusia 9 – 26 tahun. Vaksin diberikan dalam 3 dosis dalam periode 6 bulan yaitu pemberian awal, 2, dan 6 bulan berikutnya. Belum diketahui keefektifannya pada wanita yang hanya menerima 1 atau 2 dosis saja. Keefektifan vaksin HPV menurut penelitian diperkirakan selama 5 tahun, seberapa lama vaksin ini dapat memberikan efek perlindungan masih belum jelas. (Bustan : 2007)

Vaksin HPV Sebaiknya diberikan sebelum kontak seksual pertama atau sebelum wanita terekspos dengan HPV. Hal ini disebabkan karena vaksin mencegah penyakit pada wanita yang belum terkena satu atau beberapa tipe HPV yang dapat dilindungi oleh vaksin. Vaksin ini tidak bekerja terlalu efektif pada wanita yang sudah memiliki virus HPV di dalam tubuhnya sebelum menerima vaksin. Vaksin HPV ini hanya bersifat melindungi dari paparan yang belum terjadi, dan bukan untuk mengobati. Skrining tetap diperlukan setelah memperoleh vaksin HPV karena vaksin tidak melindungi untuk semua tipe HPV. (Bustan : 2007).

2. Deteksi Dini

Salah satu cara untuk mendeteksi kanker serviks adalah dengan pemeriksaan Pap smear. Tingkat Keberhasilan Papsmear dalam mendeteksi dini kanker rahim yaitu 65-95 %. Pap Smear hanya bisa dilakukan oleh ahli patologi atau sitologi yang mampu melihat sel-sel kanker lewat mikroskop

(17)

setelah objek glass berisi sel- sel epitel leher rehim dikirim ke laboratorium oleh yang memeriksa baik dokter, bidan maupun tenaga yang sudah terlatih (Evennet,2004).

Kanker serviks menyerang kaum wanita yang tidak mendapatkan deteksi dini yang memadai. Menurut prinsip pengendalian kanker dari WHO, deteksi dini dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas sebanyak 60%. Di China deteksi dini pap smear dan DNA HPV merupakan upaya pencegahan terpadu yang dapat menurunkan mortalitas kanker serviks dari 10,28/100.000 pada tahun 1970 menjadi 3,25/100.000 pada 1990. (Huda, 2011).

2.1.2 Kajian Teoritis Tentang Pengetahuan Kajian teoritis tentang pengetahuan meliputi : 2.1.2.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Pengetahuan adalah hasil tahu manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “what”. Adapun pengertian lain dari pengetahuan adalah kumpulan pengalaman – pengalaman dan pengetahuan – pengetahuan dari sejumlah orang yang dipadukan secara harmonik dalam suatu bangun yang teratur. (Notoatmodjo, 2010)

2.1.2.2 Tingkatan Pengetahuan

Tingkatan pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovet behavior). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan. (Notoatmodjo, 2010), yaitu :

(18)

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.termasuk didalamnya adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah tingkat pengetahuan yang rendah.

2. Memahami (komprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap suatu objek atau materi harus menjelaskan dan menyebutkan.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hokum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analisys)

Analisis adalah suatu kemamapuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen tetapi masih dalam satu stuktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, dapat menggambarkan (membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan).

(19)

5. Sintesis (Syntesys)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungakan bagian – bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dan menyelesaikan.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi itu berkaitan dengan kemapuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian itu berdasarkan suatu criteria yang ditemukan sendari atau menggunakan criteria – criteria yang telah ada. Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dapat disesuaikan dengan tingkat tersebut diatas.

2.1.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010) adalah sebagai berikut :

1. Usia

Usia merupakan lamanya hidup dalam hitungan waktu (tahun). Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya

(20)

upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca

2. Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.

3. Sumber Informasi

Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam penyampaian informasi, merangsang pikiran dan kemampuan. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain

(21)

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

4. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

Adapun dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti ingin mengetahui pengetahuan ibu tentang Pap smear yang meliputi manfaat, tujuan, indikasi serta petunjuk pemeriksaan Pap smear yang di integrasikan dengan pengetahuan ibu tentang kanker serviks, dengan melihat pendidikan, usia ibu, pekerjaan serta penghasilan ibu sebagai responden.

Penelitian yang berkaitan dengan penelitian tentang Pengetahuan Pap smear ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Gina Agnia Huda tentang pengetahuan ibu tentang kanker serviks dan Pap smear di Kelurahan Campaka Tahun 2011. Dari penelitian yang dilakukan memberikan kesimpulan bahwa

(22)

Tingkat pengetahuan ibu mengenai kanker serviks dan pap smear di Kelurahan Campaka sebanyak 15 orang (14,7%) dikategorikan baik, 58 orang (56,9%) dikategorikan cukup dan 29 orang (28,4%) dikategorikan kurang serta terdapat hubungan antara karakteristik usia dan pendidikan ibu terhadap pengetahuan ibu tentang Pap smear dan dari penelitian yang dilakukan oleh R. Hanisch et al mengenai pengetahuan pap smear pada wanita yang sedang berkunjung di Klinik Medellin Columbia menunjukkan adanya hubungan bermakna antara usia responden dan pendidikan dengan pengetahuan responden. Hubungan bermakna antara pekerjaan dan pengetahuan didapatkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Nikko dkk di Klender tahun 2006. (Huda, 2011)

2.1.3 Kajian Teoritis Tentang Sikap Kajian teoritis tentang sikap meliputi : 2.1.3.1 Pengertian Sikap

Beberapa definisi sikap menurut para ahli, adalah sebagai berikut (Azwar, 2009) :

1) L. I Thurstone

Sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi (simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide, dan sebagainya).

2) Zimbardo dan Ebessen

Sikap adalah suatu predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide/objek yang berisi komponen-komponen kognitif, afektif, dan behavior

(23)

3) Petty, Cocopio

Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isue.

4) Notoatmojo

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek

5) Heri Purwanto

Sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi.

2.1.3.2 Komponen Sikap

Komponen – komponen sikap menurut Niven (2010) yaitu: 1. Komponen Kognitif

Komponen kognitif merupakan komponen yang berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. 2. Komponen Afektif

Komponen afektif merupakan komponen yang menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. 3. Komponen Perilaku

Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

(24)

2.1.3.3 Tingkatan sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Notoatmodjo : 2010) 1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut. 3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

(25)

2.1.3.4 Karakteristik Sikap

Ciri atau karakteristik dasar dari sikap menurut Brigham , yaitu (Dayakisni dan Hudiah, 2009) :

1. Sikap disimpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku.

2. Sikap ditujukan mengarah kepada objek psikologis atau kategori, dalam hal ini skema yang dimiliki individu menentukan bagaimana individu mengkategorisasikan objek target dimana sikap diarahkan.

3. Sikap dipelajari. (Learn Ability)

Contoh : lapar, haus adalah motif psikologis yang

tidak dipelajari, sedangkan pilihan pada makanan Eropa adalah sikap.

4. Sikap mempengaruhi perilaku. Memegang teguh suatu sikap yang mengarah pada suatu objek memberikan satu alasan untuk berperilaku mengarah pada objek itu dengan suatu cara tertentu.

5. Sikap bukan dibawa orang sejak ia dilahirkan, melainkan dibentuk atau dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungannya dengan objeknya.

2.1.3.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu. (Azwar, 2009)

(26)

1) Pengalaman Pribadi

Middlebrook mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Sikap akan lebih mudah terbentuk jika yang dialami seseorang terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Situasi yang melibatkan emosi akan menghasilkan pengalaman yang lebih mendalam dan lebih lama membekas. (Azwar, 2009)

2) Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

3) Pengaruh Kebudayaan

Burrhus Frederic Skinner, seperti yang dikutip Azwar sangat menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi seseorang.

4) Media Massa

Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan individu. Media massa memberikan pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkan opini seseorang.

(27)

5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu system mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.

6) Faktor Emosional

Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustrasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

2.1.3.6 Pembentukan dan Perubahan Sikap

Pembentukan dan perubahan sikap akan ditentukan oleh dua faktor, yaitu (Bimo Walgito, 2000; Dayakisni & Hudiah, 2009),:

1. Faktor internal (individu itu sendiri) yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luar dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak.

2. Faktor eksternal yaitu keadaan-keadaan yang ada di luar individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap.

(28)

Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti ingin mengetahui sikap ibu tentang Pap smear yang diintegrasikan dengan sikap ibu tentang kanker serviks, dengan melihat pengetahuan, pendidikan, usia ibu serta pekerjaan dan penghasilan ibu sebagai responden.

Penelitian yang berkaitan dengan penelitian tentang sikap ibu terhadap Pap smear ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Kamaliah tentang pengaruh pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi terhadap pemeriksaan pap smear dalam upaya deteksi dini kanker serviks di RSUD dr. Pirngadi medan Tahun 2012. Dari penelitian yang dilakukan memberikan kesimpulan bahwa secara statistik pengetahuan, sikap, Kepercayaan dan tradisi wanita usia subur berpengaruh signifikan terhadap pemeriksaan Pap smear dalam upaya deteksi dini kanker serviks (Kamaliah, 2012).

(29)

2.2 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir meliputi : 1.2.1 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir 1.2.2 Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Pengetahuan Pap Smear  Definisi  Manfaat  Tujuan  Indikasi  Petunjuk Pemeriksaan PAP SMEAR IBU SIKAP Sikap ibu tentang Pap Smear

Pap Smear Pengetahuan

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir  1.2.2  Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. Sebagian besar jalur yang tidak beroperasi berada pada daerah operasional IV. Penelitian ini bertujuan untuk membuat skala

untuk regangan yang lebih besar dari regangan yang diberikan fy, tegangan pada tulangan harus dianggap tidak tergantung pada regangan dan sama dengan fy. • Kuat

mengkaji perubahan sosial ekonomi petani jeruk di desa

Bank Mandiri (Persero), Tbk pada Aspek kualitas Aktiva sebaiknya Bank Mandiri lebih memperhatikan masalah pinjaman yang diberikan agar kerugian akibat tingkat

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola sebaran rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, dan poskesdes di Kecamatan Baturaja Timur mengelompok, serta

Dalam suatu penyalahgunaan narkoba secara tidak langsung menimbulkan korban. Untuk mengatasi korban penyalahgunaan narkoba perlu dilakukan tindakan-tindakan yang baik agar

Pada bagian sebelah atas dari ruang [yang] diwarnai merah ada suatu selaput yang mana dapat diubah bentuk kurang lebih, tergantung pada tekanan [itu]. sebagai konsekwensi tekanan

Penyesuaian bentuk sel darah merah terhadap proses fisiologis tubuh unggas antara lain dengan tingkat fleksibilitas sel darah untuk mampu bergerak bebas dengan