• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENELITIAN DI FORT ROTTERDAM OLEH: ALAMANDA AKUNTANSI-II/A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENELITIAN DI FORT ROTTERDAM OLEH: ALAMANDA AKUNTANSI-II/A"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENELITIAN DI FORT ROTTERDAM

OLEH:

ALAMANDA

4516013031

AKUNTANSI-II/A

PRODI AKUNTANS1

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

TA 2016/2017

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……….

DAFTAR ISI ………

BAB I PENDAHULUAN ………

A. Latar Belakang ……….. ……..

BAB II PEMBAHASAN ………...

A. Sejarah Fort Rotterdam ………...

B. Fungsi Fort Rotterdam………..

C. Bangunan-Bangunan di Fort Rotterdam………

D. Benda-Benda Bersejarah….……….………

BAB III PENUTUP ……….

A. Kesimpulan ……….. ……

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA

sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga

mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah

berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun

pikirannya.

Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan

dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat

memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih

baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya

yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya

sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca

demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, Februari 2017

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Benteng Fort Rotterdam merupakan salah satu benteng di Sulawesi Selatan yang boleh dianggap megah dan menawan.Seorang wartawan New York Times, Barbara Crossette pernah menggambarkan benteng ini sebagai “the best preserved Dutch fort in Asia”.Pada awalnya benteng ini disebut Benteng Jumpandang (Ujung Pandang). Benteng ini merupakan peninggalan sejarah Kesultanan Gowa, Kesultanan ini pernah Berjaya sekitar abad ke-17 dengan ibu kota Makassar.

Benteng ini dibangun tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-X yang bernama Imanrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung atau Karaeng Tunipalangga Ulaweng. Pada awalnya bentuk benteng ini adalah segi empat, seperti halnya arsitektur benteng gaya Portugis. Bahan dasarnya campuran batu dan dan tanah liat yang dibakar hingga kering.

Pada tanggal 9 Agustus 1634, Sultan Gowa ke-XIV (I Mangerangi Daeng Manrabbia, dengan gelar Sultan Alauddin) membuat dinding tembok dengan batu padas hitam yang didatangkan dari daerah Maros.Pada tanggal 23 Juni 1635, dibangun lagi dinding tembok kedua dekat pintu gerbang.

Benteng ini pernah hancur pada masa penjajahan Belanda.Belanda pernah menyerang Kesultanan Gowa yang saat itu dipimpin Sultan Hasanuddin, yaitu antara tahun 1655 hingga tahun 1669.Tujuan penyerbuan Belanda ini untuk menguasai jalur perdagangan rempah rempah dan memperluas sayap kekuasaan untuk memudahkan mereka membuka jalur ke Banda dan Maluku.

Armada perang Belanda pada waktu itu dipimpin oleh Gubernur Jendral Admiral Cornelis Janszoon Speelman.Selama satu tahun penuh Kesultanan Gowa diserang, serangan ini pula yang mengakibatkan sebagian benteng hancur.Akibat kekalahan ini Sultan Gowa dipaksa untuk menandatangani Perjanjian Bongaya pada tanggal 18 November 1667.

Gubernur Jendral Speelman kemudian membangun kembali benteng yang sebagian hancur dengan model arsitektur Belanda.Bentuk benteng yang tadinya berbentuk segi empat dengan empat bastion, ditambahkan satu bastion lagi di sisi barat. Nama benteng kemudian dinamakan Fort Rotterdam, yang merupakan nama tempat kelahiran Speelman.

(5)

Sejak saat itu Benteng Fort Rotterdam berfungsi sebagai pusat perdagangan dan penimbunan hasil bumi dan rempah rempah sekaligus pusat pemerintahan Belanda di wilayah Timur Nusantara (Indonesia).

Di setiap sudut dan pintu utama dibuat benteng pertahanan yang menonjol ke luar dalam bentuk berlian, membuat benteng sulit ditundukkan sehingga Belanda dapat bertahan di sana selama ratusan tahun.

Hingga kini, benteng masih menjaga laut Makassar dan mempertontonkan contoh besar dari hasil renovasi arsitektur kolonial Belanda.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH FORT ROTTERDAM

Selain terkenal dengan wisata kuliner sea food, Kota Makassar juga punya wisata-wisata yang sarat nilai sejarah. Salah satunya adalah Fort Rotterdam atau biasa dikenal juga dengan namaBenteng Ujung Pandang. Benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo ini terletak di sebelah barat Makassar, tepatnya di Jl. Ujung Pandang. Lokasinya sangat dekat sekali dengan pantai, hanya dipisahkan oleh jalan beraspal. Menurut catatan sejarah, benteng ini pertama kali didirikan pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9.

Benteng ini memiliki bentuk yang unik. Jika kita perhatikan di maket yang terdapat di dalam benteng, bentuknya menyerupai kura-kura. Terdapat empat bastion utama yang seolah-olah menjadi kaki untuk sang kura-kura. Sedangkan pintu masuk utamanya terdapat di bagian kepala. Karena bentuknya itu lah orang Makassar sering menamainya Benteng Panyyua. Pada masa kerajaan Gowa, benteng ini dijadikan markas Pasukan Katak.

Tembok di Fort Rotterdam. Tiap bastion di benteng ini dihubungkan oleh tembok kokoh yang konstruksinya disusun menggunakan batu padas yang diambil dari daerah Maros. Di sepanjang tembok ini terdapat jalur menyerupai parit yang digunakan oleh pasukan penjaga benteng untuk berlindung dan berpindah antarbastion. Pengunjung bisa menaiki dan menyusuri tembok ini untuk merasakan sensasi menjadi prajurit penjaga benteng.

Di beberapa tempat di dalam benteng, kita dapat juga menjumpai beberapa benda peninggalan sejarah seperti meriam canon. Selain itu, di dalam benteng Fort Rotterdam juga terdapat museum La Galigo yang mempunyai berbagai macam referensi sejarah kebesaran Gowa-Tallo (Makassar) dan beberapa daerah lain di

Sulawesi Selatan. Berada di dalam museum ini, kita seakan-akan sedang menyaksikan kehidupan rakyat Sulawesi Selatan di zaman dulu.

B. FUNGSI FORT ROTTERDAM

Saat Belanda datang ke tanah Makassar, pecahlah perang antara Sultan Hasanuddin yang ada di dalam benteng dengan penguasa Belanda, Cornelis Speelman pada tahun 1666. Selama setahun, Benteng Ujung Pandang digempur Belanda hingga

(7)

akhirnya pasukan Sultan Hasanuddin kalah dan harus menyerahkan benteng kepada Belanda.

Pada masa Kolonial Belanda, Benteng Ujung Pandang dibangun kembali dan ditata sesuai dengan arsitektur Belanda. Sejak saat itu, nama benteng pun berubah menjadi Fort Rotterdam yang tidak lain merupakan daerah kelahiran Cornelis Speelman di Belanda. Pada masa ini, benteng dijadikan sebagai pusat pemerintahan dan penampungan rempah-rempah Belanda di Indonesia.

Pada masa kolonial Jepang, benteng ini beralih fungsi menjadi pusat studi pertanian dan bahasa. Sementara setelah Indonesia merdeka, benteng ini dijadikan sebagai pusat komando yang kemudian beralih fungsi menjadi pusat kebudayaan dan seni Makassar.

Benteng ini amat mudah dikenali mengingat bangunannya yang sangat mencolok dibandingkan dengan gedung perkantoran ataupun rumah disekitarnya. Memasuki pintu utama benteng ini, nuansa kejayaan masa lalu terekam jelas melalui dinding benteng yang masih kokoh. Di sudut benteng, terdapat bastion yang di bangun sebagai pertahanan artileri utama. Di tempat ini pula terdapat beberapa lubang meriam untuk pertahanan benteng.

Di benteng ini juga terdapat beberapa ruang tahanan yang salah satunya pernah digunakan untuk menahan Pangeran Diponegoro. Ruang tahanan amat kokoh dengan dinding melengkung. Selain itu di tempat ini juga terdapat gereja yang merupakan gereja pertama yang ada di Makassar.

Sebagai pusat kebudayaan dan seni, saat ini dalam kompleks benteng terdapat Museum Nageri La Gilago yang menyimpan beragam koleksi prasejarah, numismatik, keramik asing, sejarah hingga naskah serta etnografi. Kebanyakan benda kebudayaan yang dipamerkan berasal dari suku-suku di Sulawesi seperti suku Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja.

Benteng Ujung Pandang memang memiliki keunikan tersendiri. Sebagai bangunan sejarah, benteng ini merupakan bukti nyata kisah panjang masa kolonialisme yang pernah ada di bumi nusantara. Selain itu, benteng ini juga menjadi saksi bisu sejarah panjang kota Makassar.

(8)

C. BANGUNAN-BANGUNAN DI FORT ROTTERDAM

1. Gedung A

Gedung A merupakan tempat menerima tamu dari Bone. 2. Gedung B

Gedung B pada bagian atas dahulu digunakan sebagai tempat perwakilan dagang dan bagian bawah sebagai ruang tahanan.

3. Gedung C

Gedung C dahulu adalah wisma bagi tamu-tamu dari Buton. 4. Gedung D

Gedung D dahulu bagian belakang merupakan rumah sakit bagi orang Belanda kemudian dirubah fungsi sebagai wisma tentara. Bagian depan gedung ini tempat tinggal Cornelius Speelman. Namun, sekarang Gedung D ini menjadi Museum Nagari La Galligo yang menyimpan berbagai benda-benda bersejarah. 5. Gedung E

Gedung E dahulu tempat tinggal pimpinan perdagangan dan pendeta. 6. Gedung F

Gedung F dahulu adalah tempat tinggal belanda 7. Gedung G

Gedung G gudang dan bengkel 8. Gedung H

Gedung H dahulu sebagai tempat menerima tamu dari Ternate. 9. Gedung I

Gedung I dibangun oleh Jepang dengan sebagai kantor penelitian bahasa dan pertanian.

10. Gedung J

Gedung J merupakan kantor pemegang buku germising. 11. Gedung K

Gedung K Kantor Balai Kota. 12. Gedung L

(9)

Gedung L ruang tahanan. 13. Gedung M

Gedung M gudang dan kantor perdagangan Belanda. 14. Gedung N

Gedung N merupakan tempat menerima tamu dari Bacan. 15. Gedung O

Gedung O kantor Gubernur Sulawesi Selatan dan sekitarnya. 16. Gedung P

Gedung P merupakan tempat peribadatan ( gereja ).

D. BENDA-BENDA BERSEJARAH

Di dalam Rotterdam terdapat museum yang disebut La Galigo ini memiliki koleksi sebanyak kurang lebih 4999 buah yang terdiri dari koleksi prasejarah, numismatik, keramik asing, sejarah, naskah, dan etnografi. Koleksi etnografi terdiri dari berbagai jenis hasil teknologi, kesenian, peralatan hidup dan benda lain yang dibuat dan digunakan oleh suku Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja. Museum juga memiliki benda-benda yang berasal dari kerajaan-kerajaan lokal dan senjata yang pernah digunakan pada saat revolusi kemerdekaan.

1. Koleksi Nusantara

Disalah satu ruangan museum La Galigo anda dapat jumpai replika dari beberapa situs atau cagar budaya di Indonesia, seperti bangunan candi , Arca, dan bentuk bentuk nisan yang banyak ditemukan pada makam - makam kuno.

2. Koleksi Keramik

Diruangan Koleksi Keramik terdapat berbagai jenis keramik kuno dari berbagai dinasti seperti Dinasti Sung abad 13-14 Dinasti Swaton abad 16-18, Dinasti cing abad 17-19, Dinasti Yuan terjan abad 14-16, Dinasti Annamese abad 14-16 Keramik - keramik ini berasal dari China, Vietnam, Thailand ,Siam dan Jepang. Dan ada juga, keramik yang berisi tulisan arab.

(10)

3. Alat-alat Tradisional Perikanan dan Kelautan

Pada bangunan lain Museum Lagaligo anda akan menjumpai koleksi Perangkat Tradisional para pelaut dan nelayan bugis Makassar terdapat replika Perahu Pinisi yang terkenal sampai ke manca negara berbagai jenis peralatan nelayan untuk mengkap ikan yang umumnya masih dapat dijumpai dalam kehidupan masyrakat pesisisr hingga saat ini.

4. Sepeda dan Bendi

Tidak hanya peralatan tradisional nelayan yang terpanjang di ruangan ini anda pun dapat melihat bendai, Sepeda ataupun Dokar, koleksi Perangkat pertanian Tadisional yang terdapat dalam useum lagaligo ini adalah bukti sejarah peradaban bahwa sejak jaman dahulu bangsa indonesia khususnya masyarakat Sulawesi Selatan telah dikenali sebagai masyarakat yang bercocok tanam. Mereka menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian terutama tanaman padi sebagai bahan makanan pokok.

5. Koleksi Peralatan Menempa Besi dan Hasilnya

Jika anda ingin mengenali lebih jauh tentang sisi lain dari kehidupan masa lampau masyarakat Sulawesi Selatan, maka anda dapat mengkajinya melalui koleksi tradisional menempa besi, Hasil tempaan berupa berbagai jenis senjata tajam, baik untuk penggunan sehari - hari maupun untuk perlengkapan upacara adat.

6. Koleksi Peralatan Tenun Tradisonal dan Kain

Darikoleksi Peralatan Tenun Tradisional ini, dapat diketahui bahwa budaya menenun di Sulawesi Selatan diperkirakan berawal dari jaman prasejarah, yakni ditemukan berbagai jenis benda peninggalan kebudayaan dibeberapa daerah seperti leang - leang kabupaten maros yang diperkirakan sebagai pendukung pembuat pakaian dari kulit kayu dan serat - serat tumbuhan-tumbuhan. Ketika pengetahuan manusia pada zaman itu mulai Berkembang mereka menemukan cara yang lebih baik yakni alat pemintal tenun dangan

(11)

bahan baku benang kapas. Dari sinilah mulai tercipta berbagai jenis corak kain saung dan pakaian tradisional.

(12)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fort Rotterdam atau Benteng Rotterdam Makassar (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke IX yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke XIV Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros.

Referensi

Dokumen terkait