• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi merupakan salah satu aspek penting dalam pemasaran sektor pariwisata suatu daerah. Menurut Soemanagara (2008:2), pentingnya pemahaman tentang komunikasi ini ditujukan agar informasi yang disampaikan dapat memberikan dampak yang diinginkan dan mencapai sebuah kesamaan kehendak. Aplikasi komunikasi dalam pemasaran disebut komunikasi pemasaran. Soemanagara (2008:63) menyebutkan, komunikasi pemasaran bertujuan untuk mencapai tiga tahap perubahan yang ditujukan kepada konsumen, antara lain perubahan knowledge (pengetahuan), perubahan sikap, dan perubahan perilaku.

Jawa barat merupakan salah satu provinsi dengan potensi pariwisata yang besar. Pentingnya aspek promosi wisata disadari betul oleh pemerintah provinsi Jawa Barat. Hal tersebut terwujud melalui pembentukan Badan Promosi Pariwisata Jawa Barat yang telah menggelar serangkaian promosi dan expo dengan menghadirkan peserta para pelaku pariwisata dari dalam dan luar negeri

Upaya dari Pemprov Jawa Barat dalam mengembangan sektor pariwisata tersebut memang beralasan. Pariwisata memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu pilar dalam membangun perekonomian nasional. Seperti yang dikemukakan Pendit, pariwisata mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi, karena dapat menstimulus berbagai sektor produksi, serta memberikan kontribusi secara langsung bagi kemajuan-kemajuan dalam usaha-usaha pembuatan dan perbaikan pelabuhan, jalan raya, pengangkutan, serta mendorong pelaksanaan program kebersihan dan kesehatan, proyek sarana budaya, pelestarian lingkungan hidup dan sebagainya yang dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik kepada masyarakat setempat maupun wisatawan dari luar (dalam Soebagyo, 2012: 154).

Sejalan dengan pendapat Pendit, Hilman Djayawangi menyampaikan kontribusi yang disumbangkan sektor pariwisata di Jawa Barat. Peningkatan

(2)

sektor pariwisata di Jawa Barat dapat memberikan nilai kontribusi positif berupa keuntungan – keuntungan baik bagi Pemerintah, pelaku pariwisata maupun masyarakat. Untuk Pemerintah memiliki dampak keuntungan salah satunya adalah bertambahnya jumlah pajak, jumlah perijinan dan jumlah pendapatan lainnya di daerah kunjungan wisata, bertambahnya biaya – biaya dikarenakan semakin meningkatnya jasa – jasa dan fasilitas baru dari Pemerintah dan meningkatnya pelaku industri pariwisata, untuk pelaku pariwisata dampak positifnya adalah meningkatnya keperluan jasa industri bagi industri pariwisata, meningkatnya nilai ekonomi bagi jasa industri pariwisata sedangkan untuk masyarakat mampu meningkatkan harga tanah di sekitar kawasan objek wisata, makin meningkatnya peluang permintaan tenaga kerja di sektor pariwisata, meningkatnya tingkat sewa untuk fasilitas pariwisata, seperti sarana penginapan penduduk di sekitar kawasan objek wisata dan sarana penunjang lainnya, seperti penyewaan sepeda dan lain – lain. Juga keuntungan dari sektor pariwisata dapat memberikan keuntungan bagi lingkungan hidup sekitarnya terwujudnya penataan lingkungan yang baik agar dapat memuaskan para wisatawan yang berkunjung ke objek wisata

Djayawangi melanjutkan, Jawa Barat memiliki 9 (sembilan) karakter sebagai potensi wisata,

(http://disparbud.jabarprov.go.id/applications/frontend/index.php?mod=news&ac t=showdetail&id=1692) antara lain.

1. Hutan, seperti : Gede Pangrango di Kab. Cianjur, Kawah Putih di Kab. Bandung, Tangkuban Perahu di Kab. Bandung Barat

2. Perkebunan, seperti : Kebun Teh Puncak di Kab. Bogor, Perkebunan Teh Walini

3. Pantai, seperti Pantai Cimaja di Kab. Sukabumi, Pantai Pangandaran di Kab. Ciamis, Pantai Batu Hiu di Kab. Ciamis, Pantai Santolo dan Gunung Geder di Kab. Garut

(3)

4. Unik (Wisata Minat Khusus), seperti arung jeram Citarik di Kab. Sukabumi, penjelajahan perut bumi di penambangan emas aneka tambang Jasinga, produk kriya.

5. Kepurbakalaan, seperti Situs batujaya Kab. Karawang, Gunung Padang Kab. Cianjur, Goa Pawon Kab. Bandung Barat

6. Tradisi / Komunitas Adat, seperti Kampung Naga di Kab. Tasikmalaya, Cipta Gelardi Kab. Ciamis, Kampung Kuta di Kab. Ciamis, Kampung Mahmud di Kab. Bandung, Kampung Pulo di Kab. Garut

7. Heritage, seperti keraton – keraton di Cirebon, kota Bandung, Kota Bogor 8. Atraksi Kesenian dan Ragam Festival, seperti wayang golek, kampung perupa

Jelekong, festival surfing international, alimpiado (kaulinan urang lembur) 9. Wisata Belanja, seperti di kota Bandung, Cirebon

Dari sekian banyak potensi wisata yang terletak di Jawa Barat, salah satunya adalah desa Jelekong. Jelekong merupakan nama sebuah kelurahan yang terletak di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Desa Jelekong menyuguhkan beragam objek wisata, antara lain panorama khas pedesaan, objek wisata alam, juga sentra pembuatan kerajinan wayang golek, pertunjukan seni Sunda, kerajinan tangan, hingga penghasil lukisan yang potensial. Melalui SK Bupati Bandung Nomor 556.42/Kep. 71 – Dispopar/2011, Pemkab Bandung menetapkan Jelekong sebagai satu dari 10 desa wisata di Kabupaten Bandung

Penetapan

Jelekong sebagai desa wisata ini telah dipublikasikan pada situs resmi pemerintah Kabupaten Bandung (gambar 1.1).

(4)

Gambar 1.1

Publikasi Situs Pemkab Bandung Mengenai Jelekong sebagai Salah Satu Desa Wisata

Sumber: Jelekong ditetapkan sebagai desa wisata dengan jenis wisata seni budaya serta produk unggulan yang terdiri atas handycraft, seni budaya, pertanian, perkebunan, seni lukis, dan kuliner tradisional (SK Bupati Bandung Nomor 556.42/Kep. 71 – Dispopar/2011). Beragam potensi wisata desa Jelekong memang tidak perlu diragukan lagi. Di antara sepuluh desa wisata yang ditetapkan bupati Bandung, Jelekong merupakan desa/ kelurahan yang menjadi ikon wisata di Kabupaten Bandung (wawancara pra penelitian dengan Dede Saepulrohim, pelaku seni Jelekong pada Rabu, 13 November 2013). Jelekong memiliki beragam produk unggulan yang lengkap, mulai dari wayang golek, seni mendalang, seni lukis, kuliner tradisional seperti awug, hasil pertanian dan perkebunan seperti buah sawo walanda, serta berbagai kesenian khas sunda lainnya.

(5)

Hingga tahun 2013, sekitar 700-800 orang penduduk Jelekong merupakan pengrajin lukisan, dengan 400 orang diantaranya adalah pelukis aktif (wawancara pra penelitian dengan Asep Sancang, Rabu, 13 November 2013). Para pelukis ini belajar melukis secara otodidak atau berguru pada pelukis senior di Jelekong. Hanya beberapa orang saja yang mengikuti pendidikan formal seni atau desain di perguruan tinggi. Lukisan karya penduduk Jelekong dapat dengan mudah ditemui di sepanjang jalan di kampung Jelekong. Di samping dapat melihat berbagai lukisan di galeri yang tersebar di kampung ini, para pengunjung juga dapat menyaksikan proses pembuatan lukisan. Karena itu, kampung ini terbilang unik dan dapat menjadi destinasi wisata yang menarik bagi para pengunjung.

Sementara itu, seni pedalangan wayang golek desa Jelekong dirintis dan dikembangkan oleh abah Sunarya dan generasi penerusnya, seperti Asep Sunandar Sunarya, Ade Sunarya, dan seterusnya. Hingga didirikanlah padepokan wayang golek oleh abah Sunarya di desa Jelekong. Wisatawan yang berkunjung khususnya rombongan dalam jumlah besar dapat menikmati paket wisata berupa mengikuti proses pengerjaan kerajinan wayang golek dan menyaksikan pertunjukan wayang golek. Seni wayang golek semakin mengokohkan budaya Indonesia setelah wayang ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu Intangible Cultural Heritage of Humanity (warisan budaya tak berwujud) pada tahun 2003

(6)

Gambar 1.2

Penetapan Wayang sebagai salah satu Intangible Cultural Heritage of Humanity

Sumber:

Potensi seni dan budaya di Jelekong ini menyebar di beberapa lokasi. Namun pusatnya ada di kawasan RW 01 kelurahan Jelekong yang lebih dikenal dengan nama Giriharja (observasi pra penelitian). Begitu pula dengan padepokan wayang golek abah Sunarya yang berlokasi di kawasan ini, sehingga tidak sedikit masyarakat yang lebih mengenal nama Giriharja dibanding Jelekong.

Penetapan Jelekong sebagai satu dari sepuluh desa wisata yang ada di desa Jelekong dilakukan pada tahun 2011. Sementara itu sebelumnya, tepatnya pada tahun 2010, Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Kab. Bandung menetapkan Kompepar unit kecamatan, salah satunya Kompepar Giriharja melalui SK Kompepar Kabupaten Bandung Nomor 03/SK-Kompepar Kab./ K.3 / XII/2010. Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) merupakan sebuah kelompok masyarakat yang berperan dalam pengembangan dan pengelolaan potensi suatu desa wisata. Kompepar unit memiliki tugas utama melakukan perencanaan dan melaksanakan fungsi penggerak pariwisata di tingkat unit daya Tarik Wisata (DTW) / Objek Daerah Tujuan Wisata (ODTW) yang meliputi

(7)

promosi, sosialisasi, sosial dan pencitraan seni budaya dan kepariwisataan di wilayahnya. (SK Kompepar Kab. Bandung Nomor 03/SK-Kompepar.Kab./ K.3 / XII/2010)

Umumnya, setiap desa wisata hanya memiliki satu Kompepar. Namun berbeda dengan Kelurahan Jelekong yang memiliki dua Kompepar sekaligus. Kompepar yang ada di desa wisata Jelekong, antara lain Kompepar Giriharja dan Kompepar Gentong. Kompepar ini terdiri atas perwakilan penduduk setempat yang memiliki gagasan serta membuat susunan program dalam mengembangkan pariwisata desa Jelekong. Pada penelitian ini, peneliti hanya membahas Kompepar Giriharja saja yang mengusung produk unggulannya, yakni wayang golek dan lukisan Jelekong.

Sebagaimana salah satu fungsinya yakni merencanakan dan melaksanakan promosi, pihak Kompepar Giriharja harus memperhatikan aspek komunikasi yang tepat agar informasi mengenai desa Jelekong ini dapat sampai ke masyarakat hingga akhirnya menarik pengunjung untuk datang. Seperti objek wisata lainnya, desa wisata Jelekong membutuhkan suatu strategi komunikasi pemasaran yang terumuskan secara komprehensif agar pesan dan informasi mengenai desa wisata ini dapat sampai pada target pengunjung secara efektif dan efisien. Penerapan komunikasi pemasaran desa wisata Jelekong oleh Kompepar Giriharja ini dapat dilakukan melalui aktivitas promosi.

Menurut Machfoedz (2010:2), keseluruhan program komunikasi pemasaran perusahaan, yang disebut bauran promosi, terdiri atas bauran khusus antara periklanan, personal selling, promosi penjualan, dan hubungan masyarakat (public relations). Promosi merupakan aspek penting dalam pemasaran. Karena promosi merupakan ujung tombak kegiatan bisnis suatu produk dalam rangka menjangkau pasar sasaran dan menjual produk tersebut (Sunyoto, 2012: 150).

Gitosudarmo menjelaskan bahwa promosi adalah kegiatan yang ditujukan untuk memengaruhi konsumen agar mereka dapat menjadi kenal akan produk yang ditawarkan oleh perusahaan kepada mereka dan kemudian mereka menjadi senang lalu membeli produk tersebut. Adapun alat-alat yang dapat dipergunakan untuk mempromosikan suatu produk dapat dipilih beberapa cara, yaitu iklan,

(8)

promosi penjualan, publisitas, personal selling yang disebut bauran promosi (dalam Sunyoto, 2012: 155).

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, aktivitas komunikasi pemasaran dalam bentuk promosi merupakan aspek yang penting. Sehingga seberapa pun uniknya potensi wisata di Jelekong, tidak akan dikenal masyarakat apabila tidak dipromosikan dengan tepat dan maksimal. Desa Jelekong dengan potensi seni budayanya telah ada sejak lama. Perkembangan seni mendalang di Giriharja Jelekong dimulai oleh abah Sunarya pada tahun 1928 (wawancara dengan Irwansyah, Jumat, 7 Februari 2014). Sementara itu seni melukis di Jelekong lahir pada 1969 melalui Odin Rohidin yang belajar melukis di Jakarta (wawancara pra penelitian dengan Dede Saepulrohim, Rabu, 13 November 2014). Selain itu, pelaku seninya pun telah melakukan promosi meskipun dalam bentuk yang masih sederhana, seperti personal selling maupun word of mouth.

Penetapan Jelekong sebagai satu dari sepuluh desa wisata di Kabupaten Bandung menjadi wadah dalam mengintegrasikan seluruh potensi yang ada di Jelekong. Terlebih lagi, lahirnya Kompepar Giriharja menjadi lembaga yang mengintegrasikan strategi promosi desa Jelekong yang dikenal sebagian masyarakat, bahkan kalangan mancanegara. Karena itulah penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana strategi promosi desa wisata Jelekong yang dilaksanakan oleh Kompepar Giriharja.

1.2 Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka fokus penelitian ini adalah “Menganalisis bagaimana strategi promosi pariwisata lokal oleh Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Giriharja pada desa wisata Jelekong Kabupaten Bandung.”

Pertanyaan penelitian yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana strategi promosi desa wisata Jelekong, Kabupaten Bandung yang dijalankan oleh Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Giriharja?”

(9)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi promosi desa wisata Jelekong, Kabupaten Bandung yang dijalankan oleh Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Giriharja.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai strategi promosi dalam mengembangkan pariwisata lokal.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Menjadi bahan kajian bagi para pihak yang terkait dalam mengevaluasi strategi promosi pariwisata lokal, khususnya pariwisata di Jelekong.

2. Menjadi bahan pertimbangan bagi para pihak terkait dalam merumuskan solusi atas hambatan yang dihadapi dalam menjalankan strategi promosi desa wisata Jelekong.

3. Menjadi sarana informasi serta referensi dalam memperdalam studi bagi penelitian selanjutnya.

1.5 Tahapan Penelitian

Berikut ini adalah tahapan-tahapan yang dilalui dalam pelaksanaan penelitian ini

Tabel 1.1 Tahapan Penelitian

No. Tahapan Sept Okt Nov Des Jan Feb

1 Persiapan penyusunan proposal skripsi bab I sampai bab III

2 Pengumpulan data sekunder berupa studi kepustakaan dan pengumpulan data dari sumber lainnya

(10)

3 Pengumpulan data primer berupa observasi dan

wawancara mendalam dengan informan

4 Analisis data

5 Penyelesaian data berupa kesimpulan penelitian dan saran

Sumber: Olahan penulis

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Jelekong, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung yang dimulai pada bulan September 2013 sampai dengan Februari 2014. Wawancara dengan informan dilakukan di beberapa tempat berbeda, antara lain.

1. Kediaman Bapak Irwansyah (Ketua Kompepar Giriharja)

2. Kediaman Bapak Nandang Sudrajat (Sekretaris Kompepar Giriharja) 3. Sekretariat BKM Kelurahan Jelekong

4. Saung padepokan Bapak Vandik Dede Saepulrohim 5. Galeri Bapak Asep Sancang

Sementara itu, observasi dilakukan di beberapa tempat, antara lain. 1. Homestay

Gambar

Tabel 1.1  Tahapan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil perhitungan back testing pada tabel tersebut tampak bahwa nilai LR lebih kecil dari critical value sehingga dapat disimpulkan bahwa model perhitungan OpVaR

Misalnya, perdebatan antara bahasa filsafat Hindu yang argumentatif (hanya rasional) dan bahasa sains Hindu yang ilmiah (rasional dan empiris) dengan bahasa agama

Setelah mengalami proses fermentasi maka akan terjadi perubahan pada kandungan senyawa kimia yang ada didalam nira yakni ditandai dengan menurunnya nilai derajat

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja

Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa perlakuan vermikompos, urine domba dan interaksi antara dua perlakuan tersebut tidak memberikan pengaruh yang nyata

06/PERMEN/M/2007, Pembiayaan Mikro Pembangunan/Perbaikan Rumah Swadaya Bersubsidi dengan prinsip syariah (yang selanjutnya disebut KPRS Mikro Syariah Bersubsidi) adalah

Peningkatan kompetensi peserta PEDAMBA: Kelas Pemanfaatan Software Tracker dalam pelajaran Fisika Tahap ke-I” dapat dilihat dari hasil evaluasi pelaksanaan

Sebagaimana diatur dalam Undang Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan kebijakan nasional tersebut seyogianya berupa suatu