• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KOMPENSASI DAN MOTIVASI TERHADAP ETOS KERJA KARYAWAN PADA BANK BRI SYARIAH KANTOR CABANG SURAKARTA - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KOMPENSASI DAN MOTIVASI TERHADAP ETOS KERJA KARYAWAN PADA BANK BRI SYARIAH KANTOR CABANG SURAKARTA - Test Repository"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi (S.E.)

DISUSUN OLEH

MUHAMMAD FAIQ DWI WAFA ZAMMAS

NIM : 21313139

PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai dari

suatu urusan, Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan hanya

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahan untuk

Yang utama dari segalanya, Tuhan Yang Maha Esa atas karunia serta

kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

Kedua orang tua tercinta, Ibu Muntofiah dan Bapak Sugiyarto yang telah

mendidik saya sampai saat ini dengan penuh kasih sayang.

Kakakku Ahsin Iskandar Zammas dan adikku M. Khusnul Khuluq Zammas.

Para Dosen dan Guruku.

Teman-teman seperjuangan (Hajir, Afif, Andi, Kim Mus, Otong, Messi, Rifki,

Agung).

Teman-teman Klomte, Jago Bangkok, KKN dan BMT NUS Karanggede.

Almamater Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Dan yang terakhir ku persembahkan untuk semua orang yang selalu bertanya

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, atas limpahan rahmat yang tak ternilai serta

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan

judul: PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KOMPENSASI DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA BANK BRI SYARIAH KANTOR CABANG SURAKARTA. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi program Strata Satu (S1) Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari tanpa adanya doa,

dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini tidak akan dapat

terwujud. Oleh karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr. Anton Bawono, S.E.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Bisnis Islam IAIN Salatiga.

3. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si. selaku Ketua Program StudiS1 Perbankan

Syari‟ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga

4. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si. selaku pembimbing, yang telah banyak

meluangkan waktu, memberikan dorongan, bimbingan dan mengarahkan

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu seluruh karyawan PT. Bank BRI Syariah Surakarta atas

kesempatan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis untuk

mengadakan penelitian guna mendapatkan data sebagai bahan penulisan

skripsi ini.

6. Kedua orang tua tercinta yang telah membimbing dan memotivasi

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas kasih

(9)

ix

7. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam jurusan S1 Perbankan Syariah.

8. Dan semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu, terima kasih untuk semangat yang selalu kalian

berikan, dan semoga kita semua sukses.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna,

oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran penulisan skripsi ini.Dan

Akhirnya tiada untaian kata yang pantas dan berharga kecuali ucapan

Alhamdulillahirobbil „alamin atas rahmat dan karunia serta ridho Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada

umumnya.

Jazaa kumullah khairan katsiraan.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Penulis

Muhammad Faiq Dwi.W.Z.

(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

ABSTRAK ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian... 5

E. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

(11)

xi

B. Kerangka Teori... 10

a. Teori Motivasi Abraham Maslow ... 10

b. Etos Kerja ... 18

c. Gaya Kepemimpinan ... 20

d. Kompensasi ... 22

e. Motivasi ... 26

f. Pebankan Syariah ... 28

g. Karyawan ... 29

C. Kerangka Penelitian ... 30

D. Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

C. Populasi dan Sampel ... 33

1. Populasi ... 33

2. Sampel ... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

1. Kuesioner (Angket) ... 35

2. Studi Kepustakaan ... 35

E. Skala Pengukuran ... 35

F. Definisi Konsep dan Operasional ... 36

G. Uji Instrumen Penelitian ... 42

(12)

xii

2. Uji Validitas ... 42

H. Alat Analisis ... 43

1. Uji Statistik ... 43

a. Koefisien Determinasi (R2) ... 43

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 43

c. Uji Signifikansi Parameter Individual (uji Statistik t) 44 2. Uji Asumsi Klasik ... 44

a. Uji Multikolonieritas ... 44

b. Uji Heteroskedastisitas ... 45

c. Uji Normalitas ... 45

BAB IV ANALISIS DATA ... 48

A. Deskripsi Objek Penelitian ... 48

1. Sejarah Bank Rakyat Indonesia Syariah ... 48

2. Visi dan Misi ... 50

B. Analisis Deskriptif Responden ... 50

1. Jenis Kelamin ... 50

2. Usia ... 51

3. Pendidikan terakhir ... 52

4. Masa Kerja ... 53

C. Analisis Data ... 54

1. Uji Instrumen Penelitian ... 54

a. Uji Validitas ... 54

(13)

xiii

2. Uji Asumsi Klasik ... 58

a. Uji Multicollinearity... 58

b. Uji Heteroscedasticity ... 59

c. Uji Normalitas ... 61

d. Uji Linearitas ... 62

3. Analisis Regresi Berganda ... 63

4. Uji Hipotesis ... 65

a. Uji Statistik t ... 65

b. Uji Statistik F ... 69

c. Uji R2 (Koefisien Determinasi) ... 70

BAB V PENUTUP ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 9

Tabel 3.1 Skala Interval ... 36

Tabel 3.2 Variabel dan Indikator Penelitian ... 38

Tabel 4.1 Karakteristik Jenis Kelamin ... 51

Tabel 4.2 Karakteristik Usia ... 52

Tabel 4.3 Karakteristik Pendidikan Terakhir ... 53

Tabel 4.4 Karakteristik Masa Kerja ... 54

Tabel 4.5 Hasil UJi Validitas ... 55

Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas ... 57

Tabel 4.7 Hasil Uji Multicolinierity ... 59

Tabel 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Metode Glejser ... 60

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas ... 61

Tabel 4.10 Hasil Uji Linearitas dengan Metode Durbin-Watson Model Linier ... 62

Tabel 4.11 Hasil Uji Linearitas dengan Metode Durbin-Watson Model Kuadrat ... 62

Tabel 4.12 Hasil Uji Linier Berganda ... 65

Tabel 4.13 Hasil Penelitian ... 69

Tabel 4.14 Hasil Uji F Statistik ... 70

(16)

xvi ABSTRAK

Zammas, Muhammad Faiq Dwi Wafa. 2018. Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Kompensasi dan Motivasi terhadap Etos Kerja karyawan pada Bank BRI Syariah Kantor Cabang Surakarta. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Program Studi S1 Perbankan Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: Fetria Eka Yudiana, M.Si.

Sumber Daya Manusia (SDM) di perusahaan perlu dikelola secara baik dan profesional agar terwujud keseimbangan antara kebutuhan pegawai dengan tuntutan dan kemampuan organisasi perusahaan. SDM yang dikelola dengan baik maka akan meningkatkan etos kerja karyawan tersebut. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan (X1), kompensasi (X2), motivasi (X3) terhadap etos kerja (Y) di BRI Syariah Kantor Cabang Surakarta.

Metode pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang dibagikan kepada karyawan BRI Syariah Kantor Cabang Surakarta. Sampel yang diambil sebanyak 40 responden dengan teknik sampel jenuh. Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan alat analisis SPSS versi 23. Analisis ini meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik, uji t dan uji F, koefisien determinasi (R2) serta uji analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh negatif terhadap etos kerja karyawan, kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap etos kerja karyawan, motivasi berpengaruh negatif terhadap etos kerja karyawan. Kemudian pada uji koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan, kompensasi dan motivasi secara simultan berpengaruh terhadap etos kerja karyawan dengan pengaruh sebesar 89,5% sedangkan sisanya 10,5% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model ini.

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang berperan penting

dalam perekonomian suatu negara. Perkembangan industri perbankan yang

semakin baik maka berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi negara

tersebut. Bank merupakan lembaga keuangan yang melaksanakan tiga

fungsi utama, yaitu menghimpun dana mayarakat, menyalurkan dana

kepada mayarakat dan melakukan pelayanan jasa kepada masyarakat

(Kasmir,2003:23). Perbankan syariah merupakan suatu lembaga

intermediasi yang menyediakan jasa keuangan bagi masyarakat dimana

seluruh aktivitasnya dijalankan berdasakan etika dan prinsip-prinsip islam

sehingga bebas dari riba, bebas dari kegiatan spekulasi non-produktif

seperti perjudian (maysir), bebas dari kegiatan yang meragukan (gharar),

bebas dari perkata yang tidak sah (bathil), dan hanya membiayai

usaha-usaha yang halal.

Suatu organisai perlu mengelola sumber daya manusia (SDM) sebaik

mungkin, karena potensi SDM pada dasarnya merupakan salah satu aspek

penting yang mempengaruhi sistem operasional dalam mencapai tujuan

organisasi. Melalui perencanaan SDM yang baik, produktivitas kerja dari

setiap individu dapat ditingkatkan, hal tersebut dapat diwujudkan melalaui

(18)

Pada saat ini kopetensi SDM yang dimiliki oleh bank syariah bisa

dikatakan mengalami penurunan. Hal ini perlu dibenahi demi pencapaian

yang diinginkan oleh perusahaan. Penguatan etos kerja karyawan adalah

salah satu yang harus dilakukan. Beberapa faktor yang diprediksi dapat

meningkatkan etos kerja karyawan diantaranya adalah gaya

kepemimpinan,kompensasi dan motivasi.

Etos kerja dikatakan sebagai faktor penentu dari keberhasilan

individu, kelompok, institusi dan juga yang terluas ialah bangsa dalam

mencapai tujuannya. Pada pelaksanaan administrasi publik juga

dipengaruhi oleh etos kerja yang dimiliki oleh pejabat-pejabat publik

dalam tugasnya menyelenggarakan kebutuhan masyarakat. Etos kerja

merupakan hal yang utama dalam melaksanakan pekerjaan untuk

mencapai keunggulan budi dan keunggulan karakter yang menghasilkan

kerja dan kinerja yang unggul pula. Tentunya, keunggulan tersebut berasal

dari buah ketekunan seorang manusia mahakarya. Kemampuan

menghayati pekerjaan menjadi sangat penting sebagai upaya menciptakan

keunggulan. Intinya, bahwa saat kita melakukan suatu pekerjaan maka

hakikatnya kita sedang melakukan suatu proses pelayanan. Menghayati

pekerjaan sebagai pelayanan memerlukan kemampuan transendensi yang

bersifat melampaui ruang gerak manusia yang kecil. Hal ini semua dapat

terlihat dan tertuang dalam etos kerja.

Saat ini perkembangan usaha bisnis sangat pesat, sehingga

(19)

diantara perusahaan. Demikian juga dalam dunia perbankan, khususnya

perbankan yang berbasis syariah.

Sudarsono (2008) Bank Syariah adalah lembaga keuangan negara

yang memberikan kredit dan jasa-jasa lainnya di dalam lalu lintas

pembayaran dan juga peredaran uang yang beroperasi dengan

menggunakan prinsip-prinsip syariah atau islam.

Kepemimpinan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan

etos kerja pegawai, karena keberhasilan seorang pemimpin dalam

menggerakkan oran lain tergantung pada etos kerja yang tertanam dalam

diri pegawainya. Siagian menyatakan jika pemimpin membutuhkan

sekelompok orang lain atau yang dikenal dengan istilah bawahan untuk

digerakkan sedemikian rupa sehingga bawahan itu memberikan

pengabdian dan sumbangsihnya terhadap organisasi ( Siagian.2004:20).

Kompensasi merupakan semua pendapatan yang berbentuk uang

atau barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan

sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan (Priyono

dan Marnis, 2008:223). Kompensasi yang memadai yang diberikan oleh

perusahaan diharapkan dapat meningkatkan etos kerja yang tinggi

sehingga dapat menghasilkan kinerja unggul yang dapat mendorong

keberhasilan perusahaan untuk meraih kesuksesan.

Motivasi merupakan dorongan yang datang dari dalam diri

manusia yang mengaktifkan, menggerakkan serta mengarahkan perilaku

(20)

memahami hubungan kebutuhan, dorongan dan tujuan (Veithzal Rivai,

2001).

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas dan hasil

penelitian yang berbeda maka peneliti tertarik meneliti kembali

variabel-variabel yang berpengaruh terhadap etos kerja karyawan

yaituPengaruh Gaya Kepemimpinan, Kompensasi Dan Motivasi

Terhadap Etos Kerja Karyawan Pada Bank BRI Syariah Kc Surakarta”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan di atas dapat

dibuat rumusan masalah:

1. Apakah ada pengaruh gaya kepemimpinan terhadap etos kerja

karyawan pada Bank BRI Syariah Kc Surakarta ?

2. Apakah ada pengaruh kompensasi terhadap etos kerja karyawan pada

Bank BRI Syariah Kc Surakarta ?

3. Apakah ada pengaruh motivasi terhadap etos kerja karyawan pada

Bank BRI Syariah Kc Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penetian

ini adalah

1. Mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap etos kerja

karyawan pada Bank BRI Syariah Kc Surakarta.

2. Mengetahui pengaruh kompensasi terhadap etos kerja karyawan pada

(21)

3. Mengetahui pengaruh kompensasi terhadap etos kerja karyawan pada

Bank BRI Syariah Kc Surakarta.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi perusahaan

Perusahaan atau pimpinan diharapkan bisa dan dapat

menerapkan gaya kepemimpinan, kompensasi dan motivasi yang

baik agar bias meningkatkan etos kerja.

2. Bagi penulis

Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk

mengetahui Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Kompensasi Dan

Motivasi Terhadap Etos Kerja Karyawan pada Bank BRI Syariah Kc

Surakarta”.

3. Bagi peneliti lain

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan

dan referensi dalam melakukan penelitian dimasa yang akan datang.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penyusunan skripsi yang digunakan penulis dalam

penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika

(22)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu,

kerangka pemikiran serta hipotesis yang dikemukakan penulis.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang variabel penelitian dan defisini operasional,

populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data,

dan metode analisis data yang digunakan untuk memperoleh hasil

penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan mengenai deskripsi objek penelitian, analisis data,

dan pembahasan penelitian.

BAB V PENUTUP

Bab ini menjelaskan secara singkat mengenai kesimpulan yang dapat

diambil dari penelitian yang telah dilakukan, keterbatasan pada

penelitian serta saran mengenai hasil penelitian.

(23)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Telaah Pustaka

Penelitian terdahulu merupakan kumpulan hasil-hasil penelitian

yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu yang mempunyai

kaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Hidayat (2013) dalam

penelitiannya yang berjudul pengaruh gaya kepemimpinan terhadap etos

kerja pegawai di dinas pertanian dan perikanan kabupaten Majalengka

:Studi Persepsional Pada Pegawai Dinas Pertanian dan Perikanan

Kabupaten Majalengka, terdapat pengaruh positif dan signifikan dari gaya

kepemimpinan terhadap etos kerja dengan tingkat hubungan yang rendah.

Selain itu didapatkan temuan lain bahwa etos kerja tidak hanya

dipengaruhi gaya kepemimpinan saja tetapi juga variabel lain yang tidak

ada dalam penelitan ini.

Fathulloh (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh

Gaya Kepemimpinan Terhadap Etos Kerja Karyawan Di BMT Sahara

Tulungagung, terdapat pengaruh signifikan antara pengaruh gaya

kepemimpinan terhadap etos kerja karyawan di BMT Sahara

Tulungagung. Pengaruh gaya kepemimpinan demokratis yang signifikan

berarti karyawan lebih menyukai gaya kepemimpinan yang cenderung

demokratis, karena suasana kerja sangat akrab sehingga lebih nyaman

(24)

Berbeda dengan kedua pendapat di atas, penelitian yang dilakukan

Prasetyanto, (2014) yang berjudul Analisis Pengaruh Gaya

Kepemimpinan, Budaya Organisasi, Kepuasan Kerja Dan Motivasi

terhadap Etos Kerja Guru Pegawai Negeri Sipil Di Daerah Istimewa

Jogjakarta. Bahwa Secara parsial gaya kepemimpinan berpengaruh tidak

signifikan terhadap etos kerja para guru negeri sipil di daerah istimewa

Jogjakarta.

Sarmedi (2017) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh

Kompensasi dan Kompetensi terhadap Etos Kerja serta dampaknya

terhadap Kinerja Karyawan di PT Bio Farma (Persero), Menyatakan

bahwa kompensasi dan kompetensi baik secara parsial maupun simultan

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap etos kerja, begitu pula

etos kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan di PT Bio Farma (Persero).

Tawqim (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh

konflik dan motivasi kerja terhadap etos kerja dan implikasinya pada

kinerja karyawan, Menyatakan bahwa Konflik dan motivasi kerja

berpengaruh secara signifikan terhadap etos kerja dan berimplikasi pada

kinerja karyawan di PT. Sinar Terang Logam Jaya, hal ini menunjukan

bahwa pemikiran yang moderat menganggap konflik merupakan peristiwa

yang tidak dapat dihindari dalam akivitas pencapaian tujuan. Keberadaan

(25)

termotivasi untuk saling berkompetisi melalui perubahan perilaku atas

dasar kesadaran untuk meraih kinerja yang lebih tinggi.

Table 2.1

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN,KOMPENSASI DAN MOTIVASI TERHADAP ETOS KERJA

(26)

7

Gaya kepemimpinan dan motivasi perbengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap etos kerja berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap etos kerja

B. Kerangka Teori

a) Teori motivasi Abraham Maslow

Piramida hirarki kebutuhan Maslow ini digunakan untuk

memahami motivasi manusia. Apa yang membuat orang-orang

untuk bekerja dan berbuat. Piramida ini juga digunakan untuk

banyak pelatihan manajemen dan tentunya pelatihan

pengembangan pribadi.

Berkat adanya hirarki kebutuhan maslow ini, para

pemberi kerja semakin sadar akan tanggung jawab mereka. Hal

ini mendorong pemberi kerja untuk menyediakan lingkungan

kerja yang mendorong dan memungkinkan karyawan untuk

memenuhi potensi mereka sendiri unik (aktualisasi diri).

Abraham Maslow kemudian menerbitkan sebuah buku

motivasi dan kepribadian yang diterbitkan pada tahun 1954 (edisi

(27)

aplikasinya dalam dunia kerja. Buku ini menjadi perhatian

banyak orang sehingga menjadi buku referensi dalam

pengembangan diri. Bahkan seorang akademisi di bidang

psikologi motivasi, Richard Lowry, menerbitkan buku yang

didasarkan dari buku Maslow ini.

Abraham Maslow lahir di New York pada tahun 1908. Ia

hidup selama 62 tahun dan meninggal pada tahun 1970. Berbagai

publikasi telah berkali-kali ia terbitkan. Maslow mendapatkan

PhD di bidang psikologi pada tahun 1934 di University of

Wisconsin. Ia memiliki ketertarikan sendiri dalam hal meneliti

tentang motivasi. Maslow kemudian pindah ke New York

Brooklyn College.

Dalam versi pertama, piramida hirarki kebutuhan Maslow

terdiri dari lima tahapan yang didasarkan dari pengalaman dan

perenungan diri Maslow sendiri. Adapun versi terbaru dari

hirarki kebutuhan Maslow yang dikenal sekarang, tidaklah jelas

apakah buatan Maslow atau orang yang mengikuti pemikiran

Maslow. Dalam teori terbaru Maslow tentang motivasi, dikatakan

bahwa terdapat orang termotivasi dikarenakan faktor kognitif,

estetik dan transendensi. Namun hal itu terpisah dari piramida

kebutuhan Maslow itu sendiri.

Jika anda menemukan versi tambahan tentang piramida

(28)

penafsiran peneliti/penulis lain atas pemikiran Maslow. Dalam

versi terbaru, anda akan menemukan model dan diagram yang

terdiri dari tujuh dan delapan-tahap hirarki kebutuhan.

Penjelasan motivasi dari hirarki kebutuhan maslow

Sahabat motivasi, pernahkah kita perhatikan ramainya

pagi hari ketika orang-orang hendak ke kantor. Banyak diantara

kita yang rela macet berjam-jam untuk berangkat ke tempat kerja.

Kenapa ada orang tergerak sedemikian rupa sehingga mau

berjibaku melakukan sesuatu? dan kenapa pula ada orang yang

tidak tergerak sebegitunya untuk melakukan hal itu?

Setiap orang, tergerak untuk melakukan sesuatu atau tidak

melakukan sesuatu didorong oleh suatu kebutuhan. Anda makan,

minum, mencari teman, menghadiri kondangan, dan lain

sebagainya karena ada kebutuhan yang ingin dipenuhi.

Diantara sekian banyak kebutuhan yang ada, ternyata ada

sejumlah kebutuhan dasar bawaan yang perlu dipenuhi

seseorang. Kebutuhan dasar bawaan ini sudah ada dari ribuan

tahun yang lalu. zaman bisa saja berubah, tapi kebutuhannya

tidak berubah. Hirarki kebutuhan yang Abraham Maslow buat

bisa membantu menjelaskan bagaimana kebutuhan ini menjadi

sebuah motivasi bagi diri kita.

Logikanya, ketika seseorang memiliki suatu kebutuhan,

(29)

Kebutuhan itu kemudian menjadi motivasi bagi yang

bersangkutan. Dan menurut Maslow, yang paling pertama

menggerakan seseorang adalah kebutuhan untuk menjamin

keberlangsungan hidup.

1. Kebutuhan Fisiologis

Motivasi paling dasar bukanlah uang, tapi bagi

manusia kebutuhan paling dasarnya adalah kebutuhan untuk

bertahan hidup. Seseorang perlu bernafas, makan, minum,

tidur, buang air, dan lain sebagainya. Hal ini perlu diketahui

oleh seseorang, karena sebelum ditemukan uang sekalipun

seorang manusia tetap bisa memenuhi kebutuhan tersebut di

atas.

Sesungguhnya, terutama di Indonesia, kebutuhan

seperti ini bukanlah hal yang sulit didapat. Manusia

Indonesia hidup di negeri yang gemah ripah loh jinawi.

Normalnya, sumber makanan begitu mudah di dapat, sumber

minuman begitu dekat, dan iklimnya relatif bersahabat. Hal

ini berbanding terbalik dengan di beberapa negara di Afrika

yang alamnya begitu kering. Bertolak belakang juga di

beberapa negara yang ada di Eropa karena iklimnya cukup

ekstrim. Mereka punya dorongan yang begitu kuat untuk

(30)

2. Kebutuhan Rasa Aman

Setelah kebutuhan akan keberlangsungan hidup

terpenuhi, seseorang terdorong untuk memenuhi rasa aman.

Yang diinginkan adalah keamanan pada diri, kesehatan,

barang kepemilikan dan lain sebagainya. Orang jaman

dahulu, setelah memastikan bisa makan, minum, tidur,

mereka akan memperhatikan tentang keamanan diri dan

keluarganya.

Itulah mengapa, sejumlah tempat tinggal dibuat

dengan desain aman dari serangan predator. Misalnya saja

rumah panggung, yang salah satunya dimaksudkan untuk

keamanan diri. Orang purba pun jika memilih gua sebisa

mungkin di tempat yang aman dari serangan predator.

Di zaman sekarang, kebutuhan akan rasa aman ini

berkembang. Misalnya saja manusia modern bergerak

mencari rasa aman dalam pekerjaan. Terutama di Indonesia,

pekerjaan menjadi pegawai pemerintah atau PNS menjadi

sangat favorit bagi si pekerja, orang tua si pekerja atau

(calon) mertua si pekerja. Orang termotivasi mendaftar

menjadi PNS karena dorongan kebutuhan akan rasa aman

atas penghasilan, jaminan kesehatan dan kepastian kerja

(31)

Di negara Skandinavia, kebutuhan akan rasa aman

atas kesehatan, kepastian mendapatkan pendidikan, dan

kebutuhan dasar lainnya telah dipenuhi kepada setiap warga

negaranya. Hal ini dimungkinkan karena sifat negaranya

berupa welfare state. Indonesia sebenarnya sangat akrab

dengan konsep ini. Namun dalam pelaksanaannya sampai

sekarang belum cukup sempurna.

3. Kebutuhan Cinta dan Pertemanan

Tahap berikutnya dalam hierarki kebutuhan Maslow

adalah kebutuhan akan rasa sosial. Seseorang membutuhkan

pertemanan, keluarga, dan keintiman. Hal ini dikarenakan

manusia adalah makhluk sosial. Bahkan seorang Adam yang

sudah menikmati surga, merasa kesepian karena tidak

memiliki pasangan hidup.

Bagi orang Indonesia, kebutuhan akan rasa sosial ini

cukup menonjol. Mungkin dikarenakan hidup di Indonesia

relatif mudah memenuhi kebutuhan tahap 1 dan 2 Maslow,

maka orang Indonesia langsung masuk ke tahap 3 ini. Orang

Indonesia dikenal sebagai manusia yang suka guyub,

ngeriung, ngumpul-ngumpul.

Kebutuhan yang ketiga inilah juga yang kadang

defisit diterima oleh kaum jomblo. Meskipun memiliki

(32)

sayang. Hal ini kemudian coba dipenuhi oleh mereka dengan

memasang status nelangsa di media sosial. Sebenarnya jika

dipahami, rasa kasih sayang ini bisa didapatkan dari orang

tua. Namun dikarenakan mungkin karena berjarak dengan

orang tua dan lebih dekat ke sebaya, akhirnya kasih sayang

dari orang tua ini diabaikan.

4. Kebutuhan Penghargaan Diri

Kebutuhan akan pengakuan merupakan tahap

keempat dalam hirarki kebutuhan Maslow. Setelah

kebutuhan keberlangsungan hidup, rasa aman, dan sosial

terpenuhi, secara alamiah orang akan masuk ke tahap

keempat ini.

Kebutuhan akan penghargaan ini berkembang di tiap

tahapan usia seseorang. Seorang remaja ingin sekali dihargai

oleh orang tua dan kawannya sebagai orang yang keren,

dewasa, dan semacamnya. Ternyata, semakin tua, kadang

rasa ini semakin kuat. “Kamu tidak tahu siapa saya?”, begitu

kata-kata yang umum diucapkan oleh orang yang arogan di

sinetron. Kata-kata itu sebenarnya merupakan wujud dari

keinginan untuk dihargai orang lain.

Jika seseorang sudah cukup dewasa, kebutuhan akan

penghargaan ini akan dipenuhi oleh dirinya sendiri. Diri

(33)

dan penghormatan pada diri sendiri. Hal inilah yang kemudian

menjadi sebuah kepercayaan diri. Sebuah kepercayaan diri

yang sifatnya lebih kuat dan kekal, dibandingan kepercayaan

diri yang didapat dari hal yang bersifat semu. Kepercayaan diri

yang bersifat semu antara lain digantungkan pada atribut harta,

kepemilikan akan sesuatu, dan semacamnya.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Ini dia tahapan tertinggi dalam hierarki kebutuhan versi

asli Maslow, kebutuhan akan aktualisasi diri. Sebagian besar

manusia ingin hidup dan memberikan makna dalam hidupnya.

Menurut Maslow, orang yang dalam tahap aktualisasi diri ini

akhirnya mengenali dirinya dan berusaha hidup, memegang

nilai-nilai, memecahkan masalah, menilai sesuatu, mengolah

data informasi, berdasarkan apa yang dia yakini.

Manurut Maslow, orang melakukan sesuatu karena

ingin melakukan sesuatu. Contoh paling nyata adalah

orang-orang yang maju dalam kampanye kepresidenan. Di Amerika

sekarang ini, seorang multi milyuner, Donald Trump

mengajukan dirinya menjadi presiden Amerika Serikat. Jika

dipikirkan, mau apa lagi Donald Trump dalam hidupnya.

Makan minum sudah terjamin, rasa aman pribadi sudah

(34)

didapat, tapi tampaknya ia ingin mengaktualisasikan dirinya

dalam pencalonan presidennya.

b) Etos Kerja

Etos kerja adalah sikap yang muncul atas kehendak dan

kesadaran sendiri yang didasari oleh sistem orientasi nilai

budaya terhadap kerja (Sukardewi, 2013:3). Etos berasal dari

bahasa Yunani, yaitu ethos yang artinya sikap, kepribadian,

watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja

dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan

masyarakat. Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh

budaya, serta sistem nilai yang diyakininya (Tasmara, 2002:15).

Beberapa pengertian etos kerja menurut beberapa ahli :

1. Menurut Sinamo (2011:26), etos kerja adalah seperangkat

perilaku positif yang berakar pada keyakinan fundamental

yang disertai komitmen total pada paradigma kerja yang

integral.

2. Menurut Panji Anoraga (2001:29), etos kerja adalah

pandangan dan sikap suatu bangsa atau umat terhadap kerja,

oleh karena itu menimbulkan pandangan dan sikap yang

menghargai kerja sebagai suatu yang luhur, sehingga

diperlukan dorongan atau motivasi.

3. Menurut Madjid (2000:410), etos kerja ialah karakteristik

(35)

bersifat khusus tentang seseorang individu atau sekelompok

manusia.

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja

Etos kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya

yaitu (Anoraga, 2001:52):

1. Agama. Pada dasarnya agama merupakan suatu sistem

nilai yang akan mempengaruhi atau menentukan pola

hidup para penganutnya. Cara berpikir, bersikap dan

bertindak seseorang tentu diwarnai oleh ajaran agama

yang dianut jika seseorang sungguh-sungguh dalam

kehidupan beragama.

2. Budaya. Sikap mental, tekad, disiplin, dan semangat

kerja masyarakat juga disebut sebagai etos budaya dan

secara operasional etos budaya ini juga disebut sebagai

etos kerja. Kualitas etos kerja ini ditentukan oleh sistem

orientasi nilai budaya masyarakat yang bersangkutan.

3. Sosial Politik. Tinggi rendahnya etos kerja suatu

masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur

politik yang mendorong masyarakat untuk bekerja keras

dan dapat menikmati hasil kerja keras dengan penuh.

4. Kondisi Lingkungan/Geografis. Lingkungan alam yang

mendukung mempengaruhi manusia yang berada di

(36)

mengambil manfaat, dan bahkan dapat mengundang

pendatang untuk turut mencari penghidupan di

lingkungan tersebut.

5. Pendidikan. Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan

kualitas sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya

manusia akan membuat seseorang mempunyai etos kerja

keras.

6. Struktur Ekonomi. Tinggi rendahnya etos kerja suatu

masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur

ekonomi, yang mampu memberikan insentif bagi anggota

masyarakat untuk bekerja keras dan menikmati hasil

kerja keras mereka dengan penuh.

7. Motivasi Intrinsik Individu. Individu yang akan memiliki

etos kerja yang tinggi adalah individu yang bermotivasi

tinggi. Etos kerja merupakan suatu pandangan dan sikap

yang didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang.

c) Gaya Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat

penting bagi keberhasilan manajemen organisasi. Kepemimpinan

yang efektif akan mampu mendorong motivasi anggota

organisasi sehingga produktifitas, loyalitas dan kepuasan

(37)

Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau

memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam

upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari

kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan

praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli,

pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli

diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan

pengajaran/instruksi.

Pengertian tunggal tentang kepemimpinan masih belum

ada kesepakatan di antara para ahli ilmu perilaku. Konsep

kepemimpinan masih merupakan sesuatu yang ambigous

(Pfeffer, 1977, dalam Payamta, 2002). Terdapat banyak teori

kepemimpinan namun menurut Hersey dan Blanchard (1996)

dalam Koesmono (2007) mengatakan bahwa tidak ada gaya

kepemimpinan yang sesuai bagi semua kondisi dalam suatu

organisasi tetapi gaya kepemimpinan akan sangat efektif apabila

dapat mengakomodasi lingkungannya (pengikut, atasan dan

rekan kerja).

Singh-Sengubta, Sunita (1997) dalam Fuad Mas‟ud

(2004) mengemukakan beberapa dimensi atau gaya

kepemimpinan yang terdiri dari :

1. Gaya Partisipatif (Participative Style) yaitu gaya

(38)

saran-saran dan ide-ide dari bawahan sebelum mengambil

suatu keputusan.

2. Gaya Pengasuh (Nurturant Style), yaitu gaya

kepemimpinan dimana pemimpin memperhatikan

bawahan dalam peningkatan karier, memberikan

bimbingan, arahan, bantuan dan bersikap baik serta

menghargai bawahan yang bekerja dengan tepat

waktu.

3. Gaya Otoriter ( Authoritarian Style) yaitu gaya

kepemimpinan yang tidak membutuhkan

pokok-pokok pikiran dari bawahan dan mengutamakan

kekuasaan serta prestise sehingga seorang

pemimpin mempunyai kepercayaan diri yang tinggi

dalam pengambilan keputusan.

4. Gaya Berorientasi Tugas (Task Oriented Style) yaitu gaya

kepemimpinan dimana seorang pemimpin menuntut

bawahan untuk disiplin dalam hal pekerjaan atau tugas.

d) Kompensasi

Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk

uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima

karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada

perusahaan (Malayu kartal S.P. Hasibuan, 2002:54). Kompensasi

(39)

kepada karyawan yang bersangkutan. Kompensasi berbentuk

barang, artinya gaji dibayar dengan barang.

Beberapa terminologi kompensasi :

1. Upah/gaji. Upah (wages) biasanya berhubungan dengan tarif

gaji perjam (semakin lama kerjanya, semakin besar

bayarannya). Upah merupakan basis bayaran yang kerap

digunakan bagi pekerja-pekerja produksi dan pemeliharaan.

Sedangkan gaji (salary) umumnya berlaku untuk tarif

mingguan, bulanan atau tahunan.

2. Insentif, (incentive) merupakan tambahan-tambahan gaji

diatas atau diluar gaji atau upah yang diberikan oleh

organisasi. Program-program insentif disesuaikan dengan

memberikan bayaran tambahan berdasarkan produktivitas,

penjualan, keuntungan-keuntungan atau upaya-upaya

pemangkasan biaya.

3. Tunjangan (Benefit). Contoh-contoh tunjangan seperti

asuransi kesehatan, asuransi jiwa, liburan-liburan yang

ditanggung perusahaan, program pensiun dan

tunjangan-tunjangan lainnya yang berhubungan dengan kepegawaian.

4. Fasilitas (Facility) adalah kenikmatan/fasilitas seperti mobil

(40)

a. Jenis-jenis kompensasi

Komponen-komponen dari keseluruhan program gaji

secara umum dikelompokkan kedalam kompensasi finansial

langsung, tak langsung dan non finansial.

1. Kompensasi finansial secara langsung berupa; bayaran

pokok (gaji dan upah), bayaran prestasi, bayaran insentif

(bonus, komisi, pembagian laba/keuntungan dan opsi

saham) dan bayaran tertangguh (program tabungan dan

anuitas pembelian saham)

2. Kompensasi finansial tidak langsung berupa;

program-program proteksi (asuransi kesehatan, asuransi jiwa,

pensiun, asuransi tenaga kerja), bayaran diluar jam kerja

(liburan, hari besar, cuti tahunan dan cuti hamil) dan

fasilitas-fasilitas seperti kendaran,ruang kantor dan tempat

parkir.

3. Kompensasi non financial, berupa pekerjaan (tugas-tugas

yang menarik, tantangan, tanggung jawab, pengakuan

dan rasa pencapaian). Lingkungan kerja

(kebijakan-kebijakan yang sehat, supervise yang kompoten, kerabat

(41)

b. Tujuan Pemberian Kompensasi

Menurut Notoatmodjo (1998:67), tujuan dari kebijakan

pemberian kompensasi meliputi :

1. Menghargai prestasi karyawan

2. Menjamin keadilan gaji karyawan

3. Mempertahankan karyawan atau mengurangi turnover

karyawan

4. Memperoleh karyawan yang bermutu

5. Pengendalian biaya

6. Memenuhi peraturan-peraturan.

c. Kriteria Keberhasilan Sistim Kompensasi

Menurut Ardian (2001:103) dalam mengukur

keberhasilan implementasi sistem kompensasi, terdapat satu

pertanyaan esensial yang harus dijawab, yaitu : “Apa yang

seharusnya dapat dicapai organisasi dengan menerapkan

sebuah sistim kompensasi tertentu?”. Pertanyaan tersebut

mendasari organisasi dalam menilai keberhasilan suatu sistim

dengan kreteria-kreteria sebagai berikut:

1. Mendukung pencapaian tujuan-tujuan organisasi

2. Sesuai dengan dan mendukung strategi dan struktur

(42)

3. Menarik dan dapat mempertahankan individu yang

berkompeten sesuai dengan standar keahlian yang

ditetapkan.

4. Menetapkan spektrum yang lebih luas atas perilaku tugas

(task behavior) yang diinginkan dari seluruh anggota

organisasi.

5. Merefleksikan ekuitas (persamaan-keadilan) bagi seluruh

anggota organisasi.

6. Sejalan dengan hukum atau perundang-undangan yang

berlaku dalam suatu wilayah yuridisdiksi tertentu dimana

organisasi berada.

7. Dapat mencapai ke-enam kreteria tersebut dengan biaya

yang proposional sesuai dengan kondisi keuangan internal.

8. Dapat mencapai ketujuh kreteria tersebut diatas dalam

kondisi dengan penggunaan biaya yang paling efektif.

e) Motivasi

Motivasi adalah suatu sugesti atau dorongan yang

muncul karena diberikan oleh seseorang kepada orang lain atau

dari diri sendiri, dorongan tersebut bermaksud agar orang

tersebut menjadi orang yang lebih baik dari yang sebelumnya.

Motivasi juga bisa diartikan sebagai sebuah alasan yang

mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh

(43)

1. Jenis-Jenis Motivasi

Jenis-jenis motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua

jenis menurut Hasibuan (2006) yaitu:

a. Motivasi positif (insentif positif), manajer memotivasi

bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka

yang berprestasi baik Dengan motivasi positif ini

semangat kerja bawahan akan meningkat, karena

manusia pada umumnya senang menerima yang

baik-baik saja.

b. Motivasi negatif (insentif negatif), manajer memotivasi

bawahan dengan memberikan hukuman kepada mereka

yang pekerjannya kurang baik (prestasi rendah). Dengan

memotivasi negatif ini semangat kerja bawahan dalam

waktu pendek akan meningkat, karena takut dihukum.

2. Tujuan Motivasi

Tingkah laku bawahan dalam suatu organisasi

seperti sekolah pada dasarnya berorientasi pada tugas.

Maksudnya, bahwa tingkah laku bawahan biasanya

didorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan harus

selalu diamati, diawasi, dan diarahkan dalam kerangka

pelaksanaan tugas dalam mencapai tujuan organisasi

yang telah ditetapkan. Secara umum tujuan motivasi

(44)

agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan

sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai

tujuan tertentu.

f) Perbankan Syariah

Kata bank beral dari kata banque dalam bahasa prancis dan

banco dalam bahasa italia, yang berarti peti atau lemari. Kata peti

atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat penyimpanan

benda-benda berharga seperti emas, peti berlian, peti uang, dan

barang berharga lainnya (Arifin, 2009:2)

Heri (2008) Bank Syariah adalah lembaga keuangan negara

yang memberikan kredit dan jasa-jasa lainnya di dalam lalu lintas

pembayaran dan juga peredaran uang yang beroperasi dengan

menggunakan prinsip-prinsip syariah atau islam.

Menurut Yudiana (2014:2) bank syariah adalah lembaga

keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa

lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang

beroprasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Sedangkan

menurut Undang-Undang No. 21 tahun 2008 pasal 1 ayat 7, yang

dimaksud dengan Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan

kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut

jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan

(45)

g) Karyawan

Tiap-tiap perusahaan memerlukan karyawan jadi tenaga

yang menggerakkan tiap-tiap kesibukan yang ada pada organisasi

perusahaan. Karyawan adalah aset terutama yang mempunyai

dampak begitu besar pada keberhasilan satu perusahaan. Tanpa ada

mesin mutakhir, perusahaan bisa selalu beroperasi dengan manual,

walau demikian tanpa ada karyawan, perusahaan akan tidak bisa

jalan sekalipun.

Subri (2002), karyawan adalah tiap-tiap masyarakat yang

masuk kedalam umur kerja (berumur di rentang 15 sampai 64

tahun), atau jumlah keseluruhan semua masyarakat yang ada pada

suatu negara yang menghasilkan barang serta layanan bila ada

keinginan juga akan tenaga yang mereka produksi, apabila mereka

ingin menekuni/berperan serta dalam kesibukan itu.

Hasibuan (2002), pengertian karyawan yaitu tiap-tiap orang

yang sediakan layanan (baik berbentuk fikiran ataupun berbentuk

tenaga) serta memperoleh balas layanan maupun kompensasi yang

(46)

C. Kerangka Penelitian

Kerangka konsep penelitian berdasarkan mengenai telaah

pustaka diatas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka penelitian

D. Hipotesis

1. Gaya Kepemimpinan

Hidayat (2013) dalam penelitiannya yang berjudul

Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Etos Kerja Gegawai di

Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka : studi

persepsional pada pegawai dinas pertanian dan perikanan

kabupaten majalengka bahwa terdapat pengaruh positif dan

signifikan dari gaya kepemimpinan terhadap etos kerja dengan

tingkat hubungan yang rendah. Selain itu didapatkan temuan

lain bahwa etos kerja tidak hanya dipengaruhi gaya Gaya Kepemimpinan

(X1)

Kompensasi (X2)

Motivasi (X3)

(47)

kepemimpinan saja tetapi juga variabel lain yang tidak ada

dalam penelitan ini.

Regina Aditya (dalam Fathulloh, M.F, 2015)

menyatakan bahwa gaya kepemimpinan, motivasi dan disiplin

kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan.

H1 : Gaya Kepemimpinan berpengaruh positif signifikan terhadap Etos kerja

2. Kompensasi

Sarmedi (2017) dalam penelitiannya yang berjudul

Pengaruh kompensasi dan kompetensi terhadap etos kerja

serta dampaknya terhadap kinerja karyawan di pt bio farma

(persero) bahwa kompensasi dan kompetensi baik secara

parsial maupun simultan berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap etos kerja, begitu pula etos kerja

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan di PT Bio Farma (Persero).

H2 : Kompensasi berpengaruh positif signifikan terhadap Etos Kerja

3. Motivasi

Hersey, Blanchard, dan Jhonson (dalam Dean G. Pruitt,

Jeffrey Z. Rubin : 2004) menyatakan motivasi seseorang

tergantung pada kekuatan motif mereka. Motif didefinisikan

(48)

dalam diri seseorang yang dipertegas dalam penelitian

Wahjosumidjo (dalam Saydam Dean G. Pruitt, Jeffrey Z. Rubin

: 2004 : 34) yang mendefinisikan sebagai. ”Motivasi sebagai

suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara

sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi dalam

diri sendiri”.

Tawqim,(2015) dalam penelitiannya yang berjudul

Pengaruh Konflik dan Motivasi Kerja terhadap Etos Kerja dan

Implikasinya pada Kinerja Karyawan bahwa Konflik dan

motivasi kerja berpengaruh secara signifikan terhadap etos

kerja dan berimplikasi pada kinerja karyawan di PT. Sinar

Terang Logam Jaya, hal ini menunjukan bahwa pemikiran yang

moderat menganggap konflik merupakan peristiwa yang tidak

dapat dihindari dalam akivitas pencapaian tujuan. Keberadaan

konflik sebagai indikasi tumbuhnya dinamika individu

mendorong termotivasi untuk saling berkompetisi melalui

perubahan perilaku atas dasar kesadaran untuk meraih kinerja

yang lebih tinggi.

(49)

33 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitin kuantitatif, karena

peneliti ingin mengkonfirmasi konsep dan teori yang telah dijelaskan pada

bab sebelumnya dengan fakta dan data yang ditemukan di lapangan.

Penelitian ini tentang Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Kompensasi dan

Motivasi terhadap Etos Kerja Karyawan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Bank BRI Syariah Kantor Cabang

Surakarta, tepatnya di Jl Veteran No 120 Surakarta. Penelitian ini

dilakukan selama bulan Februari 2018.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang

berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik

yang serupa yang yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti

karena itu dipandang sebagai sebuah semesta penelitian

(Ferdinand, 2006). Sedangkan menurut Sugiyono (2002), populasi

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

(50)

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh karyawan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah

Kantor Cabang Surakarta yang berjumlah 40 karyawan pada

bulan Februari 2018.

Melihat jumlah populasi hanya 40 karyawan, maka layak

untuk diambil semua untuk dijadikan sebagai sampel.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut Sugiyono (2002).Sampel dalam

penelitian ini menggunakan sampel jenuh karena sampel yang

digunakan adalah seluruh karyawan di Bank BRI Syariah Kantor

Cabang Surakarta. . Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah

seluruh populasi dalam penelitian yaitu sebanyak 40 responden

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Bawono (2006: 29) teknik pengumpulan data adalah

cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang akan

dianalisis atau diolah untuk menghasilkan suatu kesimpulan. Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengambilan data primer.

Data primer adalah pengambilan data yang diperoleh secara langsung

oleh peneliti dari lapangan (Bawono, 2006), sumber data ini dapat

(51)

1. Kuesioner (Angket)

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada

objek penelitian yang mau memberikan respon sesuai dengan

permintaan pengguna (Bawono, 2006: 29). Angket adalah seperangkat

pertanyaan tertulis yang diberikan kepada subjek penelitian untuk

dijawab sesuai dengan keadaan subjek yang sebenarnya.

2. Studi Kepustakaan

Penelitian yang dilakukan memperoleh data dan informasi yang

diperoleh dari buku-buku, hasil penelitian sebelumnya seperti skripsi,

tesis, jurnal dan bahan bacaan yang lain.

E. Skala Pengukuran

Skala merupakan perbandingan antar kategori dimana

masing-masing kategori diberi bobot nilai yang berbeda

(http://id.wikipedia.Org /wiki/Skala(statistik)). Jadi skala merupakan

prosedur pemberian angka-angka atau simbol lain kepada sejumlah

ciri dari suatu objek.

Pengukuran adalah proses, cara perbuatan mengukur yaitu

suatu proses sistimatik dalam menilai dan membedakan sesuatu obyek

yang diukur atau pemberian angka terhadap objek atau fenomena

menurut aturan tertentu. Pengukuran tersebut diatur menurut

kaidah-kaidah tertentu. Dalam penelitian kali ini, penulis menggunakan skala

(52)

oleh responden terhadap sesuatu yang akan diteliti. Kategori skala

dalam penelitian ini dimulai dari 0 sampai dengan 10 yang dapat

diasumsikan apabila semakin ke kiri ranking yang diberikan maka

sekamakin rendah dan apabila semakin ke kanan ranking yang

diberikan maka akan semaki tinggi. Berikut adalah rentang penilaian

dalam skala interval:

Tabel 3.1 Skala Interval

Sangat tidak setuju Sangat setuju

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

F. Definisi Konsep dan Operasional 1. Variable Dependent

a. Etos kerja

Menurut Panji Anoraga (2001:29), etos kerja adalah

pandangan dan sikap suatu bangsa atau umat terhadap kerja, oleh

karena itu menimbulkan pandangan dan sikap yang menghargai

kerja sebagai suatu yang luhur, sehingga diperlukan dorongan

atau motivasi.

2. Variable Independend

a. Gaya Kepemimpinan

Pengertian tunggal tentang kepemimpinan masih belum

ada kesepakatan di antara para ahli ilmu perilaku. Konsep

(53)

(Pfeffer, 1977, dalam Payamta, 2002). Terdapat banyak teori

kepemimpinan namun menurut Hersey dan Blanchard (1996)

dalam Koesmono (2007) mengatakan bahwa tidak ada gaya

kepemimpinan yang sesuai bagi semua kondisi dalam suatu

organisasi tetapi gaya kepemimpinan akan sangat efektif apabila

dapat mengakomodasi lingkungannya (pengikut, atasan dan

rekan kerja).

Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau

memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam

upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari

kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan

praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli,

pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli

diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan

pengajaran/instruksi.

b. Kompensasi

Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk

uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima

karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada

perusahaan (Malayu kartal S.P. Hasibuan, 2002:54). Kompensasi

berbentuk uang, artinya gaji dibayar dengan sejumlah uang

kepada karyawan yang bersangkutan. Kompensasi berbentuk

(54)

c. Motivasi

Motivasi adalah suatu sugesti atau dorongan yang muncul

karena diberikan oleh seseorang kepada orang lain atau dari diri

sendiri, dorongan tersebut bermaksud agar orang tersebut

menjadi orang yang lebih baik dari yang sebelumnya. Motivasi

juga bisa diartikan sebagai sebuah alasan yang mendasari sebuah

perbuatan yang dilakukan oleh seseorang(Hasibuan,2006).

3. Pengertian Operasional Variabel

Definisi operasional adalah penjabaran masing-masing variabel

terhadap indikator-indikator yang membentuknya. Dalam penelitian ini,

indikator-indikator variabel tersebut antara lain sebagai berikut:

Tabel 3.2

Variable dan Indikator Penalitian

No Variabel Devinisi Indikator

(55)

(Kartini kartono,

(56)
(57)
(58)

kerja

sebagai

suatu yang

luhur,

sehingga

diperlukan

dorongan

atau

motivasi.

G. Uji Instrumen Penelitian 1. Uji Reliabilitas

Menurut Ghozali (2013:47) reliabilitas sebenarnya adalah alat

untuk mengukur suatu koesioner yang merupakan indikator dari

variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal

jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau

stabil dari waktu ke waktu.

2. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid

tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika

pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu

(59)

H. Alat Analisis

Analisis Regresi Berganda

Menurut ghozali (2013:95) analisis regresi pada dasarnya adalah

studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu

atau lebih variabel indenpenden (variabel penjelas/bebas), dengan tujuann

untuk mengestimasi atau memprediksi rata populasi atau nilai

rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel yang diketahui. Hasil

regresi berupa koefisien untuk masing-masing variabel indenpenden.

Koefisien diperoleh dengan cara memprediksi nilai variabel dependen

dengan suatu persamaan.

1. Uji Statistik

a. Koefisien Determinasi(R2)

Menurut Ghozali (2013:98) Koefisien determinasi (R2)

menunjukkan sejauh mana tingkat hubungan antara variabel

dependen (Y) dengan variabel indenpenden (X) atau sejauh mana

kontribusi variabel indenpenden (X) mempengaruhi variabel

dependen (Y).

b. Uji Signifikansi Simultan (uji statistik F)

Uji F dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa

jauh semua variabel X (indenpenden) secara bersama-sama dapat

mempengaruhi variabel Y (dependen). Untuk menguji hipotesis

digunakan statistik F dengan membandingkan nilai F hasil

(60)

dari nilai F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. (Ghozali,

2013:98).

c. Uji Signifikansi Parameter Individual(Uji statistik t)

Uji ini digunakan untuk melihat tingkat signifikansi

variabel indenpenden mempengaruhi variabel dependen secara

individu atau sendiri-sendiri. Pengujian ini dilakukan secara parsial

atau individu, dengan menggunakan uji t statistik untuk

masing-masing variabel bebas dengan kepercayaan tertentu. Cara

melakukan uji t dengan membandingkan nilai t statistik dengann

nilai t table. Apabola nilai t statistik lebih tinggi dibandingkan nilai

t tabel maka hipotesis diterima yang menyatakan bahwa suatu

variabel indenpenden secara individual mempengaruhi variabel

dependen (Ghozali, 2013:99).

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik terdiri dari:

a. Uji Multikolonieritas

Menurut Ghozali (2013:105) uji multikolonieritas bertujuan

untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar

variabel bebas (indenpenden). Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelsi antara variabel bebas. Uji multikolonieritas dapat

dilakukan dengan melihat VIF (Variance Inflation Factors) dan nilai

tolerance.Pengambilan kepupusan dengan melihat nilai

(61)

besar 0,10. Terjadi multikolonieritas, jika nilai tolerance lebih kecil

atau sama dengan 0,10. Melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor).

Tidak terjadi multikolonieritas, jika nilai VIF lebih kecil 10,00. Terjadi

multikolonieritas, jika nilai VIF lebih besar atau sama dengan 10,00.

b. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2013:139) uji heteroskedastisitas bertujuan

untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan

varian dari residual atau pengamatan kepengamatan lain. Jika varian

dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau yang tidak terjadi heteroskedastisitas.

Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heteroskedastisitas adalah dengan uji glejser. Uji glejser mengusulkan

untuk meregresi nilai absolute residual terhadap variabel

indenpenden.Jika variabel indenpenden signifikan secara statistik

mempengaruhi varibel dependen maka ada indikasi terjadi

heteroskedastisitas. Dilihat dari probabilitas signifikansinya di atas

tingkat 5%. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung

adanya heteroskedastisitas.

c. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji

(62)

dapat dilakukan dengan analisis grafik. Salah satu cara termudah untuk

melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram

dan normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif

dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi

normal Ghozali (2013:160). Jika distribusi data residual normal, maka

garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis

diagonalnya. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan

melihat penyebaran dta (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau

dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan

keputusannya:

1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti

arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukan

pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak

mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya tidak

menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi tidak

memenuhi asumsi normalitas.

Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak

hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik

biasanya sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan untuk menguji

normalitas data dengan uji statistik kolmogorov sminov (K-S) yang

(63)

normal dan hipotesis alternative (Ha) untuk data berdistribusi tidak

normal. Dengan uji statistic yaitu dengan menggunakan uji statistic

(64)

48 BAB IV ANALISIS DATA

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Sejarah Bank Rakyat Indonesia Syariah

Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero),

Tbk., terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah

mendapatkan izin dari Bank Inoneisa pada 16 oktober 2008 melalui

o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008

PT. Bank BRISyariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank

BRISyariah merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional

secara konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan

berdasarkan prinsip syariah Islam.

Dua tahun lebih PT. Bank BRISyariah hadir

mempersembahkan sebuah bank ritel modern terkemuka dengan

layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan

termudah untuk kehidupan lebih bermakna. Melayani nasabah dengan

pelayanan prima (service excellence) dan menawarkan beragam

produk yang sesuai harapan nasabah dengan prinsip syariah.

Kehadiran PT. Bank BRISyariah di tengah-tengah industri perbankan

nasional dipertegas oleh makna pendar cahaya yang mengikuti logo

perusahaan. Logo ini menggambarkan keinginan dan tuntutan

masyarakat terhadap sebuah bank modern sekelas PT. Bank BRI

(65)

Kombinasi warna yang digunakan merupakan turunan dari

warna biru dan putih sebagai benang merah dengan brand PT. Bank

Rakyat Indoneis (Persero), Tbk, Aktivitas PT. Bank BRISyariah

semakin kokoh setelah pada 19 Desember 2008 ditandatangani akta

pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero),

Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank BRISyariah (proses spin off-)

yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan

dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. dan Bapak Ventje Rahardjo selaku

Direktur Utama PT. Bank BRI Syariah.

Saat ini PT. Bank BRI Syariah menjadi bank syariah ketiga

terbesar berdasarkan aset. PT. Bank BRI Syariah tumbuh dengan pesat

baik dari sisi aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak

ketiga. Dengan berfokus pada segmen menengah bawah, PT. Bank

BRI Syariah menargetkan menjadi bank ritel modern terkemuka

dengan berbagai ragam produk dan layanan perbankan. Sesuai dengan

visinya, saat ini PT. Bank BRI Syariah merintis sinergi dengan PT.

Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan memanfaatkan

jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., sebagai

Kantor Layanan Syariah dalam mengembangkan bisnis yang berfokus

kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan

(66)

2. Visi dan Misi

1) Visi

”Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan

finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah

untuk kehidupan lebih bermakna”.

2) Misi

a) Memahami keragaman individu dan mengakomodasikan

beragam kebutuhan finansial nasabah.

b) Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan

etika sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

c) Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana

kapan pun dan dimana pun.

d) Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan

kualitas hidup dan menghadirkan ketenteraman pikiran.

B. Analisis Deskriptif Responden 1. Jenis Kelamin

Responden dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan

jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Untuk mengetahui proporsi

(67)

Tabel 4.1

Karakteristik Jenis_Kelamin

Valid Cumulative

Frequency Percent Percent Percent

Valid Laki-laki 22 55.0 55.0 55.0

Perempu

an 18 45.0 45.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Sumber: Data primer diolah 2018

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa total responden

yaitu sebanyak 40 orang, dimana total responden perempuan

berjumlah 18 orang dengan presentase 45% dan responden laki-laki

berjumlah 22 orang dengan presentase 55%, sehingga dapat

disimpulkan bahwa mayoritas responden adalah laki-laki.

2. Usia

Dalam penelitian ini, responden juga dikelompokkan berdasarkan

usia. Untuk mengetahui proporsi usia dengan lebih jelas dapat dilihat

Gambar

Table 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka penelitian
Tabel 3.2 Variable dan Indikator Penalitian
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini berjudul; Pengaruh Pemberian Tunjangan Kinerja terhadap Motivasi Kerja Karyawan Perpustakaan Poltekkes Kemenkes Aceh, Tujuan penelitian ini adalah untuk

positif.Hal ini menunjukkan bahwa dengan peningkatan yang terjadi pada price to book value maka dapat dilihat bahwa perusahaan memiliki kinerja yangbaik untuk mengupayakan peningkatan

Refleksi dilakukan dengan melihat hasil tes siswa setelah dilakukan kegiatan pembelajaran pada siklus I.Refleksi yang dimaksud untuk mengetahui dengan jelas apakah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar

Ada empat hipotesis yang diuji dalam penelitian ini yaitu: (1) terdapat determinasi yang positif dan signifikan gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja

Dapat dilihat pada gambar bahwa setiap sinyal keluaran dari mikrokontroler. dsPIC30f2020 ber-PWM dengan

Dimensi yang kedua adalah reliability probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu

Ketika melakukan pengumpulan data dari berbagai sumber, peneliti menggunakan berbagai macam teknik seperti wawancara, observassi dan dokumentasi (triangulasi