• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI ETOS KERJA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN : STUDI KASUS PADA KOPERASI BINA CAHAYA ARTHA ABADI JAWA TIMUR CABANG PANCENG GRESIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI ETOS KERJA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN : STUDI KASUS PADA KOPERASI BINA CAHAYA ARTHA ABADI JAWA TIMUR CABANG PANCENG GRESIK."

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI ETOS KERJA ISLAM DALAM

MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN

(Studi Kasus Pada Koperasi Bina Cahaya Artha Abadi

Jawa Timur Cabang Panceng Gresik)

SKRIPSI

Oleh:

MAFTUH AHNAN NIM: C34209021

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan hasil penelitian lapangan yang berjudul “Implementasi Etos Kerja Islam dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan (Studi Kasus pada Koperasi Bina Cahaya Artha Abadi Jawa Timur Cabang Panceng Gresik)”. Penelitian ini ditujukan untuk menjawab rumusan masalah, yaitu: Bagaimana implementasi etos kerja Islam di Koperasi Bina Cahaya Artha abadi Jawa Timur Cabang Panceng Gresik? Dan bagaimana kontribusi etos kerja Islam dalam meningkatkan kinerja karyawan di Koperasi Bina Cahaya Artha abadi Jawa Timur Cabang Panceng Gresik?

Dalam menjawab rumusan masalah diatas, dilakukan pengumpulan data melalui wawancara secara langsung dengan manager serta ketua bagian operasional Koperasi Bina Cahaya Artha Abadi Jawa Timur Cabang Panceng Gresik mengenai implementasi etos kerja Islam dan kontribusinya dalam meningkatkan kinerja karyawan yang selanjutnya dianalisis dengan metode analisis deskriptif.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa mekanisme etos kerja Islam di Koperasi Bina Cahaya Artha Abadi Jawa Timur di mulai dari tahap rekrutmen pegawai dan pengimplementasiannya dilakukan denga cara pendekatan struktural dan pendekatan kultural serta instrument reward dan punishment. Dampak implementasi etos kerja Islam terhadap peningkatan kinerja karyawan dapat dilihat pada perbaikan dalam waktu serta kedisiplinan karyawan, perbaikan pada sikap terhadap rekan kerjanya dengan satu aktifitas kinerja, keramahan terhadap semua orang baik sesama pegawai maupun nasabah, timbulnya dorongan pada diri karyawan untuk terus meningkatkan hasil kerjanya.

Sejalan dengan kesimpulan diatas agar implementasi etos kerja Islam berjalan dengan baik maka hendaknya pihak Koperasi Bina Cahaya Artha Abadi Jawa Timur Cabang Panceng Gresik lebih mempublikasikan terkait etos kerja Islam melalui gambar-gambar bernuansa Islami dan diklat-diklat atau pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan agar hal ini tertanam kuat pada setiap individu karyawan sebagai motivasi dalam bekerja.

(6)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Kajian Pustaka ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 14

F. Kegunaan Penelitian ... 14

G. Definisi Operasional ... 15

(7)

I. Sistematika Pembahasan ... 17

BAB II : ETOS KERJA ISLAM DAN KINERJA A. Tinjauan Tentang Etos Kerja Islam ... 26

1. Pengertian Etos Kerja Islam ... 26

2. Konsep Etos Kerja Islam ... 33

3. Tujuan dan Fungsi Etos Kerja Islam ... 39

4. Ciri-ciri Etos Kerja Islam ... 42

B. Tinjauan tentang Kinerja ... 43

1. Pengertian kinerja ... 43

2. Faktor-faktor Kinerja ... 45

3. Manfaat Penilaian Kinerja ... 46

4. Tujuan Penilaian Kinerja ... 47

5. Sistem Penilaian Kinerja ... 48

BAB III : IMPLEMENTASI ETOS KERJA ISLAM Di KOP BCAA JAWA TIMUR CABANG PANCENG GRESIK A. Gambaran Umum Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik 1. Profil Kop BCA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik 49

2. Tujuan, Visi dan Misi Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik ... 54

3. Struktur Organisasi dan Job Description Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik ... 56

(8)

B. Implementasi Etos Kerja Islam Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik

1. Proses Terbentuknya Eos Kerja Islam di Kop BCAA

Jawa Timur Cabang Panceng Gresik ... 59

2. Implementasi Etos Kerja Islam di Lingkungan Kerja ... 64

BAB IV : ANALISIS ETOS KERJA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN A. Analisis Implementasi Etos Kerja Islam Di Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik ... 67

B. Kontribusi Implementasi Etos Kerja Islam dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan di Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik ... 72

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Disadari atau tidak, aktivitas kerja dan bisnis yang selama ini telah

berkembang dan mengakar, seakan-akan berlaku paradigma “laba dan laba”.

Atau, untuk jelasnya “dari laba, karena laba, untuk laba”; dari harta, demi

harta, untuk harta”; “dari modal, karena modal, untuk modal,” demikian

seterusnya. Tentu saja paradigma semacam ini tidak lepas dari filosofi yang

mendasarinya, yakni filsafat kapitalisme.1 Filsafat yang berorientasi

materialistik ini memotivasi pengikutnya agar memacu diri memburu harta

yang sebanyak-banyaknya sampai kapan pun dan dimanapun saja.

Paradigma ini jelas mengajarkan kepada manusia bahwa dalam

melakukan pekerjaan harus berangkat dari motif (niat) mencari harta

kekayaan, dengan modus cara mereka sendiri demi mencapai tujuan akhir

yang dicita-citakan yakni menumpuk harta yang sebanyak-banyaknya. Bagi

mereka harta adalah tuhannya, atas dasar pemikirannya bahwa harta

miliknya itulah yang bisa menghidupi dan sekaligus mensejahterakan serta

menyelamatkan mereka. Oleh sebab itu harta kekayaan adalah

segala-galanya, sehingga dengan demikian harus direbut dengan segala macam cara.

Tentu saja, secara logika dan kasat mata paradigma yang seperti itu

teralienasi dari nilai-nilai rububiyah, nilai-nilai uluhiyah atau nilai-nilai

1

(10)

2

teologi yang menjadi sumber pokok kekuatan spiritual manusia dalam

menjalankan pekerjaan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagai

implikasinya dari paradigma itu, baik bagi para pelakunya maupun

masyarakat luas, aktivitas kerja dan bisnis lebih banyak dikendalikan oleh

keputusan rasio dan hawa nafsu yang tendensius pada kepentingan individu,

tidak banyak memihak pada kepentingan bersama, karena kepentingan diri

sendiri harus dinomorsatukan. Lebih jauh sebagai konsekuensi paradigma

itu, nilai etika lebih sering di abaikan karena terjauh dari nilai-nilai

ketuhanan, fungsi kontrol dalam seluruh aktivitas kerja hanyalah sebatas

kontrol yang dilakukan oleh sesama manusia yang tidak jarang penuh bias

dan sarat akan kepentingan sehingga mengorbankan nilai-nilai kebajikan.

Kontrol tuhan nampaknya dikesampingkan oleh mereka dengan prinsip

bahwa bisnis adalah bisnis. Bisnis merupakan wilayah entitas yang berbeda

dengan entitas ketuhanan (religiusitas) sehingga tidak perlu di campur

adukkan antara keduanya. Biarlah bisnis berputar menurut rotasinya sendiri,

tidak perlu menyentuh rotasi ketuhanan yang transenden.2 Hal ini sangat

bertentangan dengan firman Allah dalam surat Al-An’am ayat 162 sebagai

berikut:

ْ ُﻗ

ﱠنِإ

ﻲِﺗﻼَﺻ

ﻲِﻜُﺴَُو

َيﺎَﻴْﺤََو

ﻲِﺗﺎَََو

ِﻪﱠِ

ﱢبَر

َ ﻴَِﺎَﻌْا

2

Ibid., 4.

(11)

3

“Katakanlah (Muhammad): Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku

hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”.3

Sebagai akibat lebih jauh dari pola pikir yang materialistik seperti itu

nilai keadilan, keterbukaan, kebersamaan, kejujuran, empati, dan lain

sebagainya hanyalah slogan semata. Oleh sebab itu untuk dapat

menyelamatkan serta merealisasikan fungsi kehambaan terhadap Allah dan

menempuh jalan menuju ridha-Nya, sudah saatnya dalam menjalankan

aktivitas kerja kita berpijak pada etos kerja sebagaimana yang telah

diajarkan di dalam Islam melalui kitab sucinya, yakni al-Qur’an dan hadits

Rasulullah saw.

Islam menganjurkan umatnya untuk mengisi setiap ruang dan

waktunya hanya dengan aktivitas yang berguna. Bekerja adalah segala

aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk kebutuhan tertentu (jasmani

maupun rohani), dan di dalam mencapai tujuannya tersebut dilakukan

dengan kesungguhan guna mewujudkan prestasi yang optimal.

Kerja keras merupakan syarat mutlak untuk dapat mencapai

kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebab dengan etos kerja yang tinggi akan

menghasilkan kinerja yang tinggi pula. Etos kerja yang tinggi dapat diraih

dengan jalan menjadikan motivasi ibadah sebagai pendorong utama

disamping motivasi penghargaan dan hukuman serta perolehan material.

Seorang muslim selayaknya tidak akan bekerja sekedar untuk bekerja,

asal mendapat gaji, dapat surat pengangkatan atau sekedar menjaga gengsi

3

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Al-Hidayah, 2002), 201.

(12)

4

supaya tidak disebut sebagai seorang penganggur. Hal itu disebabkan karena

kesadaran bekerja secara produktif serta etos kerja yang tinggi merupakan

karakter kepribadian seorang muslim. Ajaran sunnah yang mengatakan:

نﺴأ ِ ْ ِﷲﺒ ِﺪْﺴ ْ ﺴ ﺳِﺎﺴ ْ ﺴ ِْﺴﺴ ﺴأِﺮُ ﺎﺴِْ ﺳ ﺴﺴأ ِْ ﺳ ِ ﺎﺴ ْ ﺴ ﺳﺪِْﺴ ُْ ُﺔﺴْﺴـُـ ﺎﺴﺴـﺛﺪﺴﺣ

“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dari Malik bin Anas -sebagaimana yang telah dibacakan kepadanya- dari Nafi' dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda di atas mimbar, beliau menyebut tentang sedekah dan menahan diri dari meminta-minta. Sabda beliau: "Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang dibawah. Tangan di atas adalah tangan pemberi sementara tangan yang di bawah adalah tangan peminta-minta."4

Hadis diatas seakan-akan menghantui dirinya, menggedor dan

menggapai-gapai untuk tampil sebagai subyek yang terbaik. Dia akan merasa

nista apabila dalam hidupnya tak mampu memberikan makna pada

lingkungannya, bahkan dia merasa tak berharga apabila harus hidup sebagai

benalu yang hidupnya statis apalagi peminta-minta.5 Etos kerja sangat

dominan bagi keberhasilan kerja seseorang secara maksimal, dalam artian

kesadaran atau nilai-nilai budaya yang dianut oleh manusia sangat

menentukan. Jadi dalam pembangunan ekonomi etos kerjalah yang sangat

menjiwai dan menentukan langkah-langkah perilaku manusia. Etos kerja

adalah sifat, watak dan kualitas kehidupan manusia, moral dan gaya estetik

4

Muslim, Sahih Muslim, tercantum dalam Muslim Syarh Imam al-Nawawi, juz XVI, Bab Zakat No Indeks 033, 95.

5

(13)

5

serta suasana batin mereka.6 Etos kerja merupakan sikap mendasar terhadap

diri dan dunia mereka yang direfleksikan dalam kehidupan nyata, sehingga

etos kerja dapat diartikan sebagai sikap hidup manusia yang mendasar pada

kerja. Dengan berpedoman pada etos kerja itulah seseorang dapat bekerja

dengan baik. Akan tetapi jika etos kerja karyawan mengalami penurunan

maka hasil pekerjaan (kinerja) yang jadi tanggung jawabnya pun tidak akan

maksimal sehingga sangat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan

perusahaan tempat dimana ia bekerja tak terkecuali koperasi.

Koperasi merupakan suatu bentuk badan usaha yang beranggotakan

orang-orang atau badan hukum koperasi yang melandaskan kegiatannya pada

prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar

atas asas kekeluargaan.7 Hingga saat ini koperasi telah berkembang cukup

pesat di beberapa Negara. Menurut data statistik dari International Alliance

yang merupakan induk dari gerakan koperasi dunia, gerakan koperasi

mewakili tidak kurang dari delapan ratus jiwa penduduk dari berbagai

belahan penjuru dunia, bahkan persyarikatan bangsa-bangsa mengungkapkan

pada tahun 1994 terdapat tiga miliar orang (setengah dari jumlah penduduk

saat itu) yang menggantungkan hidupnya pada usaha koperasi.8

Kop BCAA Jawa Timur merupakan suatu lembaga keuangan syari’ah yang bertujuan untuk membangun serta mengembangkan potensi perekonomian syari’ah yang ada di wilayah pantura Jawa Timur. Untuk itu

6

Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), 15.

7

M. Fuad, Pengantar Bisnis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), 2.

8

(14)

6

Kop BCAA Jawa Timur hadir di tengah masyarakat untuk mendekat dan memberi nilai lebih bagi para pedagang mikro yang ada dipasar maupun diluar pasar supaya lebih maju dan mandiri.9 Maka sebagai umat muslim marilah kita bersama-sama dalam membangun perekonomian syari’ah sekaligus berhijrah untuk mengelola kekayaan kita agar terjaga dari hal-hal yang membuat madharat bagi diri kita, apalagi Majlis Ulama Indonesia (MUI) memfatwakan bahwa bunga bank haram yang juga diperkuat dalam al-Qur’an. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 279:

ُِْﻈﺴ ﻻ ْ ُ ِﺒﺴﻮْﺴأ ُسوُءُر ْ ُ ﺴﺴـ ُُْْـ ْنِإﺴو ِِﻮُ ﺴرﺴو ِ ﺒ ﺴ ِ ﺳبْﺮﺴِﲝ ﺒﻮُﺴذْﺄﺴ ﺒﻮُﺴْﺴـ ْﺴﱂ ْنِﺈﺴ

ﺴنﻮُﺴْﻈُ ﻻﺴو ﺴنﻮ

“Jika kamu tidak melaksanakannya, maka umumkanlah perang dari Allah dan RasulNya. Tetapi jika kamu bertobat, maka kamu berhak atas pokok hartamu.

Kamu tidak berbuat zalim (merugikan) dan tidak dizalimi (dirugikan)”.10

Disamping itu belum adanya komitmen dari lembaga perbankan usaha yang lebih adil untuk lebih mensejahterakan masyarakat. Bunga bank menjadi dasar operasional perbankan (konvensional) juga masih menjadi perdebatan dikalangan umat Islam. Menyadari akan hal tersebut, timbul kesadaran untuk mencoba memikirkan bentuk alternatif sebagai wujud peran serta dalam pembangunan masyarakat, akhirnya disepakati untuk merintis berdirinya Kop BCAA Jawa Timur.11 Kop BCAA Jawa Timur yang mempunyai kantor di desa Campurejo 13/04 Panceng Gresik didirikan pada tanggal 21 Juni 2014 akan tetapi namanya dicetuskan pertama kali bulan november 2013 dan baru memperoleh badan hukum koperasi pada tanggal 09

9

Luthfi Fitriyani, Profil Koperasi Bina Cahaya Artha Abadi Jawa Timur, 08 Agustus, 2014, 2

10

Ibid., 59.

11

Ibid., 40.

(15)

7

Januari 2014. Akta pendirian Kop BCAA Jawa Timur tersebut dibuat di Surabaya dan disahkan oleh kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Jawa Timur dengan surat keputusan menteri negara urusan koperasi dan usaha kecil dan menengah Republik Indonesia Nomor: P2T/20/90.01/01/XII/2014 tentang pengesahan akta pendirian koperasi.

Data yang diperoleh peneliti dari Kop BCAA Jawa Timur tentang jumlah nasabah pada tahun 2015 adalah sebagai berikut12:

Gambar 1.1

Pertumbuhan Nasabah Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik Tahun 2015 (Januari s/d Juli)

Bulan

Nasabah

Januari Febru

ari

Maret April Mei Juni Juli

Tabungan 4.005 4.070 4.248 4.318 4.376 4.461 4.578

Deposito 174 177 189 189 188 193 196

Jumlah 4.179 4.247 4.437 4.507 4.564 4.564 4.774

Nasabah baru

68 90 70 56 90 20

Data diatas menunjukkan adanya peningkatan dan penurunan nasabah

baru di Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik. Kenaikan jumlah

nasabah terjadi pada bulan Maret mendapatkan 22 nasabah baru, Juni

mendapatkan 34 nasabah baru dan Juli mendapatkan 30 nasabah

12

Luthfi Fitriyani, Dokumen Koperasi Bina Cahaya Artha Abadi Jawa Timur, 08Agustus, 2015, 92.

(16)

8

baru.penurunan pertumbuhan jumlah nasabah yang dapat dilihat pada bulan

April sebanyak 20 nasabah dan pada bulan Mei sebanyak 14 nasabah.

Dalam lingkungan pasar yang bersaing, koperasi adalah salah satu

organisasi yang ikut serta bersaing memperebutkan pelanggan, baik

pelanggan internal (anggota) maupun pelanggan eksternal (non anggota).

Keberlangsungan koperasi hanya akan terus dirasakan jika koperasi memiliki

keunggulan bersaing dan para anggotanya mampu mempertahankan

keunggulan bersaing itu dengan berpartisipasi aktif pada koperasinya.

Dalam kerja modern pembicaraan etos kerja telah menjadi pembicaraan

yang begitu penting. Mengingat saat ini telah berkembang semakin

kompleks bukan hanya seputar manajemen dan tekhnologi produksi serta

perluasan pasar, tetapi juga kharisma, moral serta kekuatan spiritual yang

mendasari kerja. Itulah mengapa implementasi etos kerja Islam di Kop

BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik dipandang penting sekaligus

menjadi tantangan yang sangat serius, karena keberhasilan untuk mencapai

tujuan dan kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada kualitas kinerja

sumber daya manusia yang ada di dalamnya.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini

mengambil judul “Implementasi Etos Kerja Islam dalam Meningkatkan

Kinerja Karyawan (Studi Kasus Pada Kop BCAA Jawa Timur Cabang

Panceng Gresik)”.

(17)

9

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah d iatas, maka peneliti melakukan beberapa identifikasi masalah yaitu:

a. Orientasi kerja karyawan yang bersifat materialistik

b. Hilangnya nilai keadilan, kebersamaan dan kejujuran akibat pemisahan entitas bisnis dan entitas ketuhanan

c. Etos kerja yang tidak memadai menyebabkan terjadinya penurunan prestasi, motivasi dan semangat kerja karyawan

d. Perlunya implementasi etos kerja Islam dalam meningkatkan kinerja karyawan pada Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik

e. Adanya kontribusi etos kerja Islam terhadap peningkatkan kinerja karyawan di Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik

2. Batasan Masalah

Terkait dengan luasnya lingkup permasalahan serta keterbatasan waktu dalam penelitian yang dilakukan berkaitan dengan etos kerja Islam, maka penelitian ini dibatasi pada:

a. Implementasi etos kerja Islam dalam meningkatkan kinerja karyawan pada Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik

b. Kontribusi etos kerja Islam terhadap peningkatan kinerja karyawan di Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik

(18)

10

Berdasarkan pembatasan masalah yang dilakukan, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana implementasi etos kerja Islam dalam meningkatkan kinerja karyawan di Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik?

2. Bagaimana kontribusi etos kerja Islam dalam meningkatkan kinerja karyawan di Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian yang sudah pernah dilakukan seputar masalah yang diteliti sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang sedang akan dilakukan ini bukan merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian/penelitian yang telah ada.13

Penelitian yang peneliti lakukan ini berjudul “Implementasi Etos Kerja Islam Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan (Studi Kasus pada Kop BCAA Jawa Timur)”. Penelitian ini tentu tidak lepas dari berbagai penelitian terdahulu yang dijadikan pandangan serta refrensi.

Berikut beberapa penelitian terdahulu serta penjelasannya sebagai bahan perbandingan ataupun acuan penelitian dalam membuat penelitian yang akan dilakukan:

Pertama, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Munawwaroh Ovi 2015 berjudul “Implementasi Budaya Religius dalam Membentuk Akhlak Siswa:

13

Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Penulisan Skripsi, (Surabaya: 2012), 9.

(19)

11

Studi kasus Siswa Kelas VIII Di MTsN Tlasih Tulangan Sidoarjo” Menyimpulkan bahwa berdasarkan penelitian yang dilaksanakan, maka penulis memberikan kesimpulan: a) kesucian jiwa siswa, terimplementasi dalam wujud budaya religius shalat dhuha dan shalat hajat, sholat dhuhur berjamaah, doa dan dzikir, istighosah, yasin dan tahlil, doa sebelum dan sesudah pembelajaran, serta shalat jum’at. b) perilaku sosial siswa sebagai muslim, terimplementasi dalam wujud budaya religius 3S (Senyum, Sapa, Salam), dan infaq. c) pemikiran religius, siswa, terimplementasi dalam wujud budaya religius mengaji kitab, kegiatan keputrian, dan BTQ (Baca Tulis Qur’an). d)konsep diri siswa sebagai muslim, terimplikasi dalam wujud budaya religius PHBI (Perayaan Hari Besar Islam) sperti Muharram, pondok ramadhan dan isra’ mi’raj.14 Adapun persamaan penelitian terdahula dengan penelitian yang dilakukan penulis saat ini adalah sama-sama menggunakan instrumen ajaran Islam (budaya religius dan etos kerja Islam) dalam membentuk kepribadian dan prilaku objek penelitian, sedangkan perbedaannya terdapat pada objek dan tempat yang diteliti yakni siswa MTsN Tlasih Tulangan Sidoarjo dan karyawan Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik.

Kedua, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Rahman El Janusi pada tahun 2005 dengan judul “Pengaruh Religiusitas dan Etika Kerja Islam

14

Ovi Munawwaroh, Skripsi, “Implementasi Budaya Religius Dalam Membentuk Akhlak Siswa: Studi kasus Siswa Kelas VIII Di MTsN Tlasih Tulangan Sidoarjo”, (“Skripsi”—UIN Sunan Ampel Surabaya, Jurusan Pendidikan Agama Islam, 2015).

(20)

12

Terhadap Kinerja Lembaga Keuangan Syariah”.15 Menyimpulkan bahwa religiusitas dan etika kerja Islam berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja yang dihasilkan dalam lembaga keuangan syariah. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang sedang dilakukan oleh penulis saat ini adalah sama-sama mengangkat masalah etos kerja Islam dan pengaruhnya terhadap kinerja, sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan peneliti yang sedang dilakukan penulis saat ini adalah sebagai berikut: a) penelitian terdahulu menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dan memakai dua instrumen dalam penelitiannya, yakni religiusitas dan etos kerja Islam sedangkan penulis saat ini memakai pendekatan penelitian kualitatif deskriptif dan hanya menggunakan instruman etos kerja Islam dalam penelitiaannya. b) penelitian terdahulu dilakukan di Lembaga Keuangan Syariah sedangkan penelitian yang sedang dikerjakan penulis dilakukan di Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik.

Ketiga, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Nur Laely Farihah dengan judul “Etos Kerja dan Jiwa Enterpreunership Pedagang Madura di Pasar DTC Wonokromo Surabaya”. Menyimpulkan bahwa etos kerja dan jiwa enterpreunership yang ada pada pedagang Madura di pasar DTC Wonokromo adalah: a) etos kerja yang tinggi yang dimiliki oleh pedagang Madura, dimana ia harus banting tulang untuk bekerja, dan kadang mereka rela

15

Rahman El Janusi, Skripsi, “Pengaruh Religiusitas dan Etika Kerja Islam Terhadap Kinerja Lembaga keuangan Syariah”, (“Skripsi”—IAIN Wali Songo Semarang, Jurusan Ekonomi Syariah, 2005)

(21)

13

meninggalkan keluarganya dirumah untuk mencari uang, da nada juga yang sampai meninggalkan sekolahnya, b) pantang menyerah, sikap pantang menyerah ini yang menjadikan pedagang Madura sukses-sukses. Yang harus susah payah mengelola dagangannya agar lebih maju dan berkembang. Sehingga mendapat keuntungan yang banyak.16 Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang sedang dilakukan penulis saat ini adalah sama-sama membahas mengenai etos kerja. Dimana etos kerja yang ada pada diri seseorang akan sangat berpengaruh terhadap motivasi, kepribadian, watak serta semangat kerja yang nantinya akan meningkatkan kinerja seseorang yang bersangkutan. Sedangkan perbedaannya, peneliti terdahulu memakai etos kerja dan jiwa enterpreunership yang bersifat kedaerahan (Madura), sedangkan penelitian yang dilakukan penulis saat ini memakai etos kerja yang bersumber atau bersifat keagamaan (Islam).

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu diatas, meskipun terdapat beberapa persamaan namun belum ada penelitian secara khusus yang membahas mengenai implementasi etos kerja Islam dalam meningkatkan kinerja karyawan di Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

16

Nur Laely Farihah, Skripsi, “Etos Kerja dan Jiwa Enterpreunership Pedagang Madura Di Pasar DTC Wonokromo Surabaya”, (“Skripsi”--, UIN Sunan Ampel Surabaya, Program Studi Sosiologi, 2014).

(22)

14

1. Untuk mengetahui implementasi etos karja Islam dalam meningkatkan kinerja karyawan di Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik. 2. Untuk mengetahui kontribusi etos kerja Islam dalam peningkatan kinerja

karyawan di Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik.

F. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ganda, yakni

manfaat akademis maupun praktis:

1. Secara akademis

a. Penelitian ini bermanfaat untuk menyempurnakan penelitian

terdahulu yang membahas tentang implementasi etos kerja Islam,

khususnya dalam meningkatkan kinerja karyawan.

b. Penelitian ini bermanfaat sebagai tambahan kajian literatur tentang

Implementasi etos kerja Islam dalam meningkatkan kinerja karyawan.

2. Secara praktis

a. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan penulis

tentang implementasi etos kerja Islam sekaligus sebagai pemenuhan

tugas akhir guna mencapai gelar sarjana ekonomi Islam Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel

Surabaya

b. Penelitian ini berguna sebagai sumbangsih pemikiran tentang

implementasi etos kerja Islam dalam meningkatkan kinerja karyawan

(23)

15

G. Definisi Operasional 1. Implementasi

Implementasi dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan.17

2. Etos kerja Islam

Sifat jujur, disiplin, dan kualitas yang moral bersih serta suasana batin

manusia yang mendasar dalam hal kerja dan direfleksikan dalam dunia nyata.

3. Kinerja karyawan

Hasil dan keluaran yang dilakukan oleh seorang pegawai sesuai dengan perannya dalam organisasi dalam suatu periode tertentu.

4. Kop BCAA Jawa Timur

Suatu lembaga keuangan syariah yang bertujuan untuk membangun

serta mengembangkan potensi perekonomian syariah yang ada di

wilayah pantura Jawa Timur.

H. Metode Penelitian

17

Kamus Besar Bahasa Indonesia “Implementasi” dalam http://kamusbahasaindonesia.org/ implementasi/mirip, diakses pada 12 agustus 2015.

(24)

16

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan dan penyusunan tugas akhir ini dalam mendapatkan informasi dan data-data adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yakni metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen), dimana peneliti sebagai instrumen kunci, tehnik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna.18 Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada kesimpulan. Peneliti membiarkan permasalahan-permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpetrasi. Data dihimpun dengan pengamatan yang mendetai disertai dengan catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan catatan.

Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar. Ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia, penelitian ini mengkaji bentuk, aktifitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya

18

(25)

17

dengan fenomena lain.19 Jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Prosedur penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, atau prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata yang menggambarkan objek penelitian dalam kondisi sebagaimana adanya atau dalam keadaan sewajarnya.20

Maka dalam hal ini tujuan penelitian adalah mengenai “Implementasi Etos Kerja Islam dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan (Studi Kasus pada Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik) ”.

2. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah di Kop BCAA Jawa Timur Kantor Cabang Panceng Gresik yang beralamatkan di Desa Campurejo 13/04 Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik.

Peneliti mengambil Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik sebagai tempat penelitian selain dikarenakan tempatnya yang strategis, Kop BCAA Jawa Timur merupakan koperasi yang menerapkan syariat Islam dalam menjalankan roda usahanya, salah satunya adalah dalam hal etika kerja karyawan.

19

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya. Cet III, 2007), 72.

20

Hasan Nawawi, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, Cet II,1 995), 6.

(26)

18

3. Data dan Sumber Data a. Data

Data dapat diartikan sebagai kenyataan yang ada yang berfungsi sebagai bahan sumber untuk menyusun suatu pendapat, keterangan yang benar, dan keterangan atau bahan yang dipakai untuk penalaran dan penyelidikan.21

b. Sumber Data

Menurut Lofland dalam sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain.22 Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder:

1) Sumber Data Primer

Sumber data primer yakni subjek penelitian yang dijadikan sumber informasi penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau pengambilan data secara langsung atau yang dikenal dengan istilah interview/wawancara.23 Sumber data primer yang dirasa memiliki pengetahuan dan informasi terkait dengan masalah penelitian, dalam hal ini adalah manajer atau staf Kop BCAA Jawa Timur Kantor Cabang Panceng Gresik.

21

Muslihin al Hafizh, Pengertian Data dan Fakta dalam Penelitian. dalam http://referensi_makalah.com/2012/08/ pengertian-data-dan-fakta-dalam.html, diakses pada 19 september 2015.

22

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja Rosadakarya, 2009), 157.

23

(27)

19

Penelitian kualitatif melihat penentuan sampel sebagai suatu proses yang dinamis, bertahap, sebagai tim, tidak ditetapkan sebelumnya secara pasti. Sampel penelitian kualitatif dapat berkisar dari satu sampai empat puluh orang bahkan lebih. Penentuan besarnya sampel didasarkan pada tujuan penelitian, fokus penelitian, cara pengumpulan data, kelayakan informan, kebeharuan informasi, kelengkapan informasi.24

2) Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti dari sumber data yang sudah ada. Pada sumber data sekunder, data yang diambil tidak dari sumber langsung asli. Dan juga merupakan data pendukung yang berasal dari seminar, buku-buku maupun literature lain meliputi:

a) Dokumen, yaitu suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam suatu masalah atau persoalan. Sedangakan dokumentasi adalah kegiatan atau proses pekerjaan mencatat atau merekam suatu peristiwa dan objek atau aktifitas yang dianggap berharga dan penting. Dalam hal ini dokumen dikumpulkan dari data yang diperoleh melalui pihak Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik.25

24

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet III, 2007), 101.

25

Ibid.,11.

(28)

20

b) Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data dengaan cara memperoleh dari kepustakaan dimana penulis mendapatkan teori-teori dan pendapat ahli serta beberapa buku refrensi yang ada hubungannya dengan penelitian ini.26

4. Teknik Pengumpulan Data.

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi

Adalah pengumpulan data yang dilakukan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.27 Pengamatan langsung terhadap obyek studi yaitu Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik untuk mendapatkan informasi dan data yang dibutuhkan sebagai dasar analisis serta menkonfirmasikan obyektifitas dan keakuratan mengenai hal yang diperoleh dalam penelitian maupun studi pustaka.

b. Wawancara (Interview)

Adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.28

26

Ibid.,12.

27

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja Rosadakarya, 2009), 70.

28

(29)

21

Dalam hal ini peneliti dengan melakukan komunikasi secara langsung pada pihak yang terkait yaitu manager, ketua bagian operasional dan karyawan Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan untuk mendapatkan data dan informasi secara jelas dan lengkap. c. Dokumentasi

Adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, agenda dan lain sebagainya.29

Untuk mendapatkan data-data yang terkait dengan penelitian, maka peneliti menggunakan arsip-arsip yang ada di Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik untuk dipergunakan dalam penelitian.

5. Teknik Pengolahan Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik pengolahan data sebagai berikut:

a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan data yang ada dan relevansi dengan penelitian.30 Dalam hal ini peneliti akan mengambil data yang akan dianalisis dengan rumusan masalah saja.

b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dari

29

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 231.

30

(30)

22

pemnelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis.31 Peneliti melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk dianalisis dan menyusun data tersebut dengan sistematis untuk memudahkan peneliti dalam menganalisis data.

c. Penemuan hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran fakta yang ditemukan. Yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari rumusan masalah.

6. Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dirumuskan seperti yang dibutuhkan oleh data.32

Dari data-data yang terkumpul, peneliti berusaha menganalisis data tersebut. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan tehnik analisis deskriptif, yaitu data-data yang diperoleh kemudian dituangkan dalam bentuk kata-kata, kemudian dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan kenyataan yang realistis. Proses analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:33

31

Ibid., 245.

32

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif…, 248.

33

Ibid., 247.

(31)

23

a. Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan, dokumentasi dan sebagainya.

b. Reduksi data, yaitu dilakukan dengan jalan melakukan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalamnya.

c. Menyusun data hasil reduksi, data tersebut disusun menjadi satuan-satuan yang kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutnya.

d. Melakukan penafsiran data dalam mengelola hasil sementara menjadi teori substantif.

Dalam penelitian ini digunakan metode induktif untuk menarik suatu kesimpulan terhadap hal-hal atau peristiwa-peristiwa dari data yang telah dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, baru kemudian digeneralisasikan (ditarik kearah kesimpulan umum). Pada metode induktif data dikaji melalui proses yang berlangsung dari fakta.34

Aplikasi dalam penelitian ini adalah mengungkapkan proses pelaksanaan etos kerja Islam yang diterapkan oleh Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik, serta menganalisa kontribusi dari implementasi etos kerja islam terhadap karyawan di Kop BCAA Jawa Timur Cabang Gresik yang telah dikumpulkan peneliti melalui observasi, wawancara, dan

34

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), 56-57.

(32)

24

dokumentasi, kemudian ditarik kesimpulan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti “Implementasi Etos Kerja Islam dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan (Studi Kasus pada Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik)”.

I. Sistematika Pembahasan

Sistem pembahasan ini bertujuan agar penyusunan skripsi terarah sesuai dengan bidang kajian dan untuk mempermudah pembahasan, dalam skripsi ini dibagi menjadi lima bab, dari lima bab terdiri dari beberapa sub-sub, di mana antara satu dengan yang lainnya saling berhubungan sebagai pembahasan yang utuh. Adapun sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, dalam bab ini meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II KERANGKA TEORITIS, bab ini menguraikan tentang landasan teori yang merupakan hasil telaah dari beberapa literatur yang digunakan sebagai pisau analisis terhadap data, tujuan dan proses untuk membuka wawasan dan cara berpikir dalam memahami dan menganalisis fenomena yang ada.

(33)

25

meningkatkan kinerja karyawan di Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik serta menjelaskan kontribusi dari implementasi etos kerja Islam dalam menungkatkan kinerja karyawan di Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik.

BAB IV ANALISIS DATA, merupakan uraian tentang analisis terhadap implementasi etos kerja Islam dalam meningkatkan kinerja karyawan di Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik.

(34)

BAB II

ETOS KERJA ISLAM DAN KINERJA

A.Tinjauan Tentang Etos Kerja Islam 1. Pengertian Etos Kerja Islam

Manusia dan hewan merupakan mahluk yang sama-sama memerlukan makan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi tentu lain dalam cara memperolehnya. Hewan bekerja semata berdasarkan insting hewaniah, tidak ada etos, kode etik dan pertimbangan akal pikiran. Tetapi manusia diharuskan memilikinya karena manusia adalah mahluk yang dibekali cipta, rasa dan karsa oleh sang pencipta. Untuk meringankan beban tenaga kerja yang terbatas maupun meraih prestasi yang sehebat mungkin.

Apabila manusia bekerja tanpa etos, tanpa moral dan ahlak maka derajat manusia tak ada bedanya dengan hewan, bahkan dapat dikatakan lebih rendah dari hewan. Begitu juga bilamana manusia bekerja tanpa mendayagunakan akal fikirannya, dapat dipastikan hasil kerjanya tidak akan memperoleh kemajuan apa-apa.1

Etos berasal dari bahasa Yunani (ethos) yaitu sifat khusus dari perasaan moral dan kaidah-kaidah etis sekelompok orang.2 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa etos adalah

1

Hamzah Ya’qub, Etos Kerja Islami , petunjuk pekerjaan yang halal dan haram dalam Syari’at Islam, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1992),1.

2

Henk Ten Napel, Kamus Teologi Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1994), 129.

(35)

27

pandangan hidup yang khas dari suatu golongan masyarakat.3 Maka secara lengkapnya ”etos’’ ialah karakteristik dan sikap, kebiasaan, serta kepercayaan dan seterusnya yang bersifat khusus tentang seseorang individu atau sekelompok manusia. Dari perkataan ”etos” terambil pula perkataan ”etika” dan ”etis” yang merujuk kepada makna akhlak atau bersifat akhlaqi yaitu kualitas esensial seseorang atau suatu kelompok termasuk suatu bangsa.4

Jadi etika adalah seperangkat nilai tentang baik, benar, buruk, dan salah yang berdasarkan prinsip-prinsip moralitas, khususnya dalam perilaku dan tindakan. Sehingga etika salah satu faktor penting bagi terciptanya kondisi kehidupan manusia yang lebih baik.5

Sedangkan Kerja adalah segala aktivitas yang dilakukan karena ada dorongan untuk mewujudkan sesuatu sehingga tumbuh rasa tanggung jawab yang benar untuk menghasilkan karya atau produk yang berkualitas dan dilakukan dengan kesengajaan dan direncanakan.6

Etos kerja menurut Max Weber adalah sikap dari masyarakat terhadap makna kerja sebagai pendorong keberhasilan usaha dan pembangunan. Etos kerja merupakan fenomena sosiologi yang eksistensinya terbentuk oleh hubungan produktif yang timbul sebagai

3

Departemen Penidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, Edisi ke III, 2002), 39.

4

Nurcholis Majid, Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta : Yayasan Paramadina, 2000), 410.

5

Johan Arifin, Fiqih Perlindungan Konsumen, (Semarang : Rasail, 2007), 63-64.

6

(36)

28

akibat dari struktur ekonomi yang ada dalam masyarakat.7 Sedangkan menurut Mocthar Buchori etos kerja dapat diartikan sebagai sikap dan pandangan terhadap kerja, kebiasaan kerja, ciri-ciri atu sifat-sifat mengenai cara kerja yang dimiliki oleh seseorang suatu kelompok manusia atau suatu bangsa. Ia juga menjelaskan bahwa etos kerja merupakan bagian tata nilai (Value System).8 Jadi Etos kerja adalah sifat, watak, kualitas moral dan gaya setetik serta suasana batin manusia yang mendasar dalam hal kerja yang direfleksikan dalam dunia nyata.

Etos kerja adalah karakter dan kebiasaan yang berkenaan dengan kerja yang terpancar dari sikap hidup manusian yang mendasar terhadapnya.9 Etos kerja merupakan motor penggerak produktifitas. Dalam banyak seminar dan lokakarya sering dikatakan bahwa etos kerja yang dimiliki bangsa Indonesia masih rendah. Hal itu tentu saja kurang mendukung upaya pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia. Etos kerja adalah masalah yang komplek dan mengandung banyak aspek, baik ekonomi, sosial, maupun budaya. Maka dari itu meningkatkannya dibutuhkan usaha yang komperhensif, efektif dan efesiaen.

Etos kerja Islam pada hakekatnya merupakan bagian dari konsep Islam tentang manusia karena etos kerja adalah bagian dari proses eksistensi diri manusia dalam lapangan kehidupannya yang amat luas dan

7

Mabyarto DKK, Etos kerja dan khesi Sosial, (Yokyakarta: Aditiya Media, 1991), 3.

8

Mochtar Buchori, Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia, (Yokyakarta : PT. Tiara Wacana Yogyakarta,1994 ), 73.

9

Ahmad Janan Asifudin, Etos Kerja Islami, (Yogyakarta: Muhammadiyah University Pres, 2004), 27.

(37)

29

komplek. Etos kerja merupakan nilai-nilai yang membentuk kepribadian seseorang dalam bekerja. Etos kerja pada hakekatnya di bentuk dan dipengaruhi oleh sistem nilai yang dianut seseorang dalam bekerja. Yang kemudian membentuk semangat yang membedakannya antara yang satu dengan yang lain.10 Etos kerja Islam dengan demikian merupakan refleksi pribadi seorang kholifah yang bekerja dengan bertumpu pada kemampuan konseptual yang dimilikinya yang bersifat kreatif dan inovatif.

Pemahaman etika menurut konsep Islam diungkapkan Astri Fitria, bahwa tujuan utama etika menurut Islam adalah menyebarkan rahmat pada semua makhluk, tujuan itu secara normatif berasal dari keyakinan Islam dan misi sejati hidup manusia. Tujuan itu pada hakekatnya bersifat transendental karena tujuan itu tidak hanya terbatas pada kehidupan dunia individu, tetapi juga pada kehidupan setelah dunia ini, etika ini terekspresikan dalam bentuk syari’ah yang terdiri dari al-Qur’an dan hadist.11 Dimana dijelaskan etika kerja dalam perspektif hadist adalah semacam kandungan ”spirit” atau semangat yang menggelegak untuk menggubah sesuatu menjadi lebih bermakna. Seseorang yang memiliki etos kerja Islam, ia tidak mungkin membiarkan dirinya untuk menyimpang atau membiarkan penyimpangan yang akan membinasakan.12 Hal ini dapat

10

Moh Ali Azizi, Ed, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat Paradikma Aksi Metodologi, (Yogyakarta : Pustaka Pesantren, 2005), 35.

11

Astri Fitria, Pengaruh Etika Kerja Islam Terhadap Sikap Akuntan dalam Perubahan Organisasi dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Intervening, Vol 3, (Jurnal Maksi, Agustus 2003), 9.

12

(38)

30

di lihat dalam Hadis Shoheh muslim dalam bab Amar ma’ruf nahi munkar dalam jilid I yaitu Rasulullah bersabda:

ِﻄﺴ ﺴ ﺴﱂ نِﺈﺴ ِِﺪﺴِ ُُﺮﱢـﺴﻐُـ ﺴ ﺒًﺮﺴ ُ ُ ِ ىﺴأﺴر ﺴ

ﺴ ِﺴذﺴو ِِ ﺴِﺴ ِﻄﺴ ﺴ ﺴﱂ نِﺈﺴ ِِﺎﺴ ِِﺴ

ﱠﺚ ﺪ ﺒﱡ ِنﺎﺴﳝِﻹﺒ ُ ﺴ ﺴأ

“Barangsiapa di antara kamu melihat terjadinya kemungkaran, hendaklah kamu cegah dengan tangan; apabila tidak sanggup dengan tangan, hendaklah dengan lidah; dan apabila tidak sanggup dengan lidah, cegahlah dengan hati; tetapi yang

terakhir iniadalah selemah-lemahnya iman”. (HR. Muslim) 13

Sedangkan etika dalam perspektif al-Qur’an adalah etika kerja yang mengedepankan nilai-nilai al-Qur’an. Yang bertujuan menolak anggapan bahwa bisnis hanya merupakan aktivitas keduniaan yang terpisah dari persoalan etika dan pada sisi lain akan mengembangkan prinsip-prinsip etika bisnis al- Qur’an, sebagai upaya konseptualisasi sekaligus mencari landasan persoalan-persoalan praktek mal-bisnis.14 Dengan demikian, etika kerja merumuskan pengertian yaitu etika digunakan dalam pengertian nilai-nilai dan norma-norma moral, atau ilmu baik tentang baik dan buruk yang menjadi pegangan seseorang suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.15 Hal ini dapat dijelaskan dalam Qur’an surat Ali-Imran ayat 104:

Abu Hussein bin al-Hajjaj ibn Muslim al-Qusairi, Jami’ al-Shohih, jilid I, (Libanon : Dar-al Fikr, t.th,), 50

14

R. Lukman Fauroni, Etika Bisnis Dalam Al-Qur’an, (Yogyakarta : Pustaka Pesantren), 2006, 5.

15

Ibid., 4.

(39)

31

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang

munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.16

Etika merupakan sistem hukum dan moralitas yang komprehensif dan meliputi seluruh wilayah kehidupan manusia. Didasarkan pada sifat keadilan syariah bagi umat Islam berfungsi sebagai sumber serangkaian kriteria untuk membedakan mana yang benar (haq) dan mana yang buruk (batil). Dengan menggunakan syariah bukan hanya membawa individu lebih dekat dengan tuhan, tetapi juga mengusahakan terciptanya kehidupan masyarakat yang adil, damai, sejahtera dan di ridlohi Allah swt yang di dalamnya individu mampu merealisasikan potensi dan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi yang diperuntukkan bagi alam semesta.

Dari sejumlah penjelasan diatas meski beragam namun dapat ditangkap maksud yang berujung pada pemahaman bahwa etos kerja Islam adalah sifat jujur, disiplin dan kualitas moral yang bersih serta suasana batin manusia yang mendasar dalam hal kerja yang direfleksikan dalam dunia nyata. Etos kerja seseorang terbentuk oleh adanya motifasi yang terpancar dari sikap hidupnya yang mendasar terhadap kerja. Etos kerja seseorang terbentuk tidak hanya murni dikarenakan satu faktor tertentu saja, akan tetapi banyak factor yang membentuknya. baik factor internal maupun eksternal.

2. Konsep etos kerja Islam

16

Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Al-Hidayah, 2002), 79.

(40)

32

Lima konsep kunci yang membentuk etos kerja Islam adalah : a) Kesatuan

Dari konsep ini, maka islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dan sosial demi membentuk kesatuan.17

Berhubungan dengan konsep tauhid, berbagai aspek dalam kehidupan manusia yakni politik, ekonomi, sosial dan keagamaan membentuk satu kesatuan homogen yang bersifat konsisten dari dalam dan integrasi dengan alam semesta secara luas. Berdasarkan prinsip tauhid ini, maka dapat dijelaskan dalam Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13:



“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya, orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguh

Allah Maha mengetahui, Maha teliti”.18

Sedangkan dalam hadist adalah:

ِم ﺴ ِﻹﺒ ﺴِﲏُ

،ِةﺎﺴﺰ ﺒ ِءﺎﺴِﺐﺴو ،ِة ﺴ ﺒ ِمﺎﺴِﺐﺴو ُﷲﺒ ﺴﺪﺣﺴﻮُـ نﺴأ ﻰﺴﺴ ﺳﺔﺴ ﺴﲬ ﻰﺴﺴ

ﱢ ﺴ ﺒﺴو ﺴنﺎﺴ ﺴﺴر ِمﺎﺴِ ﺴو

ﺺ٩

“Islam dibangun atas lima dasar yaitu mentauhidkan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat puasa Ramadhan dan haji”.

b) Keadilan

17

R. Lukman Fauroni, Etika Bisnis Dalam Al-Qur’an…, 44-45.

18

Ibid.,745.

19

Abu Hussein Muslim bin al-Hajjaj ibn Muslim al-Qusairi, Jami’ al-Shohih, Juz, (Libanon: Darul Fikru), 34

(41)

33

Keadilan merupakan prinsip dasar dan utama yang harus ditegakkan dalam keseluruh aspek kehidupan, termasuk kehidupan berekonomi. Prinsip ini mengarahkan pada para pelaku keuangan syari’ah agar dalam melakukan aktivitas ekonominya tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain.20

Dengan demikian, keseimbangan, kemoderatan, merupakan prinsip etis mendasar yang harus diterapkan dalam aktivitas maupun entitas bisnis atau kerja.21 Dimana dijelaskan dalam Qur’an surat An-Nahl ayat 90:



“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar

kamu dapat mengambil pelajaran”.22

Dijelaskan juga dalam hadist :

ﺴُ ُ

ُ ﺒ ِ ِ ُُﻄﺴ ﺳمﻮﺴ ُ ﺲﺔﺴﺴﺪﺴ ِ ﺴﺴ ِﺞﺎ ﺒ ﺴ ِ

ﺴقﺴﺪﺴ ِﺞﺎ ﺒ ﺴﲔﺴ ُلِﺪ ﺴ

“Setiap pergelangan atau persendian pada diri manusia membutuhkan sodaqoh pada setiap kali matahari terbit. Berbuat adil pada manusia adalah

sodaqoh”.23

c) Kehendak bebas

Kemampuan manusia untuk bertindak tanpa tekanan eksternal dalam ukuran ciptaan Allah dan sebagai khalifah Allah di muka bumi.

20

Kuat Ismanto,” Manajemen Syariah Implementasi TQM dalam Lembaga Keungan Syariah”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 29.

21

R. Lukman Fauroni, Etika Bisnis Dalam Al-Qur’an…, 47.

22

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Al-Hidayah, 2002), 377.

23

Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim, Matan al-Bukhari, Jilid 2, (Libanon: Darul Fikr,1995), 38.

(42)

34

Dan kehendak bebas dalamislam ini berarti yang dibatasi oleh keadilan, sebagaimanaAllah berfirman dalam Qur’an surat Al-Kahfi ayat 29:

“Dan Katakanlah (Muhammad), "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, barangsiapa yang menghendaki (beriman), hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang menghendaki (kafir), biarlah ia kafir. “Sesungguhnya Kami telah menyediaakan mereka bagi orang zalim, yang gejolaknya itu mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (minum), mereka akan diberi air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. (Itulah)

minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.”24

Dijelaskan juga dalam hadist:

ُ ُ ﺴ ﺴﺴو ﺎﺴِﻬ ﺴ ُِ ﺴ ِﺮ ﺴأ ُ ﺜِ ُﺴ ﺴ ُِ ُﺴﺪ ﺴ ﺎﺴِﻬ ﺴ ُِﺴـ ﺲﺔﺴﺴ ﺴﺣ ﺲﺔ ُ ِم ﺴ ِﻹﺒ ِﰲ ﺴ ﺴ

ﺴ ُِ ُﺴﺪ ﺴ ﺎﺴِﻬ ﺴ ُِﺴـ ﺲﺔﺴﺌﱢﺴ ﺲﺔ ُ ِم ﺴ ِﻹﺒ ِﰲ ﺴ ﺴﺴو ﺲﺊ ﺴ ِِرﻮُُأ ِ

ﺴ ِرزِو ُ ﺜِ ِ ﺴﺴ

ﺲﺊ ﺴ ِِرﺒﺴزوﺴأ ِ ُ ُ ﺴ ﺴﺴو ﺎﺴِﻬ ﺴ ِﺴ

“Barang siapa yang mensunahkan (menjalankan) suatu sunnah (tradisi/kebiasaan) baik di dalam islam, lalu sunnah itu diamalkan sesudahnya, maka di catat untuknya seperti pahala orang yang melakukannya tanpa dikurangi sedikitpun dari pihak mereka. Dan barang siapa yang mensunahkan suatu sunnah keburukan di dalam Islam, lalu sunnah itu diamalkan sesudahnya, maka ditimpakan kepadanya seperti dosa orang-orang

yang melakukannya, tanpa dikurangi sedikit pun dari dosa mereka”.25

d) Tanggung jawab

Secara logis, aksioma ini berhubungan erat dengan aksioma kehendak bebas, ia menetapkan batasan mengenai apa yang bebas

24

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya…, 406.

25

(43)

35

dilakukan oleh manusia dan bertanggung jawab atas semua yang dilakukannya. Sebagaimana dijelaskan dalam Qur’an surat An-Nissa’ayat 85:

“Barangsiapa yang memberi pertolongan dengan pertolongan yang baik, niscaya ia akan memperoleh bahagian dari (pahala)-nya. Dan barangsiapa memberi pertolongan dengan pertolongan yang buruk, niscaya dia akan

memikul bahagian dari (dosa)-nya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.26

Dijelaskan juga dalam hadist

ِﰲ ﺳعﺒﺴر ُ ُﺮﺒﺴو ،ِِ ِﺴر ﺴ ﺲلوُﺆ ﺴﺴو ﺳعﺒﺴر ُمﺎﺴ ِﻹﺒ :ِِ ِﺴر ﺴ ﺲلوُﺆ ﺴ ُ ُﺴو ﺳعﺒﺴر ُ ُ

ﺴ ﺲﺔﺴوُﺆ ﺴﺴو ﺎﺴﻬِوﺴز ِ ﺴ ِﰲ ﺳﺔ ِﺒﺴر ُةﺴأﺮﺴﺸﺒﺴو ،ِِ ِﺒﺴر ﺴ ﺲلوُﺆ ﺴ ﺴﻮُﺴو ِِ ﺴأ

ُمِدﺎﺴ ﺒﺴو ﺎﺴﻬِ ِﺴر

ِِ ِﺴر ﺴ ﺲلوُﺆ ﺴﺴو ِِﺪﱢﺴ ِلﺎﺴ ِﰲ ﺳعﺒﺴر

“Masing-masing kamu adalah pemimpin dan masing dari kami akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Imam adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban kepemimpinannya. Seorang laki-laki pemimpin terhadap keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban akan kepemimpinannya. Wanita itu adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Pelayan itu pemimpin dalam harta

tuannya/majikannya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas

kepemimpinannya.”27

e) Kebajikan (Ihsan)

Kebajikan dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran, mengandung pula nilai kejujuran.28

Kebajikan disini adalah nilai kebenaran yang dianjurkan, menempatkan sesuatu pada tempatnya dan tidak bertentangan dengan

26

.Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya…, 118.

27

Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim, Juz I..., 96-97.

28

Muhammad, dan R. Lukman Fauroni, Visi al-Qur’an Tentang Etika dan Bisnis. (Jakarta:

(44)

36

ajaran islam. Dalam konteks bisnis, kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap, dan perilaku yang benar yang meliputi proses akad (transaksi) proses mencari atau memperoleh komoditas, proses pengembangan maupun dalam proses upaya meraih atau menetapkan keuntungan (laba).29 Dengan demikian dapat dijelaskan dalam Qur’an surat Al-Baqarah ayat 195:



”Dan infakkanlah (hartamu) di jalan allah, dan jangankah kamu menjatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah.

Sesungguhnya, allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”30

Dan dapat pula dijelaskan dalam hadis dibawah ini :

ُﰒِﻹﺒﺴو ُُِ ﺒ ُ ُﺣ ِﱪﺒ ﺴلﺎﺴﺴـ ِﰒِﻹﺒﺴو ﱢِﱪﺒ ِ ﺴ :ﺴ ﺴ ﺴو ِ ﺴﺴ ُﷲﺒ ﻰ ﺴ ِﷲﺒ ﺴلﻮُ ﺴر ُ ﺴﺄﺴ ﺴلﺎﺴ

ُﺞﺎ ﺒ ِ ﺴﺴ ﺴِﻄﺴ نﺴأ ﺴ ِﺮﺴﺴو ﺴكِرﺪﺴ ِﰲ ﺴكﺎﺴﺣﺎﺴ

“Aku bertanya kepada Rasulullah Saw. mengenai soal kebijakan dan dosa. Beliau bersabda : “Kebajikan adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah sesuatu yang merisaukan hatimu dimana kamu merasa tidak suka apabila hal itu sampai dilihat oleh orang lain”31.

3. Tujuan dan Fungsi Etos Kerja Islam

Beberapa landasan atau tujuan dari etos kerja Islam adalah32: a) Tujuan luhur

Bahwasannya bekerja keras dalam islam, bukanlah sekear memenuhi kebutuhan naluri hidup untuk kepentingan perut. Namun lebih dari itu

29

Kuat Ismanto, Manajemen Syariah Implementasi TQM dalam Lembaga Keungan Syariah, 34.

30

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya…, 37.

31

Abu Hussein Muslim bin al-Hajjaj ibn Muslim al-Qusairi, Jilid 4…,7.

32

(45)

37

terdapat tujuan filosofis yang luhur, tujuan yang mulia, tujuan ideal yang sempurna yakni untuk berta’abud kepada Allah swt dan mencari Ridho-nya falsafah hidup muslim ini dilandaskan Allah SWT dalam Qs Adz-Dzariat ayat 56:

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah

kepadaKu”.33

b) Memenuhi kebutuhan hidup

Bahwa dalam hidup di dunia kita mempunyai sejumlah kebutuhan yang bermacam-macam. Sangatlah mustahir apalagi kita ingin memenuhi nkebutuhan hiduptanpa kerja usaha, kerja keras. Karenanya etos kerja yang tinggi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sangat komplek.

c) Memenuhi kebutuhan keluarga

Dalam point ini lebih ditekankan pada seseorang kepala rumah atangga yang bertanggung jawab terhadap keharmonisan dan keberlangsungan rumah tangganya, kewajiban dan tanggung jawab itu menimbulkan konsekwensi-konsewensi bagi pihak suami atau kepala rumah tangga yang mengharuskan dia bangkit bergerak dan rajin bekerja

d) Kepentingan amal sosial

Diantara tujuan bekerja adalah bahwa hasil kerjanya itu dapat di pakai sebagai kepentingan agama, amal social dan sebagainya. Karena

33

(46)

38

sebagai makhluk social, manusia saling membutuhkan. Seorang pedagang dibutuhkan dalam hal ekonomi dan lain sebagainya. Dan bentuk kebutuhan manusia itu berupa bantuan tenaga, pikiran dan material

e) Menolak kemungkaran

Diantara tujuan ideal berusaha dan bekerja adalah sejumlah kemungkaran yang mungkin dapat terjadi pada diri seseorang yang tidak bekerja (pengangguran). Dengan bekerja dan berusaha berarti menghilangkan salah satu sifat dan sikap kemalasan dan pengangguran, sebab adanya kesempatan kerja yang terbuka menutupi keadaan keadaan yang negative seperti itu.

Manusia adalah makhluk social biologis yang penciptaanya terdiri dari unsur-unsur jasmaniah, unsur rohaniah, serta akal fikiran yang keseluruhannya merupaka suatu kesatuan yang utuh. Oleh karena itu untuk melangsungkan kesempurnaan hidunya manusia membutuhkan “konsumsi” material, rohaniah dan akal.34

Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu khususnya kebutuhan material, manusia perlu bekerja dan karena Allah swt memerintahkan dalam al-Qur’an agar manusia selalu memperhatikan waktu dalam bekerja sebagaimana firman Allah swt dalam surat Al-Jum’ah ayat 10:

34

(47)

“Apabila salat telah dilaksanakan, maka berterbaranlah kamu dibumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung”.35

Dalam bekerja manusia harus membekali dirinya dengan etos kerja yang tanggi. Manusia adalah makhluk kerja yang ada persamaannya dengan hewan yang bekerja tanpa etos, moral dan akhlak, maka gaya kerja manusia meniru hewan, turun ketingkat kerendahannya.

Untuk itulah, maka fungsi etos kerja bagi manusia adalah:

a) Dengan memperhatikan etos kerja dan disertai dengan pendayagunaan akal, maka hal ini dapat memperingan tenaga kerja manusia yang terbatas, namun mampu memilih prestasi yang sehebat mungkin. b) Dengan etos kerja yang tinggi dapat meningkatkan produktivitas dan

motivasi dirinya untuk meraih kesuksesan dan kemajuan yang lebih baik.

4. Ciri-ciri Etos Kerja Islam

Ciri-ciri seorang yang mempunyai dan menghayati etos kerja Islam akan tampak pada sikap dan tingkah lakunya yang di dasarkan pada keyakinan yang sangat mendalam bahwa kerja merupakan bentuk ibadah, suatu panggilan dan perintah Allah yang nantinya akan dapat memuliakan dirinya.

35

(48)

40

Toto tasmara menyebutkan dalam bukunya membudayakan stos kerja Islami bahwa terdapat 25 prinsip atau ciri etos kerja Muslim yang mengarahkan terhadap prilaku adalah sebagai berikut:

1. Kecanduhan terhadap waktu 2. Memiliki moralitas yang bersih 3. Memiliki kejujuran

4. Memiliki komitmen 5. Kuat pendirian 6. Bersikap disiplin

7. Konsekuen dan berani menghadapi tantangan 8. Memiliki sikap percaya diri

9. Bersifat kreatif 10.Bertanggung jawab 11.Bahagia karena melayani 12.Memiliki harga diri

13.Memiliki jiwa kepemimpinan 14.Berorientasi pada masa depan 15.Hidup berhemat dan efisien 16.Memiliki jiwa wiraswasta 17.Memiliki insting bertanding 18.Bersifat mandiri

(49)

41

21.Memperhatikan kesehatan dan gizi 22.Tangguh dan pantang menyerah 23.Berorentasi pada produktivitas 24.Memperkaya jaringan silaturrahmi 25.Memiliki semangat perubahan.36

B.Tinjauan Tentang Kinerja 1. Pengertian Kinerja

Kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya yaitu sesuai dengantanggung jawab yang telah diberikan kepada karyawan.37

Definisi lain, menjelaskan bahwa kinerja merupakan catatan yang dihasilkan dari fungsi pegawai atau kegiatan yang dilakukan pegawai selama periode waktu tertentu.38 Prestasi kerja juga merupakan suatu prestasi seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya.39 Berdasarkan pengertian kinerja dari beberapa pendapat, kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seorang karyawan dengan standar yang telah ditentukan.

36

Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (Jakarta : Gema Insani, 2002), 73-34.

37

Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004), 67.

38

Ambar Teguh dan Rosidah, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2003), 223-224.

39

(50)

42

Di samping itu kinerja seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, inisiatif, pengalaman kerja, kepuasan dan motivasi.

Kinerja diharapkan mampu menghasilkan mutu pekerjaan yang baik serta jumlah pekerjaan yang sesuai dengan standar. Kinerja yang dicari oleh perusahaan dari seseorang tergantung dari kemampuan motivasi dan kebutuhan/kepuasan individu karyawan yang diterima sebagaimana yang terdapat pada teori hirarki kebutuhan Abraham Maslow40:

a) Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)

Yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hidup, yang termasuk kedalam kebutuhan ini adalah kebutuhan makan, minum, perumahan, udara, dan sebagainya. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan ini akan merangsang seseorang berperilaku atau bekerja giat.

b) Rasa Aman (Safety and Security Needs)

Yaitu kebutuhan akan kebebasan dari ancaman yakni merasa aman dari ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan. Kebutuhan ini terbagi menjadi 2 bentuk yaitu : kebutuhan akan keamanan jiwa dan kebutuhan akan keamanan harta.

c) Kepemilikan sosial (Affiliation or Acceptance Needs)

Yaitu kebutuhan social, teman, afiliasi, interaksi, serta diterima dalam pergaulan kelompok pekerjaan dan masyarakat lingkungannya.

d) Penghargaan Diri (Esteem Or status Needs)

40

Rahmat Hidayat dan Deden, Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2011), 165-166.

(51)

43

Yaitu kebutuhan akan penghargaan diri dan pengakuan serta penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat lingkungannya. e) Aktualisasi Diri (Self Actualization)

Yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri dengan menggunakan kemampuan, keterampilan atau skill, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan. Kebutuhan ini merupakan realisasi lengkap potensi seseorang secara penuh.

Dari berbagai pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan mengenai kinerja adalah hasil kerja yang dapat di capai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

2. Faktor-faktor Kinerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian suatu kinerja yaitu : a) Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam prilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam dunia kerja.

b) Inisiatif

(52)

44

baru, menemukan cara-cara baru untuk membuat pekerjaan menjadi lebih muda, dengan sukarela membantu teman kerja yang membutukan bantuan tanpa harus diminta dan selalu melihat masalah sebagai peluang bukan ancaman.

c) Pengalaman kerja

Yaitu proses pembentukan pengetahuan atau keterampilan tentang metode suatu pekerjaan karena keterlibatan karyawan tersebut dalam pelaksanaan tugas pekerjaan.

d) Kemampuan (ability)

Yaitu suatu kemampuan dari pegawai yang terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita knowledge & skill).

e) Etos kerja

Yaitu motivasi yang terbentuk dari suatu sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi pekerjaan. Yang merupakan suatu kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan kerja.41

Sedangkan unsur-unsur yang terdapat dalam kinerja yaitu: a) Hasil-hasil fungsi pekerjaan

b) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi karyawan c) Pencapaian tujuan organisasi

d) Periode waktu tertentu

41

Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Jakarta: Press, 1996) 67-68.

(53)

45

3. Manfaat Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja atas seluruh staf (baik atasan maupun bawahan) merupakan kegiatan yang harus secara rutin dilakukan, tanpa beban mental, karena hal ini diperlukan untuk peningkatan kinerja organisasi secara keseluruhan. Bila masing-masing karyawan berkinerja baik, biasanya atau umumnya kinerja perusahaan pun baik.

Penilaian kinerja dilaksanakan secara teratur bertujuan melindungi perusahaan dalam mencapai tujuannya.

Penilaian kinerja karyawan yang dilakukan secara obyektif, tepat dan didokumentasikan secara baik cenderung mengurangi potensi penyimpangan yang di lakukan oleh karyawan, sehingga kinerja diharapkan dapat bertambah baik sesuai dengan kinerja yang di harapkan oleh perusahaan.42

Kinerja merupakan persoalan krusial dalam hubungan antara atasan dan bawahan paorganisasi tertentu. Allah SWT menganjurkan untuk memberikan insentif bagi orang yang mampu menunjukkan kinerja optimal (baik).43 Allah SWT Berfirman dalam surat An-Nahl ayat 97:



“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya

42

Suyadi Prawirosentono, Kebijakan Kinerja Karyawan Edisi Pertama (Yogyakarta: BPFE, 1999), 222.

43

(54)

46

kehidupan yang lebih baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada

mereka dengan pahala yang lebih baik daripada yang telah mereka kerjakan”.44

Berikut ini adalah beberapa manfaat dari penilaian kerja: 1) Perbaikan pretasi kerja (kinerja)

2) Penyesuaian kompensasi 3) Keputusan penempatan

4) Kebutuhan pelatian dan pengembangan 5) Perencanaan dan pengembangan karir 6) Ketidak akuratan informasi

7) Kesalahan rancangan pekerjaan 8) Kesempatan kerja yang sama 9) Tantangan-tantangan eksternal 10)Umpan balik pada SDM.45 4. Tujuan Penilaian Kinerja

Mangku prawiramen mendefinisikan penilaian kinerja sebagai proses yang dilakukan perusahaan dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan seseorang. Penilaian kinerja meliputi dimensi kinerja karyawan dan akuntabilitas. Di dalam dunia kompetitif dan mengglobal perusahaan membutuhkan kinerja yang tinggi.46 Tujuan diadakannya penilaian kinerja bagi para karyawan adalah sebagai berikut:

a) Tujuan organisasi

44

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya…, 378.

45

Ambar Teguh Sulistiyani dan Rosidah, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakrta: Graha Ilmu, 2003), 225.

46

Meldona, Manajemen sumber Daya Manusia Perspektif Intregatif, Cetakan ke-I, (Malang: UIN Malang Press, 2009), 330.

Gambar

Gambar 1.1

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini adalah: (1)(2) peran kepemimpinan kharismatik kiai di pondok pesantren salafiyah Al-Barokah Desa Mangunsuman Siman Ponorogo untuk meningkatkan

Hasil dari penelitian yang dilakukannya antara lain adanya pengaruh positif kebijakan Dividen dengan harga saham, Set kesempatan investasi tidak berpengaruh langsung

Faktor Organisasi Faktor Organ- isasi Faktor Pengguna Visi: Pembuatan roadmap untuk mengimplement asikan inisiasi e- goverment Mudah Digunakan: Sistem mudah digunakan dan tidak

Hasil penelitian ini adalah keberhasilan implementasi kebijakan pengendalian DBD di DKK Semarang disebabkan oleh empat variabel, yaitu komunikasi yang baik dari

Bersumber pada tabel.126 diketahui nilai signifikan variabel dalam penelitian ini yaitu perilaku organisasi kolegial (X) terhadap variable produktivitas kerja (Y)

Pemberdayaan bagi masyarakat Desa Sukamulya menjadi suatu hal yang belum optimal untuk dilakukan, hal ini terjadi karena belum adanya program pemerintah

Apa kendala dan solusi yang dapat dilakukan oleh pihak Polda Jawa Timur dalam implementasi penyidikan tindak pidana cyber crime berkaitan dengan penjualan barang yang tidak

Mengetahui hubungan pengetahuan dengan pemanfaatan BPJS pada ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas Karanglewas Kecamatan. Karanglewas