KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kepada Allah Yang Maha
Kuasa dan atas HidayahNya, Naskah Akademik dengan judul
Menegakkan Negara Maritim Bermartabat , dapat diselesaikan
dengan baik. Naskah Akademik ini merupakan tindak lanjut
dari salah satu rekomendasi yang dihasilkan pada kegiatan
Konvensi Kampus X dan Temu Tahunan XVI Forum Rektor
Indonesia (FRI) yang diselenggarakan di Universitas Sumatera
Utara (USU) Medan, 23-25 Januari 2015.
Forum Rektor Indonesia (FRI) secara resmi didirikan
pada 7 November 1998 di Bandung. Dalam Konvensi dan Temu
Tahunan Nasional, FRI selalu mengangkat dan mengedepankan
tema-tema tertentu untuk memperkuat komitmen organisasi
akademisi dan intelektual kampus yang bersentuhan dengan
persoalan bangsa.
Temu Tahunan FRI ke-17 tahun 2015, yang telah
diselenggarakan di Universitas Sumatera Utara mengusung
tema Men
egakkan Kedaulatan Indonesia sebagai Negara
Kepulauan menuju Negara Maritim Bermartabat .
Tema ini
diangkat untuk mengusung visi pemerintahan Presiden Joko
Widodo yang tertuang dalam Nawacita. Memaknai pesan yang
terkandung dalam Nawacita tersebut, substansi analisis dan
pembahasan dalam naskah akademik ini meliputi aspek sosial
budaya, ekonomi dan lingkungan, hukum, dan keamanan di
Sektor Maritim dan Kelautan.
Saya berharap naskah akademik ini dapat memenuhi
harapan anggota FRI seperti yang telah diamanahkannya, serta
bermanfaat bagi pembuat kebijakan dalam upaya menegakkan
kedaulatan Indonesia sebagai negara maritim bermartabat.
Saya menyadari bahwa dalam naskah akademik ini
masih terdapat kekurangan atau kelemahan, karena itu saran
dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk
penyempurnaan. Semoga kiranya bermanfaat.
Medan, Desember 2015
Pejabat Rektor
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
iii
NAMA-NAMA TIM PERUMUS
iv
RINGKASAN
v
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1
2.2
Tujuan
4
3.3
Ruang Lingkup
4
4.4
Metode
4
II.
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
Landasan Filosofis
6
2.2
Landasan Sosio-Ekonomi
7
2.3
Landasan Yuridis
8
III.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1
Sosial Budaya
12
3.2
Ekonomi dan Lingkungan
20
3.3
Hukum
31
3.4
Keamanan
45
IV.
REKOMENDASI
4.1
Sosial Budaya
49
4.2
Ekonomi dan Lingkungan
49
4.3
Hukum
50
DAFTAR TABEL
NASKAH AKADEMIK
Menegakkan Negara Maritim Bermartabat
Tim Penyusun
Universitas Sumatera Utara
Penanggungjawab : Ketua Forum Rektor 2015
Ketua
: Prof. Dr. Sumono, MS
Sekretaris
: Arif, SH., M.Hum
Anggota:
1. Prof. Dr. Irmawati, M.Si
2. Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH., M.Li
3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si
4. Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc
5. Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc
6. Prof. Dr. Badaruddin, M.Si
RINGKASAN
Indonesia merupakan Negara Kepulauan terluas di dunia yang terdiri atas lebih dari 17.504 pulau dengan 13.466 pulau telah diberi nama. Sebanyak 92 pulau terluar sebagai garis pangkal wilayah perairan Indonesia ke arah laut lepas telah didaftarkan ke Perserikatan Bangsa Bangsa. Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 95.181 km dan terletak pada posisi sangat strategis antara Benua Asia dan Australia serta Samudera Hindia dan Pasifik. Sebagai Negara Kepulauan yang memiliki laut yang luas dan garis pantai yang panjang, sektor maritim dan kelautan menjadi sangat strategis bagi Indonesia ditinjau dari aspek ekonomi, sosial, budaya, politik, dan keamanan.
Era Pemerintahan Presiden Joko Widodo dengan visi
pembangunan Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong memberikan harapan dan mengembalikan semangat untuk membangun maritim dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam kelautan. Dalam Kabinet Kerja, Presiden Joko Widodo juga membentuk Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya. Di samping visi dan misi tersebut, Presiden juga mengetengahkan konsep Poros Maritim dan Tol Laut . Penetapan prioritas pembangunan sektor maritim ini sangat beralasan bila dilihat dari sudut sejarah bangsa.
Potensi maritim dan kelautan yang begitu besar pada kenyataannya belum dimanfaatkan dengan optimal, angka kemiskinan yang masih tinggi diantaranya adalah nelayan dan masyarakat pesisir, eksploitasi dan kegiatan ilegal terhadap sumberdaya laut, pencurian ikan yang dilakukan oleh nelayan asing, penggunaan alat tangkap yang merusak lingkungan laut menambah masalah di sektor kelautan. Selain masalah ekonomi dan lingkungan, masalah yang juga muncul di sektor maritim dan kelautan adalah masalah regulasi yang multikompleks karena sifatnya multisektoral, dari aspek keamanan, masih terdapat kejahatan di laut, baik keamanan laut yang bersifat lokal, nasional, maupun internasional.
terhadap penyelesaian masalah-masalah di sektor maritim dan kelautan yang diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembuat kebijakan. Setelah dilakukan analisis dan pembahasan pada aspek sosial budaya, ekonomi dan lingkungan, hukum dan keamanan, disampaikan rekomendasi antara lain :
1) Dari aspek sosial budaya, kebesaran Indonesia sebagai bangsa pelaut harus digelorakan dalam kehidupan bermasyarakat , berbangsa dan bernegara, membangun karakter budaya maritim dan kelautan melalui pendidikan formal dan informal.
2) Dari aspek ekonomi dan lingkungan, pembangunan sentra
perikanan, pelabuhan nusantara, pelabuhan perikanan dan armada perintis perlu dipercepat dengan dukungan perencanaan tata ruang wilayah maritim dan kelautan. Pengembangan kualitas dan kuantitas SDM dapat dilakukan melalui pengembangan standar kompetensi SDM di bidang kelautan, peningkatan dan penguatan peran iptek, riset dan sistem informasi kelautan, serta pengembangan lembaga pendidikan kemaritiman dan kelautan. Dalam rangka pengendalian perubahan iklim global, diperlukan diplomasi dan lobi terhadap negara-negara industri untuk melaksanakan komitmen perjanjian internasional terkait dengan pengurangan emisi.
3) Dari aspek hukum, Pemerintah perlu melakukan harmonisasi
terhadap semua produk hukum yang terkait dengan perairan dengan memperhatikan ketentuan dalam UNCLOS 1982, percepatan pengintegrasian penyusunan rencana tata ruang pulau, rencana tata ruang perairan di setiap daerah provinsi, perlu melakukan kaji ulang terhadap keberadaan Hak Pengusahaan Perairan Pesisir (HP3) yang telah dicabut oleh Mahkamah Konstitusi dengan membuat batasan tentang subjeknya terbatas pada masyarakat lokal/adat dan pengelolaannya berbasis pemerintahan desa, meberdayakan BUM Desa didukung oleh Dana Desa dan Alokasi Dana Desa yang bersumber dari APBN dan APBD.