• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Persepsi Siswa terhadap Gaya Kepemimpinan Guru dan Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMK PGRI 2 Salatiga T1 132007017 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Persepsi Siswa terhadap Gaya Kepemimpinan Guru dan Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMK PGRI 2 Salatiga T1 132007017 BAB II"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Motivasi Belajar

2.1.1. Pengertian Motivasi

Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif/daya menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan tertentu. Dalam hal belajar motivasi diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa untuk melakukan serangkaian kegiatan belajar guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Thursan Hakim (2000 : 26) mengemukakan pengertian motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam belajar, tingkat ketekunan siswa sangat ditentukan oleh adanya motif dan kuat lemahnya motivasi belajar yang ditimbulkan motif tersebut.

(2)

7

hakikat motivasi, serta kemampuan teknik menciptakan sistuasi sehingga menimbulkan motivasi atau dorongan bagi mereka untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh individu lain atau organisasi.

2.1.2. Jenis-Jenis Motivasi

Menurut Sunarto (2008) motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Motivasi sebagai proses psikologis timbul diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut intrinsik sedangkan faktor di luar diri disebut ekstrinsik. Faktor intrinsik berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan, atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa depan. Sedangkan faktor ekstrinsik dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber, bisa karena pengaruh pimpinan, kolega atau faktor-faktor lain yang kompleks.

Whandi (2008) menjelaskan bahwa motivasi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik:

1) Motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal yang tiimbul dari dalam diri pribadi seseorang itu sendiri, seperti system nilai yang dianut, harapan, minat, cita-cita, dan aspek lain secara internal melekat pada seseorang.

(3)

8 2.1.3. Fungsi Motivasi

Sutisna Sanjaya (2007) menjelaskan bahwa fungsi motivasi dalam pembelajaran dibagi menjadi tiga, antara lain:

1) Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.

2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Sardiman (2007) menjelaskan bahwa fungsi motivasi ada tiga, antara lain:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak diicapai, sehingga motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3) Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan dan serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Menurut Hamalik (2000) ada tiga fungsi motivasi, antara lain:

(4)

9

2) Sebagai pengarah artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.

3) Sebagai penggerak, berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

2.1.4. Motivasi Belajar

Handayani (2003) menjelaskan bahwa motivasi belajar adalah faktor pendukung yang dapat mengoptimalkan kecerdasan anak dan membawanya meraih prestasi. Menurut Sunarto (2008) motivasi belajar adalah kesanggupan untuk melakukan kegiatan belajar karena didorong oleh keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang dari luar.

Dengan motivasi belajar, maka siswa/peserta didik dapat mempunyai intensitas dan kesinambungan dalam proses pembelajaran/pendidikan yang diikuti. Jadi motivasi belajar adalah rangsangan, dorongan atau keinginan baik dari dalam diri seseorang atau dari luar untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya

(5)

10

2.1.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Raymond dan Judith (2004) mengungkapkan ada empat pengaruh utama terhadap motivasi belajar seorang anak yaitu

1. Budaya. Masing-masing kelompok atau etnis telah menetapkandan menyatakan secara tidak langsung nilai-nilai yang berkenaan dengan pengetahuan baik dalam pengertian akademis maupun tradisional. Nilai-nilai itu terungkap melalui pengaruh agama, undang-undang politik untuk pendidikan serta melalui harapan-harapan orang tua yang berkenaan dengan persiapan anak-anak mereka dalam hubungannya dengan sekolah. Hal–hal ini akan mempengaruhi motivasi belajar anak.

2. Keluarga. Berdasarkan penelitian orang tua memberi pengaruh utama dalam memotivasi belajar seorang anak. Pengaruh mereka terhadap perkembangan motivasi belajar anak-anak memeberi pengaruh yang sangat kuat dalam setiap perkembangannya dan akan terus berlanjut sampai habis masa SMA dan sesudahnya. 3. Sekolah. Ketika sampai pada motivasi belajar, para gurulah yang

membuat sebuah perbedaan. Dalam banyak hal mereka tidak sekuat seperti orang tua. Tetapi mereka bisa membuat kehidupan sekolah menjadi menyenangkan atau menarik. Dan kita bisa mengingat seorang guru yang memenuhi ruang kelas dengan kegembiraan dan harapan serta membukakan pintu-pintu kita untuk menemukan pengetahuan yang mengagumkan.

(6)

11

Azzahhy (2009) menjelaskan bahwa ada enam faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, yaitu:

1) Cita-cita atau aspirasi peserta didik

Cita-cita atau aspirasi peserta didik akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan perilaku belajar. Cita-cita atau aspirasi peserta didik akan berlangsung dalam waktu yang sangat lama bahkan berlangsung sepanjang hayat, timbulnya bersamaan dengan perkembangan akal, moral, kemauan bahasa dan nilai-nilai kehidupan, juga perkembangan kepribadian. Cita-cita atau aspirasi peserta didik akan memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik, sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.

2) Kemampuan peserta didik

Keinginan peserta didik perlu diikuti dengan kemampuan atau kecakapan untuk mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi peserta didik melaksanakan tugas-tugas perkembangan.

3) Kondisi peserta didik

Kondisi peserta didik yang meliputi kondisi jasmani dan rohani yang mempengaruhi motivasi belajar. Kondisi jasmani dan rohani peserta didik yang terganggu akan berpengaruh pada peserta didik dalam hal memusatkan perhatian belajar.

4) Kondisi lingkungan peserta didik

(7)

12

5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

Peserta didik memiliki perasaan, perhatian, kemauan ingatan pengalaman hidup.Lingkungan peserta didik berupa keadaan alam lingkungan tempat tinggal dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya peserta didik yang berupa surat kabar, majalah, radio, televisi, dan lain-lain semakin menjangkau peserta didik. Semua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar. Pengajar profesional diharapkan mampu memanfaatkan kondisi dinamis tersebut dalam pembelajaran untuk memotivasi belajar.

6) Upaya pengajar dalam membelajarkan peserta didik

Pengajar dalam tugas profesionalnya mengharuskan dia belajar sepanjang hayat selain dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya yang juga dibangun. Lingkungan sosial pengajar perlu diperhatikan oleh pengajar. Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik sudah merupakan upaya pembelajaran peserta didik. Upaya pengajar membelajarkan peserta didik meliputi pemahaman tentang diri peserta didik dalam rangka kewajiban tertib belajar, pemanfaatan pengetahuan berupa hadiah, kritik, hukuman secara tepat guna dan mendidik cinta belajar.

(8)

13

Karena dengan memahami kekuatan dan kelemahan guru dan orang tua akan dapat membuat rancangan yang tepat untuk menumbuhkan motivasi anak.

2.1.6. Aspek-aspek Motivasi Belajar

Ada enam aspek yang mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi belajar siswa, yang dikemukakan oleh Kurniawan (dalam Manoppo,2005) :

a. Tuntutan belajar yaitu seberapa besar dorongan siswa untuk belajar dengan rasa tanggung jawab yang tinggi.

b. Sasaran terhadap prestasi belajar yaitu seberapa tinggi target prestasi belajar yang dijadikan tujuan akhir.

c. Tingkat realistis dalam usaha mencapai prestasi belajar yaitu seberapa besar usaha mencapai target prestasi belajar dengan cara yang realistis.

d. Ketahanan belajar dalam situasi yaitu seberapa besar usaha siswa yang bertahan dalam situasi apapun.

e. Pemanfaatan peluang untuk belajar yaitu seberapa besar usaha siswa dalam memanfaatkan waktu luang atau kesempatan belajar lain seperti beasiswa untuk belajar.

f. Keterlibatan dalam kegiatan belajar yaitu seberapa jauh siswa menyukai hal yang dipelajari sehingga aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar.

2.2. Persepsi Siswa

2.2.1. Pengertian Persepsi Siswa

(9)

14

(2003) menyatakan bahwa persepsi perupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensori.

Menurut Walgito (1994) persepsi merupakan suatu proses yang didahului penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Individu kemudian melakukan pengorganisasian dan interpretasi terhadap stimulus yang diindera tersebut, sehingga dapat disadari dan dimengerti.

Moskowitz dan Orgel dalam Walgito (1994) mengemukakan bahwa persepsi merupakan proses yang terintegrasi dari individu terhadap stimulus yang diterimanya sehingga seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti pengalaman, emosi, kemampuan berfikir serta aspek-aspek lain yang ada dalam diri individu ikut berperan aktif dalam proses tersebut. Proses yang terintegrasi tersebut menyebabkan stimulus yang sama dapat dipersepsikan berbeda oleh individu yang berbeda pula.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa adalah pandangan atau pendapat mengenai sesuatu yang telah dilihat oleh siswa.

2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Walgito (2003) ada beberapa faktor yang berperan dalam persepsi diantaranya:

a. Objek yang dipersepsikan

(10)

15

yang bersangkutan yang langsung mengenai saraf penerima yang langsung mengenai reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.

b. Alat indera atau reseptor

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensori sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu sebagai pusat kesadaran.

c. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.

2.3. Gaya Kepemimpinan Guru

2.3.1. Pengertian Gaya Kepemimpinan Guru

Menurut Engkoswara dan Aan Komariah (2010), gaya kepemimpinan merupakan norma atau dapat juga diartikan sebagai pola perilaku dalam memperagakan kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan diartikan sebagai pola tindak seseorang dari seorang pemimpin sebagai ciri kepemimpinannya. Definisi kepemimpinan hampir sama banyaknya dengan jumlah orang yang mencoba mendefinisikan konsep tersebut antara lain :

- Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas- aktivitasnya suatu kelompok ke tujuan yang ingin dicapainya bersama.

(11)

16

Gaya kepemimpinan akan menentukan sejauh mana efektivitas kepemimpinan, karena seorang pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan yang tepat, akan dapat mengoptimalkan dan memaksimalkan kepemimpinannya. Para pakar manajemen mendekati konsep efektivitas kepemimpinan dari segi sikap perilaku pemimpin, dengan anggapan bahwa kemampuan untuk membangkitkan, menggerakkan, dan mengarahkan orang-orang yang dipimpin, agar mengikuti kemauan pemimpinnya tergantung pada gaya kepemimpinan dari pemimpin tersebut.

Gaya kepemimpinan guru adalah pola tindakan yang dilakukan guru, yang disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan siswa. Pola tindakan yang perlu dimiliki guru adalah pola tindak yang berorientasi pada tugas, dan yang berorientasi pada hubungan. Pola tindakan yang berorientasi pada tugas bertujuan untuk membantu siswa terutama yang mempunyai kemampuan melakukan tugas rendah, agar dapat menyelesaikan tugas dengan benar. Pola tindak yang berorientasi pada hubungan bertujuan untuk mengkondisikan situasi kelas/belajar mengajar (memotivasi atau menstimulasi atau mempengaruhi), agar tugas/kegiatan guru dan siswa dapat dilakukan dengan tepat.

2.3.2. Gaya atau Tipe Kepemimpinan Guru

(12)

17

gaya kepemimpinan guru. Menurut Ahmad Rohani (2004:130) gaya atau tipe kepemimpinan guru ada tiga yaitu:

1. Otoriter, dengan gaya kepemimpinan otoriter guru, peserta didik hanya akan aktif kalau ada guru dan kalau guru tidak mengawasi maka semua ativitas menjadi menurun. Aktivitas proses belajar mengajar sangat tergantung pada guru dan menuntut sangat banyak perhatian guru.

2. Laizzes faire, gaya kepemimpinan yang laissez faire biasanya tidak produktif walaupun ada pemimpin, kalau guru ada peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan yang sifatnya ingin diperhatikan. Dalam kepemimpinan ini biasanya aktivitas peserta didik lebih produktif kalau gurunya tidak ada.

3. Demokratis, tipe (gaya) kepemimpinan guru yang demokratis lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan peserta didik dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai. Sikap ini dapat membantu menciptakan iklim yang menguntungkan bagi terciptanya kondisi proses belajar mengajar yang optimal, peserta didik akan belajar secara produktif baik pada saat diawasi guru maupun tanpa diawasi guru.

2.3.3. Aspek Gaya Kepemimpinan Guru

Menurut Muhibbin Syah (2006:253) ada empat aspek gaya kepemimpinan guru yaitu :

1. Kekuasaan di dalam kelas 2. Pemberian instruksi

3. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengungkapkan pendapat

(13)

18

1.4. Persepsi Siswa terhadap Gaya Kepemimpinan Guru

Persepsi siswa adalah pandangan atau pendapat mengenai sesuatu yang telah dilihat oleh siswa. Sedangkan gaya kepemimpinan guru adalah pola tindakan yang dilakukan guru, yang disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan siswa. Dapat dikatakan bahwa persepsi siswa terhadap gaya kepemimpinan guru adalah cara pandang siswa terhadap pola tindakan yang dilakukan guru, yang disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan siswa.

1.5. Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Gaya Kepemimpinan Guru dan

Motivasi Belajar Siswa

Dalam melakukan kegiatan dan proses belajar, terutama saat menuntut ilmu di pendidikan formal, diperlukan motivasi guna memaksimalkan hasil dari kegiatan dan proses belajar tersebut. Motivasi mempunyai peran yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai seluruh daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Motivasi sangat diperlukan sebab seseorang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.

(14)

19

yang lain merupakan faktor yang nyata ada dalam kelas dan tidak bisa dihilangkan. Oleh karena itu pengelolaan kelas yang harus dilakukan guru, salah satunya untuk mengatasi hal tersebut, dan siswa tetap dapat menerima materi pelajaran serta berprestasi.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Sari (2010) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan gaya kepemimpinan dan kreativitas secara simultan terhadap prestasi belajar siswa.

Situasi kelas yang termotivasi dapat mempengaruhi proses belajar maupun tingkah laku siswa. Siswa yang termotivasi untuk belajar akan sangat tertarik dengan berbagai tugas belajar yang sedang mereka kerjakan; menunjukkan ketekunan yang tinggi; variasi aktivitas belajar merekapun lebih banyak. Di samping keterlibatan mereka dalam belajar lebih besar, mereka juga kurang menyukai tingkah laku yang menyimpang yang akan menimbulkan permasalahan disiplin.

B. F. Skinner (Prayitno, 1989), mengemukakan bahwa motivasi siswa sangat ditentukan oleh lingkungannya. Oleh karena itu siswa akan termotivasi dalam belajar jika lingkungan belajar dapat memberikan rangsangan sehingga siswa tertarik untuk belajar. Guru, demikian kata Skinner, harus menyusun lingkungan atau suasana belajar secara bijaksana sehingga siswa termotivasi untuk belajar.

Guru bertanggung jawab untuk membina hubungan sosial yang akrab, ramah, dan saling menolong dalam belajar. Oleh karena itu hubungan sosial yang berorientasi akademis hendaklah dikembangkan oleh guru agar kegiatan kerjasama diarahkan untuk mencapai tujuan akademis. Guru adalah orang yang bertanggung jawab untuk terciptanya hubungan sosial di dalam kelas yang benar-benar menunjang pencapaian tujuan belajar.

(15)

20

murid agar mau belajar dengan sukarela dan senang memungkinkan tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik. Semakin senang perasaan (enjoyable) anak dalam mengikuti pembelajaran, diharapkan tujuan pembelajaran yaitu perubahan tingkah laku siswa tercapai secara optimal. Guru sebagai pemimpin dalam proses pengajaran, berperan dalam mempengaruhi atau memotivasi siswa agar mau melakukan pekerjaan yang diharapkan sehingga pekerjaan guru dalam mengajar menjadi lancar, murid paham dan menguasai materi pelajaran sehingga tercapai tujuan pembelajaran.

(16)

21

bagi terciptanya kondisi belajar mengajar optimal. Siswa akan belajar secara produktif baik saat diawasi guru maupun tanpa diawasi guru.

Menurut Davis (1996) dalam Irwan Nasution dan Syafaruddin, dalam konteks peran guru, memimpin adalah pekerjaan yang dilakukan oleh guru untuk memberikan motivasi, mendorong dan membimbing siswa sehingga mereka akan siap untuk mencapai tujuan belajar yang telah disepakati.

Bila siswa mempunyai pandangan yang negatif tentang gaya kepemimpinan guru maka siswa akan menjadi malas untuk mengikuti pelajaran, tidak termotivasi dan malas melakukan pekerjaan belajarnya. Gaya kepemimpinan guru selanjutnya akan dipersepsikan oleh siswa baik positif maupun negatif. Diharapkan persepsi siswa yang positif terhadap gaya kepemimpinan guru akan semakin meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Sebaliknya siswa yang memiliki persepsi negatif terhadap gaya kepemimpinan guru akan mengakibatkan siswa menjadi malas untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas dan tidak termotivasi untuk belajar.

1.6. Hipotesis

H0 : rxy < 0 : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi siswa terhadap gaya kepemimpinan guru dan motivasi belajar siswa. H1 : rxy > 0: Ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi siswa

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan, Tingkat Kemahalan Harga Saham, Return Saham, dan Likuiditas Saham Perusahaan

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN, TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM, RETURN SAHAM, DAN LIKUIDITAS SAHAM PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT DAN YANG TIDAK PADA PERUSAHAAN

4.1. Capaian pembelajaran mata kuliah ini meliputi: 1) mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan busana tradisional Indonesia, perkembangan busana kuno

Materi yang diberikan yaitu mahasiswa dapat menyiapkan tempat kerja dan perlengkapan membordir, membuat dan memindahkan desain hiasan pada kain yang akan dibordir sesuai

Dengan mengetahui langkah-langkah dengan menggunakan pembelajaran metode inkuiri model Alberta akan terlihat bagaimana sikap peserta didik terhadap pembelajaran tersebut.

Catatan : Data eksistensi perusahaan terkait NPWP tidak dapat dilakukan perubahan data isian secara manual dalam hal data terkait Pengguna Jasa Kepabeanan telah terdapat pada

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Alamat : Jl. Rasuna Said Kav. Agus Salim No. Mega Kuningan Lot No. Rasuna Said Kav.. KEDUTAAN BESAR UKRAINA Jl. Rasuna Said Kav.. MOH.YAMIN SH NO. 29 MENTENG, JAKARTA PUSAT 10310 PH