Pada bab ini akan dije hole mengalir ke junction
bertemu dengan hole, maka
ijelaskan teori dan konsep yang mendasari peranc a yang dibuat pada skripsi, yaitu teori yang memb LED dan hubungannya dengan warna-warna yan sa didapatkan tujuh pilihan variasi warna.
D dan Warnanya
haya atau yang dikenal dengan nama LED mer mancarkan cahaya monokromatik yang tidak ko
D sama seperti sebuah dioda normal, yang terdir tor yang didop / diisi penuh dengan ketidakmu
tur yang disebut p-n junction. Pembawa muatan on dari elektroda dengan tegangan berbeda. Ke
ka akan jatuh ke tingkat energi yang lebih rendah, n / cahaya, dengan proses kerja ditunjukkan pada nama elektroluminesensi [5, h.1].
Gambar 2.1. Cara kerja di dalam sebuah LED.
Warna LED bergantung pada selisih pita energi dari bahan yang membentuk p-n junction. Tidak seperti lampu pijar maupun neon yang tidak bergantung pada adanya
polarisasi, LED mempunyai kecenderungan polarisasi. Chip LED mempunyai kutub positif dan kutub negatif (p-n), dan hanya akan menyala bila diberikan arus maju. Karakteristik chip LED secara umum sama dengan karakteristik dioda yang hanya memerlukan tegangan minimal tertentu untuk dapat beroperasi, namun tidak boleh diberi tegangan maju yang terlalu besar, karena LED akan rusak. Tegangan yang diperlukan sebuah diode untuk dapat beroperasi disebut tegangan maju / forward voltage (Vf). LED dengan warna yang berbeda pada umumnya memiliki nilai Vf yang
berbeda pula.
LED dapat memancarkan cahaya dengan warna yang berbeda karena dibuat dari bahan semikonduktor yang berbeda. Bahan semikonduktor akan menghasilkan cahaya dengan panjang gelombang dengan nilai tertentu. Cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda akan memiliki warna pancaran yang berbeda pula. LED yang dikenal secara umum merupakan LED konvensional, dibuat dari mineral anorganik yang bervariasi [6, h.1]. Hubungan bahan penyusun LED dan warna pancaran yang dihasilkan ditunjukkan pada Tabel 2.1. Pada tabel tersebut ditunjukkan bahwa warna pancaran sebuah LED sangat ditentukan oleh perbandingan dari tiap komposisi bahan penyusunnya.
Tabel 2.1. Bahan semikonduktor penyusun LED dan warna yang dihasilkan.
Bahan Penyusun Warna LED
Aluminium Gallium Arsenide (AlGaAs) Merah dan Inframerah Gallium Aluminium Phosphide (GaAlP) Hijau
Gallium Arsenida Phosphide (GaAsP) Merah, Oranye merah,
Oranye dan Kuning
Gallium Nitrida (GaN) Hijau, dan Biru
Gallium Phosphide (GaP) Merah, Kuning, dan Hijau
Zinc Selenide (ZnSe) Biru
Indium Gallium Nitride (InGaN) Hijau kebiruan dan Biru
Indium Gallium Aluminium Phosphide
(InGaAlP)
Silicon Carbide (SiC) Biru
Diamond (C) Ultraviolet
Silicon (Si) Biru (dalam pengembangan)
Sapphire (Al2O3) Biru
2.2. Konsep Dasar Warna RGB dan Kombinasinya
Warna RGB adalah warna additive yang bertujuan sebagai penginderaan dan presentasi gambar dalam tampilan pada peralatan elektronik. Warna additive adalah warna yang berasal dari cahaya, dan disebut spektrum. Warna primer atau pokok additive ada tiga, yaitu red, green, dan blue. Warna pokok additive dalam komputer
disebut model warna RGB [7]. Model warna RGB adalah model warna berdasarkan konsep penambahan kuat cahaya primer yang berorientasi pada perangkat keras / hardware, model warna ini dikhususkan untuk warna tampilan pada monitor, kamera
video, dan berbagai peralatan elektronika penampil gambar.
Model warna RGB didasarkan pada teori bahwa mata manusia peka terhadap panjang gelombang 630 nm untuk red, 530 nm untuk green, dan 450 nm untuk blue. RGB merupakan warna dasar yang difungsikan untuk berbagai intensitas cahaya, dengan mengatur intensitas cahaya ketiga warna primer tersebut maka dapat dihasilkan warna-warna yang berlainan. Paduan dari warna primer dengan intensitas yang sama akan menghasilkan empat warna baru yang ditunjukkan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Representasi campuran warna RGB.
tersier dibentuk dari tiga warna primer. Irisan dari dua warna primer pada Gambar 2.2 merupakan warna sekunder yang dihasilkan dari paduan dua warna primer pembentuknya. Tiga warna sekunder tersebut adalah cyan, magenta, dan yellow. Warna sekunder yang didapat dari kombinasi dua warna primer ditunjukkan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Kombinasi dua warna primer. Kombinasi warna primer Warna sekunder
Green + Blue Cyan
Red + Blue Magenta
Red + Green Yellow
Setiap warna sekunder adalah komplemen dari satu warna primer. Gabungan dari dua warna primer merupakan komplemen dari warna primer yang lain, yang ditunjukkan pada Tabel 2.3. Pada Gambar 2.2 dapat dilihat bahwa warna primer dan komplemennya terletak saling berseberangan. Gabungan dari tiga warna primer atau sebuah warna primer dengan komplemennya menghasilkan warna tersier, yaitu white. Warna white pada Gambar 2.2 dapat dilihat dari irisan ketiga warna primer.
Tabel 2.3. Komplemen warna primer. Warna sekunder Komplemen warna primer
Cyan Red
Magenta Green
Yellow Blue
Dengan mengombinasikan tiga warna primer RGB maka dapat dihasilkan empat warna baru, sehinga total warna yang tersedia ada tujuh, yaitu red, green, blue, cyan, magenta, yellow, dan white [8].
Gambar 2.3. Komposisi tiap piksel dot matrix RGB.
Tiga warna primer tersebut dan empat warna hasil kombinasinya ditampilkan pada dot matrix RGB ukuran delapan kolom kali tujuh baris yang ditunjukkan pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4. Tujuh warna dasar yang tersedia.
Gambar 2.6. Contoh tampilan teks satu warna dengan warna latar belakang.