• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Isolasi Transformator Tenaga Akibat Pengaruh Pembebanan (Studi Kasus Transformator Tenaga 3 Gardu Induk Gas Insulated Switchgear Listrik Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kinerja Isolasi Transformator Tenaga Akibat Pengaruh Pembebanan (Studi Kasus Transformator Tenaga 3 Gardu Induk Gas Insulated Switchgear Listrik Medan)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnet [1]. Transformator digunakan untuk menaikkan ataupun menurunkan tegangan listrik sesuai dengan kebutuhan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan keandalan tenaga listrik yang akan disalurkan ke konsumen. Tegangan tinggi yang dinaikkan dengan transformator digunakan pada saluran transmisi, hal ini dilakukan untuk mengurangi rugi-rugi yang terjadi pada saluran, dengan menaikkan tegangan maka rugi-rugi saluran dapat diperkecil. Setelah itu tegangan akan diturunkan pada gardu distribusi untuk selanjutnya disalurkan pada pelanggan.

Di dalam bidang elektronika, trafo banyak digunakan antara lain untuk [2]: 1. Gandengan impedansi (input impedance) antara sumber dan beban. 2. Menghambat arus searah (DC = Direct Current) dan melewatkan arus

bolak-balik.

3. Menaikkan dan menurunkan tegangan AC. Berdasarkan frekuensi kerja, trafo dikelompokkan menjadi:

1. Trafo daya (50-60) Hz

2. Trafo pendengaran (20 Hz – 20 KHz) 3. Trafo MF (455 KHz)

4. Trafo RF (>455KHz)

Trafo RF disebut juga spul Oscillator atau spul Antena. Pengelompokan trafo di dalam bidang tenaga listrik adalah:

1. Trafo daya

Trafo ini digunakan untuk menaikkan tegangan sampai ratusan ribu Volt

(2)

Trafo ini terdiri atas trafo arus dan trafo tegangan. Di dalam bentuk dasar, inti trafo terdiri dari tiga macam, yaitu:

1. Open core (inti terbuka) 2. Closed core (inti tertutup)

3. Shell core (inti bentuk cangkang)

Transformator yang digunakan dalam sistem tenaga dapat berupa transformator 3-fasa dan dapat pula transformator 1-fasa. Jika transformator 3-fasa dibandingkan dengan 3 buah transformator 1-fasa yang kapasitasnya sama, ternyata berat transformator 3-fasa kira-kira 80% dari berat transformator 1-fasa. Transformator 3-fasa juga lebih menguntungkan dalam hal pondasi, pengawatan (wiring) dan ruang yang diperlukan. Tetapi untuk kelas 500 kV, transformator 1-fasa yang dipakai karena sulitnya pengangkutan.Untuk menanggulangi masalah pengangkutan dipakai transformator 3-fasa khusus, yang dapat diangkut dalam keadaan 1-fasa dan kemudian dihubungkan menjadi 3-fasa di dalam minyak, dengan bushingnya dipasang di tempat [3].

2.2 Konstruksi Transformator

Pada dasarnya transformator terdiri dari kumparan primer dan kumparan sekunder yang dibelitkan pada inti ferromagnetik. Transformator yang menjadi fokus disini adalah transformator daya.

Konstruksi transformator daya ada pada dua tipe yaitu tipe inti (core type) dan tipe cangkang (shell type). Kedua tipe ini menggunakan inti berlaminasi yang terisolasi satu sama lainnya, dengan tujuan untuk mengurangi rugi-rugi arus Eddy [4].

2.2.1 Tipe Inti (Core Type)

(3)

Gambar 2.1 Konstruksi transformator tipe inti (core type)

2.2.2 Tipe Cangkang (Shell Type)

Jenis konstruksi transformator yang kedua adalah tipe cangkang yang dibentuk dari lapisan inti berisolasi dan kumparan dibelitkan di pusat inti, dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Konstruksi transformator tipe cangkang (shell type)

2.3 Prinsip Kerja Transformator

Trafo terrdiri dari dua gulungan kawat yang terpisah satu sama lain, yang dibelitkan pada inti yang sama.

Daya listrik dipisahkan dari kumparan primer ke kumparan sekunder dengan perantaraan garis gaya magnet (flux magnet) yang dibangkitkan oleh aliran listrik yang mengalir melalui kumparan primer.

(4)

Saat kumparan primer dihubungkan ke sumber listrik AC, pada kumparan primer timbul gaya gerak magnet bersama yang bolak-balik juga. Dengan adanya gaya gerak maget ini, di sekitar kumparan primer timbul flux magnet bersama yang juga bolak-balik. Adanya flux magnet bersama ini pada ujung-ujung kumparan sekunder yang mungkin sama, lebih tinggi, atau lebih rendah dari gaya gerak listrik primer. Hal ini bergantung pada perbandingan transformasi kumparan trafo tersebut.

Jika kumparan sekunder dihubungkan ke beban, maka pada kumparan sekunder timbul arus listrik bolak-balik sekunder akibat adanya gaya gerak listrik induksi primer. Hal ini mengakibatkan timbulnya gaya gerak magnet pada kumparan sekunder dan akibatnya pada beban timbul tegangan sekunder.

Kombinasi antar gaya gerak magnet induksi sekunder dan primer disebut induksi silang atau mutual induction [1].

2.3.1 Keadaan Transformator Tanpa Beban

Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber tegangan V1 yang sinusoidal, akan mengalir arus primer I0 yang juga sinusoidal

dan dengan menganggap belitan N1 reaktif murni, I0 akan tertinggal 900 dari juga

V1 (Gambar 2.3b). Arus primer I0

Gambar 2.3 Transformator dalam keadaan tanpa beban

(5)

Φ= Φ���� sin��……….………..(2.1)

Fluks yang sinusoidal ini akan menghasilkan tegangan induksi �1 (Hukum Faraday).

�1= −�1

�Φ ��

�1 = −�1

�(���� sin��)

�� �1 = −�1�Φ���� cos�� (tertinggal 900

Dimana : �1 = Gaya gerak listrik induksi (Volt)

dari Φ)……….….(2.2)

1 = Jumlah belitan di sisi primer � = Kecepatan sudut putar (rad/s)

Φ = Fluks magnetik (Tesla)

Harga efektifnya:

E1 =

N1ωΦmaks √2 E1 =N1 2πfΦmaks

√2

E1 =

N1 2 x 3,14 fΦmaks √2

E1 = N1 6,28 fΦmaks

√2

E1 = 4,44 N1f Φmaks ………...(2.3)

Pada rangkaian sekunder, fluks (Φ) bersama tadi menimbulkan:

�2 =−�2�Φ��

�2 =−�2�Φ���� cos��

(6)

Sehingga �1 �2

=

�1

�2

Dengan mengabaikan rugi tahanan dan adanya fluks bocor, diperoleh hubungan:

�1 �2

=

�1

�2

=

�1

�2

=

a………(2.5)

Dimana: �1 = GGL induksi di sisi primer (Volt)

�2 = GGL induksi di sisi sekunder (Volt)

�1 = Tegangan terminal di sisi primer (Volt)

�2 = Tegangan terminal di sisi sekunder (Volt)

�1 = Jumlah belitan di sisi primer

�2 = Jumlah belitan di sisi primer f = Frekuensi (Hertz)

a = Faktor transformasiV

2.3.2 Keadaan Transformator Berbeban

2

Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban ZL, I2

�2

=

V2 �,

akan mengalir pada kumparan sekunder, dimana

Gambar 2.4 Transformator dalam keadaan berbeban

Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2 I2 yang

(7)

IM. Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus

mengalir arus �2′, yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I2

�1 = �0+�2′ (ampere)……….……….(2.6) , hingga keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer menjadi [4]:

Bila komponen arus rugi tembaga (�) diabaikan, maka �1 =�, sehingga:

�1 = ��+�2′ (ampere)…………...……….(2.7)

Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan oleh arus pemagnetan IM

�1�� = �1�1− �2�2

saja, berlaku hubungan:

�1�� = �1(�1+��)− �2�2

Hingga

�1�2′ = �2�2………

...

……….(2.8)

Karena nilai � dianggap kecil maka �2′ =�1

Jadi,

�1�1 =�2�2 atau

�1 �2

=

�2

�1

=

1

�………...……….………..(2.9)

2.4 Rugi-rugi Pada Transformator

(8)

Beberapa rugi-rugi yang terjadi di dalam transformator diantaranya adalah rugi- rugi inti besi.Rugi-rugi pada inti besi dapat disebabkan oleh fluks bocor pada inti besi. Beberapa yang termasuk rugi-rugi besi adalah [1]:

1. Rugi hysteresis, yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak-balik pada inti besi, yang dinyatakan dengan:

�ℎ = �ℎ ������1.6 ………(2.10)

Dimana: � = rugi-rugi hysteresis (Watt)

�ℎ = konstanta

� = frekuensi (Hertz)

���� = kerapatan fluks maksimum (Tesla)

2. Rugi arus Eddy, yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi. Dirumuskan:

�� =���2�����2 ………..(2.11) Dimana: � = rugi arus Eddy (Watt)

� = frekuensi (Hertz)

�� = konstanta

����� = kerapatan fluks maksimum (Tesla) Jadi, rugi-rugi yang terjadi pada inti besi dapat dirumuskan:

�� =�ℎ +�� ………...(2.12) Sementara rugi-rugi yang terjadi pada konduktor yang digunakan pada belitan transformator disebut rugi tembaga. Rugi tembaga terjadi karena arus yang mengalir pada belitan tembaga, nilainya:

��� = �2� ……….(2.13) Karena arus beban berubah-ubah, rugi tembaga juga tidak konstan bergantung pada beban.

2.5 Isolasi Kumparan Transformator Daya Tegangan Tinggi

(9)

kumparan tegangan tinggi dan kumparan tegangan rendah harus diisolasi satu sama lain, elemen kumparan diisolasi juga terhadap inti dan gandar dibumikan. Dengan demikian isolasi trafo daya dapat dibagi tiga jenis, yaitu:

1. Isolasi minor, yaitu isolasi yang memisahkan satu belitan dengan belitan lain dalam satu elemen kumparan.

2. Isolasi mayor, yaitu isolasi yang memisahkan kumparan tegangan tinggi dengan bagian yang bertegangan rendah. Isolasi ini terbagi lagi atas isolasi utama, yang memisahkan kumparan tegangan tinggi dengan kumparan tegangan rendah; dan isolasi gandar yang memisahkan belitan tegangan tinggi dengan gandar.

3. Isolasi fasa, yaitu isolasi antara tegangan tinggi dengan kumparan tegangan tinggi yang lain pada trafo tiga fasa.

Isolasi mayor, isolasi minor, dan isolasi fasa, ketiganya disebut isolasi kumparan tegangan tinggi. Penamaan ini diberikan karena kumparan tegangan tinggi merupakan elektroda yang harus diisolasi terhadap bagian-bagian trafo yang bertegangan rendah.Bahan isolasi yang utama digunakan, baik untuk isolasi mayor maupun minor, adalah minyak trafo yang dikombinasikan dengan dielektrik padat [6].

2.6 Jenis Pendingin Transformator Daya

Pada inti besi dan kumparan-kumparan akan timbul panas akibat rugi-rugi besi dan rugi-rugi tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan, akan merusak isolasi (di dalam transformator). Maka untuk mengurangi kenaikan suhu transformator yang berlebihan maka perlu dilengkapi dengan alat/sistem pendingin untuk menyalurkan panas keluar transformator. Media yang dipakai pada sistem pendingin dapat berupa [7]:

1. Udara/gas 2. Minyak 3. Air

(10)

Sedangkan pengalirannya (sirkulasi) dapat dengan cara: 1. Alamiah (natural)

2. Tekanan/paksaan

Jenis pendingin pada transformator daya dapat dibedakan menjadi [8]:

1. Transformator ONAN yaitu adalah transformator dengan minyak sebagai pendingin kumparan transformator yang bersirkulasi secara alami dan dengan udara sebagai pendingin luar transformator yang bersirkulasi secara alami pula.

2. Transformator ONAF yaitu transformator dengan minyak sebagai pendingin transformator yang bersirkulasi secara alami dan dengan udara sebagai pendingin luar transformator yang besirkulasi secara paksa/buatan. 3. Transformator OFAF yaitu transformator dengan minyak sebagai

pendingin transformator yang bersirkulasi secara paksa/buatan dan dengan udara sebagai pendingin luar transformator yang besirkulasi secara paksa/buatan.

4. Transformator OFWF yaitu transformator dengan minyak sebagai pendingin transformator yang bersirkulasi secara paksa/buatan dan dengan air sebagai pendingin luar transformator yang bersirkulasi secara paksa/buatan.

2.7 Temperatur Hot-spot

Pendekatan yang mungkin untuk mengukur temperatur hot-spot adalah dengan menggunakan teknik serat optik atau menggunakan model thermal dari transformator daya. Karena kompleksitas fenomena perpindahan panas sehingga dibuat model thermal yang tepat.Diagram thermal telah diterbitkan oleh IEC. Sebuah Diagram digunakan untuk memberikan [9] :

a. Penyebaran temperatur pada belitan b. Nilai-nilai temperatur pada titik tertentu

(11)

temperatur pada hot-spot sama dengan temperatur kumparan atas ditambah dengan 1.1 ∆���.

Kenaikan temperatur hot-spot dapat dibagi menjadi dua, yaitu a. Sirkulasi Minyak Alami.

Kenaikan temperatur hot-spot = kenaikan temperatur puncak minyak + 1.1 ∆���

Diketahui bahwa nilai dari kenaikan puncak minyak adalah 55 0C dan Nilai dari ∆��� adalah 21 0C.

Sehingga diperoleh [10]:

Kenaikan temperatur hot-spot = 55 0C + 1.1 x 21 0C = 55 0C + 23 0C = 78 0

b. Sirkulasi Minyak Paksaan

C

Pada sirkulasi paksaan kenaikan minyak akan lebih kecil daripada sirkulasi minyak alami.Pada kondisi ini, nilai dari kenaikan puncak minyak adalah 40 0C dan kenaikan temperature hot-spot adalah 78 0C. Kenaikan temperature hot-spot 78 0C diperoleh dengan [9]:

kenaikan puncak minyak adalah 40 0C dan perbedaan temperatur antara hot-spot dengan puncak minyak 38 0C.

sehingga:

(12)

2.8 Pengaruh Pembebanan Terhadap Umur Isolasi

Pengaruh pembebanan terhadap umur transformator dapat terjadi karena 2 hal, yaitu pada kondisi beban stabil dan pada kondisi beban berubah-ubah.

2.8.1 Pada Kondisi Beban Stabil

2.8.1.1 Kenaikan Temperatur Top Oil pada Beban Tertentu

Kenaikan temperatur top oil ini sama dengan kenaikan top oil pada besar daya dikalikan dengan perbandingan dari total rugi-rugi dan dipangkatkan dengan x.

Persamaan ini dirumuskan [9]:

∆�� = ∆���

1+��2

1+�

……….……….(2.14)

Dimana: ∆� = kenaikan temperatur top oil

∆��� = temperatur dengan besarnya :

K = rasio pembebanan, dirumuskan: C untuk OF

x = tergantung dari jenis pendingin, besarnya: x = 0,9 untuk ONAN dan ONAF

x = 1,0 untuk OFAF dan OFWF

d = perbandingan rugi

= �

��

2.8.1.2 Kenaikan Temperatur Hot-spot pada Beban Tertentu Kenaikan temperature Hot-spot dapat dirumuskan dengan [9]:

∆�� =∆�� + (∆��� − ∆���)�2�………...(2.15)

(13)

∆�� =∆��� �1+��

∆��� = tergantung pada jenis pendingin

C

∆��� = 55 0

∆��� = 40

C untuk ON, dan

0

∆�� = kenaikan temperatur hot-spot

K = rasio pembebanan

C untuk OF

y = tergantung pada jenis pendingin

y = 0,8 untuk ONAN dan ONAF

y = 0,9 untuk OFAF dan OFWF

2.8.2 Pada Kondisi Untuk Beban Berubah-ubah 2.8.2.1 Kenaikan Temperatur Top Oil

Kenaikan temperatur top oil ∆��� setelah pemakaian setelah pemakaian selama t mendekati persamaan eksponensial yang dapat dirumuskan [9]:

∆��� = ∆��0+ (∆�� − ∆��0)�1− �−�/�� ……….(2.17)

Dimana: ∆�0= kenaikan temperatur awal minyak

∆�� = kenaikan temperatur akhir minyak yang telah distabilkan sesuai dengan pertimbangan beban

�= waktu dalam jam, dengan:

� = 3 jam untuk ONAN dan ONAF

� = 2 jam untuk OFAF dan OFWF

∆���= kenaikan temperatur top oil

2.8.2.2 Kenaikan Temperatur Hot-spot

(14)

Kenaikan temperatur hot-spot pada saat tertentu dapat dirumuskan:

∆�� = ∆��� +(∆���− ∆���)�2� ………..(2.18)

Dengan memasukkan persamaan (2.17) di atas, maka akan diperoleh persamaan:

∆�� = ∆��0 + (∆�� − ∆��0)�1− �−�/��+(∆���− ∆���)�2�…….(2.19)

Dimana: ∆� = kenaikan temperatur hot-spot

∆��0 = kenaikan temperatur awal minyak

∆��= kenaikan temperatur akhir minyak yang telah distabilkan sesuai dengan pertimbangan beban

�= waktu dalam jam, dengan:

� = 3 jam untuk ONAN dan ONAF

� = 2 jam untuk OFAF dan OFWF

∆��� = kenaikan temperatur top oil y = tergantung pada jenis pendingin

y = 0,8 untuk ONAN dan ONAF

y = 0,9 untuk OFAF dan OFWF

K = rasio pembebanan

2.9 Penentuan Umur Isolasi Transformator.

Umur isolasi transformator dipengaruhi oleh panas yang terjadi dan waktu. Untuk menentukan umur transformator biasanya digunakan persamaan Arrhenius [6]:

� = ��+�/�………...(2.20)

Dimana: D = umur transformator yang diinginkan �+� = konstanta material

(15)

Untuk level temperatur pengoperasian transformator, Montsinger mengusulkan hubungan persamaan yang lebih sederhana, yaitu:

� = ��−��………...(2.21)

Dimana: D = umur transformator yang diinginkan K dan p = konstanta material

v = temperature hot-spot ( 0

2.10 Umur Pemakaian Relatif

C)

Persamaan Montsinger dapat digunakan untuk menentukan umur pemakaian relatif pada temperatur �, dibandingkan dengan umur pada saat pemakaian normal ���. Dirumuskan [9]:

=

penggunaan umur saatθc

penggunaan umur saatθcr

=

2(θc−θcr)/6

=�0,693(θc−θcr)/6………...…………...(2.22)

Dimana: � = umur pemakaian relatif

��� = 98 0

Bila persamaan (2.22) di atas diubah dalam bentuk log10, maka akan diperoleh persamaan:

C (nilai ini dari publikasi IEC 76 (1967)

� = 10(θc−98)/19,93………(2.23)

2.11 Persamaan Diagram Kehilangan Umur dalam Periode 24 Jam

(16)

2.11.1 Pengoperasian dalam Temperatur Konstan

Umur pemakaian pada pengoperasian temperatur konstan dapat dirumuskan dengan tV.

2.11.2 Pengoperasian dalam Temperatur Berubah-ubah

Umur pemakaian pada pengoperasian temperatur berubah-ubah dapat dirumuskan dengan ∫ ����

0 .

2.11.3 Durasi Pengoperasian yang Masih Diijinkan pada Dari persamaan (2.23) diperoleh:

�� = 98 + 19,93 log10�………(2.24) Umur pemakaian dalam jam:

�� =� x10(��−98)/19.93………...(2.25) Sehingga tV sama dengan 24:

� =24

� = 24 x 10

Gambar

Gambar 2.1 Konstruksi transformator tipe inti (core type)
Gambar 2.3 Transformator dalam keadaan tanpa beban
Gambar 2.4 Transformator dalam keadaan berbeban

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 4.8 Segitiga Duval IBT 2 GITET Ungaran Setelah di-plot pada Segitiga Duval terlihat pada tahun 2007 minyak isolasi berada pada daerah DT (Indeterminate - thermal