• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KA"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

DI RUMAH SAKIT SARI MUTIARA MEDAN

TAHUN 2016

D I S U S U N Oleh KELOMPOK II 1. AYU ASHARI 2. NURA SAFITRA 3. ARINI ITAWARI 4. SRI MULIANI 5. ISNAWATI

6. DWIFAL NUARI FATIHA 7. ROBET JADI TUA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

(2)

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Tn.P Dengan Gangguan Sistem Persepsi Sensori Katarakdi Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Dalam pembuatan laporan ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik di lihat dari segi isi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan laporan ini.

Medan, Mei 2016

(3)

1.1.Latar Belakang

Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini

menyerang tanpa disadari oleh penderitanya.Katarak terjadi secara perlahan - lahan.

Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata.

Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan meningkat

dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan diobati. Kebutaan

merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang serius bagi setiap

negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence Research Group (2004)

memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita penyakit mata dan kebutaan didunia akan

mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan

meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi

usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata. WHO memiliki catatan mengejutkan

mengenai kondisi kebutaan didunia, khususnya dinegara berkembang.

Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada

di negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara tertinggi di

Asia Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut Spesialis Mata dari RS Pondok

Indah Dr Ratna Sitompul SpM, tingginya angka kebutaan di Indonesiadisebabkan usia

harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat. “karena beberapa penyakit mata

disebabkan proses penuaan. “Artinya semakin banyak jumlah penduduk usia tua,

semakin banyak pula penduduk yang berpotensi mengalami penyakit mata.

Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak

(0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak merupakan kelainan

mata yang terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh.Dalam keadaan normal

(4)

jernih dan tembus cahaya.Selama ini katarak banyak diderita mereka yang berusia

tua.Karena itu, penyakit ini sering diremehkan kaum muda. Hal ini diperkuat

berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang

Indonesia mengalami kebutaan karena katarak dan rata - rata diderita yang berusia 40 -

55 tahun.

Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara

mereka tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena

proses degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data

statistik lebih dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55

persen orang berusia 75 - 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak

(Irawan, 2008).

1.2. Tujuan Penulisan 1.2.1. Tujuan Umum

Untukmemberikan gambaran yang nyata tentang asuhan keperawatan pada

Tn.P dengan Gangguan Sistem Penglihatan Katarak di Rumah Sakit Sari Mutiara

Medan.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Untuk melakukan pengkajian Pada Tn.P dengan Gangguan Sistem Persepsi

Sensori : Katarak

2. Untuk merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan Sistem

Persepsi Sensori : Katarak

3. Untuk menyusun rencana tindakan pada Tn.P dengan Gangguan Sistem

(5)

4. Untuk melaksanakan rencana tindakan keperawatan pada Tn.P dengan

Gangguan Sistem Persepsi Sensori : Katarak

5. Untuk mengevaluasi hasiltindakan keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan

Sistem Persepsi Sensori : Katarak

1.3. Manfaat Penulisan

1. Bagi Rumah Sakit diharapkan laporan kasus ini sebagai bahan masukan dalam

melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan Sistem Persepsi

Sensori : Katarak

2. Bagi pasien diharapkan hasil penulisan laporan kasus ini sebagai bahan masukan

dalam menambah pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan pada Tn.P Gangguan

Sistem Persepsi Sensori : Katarak

3. Bagi institusi diharapkan hasil penulisan laporan kasus ini sebagai bahan bacaan

dengan kegiatan dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn.P dengan

Gangguan Sistem Persepsi Sensori : Katarak

6. Manfaat bagi penulis diharapkan hasil penulisan laporan ini sebagai Matahari

pengalaman langsung dan masukan tentang Asuhan Keperawatan pada Tn.P

(6)

6. 7. 2.1 Katarak

8. 2.1.1 Defenisi

9. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat

terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat

keduanya (Ilyas, 2008).Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang

mengubah gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab

umum kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003)

10. Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada

serabut atau bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses

penuaan yang terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin,

2008). 11.

12. 2.1.2 Anatomi Fisiologi

13. Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5

cm, yang terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan.

Kuat dan tidak elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan bentuk bola

mata dan memberikan proteksi terhadap bangunan - bangunan halus dibawahnya. 14. Didalam mata ada 3 lapisan yaitu :

15. 1. Lapisan luar, yang terdiri dari : 16. - Sclera

17. - Kornea

18. 2. Lapisan tengah, yang terdiri dari : 19. - Koroid

20. - Badan (korpus) siliare 21. - Iris

22. 3. Lapisan dalam, yang terdiri dari : 23. - Retina

24. - Fundus optic ,Lensa dan Badan vitreus

25. Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat

memutar bola mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan

mata.Pergerakan mata yang terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan untuk

smemungkinkan fovea sentralis pada masing - masing mata untuk menerima

gambaran pada waktu yang sama.gambaran berfokus dari fovea masing - masing

(7)

mata, ditranmisikan ke area optic darikorteks serebri, tempat otak

menginterpretasikan dua gambaran sebagai suatu gambaran (Istiqomah, 2003). 26.

27. 2.1.3 Etiologi Katarak

28. Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti : 29. 1. Fisik

30. 2. Kimia

31. 3. Penyakit predisposisi

32. 4. Genetik dan gangguan perkembangan 33. 5. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin 34. 6. Usia

35. (Tamsuri, 2008) 36.2.1.4 Klasifikasi Katarak

37. Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1 tahun. 2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.

3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun

38. Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi : 39. 1. Katarak traumatika

40. Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul

maupun tajam.Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak

monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X, Radioaktif,

dan benda asing.

41. 2. Katarak toksika

42. Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia

tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti

kortikosteroid dan chlorpromazine. 43. 3. Katarak komplikata

44. Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai

itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus,

hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan miopia

atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.

45. Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :

1. Katarak insipient

46. Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk

(8)

2. Katarak imatur

47. Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan

terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi

dangkal. 48.

3. Katarak matur

49. Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan

lensa.

4. Katarak hipermatur

50. Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat

mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa (Tamsuri, 2008). 51.

70.PATHWAY KATARAK

71.

Usia lanjut dan

proses penuaan Congenital atau bisa diturunkan.

cedera mata Penyakit

metabolik(misalnya DM)

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier

(9)

78.

mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional

sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan. Temuan

objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil

sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.

97. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan

bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.

Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan

dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya

hitam, akan tampak kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak biasanya terjadi

bertahap selama bertahun - tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa Hilangnya tranparansi

lensa

Perubahan kimia dlm protein lensa

koagulasi

mengabutkan pandangan

Terputusnya protein lensa disertai influks air kedalam lensa

Usia meningkat

Penurunan enzim menurun

Degenerasi pd lensa

KATARAK

Post op Nyeri

(10)

koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth,

2001).

98.2.1.6 Komplikasi

99. Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami

penyakit katarak adalah sebagai berikut :

1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,

sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.

2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga

mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003).

100. 2.1.8. Pemeriksaan Diagnostik 1. Uji mata

2. Keratometri

3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis 4. A-scan ultrasound (echography)

5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya

bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth, 2001). 101. Darah putih: dibawah 10.000 normal

102. 2.1.9.Penatalaksanaan

103. Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan

pembedahan laser.Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan

prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan

pengisapan keluar melalui kanula.

104. Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat

sampai ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka

penanganan biasanya konservatif.Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan

sehari - hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas,

kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain - lain, sangat penting untuk menentukan terapi

mana yang paling cocok bagi masing - masing penderita.

105. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut

untuk bekerja ataupun keamanan.Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam

(11)

lagi.Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang

berusia lebih dari 65 tahun keatas.Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesia

local (retrobulbar atau peribulbar, yang dapat mengimobilisasi mata).Obat penghilang

cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan dengan

draping bedah.

106. Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak :

ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya

penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang

menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler

lain, seperti retinopati diabetika (Suddarth, 2001). 107. 2.2 Asuhan Keperawatan

108. 2.2.1. Pengkajian

109. Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien(Nursalam, 2001) 110. ` Adapun data-data dari pengkajian Katarak adalah:

a. Aktivitas /Istirahat: Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas biasanya/ hobi

sehubungan dengan gangguan penglihatan.

b.Makanan/cairan: Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut)

c. Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas),sinar

terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,

kesulitan memfokus kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).

Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,

kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Dan tandanya ytaitu

Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), Pupil menyepit ddan

merah/mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat),danPeningkatan

(12)

d. Nyeri/Kenyamanan :Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata berair

(glaukoma kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau tekanan pada dan

sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).

e. Penyuluhan / Pembelajaran :Gejala yaitu Riwayat keluarga glaukoma,

diabetes, gangguan sistem vaskuler, Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor

(contoh peningkatan tekanan vena), dan ketidakseimbangan endokrin,

diabetes (glaukoma).

111. 2.2.2 Diagnosa Keperawatan

112. Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia ( status kesehatan dan resiko perubahan sosial) dari individu atau

kelompok. Dimana perawat secara kontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberi

intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan , menurunkan,membatasi,

mencegah dan merubah (Nursalam, 2001)

113. Menurut Doenges Marylin diagnosa keperawatan yang ditemukan pada

pasien dengan penyakit katarak adalah:

1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan intraokuler,

kehilangan vitreous.

2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak). 3. Gangguan sensori-perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan sensori/status

organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d menurunnya ketajaman,

gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap rangsang.s

4. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi, prognosis, pengobatan

b/d tidak mengenal sumber informasi , salah interprestasi informasi, keterbatasan

kognitif.

114. 115. 116. 117. 118. 119.

120. Intervensi Keperawatan

(13)

No nosa an hasil si akan dapat dikontrol oleh klien setelah

a. Penggunaan alat bantu dengan

1. Identifikasi kebiasaan dan faktor-faktor yang

mengakibatka n risiko jatuh 2. Kaji riwayat

jatuh pada klien dan keluarga 134.

3. Identifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan terjadinya risiko jatuh (lantai licin) 4. Sediakan alat

bantu (tongkat,

walker)

135.

5. Ajarkan cara penggunaan alat bantu (tongkat atau

walker)

6. Instruksikan pada klien untuk 7. Ajarkan pada

136.

1. Mengetahui kebiasaan-kebiasaan klien yang berpotensi mengakibatka n jatuh pada klien

2. Mengetahui penyebab jatuh klien agar untuk selanjutnya dapat dihindari 3. Memodifikasi

lingkungan yang berisiko menyebabkan jatuh klien 137. 138. 4. Membantu

klien untuk berjalan, agar dapat

menghindari benda yang menghalangi klien ketika berjalan 5. Agar klien

dapat

menggunakan alat bantu dengan tepat 6. Bantuan

(14)

keluarga untuk

menyediakan lantai rumah yang tidak licin

8. Ajarkan pada keluarga untuk

meminimalka n risiko terjadinya jatuh pada pasien

terganggunya penglihatan klien karena katarak 7. Lantai rumah

yang licin dapat

mengakibatka n klien tergelincir dan jatuh

8. Keluarga juga harus

berperan serta dalam

meminimalka n risiko terjadinya jatuh pada klien

etas klien berkurang Anxiety self control 3. mengontrol

respon dan terapi sesuai kondisi klien

2. Dampingi klien untuk mengurangi maupun non verbal klien bertujuan agar klien tidak merasa sendiri sehingga emosi pada klien

(15)

146.

5. Berikan terapi nonfarmakolo gis untuk mengurangi ansietas klien

148.

6. Kolaborasi dengan tim medis terkait pemberian obat untuk menurunkan saling percaya dan

mengurangi kecemasan klien akan terapi yang dialami klien

(16)

157.

158. 3.1. PENGKAJIAN

159. 3.1.1 Riwayat klien / Data Biologis

160. Nama :Tn.P

161. Alamat :Binjai

162. Telp

:-163. Tempat, Tanggal lahir/Umur :Tanjung keliling,4 maret

1932

164. Jenis kelamin :Laki - Laki

165. Suku :Jawa

166. Agama :Islam

167. Status perkawinan :Duda

168. Pendidikan

:-169. Alamat :Binjai

170. Orang yang paling dekat di hubungi :Anak Kandung

171. 3.1.2.Riwayat Keluarga

172. Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, kemudian

menantunya mengantarkan kepanti sosial, dikarenakan tidak ada yang merawat Tn, P

dirumah.Anak perempuan sibuk bekerja dan mengurusi rumah tangganya sehingga

kurang memperhatikan Tn,P istrinya sudah meninggal dunia dikarenakan

kelumpuhan. Setelah tinggal di panti sosial Tn.P menikah lagi dengan Ny,S yang

mana mereka bertemu dipanti sosial tersebut dan mereka pun tinggal bersama di

wisma Matahari, tetapi Tn.P mengatakan kalau dia hidup bersama dengan Ny.S hanya

sekitar 5 tahun. Karena Tn.P keluarga telah meninggal dunia pada umur 100 tahun

(17)

akibat kelumpuhan dan serangan jantung dan Tn,P keluargadikebumikan di kawasan

panti sosial tersebut.

173. 3.1.3.Riwayat Pekerjaan

174. Saat ini Tn.P tidak bekerja, sebelum tinggal di panti sosial Tn.P

bekerja sebagai petani dan kadang - kadang Tn.P pun berjualan tape untuk memenuhi

kebutuhannya sehari - hari. Dan setelah tinggal di panti, Tn.P tidak lagi sanggup untuk

bekerja dikarenakan semakin meningkatnya usia.

175. 3.1.4.Riwayat Lingkungan Hidup

176. Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, yang mana rumah

terbuat dari bambu dan atap dari rumbia, Rumah Tn.P tidak bertingkat, dan didalam

rumah terdapat dua kamar. Adapun jumlah orang yang ada di rumah Tn.P tersebut

adalah 11 orang, yang mana 8 orang adalah cucu dari Tn.P dan 2 lagi adalah anak dan

menantu dari An.S sendiri. Tetangga terdekat Tn.P adalah Ny. A yang selalu

membantu dikala Tn.P mengalami kesulitan.

177. 3.1.5.Riwayat Rekreasi

178. Tn.Pmempunyai hobi berjualan, Tn.P hidup dengan rukun bersama

anak - anaknya, Dalam keluarga Tn.P tidak mempunyai kegiatan rekreasi.

179. 3.1.6.Sumber / Sistem pendukung yang di gunakan

180. Bila Tn.P sakit, Tn.P berobat ke klinik yang tidak jauh dari tempat

tinggal jauh.

181. 3.1.7.Deskripsi hasil khusus (termasuk kebiasaan waktu tidur)

182. Sebelum tiggal dipanti, Tn,P tidak mempunyai kegiatan atau

(18)

siangnya Tn.P menghabiskan waktunya untuk tidur dikamar dan akan bangun kalau

waktu makan saja.

183. 3.1.8.Status kesehatan saat ini

184. Sejak satu tahun lalu Tn.P mengeluh nyeri di daerah kepala dan

dada.Tn. Pmengalami sakit ini sudah satu tahun ini, dulunya Tn.P tidak tahu kenapa

dia terus mengalami pusing dan dadanya terasa sesak, tapi setelah Tn.p berobat di

klinik baru Tn.Ptahu kalau Tn.P sakit hipertensi.Biasanya Tn.P mengonsumsi

captopril 12, 5 mg 2x1 dan kalau sakit dadanya kumat Tn.P mengkonsumsi neo

napacin tablet 1x dalam sehari.

185. Tn.P tidak pernah di imunisasi, danTn.P tidak ada riwayat alergi,

baik alergi terhadap obat maupun makanan.Tn.P makan 3x sehari dengan ½ porsi, Tn.

P mempunyai berat badan : 50 kg, Tn.P tidak punya masalah dalam mengkonsumsi

makanan.

186. 3.1.9. Status kesehatan masa lalu

187. Tn.P tidak mempunyai penyakit pada masa anak - anak, dan tidak

pernah di rawat di rumah sakit. Tetapi Tn.P mengatakan kalau Tn.P pernah mengalami

trauma yang mana waktu usia 18 tahun mata Tn.P terkena batang padi, sehingga

menyebabkan Tn.P tidak bisa melihat sampai sekarang. Dan Tn.P juga mengatakan

sewaktu terjadinya kejadian itu, Tn.P tidak langsung berobat, karena pada waktu itu

menurut keteranganTn.P belum ada layanan kesehatan, jadi mata Tn.P hanya di obati

dengan obat kampung saja.

188. 3.1.10. Riwayat keluarga

189. Tn.P merupakan anak pertama dari dua bersaudara,

(19)

darah tinggi. Dan ayah dari Tn.P sendiri telah meninggal dunia sewaktu usia Tn.P 13

tahun. Sedangkan ibunya meninggal karna kelumpuhan di waktu usia Tn.P 35 tahun.

190. 3.1.11. Pemeriksaan Fisik 191. a. Vital sign

192. TD :190/100 Mmhg 193. RR : 28 x/i 194. Pols : 84 x/i 195. Temp: 36 c 196. b. Pemeriksaan lain

197. Kepala

198. Bentuk kepala Tn.P bulat, kulit kepala tidak terlalu bersih, rambut acak -

acakan dengan warna rambut putih, dikepala terdapat ketombe dan bau yang

khas.Dan Tn.P juga mengaku sering mengalami sakit dan gatal pada kulit kepala. 199. Mata

200. Tn.Pmengalami perubahan penglihatan, dikarenakan usia lanjut. Dan mata

Tn.P hanya satu yang bisa melihat.Hal itu dikarenakan adanya trauma yang terjadi

pada Tn.P sehingga mengakibatkan mata kanannya tidak lagi berfungsi.Tn.Ptidak

menggunakan kacamata, sehingga dengan begitu Tn.Ptidak terlalu bisa melihat

dengan baik.

201. Fungsi penglihatan : terganggu karena adanya kekeruhan lensa pada mata

sebelah kanan dan mata sebelah kirinya tidak bisa melihat dengan baik

dikarenakan usia lanjut. 202. Telinga

203. Pendengaran Tn.Ptidak lagi berfungsi dengan baik, Tn.P tidak bisa

mendengar detak jarum jam, serumen ada dalam batas normal.Di dalam telinga

Tn.P tidak ada keluar cairan maupun peradangan. Dan Tn.P juga tidak

menggunakan alat bantu pendengaran.

204. Fungsi pendengaran : tidak terlalu baik, karna Tn.P tidak lagi bisa mendengar

dengan baik dikarenakan usia Tn.P yang semakin bertambah. 205. Hidung

206. Tn.P dapat mencium dengan baik.Didalam hidung tidak terdapat polip dan

tidak ada obstruksi didalam hidung.Dan didalam hidung Tn.P juga tidak

ditemukan adanya pendarahan maupun peradangan.

(20)

208. Mulut

209. Rongga mulut terlihat kotor kering dan pucat.Gigi Tn.P hanya tinggal 3

batang itu pun tinggal separuh karena habis keropos, lidah terlihat agak kotor dan

pucat.Tn.P mengalami perubahan suara.Suara sesak, dan Tn.P mengalami

kesulitan menelan.

210. Fungsi pengecapan : terganggu karna Tn.P sulit untuk mengunyah

dikarenakan gigi yang semakin lama semakin habis keropos dan adanya karies

pada gigi Tn.P 211. Leher

212. Pada leher Tn.Ptidak dijumpai pembengkakan pada kelenjar tyroid.Nyeri

tidak ada, dan pada leher Tn.P juga tidak ditemukan benjolan. 213. Payudara

214. Ukuran dan bentuk payudara Tn.P normal. Dan tidak ditemukan adanya

kelainan pada payudara Tn.P Dan pada payudara Tn.P juga tidak ditemukan

adanya benjolan dan pembengkakan serta tidak ada keluar cairan dari putting

susu.

215. Pernapasan

216. Inspeksi : simetris kedua lapangan paru 217. Perkusi : sonor kedua lapangan paru

218. Palpasi : strem premitus kedua lapangan paru 219. Auskultasi :vesikuler kedua lapangan paru 220. Kardiovaskuler

221. Tn.P sering mengalami nyeri dan ketidaknyaman pada

dada, Tn.P sering mengalami sesak nafas, dan jika sesak nafasnya kumat Tn.P

meminum neo napacin 1x dalam sehari. Sedangkan didaerah kaki, Tn.P tidak lagi

dapat berjalan dengan baik, Tn.P berjalan bungkuk dan terdapat perubahan warna

kaki pada Tn.P

222. Gastrointestinal

223. Tn.P mengalami disfagia dan perubahan kebiasaan pada defekasi.dan

Tn.Pjuga mengatakan kalau dia sering mengalami nyeri pada ulu hati. Tetapi

walaupun Tn.Pmengalami disfagia tetapi Tn.P masih dapat mencerna makanan

(21)

225. Tn.Pmengalami kelemahan otot, tetapi walaupun demikian Tn.P tidak

mempunyai masalah dengan cara berjalan. Tn.P masih bisa berjalan sendiri tanpa

menggunakan alat bantu seperti tongkat. 226. Sistem saraf pusat

227. Tn.P mengaku sering mengalami sakit kepala, tetapi Tn.P mengatakan

kalau dirinya belum pernah mengalami kejang dan serangan jantung. Karena

semakin meningkatnya usia maka Tn.P mengalami masalah pada memorinya,

sehingga Tn.P tidak mampu mengingat semua masa lalunya. 228. Sistem endokrin

229. Tn.P mengalami perubahan pada tekstur kulit, turgor

kulit lambat kembali jika diberi respon, dan Tn.P juga menagalami perubahan

pada rambut, rambut Tn.P putih dengan uban. 230.

231. Integument

232. Tn.P mengaku sering mengalami gatal - gatal pada kulitnya, itu dikarenakan

karena Tn.P tidak sepenuhnya bisa menjaga kebersihan dirinya, sehingga kulitnya

sering mengalami gatal - gatal. 233. Psikososial

234. Tn.P mengatakan cemas akan setiap hari - hari yang dilaluinya, Tn.P juga

mengaku kalau dia sering menangis jika mengingat akan jalan hidupnya. Dan

Tn.P juga mengatakan kalau dia sering mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi.

235. 3.2. Analisa Data 236. pandangan tidak jelas, pandangan berkabut.

 Do :visus berkurang, penurunan ketajaman penglihatan, dan terdapat kekeruhan pada lensa mata.

249.

(22)

260.

 Ds : Pasien mengatakan cemas dan takut.

 Do : Nadi meningkat, tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering melamun.

 Ds : Klien mengatakan tidak bisa melihat dengan jelas, pandangan kabur.

 Do : Klien tidak dapat banyak bergerak, kondisi tubuh tidakrapidan tampak acak - acakan.

 Ds : Klien mengatakan pedih di daerah mata.

 Do: Wajah meringis menahan sakit, klien berusaha memegang daerah mata

291.

292. Luka dimata

293.

294. Nyeri

295.

296. 3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan b/d penurunan ketajaman penglihatan

d/d visus berkurang, penurunan ketajaman penglihatan, dan terdapat kekeruhan

pada lensa mata

2. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d Nadi meningkat,

tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering

melamun.

3. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak dapat

banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan.

4. Nyeri b/d luka dimata d/d Wajah meringis menahan sakit, klien berusaha

(23)

297. 3.4 Catatan Perkembangan

Keperawatan 301. Catatan Perkembangan 302. 1.

303. 3

April 2012

304. Penurunan persepsi sensori Penglihatan b/d penurunan ketajaman penglihatan d/d visus berkurang, penurunan ketajaman penglihatan, dan terdapat kekeruhan pada lensa mata.

305.

330. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d nadi meningkat, tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering melamun. pandangan masih tak jelas 369. O:masih terdapat penurunan

ketajaman penglihatan dan visus berkurang

370. A: masalah belum teratasi 371. P : intervensi dilanjutkan 372.

373. I :

- Kaji ketajaman penglihatan klien

- Identifikasikan alternatif untuk optimalisasi sumber

rangsangan

- Sesuaikan lingkungan untuk optimalisasi penglihatan : - Orientasikan klien terhadap

ruangan

- Letakkan alat yang sering digunakan di dekat klien atau pada sisi mata yang lebih sehat - Berikan pencahayaan cukup - Letakkan alat ditempat yang

tetap

- Hindari cahaya yang menyilaukan

- Anjurkan penggunaan

alternatif rangsang lingkungan yang dapat diterima :

auditorik, taktil.

374. E : masalah belum teratasi 375. R : R/T dilanjutkan

376.

377. S:pasien mengatakan sedikit tenang

378. O : pasien sudah tenang 379. A : masalah sedikit teratasi 380. P : intervensi dilanjutkan 381. I :

- Kaji adanya tanda dan gejala ansietas.

- Gunakan suatu sistem pendekatan yang tenang dan meyakinkan klien.

(24)

336.

349. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak dapat banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan. dimata d/d Wajah meringis menahan sakit, klien berusaha memegang daerah mata.

365. 366. 367.

berikan klien dukungan untuk membangkitkan semangat hidupnya.

- Jawab pertanyaan yang diajukan klien secara jujur dan berikan waktu untuk klien mengekspresikan perasaannya. - Ingatkan pasien untuk minum

obat tepat waktu.

382. E : masalah sedikit teratasi 383. R : R/T dilanjutkan. 384.

385. S : klien mengatakan pandangan masih kabur

386. O : klien tidak bisa bergerak banyak

387. A : masalah belum teratasi 388. P : intervensi dilanjutkan. 389. I :

- Terangkan pentingnya

perawatan dan kebersihan diri pada klien

- Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya, mis : ganti baju, dan berhias setelah mandi.

- Secara bertahap libatkan klien dalam memenuhi kebutuhan diri.

390. E : masalah belum teratasi 391. R : intervensi dilakukan 392.

393. S : pasien mengatakan pedih daerah mata

394. O : pasien meringis menahan sakit

395. A : masalah sedikit teratasi 396. P : intervensi dilanjutkan 397. I :

- Kaji skala nyeri setiap hari - Anjurkan untuk melaporkan

perkembangan nyeri setiap hari atau segera saat terjadi peningkatan nyeri mendadak - Anjurkan klien untuk tidak

melakukan gerakan tiba - tiba yang dapat memprovokasi nyeri

(25)

- Lakukan tindakan kolaboratif untuk pemberian analgesic topical/sistemik.

398. E : masalah sedikit teratasi 399. R : intervensi dilanjutkan 400.

401. 2.

402. 4

April 2012

403. Penurunan persepsi sensori Penglihatan b/d penurunan ketajaman penglihatan d/d visus berkurang, penurunan ketajaman penglihatan, dan terdapat kekeruhan pada lensa mata.

404.

429. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d nadi meningkat, tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering melamun.

430. 431. 432.

468. S: pasien mengatakan pandangan masih tak jelas 469. O:masih terdapat penurunan

ketajaman penglihatan dan visus berkurang

470. A : masalah belum teratasi 471. P : intervensi dilanjutkan 472. I :

- Kaji ketajaman penglihatan klien

- Identifikasikan alternatif untuk optimalisasi sumber

rangsangan

- Sesuaikan lingkungan untuk optimalisasi penglihatan : - Orientasikan klien terhadap

ruangan

- Letakkan alat yang sering digunakan di dekat klien atau pada sisi mata yang lebih sehat - Berikan pencahayaan cukup - Letakkan alat ditempat yang

tetap

- Hindari cahaya yang menyilaukan

- Anjurkan penggunaan

alternatif rangsang lingkungan yang dapat diterima :

auditorik, taktil.

473. E : masalah belum teratasi 474. R : R/T dilanjutkan

475. 476.

477. S : pasien mengatakan sedikit tenang

478. O : pasien sudah tenang 479. A : masalah sedikit teratasi 480. P : intervensi dilanjutkan 481. I :

- Kaji adanya tanda dan gejala ansietas.

(26)

433.

448. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak dapat banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan. dimata d/d Wajah meringis menahan sakit, klien berusaha memegang daerah mata.

465. 466. 467.

- Jelaskan mengenai penyakit yang dialami oleh klien, dan berikan klien dukungan untuk membangkitkan semangat hidupnya.

- Jawab pertanyaan yang diajukan klien secara jujur dan berikan waktu untuk klien mengekspresikan perasaannya. - Ingatkan pasien untuk minum

obat tepat waktu.

482. E : masalah sedikit teratasi 483. R : R/T dilanjutkan. 484.

485. S : klien mengatakan pandangan masih kabur

486. O : klien tidak bisa bergerak banyak

487. A : masalah belum teratasi 488. P : intervensi dilanjutkan. 489. I :

- Terangkan pentingnya

perawatan dan kebersihan diri pada klien

- Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya, mis : ganti baju, dan berhias setelah mandi.

- Secara bertahap libatkan klien dalam memenuhi kebutuhan diri.

490. E : masalah belum teratasi 491. R : intervensi dilakukan 492.

493.

494. S : pasien mengatakan pedih daerah mata

495. O : pasien meringis menahan sakit

496. A : masalah belum teratasi 497. P : intervensi dilanjutkan. 498. I :

- Kaji skala nyeri setiap hari - Anjurkan untuk melaporkan

perkembangan nyeri setiap hari atau segera saat terjadi peningkatan nyeri mendadak - Anjurkan klien untuk tidak

(27)

nyeri

- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi kepada klien

- Lakukan tindakan kolaboratif untuk pemberian analgesic topical/sistemik.

499. E : masalah sedikit teratasi 500. R : intervensi dilanjutkan 501.

502.

503.

504.

505.

506.

507.

508.

509.

510.

511.

(28)

515.

516. Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan – kesenangan yang

penulis jumpai antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus pada Asuhan Keperawatan

Pada Tn.P Dengan Gangguan Sistem Penglihatan Katarak diWisma Matahari UPT

Pelayanan Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan. Selanjutnya penulis akan

memaparkan hambatan dan dukungan dalam melakukan asuhan keperawatan yang

meliputi : pengkajian, diagnosakeperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

517.

518. 4.1 Pengkajian

519. Selama pengkajian penulis tidak ada mengalami kesulitan/

hambatan dalam mengumpulkan data atau informasi, mengenai status kesehatan

pasien ataupun data lain tentang penulisan, di perlukan dalam penyusunan studi kasus

ini penulis mendapat bantuan penuh dari pasien, perawat, dan dokter yang merawat

pasien atau tim terkait. 520.

521. 4.2 Diagnosa keperawatan

522. Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang

jelas tentang masalah kesehatan pasien yang dapat disertai dengan tindakan

keperawatan. Berdasarkan kepustakaan yang ada penulis menemukan 4 diagnosa

keperawatan pada kasus dengan gangguan sistem penglihatan katarak ini.

523. Adapun diagnosa keperawatan pada tinjauan teoritis ini adalah :

1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan intraokuler,

kehilangan vitreous.

(29)

3. Gangguan sensori–perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan

sensori/status organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d menurunnya

ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap rangsang.

4. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi, prognosis, pengobatan

b/d tidak mengenal sumber informasi , salah interprestasi informasi, keterbatasan

kognitif.

524. Sedangkan diagnosa keperawatan dalam tinjauan kasus adalah :

1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan b/d penurunan ketajaman penglihatan

d/d visus berkurang, penurunan ketajaman penglihatan, dan terdapat kekeruhan

pada lensa mata

2. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d Nadi meningkat,

tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering

melamun.

3. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak dapat

banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan.

525.

526. 4.3 Perencanaan

527. Dalam tahap perencanaan ini penulis membuat asuhan asuhan

keperawatan yang teritik tolak pada perrmasalahan yang terjadi setelah msalah

keperawatan di tetapkan sesuai dengan prioritas masalah maka langkah selanjutnya

adalah merumuskan tinjauan berdasarkan hasil yang ingin dicapai agar tindakan yang

di yang dilakukan perlu dipertimbangkan dalam perencanaan tindaakan ini.

528. Pada tahap ini penulis secara umum tidak menemukan hambatan dan

kesulitan di karenakan adanya kerja sama yang baik antara anggota tim kesehatan dan

(30)

529.

530. 4.4. Pelaksanaan

531. Pelaksanaan merupakan tindakan keperawatan yang direncanakan oleh

perawat untuk dikerjakan dalam rangka menolong pasien. Faktor yang mendukung

adalah pasien mau bekerja sama dalam menerapkan asuhan keperawatan yang dibuat

oleh perawat.

532. Dalam hal ini penulis bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan

berpartisipasi aktif bersama pasien, selama penulis melakukan tindakan keperawatan

penulis juga melanjutkan pengkajian data-data untuk melihat perkembangan pasien

selanjutnya. 533.

534. 4.5 Evaluasi

535. Evaluasi adalah pengukuran keberhasilan rencana tindakan

keperawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Tahap evaluasi ini merupakan tahap

keberhasilan dalam menggunakan proses keperawatan dalam pelaksanaan tindakan.

Dalam tahap ini penulis tidak menemukan hambatan karna hasil yang diharapkan

dapat d lihat dengan jelas semua tindakan keperawatan yang penulis laksanakan dapat

berhasil dengan baik. 536.

(31)

542.

543. 5.1. Kesimpulan

544. Berdasarkan hasil pengamatan penulis dalam melakukan “Asuhan Keperawatan pada Tn.P dengan Ganguan Sistem Penglihatan Katarak Di Wisma

Matahari UPT Pelayananan sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan,

maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian

545. Selama dalam tahap pengkajian, penulis tidak mengalami kesulitan dan

hambatan dalam pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan oleh penulis.

Hal ini dikarenakan adanya kerjasama yang baik dari klien, orang terdekat dan tim

medis lainnya.

2. Diagnosa keperawatan

546. Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang

masalah kesehatan pasien yang di sertai dengan tindakan keperawatan.dalam

tinjauan teoritis penulis menemukan 4 diagnosa keperawatan, sedangkan dalam

tinjauan kasus penulis hanya mengangkat 4 diagnosa keperawatan.Karena selama

tahap pengkajian penulis tidak menemukan semua persamaan antara diagnosa dari

tinjauan kasus dengan tinjauan teoritis.Karena itu tidak dialami sepenuhnya oleh

pasien yang di kaji oleh penulis.

3. Intervensi

547. Pada tahap intervensi penulis menetapkan beberapa rencana tindakan

yang sesuai dengan masalah - masalah yang dihadapi oleh pasien. Dalam

melakukan perencanaan ini penulis tidak menemukan hambatan dan kesulitan

(32)

yang telah disesuaikan. Dan perencanaan ini dibuat berdasarkan keadaan dan

kondisi pasien.

4. Implementasi

548. Setelah menyusun beberapa rencana keperawatan kemudian penulis

melanjutkan kepada tindakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang

disesuaikan dengan perencanaan yang berarti.Karena rencana tindakan yang

dibuat dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Hal ini dapat terlaksana

dengan baik dikarenakan adanya kerjasama yang baik antara perawat, orang

terdekat klien, dan tim medis lainnya. Di samping itu juga didukung oleh sarana

dan prasarana yang ada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah

Binjai - Medan.

5. Evaluasi

549. Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Dalam

tahap ini penulis mendapatkan hasil dari pengamatan masalah pasien dan

mendapat respon dari orang - orang disekitar pasien.Pasien terhadap tindakan

keperawatan yang di berikan.Meskipun tidak semua masalah dapat teratasi namun

asuhan keperawatan yang diberikan telah banyak membantu dalam mengatasi

masalah pasien.

550.

551. 5.2. Saran

1. Kepada pasien dianjurkan untuk tetap mempertahankan kebersihan dirinya. Dan

kepada penanggung jawab panti jompo khususnya di wisma sakura disarankan

untuk terus memperhatikan kondisi klien baik itu pola makannya, pola

istirahatnya, dan sebagainya.

2. Kepada perawat yang ada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita

(33)

kondisi pasien. Serta selalu memantau kondisi pasien. Terutama dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan diharapkan adanya kecermatan dan ketelitian

terhadap tindakan yang akan dilakukan.

3. Kepada UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan

diharapkan agar lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan

keperawatan dan memenuhi segala perawatan yang dibutuhkan oleh pasien.

4. Kepada institusi, di harapkan laporan kasus ini dapat bermanfaat dan dapat

menambah referensi buku - buku terbaru tentang askep katarak.

552.

(34)

565. Brunner & Suddarth, 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.EGC : Jakarta

566. Doengoes A Marylin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC ; Jakarta

567. Ilyas, 2008.Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta

568. Istiqomah, 2003.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta

569. Muttaqin, 2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses, dan Aplikasi.

Salemba Medika ; Jakarta

570. Nursalam, 2001.Proses & Dokumentasi Keperawatan . Salemba Medika : Jakarta

571. Tamsuri, 2008.Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan Medikal

Bedah.EGC : Jakarta

572. http://www.suaramedia.com/kesehatan/penyakit-katarak-menyerang-anamuda.html

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. G

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn..

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan rahmat-Nya sehingga dapat terselesaikannya Laporan Tugas Akhir yang berjudul “ ASUHAN KEBIDANAN

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan rahmat- Nya sehingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul ”Laporan Asuhan Kebidanan

Puji dan syukur kehadidrat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Tingkat Kepuasan Pasien

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Nikmat dan Karunianya sehingga penulis dapat menyusun Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat dan rahmat-NYA sehingga dapat terselesaikannya Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan Kebidanan Masa Hamil