• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Semar untuk Persamaan Hak Kaum LGBT sebagai Pendekatan Konseling Masyarakat T2 752015028 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Semar untuk Persamaan Hak Kaum LGBT sebagai Pendekatan Konseling Masyarakat T2 752015028 BAB V"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

111

Bab V

PERAN SEMAR SEBAGAI PENDEKATAN KONSELING

MASYARAKAT

V.1 Landasan Filosofis Semar

Masyarakat Jawa mengenal Semar sebagai abdi yang melayani sekaligus sebagai pamong yang mengusahakan terhindarnya kekacauan dalam suatu tatanan. Semar, tidak bisa dilihat hanya sekadar dari bentuk fisiknya saja, nilai filosofis dari keberadaan Semar dapat dilihat dari sikap hidupnya. Dari hal ini maka kemunculan Semar sebagai pamong pada adegan gara-gara lebih tepat jika dipahami sebagai sebuah penggambaran untuk menunjukkan kewajiban yang dimiliki oleh Semar. Kewajiban tersebut antara lain: membantu, membimbing, meneguhkan dan memberikan harapan kepada para ksatria, untuk menyelesaikan berbagai permasalahan dalam hidupnya. Nilai filosofis dalam diri semar dapat dilihat bukan dari fisik melainkan dari sikap hidupnya, akan tetapi tidak dapat dilupakan bahwa asal usul semar yang lahir dari bagian kulit telur juga dapat dimaknai sebagai asal mula mengapa semar berperan sebagai pamong yang melindungi, yang menjaga dan mengkondisikan suatu keadaan agar tidak “pecah” sehingga dapat menimbulkan kekacauan.

V.2 Nilai-nilai Spiritual Semar

(2)
(3)

113

V.3 Bagan : Konseling Semar Sebagai Pendekatan Dalam Konseling Masyarakat

(4)
(5)

115 Teknik pendekatan konseling yang berasal dari Semar sebagai pamong (Sang Pengasuh, Sang Penghibur, Sang Penolong) digunakan untuk menanggapi enam masalah LGBT yang muncul dari hasil penelitian. Enam masalah tersebut antara lain masalah perlakuan tidak menyenangkan, masalah penolakan LGBT, masalah diskriminasi, masalah tekanan hidup dan pekerjaan, masalah dukungan lingkungan, dan masalah pengembangan diri. Ke-enam masalah tersebut saling memiliki keterkaitan satu sama lain atau dalam satu pokok besar masalah yang sama. Masalah yang memiliki keterkaitan tersebut penulis deskripsikan sebagai berikut :

1. Masalah perlakuan tidak menyenangkan dan masalah penolakan LGBT

Perlakuan tidak menyenangkan ini muncul karena LGBT merasa dipandang negatif dengan orang di sekitarnya, misalnya saja masih ada yang memanggil dengan jeng, dikatakan kemayu (sok cantik), apabila keluar di malam

hari dinilai untuk bekerja sebagai “pekerja malam”. Selain itu, perlakuan tidak

(6)

Jika melihat permasalahan seperti ini, maka teknik pendekatan konseling Semar sebagai Sang pengasuh memiliki dua peran yang dapat dilakukan yaitu mengenai pengajaran atau didikan kepada manusia dengan tujuan supaya manusia mengerti akan apa itu ketulusan, kebenaran dan keadilan. Ketulusan dimaksudkan untuk dapat menerima setiap orang di sekitarnya dengan baik, tidak ada kepura-puraan, tidak berpandangan negatif. Dari hal menyangkut ketulusan ini maka disana akan melahirkan suatu sikap yang dapat membedakan antara sikap kebenaran dan kejahatan, sikap keadilan dan ketidakdilan atau kesewenang-wenangan. Teknik ini dapat difokuskan dengan strategi berbasis luas sebagaimana ada dalam konseling masyarakat, dimana hal yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pengarahan kepada masyarakat tentang bagaimana bersikap kepada LGBT supaya tidak ada relasi yang tidak baik diantara LGBT dan heteroseksual. Kemudian dari sana diharapkan relasi yang semula tidak baik karena adanya pandangan-pandangan negatif dapat dipulihkan kembali sehingga tidak lagi ada perlakuan berbeda diantara heteroseksual dan LGBT, yang berarti disana tidak ada lagi diskriminasi.

(7)

117 setiap orang dapat hidup secara berdampingan antara satu sama lain maka akan tercipta sebuah kerukunan di tengan kehidupan, dalam bertetangga dan sebagai makhluk sosial di tengah masyarakat.

Perlakuan tidak menyenangkan dan penolakan terhadap LGBT bisa membuka peluang untuk teman-teman LGBT mengalami sebuah krisis dalam hidupnya. Terkait peluang krisis ini penulis tangkap dari masalah-masalah yang mereka ceritakan, bahwa mendapati diri mereka berbeda dengan orang pada umumnya saja sudah menjadi krisis tersendiri bagi mereka. Dari sini, apabila ditambah dengan adanya suatu bentuk-bentuk tertentu terkait dengan perlakuan orang lain yang tidak menyenangkan pada mereka maka akan dapat menjadikan teman-teman LGBT ini mengalami sebuah krisis tersendiri. Untuk itu, dalam hal ini Semar sebagai Sang Pengasuh dapat melakukan konseling dengan teknik pendekatan konseling Semar yang sudah tertulis dalam paragraf sebelumnya juga dalam bagan konseling Semar. Selain itu, dalam menangani jika terjadi krisis maka langkah-langkah dalam konseling masyarakat untuk sebuah krisis dapat diterapkan.

2. Masalah diskriminasi, tekanan hidup dan pekerjaan

(8)
(9)

119 Terlebih lagi dengan memberikan dukungan akan perjuangan ini maka disana juga ada komptensi keadilan sosial yang diperhatikan dan diupayakan untuk dilakukan.

Terkhusus untuk LGBT yang berjuang atas adanya diskriminasi, teknik pendekatan konseling dapat dilakukan untuk memberikan penguatan dalam setiap perjuangan yang mereka lakukan dan tentunya perjuangan itu juga tidak lepas dari tantangan sebab perjuangan itu sendiri merupakan tantangan dalam hidup. Teknik pendekatan ini juga dapat dikolaborasikan dengan langkah dalam kompetensi keadilan sosial dalam konseling masyarakat untuk menghadapi trauma. Disinilah tugas konselor, membuat mereka yakin bahwa setiap tantangan dapat dihadapi dan memiliki jalan keluar atau penyelesaian.Untuk masyarakat, maka teknik ini dapat digunakan dengan cara memberi bimbingan kepada mereka bahwa LGBT ini semestinya tidak ditolak, perlu didukung dan jika tidak bisa memberikan bantuan-bantuan maka paling tidak masyarakat yang heteroseksual tidak menjadi penambah masalah bagi mereka. Dari keadaan dan teknik pendekatan konseling yang diupayakan ini maka sasaran pencapaian yang harus didapatkan adalah adanya suatu kehidupan yang saling mendukung satu sama lain.

3. Masalah dukungan lingkungan dan pengembangan diri

(10)

hal pekerjaan tentu mereka membutuhkan dukungan. Dukungan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya menemani saat mereka sedang terpuruk dan membutuhkan teman berbagi, dukungan dengan memberikan suatu pengaharapan ketika mereka nampak sedang mengalami keputusasaan dan kehilangan harapan. Dukungan ini tidak hanya diberikan pada saat dimana seseorang sedang dalam masa benar-benar jatuh dan bermasalah saja, dukungan dapat diberikan secara berkelanjutan. Suatu dukungan tidak hanya berhenti ketika masalah yang dialami selesai melainkan dapat terus menerus diberikan bahkan paska masalah selesai. Hal ini bertujuan untuk mempersiapkan orang yang bermasalah mengalami kedewasaan psikologis sehingga memiliki kesiapan yang berbeda dari sebelumnya untuk menghadapi masalah yang terjadi di depannya.

(11)

Referensi

Dokumen terkait

UU yang mengatur tentang pencantuman identitas agama di KTP, keharusan mendaftar sebagai organisasi, dan pencatatan perkawinan penganut kepercayaan, jelas bertentangan

Bagi masyarakat sendiri, kesenian lengger dijadikan salah satu hiburan yang.. menyenangkan bagi mereka, karena dengan adanya pertunjukan lengger

terhadap kaum Ata (hamba) yang terjadi di desa Haikatapu menunjukkan bahwa kedua kaum dalam struktur sosial masyarakat Sumba ini adalah target dari perubahan yang. menjadi

PL perbudakan masih diterima sebagai praktek yang lazim, namun kita lihat bahwa dalam PL. terdapat pemahaman untuk menggugat perbudakan

siap atau tidak punya modal yang kuat untuk survive dengan kemajuan jaman dan arus globalisasi, maka masyarakat desa Haikatapu akan menjadi masyarakat. yang terus

Israel, atau pada tingkatan tertentu mereka dilihat sebagai yang asing namun bagian dari.. orang Israel; sebagai bentuk

Dulu ada permintaan untuk melayni masyarakat dalam beberapa hal, dengan adanya teman-teman yang baru mereka akan lebih banyak menginfomasikan, kita butuh seseorang

komunitas masyarakat, setiap individu saling terkait satu dengan yang lain dan menjadi. menjadi satu, tumbuh dan berkembang bersama, menjaga supaya tali