• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Demensia Dan Aktivitas Sehari-Hari Pada Lansia Di Desa Batukarang Kec Payung Kab Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Tingkat Demensia Dan Aktivitas Sehari-Hari Pada Lansia Di Desa Batukarang Kec Payung Kab Karo"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Lanjut usia

1.1. Defenisi lansia

Suhartini (2010) lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan, pada tahap ini individu tersebut mengalami kemunduran fungsi fisiologis organ tubuh. (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang tersebut dikatakan lanjut usia.

Menjadi tua (aging) merupakan proses perubahan biologis secara terus-menerus yang dialami manusia pada semua tingkatan umur dan waktu, usia lanjut (old age) adalah istilah untuk tahap akhir dari proses penuaan tersebut. Semua mahluk hidup memiliki siklus kehidupan menuju tua yang diawali dengan proses kelahiran, kemudian tumbuh menjadi dewasa dan berkembang biak, selanjutnya menjadi semakin tua dan akhirnya meninggal. Laslett (Caselli dan Lopez,1996)

1.2. Teori-Teori penuaan (Nugroho, 2008)

(2)

1.2.1. Teori Biologis

Teori genetic clock, merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa di dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Setiap spesies di dalam inti selnya memiliki suatu jam genetik/jam biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar, iya akan mati.

Teori mutasi somatik, menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadinya kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehingga terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau penyakit. Setiap sel ada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel (Suhana, 1994; Constantinides, 1994)

1.2.2. Teori Nongenetik

(3)

metabolisme tubuh, diproduksinya suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.

Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory). Teori radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan didalam tubuh karena adanya proses metabolisme atau proses pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena mempunyai elekton yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lainnya sehingga menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh. Tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksegen bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel tidak dapat beregenerasi (Halliwel, 1994). Radikal bebas dianggap sebagai penyebab terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti: asap kendaraan bermotor, asap rokok, zat pengawet makanan, radiasi, sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada proses menua.

Teori menua akibat metabolisme. Pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan memperpanjan umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur (Bahri dan Alem, 1989; Boedhi Darmojo, 1999)

(4)

menyebabkan perubahan pada membran plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua.

Teori fisiologis merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik. Terdiri atas teori oksidasi stres dan teori yang dipakai (wear and tear theory). Terjadinya kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal).

1.2.3. Teori Sosiologis

Teori aktivitas atau kegiatan, teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yamg sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut-serta dalam kegiatan sosial. Lansia akan merasakan kepuasaan bila dapat melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup lansia. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu, agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia.

Teori kepribadian berlanjut (continuity theory). Teori ini merupakan gabungan teori yang disebutkan sebelumnya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan alam siklus kehidupan lanjut usia. Dengan demikian, pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lanjut usia. Dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah, walaupun iya telah lanjut usia. (Nugroho, 2008)

(5)

peran hidup utama terjadi pada masa pensiun, sedangkan pada wanita terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang, misalnya saat anak dewasa dan meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah.

Bertambahnya umur seorang lansia menyebabkan secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehinggan sering lanjut usia megalami kehilangan ganda (triple loss), kehilangan peran (loss of role), hambatan kontak sosial (restriction of contact and relationship), berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and values), menurut teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses menua yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu, dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematiannya.

(6)

1.3. Perubahan yang Terjadi Akibat Proses Penuaan a. Perubahan Fisik

Perubahan fisik seorang lanjut usia disebabkan karena terjadi proses deklenasi seksual walaupun tidak nampak dari luar tubuhnya, selain itu juga terjadi perubahan penurunan pada produksi secret dan spermatogenesis. Pada laki-laki biasanya timbul kecemasan dan ragu mengenai kemampuan seksual, sedangkan pada perempuan biasanya hal yang ditakuti seperti menopause atau berhentinya haid sehingga menimbulkan gangguan psikologis. (Wahyunita & Fitrah 2010)

b. Psikologis dan Hubungan sosial

(7)

1.4. Masalah-Masalah Pada Lanjut Usia a. Aktivitas yang berkurang

Masalah yang muncul pada lansia biasanya disebabkan oleh faktor internal maupun dalam tubuh individu itu sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan, Mengakibatkan aktivitas tubuh menjadi tidak maksimal, biasanya dipengaruhi oleh gangguan tulang karena osteoporosis, sendi, dan otot tubuh, penyakit kardiovaskuler dan pembuluh darah. (Wahyunita dan Fitrah 2010)

b. Ketidakseimbangan Tubuh

Pada lansia keluhan-keluhan sering muncul dikarenakan menurunya fungsi organ tubuh didalam dirinya maupun faktor luar tubuh seperti lingkungan, dan pengaruh konsumsi obat-obatan. Keluhan yang sering muncul pada lansia merupakan gangguan dari dalam tubuh lansia tersebut. Namun hal ini juga dapat disebabkan oleh faktor dari luar tubuh seperti, faktor lingkungan, sebagai contoh iyalah seorang lansia yang terjatuh. Walaupun tidak beresiko berat bagi lansia tersebut tetapi dapat menyebabkan hilangnya rasa kurang percaya diri pada lansiat dan menimbulkan trauma yang lama sehingga lansia merasa takut melakukan hal-hal untuk melakukan aktivitasnya.(Wahyunita & Fitrah 2010)

c. Incontinence Urin Dan Incontinence Alvi

(8)

Selain masalah dari (BAK) masalah lain yang juga sering muncul adalah buang air besar (BAB) yang sering disebut dengan incintinence alvi yang merupakan keluarnya feses yang tidak disadari oleh lansia, hal ini dikarenakan ketidakmampuan mengendalikan fungsi ekskretoriknya.(Wahyunita&Fitrah 2010)

d. Infeksi

Faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi biasanya berasal dari faktor internal maupun eksternal. Faktor dari dalam tubuh biasanya disebabkan karena mulai berkurangnya daya tahan tubuh individu tersebut dikarenakan menurunya fungsi organ tubuh, sehingga menyebabkan kekurangan zat-zat giji karena faktor infeksi itu sendiri

e. Gangguan Saraf dan otot

Gangguan saraf dan otot menyebabkan gangguan berkomunikasi secara verbal, dan juga menyebabkan gangguan pada kulit berupa berkurangnya elastisitas kulit atau pun berkurangnya hormon kolagen sehingga kulit kelihatan kering, rapuh dan rusak.

f. Sulit Buang Air Besar

Sulitnya buang air besar pada lansia biasanya disebabkan oleh kurangnya hormon motilitas dari usus itu sendiri. Dapat juga disebabkan oleh makanan, kurangnya aktivitas tubuh, dehidrasi atau pengaruh obat

g. Penurunan Imunitas Tubuh

(9)

h. Penuaan Kulit

Penuaan kulit dapat menyebabkan perubahan kulit pada seorang lansia, seperti kulit keriput, kering yang tampak didagu, diwajah dan dileher. Hal ini terjadi karena menipisnya kulit yang desertai dengan semakin meningkatnya jumlah umur serta semakin longgarnya lapisan lemak dibawah kulit. (Wahyunit&Fitrah 2010)

2. Demensia

2.1. Pengertian Demensia

Demensia adalah sindrom klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan ingatan/memori sedemikian berat sehingga dapat menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari. Secara garis besar manifestasi kliniknya iyalah akibat penyakit yang bertahan (biasanya beberapa bulan atau tahun, dan biasanya tidak terdapat gangguan kesadaran (penderita tetap sadar). (Darmajo & Martono,2006)

(10)

Menurut charness (Qualls dan Abeles, 2000:109) menyatakan bahwa fungsi kognitif seperti ingatan perhatian dan kecacatan memproses semua mengalami penurunan. Departemen kesehatan RI (1998) menyatakan bahwa seseorang yang tua akan ditandai oleh kemunduran-kemunduran kognitif antara lain ditandai sebagai berikut:

1. Mudah lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik

2. Ingatan kepada hal pada masa muda lebih baik dari pada kepada hal-hal yang baru terjadi baru terjadi, yang pertama dilupakan adalah nama-nama.

3. Orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruangan/tempat mundur, karena daya ingat sudah dan juga karena penglihatan biasanya sudah mundur.

4. Meskipun telah mempunyai banyak pengalaman, skor yang dicapai dalam tes integlensi menjadi lebih rendah.

5. Tidak mudah menerima hal-hal atau ide-ide baru. Namun proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan demensia.

(11)

Pada penderita demensia juga sering mengalami depresi dan konfusio. Apabila demensia semakin parah dapat menyebabkan hal yang makin memburuk dan akan terlihat jelas pada prilakunya seperti, keluyuran tanpa tujuan, gangguan orientasi terhadap siang dan malam, sangat kehilangan selera makan, atau memakan makanan yang tidak tepat, ingin memakan makanan yang aneh dan menjijikkan dari pada makanan biasanya (seperti memakan makanan binatang, pot tanaman dari tanah dan kotoran). (Watson, 2003)

Menurut Depkes tahun 2025, jumalah penderita demensia di Asia Pasifik akan meningkat dua kali lipat lebih cepat dari pada di negara barat. Pada umumnya penyakit demensia sangat berkaitan dengan usia. Semakin tua populasinya semakin tinggi akan kejadiannya. Angka prevelensi ini bertambah dua kali lipat pada setiap pertambahan lima tahun setelah usia 65 tahun. Lima persen dari seluruh populasi usia 65 tahun di negara barat adalah penderita demensia, 16% terdapat pada kelompok usia 85 tahun dan 32 % terdapat pada kelompok usia 90 tahun.

2.2. Gejala-Gejala Demensia

Berbagai gejala-gejala Demensia (Watson, 2003)

a. Meningkatnya kesulitan dalam melaksankan kegiatan sehari-hari. b. Mengabaikan kebersihan diri.

c. Sering lupa akan kejadian-kejadian yang di alami, teman maupun keluarga

(12)

e. Tidak mengenal demensia waktu, misalnya bangun pada malam hari f. Tidak dapat mengenal dimensia ruang dan tempat.

g. Sifat dan prilaku berubah menjadi keras kepala dan cepat marah. h. Menjadi depresi dan menangis tanpa alasan yang jelas.

2.3. Tingkat Demensia Pada Lansia

a. Tingkat Ringan: Gejala awal sering diabaikan dan disalah artikan sebagaian lanjut usia atau sebagai bagian normal dari proses otak menua, oleh para profesional, anggota keluarga, dan orang terdekat penyandang demensia. Karena prose ini berjalan sangat lambat, Sulit sekali menetukan kapan proses ini dimulai. Biasanya klien menunjukkan gejala sebagi berikut, seperti Kehilangan memori (sulit mendapatkan informasi), menunujukkan penilaian yang buruk, terdapat kesulitan dalam hal angka (membayar tagihan, mengatur uang), spontanitas yang berkurang, perubahan kepribadian halus, diorentasi waktu dan tanggal. (Watson, 2003)

(13)

walaupun jalan tersebut telah dikenal, dapat juga menunjukkan adanya halusinasi. (Watson, 2003)

c. Tingkat tiga: Kurus, lupa makan, ketidakmampuan untuk berkomunikasi, inkontinensia urine dan fekal, perilaku menyerang, ketidakmampuan mengenali keluarga dan teman teman, penurunan nafsu makan, gangguan mobilitas dengan hilangnya kemampuan untuk berjalan, kaku otot. (Watson, 2003)

2.4 Pengkajian Status Kognitif/Afektif ( Status Mental)

Pemeriksaan status mental memberika sampel prilaku dan kemampuan mental dalam fungsi intelektual. Pemeriksaan singkat terstandardisasi digunakan untuk mendeteksi gangguan kognitif sehingga fungsi intelektual dapat diuji melalui satu/ dua pertanyaan untuk masing-masing area. Mengkaji status Kognitif / Afektif dengan menggunakan Short Portable Mental Status Quetionnaire (SPMSQ), Mini-Mental State Exam (MMSE), Inventaris Depresi Beck (IDB) (Kushariady, 2006)

(14)

3. Aktivitas Sehari-hari 3.1 Aktivitas Sehari-hari

Aktivitas sehari-hari merupakan aktivitas pokok bagi keperawatan diri. ADL merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Fungsi dari pengkajian status fungsional pada lansia sangat penting, terutama ketika terjadi hambatan pada kemampuan lansia dalam melaksanakan fungsionalnya, hal ini harus dipertahankan secara mandiri mungkin, juga mengetahui keterbatasan fisik pada lansia. Penentuan kemandirian fungsional dilakukan untuk mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien serta menciptakan pemilihan intervensi yang tepat. Adapun kegiatan dari ADL meliputi antara lain: ketoilet, makan, berpakaian (berdandan), mandi dan berpindah tempat. Dimana ADL berfungsi untuk mengetahui tingkat ketergantungan seseorang, dengan kata lain besarnya bantuan yang diperluakan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, serta menyusun rencana keperawatan jangka panjang. (Tamher & Noorkasiani, 2009)

(15)

menggunakan yang dikembangkan oleh Barthel dan Kats. Dimana indeks ini didasari oleh evaluasi terhadap tingkat kemandirian,yaitu tingkat ketergantungan secara fungsional. Indeks ini terdiri dari 7 tingkat sebagai penilaian terhadap perihal melakukan kegiatan mandi, berpakaian, ke toilet, beranjak, kontinensia, dan makan. (Tamher & Noorkasiami, 2009)

Dan menurut penelitian yang dilakukan Desyi Napitupu didapatkan bahwa lansia yang tergantung dalam melakukan aktivitas sehari-hari, terdapat 82,8% lansia mampu melakukan transfer secara mandiri, 17,2% mampu berjalan secara mandiri, 28,1% mampu toileting secara mandiri, 64,1% mampu membersihkan diri secara mandiri, 39,1% kontinen teratur untuk BAB, 23,4% mampu mandi secara mandiri, 21,9% mandiri dalam berpakaian, 20,3% mampu makan secara mandiri, 9,4% mampu naik turun tangga.

3.2 Macam-Macam Aktivitas Sehari-Hari Pada Lansia a. Mandi

Mandiri : Bantuan hanya pada satu bagian (seperti punggung/estremitas yang tidak mampu/ mandi secara sepenuhnya.

(16)

b. Berpakaian

Mandiri : Mengambil baju dari kloset dan laci (berpakaian, melepaskan pakaian), mengikat (mengatur pengikat, melepas ikatan sepatu)

Tergantung : Tidak memakai baju sendiri/sebagian masih tidak menggunakan pakaian.

c. Ke kamar kecil

Mandiri : Ke kamar kecill (masuk dan keluar dari kamar kecil), merapikan baju, membersihkan organ ekskresi, (dapat mengatur bedpan sendiri yang digunakan hanya malam hari dan dapat/tidak dapat menggunakan dukungan mekanisme) Tergantung : Menggunakan bedpan atau menerima bantuan saat masuk

dan menggunakan toilet. d. Berpindah

Mandiri : Berpindah ke dan dari tempat tidur secara mandiri serta berpindah duduk dan bangkit dari kursi secara mandiri (dapat/tidak dapat menggunakan dukungan mekanis).

(17)

e. Kontinen

Mandiri : Berkemih dan defekasi dikontrol sendiri.

Tergantung : Inkontinensia parsial atau total pada perkemihan/ defekasi (kontrol total atau parsial dengan enema, kateter, atau penggunaan urinal/bedpan teratur.

f. Makan

Mandiri : Mengambil makanan dari piring/ketepatan memasukkan ke mulut, (memotong daging dan menyiapkan makanan). Tergantung : Bantuan dalam hal makan, tidak makan sama

sekali/makan per parental. (Kushariyadi, 2011)

3.3 Instrumen Pengkajian Aktivitas Sehari-Hari

NO Item Yang Dinilai SKOR

1 Kemampuan menggunakan telepon.

a. Mengoperasikan telepon atas inisiatif sendiri : mencari dan menghubungkan nomor telepon, dan seterusnya.

b.Menghubungi beberapa nomor telepon yang telah dikenal dengan baik.

c.Menjawab telepon tetapi tidak menghubungi. d.Tidak menggunakan telepon sama sekali.

1

1

1 0 2 Berbelanja.

a.Mengurus semua keperluan belanja secara mandiri. b.Berbelanja secara mandiri untuk pembelian yang kecil. c.Perlu ditemani pada setiap kegiatan belanja.

d.Tidak mampu berbelanja sama sekali.

1 0 0 0

3 Persiapan makanan

a.Merencanakan, menyiapkan, dan menyajikan makanan yang cukup secara mandiri.

b.Menyiapkan makanan yang adekuat jika bahan-bahan untuk membuatnya telah disediakan .

c.Memanaskan dan menyajikan makanan yang disiapkan, atau menyiapkan makanan tetapi tidak mempertahankan diet yang adekuat.

d.Memerlukan makanan yang telah disiapkan dan disajikan.

1

0

0

(18)

4 Memelihara Rumah

a.Memelihara rumah sendiri atau kadang-kadang dengan bantuan (misalnya bantuan untuk pekerjaan rumah yang berat) b.Melaksanakan tugas ringan sehari-hari, seperti mencuci piring dan merapikan tempat tidur

c.Melaksanakan tugas ringan sehari-hari, tetapi tidak memelihara tingkat kebersihan yang dapat diterima

d.Perlu bantuan untuk semua tugas pemeliharaan rumah. e.Tidak berpartisipasi dalam setiap tugas pemeliharaan rumah

1

1

1

1 0 5 Mencuci Pakaian

a.Apakah mencuci pakaian pribadi sepenuhnya

b.Mencuci barang-barang yang kecil , kaos kaki , stocking, dan lain-lain

c.Memerlukan semua cucian dikerjakan orang lain.

1 1

0 6 Model Transportasi

a.Berpergian secara mandiri dengan transportasi umum atau mengemudi mobil pribadi.

b.Melakukan perjalanan sendiri dengan menggunakan taksi tetapi tidak jika menggunakan transportasi umum

c.Berpergian dengan transportasi umum walaupun dibantu atau ditemani oleh orang lain

d.Berpergian terbatas hanya menggunakan mobil atau taksi dengan bantuan orang lain

e.Tidak berpergian sama sekali

1

1

1

0

0 7 Tanggung Jawab Untuk Pengobatan Sendiri

a.Apakah bertanggung jawab untuk minum obat dalam dosis b benar atau waktu yang benar

b.Mengambil tanggung jawab jika pengobatan telah disiapkan lebih dahulu dalam dosis terpisah.

c.Apakah tidak mampu untuk menggunakan pengobatan miliknya sendiri

1

0

0

8 Kemampuan untuk menangani keuangan

a.Mengatur berbagai masalah keuangan secara mandiri (anggaran, menulis cek, membayar uang sewa dan tagihan lainnya, pergi ke bank), mengumpulkan dan mempertahankan sumber-sumber pendapatan.

b.Mengatur pembelian sehari-hari tetapi perlu bantuan berkenaan dengan perbankan, pembelian yang besar, dan sebagainya.

c.Tidak mampu untuk menangani keuangan.

1

1

0 Sumber: Disadur dari Lawton,M,and Brody ,EM: Assessment of older people:Self –

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang gaya hidup dan tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari – hari pada lansia, sebagai

Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan tingkat demensia dengan tingkat kemampuan Aktivitas Dasar Sehari- hari (ADS) pada lansia di Desa Krajan Gatak Sukoharjo, jenis

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul: Hubungan antara Tingkat Kecemasan dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari Pada Lansia di UPT Pelayanan

Skripsi ini yang berjudul “ Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari pada lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember Tahun 2011 ”. Telah

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul: Hubungan antara Tingkat Kecemasan dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari Pada Lansia di UPT Pelayanan

Identifikasi tingkat kemandirian pada lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2013 didapatkan

Judul penelitian : Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Penglihatan Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan..

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan antara fungsi kognitif dengan tingkat kemandirian aktivitas sehari-hari pada lansia di UPT Panti Wredha