• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH AYAT DAN HADIST TENTANG HARTA DA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH AYAT DAN HADIST TENTANG HARTA DA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

AYAT D

Diajukan untuk m

Kelompok 1

FAKU

INSTITU

MAKALAH

T DAN HADIST TENTANG HARTA D

KEPEMILIKAN

uk memenuhi salah satu tugas terstruktur Hadist

Dosen Pembimbing:

Rahmat Firdaus, S.HI., M.E.Sy

DISUSUN OLEH

pok 1 : 1. HENRI SAPUTRA (3215.048

2. REZI ANATUL HUSNI (3215.050

3. SALSABILA (3215.047

KULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM JURUSAN EKONOMI ISLAM

UT AGAMA ISLAM NEGERI BUKITTING BUKITTINGGI

2016

DAN

adist Ekonomi

3215.048)

3215.050)

3215.047)

M

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang maha esa, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai AYAT DAN HADIST TENTANG HARTA DAN KEPEMILIKAN.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas silabus mata kuliah HADIST EKONOMI dan yang memberi kami tugas yaitu bapak Dosen Rahmat Firdaus, S.HI., M.E.Sy. Kami telah melakukakan beberapa observasi pada beberapa sumber rujukan dan kami mendapatkan hasil yang cukup.

Terima kasih kepada para orang tua kami yang telah mendidik kami dari kecil hingga sekarang, dan terima kasih pula untuk para guru yang telah mendidik kami juga sehingga mengganggap kami sebagai anak sendiri dan untuk semua pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.

Kami berharap makalah ini akan bermanfaat bagi teman-teman dan kami menerima kritik dan saran apabila ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini.

Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Bukittinggi, 11 November 2016

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 1

C. Tujuan Penulisan ... 1

BAB II PEMBAHASAN A. Semua Harta Kekayaan adalah Milik Allah SWT... 2

B. Seorang Mukmin mengelola harta sesuai kehendak Allah SWT ...3

C. Seorang Mukmin ketika memilki harta sama artinya bahwa ia sedang diamanati Allah terhadap harta tersebut... 4

D. Islam Mengakui Kepemilikan Individu... 7

E. Islam Mengakui Kepemilikan Publik... 8

F. Perpindahan kepemilikan dan konsumsi harus secara benar... 10

G. Perlindungan mutlak atas kepemilikan... 11

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ... 14

B. Saran ... 14

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Harta adalah salah satu dari sarana untuk berjuang di jalan Allah. Kepemilikan atau milik adalah hubungan antara manusia dan harta yang diakui oleh syariat dengan membuatnya memiliki kewenangan terhadapnya. B. Rumusan Masalah

1. Apa Semua Harta Kekayaan adalah Milik Allah SWT?

2. Apa Seorang Mukmin mengelola harta sesuai kehendak Allah SWT? 3. Apa Seorang Mukmin ketika memilki harta sama artinya bahwa ia

sedang diamanati Allah terhadap harta tersebut? 4. Apa Islam Mengakui Kepemilikan Individu? 5. Apa Islam Mengakui Kepemilikan Publik?

6. Apa Perpindahan kepemilikan dan konsumsi harus secara benar? 7. Apa Perlindungan mutlak atas kepemilikan?

C. Tujuan Penulisan

1. Dapat Memahami Semua Harta Kekayaan adalah Milik Allah SWT. 2. Dapat Memahami Seorang Mukmin mengelola harta sesuai kehendak

Allah SWT.

3. Dapat Memahami Seorang Mukmin ketika memilki harta sama artinya bahwa ia sedang diamanati Allah terhadap harta tersebut.

4. Dapat Memahami Islam Mengakui Kepemilikan Individu. 5. Dapat Memahami Islam Mengakui Kepemilikan Publik.

6. Dapat Memahami Perpindahan kepemilikan dan konsumsi harus secara benar.

(5)

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Semua Harta Kekayaan adalah Milik Allah SWT

Kepemilikan atas kekayaan hakikatnya adalah milik Allah. Allah melalui hukum-hukum-Nya telah menyerahkannya pada manusia untuk diatur dan dibagikan.1

Ahmad:

Nabi bersabda : “ Negara adalah milik Allah, hamba juga milik Allah, jika engkau mendapat kebaikan maka lakukanlah atau tegakkanlah.”

(Matan: Infirad)

Bukhori:

Nabi berdo’a ditengah malam: “ Ya Allah segala puji milik Mu, engkau yang menguasai langit dan bumi, segala puji bagi Mu yang menegakkan langit dan bumi dengan segala isinya, segala puji bagi Mu, engkau cahaya langit dan bumi, firman Mu adalah benar, janji Mu adalah benar, bertemu dengan Mu adalah benar, surga neraka dan hari kiamat adalah benar adanya. Hanya pada Mu kami berserah diri, hanya pada Mu kami beriman, dan pada Mu kami menyerahkan diri, hanya pada Mu kami kembali, hanya pada Mu kami berperkara dan mencari keputusan, maka ampunilah dosa yang sudah dan belum kami lakukan, yang kami rahasiakan dan kami

tampakkan, engkau tuhan kami, tiada tuhan bagi kami selain Mu.”

(6)

(Matan: Muslim 1288, Turmudzi 3340, Nasa’i 1601, Abi Daud 655, Ibnu Majah 134, Ahmad 2575, 2612, 3673, 3197, 3289, Malik 451, Darimi 1448)

Kedua hadis tersebut dapat dipahami bahwa kepemilikan mutlak hanya milik Allah swt. Kepemilikan manusia berarti kepemilikan terhadap harta yang didasarkan pada agama, yaitu kepemilikan yang pada dasarnya hanya bersifat sementara, dan bukan menguasai secara mutlak terhadap sumber produksi, tetapi ia hanya memiliki kemanfaatannya. Semua yang ada di alam semesta ini termasuk sumber daya alam bahkan harta kekayaan yang dikuasai manusia adalah milik Allah swt.2

B. Seorang Mukmin mengelola harta sesuai kehendak Allah SWT

Manusia sebagai khalifah di muka bumi maka ia berkewajiban mengelola alam untuk kepentingan umat manusia, dan kelak ia berkewajiban mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan. Dalam menjalankan tugasnya, manusia mendapatkan kekayaan yang menjadi miliknya untuk memenuhi kebutuhan diri beserta keluarganya dan sebagian lagi untuk kepentingan masyarakat. Meskipun ia memiliki ia tidak boleh merusak atau menelantarkannya karena kepemilikan ini adalah relatif dan amanah dari Allah swt.

Kepemilikan manusia sekalipun relatif, membawa kewajiban yang harus dipenuhi jika sampai pada batas tertentu untuk membayar zakat. Pada waktu tertentu, kepemilikan tersebut harus diwariskan pada sanak keluarganya, dan juga dapat dipindah tangankan untuk menjadi barang wakaf.

Manusia dianjurkan eksplorasi alam dengan cara yang baik, penuh syukur dan tidak berlebihan karena semua yang dipunyai manusia adalah milik Allah

(7)

dan akan kembali kepada Allah. Manusia hanya berusaha, Allah yang menentukan setiap rezeki umat manusia.3

C. Seorang Mukmin ketika memilki harta sama artinya bahwa ia sedang diamanati Allah terhadap harta tersebut

Status harta yang dimiliki manusia adalah (1) harta sebagai amanah (titipan) dari Allah SWT. Manusia hanyalah pemegang amanah karena memang tidak mampu mengadakan benda dari tiada. Dalam bahasa Einstein, manusia tidak mampu menciptakan energy; yang mampu manusia lakukan adalah mengubah dari satu bentuk energy lain. Pencipta awal segala energy adalah Allah SWT. (2) Harta sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia bisa menikmatinya dengan baik dan tidak berlebih-lebihan. Manusia memiliki kecenderungan yang kuat untuk memiliki, menguasai dan menikmati harta. Firman-Nya:

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). Ali-Imran (3): 14.

(8)

ini terutama menyangkut soal cara mendapatkan dan memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran Islam ataukah tidak. (4) Harta sebagai bekal ibadah, yakni untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya dan melaksanakan muamalah di antara sesame manusia, melalui kegiatan zakat, infak dan sedekah.4

Seseorang yang memperoleh harta, pada hakekatnya hanya menerima titipan sebagai amanat untuk disalurkan dan dibelanjakan sesuai dengan kehendak pemilik-Nya, baik dalam pengembangan harta maupun penggunaannya. Sebab sejak semula Allah SWT telah menetapkan bahwa harta yang dianugerahkan-Nya adalah diperuntukkan buat manusia di muka bumi, guna memenuhi kepentingannya. Firman Allah SWT:



29. Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah (2): 29.5

Penggunaan harta dalam ajaran Islam harus senantiasa dalam pengabdian kepada Allah dan dimanfaatkan dalam rangka taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah. Pemanfaatan harta pribadi tidak boleh hanya untuk pribadi pemilik harta, melainkan juga digunakan untuk fungsi sosial dalam rangka membantu sesama manusia. Dalam kaitan ini Rasulullah bersabda:

4Amin Qodri, Harta Benda Dalam Perspektif Hukum Islam,Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora, Volume 16 No. 1, Januari-Juni 2014, hlm 17-18.

(9)

”Dari Musa al-Asy’ari dari bapaknya, dari kakeknya, ia berkata. Nabi s.a.w. bersabda bahwa kewajiban bagi setiap orang Muslim untuk bersedakah.”(HR. al-Bukhari). (Maktabah al-Samilah: Sahih al-Bukhari Juz.

20: hal. 139).

Hadith ini menunjukkan bahwa dalam harta seseorang terdapat hak orang lain. Inilah yang disebut dengan hak masyarakat yang berfungsi sosial untuk kesejahteraan sesama manusia. Di samping itu, Rasulullah s.a.w. juga melarang membuang-buang harta seperti yang tertuang dalam sabdanya:

“Rasulullah s.a.w. melarang membuang-buang harta.” (HR.

al-Bukhari). (Maktabah al-Samilah: Sahih al-Bukhari Juz. 5: hal. 392).

Sabda Rasul ini mengandung pengertian bahwa sekalipun seseorang telah memiliki harta yang berlimpah, tidak boleh ia membuang hartanya secara percuma, karena di dalam hartanya itu terkait dan terdapat hak-hak orang lain yang memerlukannya. Dalam kaitan ini, seseorang yang secara mubazir menggunakan hartanya, menurut para ulama fiqh, berhak ditetapkan sebagai seseorang yang berada di bawah penahanan (al-hajr).

(10)

“Dari Abi Hurairah ra. Ia berkata, Rasulullah saw., bersabda tangan

yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah”. (HR. al-Bukhari).

(Maktabah al-Samilah: Sahih al-Bukhari Juz. 18: hal. 64).6

D. Islam Mengakui Kepemilikan Individu

Islam berpandangan bahwa manusia memilii dorongan-dorongan yang merupakan fitrah dan insting-insting sosial. Insting-insting inilah yang mendorong manusia melakukan usaha, pembangunan, dan ingin kekal.7

Islam juga mengakui adanya hak individu dalam memiliki harta tetapi dengan batas-batas tertentu sehingga tidak merugikan kepentingan masyarakat umum. Senada dengan hal ini, Mustafa Ahmad Zarqa’

berpendapat kebebasan seseorang dalam bertindak terhadap milik pribadinya dibatasi oleh hal-hal yang terkait dengan kepentingan umum. Menurutnya, setiap orang bebas untuk mencari harta sebanyak-banyaknya, tetapi cara mendapatkan harta itu tidak boleh bertentangan dengan aturan syariat dan tidak merugikan kepentingan orang lain. Oleh karena itu, cara bermuamalah dengan riba, ihtikar, penipuan, penyeludupan, dan lain sebagainya adalah cara yang diharamkan syara.

Menurut ajaran Islam, sumber daya alam yang menyangkut kepentingan umum atau menjadi hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Artinya, kekayaan tersebut tidak boleh kuasai oleh individu-individu tertentu untuk kepentingan dirinya sendiri. Hal ini didasarkan pada hadis nabi:

Orang Muslim berserikat dalam tiga hal, air, rumput, dan api, memperjual belikannya haram. (HR. Ibnu Majah)

6 Rizal,Eksistensi Harta Dalam Islam (Suatu Kajian Analisis Teoritis),Jurnal Penelitian, Volume 9 No. 1, Februari 2015, hlm 99-100.

(11)

Setiap manusia mempunyai hak untuk memanfaatkan barang-barang tersebut. Siapapun tidak dibenarkan untuk memonopolinya. Objek-objek yang ada dalam hadis tersebut hanya contoh, masih banyak objek lain yang memiliki karakter yang sama dengan objek yang ada dalam hadis ini. Garam, minyak tanah, dan sebagainya, juga termasuk ke dalam pemilikan secara kolektif. Terkaitnya dengan prinsip ini, Ali Abd ar-Rasul menegaskan bahwa mubah (mal mubah) yang bebas atau boleh dimiliki oleh manusia untuk dimanfaatkan secara kolektif. Selanjutnya, dalam persoalan kepemilikan, Islam mencegah penumpukkan harta pada kelompok kecil orang-orang tertentu dan menganjurkan distribusi kekayaan kepada semua lapisan masyarakat. Begitu juga dalam sistem ekonomi Islam secara prinsip seseorang dilarang mengumpulkan harta kekayaan dengan cara yang berlebihan.8

Kepemilikan individu merupakan hukum syara’ yang berlaku bagi zat ataupun kegunaan utility) tertentu sehingga siapa saja dapat memanfaatkan dan memilikinya. Pengakuan Islam atas kepemilikan individu merupakan pengakuan atas fitrah manusia itu sendiri yakni naluri mempertahankan diri. Namun Islam mengatur kepemilikan individu sehingga seseorang tidak menzalimi orang lain ataupun merusak kepentingan sosial ekonomi masyarakat. Dengan aturan ini, maka individu tidak boleh menguasai aset-aset ekonomi yang termasuk ke dalam kepemilikan negara dan kepemilikan umum.

E. Islam Mengakui Kepemilikan Publik

Kepemilikan umum adalah izin Allah kepada suatu komunitas untuk bersama-sama memanfaatkan benda, yakni benda-benda yang telah dinyatakan oleh Allah untuk suatu komunitas dimana mereka masing-masing

(12)

saling membutuhkan dan Allah melarang benda tersebut dikuasai oleh individu (swasta). Benda-benda kepemilikan umum ada tiga macam, yaitu:

1. Fasilitas umum yang jika tidak terdapat dalam suatu komunitas dapat menyebabkan sengketa untuk mencarinya.

2. Bahan tambang yang jumlahnya tak terbatas.

Sumber daya alam yang sifat pembentukannya menghalangi untuk dimiliki oleh individu (swasta).9

Dalam filsafat ekonomi islam, hal yang menyangkut hajat hidup orang banyak tidak boleh dikuasai oleh perseorangan, berapapun besar modal seseorang masih dibatasi oleh kepemilikan Allah yang mutlak dan dibatasi oleh kepentingan umum seperti air, udara dan minyak. Dan manusia harus tunduk pada apa yang diatur oleh pemerintahannya untuk kepentingan bersama.

Ibnu Majah:

Nabi bersabda: “ kaum muslim memiliki kepentingan bersama dalam tiga

hal, yaitu air, rumput, dan api dan harganya adalah haram.”

Sumber-sumber yang menjadi milik umum disebutkan dalam hadis diatas yang meliputi air, padang rumput dan api. Dapat diqiyaskan pada perairan, laut, barang tambang, minyak bumi, hutan, dan udara.pemilikan seseorang tidak boeh menguasai sumber-sumber tersebut. Dikhawatirkan jika dikuasai oleh perorangan maka akan terjadi banyak kerusakan. Oleh sebab itu sumber-sumber yang menyangkut hajat hidup orang banyak lebih baik berada ditangan pemerintah sebagai perwakilan seluruh rakyat.10

(13)

F. Perpindahan kepemilikan dan konsumsi harus secara benar

Sebab-sebab atau sumber kepemilikan yang diatur dalam syariat ada empat, yaitu:

1. Al-Isti’la ‘ala al-mubah atau ihraz al-mubahat, yakni penguasaan atas benda yang belum dimiliki seseorang dan tidak pula dilarang syara untuk memilikinya seperti air di sungai, kayu di hutan, ikan di laut dan lain-lain. 2. Melalui suatu transaksi (‘uqud) yang dilakukan dengan orang lain atau

suatu badan hukum, seperti jual beli, hibah, wasiat, dan dan sejenisnya. 3. Melakukan khalafiyah (pergantian) baik penggantian dari seseorang

kepada orang lain dalam bentuk waris maupun penggantian suatu bnda dengan benda lain dalam bentuktadmin aw ta’wid(ganti rugi).

4. Melalui tawallud min mamluk (berkembang biak), yakni hasil atau buah dari harta yang telah dimiliki seseorang baik hasil itu datang secara alami, seperti buah-buahan, anak dari binatang ternak, bulu domba, atau melalui usaha pemiliknya seperti keuntungan yang diperoleh dari perdagangan.11

Dalam hal konsumsi islam mengajarkan sangat moderat dan sederhana, tidak berlebihan, tidak boros dan tidak kekurangan karena pemborosan adalah saudara-saudara setan. Konsumsi pada dasarnya adalah mengeluarkan sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhan. Konsumsi meliputi keperluan, kesenangan dan kemewahan.kesenangan diperbolehkan asalkan tidak berlebihan yaitu tidak melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan tidak pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan. Konsumen muslim tidak akan melakukan permintaan terhadap barang, sehingga pendapatan habis. Karena mereka mempunyai kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang.

Ajaran islam sebenarnya bertujuan untuk mengingatkan agar umat manusia membelanjakan harta sesuai kemampuannya. Pengeluaran tidak

(14)

seharusnya melebihi pendapatan dan juga tidak menekan pengeluaran terlalu rendah sehingga mengarah kepada kebakhilan. Manusia sebaiknya bersifat moderat dalam pengeluaran sehingga tidak mengurangi sirkulasi kekayaan dan juga tidak melemahkan kekuatan ekonomi masyarakat akibat pemborosan.

Prinsip-prinsip konsumsi : 1. Halal

2. Baik atau bergizi

3. makan dan minum secukupnya 4. tidak mengandung riba

5. tidak kotor atau najis dan tidak menjijikkan 6. bukan dari hasil suap.12

G. Perlindungan mutlak atas kepemilikan

Bentuk keadilan dalam hukum Islam dalam hal bermuamalah adalah ditetapkannya penjagaan atau perlindungan harta (hak milik) dalam tingkatan

saddu dzari’at(menutup jalan), maksudnya adalah bahwa penegakan undang-undang dalam hal perlindungan harta mutlak adanya, karena jika terjadi sebaliknya dalam arti tidak ada aturan yang mengatur perlindungan terhadap hak milik maka kekacauan akan terjadi di muka bumi.

Implementasi maqasid syari’at dalam perlindungan hak milik atau harta (mukhafadhah al-Maal) dalam hukum islam, bahwa Islam memberikan pengakuan dan penghargaan kepada siapa saja yang bekerja dengan halal. Baik bekerja dengan modal fisik atau modal pikiran menjadi hak milik baginya, hal ini wajar karena setiap jerih payah yang diusahakan oleh seseorang maka padanya melekat hak yakni hak atas harta tersebut.

(15)

Dan penjagaan hak milik ditetapkan dalam tingkatan saddu dzariat karena merupakan dasar pegangan kehati-hatian dalam beramal ketika menghadapi perbenturan mafsadat (kerusakan) dan maslahat (kebaikan). Allah berfirman:



“Dan Janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui”(QS. Al-Baqoroh(2): 188).

Adapun Dasar Hukum perlin- dungan hak milik dalam hadits Rasulullah s.a.w sebagai berikut:

Dari Amr bin Auf radhialahu‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam bersabda: “Umat Islam berkewajiban untuk senantiasa memenuhi persyaratan mereka, ke- cuali persyaratan yang mengharam- kan yang halal dan menghalalkan yang haram” (Riwayat Tirmidzi dan dinyatakan sebagai hadits shahih di dalam Sunan At-Tirmidzi III, 1352) (Bulughul Marom, 2009: 423).

(16)

Dari Abi Humaid As-sa’idi radhialahu‘anhu berkata: Bersabda Rasulullah

shallallahu‘alaihi wa sallam:“Tidak halal bagi seseorang bahwasannya dia mengambil tongkat (harta) sau- daranya kecuali dengan kerelaan

hatinya” (Riwayat Ibnu Hibban dan al-Hakim dalam kitab shahih kedua-nya) (Bulughul Marom, 2009: 424).13

(17)

14

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kepemilikan harta kekayaan merupakan sesuatu yang mendapat perhatian dari syari’at Islam. Adanya pengakuan dan perhatian Islam menunjukkan

bahwa harta adalah titipan dari Allah SWT untuk diambil manfaatnya oleh manusia, baik dari konsumsi dan kepemilikan harus bersumber dari jalan yang kaffah dan tidak melanggar dari ketentuan syariat.

B. Saran

(18)

15

DAFTAR PUSTAKA

Diana,Ilfi Nur. 2012. Hadis-Hadis Ekonomi. Malang: UIN MALIKI PRESS.

Rozalinda. 2015. Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi. Jakarta: Rajawali Pers.

Rivai, Veithzal. dkk., 2011. Islamic Transaction Law In Business dari Teori ke Praktik. Jakarta: PT Bumi Aksara

Akbar, Ali. 2012. Konsep Kepemilikan dalam Islam. Jurnal Ushuludin. Volume

XVIII No. 2.

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=275263&val=7155&titl e=Konsep%20Kepemilikan%20dalam%20Islam. 29/9/2016.

Huda, Nurul dan Rohmah Miftahul Jannah. 2012. Perlindungan Hak Merek Dagang Menurut Hukum Islam. SUHUF. Vol. 24 No. 1. https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/2909/1.%20NUR UL%20HUDA.pdf?sequence=1&isAllowed=y. 30/9/2016.

Rizal. 2015. Eksistensi Harta Dalam Islam (Suatu Kajian Analisis Teoritis).

Jurnal Penelitian. Volume 9 No. 1.

http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/jurnalPenelitian/article/download/8

53/801. 10/11/2016 .

Rosyid, Bahrur. 2012. Membangun Sistem Ekonomi Negara Berbasis Sistem Ekonomi Islam. Jurnal Ekonomi Islam. Volume III No. 1. http://ejurnal.iainmataram.ac.id/index.php/iqtishaduna/article/view/65/53.

10/11/2016.

Qodri, Amin. Harta Benda Dalam Perspektif Hukum Islam. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora. Volume 16 No. 1. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=308072&val=893&title

=HARTA%20BENDA%20DALAM%20PERSPEKTIF%20HUKUM%20I

Referensi

Dokumen terkait