• Tidak ada hasil yang ditemukan

Paper kuliah tentang landasan islam menu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Paper kuliah tentang landasan islam menu"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MANDIRI

“KERANGKA DASAR LANDASAN ISLAM

DALAM ALQUR’AN DAN ALHADIST”

Oleh:

Amalia Romadhona Fitriana

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

UNIVERSITAS AL-AZHAR

(2)

A. PEMBAHASAN DALAM RUANG LINGKUP AQIDAH

1. Pengertian

Aqidah (Bahasa Arab: al-'Aqiydah) dalam istilah Islam yang berarti iman. Semua sistem kepercayaan atau keyakinan bisa dianggap sebagai salah satu akidah. Pondasi akidah Islam didasarkan padahadits Jibril, yang memuat definisi Islam, rukun Islam, rukun Iman, ihsan dan peristiwa hari akhir.

Dalam bahasa Arab akidah berasal dari kata al-'aqdu yang berarti ikatan, at-tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah yang berarti mengikat dengan kuat.

Aqidah ialah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.

2. Fungsi aqidah

Fungsi dan peranan aqidah dalam kehidupan umat islam adalah sebagai berikut:

1.

Menuntun dan mengembangkan dasar ketuhanan yang dimiliki manusia sejak lahir (fitrah)

2. Memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa dan memenuhi kebutuhan rohani

3. Memberikan pedoman hidup yang pasti

4. Menjauhi manusia dari pandangan yang sempit dan picik

5. Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri

6. Menumbuhkan sifat rendah hati dan khidmat

(3)

8. Menghilangkan sifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap persoalan dan situasi

9. Membentuk pendirian yang teguh, kesabaran, ketabahan dan optimisme

10. Menanamkan sifat ksatria, semangat dan berani; tidak gentar menghadapi resiko, bahkan tidak takut kepada maut

11. Menciptakan sikap hidup damai dan ridha

12. Membentuk manusia menjadi patuh, taat dan disiplin menjalankan peraturan Illahi.

13. Mempertebal keimanan.

14. Merupakan awal akhlak mulia.

3. Tingkatan aqidah

Aqidah atau iman yang dimiliki seseorang tidak selalu sama dengan oleh orang lain. Ia memiliki tingkatan-tingkatan tertentu bergantung pada upaya orang itu. Iman pada dasarnya berkembang, ia bisa tumbuh subur atau sebaliknya. Iman yang tidak terpelihara akan berkurang, mengecil atau hilang sama sekali.

Tingkatan aqidah tersebut adalah:

a.

Taqlid Buta dengan mengambil pendapat manusia dalam masalah aqidah tanpa megetahui dalilnya dan tanpa menyelidiki seberapa jauh kebenarannya.

b. Taqlid, yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas pendapat orang yang diikutinya tanpa dipikirkan.

(4)

obyek keyakinan dan dalil yang diperolehnya. Hal ini, memungkinkan orang terkecoh oleh sanggahan-sanggahan atau dalil-dalil lain yang lebih rasional dan lebih mendalam.

d. ‘Ainul Yakin, yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas dalil-dalil rasional, ilmiah dan mendalam, sehingga mampu membuktikan hubungan antara obyek keyakinan dengan dalil-dalil serta mampu memberikan argumentasi yang rasional terhadap sanggahan-sanggahan yang datang. Ia tidak mungkin terkecoh oleh argumentasi lain yang dihadapkan kepadanya.

e. Haqqul yakin, yaitu tingkat keyakinan yang di samping didasarkan atas dalil-dalil rasional, ilmiah, dan mendalam, dan mampu membuktikan hubungan antara obyek keyakinan dengan dalil-dalil serta mampu menemukan dan merasakan keyakinan tersebut melalui pengalaman agamanya.

4. Ke-Esaan Allah

Allah Subhanahu Wata’ala itu Esa atau tunggal, dan tak ada sekutu bagi-Nya. Ashadu’allah ilaha Illallah Wa ashadu’anna Muhammadar Rasulullah (Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selainAllah dan aku bersaksi sesungguhnya Muhammad itu adalah utusan Allah).

Berikut ini adalah dalil dan bukti keesaan Allah: (Rukun Iman: 36-37,39-40)

1. Kebesaran ciptaan alam semesta, bahwa di balik itu semua ada sang pencipta yang maha sempurna yang berhak untuk disembah.

2. Kedatangan para rasul yang telah di utus oleh Allah dengan membawa syari’ah atau hukum dan dikuatkan dengan mukjizat. Itu semua sebagai bukti keesaan allah dan dilah yang berhak untuk disembah. 3. Fitrah yang telah ditetapkan oleh Allah pada hati setiap manusia

(5)

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), maka kedua orang tuanya yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani atau Majusi.”(HR Bukhari)

5. Tugas Nabi dan Rasul

Nabi dan Rasul adalah manusia pilihan yang dipilih oleh Allah untuk menyebarkan ajaranNya dan merupakan hak prerogatif Allah yang menentukan siapa yang Dia kehendaki untuk mendapatkan drajat kenabian.

“Allah memilih utusan-utusannya dari malaikat dan dari manusia, sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha melihat.”(QS Al-Hajj:75)

Tugas Nabi dan Rasul adalah sebagai berikut: (Rukun Iman: 80-82) a. Menyebarkan dan menyampaikan ajaran-Nya serta menjauhi

larangan-Nya.

“Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.” (QS Al-Hadid:25)

b. Mengajak manusia untuk beribadah kepada Allah.

c. Menjelaskan semua permasalahan agama yang diturunkan Allah.

“Dan Kami turunkan kepadam Al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.”(QS An-Nahl:44)

d. Membimbing manusia kepada kebaikan dan memperingatkan mereka dari kejahatan, serta membawa kabar gembira tentang adanya pahal dan mengingatkan mereka akan adanya siksa.

“(Mereka Kami utus)selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.”(QS An-Nisa’:165)

e. Memperbaiki kondisi umat manusia, dengan memberikan tauladan yang baik. Baik dalam perkataan maupun perbuatan.

(6)

“Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti) apabila Kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).”(QS An_Nisa’:41)

6. Iman kepada Allah dan Rasul

Iman adalah keyakinan.“Iman adalah: Kamu beriman kepada Allah dan Malaikat-malaikatNya, Kitab-kitabNya, Rasul-rassulNya, hari kemudian dan takdir yang baik maupun yang buruk.”(HR. Muslim) (rukun iman,Universitas Islam Madinah,hlm.7)

Iman mencakup ucapan dengan lisan, keyakinan dengan hati dan amalan dengan anggota badan. Iman itu akan meningkat dengan melakukan ketaatan dan menurun dengan melakukan maksiat. Bahkan iman bisa terkikis sampai ke akar-akarnya jika melakukan dosa besar seperti syirik atau menyekutukan Allah.

Iman terbagi dalam 2 bentuk, yakni lisan dan keyakinan. Contoh Iman dalam bentuk ucapan lisan adalah: dzikir, do’a, ammar ma’ruf nahi munkar, membaca Al-Qur’an dan lain-lain. Dan dalam bentuk keyakinan hati seperti meyakini keesaan Allah dalam Rububiyyah uluhiyyah, nama-nama dan sifat-sifatNya, keyakinan tentang wajibnya beribadah hanya untuk Allah semata tanpa menyekutukanNya dengan suatu apapun dan hal-hal lain yang berhubungan dengan niat. (rukun iman: 7,8-9)

a. Iman kepada Allah

Iman kepada Allah’ merupakan isyarat terhadap baiknya pergaulan dengan Sang Pencipta, yakni dengan cara menjalankan semua yang diperintahkanNya dan menjauhi dari dari apa-apa yang dilarangNya. Dua perangai ini akan mengantarkan kepada surga, sedangkan yang bertentangan dengan keduanya akan masuk ke neraka

Mewujudkan iman kepada Allah:

(7)

adalah hamba-Nya, semuanya di bawah kekuasaan, ketetapan dan kehendakNya. (Rukun Iman:12)

“Hai manusia, sembahlah tuhanmu yang yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu agar kamu bertaqwa.”(QS Al-Baqarah:21)

2. Meyakini bahwa Allah satu-satunya yang memiliki nama-nama yang paling agung dan sifat-sifat yang paling sempurna. (Rukun Iman: 14-15)

“Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, barang siapa menghitungnya, maka akan masuk surga dan Allah itu witir (ganjil) dan menyukai hal-hal yang (berjumlah)ganjil.”(Muttafaq Alaih)

(Rukun Iman: 15)

3. Keyakinan bahwa Allah adalah tuhan yang haq, Dialah satu-satunya yang berhak untuk menerima semua ibadah yang lahir dan batin, dan tidak ada sekutu bagiNya. (Rukun Iman: 24)

“Sembahlah Allah!Sekali-kali tidak ada Tuhan bagi kamu selainNya.”(QS Al-A’raf:59)

b. Iman kepada Rasul

Beriman kepada rasul Allah adalah meyakini secara pasti bahwa Allah mempunya rasul-rasul, mereka sengaja dipilih Allah untuk menyampaikan risalahNya.

“Sesungguhnhya orang-rang yang kafir kepada Allah dan rasulNya bermaksud membeda-bedakan antara keimana kepada Allah dan rasulNya, dengan mengatakan: Kami beriman kepada yang sebagian dan kafir terhadap yang sebagian (yang lain), serta (bermaksud dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) diantara yang demikian (iman dan kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksa yang menghinakan.”(QS An-nisa’:150-151)

(Rukun Iman: 73)

(8)

Takdir berasal dari kata qadara yang berarti mengukur, memberi kadar atau ukuran. Semua makhluk dikenai takdir oleh Allah. Mereka tidak dapat melampaui batas ketetapan itu dan Allah menuntun ke arah yang seharusnya.

Takdir adalah ketentuan Allah untuk seluruh yang ada sesuai dengan ilmu dan hikmahnya. Allah telah menulis takdir (ketentuan) yang akan berlaku kepada seluruh makhluk sebelum ia menciptakan langit dan bumi. (Rukun Iman: 140)

Beriman kepada takdir melahirkan sikap optimisme, tidak mudah kecewa dan putus asa sebab yang menimpa setelah segala usaha dilakukan merupakan takdir Allah. Sesuatu yang buruk menurut kita, tidak selalu buruk menurut Allah. Sebaliknya, yang menurut kita itu baik, tidak selalu baik pula menurut Allah. Oleh karena itu, dalam kegiatan takdir ini seyogyanya lahir sikap sabar dan tawakal dengan terus menerus berusaha sesuai dengan kemampuan.

Tingkatan taqdir: (Rukun Iman: 141-143 dan Qadha’ dan Qadar: 18-22) a. Al-‘Ilm (pengetahuan): Beriman kepada ilmu Allah yang Azali, yang

meliputi segala sesuatu.

b. Al-kitabah (penulisan): Beriman kepada penulisan ilmu Allah atas taqdir segala sesuatu di Lauh Mahfudz.

c. Al-Masyi’ah (kehendak): Beriman kepada kehendak Allah yang pasti terlaksana dan kekuasaanNya yang menyeluruh

d. Al-Khalq (penciptaan): Beriman bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu.

B.PEMBAHASAN DALAM RUANG LINGKUP SYARI’AH

1. Pengertian dan ruang lingkup syari’ah

(9)

menyeluruh dan sempurna seluruh permasalahan hidup manusia dan kehidupan dunia ini.

Dengan definisi syariat Islam baik secara etimologis maupun terminologis syar‘î menegaskan ruang lingkup dari syariat Islam yang sesungguhnya yaitu mencakup keseluruhan ajaran Islam, baik yang berkaitan dengan akidah, ibadah, akhlaq dan termasuk di ataranya adalah muamalah yang mengatur tentang peraturan atau sistem kehidupan manusia. Dengan demikian secara sederhana diahami bahwa yang dimaksud dengan Syariah Islam adalah aturan kehidupan yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dalam bentuk hukum-hukum Islam yang terkandung dalam Al Qur’an dan As Sunah yang terdiri atas (1) aspek Aqidah, (2) Aspek Ibadah dan (3) Aspek Muamalah atau hukum-hukum ‘amaliyah (praktis).

2. Syari’ah dan fikih

Syariah dan fiqih adalah 2 hal yang mengarahkan manusia ke jalan yang benar. Dimana Syariah bersumber dari Allah SWT, Al-Qur’an, Nabi Muhammad SAW, dan Hadist. Sedangkan Fiqh bersumber dari para Ulama dan ahli Fiqh, tetapi tetap merujuk pada Al-Qur’an dan Hadist.

Perbedaan Syari’ah dan Fiqh:

Sumber Langsung dari Allah Berasal dari pemikiran manusia (ijtihad)

Sanksi

Pembalasan tuhan baik tidak langsung (di Yaumul Mahsyar) maupun langsung

Bersifat sekunder dengan menunjuk Pelaksana Negara sebagai pelaksana sanksinya.

(10)

Ketetapan Tetap (tidak berubah) Dapat berubah

Macam Hukum syari’atnya Hanya satu

(Universal) Hukumnya berbagai ragam (sumber: http://syariahdanfiqih.blogspot.com/2011/09/pengertian-persamaan-dan-perbedaan.html)

3. Ibadah

Ibadah adalah perwujudan penyembahan terhadap tuhan yang maha Kuasa dalam agama atau keyakinan yang kita anut. Dalam agama Islam, ibadah atau shalat, merupakan rukun islam yang ke 2 setelah syahadat, oleh karena itu, belum tegak agama seseorang jika belum dilengkapi dengan shalat dan ibadah lainnya yang telah di tetapkan dalam agama.

Ibadah adalah sebuah ungkapan yang mencakup segala hal yang dicintai dan diridhai oleh Allah berbentuk keyakinan, amalan hati, perbuatan anggota badan dan segala yang mendekatkan diri kepada Allah berupa melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya. (Rukun Iman, Univ. Islam Madinah, hlm. 31)

Ibadah itu penting, dan tujuan utama ibadah adalah memperbaiki akhlak, karena ibadah tanpa akhlak hanya sebatas prima raga.

“Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (Alquran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Ankabūt [29]: 45).

Jika shalat seseorang itu belum mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka shalatnya baru sebatas olah raga. Ia telah shalat, tetapi shalatnya belum memperbaiki akhlaknya. Ibadah yang dilaksanakan hendaknya membuahkan akhlak yang mulia.

(11)

Dari segi bahasa, "muamalah" berasal dari kataaamala, yuamilu, muamalat yang berarti perlakuan atau tindakan terhadap orang lain, hubungan kepentingan.

Menurut Louis Ma’luf, pengertian muamalah adalah hukum-hukum syara yang berkaitan dengan urusan dunia, dan kehidupan manusia, seperti jual beli, perdagangan, dan lain sebagainya.

Sedangkan menurut Ahmad Ibrahim Bek, menyatakan muamalah adalah peraturan-peraturan mengenai tiap yang berhubungan dengan urusan dunia, seperti perdagangan dan semua mengenai kebendaan, perkawinan, thalak, sanksi-sanksi, peradilan dan yang berhubungan dengan manajemen perkantoran, baik umum ataupun khusus, yang telah ditetapkan dasar-dasarnya secara umum atau global dan terperinci untuk dijadikan petunjuk bagi manusia dalam bertukar manfaat di antara mereka.

Sedangkan dalam arti yang sempit adalah pengertian muamalah yaitu muamalah adalah semua transaksi atau perjanjian yang dilakukan oleh manusia dalam hal tukar menukar manfaat.

Dari berbagai pengertian muamalah tersebut, dipahami bahwa muamalah adalah segala peraturan yang mengatur hubungan antara sesama manusia, baik yang seagama maupun tidak seagama, antara manusia dengan kehidupannya, dan antara manusia dengan alam sekitarnya.

Atau dalam pengertian lain Muamalah adalah peraturan yang bertalian dengan kegiatan manusia guna menemukan kebaikan bersama dan mengurangi kedzaliman atas manusia lain pada umumnya.

(12)

1. Pengertian akhlak, etika dan moral

Secara bahasa ( etimologi ) Kata akhlak merupakan jama' dari

khuluq yang artinya keadaan-keadaan yang dapat diketahui dengan mata hati atau mata batin Oleh karena itu, makna khuluq itu dapat dipahami sebagai gambaran batin manusia yang tepat (yaitu jiwa dan sifat-sifatnya). Sehingga akhlak adalah sebuah sifat yang tertanam dalam jiwa (Al-Shifah Al-Nafsiyyah) seseorang baik secara fitrah atau usaha (fitriyah/muktasabah) yang melahirkan kehendak kebiasaan, baik yang terpuji maupun yang tercela

Adapun kata akhlak kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia identik dengan kata moral , Dalam kamus besar bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai keadaan baik dan buruk yang diterima secara umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti dan susila. Moral juga berarti kondisi mental yang terungkap dalam bentuk perbuatan. Selain itu moral berarti sebagai ajaran Kesusilaan. Kata moral sendiri berasal dari bahasa Latin “mores” yang berarti tata cara dalam kehidupan, adat istiadat dan kebiasaan.

2. Akhlak terhadap Allah

(13)

hubungan antara khāliq dengan makhlūq sebagai habl minallāh adalah akhlak kepada Allah.

Akhlak kepada Allah sebagaimana disebut-sebut dalam Alquran antara lain mengesakan Allah yaitu berupa pengakuan terhadap kalimat tauhid (Lā Ilāha Illallāh). Namun, realisasinya bukan sekedar untuk diucapkan dengan lidah melainkan harus diaplikasikan dalam kehidupan. Dapat dikatakan bahwa inti agama adalah kalimat tauhid. Segala sesuatu dalam harus berdasarkan dan berpijak pada kalimat tauhid.

Akhlak kepada Allah yang lain yaitu dengan mensucikan-Nya sebagai Tuhan yang memiliki sifat-sifat yang begitu agung. Di samping itu akhlak kepada Allah yaitu dengan memuji-Nya sebagai Tuhan Pencipta segala sesuatu, sehingga pantas untuk dipuji.

3. Akhlak terhadap Rasul

Akhlak terhadap rasul disamping akhlak kepada Allah Swt, sebagai muslim kita juga harus berakhlak kepada Rasulullah Saw, meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya, namun keimanan kita kepadanya membuat kita harus berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada Allah Swt membuat kita harus berakhlak baik kepada-Nya. Meskipun demikian, akhlak baik kepada Rasul pada masa sekarang tidak bisa kita wujudkan dalam bentuk lahiriyah atau jasmaniyah secara langsung sebagaimana para sahabat telah melakukannya.

a. Ridha Dalam Beriman Kepada Rasul

(14)

“Aku ridha kepada Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I dan Ibnu Majah).

b. Mencintai dan Memuliakan Rasul

Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada Rasul adalah mencintai beliau setelah kecintaan kita kepada Allah Swt. Penegasan bahwa urutan kecintaan kepada Rasul setelah kecintaan kepada Allah disebutkan dalam firman Allah yang artinya:

“Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dasn (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS 9:24).

Disamping itu, manakala seseorang yang telah mengaku beriman tapi lebih mencintai yang lain selain Allah dan Rasul-Nya, maka Rasulullah Saw tidak mau mengakuinya sebagai orang yang beriman, beliau bersabda:

“Tidak beriman seseorang diantara kamu sebelum aku lebih dicintainya daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan semua manusia.”

(HR. Bukhari, Muslim dan Nasa’i).

c. Mengikuti dan Mentaati Rasul

Mengikuti dan mentaati Rasul merupakan sesuatu yang bersifat mutlak bagi orang-orang yang beriman. Karena itu, hal ini menjadi salah satu bagian penting dari akhlak kepada Rasul, bahkan Allah Swt akan menempatkan orang yang mentaati Allah dan Rasul ke dalam derajat yang tinggi dan mulia, hal ini terdapat dalam firman Allah yang artinya:

(15)

dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”

(QS 4:69).

Disamping itu, manakala kita telah mengikuti dan mentaati Rasul Saw, Allah Swt akan mencintai kita yang membuat kita begitu mudah mendapatkan ampunan dari Allah manakala kita melakukan kesalahan, Allah berfirman yang artinya: Katakanlah:

“Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS 3:31)

“Oleh karena itu, dengan izin Allah Swt, Rasulullah Saw diutus memang untuk ditaati, Allah Swt berfirman yang artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan izin Allah.” (QS 4:64). Manakala manusia telah menunjukkan akhlaknya yang mulia kepada Rasul dengan mentaatinya, maka ketaatan itu berarti telah disamakan dengan ketaatan kepada Allah Swt. Dengan demikian, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi seperti dua sisi mata uang yang tidak boleh dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Allah berfirman yang artinya:

“Barangsiapa mentaati rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (QS 4:80).

d. Mengucapkan Shawalat dan Salam Kepada Rasul

Secara harfiyah, shalawat berasal dari kata ash shalah yang berarti do’a, istighfar dan rahmah. Kalau Allah bershalawat kepada Nabi, itu berarti Allah memberi ampunan dan rahmat kepada Nabi, inilah salah satu makna dari firman Allah yang artinya: “Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan Ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS 33:56).

(16)

“Barangsiapa bershalawat untukku satu kali, maka dengan shalawatnya itu Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Ahmad).

Manakala seseorang telah menunjukkan akhlaknya kepada Nabi dengan banyak mengucapkan shalawat, maka orang tersebut akan dinyatakan oleh Rasul Saw sebagai orang yang paling utama kepadanya pada hari kiamat, beliau bersabda:

“Sesungguhnya orang yang paling utama kepadaku nanti pada hari kiamat adalah siapa yang paling banyak bershalawat kepadaku” (HR. Tirmidzi). Adapun orang yang tidak mau bershalawat kepada Rasul dianggap sebagai orang yang kikir atau bakhil, hal ini dinyatakan oleh Rasul Saw:

“Yang benar-benar bakhil adalah orang yang ketika disebut namaku dihadapannya, ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku” (HR. Tirmidzi dan Ahmad).

e. Menghidupkan Sunnah Rasul

Kepada umatnya, Rasulullah Saw tidak mewariskan harta yang banyak, tapi yang beliau wariskan adalah Al-Qur’an dan sunnah, karena itu kaum muslimin yang berakhlak baik kepadanya akan selalu berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan sunnah (hadits) agar tidak sesat, beliau bersabda: “Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak akan tersesat selamanya bila berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnahku” (HR. Hakim).

Selain itu, Rasulullah Saw juga mengingatkan umatnya agar waspada terhadap bid’ah dengan segala bahayanya, beliau bersabda:

(17)

Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu yang amat penting sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah Saw.

f. Menghormati Pewaris Rasul

Berakhlak baik kepada Rasul Saw juga berarti harus menghormati para pewarisnya, yakni para ulama yang konsisten dalam berpegang teguh kepada nilai-nilai Islam, yakni yang takut kepada Allah Swt dengan sebab ilmu yang dimilikinya.

Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS 35:28).

Kedudukan ulama sebagai pewaris Nabi dinyatakan oleh Rasulullah Saw: Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak tidak mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmui kepada mereka, maka barangsiapa yang telah mendapatkannya berarti telah mengambil mbagian yang besar (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).

Karena ulama disebut pewaris Nabi, maka orang yang disebut ulama seharusnya tidak hanya memahami tentang seluk beluk agama Islam, tapi juga memiliki sikap dan kepribadian sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan ulama seperti inilah yang harus kita hormati. Adapun orang yang dianggap ulama karena pengetahuan agamanya yang luas, tapi tidak mencerminkan pribadi Nabi, maka orang seperti itu bukanlah ulama yang berarti tidak ada kewajiban kita untuk menghormatinya.

g. Melanjutkan Misi Rasul

(18)

Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang Bani Israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu Umar).

Demikian beberapa hal yang harus kita tunjukkan agar kita termasuk orang yang memiliki akhlak yang baik kepada Nabi Muhammad Saw.

4. Akhlak terhadap Manusia

Akhlak terhadap sesama manusia inilah kelihatannya yang paling mendapatkan porsi yang lebih besar dalam Alquran. Banyak sekali ayat-ayat yang mejadi dasar untuk mengatur kehidupan manusia megenai bagaimana seharusnya ia bertindak dan bertingkah laku terhadap sesamanya manusia dan sebagainya.

Petunjuk semacam ini ada kalanya dalam bentuk perintah dan ada kalanya pula dalam bentuk larangan. Hal-hal yang baik tentunya menjadi hal yang diperintahkan dan sebaliknya hal-hal yang buruk menjadi suatu hal yang dilarang. Allah swt. memerintahkan untuk selalu melakukan perbuatan-perbuatan baik mulai dari bagaimana seorang hamba bertutur kata yang baik (QS. Al-Baqarah [2]: 83) sampai kepada tata cara berbuat baik dalam membunuh orang kafir ketika dalam peperangan pun menjadi suatu anjuran (QS. Muhammad [47]: 4). Pola hubungan antar sesama manusia yang disebut dengan habl min al-nās (pola hubungan antar sesama makhluk).

5. Akhlak terhadap lingkungan atau alam

(19)

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (Tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. al-A’rāf [7]: 56).

Manusia dituntut untuk memiliki tanggung jawab sehingga ia tidak melakukan pengrusakan. Setiap pengrusakan terhadap alam atau lingkungan harus dinilai sebagai pengrusakan pada diri manusia sendiri. Binatang, tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah dan menjadi milik Allah, serta semua memiliki ketergantungan kepada-Nya.

Keyakinan seperti ini yang mengantarkan seorang hamba Allah untuk menyadari bahwa semuanya adalah makhluk Allah yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.

“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, Kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (QS. al-An’ām [6]: 38).

Ditegaskan bahwa binatang melata dan burung-burung pun adalah umat seperti manusia juga sehingga semuanya tidak boleh diperlakukan secara aniaya. Ketika Abdullah bin Umar berjalan di suatu tempat lalu mendapati segerombolan pemuda menangkap seekor ayam lalu mengikatnya dan melemparkannya, Abdullah bin Umar berkata , ‘’Rasulullah melaknat orang yang berbuat seperti itu.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Tim Universitas. 2005. Rukun Iman. Universitas Islam Madinah. Saudi Arabia Al-Utsaimin, Syekh Muhammad Shaleh. 2005. Qadha’ dan Qadar. Islamic Propagation. Saudi Arabia

Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim. 2000. Qadha’ dan Qadar: Ulasan Tuntas Masalah Takdir. Pustaka Azzam. Jakarta

Tim Wikipedia. 2004. Aqidah

http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Aqidah&oldid=8214287

diakses pada tanggal 15 Januari 2015

Boy, Acver. 2009. Aqidah Islamiyah

http://erik-acver-qincai.blogspot.com/2009/03/aqidah-islamiyah.html

diakses pada tanggal 15 Januari 2015

Aljufrie, Sayyed Haris. 2012. Fungsi Aqidah

http://sayyedaljufrie.blogspot.com/2012_12_22

diakses pada tanggal 15 Januari 2015

Tim Wikipedia. Syariat Islam

http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Syariat_Islam&oldid=7798071

diakses pada tanggal 9 Januari 2015

Uaksena. 2013. Ruang Lingkup Syariah Islam

http://www.elearningpendidikan.com/ruang-lingkup-syariah-islam.html

(21)

Ikbal, Mahathir Muhammad. 2011. Pengertian, Persamaan dan Perbedaan Syari’ah dan Fiqih

http://syariahdanfiqih.blogspot.com/2011/09/pengertian-persamaan-dan-perbedaan.html

diakses pada tanggal 15 Januari 2015

Reaksi Ponpes Al-Badar Parepare. 2014. Ibadah dari Aspek Pengertian, Dasar, Macam dan Tujuannya

http://al-badar.net/ibadah-dari-aspek-pengertian-dasar-macam-dan-tujuannya/

diakses pada tanggal 15 Januari 2015

Lihin. 2012. Pengertian Muamalah Dari Segi Bahasa dan Istilah

http://www.referensimakalah.com/2012/07/pengertian-muamalah-dari-segi-bahasa-dan-istilah.html

diakses pada tanggal 17 Januari 2015

Alim, Ahmad. 2010. Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadist

http://ahmadalim.blogspot.com/2010/02/akhlak-dalam-perspektif-al-quran-dan-alhadist.html

diases pada tanggal 9 Januari 2015

Dosen STAIN Kendari. 2009. Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an

http://staututtarbiya.wordpress.com/2009/1120/akhlak-dalam-perspektik-al-quran/

Referensi

Dokumen terkait

Filtrat senyawa antibakteri dari isolat akti- nomisetes A3.5 yang dilarutkan dalam metanol hangat yang diencerkan 1 : 1 memberikan diameter zona hambat paling besar (18,3 mm)

Materi Pembelajaran : Asmaul Husna ( lihat Buku Pendidikan Agama Islam Jilid II NTR Esis Bab 7 ) Metode Pembelajaran : Siswa menyebutkan lima dari Asmaul Husna secara

Schutz menyebut sebagai tipe personal pada seseorang yang mendapatkan kepuasan dalam memenuhi kebutuhan antarpribadi untuk afeksinya. Orang dengan tipe ini

Dari hasil simulasi yang telah dilakukan, pemasangan filter aktif shunt multilevel inverter dengan tipe H-bridge maupun diode clamped mampu mengurangi THDi sistem untuk setiap

Dari hal tersebut, sebagaimana permasalahan yang telah diteliti dan dibahas yakni mengenai “Hubungan Tayangan Program Olahraga Basket NBA di Jak-TV terhadap Minat Penonton

Dengan begitu maka pendidik perlu memberikan pemahaman kepada peserta didik di mengenai nilai-nilai dari rukun iman, diantara nilai-nilai keimanan menurut

maka untuk mencapai martabat insan kamil keimanan kita (dengan mengimani rukun iman) harus benar dan kokoh; peribadatan kita (dengan menjalankan rukun Islam)