• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL KHATULISTIWA INFORMATIKA, VOL. 2 NO. 1 JUNI 2014 PENGUNAAN MICROSOFT EXCEL DALAM PERHITUNGAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "JURNAL KHATULISTIWA INFORMATIKA, VOL. 2 NO. 1 JUNI 2014 PENGUNAAN MICROSOFT EXCEL DALAM PERHITUNGAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

41 PENGUNAAN MICROSOFT EXCEL DALAM PERHITUNGAN INDEKS KEPUASAN

MASYARAKAT

(Study Kasus Pada Unit Pelayanan Sim Satlantas Kota Bekasi) Feri Prasetyo H.

AMIK BSI Jakarta Program studi Manajemen Informatika Jl RS Fatmawati No 24 Jakarta Selatan- Indonesia

[email protected]

Abstract

Microsoft Excel is a spreadsheet application that can be used in business applications Community satisfaction index, is a data and information about the level of community satisfaction with the results obtained from the public opinion in obtaining the services of officials of public service providers by comparing the expectations and needs. 14 elements of the "relevant", "valid" and

"reliable", as the minimal element that must exist for the basic measurement of community satisfaction index is the following service procedures, service requirements, Clarity care workers, service personnel discipline, responsibility care workers, ability officer service, speed of service, a ministry of Justice, Courtesy and friendliness of staff, fairness of service charges, cost of service assurance, service assurance schedules, Leisure environment, the Security service. The purpose of this study was to Knowing how much the level of community satisfaction in the service, to determine the performance of service personnel, in this study using quantitative methods of data processing is to be anggka the provision of respondents based on factors which are then processed to determine the calculation of HPI to get the results .

Keywords: Community Satisfaction Index, Public Service Management.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Keputusan Mentri Pendayagunaan

aparatur negara No.Kep

/26/M.PAN/2/2004 Tanggal 24 Februari 2004 Tentang, Petunjuk Teknis Transparansi Dan Akuntabilitas Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik dalam pembukaan point A. Bahwa transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan publik seperti dimaksud dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003

tentang Pedoman Umum

Penyelenggaraan Pelayanan Publik merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan public.

Kegiatan pelayanan publik merupakan kegiatan mengarahkan, memberi, mengayomi, membantu, memfasilitasi, dan mempermudah

dalam proses pelayanan secara transparan dan akuntabel pelayanan tersebut seperti pembuatan surat surat keterangan, surat izin bangunan,surat izin perjalanan, surat izin mengemudi dll.

Menurut Keputusan Mentri Pendayagunaan aparatur negara No.Kep 26/M.PAN/2/2004 buruknya kinerja pelayanan publik ini antara lain dikarenakan belum dilaksanakannya transparansi dan kuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Oleh karena itu, pelayanan publik harus dilaksanakan secara transparan dan akuntabel oleh setiap unit pelayanan instansi pemerintah karena kualitas kinerja birokrasi pelayanan publik memiliki implikasi yang luas dalam mencapai kesejahteraan masyarakat.

Sulitnya proses pembuatan, lamanya waktu pengurusan, lambatnya kinerja petugas pelayanan, kondisi

(2)

42 tempat yang kurang nyaman dan aman,

suasana yang tidak teratur, dan panjangnya birokrasi serta besarnya biaya yang dikeluarkan membuat masyarakat mengelus dada dan terkadang menjadi sungkan dalam memproses atau membuat dokumen dokumen tersebut, baik itu dalam hal membuat atau menerbitkan surat, KTP, Akta Kelahiran, Akta Nikah, Akta Kematian, Sertifikat tanah, ijin usaha, ijin mendirikan bangunan (IMB), ijin perjalanan, ijin gangguan, ijin pengambilan air bawah tanah, PDAM, PLN, perbitan SIM dan lain sebagainya, dokumen atau pun dalam hal perpanjangan surat atau dokumen tersebut, dan hal inilah yang menjadi pengaruh buruk masyarakat karena ketidak percayaan terhadap lembaga tersebut dan berakibat buruk bagi masyarakat, seperti contoh adalah menjamurnya para calo-calo pembuatan dokumen seperti KTP, surat perizinan usaha, Surat izin mengemudi, paspor dan dokumen imigrasi dan lain lain.

Yang menjanjikan praktis dan cepat dan memberi efek buruk bagi lembaga tersebut timbulnya rasa tidak percaya, dan bahkan KKN. Dan dari kasus tersebut akan berakibat buruk karena kurangnya rasa kepercayaan masyarakat dalam pelayanan publik.

Oleh sebab tersebut kita mencoba mengalisa poin-poin apa saja yang mempengaruhi kepuasan masyarakat tersebut. Dan hasil yang didapat akan menjadi bahan evaluasi pada lembaga tersebut. Dan menghitung seberapa besar Nilai pelayanan yang telah dilakukan terutama pada Satuan Latulintas Unit Perbitan dan perpanjangan Surat Izin Mengemudi, menggunakan proses manual dan komputasi dengan Microsoft excel.

1.2 Maksud dan Tujuan

1. Untuk Mengetahui Grade seberapa besar tingkat kepuasan masyarakat

dalam pelayanan penernitan dan perpanjangan Surat ijin mengemudi.

2. Untuk mengetahui Persentase yang tertinggi dari Setiap unsur dalam memberikan pelayanan pada penerbitan dan perpanjangan Polres kota Bekasi

3. Memanfaatkan Aplikasi Microsoft Office Untuk menghitungan IKM di tahun berikutnya

2. LANDASAN TEORI

Menurut Kartikaningdyah (2013) pada penelitian sebelumnya Pelayanan publik yang dilakukan oleh pejabat pemerintah di berbagai sektor layanan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hak-hak sipil dan kebutuhan dasar yang dirasakan tidak sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks kepuasan keseluruhan masyarakat akan Tanjung pinang BP2T layanan dapat dikatakan dalam kondisi baik, dan masih harus ditingkatkan karena ada beberapa indikator yang menunjukkan indeks kinerja yang tidak baik. Dari 14 indikator diteliti ada 12 indikator dalam kategori pelayanan yang baik (layanan prosedur, kondisi pelayanan, kejelasan petugas pelayanan, petugas disiplin, tanggung jawab petugas, kemampuan tenaga pelayanan, pelayanan keadilan memperoleh, kesopanan dan keramahan staf, kewajaran biaya pelayanan, biaya pelayanan dan kenyamanan lingkungan dan keamanan lingkungan dan mampu memuaskan penggunaan jasa).

3. METODE PENELITIAN

Sifat Dari penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif

1. kuantitatif pengolahan berdasarkan angka data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang terdiri dari 150 responden kemudian diolah menjadi hasil perhitungan indeks,

(3)

43 Dengan mengunakan rumus

perhitungan indeks kepuasan masyarakat (IKM) yaitu dengan mengolah 14 unsur yang sudah di data dan diisi oleh responden dimana data data tersebut buat dalam bentuk tabel/tabulasi dan diolah serta di aplikasikan dengan mengunakan microsoft excel.

2. sedangkan pada kualitatif berdasarkan preferensi pendapat masyarakat dengan melihat prilaku yang dialami dalam pengurusan penerbitan dan perpanjangan surat izin mengemudi, kegiatan kulitatif

ini digunakan untuk

mengambarkan proses kegiatan, berdasarkan saat kejadian berlangsung yaitu dengan menetukan responden untuk menjawab pertanyaan dimana fakta yang terjadi didalam proses penerbitan dan perpanjangan SIM yang terjadi adalah prosedur dan kegiatannya yang cenderung lama sehingga membuat peserta menunggu lama serta suasanya yang tidak kondusif.

Sedangkan teknik pengumpulan data dengan menggunakan

1. Wawancara kepada petugas dan piminan di satlantas kota bekasi.

2. Kuesioner dengan menjawab 14 unsur pernyataan kepada responden yaitu responden yang sedang mengajukan penerbitan atau perpanjangan SIM

3. Observasi dengan datang lansung dan ketempat Pembuatan SIM satlantas kota bekasi yang saat itu sedang melakukan kegiatan IKM.

4. PEMBAHASAN a. Pelayanan.

Menurut Norman dalam tangkalisan (2007:210) secara explisit mengutarakan dalam bidang pelayanan, bahwa manajemen hubungan dengan

pelanggan merupakan sesuatu yang sangat krusial dalam satu organisasi.

Dimana organisasi publik mempunyai ciri public account ability yakni setiap warga negara mempunyai hak untuk mengevaluasi kualitas pelayanan yang mereka terima.

Menurut Tjipto (1996) dalam tangkilisan (2007:218) cara konsumen atau pelanggan dalam menilai dimensi kualitas jasa di bidang jasa adalah keandalan. Janji yang ditepati sesuai dengan kinerja yang seharusnya, seperti produktifitas, kualitas layanan yang memenuhi standar yang ada, ketepatan waktu, layanan yang akurat, dan tidak ada cacat dalam proses tersebut.

Parasuraman dan Carman (1990) dalam tangkilisan (2007:218) bahwa konsep dan pengukuran kualitas pelayanan merumakan konsep yang sulit dipahami karena pelayanan itu sendiri merupakan suatu yang abstrak.

Daviddow dan Uttal (1989:19) Pelayanan merupakan usaha apa saja yang mempertinggi kepuasan pelanggan (whatever enhances customer satisfaction). Menurut Norman (1991:14) memberikan karakteristik tentang pelayanan sebagai berikut:

1. Pelayanan merupakan suatu produksi yang mempunyai sifat tidak dapat diraba, berbeda dengan barang produksi lain (barang jadi atau barang industri yang berwujud).

2. Pelayanan itu kenyataannya terdiri dari tindakan nyata dan merupakan pengaruh yang sifatnya adalah tindak sosial.

3. Produksi dan konsumsi dari pelayanan tidak dapat dipisahkan secara nyata, karena pada umumnya kejadian bersamaan dan terjadi di tempat yang sama.

Menurut Dwiyanto et.all dalam

tangkalisan (2007:223)

mengindentifikasi faktor internalnya

(4)

44 antara lain kewenangan direksi, sikap

etika organisasi terhadap perubahan, budaya organisasi, etika organisasi, sistem insentif, maupun semangat kerja sama. Sedangkan faktor eksternalnya antara lain budaya politik, pengelolaaan konflik lokal, kondisi sosial ekonomi, dan kontrol yang dilakukan oleh masyarakat dan organisasi LSM.

Menurut www.menpan.go.id Langkah langkah untuk mewujudkan pelayaan prima adalah:

1. Sosialisasi pelaksanaan Undang- Undang Nomor 25 tahun 2009.

2. Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi terhadap kebijakan yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah sehubungan dengan pemberian pelayanan kepada masyarakat.

3. Melaksanakan pendataan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) untuk mengetahui tingkat kinerja unit pelayanan secara berkala sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik.

4. Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi penerapan OSS/PTSP-SA.

5. Memberikan penghargaan kepada Penyelenggara pelayanan publik yang berprestasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

6. Menyusun Instrumen Evaluasi Kinerja untuk Pemantauan Kinerja Kualitas Pelayanan Publik (PK2PP), dalam rangka memenuhi amanah Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Menurut perment PAN No. 7 TAHUN 2010 Tentang pedoman kinerja unit pelayanan publik, pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa

atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri PAN Nomor:

63/KEP/M.PAN/7/2003, Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik Dan KEP/25/M.PAN/2/2004 Pedoman umum penyusunan Indeks kepuasan masyarakat (IKM) yang kemudian dikembangkan menjadi 14 unsur yang "relevan‛, ‚valid" dan

"reliabel‛, sebagai unsur minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks kepuasan masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.

2. Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya.

3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung jawabnya).

4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku;

5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan.

6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan/ menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat.

7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat

(5)

45 diselesaikan dalam waktu yang

telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan.

8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.

9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati.

10. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besamya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.

11. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan.

12. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

13. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan.

14. Keamanan Pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.

b. Indeks Kepuasan masyarakat Stephen R Chitwood, (1974) bahwa sejumlah pola yang tak terbatas bisa digunakan untuk membagi-bagikan pelayanan masyarakat. Pola tersebut dapat diringkas dalam tiga bentuk dasar: Pertama, pelayanan yang sama bagi semua; Kedua, pelayanan yang sama secara proporsional bagi semua;

dan Ketiga, pelayanan-pelayanan yang tidak sama bagi individu-individu, sesuai dengan perbedaan yang relevan.

Menurut Savas (1987). Alternatif pengaturan organisasi pelayanan publik yang dapat diberlakukan antara lain: (1) Government service, (2) Government vending, (3) Intergovernmental agreement, (4) Contract, (5) Franchise, (6) Grant, (7) Voucher, (8) Market, (9) Voluntary Arrangement, (10) Self service.

Dikutip dari Warta RSUD (2011:3) Indeks kepuasan masyarakat (IKM) adalah ‚data dan informasi tentang tingkat kepuasanan masyarakat yang diuperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan harapan dan kebutuhannya‛. Nilal IKM dihitung dengan menggunakan "nilai rata-rata tertimbang" masing-masing unsur pelayanan. Dalam penghitungan indeks kepuasan masyarakat terhadap 14 unsur pelayanan yang dikaji, setiap unsur pelayanan memiliki penimbang yang sama dengan rumus sebagai berikut:

Rumus Nilai Rata- rata Tertimbang:

Bobot nilai rata – rata tertimbang

=

Jumlah Bobot

= 1

= 0,071 Jumlah

Unsur 14

(6)

46 Untuk memperoleh nilai Indeks

kepuasan Masyarakat unit pelayanan digunakan pendekatan nilai rata-rata tertimbang dengan rumus sebagai berikut: Untuk memudahkan

interpretasi terhadap penilaian IKM yaitu antara 25 - 100 maka hasil penilaian tersebut di atas dikonversikan dengan nilai dasar 25, dengan rumus

sebagai berikut:

Rumus IKM Unit Pelayana

Tabel 1. Nilai Persepsi Interval IKM

Nilai Nilai Interval Nilai Interval Mutu Kinerja Unit

Persepsi IKM Konversi IKM Pelayanan Pelayanan

1 1,00 – 1,75 25 – 43,75 D Tidak baik

2 1,76 – 2,50 43,76 – 62,50 C Kurang baik

3 2,51 – 3,25 62,51 – 81,25 B Baik

4 3,26 – 4,00 81,26 – 100,00 A Sangat baik

Kurangnya pemahaman petugas pelayanan dalam melayani masyarakat sangat mempengaruhi kualitas dari pelayanan tersebut dan hal ini sangat bertentangan dengan etika dan moral, yang berakibat buruk kepada Masyarakat. Munculnya calo- calo adalah sebagai contoh akibat kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap petugas pelayanan.

c. Microsoft Excel

Menurut tofik (2010:4) Microsoft excel adalah program spreadsheet (lembar kerja hitung) dari microsoft office yang banyak dipakai dalam pengolahan data berupa angka (kuantitatif)

Pada penelitian ini microsoft excel digunakan sebagai perhitungan komputasi dan untuk memudahkan perhitungan indek kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan publik.

Yang di lakukan lembaga lembaga pemerintah, terutama dalam hal layanan publik. Agar lebih efektif dan efisien.

d. Contoh Kasus Perhitungan Indeks Kepuasan Masyarakat

Pemberian pelayanan yang berkualitas prima terutama kepada masyarakat umum merupakan sebuah masalah yang harus diselesaikan dan diperhatikan sebuah negara.

Dikutip dari islamy (2007) Di Inggris, Edvardsson et all (1994) dalam Islamy (2007:4) meningkatkan mutu pelayanan sangat tergantung pada upaya menyeimbangkan antara teknik dan metode peningkatan proses dan sistem pelayanan dengan sikap, perilaku dan budaya layanan, teknik peningkatan mutu pelayanan tidak berjalan dalam kondisi vakum, tetapi ia dikreasi dan dilakukan oleh orang- orang dalam organisasi, oleh karenanya tekanan harus diberikan pada orang, proses, motivasi dan sistem. Di Amerika Serikat, Mor, (1994) dalam Islamy (2007:4) pemerintah Clinton dan Gore, meluncurkan inisiatif untuk memperbaiki mutu pemerintahan Federal dengan mengganti filosofi administrasi negara lama dengan administrasi Negara yang disemangati oleh Spirit Kewirausahaan. Di Singapura, Haat (1996) dalam Islamy

Total dari Nilai

Persepsi Per Unsur Nilai IKM = x Penimbang Total Unsur yang terisi

IKM Unit pelayanan x 25

(7)

47 (2007:5) telah dikenal suatu kampanye

komprehensif yang disebut pelayanan publik di abad 21. Tujuan utama dari kampanye ini adalah untuk: (1) Memelihara adanya sikap pelayanan prima guna memenuhi kebutuhan publik akan standar mutu pelayanan yang tinggi dan memberi ruang bagi usaha perubahan terus-menerus bagi terwujudnya pelayanan yang lebih efektif dan efisien dengan menerapkan sarana dan teknik manajemen modern serta memberikan perhatian yang tinggi terhadap moral dan kesejahteraan pegawai.

Pelayanan umum yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, TNI dan polri, pada Prinsipnya

“equal treatment”, dalam arti semua warga negara mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan setara, sesuai standar yang ditetapkan oleh pemerintah.

Dari banyak kasus-kasus pelayaan kita ambil satu kasus yaitu Penerbitan atau perpanjangnya Surat izin mengemudi, yang pada dasarnya SIM adalah Dokumen mutlak yang harus dimiliki setiap pengendara bermotor baik itu, roda dua dan roda empat atau lebih. SIM berupa dokumen fisik yang wajib dimiliki.

Satuan Lalulintas Polisi resort bekasi adalah satu unit penyelenggala kegiatan pelayanan masyarakat di bidang penerbitan dan perpanjangan surat ijin mengemudi yang beralamatkan di jalan Inspeksi Kalimalang Tegal gede Cikarang.

Dilihat dari beberapa Objek seperti;

Data jenis pekerjaan dari data responden pada satlantas Kota Bekasi sebagian besar pekerjaan yang didapat 65% sebagai pegawai swasta, 8% sebagai pelajar dan mahasiswa, 6% sebagai pegawai negeri, 6% sebagai pengemudi, 6 % ibu rumah tangga 5% TNI polri dan 4 % guru. Sedangkan dari tingkat umur, usia 17-20 tahun 24%, 21-30 tahun 52 %,

31-40 tahun 18%, 41-49 4%, diatas 50 tahun 2%.

Sedangkan pemilih berdasarkan kelamin yaitu laki laki sebanyak 82%

dan perempuan 18%, berdasarkan tingkat pendidikan adalah; lulusan SD 0%, lulusan SLTP 3%, lulusan SLTA 84%, lulusan D3 10%, lulusan S1 3%.

Adapun unsur minimal yang ada untuk dasar pengukuran indeks kepuasan masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Pendapat responden Tentang kegiatan Pelayanan Penerbitan /permanjangan SIM Yaitu kemudahan dalam tahapan yang diberikan kepada masyarakat dalam alur pelayanan pembuatan Surat izin mengemudi. Untuk melanpilkan Chart dan persentase paca excel dapat melakukan seleksi pada tabel dengan mengklik menu insert – Chart – Pie – Chart Layout 2 (lihat tabel 2 dan gambar 1)

Tabel 2. Kemudahan

No Valid Frequency Percent

1 Tidak Mudah 15 10%

2 Cukup Mudah 64 43%

3 Mudah 59 40%

4 Sangat Mudah 11 7%

Jumlah 150 100%

Gambar 1. Kemudahan

2. Kesesuaian persyaratan yaitu persyaratan teknis dalam prosedur penerbitan dan perpanjangan surat izin mengemudi (lihat abel 3 dan gambar 2).

(8)

48 Tabel 3. Kesesuaian Persyaratan

No Valid Frequency Percent

1 Tidak Sesuai 8 5%

2 cukup Sesuai 54 36%

3 Sesuai 73 49%

4 Sangat Sesuai 15 10%

Jumlah 150 100%

Gambar 2. Kesesuaian Persyaratan 3. Kejelasan Petugas pelayanan yaitu

keberadaan dan kepastian petugas yang sedang memberikan pelayanan terhadap tugasnya dalam memberikan penjelasan dan prosedur teknis (lihat tabel 4 dan gambar 3)

Tabel 4. Kejelasan Petugas pelayanan No Valid Frequency Percent

1 Tidak Jelas 10 7%

2 Cukup Jelas 48 33%

3 Jelas 74 50%

4 Sangat Jelas 15 10%

Jumlah 150 100%

Gambar 3. Kejelasan Petugas Pelayanan 4. Kedisiplinan Petugas yaitu kesungguhan kinerja petugas dalam memberikan pelayanan terhadap waktu kerja dan

ketentuan yang berlaku (lihat tabel 5 dan gambar 4)

Tabel 5. Kedisiplinan Petugas

No Valid Frequency Percent

1 Kurang Disiplin 5 3%

2 Cukup Disiplin 57 38%

3 Disiplin 69 46%

4 Sangat Disiplin 19 13%

Jumlah 150 100%

Gambar 4. Kedisiplinan Petugas 5. Tanggung Jawab petugas yaitu

kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas pelayanan dalam meneyelenggarakan dan menyelesaikan pelayanan (lihat tabel 6 dan gambar 5).

Tabel 6. Tanggung Jawab Petugas

No Valid Frequency Percent

1

Tidak Bertanggung Jawab

8 5%

2

Cukup Bertanggung Jawab

49 33%

3 Bertanggung

Jawab 68 45%

4

Sangat Bertanggung Jawab

25 17%

Jumlah 150 100%

Gambar 5 .Tanggung Jawab Petugas

(9)

49 6. Kemampuan petugas pelayanan

yaitu tinggkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan pelayanan dan menyelesaikan pelayanan (lihat tabel 7 dan gambar 6).

Tabel 7. Kemampuan Petugas Pelayanan

No Valid Frequency Percent

1 Kurang Mampu 5 4%

2 Cukup Mampu 47 31%

3 Mampu 72 48%

4 Sangat Mampu 26 17%

Jumlah 150 100%

Gambar 6. Kemampuan petugas pelayanan

7. Kecepatan Pelayanan yaitu target waktu pelayanan dapat menyelesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan (lihat pada tabel 8 dan gambar 7)

Tabel 8. Kecepatan Pelayanan.

No Valid Frequency Percent

1 Tidak Cepat 6 4%

2 Cukup Cepat 59 39%

3 Cepat 64 43%

4 Sangat Cepat 21 14%

Jumlah 150 100%

Gambar 7. Kecepatan Pelayanan 8. Keadilan mendapatkan pelayanan

yaitu pelaksanan pelayanan dengan tidak membeda bedakan golongan status masyarakat yang dilayani, dapat dilihat pada tabel 9 gambar 8.

Tabel 9. Keadilan mendapatkan pelayanan

No Valid Frequency Percent

1 Tidak Adil 10 7%

2 Cukup Adil 68 45%

3 Adil 56 37%

4 Sangat Adil 16 11%

Jumlah 150 100

Gambar 8. Keadilan Mendapatkan Pelayanan

9. Kesopanan dan keramahan petugas yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati, dapat dilihat pada tabel 10 dan gambar 9

(10)

50 Tabel 10. Kesopanan dan Keramahan

Petugas

No Valid Frequency Percent

1

Tidak Sopan

dan ramah 5 3%

2

Cukup Sopan

dan Ramah 56 37%

3

sopan dan

ramah 64 43%

4

Sangat sopan

dan ramah 25 17%

Jumlah 150 100

Gambar 9. Kesopanan dan keramahan petugas

10. Kewajaran Biaya pelayanan yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan, dapat dilihat pada tabel 11 dan gambar 10

Tabel 11. Kewajaran Biaya Pelayanan

No Valid Frequency Percent

1 Tidak Wajar 15 10%

2 Cukup Wajar 56 37%

3 Wajar 54 36%

4 Sangat wajar 25 17%

Jumlah 150 100%

Gambar 10. Kewajaran Biaya Pelayanan

11. Kepastian Biaya pelayanan yaitu kesesuaian anatara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan, dapat dilihat pada tabel 12 dan gambar 11.

Tabel 12. Kepastian Biaya Pelayanan

No Valid Frequency Percent

1 Tidak Pasti 5 3%

2 Cukup Pasti 50 33%

3 Pasti 64 43%

4 Sangat Pasti 31 21%

Jumlah 150 100%

Gambar 11. Kepastian Biaya Pelayanan 12. Kepastian jadwal pelayanan yaitu

pelaksanaan waktu pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, dapat dilihat pada tabel 13 dan gambar 12.

Tabel 13. Kepastian Jadwal Pelayanan No Valid Frequency Percent

1 Tidak Pasti 6 4%

2 Cukup Pasti 49 32%

3 Pasti 67 45%

4 Sangat Pasti 28 19%

Jumlah 150 100%

Gambar 12. Kepastian Jadwal Pelayanan 13. Kenyamanan Lingkungan yaitu kondisi sarana dan prasarana

(11)

51 pelayanan yang bersih dan rapih

serta teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan, dapat dilihat pada tabel 14 dan gambar 13.

Tabel 14. Kenyamanan Lingkungan

No Valid Frequency Percent

1 Tidak Nyaman 6 4%

2 Cukup Nyaman 48 32%

3 Nyaman 68 45%

4 Sangat Nyaman 28 19%

Jumlah 150 100%

Gambar 14. Kenyamanan Lingkungan 1. Keamanan Pelayanan yaitu

terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan sehingga masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan (lihat Tabel 15 dan Gambar 14)

Tabel 15. Keamanan Pelayanan No Valid Frequency Percent

1 Tidak Aman 7 5%

2 Cukup Aman 53 35%

3 Aman 69 46%

4 Sangat Aman 21 14%

Jumlah 150 100%

Gambar 15. Kemanan Pelayanan Apa yang dapat dilakukan di microsoft excel ? Menurut Supriansyah (2008:11)Microsoft Excel adalah sebuah program spreadsheet (lembar kerja yang terdiri dari kolom-kolom dan baris) yang berfungsi untuk mengolah data statistik, membuat laporan keuangan, anggaran, database sederhana, grafik, dan lain lain.

Pada penulisan ini Microsoft excel digunakan untuk Pembuatan grafik, mengolah dan data hasil perhitungan IKM.

Untuk membuat grafik U1-U14 dapat menyelesi tabel lalu pilih:

Insert – Charts – Pie 3d (pilih sesuai keinginan).

Untuk memudahkan perhitungan dengan membuat tabel yang terdiri dari 16 kolom terdiri dari Responden (terdiri dari 150 baris), U1, U2, U3, U4, U5, U6, U7, U8, U9, U10, U11, U12, U13, U14 (U1-U14 untuk unsur terdiri dari 15 baris) Total, Dibaris terakhir a. Jumlah Nilai perunsur, b. NRR Perunsur, NRR tertimbang (0.071 yang di) Lihat pada Gambar 15

(12)

52 Gambar 15. Form Isian excel

Keterangan Gambar

1. Responden 1-150 Merupakan jumlah Keseluruhan responden 2. U1- u14 merupakan Unsur ke 1 3. Jumlah perunsur merupakan

Jumlah total setiap unsur

4. NRR Merupakan nilai rata rata per unsur

5. IKM = Indeks Kepuasan Masyarakat

6. IKM Unit pelayanan * 25

a. Jumlah nilai Perunsur merupakan Jumlah total keseluruhan nilai dari setiap unsur U1-U14. Untuk Mendapatkan nilai perunsur dalam excel

U1 =SUM(D36:D185) U2 =SUM(E36:E185) U3 =SUM(F36:F185) U4 =SUM(G36:G185) U5 =SUM(H36:H185) U6 =SUM(I36:I185) U7 =SUM(J36:J185) U8 =SUM(K36:K185) U9 =SUM(L36:L185) U10 =SUM(M36:M185) U11 =SUM(N36:N185) U12 =SUM(O36:O185) U13 =SUM(P36:P185) U14 =SUM(Q36:Q185) b. NRR perusur U1 = D189/C185

U2 = E189/C185 U3 = F189/C185 U4 = G189/C185 U5 = H189/C185 U6 = I189/C185 U7 = J189/C185 U8 = K189/C185 U9 = L189/C185 U10 = M189/C185 U11 = N189/C185 U12 = O189/C185 U13 = P189/C185 U14 = Q189/C185 c. NRR tertimbang U1 = D190/R188 U2 = E190/ R188 U3 = F190/ R188 U4 = G190/ R188 U5 = H190/ R188 U6 = I190/ R188 U7 = J190/ R188 U8 = K190/ R188 U9 = L190/ R188 U10 = M190/ R188 U11 = N190/ R188 U12 = O190/ R188 U13 = P190/ R188 U14 = Q190/ R188 IKM Unit pelayanan * 25

Maka Nilai Indeks kepuasan pada excel

=R190*R189

(13)

53 Gambar 16. Form excel yang telah di isi

Dari Gambar diatas total perhitungan IKM, Nilai Indeks kepuasan Masyarakat sama dengan nilai index * nilai dasar, 2.651*25 = 66.275

Maka mutu pelayanan kinerja unit adalah B = Baik

5. PENUTUP a. Kesimpulan

1. Dengan menggunakan Aplikasi microsoft excel kita dapat dengan mudah memasukan data dan menginput serta mengolah perhitungan dengan membuat tabel dan grafik tanpa harus menghitung manual, Indeks kepuasan masyarakat (IKM) berupa data dan informasi tentang tingkat kepuasanan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran kepada 14 unsur tertimbangn atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan harapan dan kebutuhannya

2. Didapat presentase terbesar dari 14 unsur yaitu unsur kemudahan 43%

menjawab cukup mudah dan 40%

menjawab mudah, Unsur kesesuaian persyaratan 73%

menjawab sesuai dan 36 % menjawab cukup sesuai, Unsur kejelasan pelayanan 50% menjawab Jelas dan 33% menjawab cukup jelas, Unsur kedisiplinan petugas 46% menjawab disiplin dan 38%

menjawab ukup disiplin, Unsur Tanggung Jawab Petugas 45%

menjawab bertanggung jawab dan 33% menjawab cukup bertanggung jawab, kemampuan petugas 48%

menjawab mampu melayani dan 31% cukup mampu melayani, Unsur kecepatan pelayanan 43%

pelayanan cepat dan 39% cukup cepat, unsur keadilan mendapatkan pelayanan 45% menjawab cukp adil dan 37% menjawab adil, Unsur kesopanan dan keramahan petugas 43% mejawab sopan dan ramah dan 37% menjawab cukup sopan dan ramah, Unsur kewajaran biaya 37% menjawab cukup wajar dan 36% menjawab wajar, Unsur kepastian biaya 43% menjawab pasti dan 33% menjawab cukup pasti, untuk unsur kepastian jadwal pelayanan 45% menjawab pasti dan 32% menjawab cukup pasti, unsur kenyamanan 45% menjawab nyaman dan 32% menjawab cukup nyaman, unsur keamanan pelayanan 46% menjawab aman dan 35% menjawab cukup aman.

3. Penggunaan aplikasi spreadsheet ini untuk memudahkan perhitungan IKM agar lebih efisien dan efktif didapat Maka mutu pelayanan kinerja unit Dengan Grade B (Baik)

(14)

54 b. Saran

1. Dalam pengisian koesioner indeks kepuasan masyarakat disarankan responden yang dipilih adalah reponden yang sedang meminta pelayaan pada saat itu dan pengisiannya harus di kawal serta dibimbing sampai pengisian seselai agar responden mengerti maksud dari koesionir ini.

2. Diharapkan setiap lembaga aparatur negara yang menyelengarakan kegiatan pelayanan publik mulai dari tingkat kelurahan sampai propinsi disarankan untuk membuat laporan indeks kepuasan masyarakat sesuai

permen Nomor:

Kep/25/M.PAN/2/2004

3. Penggunaan aplikasi spreadsheet ini merupakan aplikasi yang umum di gunakan untuk pembuatan tabel alangkah baiknya dapat di terapkan pada perhitunggan IKM di Unit Penerbitan dan Perpanjangan SIM pada Satlantas Kota Bekasi untuk memudahkan perhitungan IKM agar lebih efisien dan efktif DAFTAR PUSTAKA

Islamy M. Irfan (2007). Menggapai Pelayanan yang Bermutu.

Program Doktor Ilmu Administrasi FIA-UB

Kartikadyah Elly Analisis Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Publik Pada BP2T Kota Tanjungpinang

http://p2m.polibatam.ac.id

Keputusan Mentri Pendayagunaan aparatur negara No.Kep /26/M.PAN/2/2004 Tanggal 24 Februari 2004 Tentang, Petunjuk Teknis Transparansi Dan

Akuntabilitas Dalam

Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Keputusan Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

Kep/25/M.PAN/2/2004 Tentang Pedoman umum penyusunan Indeks Kepusan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah.

Peraturan Mentri pendayagunaan Aparatur Negara dan reformasi birokrasi No.7 tahun 2010 tenang pedoman penilaian Kinerja unit pelayanan Publik.

Supriansyah Haris 2008 Buku Pintar Microsoft Office Excel Seri Junior Programer. Oase Media. Bandung Tangkalisan S. Nogi Hessel 2007 Manajemen publik PT grasindo jakarta

Tofik Mochamad 2009 Bekerja Secara Otomatis di MS Excel 2007 dengan Macro. Media Kita Jakarta Tjahjanuli Domei Konsep Peningkatan

Kualiatas Pelayanan Publik Unversitas Brawijaya Maret 2013

di ambil dari

http://tjahjanulindomai.lecture.ub.

ac.id/karya-tulis

Keputusan Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

Kep/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Uni Pelayanan Instansi Pemerintah

diambil pada

http://www.pu.go.id/satminkal/itj en/hukum/kmpan25-04.htm (24 Februari 20104 )

Keputusan Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara. Langkah Lahkan dalam mewujudkan Pelayanan Prima 2012. Di ambil dari

http://www.menpan.go.id/2012- 10-24-03-27-71 (25 Maret 2012)

(15)

55 RANCANG BANGUN DECISION SUPPORT SYSTEM DISTRIBUSI PRODUK PADA INVENTORY ROUTING PROBLEM DENGAN PENDEKATAN HEURISTIK

(Studi Kasus: Perusahaan Yakult)

Lisnawanty

Program Studi Komputerisasi Akuntansi, AMIK BSI Pontianak Jalan Abdurahman Saleh No. 18 A, Pontianak

[email protected]

Abstract

The company is an organization that has a complexity of problems in managing the relationship between retailers and distributors to maintain product distribution process runs smoothly.

Changes in market structure, products, and technologies of production continues to occur so that the effect is determined at the discretion of management. In this regard, the case of Inventory Routing Problem (IRP) often occurs in uncertainty in coordinating some activity distribution of products to a number of retailers. Product distribution system that is run without the basic result in reduced services to retailers. In other words, the distribution companies are not able to maintain service levels remain high. When the distribution system planned without basis in estimating demand so there are a number of retailers retailers that are not provided in time, the planning time horizon for the retailer must wait for resupply performed again at the next cycle. Determination of suboptimal solutions to some complex decision problems can face a bottleneck in terms of product quantity, time and cost can use a heuristic approach in building Decision Support System.

Product Distribution DSS is a tool used to generate and produce suboptimal solutions in generating support for scheduling distribution. The decision resulting from the DSS Product Distribution is determining the time distribution will be made, determine many products that will be distributed, and determine the route to be traversed.

Keywords : Inventory Routing Problem, heuristic, Decision Support System

1. PENDAHULUAN

Dalam sistem pendistribusian pada beberapa perusahaan distribusi, kasus Inventory Routing Problem (IRP) seringkali terjadi dengan bersumber pada ketidakpastian dalam mengkoordinasi beberapa aktivitas pendistribusian produk kepada sejumlah retailer seperti halnya mengkombinasikan permasalahan pendistribusian produk dengan manajemen persediaan pada sejumlah retailer.

Berkenaan dengan Inventory Routing Problem (IRP) tersebut, Perusahaan Yakult sesuai untuk dijadikan sebagai sampel kasus.

Pemilihan Perusahaan Yakult sebagai sample kasus dikarenakan Perusahaan Yakult memiliki sistem pendistribusian yang menerapkan sistem Inventory Management. Manajemen perusahaan tersebut menitikberatkan pada pengontrolan penambahan persediaan pada setiap retailer dan mempertimbangkan waktu pengiriman, banyaknya produk yang akan didistribusikan, dan alur distribusi dari satu rute ke rute berikutnya. Sehingga permasalahan Perusahaan Yakult terjadi disebabkan variase demand yang terjadi pada sejumlah retailer dikaitkan dengan prioritas penjadwalan yang akan

(16)

56 didistribusikan dengan fasilitas

transportasi yang ada.

Berdasarkan uraian kasus di atas, maka permasalahan utama yang kerapkali terjadi pada perusahaan distribusi adalah bersumber pada ketidakpastian dalam mengkoordinir beberapa aktivitas pendistribusian produk kepada sejumlah retailer, terutama lemah dalam menganalisis perkiraan demand (permintaan) masing- masing retailer.

Asumsi bahwa horizon waktu perencanaan distribusi selama 1 bulan (4 minggu) dan terdapat 4 cluster (masing- masing cluster diwakili 1 fasilitas transportasi) yang membagi semua retailer yang ada, maka kemungkinan yang terjadi adalah waktu perencanaan distribusi produk pada satu cluster adalah 1 minggu. Jika ternyata perusahaan distribusi tidak melakukan perencanaan distribusi dengan baik, dalam artian retailer yang membutuhkan penambahan produk tidak terlayani tepat pada waktunya karena kendala waktu dan kapasitas angkut, maka retailer tersebut harus menunggu waktu siklus berikutnya untuk mendapatkan resupply kembali yaitu  1 minggu berikutnya. Namun jika diasumsikan sesuai dengan DSS yang akan dibangun, perusahaan distribusi menetapkan horizon waktu perencanaan distribusi selama 1 bulan (4 minggu) dan terjadi retailer yang tidak terlayani untuk horizon waktu distribusi saat ini harus menunggu waktu siklus berikutnya untuk mendapatkan resupply kembali yaitu  2 minggu berikutnya.

Untuk itu, perusahaan distribusi membutuhkan adanya suatu DSS untuk mendukung perusahaan distribusi dalam melakukan penjadwalan distribusi. Keputusan yang akan dibuat adalah sebagai berikut:

- Menentukan waktu distribusi akan dilakukan.

- Menentukan banyak produk yang akan didistribusikan.

- Menentukan rute yang akan dilalui.

DSS Distribusi Produk merupakan alat yang digunakan untuk membangkitkan dan menghasilkan dukungan solusi suboptimal. DSS berinteraksi dengan seorang pengambil keputusan (manajer) yang memberikan perkiraan eksponensial dalam memprediksi permintaan produk dengan menetapkan stok untuk resupply dan kapasitas efektif sehingga dapat melakukan perencanaan kapasitas dan penjadwalan distribusi.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Decision Support System (DSS) Turban, et. al. (2005:5) menguraikan beberapa definisi mengenai Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System) berdasarkan beberapa ahli sebagai berikut.

a. Menurut Little (1970), DSS sebagai sekumpulan prosedur berbasis model untuk data pemrosesan dan penilaian guna membantu para manajer mengambil keputusan.

Little menyatakan bahwa untuk sukses, sistem tersebut haruslah sederhana, cepat, mudah dikontrol, adaptif, lengkap dengan isu-isu

penting, dan mudah

berkomunikasi.

b. Menurut Moore dan Chang (1980), DSS sebagai sistem yang dapat diperluas untuk mampu mendukung analisis data ad hoc dan pemodelan keputusan, berorientasi terhadap perencanaan masa depan, dan digunakan pada interval yang tidak reguler dan tidak terencana.

c. Menurut Keen (1980), DSS sebagai suatu produk dari proses pengembangan dimana pengguna

(17)

57 DSS, pembangun DSS, dan DSS itu

sendiri mampu mempengaruhi satu dengan yang lain

Dan menurut Alter (2002) dalam Kadir (2003:117), DSS adalah sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan, dan pemanipulasian data yang digunakan untuk membantu pengambilan keputusan pada situasi semi terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur.

2.2 Pendekatan Heuristik sebagai Metode Pemecahan Masalah Menurut Turban (2005:136), pendekatan heuristik merupakan pendekatan menggunakan heuristik untuk sampai pada solusi yang cukup baik (biasanya dalam rentang 90-90,99 persen nilai objektif dari suatu solusi optimal) dan dapat dikerjakan dengan mudah. Heuristik dapat menjadi kuantitatif, dan karena itu dapat memainkan peran penting pada basis model DSS, dimana heuristik digunakan dalam memecahkan sebuah masalah pemrograman integer yang kompleks.

Heuristik dapat juga kualitatif dan dapat memainkan peran penting untuk memberikan pengetahuan bagi sistem pakar.

2.3 Pembangkitan Random Number (Random Number Generator/RNG) dengan Algoritma Prime Modulus Multiplicative Linear Congruential Generators (PMMLCGs)

Simulasi dari suatu sistem atau proses memerlukan suatu metode pembangkitan atau angka-angka yang dihasilkan secara random dalam horizon waktu yang ditentukan mengandung unsur deterministik.

Pemunculan angka-angka secara random (random number) yang digunakan pada proses pembangkitan diperoleh dari algoritma yang menghasilkan suatu angka sebagai

penentu bagi random number berikutnya, dan demikian seterusnya. Metode pembangkitan yang digunakan ini dikenal dengan istilah Prime Modulus Multiplicative Linear Congruential Generators (PMMLCGs). PMMLCGs merupakan suatu metode yang digunakan untuk menghasilkan urutan- urutan atau sequence dari angka-angka sebagai hasil dari perhitungan dengan komputer yang diketahui distribusinya sehingga angka-angka tersebut muncul secara random dan digunakan terus- menerus.

Rumusan matematis yang digunakan dalam urutan (sequence), PMMLCGs didefinisikan sebagai berikut.

Zi = (a . Zi-1 + c)(mod m) (1) Keterangan:

Zi = angka random number yang baru Zi-1 = angka random number yang lama

m = angka modulus

a = angka konstan yang bebas (multiplier)

c = angka konstan yang bersyarat (increment)

2.4 Pembangkitan Random Variates 2.4.1 Pendekatan Umum Pembangkitan

Random Variate dengan Metode Invers Transform

Pendekatan yang umum digunakan untuk membangkitkan random variate adalah Inverse-Transform.

Pembangkitan random variate X dan fungsi distribusi (distribution function) F yang bersifat kontinu adalah ketika 0<F(x)<1. Hal ini berarti jika x1 > x2 dan 0

< F(x1) ≤ F(x2) < 1, maka F(x1) < F(x2).

Berikut adalah algoritma untuk membangkitkan random variate X yang memiliki fungsi distribusi F.

Generate U ~ U(0,1) Return X = F-1 (U) Keterangan:

~ dibaca didistribusikan sebagai

(18)

58 F-1 (U) selalu didefinisikan untuk 0

≤ U ≤ 1 dan range dari F adalah [0,1].

Untuk menentukan random number U dengan metode invers-transform maka angka atau peluang harus bernilai sama (uniform) dengan interval [0,1] pada F(x).

2.4.2 Pembangkitan Random Variate Kontinu

a. Discrete Uniform

Discrete uniform digunakan sebagai sebuah model pertama untuk menyatakan suatu kuantitas dalam probabilitas distribusi yang berubah di antara bilangan integer i dan j. Dalam pembangkitan random variate terdapat peluang untuk muncul angka yang sama (uniform).

Gambar 1 berikut ini merupakan gambaran dari Discrete Uniform.

Sumber: Law (1991)

Gambar 1. Discrete Uniform Algoritma untuk membangkitkan X pada discrete uniform dengan menggunakan metode inverse-transform adalah sebagai berikut:

Generate U ~ U(0,1).

Return X = i + [(j - i + 1)U].

Dalam DSS yang dirancang, metode Discrete Uniform digunakan untuk menghasilkan angka pembangkitan random number.

b. Normal

Distribusi N(0, 1) sering disebut sebagai standard atau normal distribution.

Dalam memperkirakan normal, semakin kecil interval maka akan semakin baik perkiraannya. Normal dapat ditransformasikan menjadi distribusi random variate yang lain secara langsung.

Gambar 2 berikut ini merupakan gambaran dari Normal.

Sumber: Law (1991)

Gambar 2. Normal

Algoritma untuk membangkitkan X pada normal distribution adalah sebagai berikut:

1) Generate U1 andU2 as IID U(0,1), let Vi = 2 Ui – 1 for i = 1,2, and let W = V12 + V22.

2) If W > 1, go back to step 1.

Otherwise, let Y = (-2 ln W) / W, X1

= V1Y, X2 = V2Y. Then X1 and X2 are IID N(0,1) random variate.

Model normal digunakan untuk mengasumsikan kecepatan transportasi dan waktu pelayanan dari sejumlah retailer. Asumsi ini diambil dengan mengacu bahwa rata-rata kecepatan transportasi atau waktu pelayanan dan masing-masing nilai simpangan tersebut menjadi parameter penentu dalam menentukan karakteristik kecepatan transportasi atau waktu pelayanan tiap retailer. Pembangkitan random variate untuk kecepatan transportasi dan waktu pelayanan dapat ditentukan sebagai berikut.

- Kecepatan transportasi

(19)

59 Kecepatan transportasi

dbangkitkan dengan rumusan sebagai berikut:

X’ = µT + σT X Keterangan:

µT = nilai rata-rata kecepatan transportasi

σT = simpangan rata-rata dengan nilai konstanta (bebas ditentukan sendiri)

- Waktu pelayanan

Kecepatan transportasi dbangkitkan dengan rumusan sebagai berikut:

X’ = µS + σS X Keterangan:

µS = nilai rata-rata waktu pelayanan

σS = simpangan rata-rata dengan nilai konstanta positif (bebas ditentukan sendiri)

Nilai parameter rumusan pembangkitan kecepatan transportasi dan waktu pelayanan ditetapkan berdasarkan perkiraan pengguna.

c. Exponential

Exponential distribution merupakan model yang berada antara Gamma dan Weibull untuk ukuran parameter α = 1 dan skala parameter β. Perolehan nilai pada suatu sistem dengan model exponential adalah konstan.

Gambar 3 berikut ini merupakan gambaran dari Exponential.

Sumber: Law (1991)

Gambar 3. Exponential Distribution

Algoritma untuk membangkitkan X pada exponential dengan menggunakan metode inverse-transform adalah sebagai berikut:

Generate U ~ U(0,1).

Return X = -β ln U.

Dalam DSS yang dirancang, model exponential digunakan untuk memperkirakan demand yang terjadi pada setiap retailer dengan pembangkitan random number yang dihasilkan dari model discrete uniform sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan. Asumsi ini diambil mengikuti pola permintaan konsumen yang semakin berkurang dengan semakin berkurangnya produk pada rak display retailer. Berikut merupakan rumusan matematis untuk pembangkitan demand tiap retailer.

Zi = (a . Zi-1 + c)(mod m) Ui = Zi / m Ei = b * ln(Ui)

Rumus PMMLCGs di atas ditentukan nilai parameter a = 630360016, Zi = 132645, c = 0, dan m = 231- 1. Penentuan nilai tersebut mengacu pada literatur Law and Kelton, 1991.

2.4.3 Algoritma Farthest Insertion Salah satu algoritma dari pendekatan heuristik (insertion heuristic) yang dapat diaplikasikan untuk pencarian rute tour kendaraan yaitu algoritma farthest insertion untuk dapat menentukan jarak minimal suatu lokasi tour maksimal dari titik-titik (node) yang di input ke dalam peta secara geografis.

3. METODE PENELITIAN

Adapun metode penelitian dan pengembangan perangkat lunak adalah menggunakan metode SDLC (Software Development Life Cycle) dengan model Waterfall. Metode pengujian perangkat lunak yang dirancang menggunakan metode blackbox dan whitebox.

(20)

60 4. PEMBAHASAN

a. Konsep Perancangan

Sistem Pendukung Keputusan dirancang untuk digunakan bagi seorang manajer atau pengelola yang berstatus sebagai administrator.

Perancangan konseptual DSS digambarkan dalam sebuah diagram alir berupa flowchart (Gambar 4) yang

menggambarkan alur penyelesaian masalah dari algoritma yang digunakan dalam program dengan menggunakan ketiga model (uniform, exponential, dan normal) sebagaimana telah diuraikan pada bagian Tinjauan Pustaka. Berikut gambaran cara kerja DSS yang dibangun.

Hitung replenishment total Mulai

Update persediaan retailer Inisialisasi parameter (H=1, Cd=1, Wk, Hc, Ct)

Pembangkitan demand setiap retailer

Ada retailer pada wilayah:=Cd mencapai

reorder point ?

ya

Cari rute tour

Hitung waktu transportasi (Wt)

Hitung waktu pelayanan (Wp)

Waktu Distribusi (Wd) = Wt+Wp

Wd<=Wk?

Hitung ongkos distribusi ya

Simpan jadwal distribusi utk wilayah:=Cd pada hari:=H

Tampilkan seluruh jadwal Hari (H)>=jmlh hari

per siklus (Hc)?

tdk

H = H+1 tdk

Wilayah distribusi (Cd)>=jumlah wilayah

(Ct) ya

tdk

H=1

ya

Keluarkan dari jadwal retailer dengan jumlah stockout terkecil

Selesai

Cd = Cd+1

Gambar 4. Perancangan Konseptual DSS

(21)

61 Adapun alur proses diagram alir DSS

pada Gambar 4 di atas diuraikan sebagai berikut.

Program dimulai dengan inisialisasi parameter, yaitu hari (H) pertama, wilayah distribusi (Cd) pertama, serta waktu kerja (Wk), jumlah hari per siklus (Hc), dan jumlah wilayah (Ct) yang telah ditetapkan. sesuai dengan kebutuhan perusahaan distribusi yang bersangkutan.

membangkitkan demand untuk setiap retailer pada hari (H) pertama, wilayah distribusi (Cd) pertama, serta waktu kerja (Wk), jumlah hari per siklus (Hc), dan jumlah wilayah (Ct) yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan perencanaan depot.

Jika diketahui terdapat satu atau lebih retailer yang telah mencapai reorder point, maka selanjutnya akan dilakukan perhitungan replenishment total dari keseluruhan retailer yang mencapai reorder point tersebut sehingga depot dapat menentukan rute tour optimal yang akan dilalui depot. Waktu transportasi (Wt) dan waktu pelayanan (Wp) akan dibangkitkan dengan model normal. Masing-masing dari hasil pembangkitan tersebut digunakan untuk menghitung total waktu transportasi dan total waktu pelayanan sehingga diketahui jumlah waktu distribusi (Wd = Wt+Wp) yang diperlukan. Hasil perhitungan tersebut disesuaikan dengan waktu kerja. Jika waktu distribusi (Wd) melebihi waktu kerja (Wk), maka retailer dengan jumlah stockout terkecil akan dikeluarkan dari penjadwalan dan program akan kembali mencari rute tour. Namun jika waktu distribusi (Wd) kurang dari atau sama dengan waktu kerja (Wk), maka ongkos distribusi diperhitungkan sesuai dengan biaya per ruas yang telah ditetapkan depot.

Jadwal distribusi untuk wilayah Cd dan hari H disimpan, kemudian program akan mengecek jumlah hari

(H) yang telah berdistribusi terhadap jumlah hari per siklus (Hc). Namun jika tidak terdapat retailer yang mencapai reorder point, maka program akan mengecek jumlah hari (H) yang telah berdistribusi terhadap jumlah hari per siklus (Hc). Jika hari (H) tidak melebihi atau sama dengan jumlah hari per siklus (Hc), maka distribusi dilanjutkan pada hari berikutnya (H = H+1) dan program akan membangkitkan demand kembali.

Jika hari (H) telah lebih dari atau sama dengan jumlah hari per siklus (Hc) dan diketahui wilayah distribusi (Cd) tidak melebihi atau sama dengan jumlah wilayah (Ct) yang telah ditetapkan, maka penjadwalan disribusi akan dilanjutkan untuk wilayah distribusi (Cd) berikutnya (Cd = Cd+1), waktu distribusi dimulai hari pertama kembali (H = 1), dan demand dibangkitkan kembali untuk mencari retailer yang diperkirakan mencapai reorder point selanjutnya. Demikian seterusnya hingga semua wilayah distribusi dijadwalkan untuk pelaksanaan distribusi. Jika hari (H) telah lebih dari atau sama dengan jumlah hari per siklus (Hc) dan diketahui wilayah distribusi (Cd) telah melebihi atau sama dengan jumlah wilayah (Ct) yang telah ditetapkan, seluruh hasil penjadwalan akan ditampilkan. Jika semua proses telah selesai dijalankan, data akhir akan disimpan. Program simulasi akan berakhir jika jumlah hari simulasi telah mencapai horizon waktu perencanaan yang telah ditetapkan.

b. Hasil Perancangan

Sebelum user masuk ke dalam program, user harus login terlebih dahulu sebagaimana terlihat pada Gambar 5 berikut.

(22)

62 Gambar 5. Form Login

Setelah user berhasil login, maka user akan memasuki program inti (Gambar 6) untuk dapat dilakukannya proses pengolahan data dan dijalankannya proses pembangkitan sehingga perencanaan penjadwalan dapat dihasilkan guna membantu depot dalam memberikan acuan dasar terhadap proses distribusi yang akan dijalankan dalam suatu horizon waktu perencanaan tertentu.

Gambar 6. Bagian Inti Program Ketika user berhasil memasuki bagian inti program sebagaimana Gambar 6, maka secara langsung pembangkitan untuk memperoleh hasil optimasi tersebut diproses.

Pembangkitan dapat diproses jika data yang dibutuhkan telah dipenuhi atau diisi.

Adapun rancangan menu utama pada program ini, antara lain:

a. File

Submenu dalam menu File terlihat pada Gambar 7 sebagai berikut.

Gambar 7. Organisasi Menu File Submenu Hasil Perencanaan Penjadwalan, Intervensi User, dan Cetak Penjadwalan dapat diaktifkan jika Generate telah diproses, sebagaimana terlihat pada Gambar 8 sebagai berikut.

Gambar 8. Menu File setelah Proses Pembangkitan

Generate merupakan fasilitas yang disediakan untuk menjalankan proses pembangkitan (Gambar 9) dan memperoleh penjadwalan.

Gambar 9. Form Aktivasi Proses Pembangkitan (Generate)

Keutamaan yang dibutuhkan pada proses Generate ini adalah kelengkapan data. Untuk menunjang proses kelengkapan data, maka menu Operasi Data disediakan untuk dapat dilakukannya proses penambahan, perubahan, atau penghapusan data.

Output pada proses Generate ini adalah hasil perencanaan penjadwalan, yang mencakup tanggal mulai distribusi, replenishment total, serta rute retailer, masing-masing replenishment, dan biaya pada masing-masing wilayah, cluster, dan hari pelaksanaan distribusi,

(23)

63 sebagaimana dapat dilihat pada

submenu Hasil Perencanaan Penjadwalan (Gambar 8).

Sementara cara kerja dari Intervensi User, yaitu:

Ketika terjadi suatu kondisi kebijakan depot untuk dilakukannya perubahan perencanaan penjadwalan kembali (reschedule), maka proses tersebut dijalankan pada fasilitas Intervensi User.

Terdapat dua fasilitas yang dapat diproses pada intervensi user, yaitu intervensi penjadwalan dan intervensi gangguan pendistribusian.

Intervensi penjadwalan diproses dengan memilih retailer yang akan dilakukan perubahan waktu distribusi (Hari) dengan pertimbangan waktu yang singkat dan jarak terdekat.

Perubahan perencanaan penjadwalan dapat dilakukan. Setelah perubahan waktu distribusi (Hari) dilakukan, maka hari selanjutnya (Hari+1) akan dijadwalkan kembali (reschedule).

b. Operasi Data

Submenu dalam menu Operasi Data terlihat pada Gambar 10 sebagai berikut.

Gambar 10. Organisasi Menu Operasi Data

Berdasarkan Gambar 10 tersebut di atas, tidak semua data dapat dihapus.

Dengan kata lain, hanya beberapa data yang dapat dihapus, diantaranya:

- Data Retailer, - Data Transportasi, - Data Jenis Retailer, dan - Data Cluster.

c. Cari

Program memungkinkan user untuk melakukan pencarian data berdasarkan Nama Retailer dan Cluster Retailer, sebagaimana terlihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Organisasi Menu Cari d. Bantuan

Menu Bantuan pada program menampilkan informasi bagi user untuk dapat lebih memahami program yang sedang dijalankan.

7. PENUTUP

Berdasarkan hasil rancangan dan pengujian, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.

1. Pengujian sistem menggunakan asumsi parameter pembangkitan waktu pelayanan model Normal dengan rata-rata waktu pelayanan (µ) = 30 dan simpangan waktu pelayanan (σ) = 20 tersebut menghasilkan rentang random number mulai dari 10 sampai dengan 50 dengan µ = 30 sebagai nilai tengah.

2. Pada pembangkitan kecepatan transportasi, dengan rata-rata kecepatan transportasi (µ) = 50 dan

simpangan kecepangan

transportasi (σ) = 20 tersebut pembangkitan kecepatan transportasi menghasilkan rentang random number mulai dari 30 sampai dengan 70 dengan µ = 50 sebagai nilai tengah.

3. Berdasarkan hasil pengujian dengan parameter waktu pelayanan (µ = 30 dan σ = 20), kecepatan transportasi (µ = 50 dan σ = 20), serta asumsi waktu kerja selama 6 jam, perencanaan penjadwalan distribusi yang telah

(24)

64 dihasilkan menunjukkan bahwa

dalam satu hari depot dapat melayani retailer sebanyak ± 6 retailer.

4. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa dari 30 retailer dibutuhkan

± 3 hari untuk menyelesaikan semua retailer dalam perencanaan penjadwalan.

DAFTAR PUSTAKA

Kadir, Abdul. 2003. Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta: ANDI.

Law, A. and Kelton, W.D. 1991.

Simulation Modeling and Analysis.

McGraw-Hill, Inc.

Syamsi, Ibnu. 2000. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi.

Jakarta: Bumi Aksara.

Turban, Efraim, Jay E. Aronson, and Ting-Peng Liang. 2005. Decision Support Systems and Intelligent Systems. Yogyakarta: AND

Gambar

Tabel 2. Kemudahan
Gambar 14. Kenyamanan Lingkungan  1.  Keamanan  Pelayanan  yaitu
Gambar 4. Perancangan Konseptual DSS
Gambar 9. Form Aktivasi Proses   Pembangkitan (Generate)
+7

Referensi

Dokumen terkait