• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MELUKIS PASIR DENGAN CETAKAN BERANEKA BENTUK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BANGUN DATAR SEDERHANA : Penelitian Single Subject Research Pada Anak Low Vision Kelas III Di SDLB Negeri A Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MELUKIS PASIR DENGAN CETAKAN BERANEKA BENTUK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BANGUN DATAR SEDERHANA : Penelitian Single Subject Research Pada Anak Low Vision Kelas III Di SDLB Negeri A Kota Bandung."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MELUKIS PASIR DENGAN CETAKAN

BERANEKA BENTUK DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MEMAHAMI BANGUN DATAR SEDERHANA

(Penelitian Single Subject Research Pada Anak Low Vision Kelas III

Di SDLB Negeri A Kota Bandung)

SKRIPSI

DiajukanuntukMemenuhiSebagiandariSyarat

untukMemperolehGelarSarjanaPendidikan

JurusanPendidikanKhusus

Oleh :

TOWATI NUR HIDAYAH

0901777

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGARUH MELUKIS PASIR DENGAN CETAKAN BERANEKA BENTUK

DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BANGUN DATAR

SEDERHANA

(Penelitian Single Subject Research Pada Anak Low Vision Kelas III Di SDLB Negeri A Kota Bandung)

Oleh

Towati Nur Hidayah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Towati Nur Hidayah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

ABSTRAK

Siswa low vision memerlukan pelayanan pendidikan khusus sesuai dengan sisa penglihatan yang dimilikinya, sebagai anak tunanetra yang masih memiliki sisa penglihatan dengan menggunakan alat khusus mereka dapat membaca tulisan awas. Oleh karena itu kebutuhan pendidikan bagi anak low vision berbeda dengan anak-anak buta total. Dalam matematika bagi anak-anak low vision maupun buta total, terdapat materi yang diperlukannya suatu alat peraga yang mampu menggambarkan pemahaman mengenai bangun datar sederhana. Dilatarbelakangi oleh permasalahan anak yang mengalami keterlambatan dalam memahami bangun datar dan penggunaan media pembelajaran yang tidak digunakan secara optimal serta kurang menarik sehingga kurangnya respon pada anak dalam mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mencoba mengetahui bagaimana pengaruh melukis pasir dengan cetakan beraneka bentuk dalam meningkatkan kemampuan memahami bangun datar sederhana pada anak low vision kelas III di SDLB Negeri A Kota Bandung. Tujuannya untuk memperoleh gambaran mengenai seberapa besar peningkatan hasil belajar pada anak low vision dalam pembelajaran mengenai kemampuan memahami unsur-unsur dan sifat bangun datar sederhana menggunakan media melukis pasir dengan cetakan beraneka bentuk. Untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian eksperimen rancangan subjek tunggal Single Subject Research (SSR) desain reversal A-B-A. Datanya berupa skor yang diperoleh anak dengan menggunakan instrumen penelitian. Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan presentase. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah berupa tes tulisan. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa secara keseluruhan skor yang diperoleh dari fase baseline-1 (A-1) dalam memahami bangun datar sederhana sebesar 53,33%, sedangkan pada fase ntervensi (B) berubah menjadi 74,16%, dan pada fase baseline-2 (A-2) berubah menjadi 83,33%. Dari skor yang diperoleh pada fase baseline-1, intervensi dan baseline-2 telah terjadi peningkatan kemampuan anak dalam memahami unsur dan sifat-sifat bangun datar sederhana. Berdasarkan gambaran data di atas dapat disimpulkan bahwa media melukis pasir dengan cetakan beraneka bentuk memiliki pengaruh dalam meningkatkan kemampuan anak dalam memahami bangun datar sederhana. Informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan penelitian lain, karena penelitian ini hanya berlaku bagi subjek pada saat penelitian ini. Sehingga ada baiknya dilakukan pada subjek yang lain dengan karakteristik anak blind total.

Kata Kunci: Melukis Pasir Dengan Cetakan, Kemampuan Memahami Bangun Datar

(5)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Batasan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II MELUKIS PASIR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BANGUN DATAR SEDERHANA PADA ANAK LOW VISION A. Deskripsi Teori ... 8

1. Konsep Dasar Tunanetra ... 8

a. Definisi Low Vision ... 9

b. Klasifikasi Low Vision ... 10

c. Ciri-ciri Low Vision ... 11

d. Teknik Pembelajaran Anak Low Vision ... 12

2. Melukis Pasir ... 13

a. Pengertian Melukis Pasir ... 13

b. Macam-macam Melukis Pasir ... 14

(6)

3. Bangun Datar Sederhana 18

a. Pengertian Bangun Datar Sederhana ... 18

b. Macam-Macam Bangun Datar Sederhana ... 18

c. Langkah-langkah Pembelajaran Memahami Bangun Datar Sederhana dengan Melukis Pasir ... 20 4. Penerapan Melukis Pasir dalam Kemampuan Memahami Bangun Datar Sederhana ... 23 B. Penelitian yang Relevan ... 24

C. Kerangka Berpikir ... 25

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 27

B. Metode Penelitian ... 28

C. Desain Penelitian ... 29

D. Definisi Operasional Variabel ... 30

E. Instrumen Penelitian ... 32

F. Uji Coba Instrumen ... 36

G. Teknik Pengumpulan Data ... 39

H. Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 46

B. Analisis Kemampuan Memahami Bangun Datar Sederhana .. 54

C. Pembahasan Analisis Dalam Kondisi dan Analisis Antar Kondisi ... 69 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tingkat Ketunanetraan Berdasarkan Ketajaman

Penglihatan ... 10

Tabel 2.2 Unsur dan Sifat-sifat Bangun Datar Sederhana... 19

Tabel 2.3 Langkah-langkah Pelaksanaan Melukis Pasir... 21

Tabel 2.4 Kerangka Berpikir ... 25

Tabel 3.1 Hubungan Variabel ... 32

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Memahami Bangun Datar Sederhana... 33

Tabel 3.3 Sistem Penilaian Butir Soal... 35

Tabel 3.4 Daftar Pemberi Judgement... 37

Tabel 3.5 Hasil Judgement... 38

Tabel 4.1 Pencatatan Skor Perolehan OJ pada Fase Baseline-1 (A-1).. 47

Tabel 4.2 Data Persentase Baseline-1 (A-1)... 48

Tabel 4.3 Pencatatan Skor Perolehan OJ pada Fase intervensi (B)... 49

Tabel 4.4 Data Persentase Intervensi (B) ... 50

Tabel 4.5 Pencatatan Skor Perolehan OJ pada Fase Baseline-2 (A-2).. 51

Tabel 4.6 Data Persentase Baseline-2 (A-2)... 52

Tabel 4.7 Panjang Kondisi... 54

Tabel 4.8 Estimasi Kecenderungan Arah... 57

Tabel 4.9 Persentase Stabilitas... 61

Tabel 4.10 Kecenderungan Jejak Data... 61

Tabel 4.11 Level Stabilitas Rentang... 62

Tabel 4.12 Level Perubahan ... 62

Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Analisis dalam Kondisi... 63

Tabel 4.14 Jumlah Varibel yang Diubah... 64

Tabel 4.15 Perubahan Kecenderungan Arah... 64

Tabel 4.16 Perubahan Kecenderungan Stabilitas dan efeknya ... 65

Tabel 4.17 Level Perubahan... 65

(8)

Tabel 4.19 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi ... 68

DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Prosedur Dasar Desain A-B-A... 29

Grafik 4.1 Kemampuan Memahami Bangun Datar Sederhana Fase Baseline-1 (A-1)... 48

Grafik 4.2 Kemampuan Memahami Bangun Datar Sederhana Fase Intervensi (B)... 51

Grafik 4.3 Kemampuan Memahami Bangun Datar Sederhana Fase Baseline-2 (A-2)... 53

Grafik 4.4 Kemampuan Memahami Bangun Datar Sederhana Fase A1 – B – A2... 54

Grafik 4.5 Estimasi Kecenderungan Arah Fase Baseline (A-1) ... 55

Grafik 4.6 Estimasi Kecenderungan Arah Fase Intervensi (B) ... 56

Grafik 4.7 Estimasi Kecenderungan Arah Fase Baseline (A-2) ... 56

Grafik 4.8 Kecenderungan Stabilitas Fase Baseline-1 (A-1) ... 58

Grafik 4.9 Kecenderungan Stabilitas Fase Intervensi B ... 59

Grafik 4.10 Kecenderungan Stabilitas Fase Baseline-2(A-2) ... 60

Grafik 4.11 Overlap Kondisi Baseline-1 (A-1) dengan Intervensi (B) ... 66

Grafik 4.12 Overlap Kondisi Intervensi (B) dengan Baseline-2 (A-2) ... 67

(9)

GAMBAR

Gambar 2.1 Sketsa Lukisan Aborigin Berbentuk Bulat dengan Tangan.. 17

Gambar 2.2 Bak Pasir ... 17

Gambar 2.3 Cetakan Persegi ... 18

Gambar 2.4 Cetakan Lingkaran ... 18

Gambar 2.5 Cetakan Persegi Panjang ... 18

Gambar 2.6 Cetakan Segitiga ... 18

Gambar 2.7 Macam-macam Bangun Datar Sederhana ... 18

Gambar 2.8 Tahap Melukis Pasir dengan Cetakan ... 20

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I SURAT-SURAT PENELITIAN ... 77

1. Surat Pengangkatan Pembimbing ... 78

2. Lembar Bimbingan Skripsi ... 79

3. Surat Permohonan Izin Penelitian Fakultas ... 81

4. Surat Permohonan Izin Penelitian Universitas ... 82

5. Surat Permohonan Izin Penelitian Kesbangpol ... 83

6. Surat Permohonan Izin Penelitian Dinas ... 84

7. Surat Keterangan SLBN A Kota Bandung ... 85

LAMPIRAN II INSTRUMEN PENELITIAN ... 86

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 87

2. Kisi-kisi Memahami Bangun Datar Sederhana ... 94

3. Lembar Kerja Siswa ... 96

LAMPIRAN III EXPERT JUDGEMENT ... 102

1. Expert JudgementDr. Juang Sunanto, MA ... 105

2. Expert JudgementDrs. Ahmad Nawawi, M. Pd ... 112

3. Expert JudgementDida Kusnada, S. Pd ... 119

LAMPIRAN IV DOKUMENTASI ... 126

1. Baseline-1 (A-1) ... 127

2. Intervensi ... 128

3. Baseline-2 (A-2) ... 130

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus bertujuan mengembangkan kemampuan anak seoptimal mungkin dalam berbagai aspek, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya. Melalui layanan pendidikan dimaksud, potensi yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus, diharapkan dapat dikembangkan secara optimal, sehingga eksistensi anak berkebutuhan khusus di masyarakat tidak menjadi beban bagi lingkungannya.

Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan diberikan kepada seluruh warga negara Indonesia tanpa terkecuali, sesuai dengan Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 Ayat 1 yang dirumuskan sebagai berikut:

Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Pembelajaran dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak. Proses pembelajaran merupakan sebuah sistem, yang didalamnya terkandung sejumlah komponen yaitu: siswa, guru, tujuan, materi, alat atau media, metoda, lingkungan belajar, dan evaluasi yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan yang sama. Keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kondisi dari masing-masing komponen serta keselarasan hubungan diantara komponen-komponen tersebut. Seorang pendidik perlu memikirkan dan mengupayakan untuk menciptakan kondisi yang optimal dari masing-masing komponen serta keterpaduan yang selaras diantara komponen-komponen tersebut, sehingga program pembelajaran berjalan secara efektif dan efesien.

(12)

2

tetapi dalam hal-hal tertentu, anak tunanetra tetap harus mengoptimalkan kemampuannya untuk dapat berbaur dengan anak pada umumnya.

Dalam Strategi Pembelajaran Anak Tunanetra (1997:7) disebutkan bahwa:

Tujuan Pendidikan haruslah sama untuk anak, baik anak biasa maupun Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Permasalahannya adalah bahwa anak berkelainan memiliki kondisi-kondisi khusus (keterbatasan). Oleh karenanya mereka membutuhkan program pendidikan khusus yang di dalamnya menyediakan berbagai bentuk modifikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus, sehingga memungkinkan mereka menguasai keterampilan-keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk memenuhi fungsi kebutuhan secara optimal.

Siswa low vision memerlukan pelayanan pendidikan khusus sesuai dengan sisa penglihatan yang dimilikinya, sebagai anak tunanetra yang masih memiliki sisa penglihatan dengan menggunakan alat khusus mereka dapat membaca tulisan awas. Oleh karena itu kebutuhan pendidikan bagi anak low vision berbeda dengan anak-anak buta total. Sisa penglihatan bila digunakan sebagaimana mestinya akan memberikan manfaat bagi pemiliknya karena indera penglihatan memberikan kontribusi yang sangat besar bila dibandingkan dengan indera-indera lainnya dalam mengembangkan konsep, persepsi ataupun informasi-informasi kehidupan lainnya. Walaupun memiliki sisa penglihatan yang sedikit bila dapat dikembangkan maka akan diperoleh suatu persepsi yang lebih banyak.

Guru dituntut untuk memahami siswa dalam segala aspek, dan mencoba menggunakan berbagai metode, alat peraga, dan layanan khusus, serta mempersiapkan rencana pembelajaran dalam mencapai keberhasilan belajar dan mengoptimalkan kemampuan siswa, sehingga siswa dapat mengerti dan memahami apa yang dipelajarinya.

(13)

3

akan terus-menerus salah karena tunanetra mendapatkan pengalaman secara nyata dari apa yang dipelajarinya dan perabaannya.

Berdasarkan studi pendahuluan di lapangan, diketemukan seorang anak jenis kelamin laki-laki berusia 12 tahun yang duduk di kelas III SDLB A Kota Bandung. Anak tersebut merupakan anak peralihan dari kelas II, anak menginjak kelas III pada saat semester ganjil desember 2012 yang lalu. Sebab anak dipindahkan ke kelas III dikarenakan faktor usia dan kematangan kognitifnya. Di kelas III terdapat tujuh orang anak termasuk anak tersebut. Menurut guru wali kelas III, ketika dalam proses pembelajaran anak sering diam dan memang sedikit lambat dalam menangkap materi yang disampaikan oleh guru. Anak kurang merespon saat diberikan pertanyaan, seringkali saat guru memberikan evaluasi seperti memberikan soal individual kepada anak tersebut, anak tidak dapat langsung menjawab pertanyaan guru. Guru harus beberapa kali mengulang pertanyaan kepada anak. Bila anak merasa tidak mampu atau tidak dapat menjawab pertanyaan, anak akan langsung menangis. Sehingga ia memerlukan pelayanan khusus dalam memahami pembelajaran yang diberikan terutama pembelajaran matematika.

Faktor utama lainnya yang menghambat proses pembelajaran matematika dengan bahasan mengenai memahami bangun datar sederhana yaitu media pembelajaran. Sampai saat ini wali kelas merasa sekolah belum menyediakan media yang sesuai dengan pembelajaran memahami bangun datar sederhana di kelas III SDLB A Kota Bandung. Media yang digunakan oleh guru saat ini hanya benda-benda yang ada di sekitar kelas saja, benda-benda yang bukan termaksud bangun datar melainkan benda bangun ruang.

(14)

4

mengerjakan soal mengenai menghitung luas permukaan bangun datar sederhana.

Media pembelajaran yang menarik dapat membantu anak mengembangkan konsep dalam memahami unsur-unsur dan sifat bangun datar sedehana dan mempermudah anak dalam proses pembelajaran. Melukis pasir dengan cetakan beraneka bentuk diharapkan dapat membantu anak agar lebih merespon dalam memperhatikan pembelajaran, dan membantu anak mengenali bentuk-bentuk geometris. Menurut pendapat ahli seni (Aprina, 2012: 4) bahwa:

Selain dari pelajaran matematika, anak akan mendapatkan pelajaran sains dari melukis. Ketika anak-anak mewarnai, dalam rangka untuk menutupi seluruh area mereka mengembangkan lebih kecerdasan spasial. Mereka belajar mengenali bentuk geometris misalnya, mampu menggabungkan berbagai bentuk, menganalisa bentuk kompleks, bekerja dengan garis, garis melengkung dan banyak lagi.

Dengan melukis pasir ini anak akan mengembangkan kreativitasnya, karena saat bermain pasir anak seringkali menemukan pengalaman baru yang terekam dalam ingatannya. Ingatan inilah yang kemudian diaplikasikan di luar dunia bermainnya. Misalnya saat anak mengaplikasikan kreativitasnya pada mata pelajaran matematika.

Atas dasar inilah, maka peneliti ingin melakukan penelitian yang bermaksud untuk membuktikan bahwa melalui melukis pasir dengan cetakan beraneka bentuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran matematika terutama pada bahasan mengenai kemampuan memahami unsur-unsur dan sifat bangun datar sederhana.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat diidentifikasi masalah yang terdapat dalam penelitian, yaitu sebagai berikut: 1. Kurangnya konsentrasi anak dalam memperhatikan pelajaran matematika

(15)

5

2. Perkembangan anak sedikit lambat dalam menangkap materi yang disampaikan oleh guru terutama mengenai unsur-unsur dan sifat bangun datar sederhana.

3. Media pembelajaran yang digunakan selama kegiatan belajar mengajar kurang menarik dan tidak digunakan secara optimal dalam mata pelajaran matematika, sehingga kurangnya respon pada anak dalam mengikuti pembelajaran di dalam kelas.

C.BatasanMasalah

Berdasarkan latar belakang masalah seperti yang telah diuraikan di atas, masalah yang akan dicoba dipecahkan dalam penelitian ini adalah kurangnya respon pada anak low vision yang mempunyai keterlambatan perkembangan di kelas III SDLB Kota Bandung dalam penggunaan media pembelajaran di dalam kelas. Harapan peniliti yaitu meningkatnya kemampuan dalam memahami unsur-unsur dan sifat bangun datar sederhana. Untuk memecahkan masalah tersebut, peneliti mengambil media melukis pasir dengan cetakan beraneka bentuk.

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yaitu penggunaan melukis pasir dengan cetakan beraneka bentuk untuk meningkatkan kemampuan memahami bangun datar sederhana pada anak low vision di kelas III SDLB Negeri A Kota Bandung.

D.RumusanMasalah

Untuk lebih fokus pada satu masalah, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : “Seberapa besar peningkatan hasil belajar pada anak low

vision dalam pembelajaran mengenai kemampuan memahami bangun datar

(16)

6

E.Tujuan Penelitian Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang penanganan anak low vision dalam meningkatkan kemampuan memahami unsur-unsur dan sifat bangun datar sederhana menggunakan cara melukis pasir dengan cetakan beraneka bentuk.

b. Tujuan Khusus

Memperoleh gambaran mengenai seberapa besar peningkatan hasil belajar pada anak low vision dalam pembelajaran mengenai kemampuan memahami unsur-unsur dan sifat bangun datar sederhana menggunakan media melukis pasir dengan cetakan beraneka bentuk di kelas III SDLB Negeri A Kota Bandung.

2. Kegunaan Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan ada manfaat yang dapat diambil baik secara teoritis maupun secara praktis, adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat secara teoritis

Secara teoritis dalam penelitian ini berguna sebagai sarana pengembangan dan peningkatan siswa dalam pembelajaran matematika melalui cara melukis pasir dengan cetakan beraneka bentuk dalam meningkatkan kemampuan memahami unsur-unsur dan sifat bangun datar sederhana di tingkat Sekolah Dasar khususnya untuk anak low

vision.

b. Manfaat secara praktis

(17)

7

2) Sebagai bahan kajian dan menambah strategi penanganan anak khususnya dalam meningkatkan kemampuan memahami unsur-unsur dan sifat bangun datar sederhana pada anak low vision bagi pihak sekolah.

(18)

Towati Nur Hidayah, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan april sampai dengan bulan juni 2013 di SLB Negeri A Kota Bandung yang beralamat di Jalan Pajajaran No 50 Bandung pada kelas III tingkat SDLB. Jumlah peserta didik kelas III SDLB sebanyak tujuh peserta didik yang terdiri dari enam peserta didik laki-laki, satu peserta didik perempuan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan didapat enam peserta didik yang masih mempunyai sisa penglihatan atau low visiondan satu peserta didik yang blind total. Alasan peneliti mengambil penelitian di sekolah ini karena terdapat peserta didik

low vision yang mengalami keterlambatan dalam memahami bangun datar

sederhana.

(19)

Towati Nur Hidayah, 2013

Pengaruh Melukis Pasir Dengan Cetakan Beraneka Bentuk Dalam Meningkatkan Kemampuan 28

ruangan, tempat beribadah satu ruangan, ruang UKS satu ruangan, ruang BK atau Asessmen satu ruangan, WC enam ruangan, gudang dua ruangan, tempat bermain atau olah raga satu ruangan, ruang program khusus satu ruangan, ruang musik dua ruangan, ruang tata boga satu ruangan, ruang braillo satu ruangan, ruang ICT satu ruangan, dan ruang kesenian daerah satu ruangan.

2. Subjek Penelitian

Subjekdalampenelitian ini adalah seoranganaklow vision

yangmengalamiketerlambatandalammemahamiunsur-unsurdansifatbangundatarsederhanasehinggamemerlukan media yang sesuai agar anak dapat mempertahankan perhatiannya dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar dalam kelas terutama dalam memahami bangun datar sederhana.

Nama : OJ

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 12 tahun

Kelas : III SDLB

Sekolah : SLB Negeri A Kota Bandung

B.Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat akibat suatu perlakuan sehingga peneliti menggunakan Single Subjeck

Researceh (SRR) yaitu penelitian eksperimen yang dilakukan untuk

(20)

Towati Nur Hidayah, 2013

29

Desain penelitian eksperimen secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu desain kelompok (group design) dan desain subjek tunggal (Single Subject Design). Desain kelompok memfokuskan pada data yang berasal dari kelompok individu, sedangkan desain subjek tunggal (Single Subject Design) memfokuskan pada data individu sebagai sampel penelitian.

Dalam penelitian ini, penulis bermaksud untuk mengetahui gambaran mengenai bagaimana pengaruh melukis pasir dengan cetakan beraneka bentuk dalam meningkatkan kemampuan memahami bangun datar sederhana pada anak low vision. Hal yang diharapkan terungkap dalam penelitian ini adalah kemampuan memahami unsur dan sifat-sifat bangun datar sederhana, baik itu sebelum ataupun sesudah melukis pasir dengan cetakan beraneka bentuk.

C.Desain Penelitian

Untuk memecahkan permasalahan yang peneliti ajukan, peneliti menggunakan Desain Reversal dengan bentuk desain A-B-A. Desain ini merupakan salah satu pengembangan dari desain A-B. Desain A-B-A telah menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel terikat dengan variabel bebas. Prosedur pelaksanaan disain A-B-A dimulai dengan melakukan mengukuran target behavior secara kontiyu pada kondisi baseline-1 (A-1) dengan periode waktu tertentu. Kemudian pada kondisi intervensi (B) dilakukan pengukuran. Pengkuran selajutnya dilakukan pada baseline-2(A-2) dengan maksud sebagai kontrol untuk fase intervensi sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungsuional antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Baseline

(A-1)

Intervensi (B) Baseline (A-2)

(21)

Towati Nur Hidayah, 2013

Pengaruh Melukis Pasir Dengan Cetakan Beraneka Bentuk Dalam Meningkatkan Kemampuan 30

Grafik 3.1 Prosedur Dasar Disain A-B-A ( Sumber : Sunanto 2005:65)

Keterangan:

a. Baseline-1 (A-1)

Kegiatanpadabaseline-1(A-1)adalahpengamatanperilakusubjekpenelitiandalampembelajaranmemaha

mibangundatarsederhana yang tidakmenggunakan

mediamelukispasirdengancetakanberanekabentuk. Pengukuran pada fase ini dilakukan sebanyak tiga sesi, satu kali pertemuanpembelajarandenganwaktu 2 x 30 menit, atau 60 menit. Kondisi ini dijadikan dasar perhitungan selanjutnya sebagaitolakukur, sampaimenemukankondisi stabil.

b. B (Intervensi)

Intervensidilakukansetelahmenemukanangka-angka stabil ataukonsistenpadabaseline-1(A-1). Kegiatan ini adalahmemberikanpembelajaranmemahamibangundatarsederhanadengan melukispasirmenggunakancetakanberanekabentuksebagaiintervensimeng embangkanlebihkecerdasanspasialdalammengenalisifatdanunsur-unsur geometri. Kegiatanintervensi, dilakukansebanyak 6sesiatau 6 kali pertemuanpembelajaran.

c. Baseline-2 (A-2)

(22)

Towati Nur Hidayah, 2013

31

3sesi. Disampingsebagaikontrol dari kegiatanintervensi, jugasebagaitolakukurkeberhasilanintervensi.

D.Definisi Operasional Variabel

Pengertian variabel menurut Sugiyono (2007:2) merupakan: “gejala yang menjadi fokus penelitian untuk diamati. Variabel itu sebagai atribut dari sekelompok orang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu”. Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua veriabel, yaitu:

1. Melukis Pasir dengan Cetakan Beraneka Bentuk (Intervensi)

Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya varibel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah melukis pasir dengan cetakan beraneka bentuk

Lukisan pasir adalah seni menuangkan pasir berwarna, pigmen halus (berbentuk tepung) dari mineral atau kristal, dan pigmen warna dari sumber natural atau sintetik lain ke sebuah permukaan untuk membuat lukisan yang permanen dan tidak permanen.

(23)

Towati Nur Hidayah, 2013

Pengaruh Melukis Pasir Dengan Cetakan Beraneka Bentuk Dalam Meningkatkan Kemampuan 32

Jika siswa sudah dapat memahami bangun datar sederhana. Guru dapat melanjutkan pada tahapan ketiga yaitu siswa simpan salah satu cetakan ke dalam pasir berwarna, selanjutnya siswa menelusuri cetakan tersebut dengan jarinya, pada saat siswa menelusuri cetakan tersebut, siswa dapat sambil melihat hasil garis yang telah ditelusuri pada tahapan keempat. Tahapan ini siswa dapat memahami unsur dan sifat-sifat bangun datar sederhana dengan cara melihat hasil garis yang sudah siswa telusuri. Siswa akan mencoba kembali dengan cetakan bentuk bangun datar sederhana yang lain menggunakan warna pasir yang berbeda.

2. Memahami Bangun Datar Sederhana (Target Behavior)

Variabel dependenatau variabel terikatadalah variabel yang dipengaruhiatau yang menjadiakibat, karenaadanya variabel bebas. Adapun yang menjadi variabel terikat (targetbehavior) dalampenelitian ini adalahmemahami unsur dan sifat-sifat bangun datar sederhana.

Bangun datar adalah bagian datar yang dibatasi oleh garis-garis lurus atau lengkungan (Roji, 1997). Bangun datar dapat didefinisikan sebagai bangun yang rata yang mempunyai dua dimensi yaitu panjang dan lebar, tetapi tidak mempunyai tinggi atau tebal (Hambali et al: 1996). Sederhana adalah tidak memuat kurva di dalamnya.

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam meningkatkan kemampuan anak tunanetra dalam memahami bangun datar sederhana salah satunya adalah dengan cara pemilihan media pembelajaran yang tepat dan dirasa efektif serta mempunyai nilai lebih yaitu dapat menarik minat dan perhatian siswa sehingga dapat memotifasi siswa untuk terus belajar sehingga dengan demikian tujuan pembelajaran akan tercapai.

Hubungan kedua variabel tersebut digambarkan sebagai berikut adalah :

(24)

Towati Nur Hidayah, 2013

33

E.Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen

penelitian. Menurut Sugiyono (2008:102), “instrumen penelitian adalah suatu

alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Secara spesifik fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen penelitian merupakan bagian penting dalam penelitian karena berfungsi sebagai sarana untuk mengumpulkan data yang banyak menentukan keberhasilan suatu penelitian. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara memberi tes tertulis pada kondisi baseline-1 (A-1), intervensi (B), dan baseline-2 (A-2).

Tes tertulis diberikan kepada anak pada kondisi baseline 1 (A-1) untuk mengetahui pemahaman anak dalam memahami bangun datar sederhana sebelum diberikan intervensi atau perlakuan. Tes tertulis diberikan pada kondisi intervensi (B) untuk mengetahui pemahaman anak dalam memahami bangun datar sederhana selama diberikan intervensi atau perlakuan, dan tes diberikan juga pada kondisi baseline 2 (A-2) yang bertujuan untuk melihat apakah intervensi yang dilakukan memberikan pengaruh terhadap hasil belajar memahami unsur dan sifat-sifat bangun datar sederhana pada anak tunanetralow vision di kelas III SDLB.

Untuk mencapai tujuan penelitian ini, peneliti membuat beberapa langkah untuk mempermudah peneliti dalam mencapai tujuan yaitu:

a. Membuat kisi-kisi

(25)

Towati Nur Hidayah, 2013

Pengaruh Melukis Pasir Dengan Cetakan Beraneka Bentuk Dalam Meningkatkan Kemampuan 34

ada. Pada penelitian ini bidang studi yang diambil adalah Matematika kelas III SDLB semester 2, dengan Kompetesi Dasar: 4.1 Mengidentifikasi berbagai bangun datar sederhana menurut sifat atau unsurnya.

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Memahami Bangun Datar Sederhana

Variabel Aspek Indikator Butir

(26)

Towati Nur Hidayah, 2013

35

bangun datar persegi, persegi panjang, lingkaran, dan segitiga menurut bentuk, permukaan, dan warna.

persegi, persegi panjang, lingkaran, dan segitiga menurut bentuk, permukaan, dan warna.

Jumlah 20

b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang telah dijabarkan dalam silabus. (terlampir)

c. Pembuatan butir soal

Pembuatan butir soal disesuaikan dengan indikator yang telah ditentukan pada kisi-kisi soal. Dari tujuan tersebut dibuatlah 20 (dua puluh) butir soal. (terlampir)

d. Sistem penilaian butir soal

Setelah pembuatan butir soal ditentukan, selanjutnya dibuat suatu penilaian terhadap butir soal. Penilaian digunakan untuk mendapatkan skor pada tahap baseline-1 (A-1), intervensi dan baseline-2 (A-2). Penilaian butir soal dilakukan dengan sederhana yaitu jika siswa dapat menjawab dengan benar mendapat skor 1 dan jika siswa salah dalam menjawab atau sama sekali tidak menjawab maka skornya 0. Setelah dibuatkan penilaian butir soal maka tahap selanjutnya yaitu uji coba instrumen.

Tabel 3.3

Sistem Penilaian Butir Soal

No. Aspek Penilaian Kriteria Penilaian Butir

(27)

Towati Nur Hidayah, 2013

Pengaruh Melukis Pasir Dengan Cetakan Beraneka Bentuk Dalam Meningkatkan Kemampuan 36

1 Menyebutkan unsur-unsur bangun datar persegi, persegi panjang, lingkaran, dan segitiga.

1: jika anak mampu menyebutkan unsur-unsur bangun datar dengan benar.

0: jika anak tidak mampu menyebutkan unsur-unsur bangun datar dengan sifat bangun datar dengan benar. 0: jika anak tidak mampu menyebutkan

sifat-sifat bangun datar dengan

1: jika anak mampu membandingkan luas bangun datar dengan benar. 0: jika anak tidak mampu

membandingkan luas bangun

1: jika anak mampu mengelompokkan berbagai bentuk bangun datar dengan benar.

0: jika anak tidak mampu

mengelompokkan berbagai bentuk bangun datardengan benar.

6

Keterangan: Jumlah Soal = 20

(28)

Towati Nur Hidayah, 2013

37

∑jumlah soal

F. Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen penelitian digunakan, maka peneliti perlu kiranya melakukan uji coba instrumen penelitian terlebih dahulu untuk mengetahui layak atau tidak layaknya intrumen tersebut dijadikan sebagai alat tes. Data hasil uji coba selanjutnya diolah dan dianalisis.

Instrumen penelitian dapat digunakan apabila memenuhi kriteria yakni, suatu instrumen harus valid dan reliabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) alat itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2008:120).

1. Judgement

Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui kelayakan setiap soal berdasarkan pada pendapat para ahli spesialisasi tunanetra. Melalui proses

judgement ini kelayakan alat pengumpul data dapat digunakan sebagaimana

mestinya. Adapun nama-nama ahli yang memberikan judgement adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Daftar Pemberi Judgement

No. Nama Jabatan

1. Drs. Ahmad Nawawi, M. Pd Dosen PK FIP UPI

2. Dr. JuangSunanto, MA Dosen PK FIP UPI

(29)

Towati Nur Hidayah, 2013

Pengaruh Melukis Pasir Dengan Cetakan Beraneka Bentuk Dalam Meningkatkan Kemampuan 38

Setelah tahap judgement dilaksanakan, instrumen tes diberikan kepada subjek yang lain dan dilakukan sebelum eksperimen sesungguhnya dimulai, hal ini dilakukan semata-mata untuk menambah keyakinan peneliti dalam penggunaan instumen yang akan digunakan. Melalui tahap judgement dan hasil uji coba, maka instrumen yang digunakan selanjutnya memiliki validitas dengan kemampuan anak.

2. Uji Validitas

Uji validitas bertujuan untuk mencari kesesuaian antara alat pengukuran dengan tujuan pengukuran, atau mencari kesesuian antara pengukuran dengan apa yang hendak diukur, sehingga suatu tes hasil belajar dapat dikatakan valid apabila tes tersebut betul-betul mengukur hasil belajar. Untuk mengukur tingkat validitas tes peneliti menggunakan validitas isi berupa expert-judgement dengan teknik penilaian oleh para ahli spesialisasi tunanetra.

Penilaian validitas instrumen ini dilakukan oleh 2 orang dosen PK FIP UPI dan satu guru SLBN A Kota Bandung. Hasil judgement kemudian dihitung dengan menggunakan rumus:

F

(30)

Towati Nur Hidayah, 2013

(31)

Towati Nur Hidayah, 2013

Pengaruh Melukis Pasir Dengan Cetakan Beraneka Bentuk Dalam Meningkatkan Kemampuan 40

Dari hasil perolehan data di atas diketahui bahwa instrumen layak digunakan, artinya peneliti tidak perlu melakukan revisi item soal tes.

G.Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang dapat memperlihatkan ada atau tidaknya peningkatan kemampuan memahami bangun datar sederhana setelah diberikan media melukis pasir. Dalam hal ini, peneliti ingin mengetahui peningkatan kemampuan memahami unsur dan sifat-sifat bangun datar sederhana setelah diberikan media melukis pasir dengan cetakan beraneka bentuk.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan pemberian tes tertulis. Sebelum anak mengerjakan soal, terlebih dulu anak akan diberikan media melukis pasir dengan cetakan beraneka bentuk, media ini terdiri dari pasir berwarna (merah, hijau, kuning, biru) dan cetakan yang berbentuk bangun datar segitiga, persegi, persegi panjang, dan lingkaran. Melukis pasir dengan cetakan beraneka bentuk dilakukan secara kontinyu dan konsisten. Setelah melukis pasir diberikan barulah anak mengerjakan soal (tes tertulis). Tes yang diberikan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan anak dalam memahami unsur dan sifat-sifat bangun datar sederhana pada subjek penelitian yang akan diberikan melalui tiga fase, masing-masing fase tersebut adalah baseline-1 (A-1) dimana peneliti ingin mengetahui kemampuan awal subjek, kemudian fase intervensi (B), fase ini untuk mengetahui kemampuan memahami bangun datar sederhana selama mendapatkan perlakuan, dan fase terakhir yaitu baseline-2 (A-2) untuk mengetahui sejauh mana kemampuan subjek setelah diberi perlakuan.

(32)

Towati Nur Hidayah, 2013

41

memahami bangun datar sederhana yang digunakan pada tahap 1, B, dan A-2. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang dapat menunjukkan ada atau tidaknya peningkatan kemampuan memahami unsur dan sifat-sifat bangun datar sederhana sebelum dan setelah menggunakan media melukis pasir dengan cetakan beraneka bentuk.

H.Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan analisis statistik deskriptif yaitu dengan tujuan memperoleh gambaran secara jelas tentang hasil intervensi dalam jangka waktu tertentu.

Bentuk penyajian data diolah dengan menggunakan grafik atau diagram,

dengan maksud untuk memperjelas gambaran dari pelaksanaan eksperimen

sebelum diberikan perlakuan (baseline) maupun setelah diberikan perlakuan (intervensi). Langkah penganalisaan yang dilakukan meliputi analisi dalam

kondisi dan analisis antar kondisi.

1. Analisis dalam Kondisi

Menganalisa perubahan data dalam satu kondisi misalnya kondisi

baseline atau kondisi intervensi, sedangkan komponen yang akan dianalisis meliputi komponen: panjang kondisi, estimasi kecenderungan arah,

kecenderungan stabilitas, jejak data, level stabilitas dan rentang, serta level

perubahan.

a. Panjang Kondisi

Pada penentuan panjang kondisi diawali dengan menentukan panjang

interval. Panjang interval menunjukan ada berapa sesi dalam kondisi

tersebut. Selanjutnya di buat dalam bentuk tabel.

KONDISI BASELINE (A) INTERVENSI (B)

Panjang Kondisi

(33)

Towati Nur Hidayah, 2013

Pengaruh Melukis Pasir Dengan Cetakan Beraneka Bentuk Dalam Meningkatkan Kemampuan 42

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi

semua data dalam kondisi di mana banyaknya data yang berada di atas

dan di bawah garis yang sama banyak. Menurut Sunanto (2005:98), “Ada tiga macam kecenderungan arah grafik (trend) yaitu meningkat, mendatar, menurun. Masing-masing maknanya tergantung pada tujuan intervensinya”. Untuk lebih jelas dibuat dalam sebuah tabel seperti berikut :

KONDISI BASELINE (A)

Estimasi

Kecenderungan Arah

(Meningkat)

(Mendatar)

(Menurun)

c. Kecenderungan stabilitas

Menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Jika

rentang datanya kecil atau tingkat variasinya rendah maka data dikatakan

stabil. Menurut Sunanto (2005:97)

(34)

Towati Nur Hidayah, 2013

43

Adapun langkah penentuan Kecenderengun Stabilitas diantaranya:

1) Menentukan Rentang Stabilitas dengan rumusan :

Rentang Stabilitas = Skor Tertinggi x Kriteria Stabilitas

2) Menentukan Mean Level dengan cara menjumlahkan semua data yang

ada pada kordinat dibagi banyaknya data

3) Menentukan Batas atas dengan rumusan :

Batas Atas = Mean Level + (0,5.Rentang Stabilitas)

4) Menentukan Batas atas dengan rumusan :

Batas bawah = Mean Level - (0,5.Rentang Stabilitas)

5) Menghitung Persentase Stabilitas (PS) dengan rumus

Keterangan :

PS = Persentase Stabilitas

BR = Banyak Data Poin dalam Rentang

BP = Banyak Data Poin

(Sunanto 2005:115)

d. Jejak Data

Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam

suatu kondisi dengan tiga kemungkinan yaitu menaik, menurun, dan

mendatar. Jejak data dilakukan dengan proses yang sama dengan proses

kecenderungan arah.

e. Level Stabilitas dan Rentang

Rentang adalah jarak antara data pertama dengan data terakhir sama

halnya pada tingkat perubahan (level change).

f. Tingkat perubahan (level change)

(35)

Towati Nur Hidayah, 2013

Pengaruh Melukis Pasir Dengan Cetakan Beraneka Bentuk Dalam Meningkatkan Kemampuan 44

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini terkait perubahan untuk satu variabel, Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (intervensi) terhadap variabel terikat (target behavior) secara jelas, peneliti harus terfokus pada perubahan satu target behavior dua kondisi. Yang peneliti perhatikan adalah target behavior yang berubah sepanjang fase intervensi (B) dan bagimana perubahannya dibandingkan dengan fase baseline (A). Jika benar terjadi perubahan pada fase baseline dan fase intervensi benar-benar hanya pada satu variabel terikat, hal ini mengindikasikan adanya pengaruh intervensi terhadap target behavior.

2. Analisis Antar Kondisi

Untuk menganalisa visual antar kondisi terdapat lima komponen yaitu: variabel yang diubah, perubahan kecenderungan, perubahan stabilitas, perubahan level, dan persentase overlap.

a. Variabel yang Diubah

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (intervensi) terhadap variabel terikat (target behavior) secara jelas, peneliti harus terfokus pada perubahan satu target behavior dua kodisi. Jika terjadi perubahan pada fase baseline dan fase intervensi benar-benar hanya pada satu variabel terikat, hal ini mengindikasikan adanya pengaruh intervensi terhadap targetbehavior.

b. Perubahan Kecenderungan

Menentukan perubahan kecenderungan arah dengan mengambil data pada analisis Kecenderungan Arah dalam masing-masing kondisi, baik itu fase Baseline maupun Intervensi.

c. Perubahan Stabilitas

(36)

Towati Nur Hidayah, 2013

45

d. Perubahan Level

Menentukan level perubahan dengan cara menentukan data point pada kondisi Baseline pada sesi terakhir dan sesi pertama pada kondisi Intervensi kemudian dihitung selisih keduannya

e. Data Overlap

Menurut Sunanto (2005:115), menentukan overlap data pada kondisi

baseline dengan intervensidilakukan dengan cara :

1) Lihat kembali batas bawah dan atas pada kondisi baseline.

2) Hitung ada berapa data point pada kondisi intervensi yang berada pada rentang kondisi.

3) Perolehan pada langkah (b) dibagi dengan banyaknya data poit dalam kondisi kemudian dikalikan 100

Semakin kecil persentase overlap makin baik pengaruh intervensi terhadap target behavior.

Penggunaan analisis dengan menggunakan grafik, hal ini dimaksudkan agar data yang digambarkan menjadi lebih jelas dan terukur mengenai peningkatan keterampilan seriasi dengan menggunakan latihan stacking dari pelaksanaan sebelum diberi perlakuan maupun setelah diberi perlakuan.

Desain subjek tunggal ini menggunakan tipe garis yang sederhana (type

simple line graph). Menurut Sunanto (2006: 30) komponen-komponen yang

penting dalam membuat grafik adalah:

1. Absis: sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan untuk waktu (mis, sesi, hari, dan tanggal).

2. Ordinat: sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (mis, persen, frekuensi, dan durasi).

(37)

Towati Nur Hidayah, 2013

Pengaruh Melukis Pasir Dengan Cetakan Beraneka Bentuk Dalam Meningkatkan Kemampuan 46

4. Skala: garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran.

5. Label kondisi: keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen, misalnya baseline atau intervensi.

6. Garis perubahan kondisi: garis vertikal yang menunjukkan adanya perubahan dari kondisi ke kondisi lainnya, biasanya dalam bentuk garis putus-putus.

7. Judul grafik: judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data adalah sebagai berikut: 1. Menskor hasil pengukuran baseline-1 (A-1) dari setiap subjek pada tiap sesi. 2. Menskor hasil pengukuran pada fase intervensi dari subjek pada tiap sesi. 3. Menskor hasil pengukuran pada fase baseline-2 (A-2) dari setiap subjek

pada setiap sesi.

4. Membuat tabel penelitian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi

baseline-1 (A-1), kondisi intervensi, dan kondisibaseline-2 (A-2).

5. Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1 (A-1), skor intervensi, dan baseline-2 (A-2).

6. Membuat analisis data bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat secara langsung perubahan yang terjadi dari ketiga fase.

(38)

Towati Nur Hidayah, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan analisis dari keseluruhan data yang diperoleh di lapangan melalui skor persentase dalam menjawab soal memahami bangun datar sederhana pada anak low vision. Hasil penelitian pada kemampuan memahami bangun datar sederhana, memperlihatkan bahwa sebelum diberikan intervensi dengan menggunakan media melukis pasir dengan cetakan beraneka bentuk, anak masih kurang memahami unsur dan sifat-sifat dari bangun datar segitiga, bangun datar lingkaran, bangun datar persegi, dan bangun datar persegi panjang. Tetapi setelah menggunakan media melukis pasir, kemampuan anak dalam memahami unsur dan sifat-sifat bangun datar sederhana meningkat. Hasil penelitian ini merupakan jawaban dari tujuan khusus yang diajukkan dalam penelitian ini. Berdasarkan analisis visual yang dilakukan dengan dua cara: analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Estimasi kecenderungan menunjukan arah meningkat setelah mendapatkan intervensi berupa penggunaan media melukis pasir dengan cetakan beraneka bentuk.

2. Kecenderungan stabilitas menunjukan variabel stabil saat dan setelah dilakukan intervensi menggunakan media melukis pasir dengan cetakan beraneka bentuk.

(39)

Towati Nur Hidayah, 2013

Pengaruh Melukis Pasir Dengan Cetakan Beraneka Bentuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Memahami Bangun Datar Sederhana

73

membuktikan bahwa semakin kecil persentase overlap menunjukkan makin baik pengaruh intervensi (media melukis pasir dengan cetakan beraneka bentuk) terhadap target behavior (kemampuan memahami bangun datar sederhana).

4. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan kembali bahwa melukis pasir dengan cetakan beraneka bentuk dapat meningkatkan kemampuan memahami bangun datar sederhana.

B.Saran

Penggunaan metode atau media pembelajaran untuk anak low vision atau

blind total memang harus lebih diperhatikan. Dalam penelitian ini melukis

pasir dengan cetakan beraneka bentuk merupakan alternatif yang dapat meningkatkan kemampaun memahami unsur dan sifat-sifat bangun datar sederhana untuk anak low vision. Berdasarkan penelitian di lapangan saran yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi Guru

Metode yang tepat dan media yang sesuai akan membantu anak dalam memahami unsur dan sifat-sifat bangun datar sederhana, salah satunya adalah menggunakan media melukis pasir dengan cetakan beraneka bentuk. Untuk itu disarankan guru menggunakan media melukis pasir kepada anak

low vision.

2. Bagi Sekolah

(40)

Towati Nur Hidayah, 2013

Pengaruh Melukis Pasir Dengan Cetakan Beraneka Bentuk Dalam

74

lainnya di SLB-A Negeri Bandung pada siswa-siswinya khususnya siswa tingkat dasar.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

(41)

Towati Nur Hidayah, 2013

Pengaruh Melukis Pasir Dengan Cetakan Beraneka Bentuk Dalam Meningkatkan Kemampuan

DAFTAR PUSTAKA

Aprina, F. (2012). Melukis Dengan Pasir. Jakarta: Dunia Kreasi.

Arikunto, S. (2001). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2002) Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

DepartemenPendidikandanKebudayaan RI. (1990). KamusBesarBahasa Indonesia. Jakarta:Depdikbud

DepartemenPendidikanNasional (2003). Undang-UndangNomor 20 Tahun

2003.SistemPendidikanNasional. Jakarta: BiroHukumdanOrganisasiSekjenDepdiknas.

Hallahan. dan Kauffman. (1991). Exceptional Children. Boston: Allyn and Bacon

Hambali, Julius dkk. 1996. Pintar Matematika. Jakarta : Dunia Pustaka jaya

Hosni, I. (2005).Pengajaran Membaca dan Menulis Bagi Anak Low Vision. Bandung: Belum diterbitkan.

Kirk. dan Gallagher. (1979). Educating Exceptional Children. New Jersey: Houghton Miffin Company

Konversi in-Service, (1997). Strategi PembelajaranAnakTunanetra,

Jakarta:DepartemenPendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat PendidikanMenengahUmum

Maryam, S. (2012). Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Sains

Melalui Bermain dengan Media Air dan Pasir. Skripsi Sarjana Biologi

MIPA UPI: tidak diterbitkan.

Masna. (2013). Resiliensi Remaja Penyandang Tunanetra Pada Slb A Ruhui

Rahayu Di Samarinda. [Online]. Tersedia:

http://ejournal.psikologi.fisip- unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2013/04/MASNA%20(04-03-13-04-07-11).pdf.[10 Januari 2013].

Nakata. (2003). Ketunanetraan. [Online]. Tersedia:

(42)

Towati Nur Hidayah, 2013

73

Nawawi, A. (2011). Pendidikan Inklusif Bagi Anak Low Vision. Bandung: tidak diterbitkan. Skripsi Sarjana PLB FIP UPI: tidak diterbitkan.

Nurjanah, N. (2012). Penggunaan Media Origami dalam Meningkatkan

Kemampuan Memahami Konsep Bangun Datar. Skripsi Sarjana PLB FIP

UPI: tidak diterbitkan.

Roji, I. (1997). Belajar Matematika. Bandung: Yayasan Nuansa Cendikia.

Santosa, B. (2005). Problematika Yang Dihadapi Siswa Low Vision Di Sekolah

Dasar Umum. Skripsi Sarjana PLB FIP UPI: tidak diterbitkan.

Sasmita, D. (2012). Snellen Chart Materi Tes Kesehatan. . [Online]. Tersedia: http://dennisasmita.wordpress.com/2012/01/10/snellen-chart-materi-tes-kesehatan-mata/. [10 Januari 2012].

Sugyono (2008) Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suharjana, A. (2008). Pengenalan Bangun Datar dan Sifat-sifatnya di SD. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sunanto, J. (2005). Pengantar Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung: UPI Press.

Suwanda, D. (2009). Media Bermain Tarik Ulur Untuk Peningkatan Daya

Konsentrasi Anak Hiperaktif. Bandung: Tidak diterbitkan

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah,

Laporan Buku, Makalah, Skripsi, Tesis, Disertasi. Bandung: Departemen

Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan Indonesia.

Usman, H (2012). Bangun Datar. [Online]. Tersedia:

http://handoyousman.blogspot.com/2012/11/bangun-datar.html. [6 November 2012].

Gambar

GAMBAR ....................................................................................................
Gambar 2.1 GAMBAR Sketsa Lukisan Aborigin Berbentuk Bulat dengan Tangan..
Grafik 3.1 Prosedur Dasar Disain A-B-A
Tabel 3.1 Hubungan Variabel
+5

Referensi

Dokumen terkait