• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM SOAL EBTANAS SLTA : Studi Deskriptif-Analitis Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Soal EBTANAS SLTA dan Tingkat Keterpahamannya bagi Siswa Kelas III SMA di Provinsi Daeah Istimewa Aceh.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM SOAL EBTANAS SLTA : Studi Deskriptif-Analitis Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Soal EBTANAS SLTA dan Tingkat Keterpahamannya bagi Siswa Kelas III SMA di Provinsi Daeah Istimewa Aceh."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA

DALAM SOAL EBTANAS SLTA

(Studi Deskriptif-Analitis Penggunaan Bahasa Indonesia dalam

Soal EBTANAS SLTA dan Tingkat Keterpahamannya bag!

Siswa Kelas III SMA di Provinsi Daerah Istimewa Aceh)

TESIS

Diajukan kapada Panltla Ujian Taris sabagml Salah Satu

Syarat ManyalasaUcan Studi pada Bldang Studi

Pangajaran Bahasa Indonasta

Program Pasoasarjana IKD? Bandung

Olahi

R

A Z

A L

I

9332031/XXV-l 7

PENGAJARAN BAHASA INDONESIA

•Stf erf Wj •> . *' •'' ..

U/r,

*tfr\!Vtf£Jl

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

B A N D U N G

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

UNTUK MENEMPUH UJIAN TAHAP II

Pembimbing I)

Prof. Dr. H. Ahmad Slamat HarJasujana, MA, MSc.

Pambimbing U,

Prof. Dr. A J. & Badudu

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN DLMU PENDIDIKAN BANDUNG

(3)

Hendaklah engkau menjadi orang

berilmu atau ycmg belajar atau

mendengar ilmu, dan janganlah

engkau menjadi orang yang keempat,

yakni yang tidak lermasuk

sal ah seorang dari kelompok orang

di atas agar engkau tidak binasa.

(Abu Darda>

Teaia inl Kuperaeubabkan

Kepada Yml.

Ayabanda, Ibunda, later!,

aerta anak-anakku tercinta:

Muhibbul Kbairi,

Hahlil, dan

(4)

Halaman

KATA PENGANTAR iii

UCAPAN TERIMA KASIH v

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Rumusan Masalah 8

1.3 Batasan Masalah 9

1.4 Tujuan Penelitian 9

1.5 Pentingnya Penelitian 10

1.6 Manfaat Penelitian 11

1.7 Fokus Penelitian 12

1.8 Definisi Operasional 13

BAB II LANDASAN TEORETIS DAN KERANGKA ACUAN 15

2.1 Syarat-syarat Soal sebagai Alat Evaluasi 15

2.1.1 Sahih (Valid) 15

2.1.2 Terandalkan (Reliable) 16

2.1.3 Objektif 17

2.1.4 Praktis 18

2.1.5 Memiliki Data Psikometri 18

2.2 Bentuk Soal sebagai Alat Evaluasi 18

2.2.1 Soal Esai 18

2.2.2 Soal Objektif 22

2.3 Karakteristik Butir Soal 32

2.4 Bahasa Indonesia dalam Soal Ujian 37

2.4.1 Sifat Bahasa dalam Soal 37

2.4.2 Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Soal 38

(5)

A. Kebahasan 38

1) Penggunaan Kalimat dalam Soal 38 a) Kesatuan Gagasan Pernyataan Soal .. 39

b) Kepaduan dan Kekompakan Pernyataan

Soal 39

c) Penekanan Inti Pernyataan Soal .... 40 d) Kesejajaran Bentuk Pernyataan Soal 40 e) Kevariasian Pernyataan Soal 41 2) Penggunaan Kata dalam Soal 41

a) Koreksi Kata 41

b) Pilihan Kata 42

c) Makna Kata 43

d) Penulisan Kata 43

3) Penggunaan Gaya dan Nada dalam Pernya

taan Soal 44

a) Gaya dalam Pernyataan Soal 44 b) Nada dalam Pernyataan Soal 45 4) Penggunaan Ejaan dalam Pernyataan Soal 46

a) Penulisan Huruf 47

b) Penulisan Tanda Baca 49

B. Keterpahaman 56

1) Ketedasan 60

a) Pembaca dan Ketedasan Bacaannya.... 61 b) Penulis dan Kejelahan Tulisannya .. 61

2) Panjang Kalimat 62

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 63

3.1 Metode Penelitian 63

3.2 Teknik Penelitian 65

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 66

3.4 Prosedur Penelitian 67

3.4.1 Pengumpulan Data 69

3.4.2 Judgement Soal 71

3.4.3 Uj i Keterpahaman Soal 72

3.4.4 Analisis Data 73

(6)

4.1 Analisis dari Segi Kebahasaan 77 4.1.1 Penggunaan Kalimat dalam Soal 77

4.1.2 Penggunaan Kata dalam Soal 89

4.1.3 Penggunaan Gaya dan Nada dalam Soal 105

4.1.4 Penggunaan Ejaan dalam Soal 110

4.2 Analisis dari Segi Bentuk Soal (Tes) 128

4.2.1 Soal Bentuk Objektif 128

4.2.1.1 Soal Asli 130

4.2.1.2 Soal Perbaikan 148

4.2.2 Soal Bentuk Subjektif (Esai) 167

4.2.2.1 Soal Asli 168

4.2.2.2 Soal Perbaikan 170

4.3 Analisis Hasil Uji Keterpahaman 173

4.4.Kesimpulan Analisis 179

BAB V PEMBAHASAN 185

5.1 Dari Segi Kebahasaan 185

5.1.1 Penggunaan Kalimat 186

5.1.2 Penggunaan Kata 187

5.1.3 Penggunaan Gaya dan Nada 188

5.1.4 Penggunaan Ejaan 189

5.2 Dari Segi Bentuk Soal 190

5.3 Dari Segi Keterpahaman 191

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 195

5.1 Simpulan 195

5.2 Saran 198

DAFTAR PUSTAKA

/^^.^^\.

200

LAMPIRAN-LAMPIRAN

ift£s£. - -i v-?'. ffcft

204

RIWAYAT HIDUP

/'.-,|. A%?^..^^V

253

I,

=•>*-'

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Jenis Bidang Studi dan Jumlah Butir Soal 67

3.2 Jumlah Butir Soal yang Menjadi Sampel Penelitian .. 68

3.3 Acuan Penilaian Terhadap Data Keterpahaman 76

4.1 Kesalahan Penggunaan Kalimat 78

4.2 Kesalahan Penggunaan Kata 89

4.3 Kesalahan Penggunaan Gaya dan Nada 106

4.4 Kesalahan Penggunaan Ejaan Ill

4.5 Analisis Butir Soal: Perhitungan Indeks Tingkat

Kesukaran, Indeks Daya Beda, dan Efektivitas

Distractor untuk soal asli 131

4.6 Analisis Butir Soal: Perhitungan Indeks Tingkat Kesukaran, Indeks Daya Beda, dan Efektivitas

Distractor untuk soal eksperimen 149

4.7 Rangkuman Perhitungan Indeks Tingkat Kesukaran

dan Indeks Daya beda Soal Esai (Kelas Kontrol) . 168 4.8 Rangkuman Perhitungan Indeks Tingkat Kesukaran

dan Indeks Daya beda Soal Esai (Kelas Eksperimen) 171 4.9 Acuan Pengklasifikasian Pemahaman Soal Ujian ... 175

4.10 Rangkuman Hasil Analisis Butir Soal EBTANAS SLTA dan Hasil Uji Keterpahamannya pada Siswa Kelas III SMA Negeri di Provinsi Daerah Istimewa Aceh

(Soal Objektif) - 183

4.11 Rangkuman Hasil Analisis Butir Soal EBTANAS SLTA dan Hasil Uji Keterpahamannya pada Siswa Kelas III SMA Negeri di Provinsi Daerah Istimewa Aceh

(Soal Esai) 184

(8)

Lampiran 1.

Lampiran 2.

Lampiran 3.

Lampiran 4.

Lampiran 5.

Lampiran 6.

Halaman

A. Soal EBTANAS SLTA 1994 (Soal Sampel

Penelitian) 204

B. Soal EBTANAS SLTA 1994 hasil per

baikan 211

A. Skor Hasil Uji Coba EBTANAS SLTA

Tahun 1994 pada Siswa SMA Kelas III

di Provinsi Daerah Istimewa Aceh .... 218

B. Perhitungan Uji Homogenitas dan Uji

Signifikansi 220

A. Skor hasil tes soal asli (Kelompok

Kontrol) untuk tiap butir soal 223 B. Skor hasil tes soal perbaikan (Ke

lompok Eksperimen) untuk tiap butir

soal 224

A. Perhitungan tingkat kesukaran soal, daya beda, dan berfungsi tidaknya

alternatif pilihan (Soal Asli) 225 B. Perhitungan tingkat kesukaran soal,

daya beda, dan berfungsi tidaknya

alternatif pilihan (Soal Perbaikan).. 233 A. Soal Uji Keterpahaman (Menggunakan

kata ke dalam kalimat bahasa Indo

nesia ) 241

B. Skor hasil tes menggunakan kata ke

dalam kalimat bahasa Indonesia 240

Surat Izin Penelitian:

a. Permohonan Izin Penelitian dari

Rektor IKIP Bandung 246

b. Pemberitahuan Penelitian dari

Kepala Direktorat Sosial Politik

Jawa Barat 247

(9)

c. Surat Izin Penelitian dari

Kepala Direktorat Sosial Politik

Provinsi Daerah Istimewa Aceh 248

d. Izin Mengadakan Penelitian dari Kepala Dikmenum Kanwil Depdikbud

Provinsi Daerah Istimewa Aceh 249

Lampiran 7. Surat Keterangan Selesai Melakukan

Pene1i ti an dari:

a. Kepala SMA Negeri 1 Banda Aceh 250 b. Kepala SMA Negere 6 Darussalam,

Banda Aceh 251

c. Kepala SMA Negeri Lubuk Aceh Besar

Provinsi Daerah Istimewa Aceh 252

(10)

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu tugas guru yang terpenting ialah menyusun soal sebagai alat evaluasi. Peranan alat evaluasi ini adalah untuk melakukan penilaian guna mengetahui kemajuan siswa se-telah menempuh pendidikan selama jangka waktu tertentu. Di samping itu, alat evaluasi ini berperan juga sebagai alat

untuk mengetahui tingkat efektivitas dan efisiensi metode-metode pendidikan yang digunakan selama jangka waktu terten tu (Buchori, 1980: 5—6).

Untuk mewujudkan sebuah soal yang baik, penyusunnya ha-rus memperhatikan objek yang akan ditanyakan dalam soal itu.

Dalam hal ini, Safari (1987: 1) menegaskan bahwa untuk

me-nentukan objek yang tepat dalam penulisan soal ujian, maka

penulis soal perlu memperhatikan langkah-langkah seperti

analisis kurikulum, analisis sumber materi pelajaran,

mene-tapkan tujuan tes, dan menentukan kisi-kisi ujian. Kisi-kisi

ujian di dalamnya meliputi pokok bahasan, aspek intelektual

yang diukur,

bentuk soal,

tingkat kesukaran soal,

jumlah dan

proposisi soal,

serta

penulisan

TIK

(Tujuan

Instruksinal

Khusus).

Apabiia penulis soal sudah menentukan

objek

yang

akan

(11)

o

inti masalah yang akan ditanyakan. Inti masalah dapat berupa pikiran, gagasan, atau maksud yang disusun dalam bentuk per nyataan soal. Agar pernyataan soal itu dapat dikomunikasikan kepada pembelajar (siswa) dengan baik, maka soal tersebut hendaknya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini dimaksudkan agar pernyataan soal dapat dipahami oleh

orang yang menjawab soal sama seperti yang dimaksudkan oleh

penulisnya. Karena soal ujian (alat evaluasi) yang disusun guru dapat berfungsi sebagai alat untuk mengukur keberhasil-an belajar, maka soal ujian itu harus disusun dengan memper hatikan aturan-aturan bahasa yang digunakannya (Oiler,

1978: 13). Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa soal ujian yang baik perlu diorganisasikan secara sistematis dan logis. Soal yang diorganisasikan dengan baik itu dapat digu-nakan sebagai alat untuk menentukan keberhasilan pembelajar dalam menempuh suatu program ajaran tertentu.

Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonstruksi-kan soal ujian, antara lain penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar oleh penyusunnya. Bahasa Indonesia yang digu-nakan dalam soal ujian berpengaruh terhadap pemahaman siswa. Ketidaktepatan jawaban yang diberikan siswa dalam ujian ada-kalanya disebabkan oleh tidak terpahaminya bahasa soal. Oleh karena itu, rendahnya prestasi belajar siswa, rendahnya nilai

EBTANAS, dan lainnya tidak semata-mata disebabkan oleh

keku-rangmampuan siswa. Faktor kebahasaan sangat mempengaruhi pe

(12)

ujian yang menggunakan ragam bahasa yang sama antara pembaca dan penulis akan lebih mudah terpahami. Dia menambahkan penggunaan kata-kata sulit dan penggunaan kalimat yang pan-jang menyebabkan suatu teks bacaan (wacana; termasuk soal ujian) tidak terpahami dengan mudah oleh pembaca.

Dalam pencapaian keberhasilan belajar secara nasional, Provinsi Daerah Istimewa Aceh pada tahun 1994 berada pada urutan ke-23 dari 27 provinsi di Indonesia. Peringkat ini diukur berdasarkan nilai Evaluasi Belajar Tahap Akhir

(EBTANAS) siswa. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pencapaian prestasi belajar di Daerah Istimewa Aceh merosot. Padahal,

pada tahun 1990 Daerah Istimewa Aceh pernah memiliki siswa

yang mencapai Nilai Evaluasi Murni (NEM) pada urutan ke-3

dari NEM tertinggi di Indonesia dan secara nasional nilai

rata-rata mereka termasuk ke dalam sepuluh besar (Harian Serambi Indonesia, April 1994).

Rendahnya nilai yang diperoleh siwa dalam EBTANAS tidak

semata-mata disebabkan oleh kesalahan guru. Pihak-pihak lain yang terkait dengan hal itu juga perlu diamati, di antaranya

siswa itu sendiri, keterbacaan buku pelajaran, sarana dan

prasarana pendukung,

dan

alat evaluasi yang digunakan.

Namun,

yang biasanya luput dari sorotan masyarakat adalah alat eva

luasi

(soal ujian) yang digunakan untuk mengukur keberhasil

an siswa. Alat evaluasi yang dimaksudkan di sini adalah soal

EBTANAS.

Soal EBTANAS disusun oleh panitia khusus yang dibentuk

(13)

mak-4

sudnya melibatkan orang-orang di tingkat pusat dan daerah. Hasil yang diharapkan dari kerja panitia ini adalah terwu-judnya soal-soal yang baik, sempurna, dan menyeluruh.

Panitia EBTANAS yang dibentuk ini terdiri dari guru-guru bidang studi. Dalam pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala kantor wilayah dan Balitbang. Peranan Balitbang di sini hanyalah sebagai penyunting soal-soal hasil buatan guru di daerah. Suntingan yang dllakukan disesuaikan dengan

kebu-tuhan, baik dari segi jumlah soal maupun cakupan jenjang yang akan diukur. Semua ini disesuaikan dengan kisi-kisi

ujian yang telah dipersiapkan sebelumnya. Selanjutnya,

soal-soal hasil suntingan itu diserahkan kembali kepada kantor wilayah untuk digandakan sesuai dengan kebutuhan.

Semua ini menunjukkan bahwa prosedur pembuatan soal

EBTANAS begitu ketat. Tujuannya adalah agar kesalahan soal,

dalam berbagai bentuk, dapat dihindari. Akan tetapi, bila

dicermati dengan baik soal yang sudah disusun itu tampaknya

ada yang belum begitu sempurna, terutama dalam hal pengguna

an bahasa Indonesia. Para siswa mengalami kesukaran untuk

memahami maksud soal itu. Hal ini disebabkan kalimat yang

digunakan dalam soal panjang-panjang, banyak menggunakan

kata-kata/istilah-istilah asing yang belum dikenal baik oleh

siswa, serta ejaan yang digunakan dalam

soal

masih

banyak

yang tidak sesuai dengan aturan penulisan

ejaan

yang

ber-laku. Semua ini menyebabkan bahasa soal EBTANAS itu tidak

terpahami dengan baik oleh

siswa.

Hal

itu

terbukti

dari

(14)

Pengujian Badan

Pengembangan

Penelitian

dan

Pengembangan

Pendidikan dan Kebudayaan Depdikbud (1995: 16—18) yang

me-nyatakan bahwa kekeliruan penggunaan bahasa

Indonesia

pada

soal EBTANAS lima bidang studi (Bahasa Indonesia, PMP, IPS,

IPA, dan Matematika) untuk tingkat SLTP lebih

dominan

pada

kekeliruan penggunaan kata (45% dari jumlah soal).

Kekeliru

an struktur kalimat dan penggunaan tanda baca juga

menunjuk-kan kontribusi yang subtansial (38% dari

jumlah

soal

yang

dianalisis).

Dalam buku panduan penggunaan kata, kalimat, dan wacana,

Balitbang Dikbud (1985) dikatakan bahwa kecocokan penggunaan

bahasa dalam penyajian bahan pelajaran merupakan faktor yang

dapat mempengaruhi

tingkat

keterpahaman

bahan

pelajaran.

Oleh karena

itu,

dalam

penyajian

bahan

pelajaran,

baik

secara lisan maupun secara tertulis,

faktor bahasa harus

di-perhitungkan

sedemikian rupa sehingga mempermudah pemahaman

bahan pelajaran.

Bahasa merupakan faktor yang sangat penting

dalam

pe

nguasaan tes. Penggunaan bahasa Indonesia dalam

butir

soal

tes perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini disebabkan

oleh dua alasan

utama.

Pertama,

soal-soal

tes

merupakan

sarana pendidikan. Kekeliruan penggunaan bahasa dalam

soal-soal tes dapat memberikan dampak yang kurang

baik

terhadap

pembentukan dan perkembangan bahasa siswa. Kedua, penggunaan

bahasa yang tidak tepat dapat mengaburkan inti masalah

yang

ditanyakan pada suatu

butir

soal.

Seorang

siswa

mungkin

(15)

6

menguasai materinya, melainkan karena ia tidak memahami ba hasa yang digunakan dalam tes itu.

Alasan pertama di atas berarti bahwa soal-soal tes

seyogyanya disajikan dengan menggunakan bahasa Indonesia

yang baik dan benar. Alasan yang kedua, lebih berkaitan

dengan validitas butir soal. Salah satu prinsip pengukuran

menyatakan bahwa suatu butir soal hendaknya mengukur apa

yang seharusnya diukur. Suatu butir soal IPS, misalnya,

tidak hanya mengukur penguasaan siswa terhadap materi IPS,

tetapi juga menuntut kemampuan bahasa (misalnya, kemampuan

pemahaman). Adapun kesalahan penggunaan bahasa dalam butir

soal dapat mengaburkan jenjang kemampuan apa yang ingin

diukur dari butir soal itu.

Soal-soal EBTANAS yang ditulis di daerah, perlu

men-dapat perhatian khusus tentang penggunaan bahasa Indonesia

yang baik dan benar. Dengan demikian, soal EBTANAS dengan

mudah dapat dipahami oleh siswa.

Para

pendidik/guru

kadang-kadang

beranggapan

bahwa

rendahnya nilai siswa disebabkan mereka tidak menguasai

materi ajar yang diujikan. Jarang disadari bahwa soal

ujian (alat evaluasi) yang digunakan guru tidak terpahami

oleh siswa. Soal yang disusun guru tidak komunikatif sehingga

kesalahpahaman banyak terjadi antara

penyusun

soal

dengan

yang menjawab soal.

Di

samping

itu,

tingkat

keterbacaan

soal yang disusun guru masih kurang. Hal ini juga sangat

me-mungkinkan terjadinya kesalahpahaman terhadap maksud pernya

(16)

berbeda-beda terhadap masalah yang sama sebagaimana tersebut di atas. Soal yang diharapkan adalah soal-soal yang lugas, jelas,

singkat, sederhana, dan menarik untuk dibaca. Semua ini da

pat diterapkan dalam soal apabila penyusun soal itu mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Pengalaman penulis selama beberapa tahun mengajar di

SMA dan membaca soal-soal EBTANAS menunjukkan bahwa masalah bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam soal kurang men-dapat perhatian para penyusun soal. Para guru yang menyusun

soal cenderung memberi penekanan pada materi dan rumus-rumus. Masalah bahasa kurang mendapat perhatian mereka.

Banyak dijumpai soal yang tidak komunikatif, kalimatnya

panjang-panjang dan berbelit-belit, kata-kata yang digunakan

tidak tepat, dan penulisannya banyak yang menyalahi kaidah

ejaan bahasa Indonesia yang berlaku.

Para guru yang dilibatkan dalam penulisan soal adalah

para guru yang ahli dalam bidangnya,

tetapi belum tentu ahli

dalam bidang bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kesalahan

penggunaan bahasa Indonesia dalam soal sangat lumrah terjadi.

Pada kesempatan ini,

penulis hanya akan

meneliti

soal-soal

EBTANAS karena soal-soal itu dianggap sudah baku dan meng

gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Apakah

benar

(17)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemuka kan di atas, maka berikut ini dikemukakan beberapa masalah umum yang ingin ditemukan jawabannya dalam penelitian ini. Adapun masalah-masalah itu adalah sebagai berikut.

1) Oleh karena soal EBTANAS adalah soal ujian yang mengukur kemampuan siswa secara menyeluruh, maka yang menjadi masalah di sini adalah "Apakah soal yang disusun itu sudah memenuhi persyaratan sebagai suatu alat ukur yang baik? 2) Soal ujian disusun berdasarkan kurikulum dan kisi-kisi

ujian yang telah dipersiapkan sebelumnya. Untuk ini yang

menjadi masalah adalah "Tepatkah kata-kata operasional

yang digunakan soal EBTANAS untuk mengukur

jenjang-jenjang kemampuan yang telah dicantumkan dalam kisi-kisi

ujian tersebut?"

3) Bahasa dalam soal ujian berbeda dengan bahasa

sehari-hari (bahasa pasar). Oleh karena itu, yang menjadi masa

lah pada bagian ini adalah "Apakah bahasa dalam soal

EBTANAS sudah memiliki sifat bahasa soal?"

4) Agar terjalin komunikasi yang baik

antara

penulis

soal

dengan siswa yang mengerjakan soal itu, maka penulis soal

hedaknya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Dalam hal ini yang menjadi masalah

adalah

'Bagaimanakah

penggunaan bahasa Indonesia yang

baik

dan

benar

dalam

soal EBTANAS SLTA tahun 1994 di Provinsi Daerah Istimewa

(18)

1.3 Batasan Masalah

Masalah yang telah dirumuskan di atas sangat luas dan

umum. Oleh karena itu, masalah tersebut perlu dibatasi dan

dikhususkan pada satu bagian tertentu

saja.

Sesuai

dengan

maksud

yang

ingin

dicapai

dalam

penelitian

ini,

yaitu

mengkaji dan menganalisis dengan cermat dan mendetail

peng

gunaan bahasa Indonesia dalam soal EBTANAS SLTA tahun

1994,

maka masalah yang telah dirumuskan di atas dikhususkan dan dibatasi sebagai berikut.

1) Apakah soal EBTANAS SLTA

tahun

1994

sudah

menggunakan

kalimat efektif?

2) Bagaimanakah ketepatan penggunaan kata-kata dalam soal

EBTANAS SLTA tersebut?

3) Bagaimanakah penggunaan gaya dan nada penulisan soal

EBTANAS SLTA tahun 1994?

4) Apakah ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sudah

digunakan dengan tepat dalam penulisan soal EBTANAS SLTA

1994?

5) Ditinjau dari segi bentuk tes, apakah soal EBTANAS SLTA sudah dikonstruksikan dengan tepat?

6) Apakah soal-soal itu terpahami bahasanya dengan baik oleh siswa kelas III SMA di Provinsi Daerah Istimewa Aceh?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan batasan masalah yang

(19)

10 soal EBTANAS SLTA. Pendeskripsian yang dilakukan berkaitan dengan penggunaan kalimat tepat guna dan berdaya guna (kali

mat efektif), penggunaan kata yang tepat (diksi), penggunaan

gaya dan nada penulisan soal, dan penggunaan ejaan bahasa

Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan yang digariskan

dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disem-purnakan. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui

apakah soal EBTANAS SLTA tahun 1994 telah dikonstruksikan dengan baik dan bagaimanakah pemahamannya? Apakah soal

EBTANAS SLTA terpahami bahasa dengan baik oleh siswa kelas

III SMA di Provinsi Daerah Istimewa Aceh.

Selanjutnya, dari hasil penelitian ini dapat diwujudkan suatu pedoman penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan

benar dalam penulisan soal. Di samping itu, hasil penelitian ini nantinya dapat menjadi dasar kajian bagi peneliti-pene-liti bahasa Indonesia yang berkaitan dengan soal ujian pada jenjang pendidikan lainnya di Indonesia.

1.5 Pentingnya Penelitian

(20)

dalam penulisan soal. Mereka dalam

menulis

soal

cenderung

memberi penekanan pada materi dan pencapaian tujuan secara

umum. Masalah bahasa kurang mendapat perhatian mereka.

Aki-batnya, banyak terdapat butir soal yang tidak komunikatif,

terjadinya interpretasi yang berbeda-beda terhadap masalah

yang sama, dan bermacam gejala lainnya. Soal ujian yang

di-sajikan kepada siswa banyak yang tidak terpahami bahasanya

oleh siswa. Akibatnya, para siswa cenderung memberi

penaf-siran yang salah terhadap soal yang diujikan kepada mereka. Hasilnya, nilai yang mereka peroleh dari ujian itu rendah.

Untuk ini, benarkah faktor bahasa dalam soal merupakan

salah satu kendala bagi siswa dalam memahami soal? Benarkah bahasa Indonesia dalam soal masih kurang kualitasnya? Untuk menghilangkan keraguan ini, maka penelitian ini penting di

lakukan.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi banyak

manfaat, antara lain bagi:

a. Para guru/pendidik yang terlibat langsung dalam kegiatan penulisan soal ujian, baik ujian formatif, sumatif, EBTA, maupun EBTANAS. Dengan membaca hasil penelitian ini, di harapkan mereka dapat terbantu karena sudah ada pedoman penulisan soal yang menggunakan bahasa Indonesia yang

baik dan benar.

(21)

12

sebagai evaluasi ulang terhadap soal ujian yang telah

dikonsumsikannya. Berpedoman pada hasil penelitian ini,

diharapkan Kantor Wilayah dapat menempuh kebijakan-kebi-jakan baru dalam mengkoordinasikan kegiatan penyusunan soal-soal EBTANAS di bawah bimbingan mereka, khususnya bidang Pendidikan Dasar dan Menengah.

c. Balitbang Dikbud, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi yang bermanfaat dalam mengambil langkah dan kebijaksanaan pengawasan pembuatan soal ujian di masa yang akan datang.

Dalam kegiatan penyuntingan dan pengeditan soal-soal hasil buatan para guru dari berbagai daerah tingkat satu di Indonesia, faktor bahasa perlu mendapat perhatian khusus. Dalam hal ini, Balitbang Dikbud dapat bekerja sama dengan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Depdikbud.

1.7 Fokus Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian sebagaimana telah dike

mukakan di atas, maka pada bagian ini perlu dikemukakan sa-saran yang akan dikaji dalam penelitian ini. Untuk menjawab semua pertanyaan dikemukan pada bagian 1.2, maka penelitian ini difokuskan pada analisis penggunaan bahasa Indonesia dalam soal ujian dan pengkonstruksiannya. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan menunjang penga-laman peneliti dalam bidang Evaluasi dalam Pengajaran Bahasa

(22)

1.8 Definisi Operasional

Untuk menyeragamkan dan menghindari kekeliruan penger-tian terhadap istilah pokok yang digunakan dalam penelitian ini, maka istilah-istilah pokok itu perlu dioperasionalkan,

yaitu:

a. EBTANAS, yaitu singkatan dari Evaluasi Belajar Tahap

Akhir Nasional; soal yang disusun oleh Direktorad

Jende-ral Pendidikan Dasar dan Menengah bersama Balitbang Dik bud merupakan suntingan usul soal hasil Rapat Kerja Pem-binaan Penulisan Soal Ujian Akhir Tahun Pelajaran dan di-gandakan oleh Kanwil Depdikbud (Depdikbud, 1992: 96). b. Kalimat, yaitu satuan kumpulan kata yang terkecil yang

mengandung pikiran yang lengkap (Keraf, 1980: 139).

Kalimat dalam soal adalah suatu pernyataan yang disusun oleh penulis soal berdasarkan pokok masalah atau TIK yang telah dipersiapkan dalam kisi-kisi guna dikomunikasikan kepada orang yang menjawab soal itu.

c. Kata, yaitu morfem atau kombinasi morfem yang oleh

bahasawan dianggap sebagai bentuk yang bebas; satuan

bahasa yang dapat berdiri sendiri, terdiri dari morfem tunggal (Kridalaksana, 1993: 98). Kata dalam soal adalah kata yang dipilih dengan tepat sesuai dengan maksud soal, jelas, dan tidak menimbulkan salah pengertian. Dalam hal ini ditetapkan bahwa kata-kata yang digunakan di dalam

soal ujian adalah kata-kata baku.

(23)

14

soal. Jadi, gaya dan nada di sini adalah cara penyampaian soal yang berlainan, tetapi maksudnya tetap sama. Nada yang sering digunakan adalah nada berita, nada tanya, dan nada perintah.

e. Ejaan dalam soal, pada dasarnya berpedoman pada pedoman

Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, baik cara

penulisannya maupun cara penggunaannya.

f. Tes esai, merupakan tes proses berpikir yang melibatkan aktivitas kognitif tingkat tinggi, menuntut kemampuan siswa untuk menerapkan pengetahuan, menganalisis, menghu-bungkan konsep-konsep, dan memecahkan masalah.

g. Tes objektif, menghendaki hanya satu jawaban yang benar, maka penilaiannya dapat secara objektif, cepat, dan dapat

dipercaya.

h. Keterbacaan, ketepatan suatu teks bacaan untuk tingkat

pembaca tertentu.

i. Keterpahaman, yaitu dapat memahami suatu bacaan dengan

(24)

i'Ii l|i

illll'

MI

ilihliiiiiiii

.Ii',|i' i!l''.f i'

m

i''i'i!S!S;!iil!i!:l

,

:li": „i„,'ini' - '""•'•"",;!,"'iii«M„:::!l"'ii!ii!'i.

i:>!S[.i.

!i ii ''ii, i 'iii-,1" 'ir ir"'..ill. i. "II,. Ill' if' ii1

,i:t DI I

iiilliliiiiliiiiliiiliiiiiilliltellllllilillililllilillllllll ,

mm

• •

fill i •, ii

,h .in" ii; ii'ipii" i

i Iiiii i

ii, iiiii1' iiiiiiii

iiiiiii' i

i!

1

Iif

!l!lii!jjil

iiiiiiiiii!

IIIIII!!

I, '!!il,

iiiii) ii il,,

ji 1 1 ll'iiil!

Hi :i

|l"'

iiiiiiiiii!'!

HP

• ,,,i|!||1, •»' Nil!

$

iiiiiiiiiiii

I' "*'% ill

111!

,i Ii! iii, "I

Ipl

iiiiiii" in

''iiii

"i, !ii ''ii/ 'I ipl! •I ill;

lil

iiii.

'ii iiii, 'iii,

"'"iiiiifc

I,

|hii

", I.'II |.,illl1'1, '' ii"I III ',!! l'

"iii'

.ill'iiiiiiiii-'

M

;,;!!!!!!!!'•

iiiii";;""!,!,

['!!!!i|!!!l;!"'iiii

life

,.„,! iiiiii

(25)

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian

ini

didasarkan

pada permasalahan, perumusan masalah, dan tujuan yang hendak

dicapai. Berdasarkan tiga hal tersebut, maka penelitian

ini

menggunakan metode

deskriptif

analitis

karena

diharapkan

dapat mengungkapkan

tepat tidaknya

penggunaan bahasa Indone

sia yang baik dan benar dalam soal EBTANAS SLTA. Hal ini se

suai dengan pendapat Stephen (1977: 18) bahwa metode deskrip

tif digunakan antara lain untuk (a)

mengumpulkan

informasi

faktual secara rinci dan

menggambarkan

gejala-gejala/kesa-lahan-kesalahan yang ada,

(b)

mengidentifikasikan

masalah-masalah yang ada sekarang,

(c) membuat

perbandingan-perban-dingan, dan (d) menentukan apa saja yang dapat diambil

atau

apa implikasinya dari pengalaman itu

bagi

perencanaan

dan

keputusan-keputusan di masa yang akan datang.

Ary (1972:286) membagi penelitian deskriptif atas tujuh

jenis studi, " (1) case studies, (2) surveys, (3)

developmental studies,

(4) follow up studies,

(5) documentary

analysis, (6) trends analysis, and (7) correlational studies.'

Penelitian ini termasuk studi

documentary

analysis

karena

soal EBATANAS yang sudah menjadi dokumen dianalisis

penggu

naan bahasa Indonesia di dalamnya.

Selain

mendeskripsikan

kesalahan

penggunaan

bahasa

Indonesia dalam soal EBTANAS 1994, peneliti

juga

melakukan

(26)

uji coba terhadap soal yang bahasanya salah

dan

soal

yang

bahasanya benar. Yang dimaksud benar di sini

adalah

bahasa

yang digunakan dalam soal ujian sesuai dengan kaidah penggu

naan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Oleh karena

itu,

penelitian ini juga menggunakan metode eksperimen. Pengguna

an metode eksperimen ini hanya terbatas pada uji

coba

soal

ujian saja.

Soal yang diujicobakan adalah soal asli dan

soal

yang

sudah diperbaiki bahasanya. Soal yang diperbaiki adalah soal

yang menurut pertimbangan pakar bahasa bahwa butir soal itu

tidak tepat penggunaan bahasanya. Ketidaktepatan

penggunaan

bahasa yang terdapat dalam soal diperbaiki. Soal hasil

per

baikan ini diujicobakan lagi kepada siswa kelas III SMA di

Provinsi Daerah Istimewa Aceh.

Uji coba diberikan kepada dua kelompok siswa, yaitu ke

lompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kedua hasil uji coba

di atas diperiksa, diberi nilai, dan selanjutnya dilakukan

uji homogenitas dan uji signifikansi.

Untuk menguji homogenitas kedua kelompok digunakan

rumus:

Q 2

1

F =

*

(Sudjana, 1992: 249)

S2

dengan kroteria pengujian sebagai berikut:

terima Ho jika F < F i/za (n i - i. n - i) 1 2

Untuk menguji apakah terdapat perbedaan hasil uji coba

antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan

(27)

65

t = (Sudjana, 1992: 239)

i

n

1

n

dengan krlteria pengujian sebagai berikut:

terima

Ho

(tidak ada perbedaan antara hasil uji

coba pada kelompok kontrol dan kelompok eksperi

men) jika -t < t < t

1-1/2CX 1-1/2CJ.

Dalam hal lain tolak

Ho

untuk dk = (n

+ n

1 2

dan taraf kepercayaan a - 5%.

2)

3.2 Teknik Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk

memperoleh

pengetahuan

empiris tentang penerapan kaidah bahasa Indonesia dalam soal

ujian. Oleh

karena

itu,

data

yang

diperlukan

berkenaan

dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam

soal ujian.

Teknik penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Studi dokumenter, dilakukan untuk

mendapatkan

perangkat

soal EBTANAS SLTA tahun ajaran

1994 di

Kan t or

Wilayah

Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan

Provinsi

Daerah

Istimewa Aceh.

2) Studi eksperimen, yaitu melakukan uji coba terhadap soal

asli dan soal yang diperbaiki kepada siswa kelas III SMA

di Provinsi Daerah Istimewa Aceh.

3) Uji keterpahaman, yaitu diberikan kepada siswa kelas

III

(28)

dipersiap-kan khusus untuk menguji keterpahaman siswa terhadap

soal-soal EBTANAS SLTA tahun 1994.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Yang menjadi

populasi

dalam

penelitian

ini

adalah

seluruh soal EBTANAS SLTA

tahun

ajaran

1994,

baik

untuk

jurusan Al, A2, A3, maupun A4. Ada 12 set soal

yang

diper

oleh dan tiap satu set soal terdiri atas

45

sampai

dengan

50 butir soal. Mengingat terbatasnya waktu, biaya,

dan

ke

mampuan peneliti, maka

dalam

menentukan

objek

penelitian

perlu ditetapkan sampel penelitian.

Sampel soal yang ditetapkan adalah soal jurusan

A3 saja.

Hal ini dilakukan atas pertimbangan bahwa soal

ujian

untuk

jurusan A3

(jurusan

IPS)

lebih

banyak

disajikan

dengan

menggunakan bahasa daripada rumus-rumus yang

abstrak.

Mata

pelajaran yang

termasuk

ke

dalam

kelompok

EBTANAS

pada

jurusan A3 ini

adalah

Pendidikan

Moral

Pancasila

(PMP),

Bahasa dan Sastra

Indonesia,

Bahasa

Inggris,

Matematika,

Ekonomi,

Tata

Negara,

dan

Sosiologi

dan

Antropologi

(Depdikbud, 1993: 97). Atas pertimbangan bahwa yang

menjadi

sasaran penelitian adalah penggunaan bahasa Indonesia

dalam

soal ujian EBTANAS, maka soal ujian

bahasa Inggris

tidak

di-jadikan sampel penelitian ini.

Adapun mata pelajaran dan jumlah butir soal yang

dija-dikan

sampel

penelitian

ini

dapat

dilihat

dalam

tabel

(29)

Tabel 3.1

JENIS BIDANG STUDI DAN JUMLAH BUTIR SOAL YANG MENJADI

SAMPEL PENELITIAN No. A. B. C. D. E. F.

Soal Bidang Studi

P M P

Bahasa dan Sastra Ind. Matematika

E k o n o m i Tata Negara

Sosiologi dan Antro.

J u m l a h

Jumlah Butir Soal

Objektif Essay 45 45 32 40 45 40 247 5 5 3 5 5 5 28 Jumlah 50 50 35 45 50 45 275 67

Tabel di atas memperlihatkan dengan jelas

kepada

kita

bahwa butir soal EBTANAS yang menjadi populasi/sampel

pene

litian ini berjumlah 275 buah. Semua butir soal itu, sebelum

dianalisis oleh peneliti,

terlebih

dahulu

dx-judg

kepada

pakar bahasa. Dalam hal melakukan

judg

kepada pakar bahasa,

peneliti mengalami hambatan, terutama dalam hal

terbatasnya

waktu para pakar bahasa

yang

akan

mengerjakan

judg

itu

sehingga peneliti perlu memperkecil jumlah sampel dengan ha

nya mengambil 10% dari seluruh butir soal.

Hal

ini

sesuai

dengan pendapat

Mantra

dan

Kasto

dalam

Singarimbun

dan

Effendi (1984: 106) bahwa ada dua pendapat yang sering

dipe-domani dalam penentuan jumlah

sampel

penelitian.

Pertama,

pendapat yang

menganjurkan

besarnya

sampel

tidak

kurang

dari 10 %. Kedua, pendapat yang menganjurkan besarnya sampel

tidak boleh kurang dari 5 %. Dengan demikian,

besar

sampel

yang digunakan penelitian ini memenuhi syarat dan terwakili.

Dari 10 persen itu sampel diperoleh

soal

sebanyak

28

(30)

Bentuk soal yang digunakannya terdiri atas

bentuk

objektif

dan bentuk esai, kecuali soal matematika. Untuk menjaga agar

terwakili seluruh bentuk soal, maka

untuk

soal

matematika

ditambah soal esai satu buah sehingga jumlah sampel

seluruh-nya berjumlah 29 buah soal. Soal-soal

inilah

yang

di-Judg

kepada pakar bahasa, diujicobakan kepada

siswa,

dan

diuji

taraf keterpahamannya bagi siswa SMA kelas III

di

Provinsi

Daerah Istimewa Aceh. Perincian sampel dapat

dilihat

dalam

tabel berikut.

Tabel 3.2

JUMLAH BUTIR SOAL YANG MENJADI SAMPEL PENELITIAN

No. Soal Bidang Studi Jumlah ]Butir Soal

Jumlah Objektif Essay A. B. C. D. E. F.

P M P

Bahasa dan Sastra Ind.

Matematika

E k o n o m i Tata Negara

Sosiologi dan Antro.

4 4 3 4 4 4 1 1 1 1 1 1 5 5 4 5 5 5

J u m l a h 23 6 29

Selanjutnya, perlu ditetapkan sampel

siswa

yang

akan

mengerjakan soal. Siswa tersebut dipilih dari

tiga

SMA

di

Provinsi Daerah Istimewa Aceh, yaitu SMA Negeri 1 Banda Aceh

(SMA di pusat kota), SMA Negeri 6 Banda Aceh (SMA

di

ping-giran kota), dan SMA Negeri Lubuk Aceh Besar

(SMA

di

luar

kota). Untuk tiap-tiap

sekolah

ditetapkan

menjadi

sampel

adalah hanya siswa kelas III pada

tahun

ajaran

1995/1996.

Masing-masing sekolah ditetapkan

sebanyak

40

orang

siswa

(31)

me-69

ngerjakan uji coba dan

uji

keterpahamannya

terhadap

soal

EBTANAS tahun 1994 sebanyak 120 orang siswa.

Khusus untuk uji coba soal,

siswa

dari

tiga

sekolah

dibagi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol (kelompok A) dan

kelompok eksperimen (kelompok B). Pembagian atas dua

kelom

pok ini dilakukan dengan cara

memperhatikan

rangking

yang

mereka peroleh ketika naik ke kelas III.

Untuk

mendapatkan

pembagian yang seimbang, disamping dipedomani ranking kelas,

juga dipedomani prestasi belajar

harian.

Untuk

memperoleh

pembegian yang seimbang sebagaimana dimaksudkan di atas, pe

neliti meminta bantuan dari wall

kelas

dari

masing-masing

sekolah.

Pembagian siswa dalam satu kelas menjadi

dua

kelompok

yang berimbang atas pertimbangan taraf pengetahuan

dan

ke

mampuan mereka sama karena diajar oleh guru

yang

sama

dan

kelas yang sama. Jadi, siswa yang akan mengerjakan soal yang

asli (bahasanya salah) sebanyak 60 siswa dan soal yang baha

sanya sudah diperbaiki

menjadi

benar

sebanyak

60

siswa.

Dalam pembagian dua kelompok ini, tiap

kelas

dari

masing-masing sekolah dibagi dua sehingga keenam puluh orang

siswa

terdiri dari tiga sekolah dari tiga lokasi yang berbeda.

3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Pengumpulan Data

Data penelitian ini dikumpulkan dengan cara

menginven-tarisasikan

jenis

kesalahan

penggunaan

bahasa

Indonesia

(32)

se-bagai sampel penelitian. Data kesalahan itu

diperoleh

dari

hasil pertimbangan guru

bahasa (hasil

judg)

terhadap penggu

naan bahasa Indonesia dalam soal. Soal-soal yang kurang

te

pat itu diperbaiki oleh peneliti sehingga

menghasilkan

dua

bentuk soal, yaitu soal

yang

masih

asli,

maksudnya

asli

EBTANAS 1994 dan soal yang sudah diperbaiki bahasanya sesuai

dengan saran-saran dari para guru bahasa sebagai hasil

jugh.

Selanjutnya, baik soal asli maupun soal yang telah diperbaiki

kesalahan bahasanya disajikan kepada dua kelopok siswa

yang

berbeda, tetapi memiliki karakteristik yang sama sebagaimana

telah disebutkan pada penentuan sampel di atas.

Data keterpahaman diperoleh dengan jalan melakukan

uji

keterpahaman, yaitu dengan menyajikan seperangkat soal. Untuk

menguji keterpahaman disajikan kata-kata yang dianggap sulit

oleh siswa kelas III SMA tahun ajaran 1995/1996. Yang dimak

sud kata

sulit

adalah kata-kata itu masih

baru

bagi

siswa

atau kata-kata itu sudah dikenal, tetapi tidak dipahami

mak-nanya.

Kata-kata/istilah-istilah sulit sebagaimana

tersebut

di atas ditentukan oleh siswa. Penentuannya dilakukan dengan

cara menyajikan seperangkat soal kepada siswa untuk ditentu

kan kata yang menurut mereka paling sulit di antara

kata-kata yang ada dalam soal tersebut.

Kata yang dianggap

sulit

adalah kata/istilah yang menurut mereka sulit dipahami

mak-nanya, baik secara terpisah maupun dalam kalimat soal (makna

leksikal dan makna gramatikal).

Kata-kata sulit yang diperoleh dari tiap soal

itu

(33)

ke-71

terpahaman soal. Kata-kata/istilah itu digunakan oleh

siswa

dalam kalimat bahasa Indonesia. Kalau

siswa

dapat

membuat

kalimat dengan kata itu sehingga makna

dari

kata

tersebut

menjadi jelas, maka siswa dianggap sudah mampu memahami kata/

istilah itu. Dengan demikian, dapat

dikatakan

bahwa

siswa

tersebut dengan gampang dapat memahami maksud

kalimat

soal

yang digunakan kata tersebut di dalamnya.

3.4.2 Judgement Soal

Soal EBTANAS yang telah ditetapkan sebagai sampel pene

litian sebelum dianalisis oleh peneliti, terlebih dahulu di

minta pertimbangan para guru bahasa

(dx-judg).

Para

pakar

bahasa memberi pertimbangan tentang penggunaan bahasa

Indo

nesia yang baik dan benar dalam soal ujian

yang

ditetapkan

sebagai sampel.

Para guru bahasa yang diminta pertimbangan/penilaiannya

terhadap penggunaan bahasa Indonesia dalam soal

adalah

(a)

guru bahasa Indonesia di SMA dan

pernah

terlibat

langsung

dalam kegiatan penyusunan soal EBTA/EBTANAS

dan

(b)

dosen

bahasa Indonesia di perguruan

tinggi.

Jumlah

guru

bahasa

yang memberi pertimbangan terhadap penggunaan bahasa Indone

sia dalam soal EBTANAS adalah sebanyak 25 orang.

Untuk memudahkan para guru bahasa

memberi pertimbangan

tentang jenis kesalahan bahasa dalam soal, peneliti

memper-siapkan lembaran penilaian. Di dalam lembaran itu

disiapkan

unsur-unsur kebahasaan yang akan dinilai

(aspek-aspek

yang

(34)

(c) penggunaan gaya dan nada,

dan

(d) penggunaan ejaan.

Ben

tuk penilaian yang diberikan

adalah

sangat tepat,

tepat,

tidak tepat, sangat tidak tepat.

3.4.3

Uji Keterpahaman Soal

Untuk mengukur keterpahaman siswa terhadap soal EBTANAS

1994 perlu dilakukan uji keterpahaman. Uji keterpahaman

ini

dilakukan dengan teknik tes esai. Teknik tes

ini

dilakukan

dengan cara memberikan seperangkat kata/istilah-istilah

su

lit yang terdapat di dalam tiap item soal

untuk

dikerjakan

oleh siswa. Kata-kata/istilah-istilah sulit

itu

diinfenta-risasikan. Selanjutnya, siswa diminta menggunakan kata-kata/

istilah-istilah yang telah disiapkan itu

ke

dalam

kalimat

bahasa Indonesia. Peneliti memeriksa hasil kerja siswa

ter

sebut dan

menilainya.

Penilaian

diberikan

untuk

masing-masing kalimat yang dibuat berdasarkan kata/istilah yang di

siapkan. Yang dinilai adalah ketepatan penggunaan kata/isti

lah. Kalau siswa mampu menggunakan kata/istilah itu ke dalam

kalimat bahasa Indonesia yang tepat berarti

siswa

tersebut

paham terhadap maksud kalimat

yang

menggunakan

kata-kata/

istilah-istilah itu. Dengan demikian, soal yang

menggunakan

kata/istilah tersebut

terpahami

oleh

tingkat

siswa

yang

mengerjakan ujian itu. Kesimpulan yang diharapkan dari hasil

uji keterpahaman ini adalah adanya gambaran yang jelas

ten

tang terpahami atau tidak soal EBTANAS SLTA tahun 1994

oleh

siswa kelas III di Provinsi Daerah Istimwewa Aceh.

(35)

73

nilai dari

0

10

diberikan atas dasar ketepatan

peng

gunaan kata-kata itu dalam kalimat yang dibuatnya. Yang

di

nilai adalah ketepatan kalimat

maksudnya

kalimat

tersebut

mengungkapkan makna dari kata tersebut. Di samping itu,

ka

limat tersebut ditulis sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia

yang berlaku. Jadi, yang dinilai adalah ketepatan penggunaan

kata dalam kalimat dan ketepatan struktur yang digunakannya.

3.4.4 Analisis Data

a) Data Hasil Penilaian Guru Bahasa (Data Hasil Judgment)

Data kesalahan bahasa dari hasil pertimbangan para guru

bahasa ditabulasi ke dalam tabel

deskripsi

hasil

penilaian

guru bahasa.

Pendeskripsian

ditentukan

dengan

menyatakan

frekuensi dan persentasenya. Selanjutnya, data frekuensi ke

salahan dicantumkan dalam tabel dan bentuk koreksi yang

di-ajukan guru bahasa juga dicantumkan. Pada setiap akhir

ana

lisis ditunjukkan perbaikan dari soal tersebut.

Penganalisisan data hasil penilaian guru bahasa dilaku

kan per butir soal. Masalah yang dilihat

dalam

tiap

butir

soal adalah masalah

penggunaan

kalimat,

penggunaan

kata.

penggunaan gaya dan nada, dan penggunaan ejaan. Inti dari penggunaan bahasa yang dianalisis tercantum dalam

masing-masing tabel.

Soal yang tidak tepat

penggunaan

salah

satu

unsur bahasanya diperbaiki dan selanjutnya diujicobakan

(di-eksperimenkan) kepada siswa yang

telah

ditetapkan

sebagai

sampel. Hasil eksperimen itu diolah dengan

menggunakan

ru

(36)

Selanjutnya, soal-soal ujian itu dianalisis dari

sudut

tes itu sendiri. Dalam hal ini yang ditelaah adalah masalah

konstruksi soal. Persoalan yang diamati

dalam

soal

adalah

sebagai berikut.

(1) Soal bentuk objektif (pilihan ganda)

a) Apakah pokok soal (stem) yang merupakan permasalahan

telah dirumuskan dengan jelas?

b) Bagaimana perumusan pokok soal dan alternatif

jawab

annya?

Apakah di dalamnya terdapat pernyataan yang tidak di

perlukan?

c) Apakah pengecoh pada pilihan jawaban logis atau

ber

fungsi dengan baik?

d) Apakah pada pokok

soal

terdapat

petunjuk

ke

arah

kunci jawaban?

e) Apakah pilihan jawaban itu

sudah

homogen

(seragam)

baik dari segi isi maupun dari segi panjang pendeknya

pertanyaan.

f) Apakah di dalam pokok soal dipergunakan

ungkapan-ung-kapan yang bersifat tidak tentu seperti:

kebanyakan,

kadang-kadang, seringkali?

g) Apakah ada jawaban butir soal

yang

satu

bergantung

kepada butir soal yang lain?

(37)

75

(2) Soal bentuk esai

a) Apakah jawaban dari soal itu sudah menuntut

kemampuan

siswa untuk menguraikan jawabannya?

b) Apakah soal-soal

yang

dipergunakan

sudah

dibuatkan

petunjuk cara mengerjakannya?

b) Data Eksperimen

Data hasil eksperimen yang berupa skor hasil

tes,

baik

yang belum diperbaiki

(kelas

kontrol)

maupun

yang

sudah

diperbaiki (kelas eksperimen),

ditabulasikan

dalam

tabel.

Pada bagian bawah dari

tabel

tersebut

dicantumkan

jumlah

nilai'dan nilai rata untuk tiap butir soal. Nilai

rata-rata dari butir soal A dibandingkan dengan

nilai

rata-rata

dari butir soal B. Perbandingan ini dilakukan untuk

keselu-ruhan butir soal, dari soal nomor 1 sampai dengan soal nomor

29. Dengan

perbandingan

hasil

eksperimen

ini

diharapkan

tampak jelas perbedaan skor rata-rata, sekaligus menunjukkan

dengan jelas ada tidaknya efek dari perbaikan

bahasa

soal.

Penganalisisan data kedua kelompok data tersebut di atas di

lakukan dalam bab keempat.

c) Data Uji Keterpahaman

Data hasil uji keterpahaman diolah, ditabulasikan,

dan

dihitung nilai rata-rata pada tiap butir soal.

Nilai

rata-rata dari tiap butir tes

yang

dikerjakan

oleh

120

orang

siswa dikorelasikan dengan acuan yang telah ditetapkan untuk

(38)

digu-nakan dalam tes tersebut.

Selanjutnya,

diinterpretasikan dan

ditarik kesimpulkan dengan mengaitkan

dengan

hasil

ekspe

rimen.

Penilaian terhadap hasil kerja siswa dalam uji keter pahaman ini diberikan dengan dua cara yaitu cara kualitatif

dan cara kuantitatif. Kriteria yang digunakan untuk menentu

kan keterpahaman soal adalah sesuai dengan ketentuan yang

digunakan oleh Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas (SMA) 1984,

yaitu bila nilai siswa/nilai rata-rata siswa untuk

masing-masing soal yang diperoleh sebagai berikut.

TABEL 3.3

ACUAN PENILAIAN TERHADAP HASIL UJI KETERPAHAMAN SOAL

BENTUK KUALITATIF BENTUK KUANTITATIF

Rentangan 0 - 1 0 Rentangan 0—100

Istimewa 10 96 — 100

Baik sekali 9 86 — 95

Baik 8 76 — 85

Lebih dari cukup 7 66 — 75

Cukup 6 56 — 65

Hampir cukup 5 46 — 55

Kurang 4 36 — 45

Kurang sekali 3 26 — 35

Buruk 2 16 — 25

Buruk sekali 1 < 15

(Depdikbud Republik Indonesia, 1990: 10)

Sejalan dengan pedoman penilaian di atas, siswa dikata kan telah memahami dengan baik kalimat soal bila mereka te lah memperoleh nilai rata-rata 8 atau nilai 76 ke atas pada rentangan 0—100. Dengan demikian, dapat dikatakan pemaham an siswa terhadap soal tersebut mencapai taraf 75% ke atas artinya dapat terhindar dari frustasi.

(39)

.,!!! Iiii":,!!'1'"

..,i||liiii!j!Jliili!iliiliiiii|i|ili

Ill '

H'

;:; Ill,

''llin "Illi

iiiiii-,::"iiinii

'",- '« iH'i

Mi,

#',III!!, 'iiiii'

iiii"' .'iiiiii 'iiiiii,

I' ,! I'

^ ill

I!

Hi ii

i i 11

Iiii!!.

Hi; ii i i

1i-

1in

iii; 'ii,.

lift

iiiii

iiiiii! iiiiiii i

•illiiillii'iiiiiiijiii'ljiii 'iiii, Hiiii! iiiii

IiiiiiHi

. Ill

iiiiiiiiii1' Iiiii iiiii!'

illl

. !l:ili:.il!i|

Ill

Iiiii! !'i;il|i iiiii'

'Iiii' !ii!ii'i!!!i!

1 'i|!.

f Ilif!,

r *!llll

'%l||

SS

'!||i

"Iiiiiiii, ''I,

ipi!"!,. •lijll,,

if

I-,!!!'1

iiii

"ll|lljiii, ,|,l!!'iii S-*-^

4

iiiiiiiii ill Iiiiiiiiiiii! iiiiniijijliiiliiii!!!'!'

,il. .Iii'"..

iiil'ii „!'

iil|i|||

iiiiiiiiii

J',,, I! II

ill l'

l!l„, J|F

|l ,i "nl

I1

i ||F

IPi|| .,ii li

uiilHii'

li!

IP1

III

nl'

'iiiii,''iii

'lliilii'ii,

''Iiiiiiiiii.'ii fit. ''

'*.i"ii,.i

{j!!...;.; i

f

""iiiiii!'1

"Svafinsaas^1

i i

(40)

5.1 Dari Segi Kebahasaan

Bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi harus

ko

munikatif dan dapat digunakan sebagai alat berpikir produktif

(Supriyadi,

1986: 8). Bahasa yang

tidak

memenuhi

ketentuan

tersebut menunjukkan

adanya

kesalahan

dalam

pemakaiannya.

Kesalahan berbahasa tampak dalam bentuk

penyimpangan-penyim-pangan atau kejanggalan-kejanggalan penggunaannya,

baik

di

tinjau dari sistem bahasa ataupun

kebiasaan

berbahasa

yang

berlaku umum.

Adanya kesalahan berbahasa merupakan masalah yang harus

segera diatasi. Hal ini dapat dilakukan melalui analisis ke

salahan penggunaan bahasa. Hasil analisis terhadap penggunaan

bahasa Indonesia dalam soal EBTANAS

1994

menunjukkan

bahwa

masih banyak terdapat kesalahan penggunaan bahasa

Indonesia.

Kesalahan dijumpai dalam bidang (1) penggunaan

kalimat,

(2)

penggunaan kata, (3) penggunaan gaya dan nada, dan (4)

peng

gunaan ejaan. Akibatnya,

bahasa soal tidak berfungsi

sebagai

alat komunikasi

yang

baik

sebagaimana

tersebut

di

atas.

Berikut ini akan dibahas satu per satu bidang kesalahan

ter

sebut di atas.

(41)

186

5.1.1 Penggunaan Kalimat

Kalimat dalam soal

merupakan

suatu

bentuk

pernyataan

yang disusun oleh penulis

soal.

Pernyataan

itu

mengandung

permasalahan yang ingin ditanyakan

kepada

siswa

yang

akan

mengerjakan soal itu. Agar pernyataan itu dapat dikomunikasi

kan dengan tepat kepada siswa, maka perlu

digunakan

kalimat

efektif karena dengan kalimat efektif dapat menyampaikan

ke

san sama seperti yang

dimaksudkan

oleh

penulisnya

(Keraf,

1980: 36).

Untuk menyusun sebuah kalimat

yang

efektif

diperlukan

lima persyaratan utama, yaitu

adanya kesatuan gagasan,

kese-padanan dan kekompakan, penekanan terhadap ide pokok, keseja

jaran bentuk,

dan

kevariaaian bentuk pernyataan aoal.

Kelima

hal itulah yang harus diterapkan dalam kalimat sehingga kali

mat soal itu komunikatif.

Hasil analisis terhadap soal

EBTANAS

1994

menunjukkan

bahwa masih ditemukan berbagai kasalahan dalam penggunaan ka

limat. Kesalahan yang dimaksud terjadi pada

bidang

kesatuan

gagasan, kesejajaran bentuk

dan

penekanan

inti

pernyataan

soal atau ide pokok soal.

Kesalahan bidang kesatuan gagasan

terdapat

pada

butir

soal nomor 5, 14, 15, 21, 25, 26, 27, dan 29. Kesalahan

pada

bidang kesajajaran bentuk terdapat pada butir soal

nomor

4,

7, 15, 18, 19, dan 21. Kesalahan pada bidang

penekanan

inti

pernyataan soal terdapat dalam butir soal nomor 28.

Unsur kevariasian

dalam

pernyataan

soal

agak

kurang

(42)

butir soal. Variasi soal akan lebih jelas kelihatan bila

di

tinjau dari keseluruhan butir soal yang ada. Variasi

penggu

naan bahasa Indonesia dalam soal behubungan erat dengan pene

kanan terhadap ide pokok atau inti persoalan yang

ditanyakan

dalam soal. Ide pokok biasanya ditempatkan pada

bagian

awal

kalimat soal agar pembaca dengan mudah dapat menangkap maksud

soal. Oleh karena itu, ide pokok soal tidak bisa ditukar

po-sisinya karena dapat menghilangkan maksud utama yang

diingin-kan oleh soal itu. Hal ini

sesuai

dengan

yang

dikemukakan

(Keraf, 1980: 38) bahwa penekanan terhadap inti

pokok

kali

mat dapat dilakukan dengan menempatkan

bagian

yang

penting

atau ide pokok pada posisi awal kalimat. Dengan demikian, je

laslah bahwa unsur kevariasian dalam soal ujian

sangat

ber

kaitan erat dengan penekanan terhadap

persoalan

pokok

yang

ditanyakan dalam soal.

Ditinjau dari segi jenis kalimat

yang

digunakan

dalam

soal tampak bervariasi. Kalimat yang digunakan

pada

umumnya

kalimat tunggal dan kalimat majemuk.

Kalimat

majemuk

lebih

banyak digunakan pada soal esai, seperti pada soal

nomor

27

dan nomor 28.

5.1.2 Penggunaan Kata

Kata yang digunakan dalam penulisan

EBTANAS

1994

pada

umumnya kata-kata baku. Dalam penggunaannya tidak banyak ter

jadi kesalahan. Menurut hasil penilaian pakar bahasa dan

ha

(43)

188

penggunaan

kata.

Mengenai

ketidaktepatan

penggunaan

kata

(diksi) telah diuraikan pada bagian analisis (bab keempat).

5.1.3 Penggunaan Gaya dan Nada

Penggunaan gaya dan nada berkaitan erat

dengan

maksud

utama soal dan kelengkapan unsur-unsur pembentuk kalimat.

Ga

ya yang digunakan dalam soal ujian diharapkan dapat menunjuk

kan kejelasan penyampaian maksud soal, yaitu jelas, singkat,

tepat, dan sederhana. Demikian juga tentang

penggunaan

nada

pernyataan soal.

Gaya yang digunakan dalam soal yang dianali

sis umumnya jelas,

singkat, tepat,

dan sederhana. Sebaliknya,

tentang penggunaan nada soal,

pada umumnya bernada tanya

dan

nada perintah; hanya sedikit yang bernada berita.

Kalimat soal yang menggunakan nada berita adalah salah

satu bentuk variasi penyampaian ide

soal.

Lazimnya

kalimat

soal menggunakan nada tanya atau nada perintah. Dengan

meng

gunakan nada berita berarti kalimat soal berbentuk pernyataan

yang berisi suatu informasi tertentu dan selanjutnya ada

ba

gian yang perlu dilengkapi agar kalimat itu menjadi sempurna.

Bagian yang perlu dilengkapi itulah yang dimunculkan

sebagai

persoalan yang perlu dijawab oleh siswa. Alternatif pilihan

sudah disediakan untuk melengkapi bagian kalimat tersebut.

Setelah pernyataan digabungkan dengan salah

satu

alternatif

jawaban yang benar, maka soal itu menjadi sebuah kalimat yang

(44)

5.1.4 Penggunaan Ejaan

Ejaan

yang

digunakan

dalam

soal

adalah

Ejaan

yang

Disempurnakan dengan berpedoman pada

Buku Pedoman Umum

Ejaan

Bahasa Indonesia yang Diaempurnakan.

Hasil analisis soal EBTANAS 1994 menunjukkan bahwa masih

banyak terdapat kekeliruan dalam hal penulisan

ejaan.

Kesa

lahan penulisan

ejaan

umumnya

ditemukan

tidak

pada

soal

bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia.

Kesalahan penggunaan ejaan

bahasa

Indonesia

ditemukan

dalam bidang

penulisan huruf, penuliaan kata,

dan

penuliaan

tanda baca.

Kesalahan

yang

terjadi

pada

penulisan

huruf

terdapat pada butir soal nomor 1, 15, 16, 21, dan

22.

Kesa

lahan umumnya terjadi pada penulisan huruf kapital. Selanjut

nya, kesalahan pada penulisan kata terdapat pada

butir

soal

nomor 1, 8, 10, 17, 19, dan 28. Jenis kesalahan pada penulis

an kata umumnya terjadi pada penulisan partikel "pun", bentuk

ulang,

penulisan kata depan "di".

Dalam hal penulisan tanda baca, kesalahan banyak

dijum-pai pada penulisan tanda seru, tanda hubung, tanda koma,

dan

tanda titik dua. Kesalahan penulisan tanda baca terdapat pada

butir soal nomor 3, 13, 21, 25, 26, dan

27.

Kesalahan

yang

terdapat pada penulisan ejaan tidak begitu kentara karena ha

nya pada teknik pengetikannya. Tanda seru,

dan

tanda

titik

dua seharusnya ditulis tanpa diberi spasi dari kata yang yang

mendahuluinya, tetapi dalam penulisan soal ditulis dengan di

beri spasi. Hal ini tidak berpengaruh terhadap pemahaman mak

(45)

mak-190

na kalimat. Namun, dari segi ejaan, cara

seperti

disebutkan

di atas adalah salah.

5.2 Dari Segi Bentuk Soal

Dari segi bentuk,

soal EBTANAS terdiri atas

dua

bentuk

soal, yaitu bentuk objektif dan bentuk esai. Bentuk

objektif

yang umum digunakan adalah soal bentuk pilihan jamak

(multiple

choice).

Jumlah pilihan yang digunakan

sebanyak

5

pilihan,

sedangkan soal esai yang digunakan

berbentuk

esai

terbatas

(reatricted),

maksudnya,

jawabannya terbatas dan bisa

dibeda-kan mana jawaban yang benar dan mana jawaban yang salah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari segi penggunaan

bahasa,

soal pilihan ganda yang digunakan dalam EBTANAS

SLTA

1994 ada yang mudah, sedang, dan sukar. Soal yang sukar dise

babkan bahasa yang digunakan tidak efektif, di

samping

itu,

juga kata-kata yang digunakan tergolong

ke

dalam

kata-kata

sulit. Setelah diperbaiki kesalahan bahasa, soal

yang

memi

liki indeks tingkat kesukaran soal tergolong ke

dalam

kate

gori sukar berubah menjadi kategori sedang atau mudah.

Di samping soal objektif,

soal EBTANAS

SLTA

1994

juga

menggunakan soal esai. Pada umumnya soal esai yang

digunakan

sudah baik dan layak digunakan. Hasil

uji

cdba^gff^egSfV^an

bahwa soal esai pada kelompok kontrol dapat dij^alr

/>p &

dengan baik. Setelah diperbaiki

kesalahan bahasfli^be?j

r.4; ^ ^

lebih mudah lagi dipahami.

; r

'',,..','• -j/'

$ ,

- •'''./.-. '-"^'' 1& A'

"-•-•'' ,.'' ;'-'* .»'*. *•"

(46)

5.3 Dari Segi Keterpahaman

Hasil uji keterpahaman dengan menggunakan kata-kata sulit

yang terdapat dalam masing-masing butir soal menunjukkan bahwa

tidak semua kata dipahami dengan baik oleh siswa. Hal ini

terlihat dari kalimat yang disusun dengan menggunakan kata

tersebut tidak menunjukkan makna yang dimaksudkan oleh kali

mat soal. Misalnya butir soal nomor 1 terpahami kata atau

frase yang terdapat dalam kalimat soal, yaitu frase "politik

luar negeri yang bebas dan aktif".

Dari 120 orang siswa

yang

membuat kalimat dengan frase tersebut diperoleh nilai

rata-rata sebanyak 5,35. Bila dikonfimasikan dengan acuan yang di

gunakan, maka kata/frase tersebut tergolong terpahami oleh

siswa pada taraf cukup. Kata/frase tersebut sudah sering

di-dengar oleh siswa dan sudah dipahami maknanya. Oleh karena

itu, butir soal tersebut terpahami dengan baik dan butir soal

tersebut berada dalam ketegori mudah.

Selanjutnya, dari 120 orang siswa yang memiliki taraf

pemahaman pada tingkat cukup dengan nilai rata-rata 5,00 sam

pai dengan 5,99 hanya dicapai oleh 24,14% soal. Soal-soal

pada taraf pemahaman cukup adalah soal nomor 1, 2, 3, 4, 5,

15, dan 19. Kata-kata yang digunakan adalah politik luar

negeri yang bebas dan aktif, orde baru, didelegasikan, pelak

sanaan Repelita, pembangunan naaional, dan grafik. Pemahaman

pada taraf hampir cukup dengan konversi nilai rata-rata 4,00

sampai dengan 4,99 adalah sebanyak 24,14%. Soal-soal tersebut

adalah soal nomor 7, 8, 11, 14, 18, 26, dan 28. Kata-kata

(47)

192

integrasi, permodalan, maklumat, dan majelia umum. Selanjut

nya, pemahaman pada taraf kurang dengan konversi nilai

rata-rata 3,00 sampai dengan

3,99

adalah

sebanyak

24,14%,

yaitu pada soal nomor 9, 10, 12, 17, 24, 25, dan 29.

Kata-kata yang digunakan adalah iluatrasi, periodiaaai, turunan

pertama, akumulasi modal, kebudayaan yang berencana, Hukum

Adminiatraai Negara, dan apatride. Pemahaman pada taraf kurang

sekali dengan konversi nilai rata 2,00 sampai dengan 2,99 ha

nya satu soal, yaitu soal nomor 27 (3,45%). Kata yang

dianggap sulit adalah kata konsep nusantara. Berikutnya,

pemahaman pada taraf buruk dengan konversi nilai rata-rata

1,00 sampai dengan 1,99 adalah 5 soal (17,24%), yaitu soal

nomor 6, 13, 16, 22, dan 23. Kata-kata yang digunakan adalah

alogami, konverai, degreaif, konaervatif, dan konsumerisme.

Pemahaman pada taraf buruk sekali dengan nilai rata-rata yang

diperoleh di bawah satu adalah 2 soal (6,90%), yaitu soal no

mor 20 dan 21. Kata-kata yang digunakan adalah kata

verilokal dan etnoaentriame. Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa dari 29 butir soal, 7 soal terpahami pada taraf cukup,

7 soal terpahami pada taraf hampir cukup, 7 soal pada taraf kurang, dan 1 soal pada taraf kurang sekali. Pemahaman pada

taraf buruk sebanyak 5 soal dan pemahaman pada taraf buruk sekali sebanyak 2 soal.

Banyak kata tidak terpahami oleh siswa. Kata-kata itu terdapat dalam tiap soal EBTANAS 1994 yang dijadikan sampel

(48)

Kata yang tidak terpahami maknanya dan tidak mampu digunakan

dalam kalimat bahasa Indonesia umumnya kata yang diserap dari

bahasa asing. Kata yang dimaksud seperti yang terdapat dalam

soal nomor 20 dan 21, yaitu kata verilokal dan etnoaentriame.

Kedua kata ini terdapat dalam soal Tata Negara.

Kata-kata yang tidak terpahami dengan baik oleh siswa

umumnya berasal dari bahasa asing. Kata-kata tersebut ada yang sering didengar oleh siswa, tetapi mereka tidak mengeta

hui maknanya dan ada juga yang sama sekali tidak pernah

dide-ngarnya. Oleh karena kata tidak dapat dipahami oleh siswa,

maka jelaslah soal tersebut agak sukar dijawab. Meskipun pada

kenyataannya ada siswa yang mampu menjawab benar soal-soal yang disajikan. Hal itu diakibatkan oleh faktor-faktor lain di luar bahasa, yang penulis tidak menelitinya. Soal yang

terdapat kata sulit, tetapi dapat digunakan dengan tepat da

lam kalimat menunjukkan bahwa kata tersebut terpahami oleh

siswa. Dengan demikian, soal yang terdapat kata itu di dalam nya dapat dipahami dengan mudah oleh siswa. Dalam hal ini

terlihat bahwa siswa yang mampu menggunakan kata sulit yang terdapat dalam soal itu ke dalam kalimat dengan tepat, maka

soal itu pun terjawab dengan benar oleh siswa tersebut.

Cara uji keterpahaman seperti ini memiliki keterbatasan. Siswa dapat menjawab soal walaupun arti kata/istilah asing tidak diketahuinya. Apalagi pokok soal bukan menltikberatkan

(49)

194

kalimat. Beliau menegaskan bahwa Jika semua kosaka

Referensi

Dokumen terkait

Tim Independen Verifikasi Fakta/ dan Proses atas Pimpinan Nonaktif KPK Bibit Samad Rianto/ dan Chandra M Hamzah/ atau Tim Delapan/ telah menyelesaikan laporan

Suggestions were given to (1) the lecturer in that he has to give more assistance to the students in constructing the learning plan and deciding the appropriate reading material,

Jika setelah berakhirnya perjanjian kerja ke-2 ternyata PIHAK KEDUA tidak diajukan untuk pengangkatan sebagai karyawan tetap oleh PIHAK PERTAMA, maka perjanjian

Satelit buatan adalah salah satu benda luar angkasa buatan manusia yang mengorbit suatu planet yang dalam pembuatannya memiliki jenis dan fungsi tertentu dengan

Perusahaan perkebunan di Indonesia perlu memahami fenomena akresi yang terjadi pada aset biologis yang mereka miliki, khususnya tanaman tebu dan selanjutnya menetapkan

Dari beberapa fenomena yang peneliti jumpai tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kosakata dan pola kalimat yang dituturkan pada siswa di TK

Perbedaan penelitian “ Faktor Risiko Kolonisasi Streptococcus pneumoniae pada Nasofaring Balita dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)”