• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR

PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi Pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia

oleh : Edi Sutardi

0808466

JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Oleh:

Edi Sutardi

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Sosiologi Pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

©Edi Sutardi 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang.

(3)

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(4)

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

EDI SUTARDI

MOBILITAS PENDUDUK SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Prof. Dr. Gurniwan Kamil Pasya, M. Si NIP 196103231986031002

Pembimbing II

Drs. H. Wahyu Eridiana, M.Si NIP 195505051986011001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi

(5)

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SKRIPSI INI DIUJI PADA TANGGAL 14 JANUARI 2015

PANITIA UJIAN SIDANG TERDIRI ATAS : Ketua : Dekan FPIPS UPI

Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si NIP. 197008141994021001

Sekretaris : Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Siti Komariah, M.Si., Ph.D

NIP. 196804031991032002 Penguji :

Penguji I

Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si NIP. 197008141994021001

Penguji II

Dr. Elly Malihah, M.Si NIP. 196604251992032002

Penguji III

(6)

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(7)

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Pembimbing 1: Prof. Dr. Gurniwan Kamil Pasya, M. Si Pembimbing 2: Drs. H. Wahyu Eridiana, M.Si

Edi Sutardi 0808466

Penelitian ini bertemakan mobilitas sirkuler pekerja perantara (istilah yang digunakan untuk menyebut jenis pekerjaan supir) luar Pulau Jawa. Pemilihan lokasi penelitian di Pasar Induk Caringin dan Gede Bage didasarkan pada pertimbangan bahwa, kedua pasar induk Kota Bandung tersebut dalam dua dekade terakhir masih bertahan menjadi salah satu pilar ekonomi Kota Bandung. Akibatnya, gelombang gerak sirkuler melintas batas provinsi yang dilakukan para mobilisan dari luar Pulau Jawa tidak dapat dibendung. Para pekerja perantara luar pulau Jawa dengan karakteristik kedaerahannya, secara alamiah menampilkan pola adaptasi pada lingkungan barunya, yang diikuti oleh perilaku-perilaku baik positif maupun negatif dan menghadirkan pula pembentukan jaringan sosial dalam lingkup yang paling sederhana hingga jaringan sosial yang lebih kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri pola mobilitas, pola adaptasi, dan pola jaringan sosial pekerja perantara luar Pulau Jawa di Pasar Induk Kota Bandung. Lebih khususnya, subjek yang diteliti adalah pekerja perantara yang berasal dari Pulau Bali dan Sumatera. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif verifikatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara mendalam dan observasi. Metode kualitatif verifikatif dipilih karena, penelitian ini akan mendeskripsikan secara mendalam fenomena mobilitas sirkuler para pekerja perantara luar Pulau Jawa di Pasar Induk Kota Bandung, yang menitikberatkan pada eksplorasi temuan di lapangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa, pola mobilitas sirkuler pekerja perantara adalah menginap. Waktu mobilitas yang dihabiskan pekerja perantara tidak melebihi enam bulan. Pola adaptasi pekerja perantara berlangsung melalui proses internalisasi dan sosialisasi mengikuti struktur sosial masyarakat pasar. Selain itu, penelitian ini juga mengungkapkan bahwa, pola jaringan sosial pekerja perantara berlangsung dalam tingkat mikro dan meso.. Saran bagi penelitian ini adalah agar dapat dijadikan referensi untuk memperluas dan memperdalam wilayah kajian dengan tema mobilitas sirkuler.

(8)

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Abstract: Circular Mobility Workers Intermediaries Outside Java On Main Market Bandung

This research theme mobility of workers circular intermediate ( replacement term for this type of work driver ) outside Java. Selection of study sites Caringin Central Market and Gede Bage is based on the consideration that, both the main market of the city of Bandung in the past two decades remained to be one of the economic pillars of the city of Bandung. As a result, the circular waves across provincial boundaries conducted by mobilisan from outside Java can not be dammed. Workers intermediaries outside Java with locally characteristics, naturally show a pattern of adaptation to the new environment, which is followed by the behaviors of both positive and negative and also brings social networking within the scope of the simplest to the more complex social networks. This study aims to explore patterns of mobility, adaptation pattern, and the pattern of trade intermediaries social network outside of Java on Main Market Bandung. More specifically, the subject under study is the intermediary workers comes from the island of Bali and Sumatra. This study used a qualitative method verification. Data collection techniques in this study using in-depth interviews and observation. Verification of qualitative methods chosen for this study will describe in depth the phenomenon of circular mobility of workers intermediaries outside Java on Bandung Main Market, which focuses on the exploration of the findings in the field. The results showed that, the pattern of circular mobility intermediary workers are staying. The time spent on labor mobility intermediary does not exceed six months. The pattern adaptation takes place through the intermediary workers internalization and socialization processes follow social structure market. In addition , this study also revealed that , the pattern of social networking takes place in the intermediate worker micro and meso level. Suggestions for the study is for further research, this study can be used as a reference to broaden and deepen the study area with circular mobility theme .

(9)

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN. . . . . . i

ABSTRAK . . . .. . . ii

KATA PENGANTAR . . . .. . . iii

UCAPAN TERIMA KASIH . . . . . . iv

DAFTAR ISI . . . .. . . . vi

DAFTAR TABEL . . . .. . . ix

DAFTAR GAMBAR . . . ... . . .. . . x

DAFTAR LAMPIRAN . . . xi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah . . . 1

B. Rumusan Masalah . . . .. . . .. 5

C. Tujuan Penelitian . .. . . 6

D. Manfaat Penelitian . . . .. . . 6

E. Struktur Organisasi Skripsi. . . . . . . 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Mobilitas Penduduk . . . 9

B. Tahap-tahap Mobilitas Penduduk. . . 13

C. Bentuk-bentuk Mobilitas Penduduk. . . . . . 14

1. Mobilitas Penduduk Permanen………. 15

2. Mobilitas Penduduk Non permanen……….. 17

3. Perilaku Migran Non Permanen……… 20

4. Determinan Mobilitas Penduduk………... 22

D. Adaptasi. . . …………... 32

E. Jaringan Sosial………. 37

(10)

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian. . . 42

B. Metode Penelitian……… 42

C. Lokasi dan Subjek Penelitian. . . .. 44

D. Definisi Operasional……… 44

E. Informan Penelitian………. 45

F. Teknik Pengumpulan Data……….. 46

1. Wawancara. . . 47

2. Metode Observasi .. . . . . . .. 48

3. Metode Dokumenter………... 49

G. Instrumen Penelitian . . . . . . . .. . . 51

H. Teknik Analisis Data . . . . . . 51

1. Reduksi Data . . . ………… 52

2. Model Data . . . 52

3. Penarikan / Verifikasi Kesimpulan . . . 52

I. Pengujian Keabsahan Data . . . 53

1. Perpanjangan Pengamatan……….. 53

2. Ketekunan/ Keajegan Pengamatan………. 53

3. Triangulasi……….. 53

4. Member Check……….... 54

5. Kecukupan Referensi………. 54

J. Jadwal Kegiatan………... . . 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Fisik Lokasi Penelitian . . . . …. 56

1. Pasar Caringin……… 58

2. Pasar Gede Bage……… 60

B. Kondisi Sosial Daerah Penelitian . . . …... 63

(11)

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Kelompok Sosial. . . …… 68

C. Hubungan Antar Daerah. . . …. 71

1. Sarana dan Prasarana Transportasi . . . .. 71

2. Arus Komunikasi dan Informasi . . . …….. 73

D. Deskripsi Hasil Penelitian. . . .. 75

1. Kecendrungan Pola Mobilitas Pekerja Perantara di Pasar Induk Kota Bandung……….. d. Kegiatan yang Dilakukan Pekerja Perantara di Pasar Induk Kota Bandung……….. 86 2. Pola Adaptasi Pekerja Perantara di Pasar Induk Kota Bandung………. 88 3. Pola Jaringan Sosial Pekerja Perantara di Pasar Induk Kota Bandung. . . . . …………. . . 98

a. Petani/pengepul . . . 99

b. Ekspedisi Angkutan. . . . . . 102

c. Pedagang……… 105

(12)

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Kegiatan yang Dilakukan Pekerja Perantara di Pasar

Induk Kota Bandung . . . .... . . 124

2. Pola Adaptasi Pekerja Perantara di Pasar Induk Kota Bandung . . . 128

3. Pola Jaringan Sosial Pekerja Perantara di Pasar Induk Kota Bandung……….. 146

a. Tingkat Jaringan Mikro……….. 148

b. Tingkat Jaringan Meso………... 156

4. Implikasi Kajian Mobilitas Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi……… 160

a. Materi Pembelajaran Sosiologi……….. 162

b. Model Pembelajaran………... 162

c. Evaluasi Pembelajaran………... 164

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan . . . 166

B. Saran . . . ….. 167

DAFTAR PUSTAKA. . . .. . . .. 169

(13)

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perekonomian Kota Bandung mengalami suatu perkembangan pesat sejak

pertengahan abad ke-19. Subekti dkk. (2011, hlm. 117-118) menyatakan

bahwa,“… hal itu terutama terjadi setelah keluarnya Undang-undang Agraria

(Agrarischwet) tahun 1870 dan Reorganisasi Priangan (Priangan Reorganisatie)

pada tahun 1871.” Terbitnya Undang-undang Agraria mendorong banyak

pengusaha Eropa berinisiatif membuka perkebunan kina, karet, dan teh.

Kegiatan utama yang menandai perkembangan pesat ekonomi Kota

Bandung adalah berdirinya Pasar Baru sebagai pasar induk. Pada waktu yang

bersamaan, sektor perdagangan juga mengalami perkembangan yang relatif

signifikan. Hal itu ditunjukan dengan bertambahnya jumlah dan jenis toko di

sekitar alun-alun dan jalan Braga. Perkembangan ini secara umum ditunjang oleh

keberadaan sarana transportasi yang baik sehingga barang dari desa ke kota jadi

lebih mudah dipasarkan. Sektor perdagangan pasar disokong oleh aktor-aktor

yang bertindak sebagai konsumen, produsen, pedagang, hingga pekerja perantara

yang memiliki peran menghubungkan antara petani dengan pedagang. Aktor-aktor

tersebut saling berinteraksi berdasarkan orientasi ekonomi untuk memenuhi

struktur kebutuhannya. Dalam kerangka pemenuhan struktur kebutuhannya

tersebut, para aktor yang terlibat dalam interaksi di pasar dibatasi oleh nilai-nilai

yang mengatur dan mengelola orientasinya sebagai mekanisme untuk menjaga

suatu keseimbangan kehidupan sosial masyarakat pasar.

Pasar induk merupakan wadah bagi interaksi sosial dan ekonomi

masyarakat yang berasal dari ragam struktur sosial masyarakat. Fungsi tersebut

telah ada sejak dahulu dan masih bertahan hingga kini. Meskipun dalam

kenyataannya, fungsi tersebut mulai jauh berkurang. Hal itu disebabkan pasar

induk tidak mampu bertransformasi secara cepat mengikuti perubahan masyarakat.

(14)

2

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

merebut sebagian pangsa pasar induk. Namun, pasar induk masih menjadi salah

satu pilar potensial yang menyokong keberlangsungan ekonomi suatu perkotaan.

Paling kentara, daya tarik pasar induk dapat mengakibatkan gerak penduduk yang

cukup signifikan. Dinamika pasar induk menumbuhkan harapan perbaikan

ekonomi bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya. Keberhasilan yang dicapai

oleh pihak yang lebih awal berkegiatan di pasar, memantik orang-orang terdekat

mengikuti jejak untuk bekerja di lahan yang sama. Kecenderungan yang terjadi,

orang-orang yang lebih awal bekerja di pasar, menjadi penyampai informasi

kepada sanak-saudara dari tempat asal. Jika informasi yang diterima oleh anggota

sanak-saudara negatif, hal tersebut dapat mengurungkan niat seseorang untuk

melakukan mobilitas. Sebaliknya, jika informasi yang diterima oleh orang-orang

di daerah asal baik, kecenderungannya, penerima informasi tersebut besar

kemungkinan akan melakukan gerak penduduk ke daerah tujuan. Namun, resiko

negatif tidak selamanya menjadi hambatan utama bagi para mobilisan untuk tetap

melakukan mobilitas ke Kota Bandung. Struktur kebutuhan seorang mobilisan

akan mendorong suatu upaya pemenuhan kebutuhan yang besar pula.

Pasar Baru yang pada awalnya merupakan pasar induk berubah menjadi

tempat perbelajaan modern dengan konsentrasi dan orientasi yang telah jauh

bergeser. Sebagai gantinya, pasar induk beralih ke Pasar Ciroyom dan pada

perkembangan terakhir, pasar induk kembali berpindah ke Pasar Caringin dan

Pasar Gede Bage. Pasar Induk Caringin mulai berkembang pada akhir dekade

delapan puluhan, dan mulai beroperasi secara maksimal pada awal tahun 1990.

Sedangkan Pasar Induk Gede Bage keberadaannya relatif lebih awal. Kedua pasar

induk tersebut memiliki fungsi sebagai penyokong ekonomi Kotamadya Bandung.

Ciri utama dari pasar induk adalah, peran distribusi komoditas yang akan

diperjualbelikan kembali di pasar-pasar antar kota hingga melintas batas provinsi.

Komoditas yang diperjualbelikan di Pasar Induk Kota Bandung sangat bervariasi,

dari komoditas hasil alam hingga barang-barang kelontongan. Sokongan distribusi

komoditas barang-barang dari luar Kota Bandung tersebut, memiliki alur yang

(15)

3

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kebutuhan barang dan jasa yang lalu-lalang di pasar tidak hanya disokong

oleh warga pribumi yang memiliki hunian dekat wilayah pasar. Ragam barang dan

jasa yang tiba ke pasar, pada awalnya merupakan hasil pendistribusian dari

wilayah lain yang relatif berdekatan dengan keberadaan pasar. Namun, dalam

perkembangannya, distribusi barang dan jasa mengalami suatu persilangan antar

wilayah yang lebih luas. Secara alamiah, kegiatan tersebut akan diikuti oleh gerak

penduduk ke pasar. Arus penduduk ini menyebar sesuai dengan orientasi

masing-masing mobilisan dan memiliki bentuk yang beragam. Ragam barang yang

didistribusikan dari wilayah lain ke pasar induk dan implikasinya pada ragam

aktor sosial yang berkegiatan di pasar dengan intensitas waktu yang berbeda-beda,

menandai suatu peralihan corak pekerjaan yang semakin kompleks.

Durkheim (dalam Ritzer, 2012, hlm. 144) menguraikan bahwa,

kompleksitas pekerjaan menandai peralihan masyarakat dari sistem tradisional

menjadi modern. Kompleksitas corak pekerjaan yang dicirikan dengan pembagian

kerja, menurut Durkheim, menunjukan distingsi antara dua tipe solidaritas—

mekanis dan organik. Solidaritas mekanis ditandai dengan ikatan-ikatan sosial

yang kuat. Pembagian kerja pada solidaritas ini belum menunjukan kekompleksan,

sedangkan solidaritas organik menunjukan hal sebaliknya.

Penelitian ini akan difokuskan pada sektor pekerja perantara luar Pulau

Jawa, yang dalam penelitian ini merujuk pada jenis pekerjaan pengemudi truk

dengan peran mengantarkan barang dari luar Pulau Jawa menuju Pasar Induk

Kota Bandung. Dalam bahasa yang lebih sederhana, pekerja perantara merupakan

istilah pengganti dari supir. Berdasarkan penelitian di lapangan, peneliti

menemukan beberapa permasalahan yang menjadi alasan penelitian ini dilakukan.

Beberapa di antaranya dapat diuraikan sebagai berikut.

Pekerja perantara merupakan salah satu aktor yang memiliki intensitas

tinggi dalam melakukan pekerjaannya. Fungsi utamanya sebagai pengantar barang

bagi pedagang yang berjualan di Pasar Induk Kota Bandung, menyebabkan

(16)

4

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilakukan oleh pekerja perantara memiliki kecendrungan tidak permanen, dengan

ciri sirkulasi yang berjalan sangat cepat.

Mobilitas sirkuler pekerja perantara secara umum diawali oleh penjajakan

terhadap daerah tujuan melalui adaptasi dengan lingkungan baru. Adaptasi

merupakan mekanisme awal yang dilakukan pekerja perantara untuk

memudahkannya dalam menjalani pekerjaannya. Daerah asal pekerja perantara

yang sangat beragam, mengakibatkan terjadinya rintangan-rintangan dalam

membangun komunikasi dengan komunitas Pasar Induk Kota Bandung. Sebagai

konsekuensinya, perkembangan adaptasi ini menimbulkan dampak negatif dan

positif terhadap kehidupan di Pasar Induk Kota Bandung.

Fungsi adaptasi dalam kerangka teori Parsons (dalam Ritzer, 2012, hlm.

409) diartikan sebagai „suatu sistem yang harus mengatasi kebutuhan mendesak

yang bersifat situasional eksternal‟. Sistem itu harus beradaptasi dengan

lingkungannya dan mengadaptasikan lingkungan dengan

kebutuhan-kebutuhannya.

Adaptasi pekerja perantara tidak hanya berorientasi pada lingkungan kecil

yang menghubungkan antara pekerja perantara dengan pemasok barang dan

pedagang asal tujuan, tetapi dengan suatu struktur sosial pasar yang lebih

kompleks. Adaptasi yang baik akan mengarahkan para pekerja perantara pada

tujuan yang ingin dicapainya. Jika tujuan telah tercapai, kewajiban pekerja

perantara adalah bagaimana memelihara hubungan baik dengan aktor-aktor sosial

yang terlibat kerja sama dengannya. Daya adaptasi ini dalam perkembangannya

mampu mendorong suatu transformasi kebiasaan-kebiasaan dan dinamika

ekonomi baru bagi pasar. Daya adaptasi tidak hanya dibutuhkan dalam upaya

menyesuaikan diri secara fisik dan mental, tetapi pekerja perantara juga harus

dapat beradaptasi dengan organisasi dan alur transaksi perdagangan yang berlaku

di Pasar Induk Kota Bandung. Adaptasi pekerja perantara tidak selamanya

menunjukan suatu perkembangan positif. Dalam beberapa hal adaptasi pekerja

perantara ini menunjukan suatu penyimpangan. Karena itu, pekerja perantara akan

(17)

5

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam struktur sosial masyarakat agar kepentingan struktur kebutuhannya dapat

terus terpennuhi.

Tahap lanjutan dari proses adaptasi adalah terbentuknya jaringan sosial.

Jaringan sosial merupakan relasi sosial yang terbentuk dari pola interaksi individu

dan invidu dan antar invidu dengan kelompok. Jaringan sosial pekerja perantara

merupakan konsekuensi logis dari tingkat derajat kepercayaan yang didapat oleh

pengguna jasa pekerja perantara yang dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Jaringan sosial pekerja perantara bergerak dalam interaksi yang paling sederhana

menuju tahap interaksi yang lebih kompleks. Hal ini menunjukan perluasan

interaksi sosial yang menjadi simpul terbentuknya ikatan antara pekerja perantara

dengan aktor-aktor sosial lainnya di pasar. Dalam jaringan sosial, pekerja

perantara melakukan mekanisme yang sama dengan apa yang mereka lakukan

ketika mereka beradaptasi. Pekerja perantara akan menginternalisasi diri dan

disosialisasikan oleh kelompoknya masing-masing terhadap nilai-nilai yang

berlaku dalam lingkungan relasi sosialnya.

Mobilitas penduduk merupakan fenomena sosial yang terus berkembang

dalam pergulatan masyarakat kontemporer. Dinamikanya akan selalu berjalan

sejalan dengan sejarah perkembangan umat manusia. Karena itu, mobilitas

penduduk sudah lama menjadi kajian yang masif dari beragam disiplin ilmu.

Salah satu disiplin ilmu yang intens mengkaji fenomena sosial ini adalah

Sosiologi. Dalam struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), materi

mobilitas penduduk termaktub pada bab mobilitas sosial. Mobilitas penduduk

menjadi salah satu variabel yang menjadi sebab terjadinya perubahan status dan

peran seseorang. Mobilitas penduduk dalam konteks variabel perubah status dan

peran dikenal dengan istilah mobilitas geografis. Hal itu berarti, mobilitas

penduduk terjadi dalam suatu proses gerak melintas batas wilayah.

Berdasarkan beberapa temuan tersebut, penelitian ini akan mencoba untuk

menelusuri serta mendeskripsikan pola mobilitas sirkuler pekerja perantara,

pola-pola adaptasi, pola-pola jaringan sosial, serta implikasinya terhadap materi pelajaran

(18)

6

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari uraian latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

kajian dengan judul penelitian, “Mobilitas Sirkuler Pekerja Perantara Luar Pulau Jawa di Pasar Induk Kota Bandung”.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dari penelitian ini

dapat dirinci dengan pertanyaan seperti berikut ini:

1. Bagaimanakah kecendrungan pola mobilitas sirkuler pekerja perantara di

Pasar Induk Kota Bandung?

2. Bagaimanakah pola adaptasi pekerja perantara di Pasar Induk Kota Bandung?

3. Bagaimanakah pola jaringan sosial pekerja perantara di Pasar Induk Kota

Bandung?

4. Apa implikasi kajian mobilitas pekerja perantara terhadap mata pelajaran

Sosiologi?

D. Tujuan Penelitian 1. Umum

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

kecendrungan pola mobilitas, pola adaptasi, jaringan sosial, dan implikasi kajian

mobilitas perantara terhadap mata pelajaran Sosiologi.

2. Khusus

Tujuan umum tersebut dapat dijabarkan ke dalam beberapa tujuan khusus

yaitu sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan kecenderungan pola mobilitas sirkuler pekerja perantara di

Pasar Induk Kota Bandung.

2. Mendeskripsikan pola adaptasi pekerja perantara di Pasar Induk Kota

Bandung.

3. Mendeskripsikan pola jaringan sosial pekerja perantara di Pasar Induk Kota

(19)

7

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Mendeskripsikan implikasi kajian mobilitas pekerja perantara terhadap mata

pelajaran Sosiologi.

E. Manfaat Penelitian 1. Teoretis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengetahui mengenai

kecendrungan pola mobilitas perantara, pola adaptasi, jaringan sosial, dan

implikasi kajian terhadap mata pelajaran Sosiologi. Penelitian mengenai tema ini

masih sangat minim, untuk itu, penelitian ini merupakan suatu upaya untuk

mengisi kekosongan penteorian dan kajian mengenai tema yang diangkat pada

penelitian ini.

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan bisa menjadi titik tolak

penelitian lanjutan yang dapat dimanfaatkan sebagai seumber pemahaman akan

gambaran kecendrungan pola mobilitas, pola adaptasi, jaringan sosial, dan

implikasi kajian mobilitas perantara terhadap mata pelajaran Sosiologi.

2. Praktis

1. Untuk manfaat keilmuan, penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber

referensi bagi mahasiswa Pendidikan Sosiologi dan akademisi yang

memfokuskan untuk meneliti kecenderungan pola mobilitas perantara, pola

adaptasi, jaringan sosial, dan implikasi kajian terhadap mata pelajaran

Sosiologi.

2. Untuk manfaat kelembagaan, penelitian ini diharapkan bisa menjadi pionir

sekaligus memperkaya hasil penelitian ihwal kecendrungan pola mobilitas

perantara, pola adaptasi, jaringan sosial, dan implikasi kajian terhadap mata

pelajaran Sosiologi.

3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan bisa memperkaya pengetahuan dan

wawasan.

4. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu mengungkap gambaran

(20)

8

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

implikasi kajian terhadap mata pelajaran Sosiologi, yang bisa dijadikan

cerminan dalam menapaki pergulatan kehidupan dalam komunitas masyarakat

kontemporer.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Penelitian ini terdiri dari beberapa bab yang disusun secara bertahap,

struktur organisasi skripsi ini di antaranya:

1. Bab I, merupakan pendahuluan yang meliputi bagian latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi

skripsi dari penelitian.

2. Bab II, merupakan pengembangan dari landasan teori yang berhubungan

dengan permasalahan yang dikaji.

3. Bab III, merupakan bab yang mengkaji tentang metode penelitian yang

digunakan oleh peneliti, di dalamnya meliputi pendekatan penelitian, metode

penelitian, lokasi dan subjek penelitian, informan penelitian, analisis data, uji

keabsahan data, dan rancangan laporan penelitian.

4. Bab IV, merupakan bab yang mengkaji hasil penelitian dan menganalisis data

yang telah ditemukan.

5. Bab V, merupakan bab terakhir yang berisi simpulan dan saran-saran dari hasil

(21)

9

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

(22)

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian merepresentasikan pendekatan, tipe, dan jenis penelitian.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Penggunaan pendekatan kualitatif dalam kajian ini didasari oleh relevansi

pendekatan dengan fokus dan konsistensi dalam menafsir fenomena-fenomena

sosial yang ada dan terus berkembang dalam masyarakat.

Moleong (2013, hlm. 6) mengemukakan bahwa:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah

Hal itu sejalan dengan yang diuraikan oleh Iskandar (2008, hlm. 187) yang

menyatakan bahwa:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berpegang kepada paradigma naturalistik dan fenomenologi. Ini karena penelitian kualitatif senantiasa dilakukan dalam setting alamiah terhadap suatu fenomena. Selain itu, penelitian kualitatif juga sebenarnya menggunakan beberapa teknik pengumpulan data untuk menggambarkan suatu fenomena.

Dari dua pengertian tersebut dapat ditarik garis besar bahwa, pendekatan kualitatif

sangat relevan digunakan untuk mengkaji fenomena-fenomena sosial yang terjadi

di masyarakat, dengan pendekatan yang menyeluruh dan mendalam. Pendekatan

kualitatif dalam penelitian ini akan menghasilkan deskripsi yang diharapkan dapat

menggambarkan secara holistik dan empirik mengenai pola mobilitas, pola

adaptasi, pola jaringan sosial pekerja perantara luar Pulau Jawa di Pasar Induk

Kota Bandung, serta implikasinya terhadap mata pelajaran Sosiologi.

B. Metode Penelitian

Titik tolak penelitian kualitatif bertumpu pada realitas dan fenomena sosial

(23)

43

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian ini adalah untuk menguji keabsahan data. Metode penelitian dalam

penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif verifikatif. Bungin

(2012, hlm. 70) menyatakan bahwa:

Metode penelitian kualitatif verifikatif merupakan sebuah upaya pendekatan induktif terhadap seluruh proses penelitian yang akan dilakukan karena itu format desain penelitiannya secara total berbeda dengan format deskriptif kualitatif. Format ini lebih banyak mengkonstruksi format penelitian dan strategi memperoleh data di lapangan, sehingga format penelitiannya menganut model induktif. Namun dalam hal memperlakukan teori, format kualitatif verifikatif lebih longgar dalam arti tetap terbuka pada teori, pengetahuan tentang data dan tidak mengharuskan peneliti menggunakan “kacamata” kuda.

Pemilihan metode ini dikarenakan memiliki keunggulan dalam upayanya untuk

mengungkapkan makna yang ada di balik data yang tampak. Selain itu, metode ini

juga memiliki keunggulan dalam menafsir makna yang tak nampak dalam sebuah

realitas. Titik tolak penelitian kualitatif verifikatif adalah fenomenologi dan

pendukung post-positivisme. Seperti yang diungkapkan oleh Bungin (2012, hlm.

71) yang menyatakan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan penelitian

kualitatif verifikatif sangat cocok untuk pendekatan kualitatif, di antaranya:

a. Secara ontologis, postpositivisme bersifat critical realism yang memandang realitas sosial memang ada dalam kenyataan sesuai dengan hukum alam, tetapi suatu hal yang mustahil apabila suatu realitas sosial dapat dilihat secara benar oleh manusia.

b. Secara metodologis, pendekatan eksperimental melalui observasi tidaklah cukup untuk menemukan “kebenaran data”, tetapi harus menggunakan metode triangulasi, yaitu penggunaan bermacam-macam sumber data, peneliti, dan teori.

c. Secara epistemologis hubungan antara pengamat atau peneliti dengan objek atau realitas sosial yang diteliti tidaklah bisa dipisahkan, seperti yang diusulkan oleh positivisme.

Proposisi kualitatif verifikatif seperti yang diungkapkan oleh Bungin tersebut,

sangat relevan diterapkan pada tema yang dipilih oleh peneliti. Untuk memaknai

suatu feomena sosial gerak penduduk non-permanen pekerja perantara, diperlukan

suatu pendekatan yang bersentuhan langsung dengan objek yang diteliti ketika

(24)

44

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

merepresentasikan suatu gambaran utuh mengenai detail-detail yang cukup sulit

digambarkan dengan data-data kuantitatif.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah Pasar Induk Caringin dan Pasar Induk

Gedebage yang secara administratif merupakan wilayah Kotamadya Bandung.

Alasan memilih kedua tempat tersebut karena pasar induk Kota Bandung

memberikan kontribusi besar bagi perkembangan kehidupan sosial dan ekonomi

perkotaan. Sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang dapat

menjadi sumber informasi bagi peneliti. Secara eksplisit subjek dalam penelitian

ini adalah para pengurus pasar, tim ekspedisi, dan pekerja perantara.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional atau penjelasan istilah dalam penelitian ini digunakan

untuk memberikan deskripsi yang jelas mengenai variabel-variabel penelitian

untuk menghindari kerancuan dan pengertian yang salah. Definisi operasional

tersebut merujuk pada dua istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini.

Namun, secara kepustakaan, variabel mobilitas sirkuler telah mendapat penteorian

yang cukup banyak pada bagian tinjauan pustaka. Maka, dalam definisi

operasional ini, peneliti akan memberikan penekanan pada pengetian variabel

pekerja perantara yang diperoleh dari hasil wawancara dengan beberapa subjek

penelitian.

Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008, hlm. 751), pekerja didefinisikan sebagai, “orang yang bekerja; orang yang makan upah; buruh.” Sedangkan menurut Mustofa (2008, hlm. 236), pekerja didefinisikan sebagai:

Tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja pada pengusaha dengan menerima upah. Atau tenaga kerja yang bekerja dengan menerima upah atau gaji atau penghasilan alam atau penghasilan lain, baik berupa uang, maupun barang.

Dari dua pengertian tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa, pekerja adalah

(25)

45

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membangun hubungan bersifat ekonomi dengan aktor sosial lainnya yang

digunakannya untuk memperoleh nilai lebih. Dalam bahasa yang lebih

operasional, nilai lebih tersebut merupakan upah atau gaji yang diperoleh oleh

seorang pekerja ketika sumber dayanya telah memenuhi struktur kebutuhan aktor

sosial lainnya yang menggunakan sumber daya pekerja tersebut.

Sedangkan perantara menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008, hlm. 75), perantara didefinisikan sebagai, “1. (orang, negara, dan sebagainya) yang menjadi penengah (dalam perselisihan, perbantahan, dan sebagainya) atau penghubung (dalam perundingan); 2. Makelar; calo (dalam jual beli, dan sebagainya).”

Dari uraian tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa, perantara adalah

subjek penghubung antara satu aktor, dapat berupa subjek pribadi atau institusi

yang memiliki kepentingan tertentu dan memiliki kemampuan menggunakan

sumber daya manusianya untuk menengahi atau menyelesaikan satu persoalan,

baik berupa persoalan bersifat politik atau ekonomi.

Berdasarkan pengertian tersebut, pekerja perantara dalam penelitian ini

digunakan oleh peneliti merujuk pada aktor sosial yang memiliki peran sebagai

penghubung antara petani, pedagang, dan aktor sosial lainnya yang menggunakan

sumber dayanya untuk menyampaikan barang atau komoditas pada daerah tujuan

tertentu. Pekerja perantara merupakan istilah pengganti dari supir, yang diperoleh

peneliti setelah melakukan wawancara dengan beberapa informan.

E. Informan Penelitian

Informan penelitian merupakan sumber informasi yang memuat data yang

diperlukan dalam menguraikan dan menafsir fenomena-fenomena objek yang

diteliti. Iskandar (2008, hlm. 213) mengemukakan bahwa:

(26)

46

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam menentukan informan, Bungin (2012, hlm. 107) mendikotomikan tiga

prosedur, di antaranya:

a. Prosedur purposif

Adalah salah satu strategi menentukan informan yang paling umum di dalam penelitian kualitatif, yaitu menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu. Contoh dari penggunaan prosedur purposif ini adalah antara lain dengan menggunakan key person. Ukuran sampel purposif sering kali ditentukan atas dasar teori kejenuhan (titik di dalam pengumpulan data saat data baru tidak lagi membawa wawasan tambahan untuk pertanyaan penelitian)

b. Prosedur kuota

Dalam prosedur kuota, peneliti memutuskan saat merancang penelitian, berapa banyak orang dengan karakteristik yang diinginkan untuk dimasukkan sebagai informan.

c. Prosedur rantai rujukan (snowball)

Dalam prosedur ini, dengan siapa peserta atau informan pernah dikontak atau pertama kali bertemu dengan peneliti adalah penting untuk menggunakan jaringan sosial mereka untuk merujuk peneliti kepada orang lain yang berpotensi berpartisipasi atau berkontribusi dan mempelajari atau memberi informasi kepada peneliti.

Dari ketiga dikotomi tersebut, prosedur purposif yang akan dipilih oleh penulis

dalam penelitian ini. Prosedur purposif dipilih dengan alasan bahwa penguasaan

informasi dari informan secara logika, setiap tokoh-tokoh kunci yang ada dalam

proses sosial selalu menguasai informasi yang terjadi dalam proses sosial itu.

Berpijak pada asumsi di atas, prosedur purposif memberikan suatu jaminan

kognisi yang cukup memadai untuk memberikan informasi sesuai dengan objek

yang diteliti. Dikotomi antara informan pokok dan informan pangkal merupakan

pembagian bertujuan yang akan dijadikan pedoman peneliti untuk menelusuri

(27)

47

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Teknik Pengumpulan Data

Informan penelitian, pengumpulan data, dan analisis data merupakan tiga

komponen yang saling terkait sejak dimulainya penelitian hingga tahap akhir

pengolahan data. Berbeda dengan pengumpulan data penelitian kuantitatif,

pengumpulan data penelitian kualitatif tidak menggunakan instrumen baku yang

digunakan untuk mengukur variabel-variabel yang telah ditentukan. Secara

inheren, peneliti merupakan instrumen penelitian itu sendiri.

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang lazim digunakan dalam

penelitian kualitatif, seperti pengamatan, wawancara, catatan lapangan,

dokumentasi, bahan visual, dan penelusuran data online.

1. Wawancara

Moleong (2013, hlm. 186) mengemukakan bahwa “wawancara adalah

percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewawancara (interviewer) dan yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.”

Maksud dan tujuan penggunaan wawancara dalam penelitian ini seperti

yang diutarakan oleh Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2013) yaitu untuk

mengonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,

kepedulian dan lain-lain kebulatan.

Secara garis besar, Arikunto (2010, hlm. 270) mengemukakan dua macam

pedoman wawancara, di antaranya:

a. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak tergantung dari pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden. Jenis wawancara ini cocok untuk penelitian kasus.

b. Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list. Pewawancara tinggal membubuhkan tanda v (check) pada nomor yang sesuai.

(28)

48

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sedangkan Bungin (2012, hlm. 111) menyatakan ada dua metode wawancara

yang umum digunakan dalam penelitian, yaitu:

a. Metode wawancara mendalam, yang secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.

b. Metode wawancara bertahap merupakan kegiatan wawancara yang dilakukan secara bertahap dan pewawancara tidak harus terlibat dalam kehidupan sosial informan. Kehadiran pewawancara sebagai peneliti yang sedang mempelajari objek penelitian yang dapat dilakukan secara tersembunyi atau terbuka.

Skema penggunaan metode wawancara dilakukan sesuai dengan kebutuhan

penggalian informasi yang akan dilakukan oleh peneliti. Metode wawancara tidak

terstruktur digunakan untuk menggali informasi dari kalangan penting pengurus

pasar yang memiliki informasi awal mengenai seluk beluk objek yang menjadi

fokus kajian peneliti. Namun, secara keseluruhan metode wawancara yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam

dengan melibatkan diri secara penuh untuk menggali informasi, baik dengan

menggunakan pedoman wawancara atau pun tidak. Kebutuhan penggunaan

pedoman tersebut disesuaikan dengan derajat kesulitan pemerolehan informasi

dari subjek penelitian.

2. Metode Observasi

Bungin (2012, hlm. 118) menyatakan bahwa “observasi atau pengamatan

adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindera mata

sebagai alat bantu utamanya selain pancaindera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit.”

Alasan penggunaan metode observasi dalam penelitian ini karena metode

observasi mencerminkan suatu kegiatan langsung berhadapan dengan objek

penelitian. Hal itu berarti metode observasi memiliki nilai empirik dan aktualisasi

(29)

49

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Secara metodologis penggunaan pengamatan ini menurut Moleong (2013,

175) memiliki kegunaan sebagai:

Pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan para subjek pada waktu itu; pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data; pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari pihaknya maupun dari pihak subjek.

Terdapat dua metode observasi yang akan digunakan dalam penelitian ini, di

antaranya:

a. Observasi partisipasi

Menurut Bungin (2012, hlm. 119) observasi partisipasi merupakan “pengumpulan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan.” Berpijak dari definisi tersebut, peneliti akan menggali informasi dengan melakukan pengamatan secara intens

terhadap objek penelitian dengan mempertimbangkan kebutuhan

pengumpulan informasi, hal-hal apa saja yang harus diobservasi, teknik

pencatatan, pembinaan hubungan baik dengan objek, waktu, dan keluasan

objek penelitian. Melalui metode pengamatan, peneliti akan memperkaya

penafsiran objek penelitian lebih terperinci dan empirik.

b. Observasi tidak berstruktur

Observasi tidak terstruktur merupakan observasi yang mengandalkan

pengamatan peneliti secara aposteriori. Hal ini berarti peneliti mengamati

objek penelitian tanpa menggunakan panduan observasi dan literatur atau

teori yang telah ada untuk menggali informasi di lapangan.

3. Metode Dokumenter

Penggunaan metode dokumenter dalam penelitian ini didasari oleh

(30)

50

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lapangan menyebabkan metode penggalian informasi pun harus menyesuaikan

dengan kebutuhan.

Menurut Bungin (2012, hlm. 124) menyatakan bahwa “metode

dokumenter adalah suatu metode pengumpulan data yang digunakan dalam

metodologi penelitian sosial. Pada intinya metode documenter adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis.”

Sedangkan menurut Arikunto (2010, hlm. 274) mengungkapkan bahwa “metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.”

Secara substansi kedua pendapat di atas sama, bahwa metode dokumenter

merupakan penelusuran sumber informasi yang berfokus pada dokumen-dokumen

yang berupa benda mati.

Secara detail, bahan dokumenter menurut Bungin (2012, hlm. 125) terbagi

menjadi beberapa macam, di antaranya:

a. Otobiografi,

b. Surat-surat pribadi, buku-buku atau catatan harian, memorial, c. Kliping,

d. Dokumen pemerintah maupun swasta, e. Cerita roman dan cerita rakyat,

f. Data di server dan flashdisk

g. Data tersimpan di web site, dan lain-lain.

Selain macam-macam bahan documenter tersebut, Bungin (2012, hlm.126)

menguraikan lebih spesifik metode dokumenter yang dapat dibagi menjadi dua

macam seperti di bawah ini, di antaranya:

a. Dokumen pribadi, yaitu catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya. Dokumen pribadi dapat berupa buku harian, surat pribadi, dan otobiografi.

(31)

51

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari uraian tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa, metode dokumenter

merupakan metode pengumpulan data yang bersifat sebagai pendukung dalam

penelitian ini. Melalui metode dokumenter, peneliti akan menelusuri berbagai

dokumen yang menyediakan informasi mengenai objek penelitian. Hal itu perlu

dilakukan sebagai mekanisme pengakuran keakurasian antara data yang diperoleh

di lapangan dengan dokumen yang pernah ada. Sumber dokumen juga dapat

dijadikan rujukan perbandingan dinamika objek yang diteliti. Dengan begitu,

sumber dokumen keberadaannya menjadi sangat penting.

Ketiga metode pengumpulan data tersebut akan memandu peneliti

menggali dan mengeksplorasi berbagai sumber informasi yang tersedia pada

objek penelitian. Setiap metode pengumpulan data memiliki karakteristik dan

fungsi masing-masing. Namun, secara garis besar ketiga metode tersebut saling

berhubungan dan saling mendukung.

G. Instrumen Penelitian

Berbeda dengan pendekatan kuantitatif, instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif cukup kompleks. Seperti yang dikemukakan oleh Moleong

(2013, hlm.168) yang menyatakan bahwa “kedudukan peneliti dalam penelitian

kualitatif cukup rumit. Ia sekaligs merupakan perencana, pelaksana, pengumpulan

data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.” Dengan kata lain, instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri.

Lebih jauh Moleong (2013, hlm. 169) menguraikan tujuh ciri umum

manusia sebagai instrumen penelitian, di antaranya:

a. Responsif;

b. Dapat menyesuaikan diri; c. Menekankan keutuhan;

d. Mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan; e. Memproses data secepatnya;

f. Memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasi dan mengikhtisarkan; g. Memanfaatkan kesempatan untuk mencari respons yang tidak lazim dan

(32)

52

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan teknik

pengumpulan data yang peneliti gunakan. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teknik wawancara, observasi, rekaman, catatan lapangan, dan

penelusuran dokumen.

H. Teknik Analisis Data

Secara umum analisis data dalam penelitian kualitatif menggunakan

pendekatan logika induktif, dimana data-data di lapangan merupakan alur pertama

yang akan ditempuh peneliti dan diakhiri dengan kesimpulan-kesimpulan umum.

Dalam kerangka penelitian kualitatif-verifikatif, konstruksi format penelitian

dibangun dengan cara pengumpulan data lapangan sebanyak-banyaknya. Dalam

upaya untuk memperoleh data lapangan yang banyak, teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Miles dan Huberman. Miles dan

Huberman (dalam Emzir, 2012, hlm. 129) membagi teknik analisis data kualitatif

menjadi tiga kegiatan utama, di antaranya sebagai berikut :

1. Reduksi data

Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemokusan, penyederhanaan,

abstraksi, dan pentransformasian data mentah yang terjadi dalam catatan-catatan

lapangan tertulis. Reduksi data terjadi selama proses penelitian berlangsung, baik

saat proses data aktual belum dikumpulkan hingga proses pengumpulan data yang

dilakukan di lapangan. Reduksi data terjadi secara bertahap melalui tahap

membuat rangkuman, pengodean, membuat tema-tema, membuat gugus-gugus,

membuat pemisahan-pemisahan, membuat memo, hingga proses pembuatan

laporan lengkap.

2. Model data (display data)

Tahap selanjutnya dari teknik analisis data ini adalah model data, yang

dapat didefinisikan sebagai suatu kumpulan informasi yang tersusun yang

membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk

(33)

53

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

naratif. Teks naratif merepresentasikan konfigurasi-konfigurasi informasi yang

belum tersusun dengan baik. Data-data yang diperoleh masih berupa informasi

yang tidak beraturan dan memiliki dimensi yang luas. Fungsi model data adalah

mengurutkan dan menyajikan data secara terang melalui bentuk-bentuk seperti

matrik, grafik, jaringan kerja, dan bagan. Hal itu diperlukan untuk mempermudah

menampilkan data secara praktis dan efektif.

3. Penarikan/ verifikasi kesimpulan

Langkah terakhir dari proses analisis ini adalah penarikan dan verifikasi

kesimpulan. Dari permulaan data, peneliti kualitatif mulai memutuskan apakah “makna” sesuatu, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur kasual. dan proposisi-proposisi. Peneliti yang kompeten dapat

menangani kesimpulan-kesimpulan ini secara jelas, memelihara kejujuran dan

kecurigaan (skeptisisme). Penarikan kesimpulan merupakan suatu proses yang

bersifat sementara, dan akan berubah jika tidak ditemukan bukti-bukti yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan

pada tahap awal relevan dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

melakukan verifikasi di lapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel.

I. Pengujian Keabsahan Data

Moleong (2013, hlm. 326) menguraikan beberapa teknik uji keabsahan

data dalam penelitian kualitatif yang diberi nama teknik pemeriksaan sebagai

berikut, di antaranya:

1. Perpanjangan pengamatan

Teknik ini digunakan untuk meminimalisir adanya distorsi data yang bisa

diakibatkan oleh pengamat dan responden. Perpanjangan keikutsertaan menuntut

peneliti agar terjun ke lokasi dalam waktu yang cukup panjang. Perpanjangan

keikutsertaan terkait dengan bagaimana peneliti memposisikan diri pada saat akan

(34)

54

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peneliti harus bersikap profesional dan memberikan kesan yang positif terhadap

responden. Sikap yang berlebihan bisa menimbulkan responden merasa tidak

nyaman dan ketika memberikan data bisa saja keliru.

2. Ketekunan/ Keajegan pengamatan

Dalam hal ini peneliti dituntut untuk melakukan penelitian secara

mendalam. Setiap detail dicatat secara teliti, sehingga akan diperoleh data yang

berkesinambungan. Tahap ini harus dilalui oleh peneliti dengan sabar, karena bisa

saja data yang diperoleh belum mencukupi untuk dialihkan pada topik yang lain.

Sebelum peneliti memperoleh data yang cukup terhadap variabel yang diamati,

peneliti harus terus mengeksplorasinya. Artinya, ketekunan/ keajegan pengamatan

harus tuntas pada satu objek penelitian yang sedang digali.

3. Triangulasi

Tringulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2013, hlm. 330).

Triangulasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini akan diuraikan sebagai

berikut.

Keamanan Tim Ekspedisi

Pekerja perantara non permanen

Gambar 3.1

Triangulasi sumber data

Triangulasi sumber data diaplikasikan pada subjek yang menjadi fokus penelitian.

Dalam hal ini sumber data terdiri dari pihak keamanan, tim ekspedisi, dan pekerja

perantara non permanen.

Triangulasi juga dilakukan pada teknik pengumpulan data. Secara

berturut-turut peneliti akan melakukan pengumpulan data melalui wawancara,

observasi dan dokumentasi.

(35)

55

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dokumentasi

oleh pemberi data. Mekanisme ini harus dilakukan dengan cermat oleh peneliti

untuk meminimalisir penerimaan data dari kekeliruan subjek yang diteliti.

5. Kecukupan referensi

Keabsah data hasil penelitian dapat didukung dengan memperbanyak

referensi yang dapat menguji dan mengoreksi hasil penelitian yang telah

dilakukan. Referensi dapat berasal dari orang lain maupun dari data yang

diperoleh selama masa penelitian seperti video lapangan, rekaman wawancara,

maupun catatan di lapangan. Kecukupan referensi sangat vital bagi sebuah

penelitian untuk melihat sejauh mana tema yang kita kaji berkembang.

(36)

56

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bimbingan

Skripsi

Mengumpul-

kan Data

Mengolah

Data

Menyusun

Skripsi

Sidang

Skripsi

(37)

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Secara umum mobilitas penduduk dipengaruhi oleh kekuatan sentripetal

yang mengikat seseorang untuk tinggal di daerah asal dan kekuatan sentrifugal

yang mendorong seseorang untuk meninggalkan daerah asal. Kedua kekuatan

tersebut menjadi gambaran umum yang dapat dilihat dari pola mobilitas penduduk

pada pekerja perantara di Pasar Induk Kota Bandung. Ragam daerah pekerja

perantara yang tiba ke Pasar Induk Kota Bandung menjadi suatu fenomena khas

yang menggambarkan pola adaptasi dan jaringan sosial yang dilakukannya di

daerah tujuan. Pola adaptasi dan jaringan sosial pekerja perantara menunjukan

karakteristik kelompok pekerja perantara yang memiliki perbedaan etnis dan latar

belakang budaya yang signifikan. Hal tersebut menjadi distingsi pola mobilitas

penduduk yang terjadi di Pasar Induk Kota Bandung dan daerah lainnya. Dalam

kerangka keragaman dan kekhasan pola mobilitas penduduk, adaptasi, dan

jaringan sosial pekerja perantara tersebut dapat dijadikan suatu teori yang sangat

mungkin untuk dijadikan materi dalam pembelajaran Sosiologi. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan skripsi dengan judul “Mobilitas sirkuler pekerja perantara Luar Pulau Jawa di Pasar Induk Kota Bandung” penulis akan

mengemukakan simpulan dan saran yang dapat diuraikan sebagai berikut.

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap mobilitas pekerja

perantara di Pasar Induk Kota Bandung, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

berikut.

1. Pola mobilitas sirkuler pekerja perantara di Pasar Induk Kota Bandung

adalah dengan cara menginap. Dengan rentang waktu yang digunakan

dalam sekali mobilitas antara satu minggu hingga satu bulan dan tidak

pernah melebihi waktu enam bulan. Batas administrasi provinsi menjadi

(38)

167

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Pola mobilitas sirkuler pekerja perantara didasarkan pada dua jenis

kegiatan. Mobilitas sirkuler satu kali perjalanan dan mobilitas sirkuler trip.

Mobilitas satu kali perjalanan merupakan kegiatan pekerja perantara

menuju Pasar Induk Kota Bandung. Sedangkan mobilitas sirkuler trip

merupakan perjalanan pulang-pergi pekerja perantara dari daerah asal

menuju Pasar Induk Kota Bandung dan kemudian kembali lagi ke daerah

asal.

3. Pola adaptasi para pekerja perantara berlangsung melalui mekanisme

internalisasi dan sosialisasi. Internalisasi terjadi dalam lingkungan internal

para pekerja perantara berasal, sedangkan sosialisasi berlangsung dengan

lingkungan eksternal pasar. Proses internalisasi dan sosialisasi ini

dilakukan sebagai cara untuk memenuhi struktur kebutuhan ekonominya.

4. Pola jaringan sosial pekerja perantara di Pasar Induk Kota Bandung

berlangsung dalam dua tingkat proses sosial. Pertama, jaringan sosial

mikro yang berlangsung secara individu antara pekerja perantara dengan

aktor sosial ekspedisi angkutan dan calo angkutan. Kedua, jaringan sosial

meso berlangsung dalam konteks kelompok dengan identifikasi latar

belakang etnis dan budaya yang sama. Mekanisme pembentukan jaringan

sosial sangat dipengaruhi oleh derajat kepercayaan yang berlangsung

antara aktor yang terlibat dalam suatu hubungan sosial

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai skripsi dengan

judul “Mobilitas Sirkuler Pekerja Perantara Luar Pulau Jawa di Pasar Induk Kota

Bandung”, maka penulis akan menguraikan beberapa saran sebagai berikut.

1. Banyaknya pekerja perantara yang melakukan mobilitas sirkuler ke Pasar

Induk Kota Bandung dengan cara menginap membutuhkan ruang untuk

beristirahat yang layak. Karena itu, pengelola pasar harus menyediakan

fasilitas penginapan yang terjangkau dan dapat diakses dengan mudah oleh

(39)

168

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Banyaknya truk yang tiba ke Pasar Induk Kota Bandung menyebabkan

lahan parkir di pasar tidak dapat memuat truk. Maka dari itu, pengelola

pasar harus mencari dan membuat lahan parkir baru agar sirkulasi truk

yang tiba dan keluar dari pasar lebih tertib.

3. Tidak adanya lahan rekreasi di Pasar Induk Kota Bandung menyebabkan

pekerja perantara menyalurkan kejenuhannya pada hal-hal yang negatif.

Karena itu, pengelola pasar harus mendorong terciptanya ruang rekreatif

yang dapat mendorong pekerja perantara agar berkegiatan lebih positif.

4. Sedikitnya ekspedisi angkutan yang beroperasi di Pasar Induk Kota

Bandung menyebabkan potensi ekonomi yang dapat dikelola oleh

pengelola pasar menjadi berkurang. Karena itu, pengelola harus

berinisiatif membentuk ekspedisi angkutan baru yang dapat dikelola oleh

pekerja lokal agar dapat mengorganisasikan penyediaan jasanya lebih

baik.

5. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini jadi referensi yang

dapat dikembangkan kembali dan diperluas variabel-variabel

penelitiannya. Karena penelitian ini masih memiliki kekurangan dalam

beberapa hal, maka peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan

kajian dengan tema ini untuk memperkaya dengan tilikan yang lebih

(40)

169

Edi Sutardi, 2015

MOBILITAS SIRKULER PEKERJA PERANTARA LUAR PULAU JAWA DI PASAR INDUK KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar

Tabel 3.1
Gambar 3.1 Triangulasi sumber data
Tabel 3. 2

Referensi

Dokumen terkait