• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PEWARISAN TRADISI MEMBATIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLA PEWARISAN TRADISI MEMBATIK."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PEWARISAN TRADISI MEMBATIK

(Studi Deskriptif pada Pengrajin Batik di Desa Trusmi Kabupaten Cirebon) SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Progam Studi Pendidikan Sosiologi

oleh:

Azrina Syafitri 1105942

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015

(2)

POLA PEWARISAN TRADISI MEMBATIK

(Studi Deskriptif pada Pengrajin Batik di Desa Trusmi Kabupaten Cirebon) Azrina Syafitri

1105942 ABSTRAK

Tradisi dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia sangat beragam mulai dari adat istiadat dan kebiasaan harus kita lestarikan. Salah satu tradisi yang harus dilestarikan adalah tradisi membatik. Batik di Desa Trusmi Kabupaten Cirebon merupakan warisan budaya yang sudah ada sejak zaman dahulu dari zaman Kerajaan Kanoman dan masih terjaga kelestariannya sampai saat ini. Pada umunya masyarakat Desa Trusmi bekerja sebagai pengrajin batik dan tetap mewariskan tradisi membatik kepada generasi selanjutnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui bagaimana pola pewarisan tradisi membatik (2) menggambarkan bagaimana keberhasilan pewarisan tradisi membatik (3) mengetahui hambatan dalam proses pewarisan tradisi membatik dan (4) mengetahui upaya yang dilakukan dalam melakukan proses pewarisan tradisi membatik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data yang diperoleh dari observasi, wawancara, studi dokumentasi, catatan lapangan, dan studi literatur yang dianalisis dengan cara reduksi data, analisis data, dan kesimpulan. Hasil penelitian, ditemukan bahwa pola pewarisan yang dilakukan pada umumnya dengan cara mengenalkan, mengajarkan, dan memberikan pengalaman kepada generasi selanjutnya ; keberhasilan pewarisan Desa Trusmi dapat dilihat dari banyak generasi penerus yang mau melanjutkan pewarisan tradisi membatik yang sudah ada sejak dahulu ; hambatan yang ditemukan adalah kurangnya pelatihan khusus yang diberikan oleh pemerintah kepada pengrajin batik. Temuan ini diharapkan generasi muda dan orang tua lebih peduli terhadap pewarisan tradisi membatik, dan menjadikan batik sebagai warisan yang harus tetap dilestarikan.

(3)

THE PATTERN OF INHERITANCE OF BATIK TRADITION

(Descriptive Study on Batik Craftsmen in Trusmi Village of Cirebon District) Azrina Syafitri

1105942 ABSTRACT

Tradition and culture of Indonesian people are very diverse ranging from customs and habits that need to be preserved. One of the traditions that need to be preserved is the tradition of batik. Batik in Trusmi Village of Cirebon District is a cultural heritage that has existed since ancient times from the time of The Kanoman Kingdom and still maintained continuity until today. In general, the villagers in Trusmi work as batik craftsman and still pass batik tradition to the next generation. The purposes of this research are to: (1) determine how the pattern of inheritance of batik tradition (2) describe how the success of the inheritance of batik tradition (3) identify the obstacles in the process of inheriting the batik tradition and (4) know the efforts made in the process of inheriting the batik tradition. This research uses descriptive method with qualitative approach. Data obtained from observation, interviews, documentation studies, field notes, and literature studies analyzed by means of data reduction, data analysis, and conclusions. Result of the research, it was found that the pattern of inheritance is generally done by introducing, teaching, and giving experience to the next generation; the success of inheritance in Trusmi Village can be seen from many future generations that have willing to continue the inheritance of batik tradition that has existed since ancient time; the obstacle that found in the research is the lack of specialized training provided by the government to the batik craftsmen. These findings of this research are expected to the young people and the elderly to be more concerned about the inheritance of batik tradition and making batik as a heritage that should remain preserved.

(4)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 6

1.4.2 Manfaat Praktis ... 6

1.5 Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pewarisan ... 8

2.2 Kajian Sosialisasi ... 9

2.3 Kajian Tradisi ... 16

2.4 Kajian Kebudayaan ... 18

2.5 Kajian Perubahan Sosial Budaya ... 24

2.6 Kajian Batik ... 28

2.7 Penelitian Terdahulu ... 47

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Penelitiann ... 49

(5)

3.1.2 Subjek Peneltian ... 49

3.2 Desain Penelitian ... 49

3.3 Metode dan Pendekatan Penelitian ... 50

3.4 Instrumen Penelitian ... 53

3.5 Prosedur Penelitian ... 53

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 54

3.7 Analisis Data ... 58

3.8 Keabsahan Data ... 61

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 64

4.1.1 Sejarah Kabupaten Cirebon ... 64

4.1.2 Letak Administrasi Kabupaten Cirebon ... 66

4.1.3 Kependudukan ... 67

4.2 Sejarah dan Letak Administrasi Desa Trusmi ... 68

4.3Sejarah Batik Trusmi ... 71

4.4Temuan Penelitian ... 72

4.4.1 Pola Pewarisan Tradisi Membatik ... 72

4.4.2 Keberhasilan Tradisi Membatik ... 79

4.4.3 Hambatan Dalam Proses Pewarisan Tradisi Membatik ... 82

4.4.4. Upaya Dalam Pewarisan Tradisi Membatik ... 84

4.5Pembahasan Penelitian ... 85

4.5.1 Pola Pewarisan Tradisi Membatik ... 85

4.5.2 Keberhasilan Tradisi Membatik ... 90

4.5.3 Hambatan Dalam Proses Pewarisan Tradisi Membatik ... 92

4.5.4 Upaya Dalam Pewarisan Tradisi Membatik ... 94

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 5.1Kesimpulan ... 95

5.2Implikasi Dan Rekomendasi ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 99 LAMPIRAN SK PEMBIMBING SKRIPSI ...

(6)
(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Indonesia dikenal sebagai bangsa yang memiliki ragam budaya dan tradisi. Budaya bangsa Indonesia tercermin melalui ungkapan “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Ungkapan tersebut merupakan

suatu konsep yang melandasi pola hidup dan perilaku sosial, sehingga masyarakat

Indonesia dipandang sebagai bangsa yang bermartabat, berbudi pekerti luhur,

beretika, sopan dan ramah. Karakter dan budi pekerti yang luhur ini dituntun oleh

nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi pola pewarisan

tradisi yang diwariskan oleh manusia sebelumnya yang memiliki warisan yang

harus dilestarikan. Pengertian Tradisi menurut Sztompka (2011, hlm. 69) yaitu : “Tradisi adalah keseluruhan benda material dan gagasan yang berasal dari masa lalu namun benar-benar masih ada kini, belum dihancurkan, dirusak, atau dilupakan.”

Kekayaan yang begitu banyak sayang sekali jika tidak dilestarikan dan

dikembangkan oleh generasi penerusnya sebagai bentuk wujud kepedulian

generasi muda terhadap budaya yang dimiliki. Upaya pelestarian diperlukan untuk

melindungi sejarah, sehingga generasi yang akan datang masih dapat menikmati

budaya yang ada sejak dulu. Ranjabar (2006, hlm. 23) menyatakan :

Pelestarian budaya merupakan suatu upaya untuk mempertahankan nilai-nilai warisan seni budaya dan nilai tradisional, dengan cara mengembangkan perwujudan yang bersifat dinamis, dan selektif, serta menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang selalu berubah dan berkembang.

Banyak ragam tradisi yang perlu dilestarikan oleh generasi penerus, agar

suatu tradisi tersebut tidak hilang, salah satunya adalah pewarisan tradisi

membatik. Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia yang masih ada

sampai sekarang. Batik sebagai salah satu warisan budaya nenek moyang

(8)

mode dunia. Bahkan batik mampu menjadi tren berbusana untuk masyarakat

lokal maupun dunia, semua lembaga mewajibkan seluruh pegawainya

menggunakan batik disetiap kesempatan yang ditentukan. Batik di Indonesia

sudah ada sejak kerajaan Majapahit. Pada zaman dahulu batik hanya

diperuntuhkan untuk keluarga raja-raja saja. Seiring perkembangan zaman, batik

di Indonesia pun ikut berkembang hampir ada diseluruh wilayah Indonesia.

Dalam perkembangannya batik ditiru oleh seluruh masyarakat luas dan menjadi

pekerjaan kaum wanita untuk mengisi waktu senggang.

Membatik merupakan sebuah tradisi yang diwariskan secara turun temurun,

dari generasi ke generasi. Hal ini diwujudkan sebagai salah satu bentuk

kepedulian masyarakat Indonesia terhadap produk dalam negeri yang harus tetap

dilestarikan. Dalam hal ini salah satunya yang kita kenal sebagai sentral pengrajin

batik yang ada di Jawa Barat yaitu Kota Cirebon tepatnya di Desa Trusmi yang

sudah dikenal oleh masyarakat luas sebagai pusat pengrajin batik.

Pengembangan industri batik yang dilakukan dengan mempertahankan proses

pembuatan batik secara tradisional. Upaya pengembangan industri batik ini secara

tidak langsung juga ikut mengembangkan kondisi sosial budaya di kampung batik

Desa Trusmi. Semenjak adanya kegiatan membatik tersebut, kaum wanita

khususnya ibu-ibu rumah tangga cenderung mengisi waktu luangnya untuk

membatik pada salah satu rumah pengusaha batik. Kondisi tersebut menyebabkan

hubungan kekerabatan di desa tersebut semakin kuat dan erat. Kegiatan membatik

ini juga dijadikan salah satu mata pencaharian masyarakat di Desa Trusmi.

Kebanyakan masyrakat di Desa Trusmi bekerja sebagai pengrajin batik dan

menjadi salah satu pekerjaan tetap masyarakatnya. Sehingga tidak aneh lagi jika

seluruh masyarakat di Desa Trusmi kebanyakan berpartsipasi dalam

mengembangkan industri batik.

Fenomena yang ada di Desa Trusmi, berdasarkan hasil observasi ditemukan

bahwa umumnya masyarakat di Desa Trusmi masih memegang teguh tradisi yang

sudah ada. Kegiatan membatik sampai saat ini masih terus berkembang bahkan

anak muda pun mengikuti dan menyukai kegiatan membatik. Generasi muda yang

melakukan pewarisan tradisi membatik semata-mata karena mereka menyenangi

(9)

merupakan salah satu warisan yang sudah ada sejak nenek moyangnya dahulu,

sehingga mereka mau mengembangkan pewarisan tradisi membatik ini.

Perkembangan batik Desa Trusmi mengalami perkembangan yang sangat pesat,

mulai dari model, motif, warna sampai dengan pemasarannya. Pemasaran batik

tidak hanya berpusat di Desa Trusmi saja tetapi sudah berkembang hingga seluruh

wilayah di Indonesia. Bahkan sudah merambah pasar dunia. Batik khas Cirebon

ini merupakan salah satu daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara untuk

singgah ke Kota Cirebon. Banyak pengunjung yang datang khusus untuk

berbelanja batik, karena memang kualitas batik Cirebon sudah terkenal dengan

motif yang beranekaragam dan banyak pilihan untuk semua kalangan.

Batik merupakan salah satu kesenian budaya yang bernilai tinggi yang

dimiliki oleh bangsa Indonesia, jadi dengan cara apa pun semua generasi bangsa

Indonesia wajib menjaga dan melestarikannya agar batik tidak diklaim oleh

negara lain dan juga tidak akan pernah punah meskipun adanya era globalisasi

seperti saat ini. Manfaat melestarikan batik adalah supaya para generasi muda

dapat mengetahui dan merasakan keberadaan batik di Indonesia sebagai

kebudayaan Indonesia. Batik adalah budaya yang sangat perlu untuk dilestarikan

supaya terhindar dari kepunahan dan pengklaiman dari negara lain. Banyak cara

yang dapat dilakukan sebagai upaya dalam melestarikan batik, salah satunya

adalah dengan cara menggelar kegiatan pameran batik guna menghilangkan kesan

dan anggapan batik hanya cocok dikonsumsi oleh kelompok tua dan hanya

digunakan untuk kegiatan formal.

Alasan mengapa peneliti mengambil judul “Pola Pewarisan Tradisi Membatik” karena peneliti berupaya agar pewarisan tradisi membatik tidak punah, dan tetap terjaga kelestariannya, walaupun sudah banyak generasi penerus

yang tidak memiliki keahilan sebagai pengrajin batik. Peneliti menyadari bahwa

saat ini rasa cinta kepada budaya batik ini masih minim. Selain itu batik

merupakan salah satu kekayaan Bangsa Indonesia. Peneliti juga mengharapkan

supaya batik tetap terjaga kelestariannya dan tidak pernah pudar ditelan jaman.

(10)

terwujud dalam setiap motif pada batik Kasumedangan yang banyak terinspirasi

dari lingkungan geografis daerah Sumedang, sosial ekonomi, simbol-simbol

daerah Sumedang dan benda-benda yang terdapat pada peninggalan jejak sejarah

masa-masa kerajaan Prabu Geusan Ulun. Motif-motif batik tersebut memiliki ciri

kedaerahan yang dimiliki oleh kabupaten Sumedang sehingga merupakan jejak

rekam visual kebudayaan Sumedang yang sangat bagus melalui motif-motif batik

yang tercipta. Batik Kasumedangan bisa menjadi media informasi bagi generasi

muda dan kelompok masyarakat luar Sumedang mengenai nilai-nilai luhur dalam

budaya Sumedang, sehingga dapat menjembatani pewarisan nilai-nilai luhur

budaya kepada generasi muda sekaligus sebagai pelestarian budaya itu sendiri.

Penelitian yang dilakukan oleh Aini Lolita dengan penelitian yang akan

peneliti ambil sama-sama membahas tentang Pola Pewarisan. Tapi dalam

penelitian yang akan peneliti ambil lebih membahas mengenai pewarisan tradisi

membatik yang ada di Desa Trusmi Kabupaten Cirebon. Karena peneliti

mengganggap bahwa adanya masalah yang harus diteliti dalam pewarisan tradisi

membatik, karena jika dilihat dari observasi awal yang peneliti lakukan kurangnya

minat generasi muda terhadap tradisi membatik. Jika dikaitkan dengan penelitian

terhdaulu memang sama-sama mengambil pola pewarisan dalam bidang batik.

Tetapi bedaya disini adalah jika penelitian yang dilakukan oleh Aini Lolita lebih

terhadap motif-motif batik sumedang dan ciri khasnya, sedangkan penelitian yang

akan peneliti ambil mengenai pola pewarisan tradisi membatik.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik

untuk mengetahui lebih dalam proses pola pewarisan. Karena menurut peneliti,

sangat penting mengetahui pola pewarisan dalam tradisi membatik. Dengan kita

mengetahui itu, maka kita akan berpartisipasi dalam melestarikan budaya yang

sudah dilestarikan oleh nenek moyang kita. Oleh sebab itu, peneliti akan

melakukan penelitian tersebut dengan judul : ”POLA PEWARISAN TRADISI

MEMBATIK (Studi Deskriptif pada Pengrajin Batik di Desa Trusmi Kabupaten

(11)

1.2Rumusan Masalah Penelitian

Dari Latar belakang masalah yang sudah dijabarkan di atas, maka peneliti

akan merumuskan beberapa masalah penelitian yang akan dibahas. Permasalahan pokok yang ada dalam penelitian ini adalah “bagaimana pola pewarisan tradisi membatik terhadap pengrajin Batik yang ada di Desa Trusmi Kabupaten Cirebon?” Untuk membatasi ruang lingkup penelitian peneliti akan terfokus untuk merumuskan masalah yang akan diteliti dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai

berikut :

1. Bagaimana pola atau cara yang dilakukan dalam proses pewarisan tradisi

membatik di Desa Trusmi Kabupaten Cirebon?

2. Sejauhmana keberhasilan pola pewarisan tradisi membatik di Desa Trusmi

Kabupaten Cirebon?

3. Apa saja hambatan yang ditemukan dalam proses pewarisan tradisi

membatik di Desa Trusmi Kabupaten Cirebon?

4. Upaya yang dilakukan dalam pewarisan tradisi membatik di Desa Trusmi

Kabupaten Cirebon?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan kepada rumusan masalah yang sudah dikemukakan di atas maka

tujuan dari pelaksaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah untuk

memperoleh gambaran menyeluruh tentang bagaimana pola pewarisan tradisi

membatik di Desa Trusmi Kabupaten Cirebon. Serta bagaimana proses pewarisan

tradisi membatik agar tidak pudar dan bisa diteruskan oleh generasi selanjutnya.

1.3.2 Tujuan Khusus

Dari tujuan penelitian secara umum yang sudah dipaparkan diatas, tujuan

khusus yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui bagaimana cara yang dilakukan dalam proses pewarisan

(12)

2. Menggambarkan keberhasilan pola pewarisan tradisi membatik di Desa

Trusmi Kabupaten Cirebon?

3. Mengetahui apa saja hambatan yang ditemukan dalam proses pewarisan

tradisi membatik di Desa Trusmi Kabupaten Cirebon?

4. Menjelaskan apa saja upaya yang dilakukan dalam proses pewarisan

tradisi membatik di Desa Trusmi Kabupaten Cirebon?

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang ada dalam penelitian ini diharapkan memperkaya tradisi

membatik dan mengetahui teori-teori tentang pola pewarisan dan sebagai salah

satu cara mengetahui serta menambah wawasan serta memberikan gambaran

persepsi mengenai pola-pola pewarisan tradisi membatik yang berada di Desa

Trusmi Kabupaten Cirebon baik bagi peneliti maupun bagi pihak lain. Penelitian

ini juga dapat dijadikan bahan bacaan bagi yang memerlukan sebagai bahan

pertimbangan untuk penelitian yang akan datang.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi masyarakat Cirebon, diharapkan penelitian ini menjadi salah satu

cara dan upaya melestarikan budaya membatik yang ada di Cirebon.

2. Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon, Penelitian ini sebagai salah satu

cara untuk melatih dan membina masyarakat Cirebon dalam pelestarian

tradisi membatik

3. Bagi peneliti, penelitian ini dijadikan sebagai pengalaman dan menambah

pengetahuan tentang pola pewarisan tradisi membatik di Desa Trusmi

Kabupaten Cirebon

4. Bagi Pendidikan Sosiologi, agar penelitian ini bsia dijadikan refensi ilmu

pengetahuan Tradisi Membatik.

1.5 Struktur Organisasi Skripsi

Agar penulisan skripsi ini tersusun secara sistematis, maka dari itu penulisan

(13)

Bab I Pendahluan, dalam bab ini penulis memaparkan dan menjelaskan

mengenai latar belakang masalah penelitian yang menjadi alasan peneliti untuk

melakukan penelitian ini, rumusan masalah yang dibagi menjadi beberapa

pemasalahan penelitian yang ada dilapangan, dan memfokuskan kajian penelitian

sesuai dengan permasalahan utama penelitian, tujuan penelitian dari penelitian

yang dilakukan, manfaat penelitian, serta struktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian Pustaka, dalam bab ini akan dijabarkan mengenai literatur yang

dipergunakan dalam penelitian serta dapat mendukung dalam penulisan terhadap

masalah yang diteliti. Pada bagian bab dua, mengenai penjelasan mengenai

permasalahan yang diteliti dengan mengacu pada tinjuan pustaka melalui suatu

metode studi pustaka, sehingga peneliti mengharapkan tinjauan pustaka ini bisa

menjadi bahan acuan peneliti dalam melakukan penelitian dan memperjelas isi

pembahasan yang diuraikan dalam penelitian.

Bab III Metode Penelitian, dalam bab ini dijelaskan menganai

langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan. Metode penelitian mencakup lokasi,

subjek, instrumen, dan teknik pengumpulan data. Dari semua prosedur serta

tahapan-tahapan penelitian mulai dari awal penelitian hingga penelitian berakhir

harus diuraikan secara rinci. Hal ini dilakukan untuk mempermudah peneliti

dalam mengolah dan analisis data yang diperoleh.

Bab IV Temuan Penelitian dan Pembahasan, dalam bab ini dijabarkan

mengenai pembahasan dari hasil penelitian yang didapatkan selama penelitian

berlangsung. Membahas menganai keterangan-keterangan dari data-data temuan

yang ada dilapangan. Data-data temuan yang sudah ditemukan dalam penelitian

tersebut peneliti paparkan secara deskriptif untuk memperjelas maksud dan tujuan

yang terkandung dalam data-data temuan peneliti, khususnya bagi peneliti dan

umumnya bagi pihak lain.

Bab V Simpulan, Rekomendasi dan Saran, dalam bab yang terakhir ini berisi

tentang kesimpulan dari bahasan pada bab sebelumnya dan hasil analisis yang

peneliti lakukan merupakan kesimpulan secara menyeluruh dari awal penelitian

hingga akhir yang menggambarkan bagaimana pola pewarisan tradisi membatik di

Desa Trsumi Kabupaten Cirebon berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian

(14)

49

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Lokasi dan Subjek Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitain merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam sebuah

penelitian. Penelitian yang peneliti lakukan berada di Desa Trusmi Kabupaten

Cirebon. Peneliti mengambil lokasi ini karena tetap dijadikan untuk penelitian.

Lokasi penelitian ini berkaitan dengan judul skripsi yang peneliti ambil yaitu “pola pewarisan Tradisi Membatik” karena di Desa ini banyak pengrajin Batik yang dapat dijadikan infroman.

3.1.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang

kita harapkan dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan tujuan

penelitain. Seperti dikemukakan Silalahi (2010, hlm. 250) yakni:

Subjek penelitian adalah benda, hal, atau orang yang padanya melekat data

tentang objek penelitian. Oleh karena itu, subjek penelitian memiliki kedudukan

sentral dalam penelitian karena data tentang gejala atau variabel atau masalah

yang diteliti berada pada subjek penelitian.

Subjek penelitian ini adalah sebagian dari penngrajin batik yang ada di Desa

Trusmi Kabupaten Cirebon. Peneliti mengambil subjek tersebut karena dapat

mewakili seluruh pengrajin yang ada di Desa Trusmi dalam mengumpulkan data

sehingga mempermudah mendapatkan data yang valid dan relevan.

3.2

Desain Penelitian

Menurut Nana Syaodih (2007, hlm. 52) mengemukakan bahwa :

(15)

50

Desain Penelitian

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Desain Penelitian ini dibuat berdasarkan fokus kajian yang ingin diteliti.

Dalam hal ini, peneliti ingi mengetahui bagaiaman pola pewarisan yang dilakukan

pengrajin batik di Desa Trusmi Kabupaten Cirebon. Penulis melulis fokus

penelitian, setelah itu peneliti melakukan penelitian dilapangan menggunakan

teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah wawancara, observasi dan

studi dokumentasi serta mengaitkan dengan teori yang bersangkutan mengenai

penelitian yang peneliti ambil. Setelah data diperoleh dan diolah, hasil data

tersebut dijadikan sebagai temuan penelitian yang selanjutnya dapat ditarik

kesimpulan penelitian, hingga dapat memberikan rekomendasi dan manfaat bagi

pihak-pihak terkait.

3.3 Metode dan Pendekatan Penelitian

Metodologi penelitian adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang

membicarakan/mempersoalkan mengenai cara-cara melaksanakan penelitian

(yaitu meliputi kegiatan-kegiatan mencari, mencatat, merumuskan, menganalisis,

(16)

51

sampai menyusun laporannya) berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala secara

ilmiah.

Dalam penelitain ini, peneliti menggunakan pendekatan Kualitatif, menurut

Moleong (2010 hlm. 6) menyatakan bahwa Penelitian Kulaitatif adalah:

“penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi tindakan, secara holistik dan dengan cara yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.”

Selanjutnya Cresswel (2010, hlm. 4) mengemukakan bahwa penelitian

kualitatif merupakan, “...metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami

makna oleh sejumlah induvidu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan.”

Arikunto (2009, hlm. 234) menjelaskan bahwa “penelitian deskriptif sebagai penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai

status suatu gejala yang ada yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat

penelitian dilakukan. Dengan demikian, penelitian deskriptif hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan.”

Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka

dan data-data tersebut dapat berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan,

foto, dokumen pribadi, catatan dan dokumen resmi lainnya. Dengan metode ini

maka akan dapat diperoleh informasi secara lengkap berkenaan dengan masalah

yang hendak di teliti dengan menggunakan langkah-langkah yang tepat.

Peneliti memilih pendekatan Kualitatif karena tepat dengan permasalahan

yang diteliti mengenai pola pewarisan Tradisi Membatik yang ada di Desa Trusmi

membutuhkan sejumlah data lapangan untuk mengungkap bagaimana pola

pewarisan yang Terjadi di Desa Trusmi itu sendiri. Dan memahami fenomena

yang ada dilapangan dari sudut pandang partisipan. Dimana partisipan merupakan

orang-orang yang diajak untuk mendapatkan informasi, observasi.

Moleong (2007, hlm. 7) menguraikan penelitian kualitatif dimanfaatkan

untuk keperluan:

1. Pada penelitian awal dmana subjek penelitian tidak didefinisikan secara baik dan kurang dipahami;

(17)

52

3. Memahami isu-isu rumit sesuatu proses; 4. Untuk memahami isu-isu yang sensitif; 5. Untuk keperluan evaluasi;

6. Meneliti latar belakang fenomena yang tidak dapat diteliti melalui penelitian kuantitatif;

7. Meneliti tentang hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang subjek penelitian;

8. Lebih dapat memahami setiap fenomena yang sampai sekarang belum banyak diketahui;

9. Meneliti sesuatu secara mendalam;

10. Dimanfaatkan oleh peneliti yang ingin meneliti sesuatu dari segi prosesnya.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Pemilihan metode

deskriptif ini dilakukan karena menurut peneliti metode ini tetap dengan judul

yang peneliti ajukan. Sebagaimana dikemukakan oleh Mayer dan Greenwood

(dalam Silalahi, 2010, hlm. 27) membedakan dua jenis deskriptif kualitatif dan

deskriptif kuantitatif. Seperti penjelasannya sebagai berikut:

Deskriptif kualitatif semata-mata mengacu pada identifikasi sifat-sifat yang membedakan atau karakteristik sekelompok manusia, benda atau peristiwa. Pada dasarnya, deksriptif kualitatif melibatkan proses konseptualisasi dan menghasilkan pembentukan skema-skema klasifikasi.

Peneliti menggunakan metode deskriptif ini karena peneliti bertujuan ingin

menggambarkan bagaimana pola pewarisan Tradisi Membatik yang ada di Desa

Trusmi Kabupaten Cirebon.

3.4 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif hal yang tidak ketinggalan adalah instrumen

penelitian. Menurut Moleong (2012, hlm. 163) mengemukakan bahwa : “....ciri

khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, namun peranan penelitianlah yang menentukan keseluruhan skenarionya”

Peneliti sebagai human instrument berfungsi menetapkan fokus penelitian,

memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai

kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas

temuannya (Sugiono, 2009: hlm. 306)

Menurut Suyanto dan Sutinah (2005, hlm. 186) mengemukakan :

(18)

53

Maka dari itu dalam hal ini peneliti mempunyai peranan penting dari awal

penelitian hingga akhir penelitian selesai. Sebagai instrumen peneliti melakukan

pengamatan, pengumpulan data, hingga pelaporan data akhir. Untuk memperoleh

pengumpulan data dengan cara melakukan pedoman wawancara yang disesuaikan

dengan masalah dan tujuan penelitian.

Peneliti juga berperan sebagai instrumen penelitian, sebagaimana yang

diungkapkan oleh Satori (2007, hlm. 10) bahwa :

Kategori instrumen yang baik dalam penelitian kualitatif adalah instrumen yang memiliki pemahaman yang baik akan metodologi penelitian, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun secara logistiknya.

Sebagaimana yang diungkapkan Satori bahwa peneliti harus menguasai betul

penelitian yang akan diteliti, peneliti juga harus mampu mendapatkan berbagai

informasi dan menyerap informasi, agar informasi yang diperoleh dapat dipahami.

3.5 Prosedur Penelitian

Secara menyeluruh prosedur penelitian yang akan peneliti lakukan dalam

melakukan penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu :

3.5.1 Tahap Pra Penelitian

Dalam tahap ini peneliti melakukan beberapa hal yaitu sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi masalah-masalah yang akan diteliti untuk dijadikan

sebagai usulan penelitian sementara, karena didalam penelitian pasti

sewaktu-waktu akan berubah sesuai dengan keadaan dilapangan.

2. Menentukan lokasi penelitian dengan cara mencari informasi dari pihak

yang nantinya akan menjadi informan.

3. Mengurus perizinan dari pihak Kampus UPI

4. Menyiapkan dan menyusun instrumen penelitian yang berupa pedoman

wawancara sebagai alat bantu peneliti dalam melakukan penelitian dan

mendapatkan infromasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian.

2.5.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam melakukan

sebuah penelitian, karena peneliti mulai terjun langsung ke lapangan untuk

(19)

54

Awalnya peneliti meminta izin kepada kepala Desa atau pihak yang bersangkutan

untuk dimintai informasi, peneliti mengadakan sesi wawancara terhadap informan

agar lebih mengerti maksud penjelasan dari informan tersebut. Jika pengambilan

data selesai maka peneliti membuat catatan hasil wawancara yang sudah

dilakukan untuk mendata apa saja yang penting untuk nantinya diolah dalam hasil

pedoman wawancara.

3.5.3 Pengolahan dan Analisis Data

Dalam tahap ini setelah melaksanakan penelitian secara langsung di lapangan

maka akan diperoleh data-data dari hasil penelitian yang sudah dilakukan. Peneliti

akan mengolah data yang telah didapat dalam melakukan penelitian.

3.5.4 Penyusunan Laporan

Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam melaksanakan penelitian. Dalam

tahap ini peneliti melaporkan hasil penelitiannya dengan laporan yang tersusun

secara rinci dan rapih sesuai dengan sistematka penulisan.

3.6 Teknik Pengumpulan

Sebuah penelitian tidak akan mendapatkan data yang relevan jika tidak

menggunakan teknik pengumpula data. Teknik pengumpulan data ini merupakan

tahapan yang paling penting dalam melakukan penelitian. Karena tujuan dari

sebuah penelitian adalah untuk mendapatkan data.sugiyono (2013, hlm. 225)

menyatakan bahwa :

Bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya.

3.6.1 Observasi

Nasution (1998) menyatakan bahwa :

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dpat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkn dan sering dengan bantuan alat berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan electron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.

Dengan melakukan observasi, peneliti dapat melihat secara langsung

(20)

55

Kabupaten Cirebon. Selain itu dengan adanya teknik observasi ini peneliti bisa

terjun langsung ke lapangan dalam melakukan penelitian selama penelitian

berlangsung.

3.6.2 Wawancara

Moleong (2012, hlm. 186) meyatakan bahwa :

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk

mendapatkan informasi melalui pertanyaan-pertanyaan yang sudah peneliti

ajukan. Hal ini dilakukan untuk memperjelas data yang ada dan mengungkapkan

hal-hal yang beul dilakukan, pada saat wawancara dilaksanakan dafatr pertanyaan

harus disiapkan terlebih dahulu.

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan oleh

peneiti dalam melakukan penelitian. Dalam teknik wawancara ini diharapkan

infroman dapat menjawab pertanyaan yang sudah diajukan peneliti dengan jelas

agar memudahkan proses pengolahan data.

3.6.3 Dokumentasi

Suyanto & Sutinah (2005, hlm.186) menyatakan bahwa :

Data yang diperoleh dari metode ini berupa cuplikan, kutipan, atau penggalan-penggalan dari catatan organisasi, klinis, atau program; momerendum-momerendum dan korespondensi; terbitan dan laporan resmi; buku harian pribadi; dan jawaban tertulis yang terbuka terhadap kuesioner dan survey.

Dokumentasi adalah kumpulan dari dokumen-dokumen dapat memberikan

keterangan atau bukti yang berkaitan dengan proses pengumpulan dan

pengelolaan dokumen secara sistematis serta menyebar luaskan kepada pemakai

informasi tersebut. Dokumen diperlukan untuk mengungkap peristiwa yang

terjadi dilapangan pada saat penelitian berlangsung. dokumentasi juga berupa

bukti nyata berupa tulisan, gambar-gambar untuk memudahkan peneliti dalam

(21)

56

Selanjutnya Sugiyono (2011, hlm. 329) mengemukakan bahwa dokumen

merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah

kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang

berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen

yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung,

film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode

observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen-dokumen yang

dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan focus masalah.

Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel/dapat

dipercaya jika didukung oleh sejarah pribadi kehidupan dimasa kecil, di sekolah,

di tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi. Publish autobiografi provide a

readily available source of data for the discerning qualitative research (Bogdan

dalam Sugiyono, 2011, hlm. 329). Hasil penelitian juga akan semakin kredibel

apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.

3.6.4 Studi Literatur

Studi literatur dalam sebuah penelitian untuk mendapatkan gambaran yang

menyeluruh tentang apa yang sudah dikerjakan orang lain dan bagaimana orang

mengerjakannya, kemudian seberapa berbeda penelitian yang akan kita lakukan.

Peneliti mencari sumber-sumber data yang relevan dari teknik pengolahan

data studi literaur ini. Peneliti mencoba mencari teori-teori, pengertian-pengertian,

dan uraian yang dikemukakan para ahli yang tentu saja berhubungan dengan

masalah yang peneliti ambil dalam penelitian. Sehingga studi literatur ini sangat

membantu peneliti dalam proses pengolahan data karena bersumber dan

berpegang kepada teori yang relevan.

3.6.5 Triangulasi

(22)

57

…triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Pada penelitian pola pewarisan tradisi membatik ini dalam mendapatkan data

dari pengrajin masyarakat yang ada di Desa Trusmi. Triangulasi yang digunakan

adalah triangulasi teknik dan sumber data. Seperti yang dinyatakan oleh Sugiyono (2010, hlm. 83) bahwa “triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber data

yang telah ada. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak”. Triangulasi ini dapat digunakan seperti gambar berikut :

Gambar 3.2 Triangulasi “Teknik” Pengumpulan Data

Wawancara Mendalam Observasi Partisipatif

Dokumentasi

Sumber data yang

sama

Sumber: Sugiyono (2010, hlm. 84)

(23)

58

Gambar 3.3

Triangulasi “sumber” Pengumpulan Data.

Wawancara Mendalam

Informan A

Informan B

Informan C

Berdasarkan triangulasi sumber data, pada penelitian mengenai pola

pewarisan tradisi membatik, peneliti mengadakan wawancara kepada beberapa

informan yang menurut peneliti informan tersebut berkompeten dan bisa

memberikan data dan informasi mengenai masalah yang akan sedang di teliti.

Beberapa informan tersebut adalah pengrajin batik, pengusaha batik yang ada di

Desa Trusmi Kabupaten Cirebon.

3.7 Analisis Data

Nasution (1988) menyatakan bahwa :

“Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil

penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnyasampai jika mungkin, teori yang “grounded”. Namun dalam

penelitian kualitatif analisis data lebih difokuskan selama proses

dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data”.

Dalam penelitian kualitatif ini, pada proses analisis data difokuskan selama

penelitian di lapangan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Adapun

Aktivitas dalam analisis data model interaktif Miles dan Huberman ini yaitu data

reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Miles dan

(24)

59

Gambar 3.4

Komponen dalam analisis data model interaktif (Miles dan Huberman, 1994)

Conclusion drawing/ verifying

Data display Data

Collection

Data reduction

Sumber: Sugiyono (2010, hlm.92)

Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan

conclusion drawing/verification.

Analisis data dalam penelitian kualitatif ini dimulai saat peneliti mulai

mengumpulkan data, dengan cara memilah mana data yang sesungguhnya penting

atau tidak pada saat pengumpulan data berlangsung.

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data adalah proses analisis yang dilakukan untuk menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan hasil penelitian dengan menfokuskan pada hal-hal

yang dianggap penting oleh peneliti, dengan kata lain reduksi data bertujuan untuk

memperoleh pemahaman-pemahaman terhadap data yang telah terkumpul dari

hasil catatan lapangan dengan cara merangkum mengklasifikasikan sesuai

masalah dan aspek-aspek permasalahan yang diteliti. Dalam proses mereduksi

data, peneliti dipandu oleh tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini. Apabila

(25)

60

asing, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti

dalam melakukan reduksi data. Peneliti melakukan reduksi data dengan cara

menggolongkan atau mengklasifikasikan setiap informasi-informasi atau data

yang sudah didapatkan selama proses penelitian di lapangan mengenai Pola

Pewarisan Tradisi Membatik di Desa Trusmi Kabupaten Cirebon, proses

pengklasifikasian data ini dapat berdasarkan jenisnya maupun sumber informasi

yang didapatkannya. Proses ini dilakukan karena selama dalam penelitian, peneliti

melakukan wawancara dengan beberapa informan yang memiliki pengetahuan

berbeda-beda tentang pandangannya terhadap Pola Pewarisan Tradisi Membatik

di Desa Trusmi Kabupaten Cirebon. Oleh karena itu dilakukan penggolongan

informasi atau data berdasarkan jawaban-jawaban dari informan, memilih

data yang sesuai dengan rumusan masalah penelitian, memfokuskan pada

data-data yang dianggap penting agar mendapatkan data-data sesuai dengan kebutuhan

penelitian.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi atau digolongkan, peneliti melakukan analisis dengan

cara mencari pola hubungan yang terdapat dari setiap informasi atau data yang

didapatkan selama penelitian sehingga dapat menghasilkan suatu informasi yang

utuh dan jelas mengenai Pola Pewarisan Tradisi Membatik di Desa Trusmi

Kabupaten Cirebon.

Penyajian data yang disusun secara singkat, jelas dan terperinci namun

menyeluruh dapat memudahkan dalam memahami gambaran-gambaran terhadap

aspek-aspek yang diteliti baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian.

Penyajian data selanjutnya disajikan dalam bentuk uraian atau laporan sesuai

dengan data hasil penelitian yang diperoleh mengenai Pola Pewarisan Tradisi

Membatik di Desa Trusmi Kabupaten Cirebon.

3. Conclusion Drawing/verification (verifikasi)

Langkah terakhir dai proses pengumpulan data adalah penarikan kesimpulan.

Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah dengan

mengacu kepada tujuan penelitian. Peneliti membuat kesimpulan dari berbagai

(26)

61

Pewarisan Tradisi Membatik di Desa Trusmi Kabupaten Cirebon, yang

sebelumnya telah digolongkan dan dihubungkan berdasarkan jenisnya.

Dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru

yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa diskripsi atau

gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap

sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kasual atau

interaktif, hipotesis atau teori.

3.8 Kebasahan Data

Dalam penelitian kualitatif, kriteria utama terhadap data hasil penelitian

adalah valid, reliabel, dan obyektif. Sugiyono (2011) menyebutkan bahwa Uji

keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi : Uji credibility (Validitas

internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan

confirmability (objektivitas). Hal ini dapat terlihat dalam gambar berikut ini:

Gambar 3.5

Uji Keabsahan Data dalam Penelitian Kualitatif

1. Uji Kredibilitas (Validitas Internal)

Menurut Sugiyono (2011, hlm. 364) ‘uji kredibilitas merupakan proses menguji keabsahan melalui perpanjangan proses pengamatan, peningkatan

keakuratan/ketelitian peneliti, triangulasi, diskusi teman sejawat, analisis

Uji Keabsahan Data

Uji Kredibilitas Data

Uji Transferability

Uji Dependability

(27)

62

kasus negatif dan member check’. Dalam penelitian ini uji kredibilitas

dilakukan menggunakan member check, yang ditujukan untuk menguji

kecocokan antara konsep penelitian dengan responden untuk data penelitian.

Proses member check ini dilakukan dengan merangkum data hasil eksplorasi

kemudian dilaporkan kembali pada subjek penelitian yang menjadi sumber

informasi. Tujuannya ialah untuk menghilangkan persepsi yang berbeda-beda

atas data-data yang diperoleh dalam proses penelitian.

2. Transferabilitas (Validitas Eksternal)

Cara ini adalah merupakan proses pertanggungjawaban melalui

pengaplikasian atau pengguna hasil penelitian ini dalam konteks sosial, dan

situasi lain. Sugiyono (2011, hlm. 367) menyatakan bahwa :

Uji transferabilitas menunjukkan derajat ketepatan atau dapat tidaknya diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Oleh karena itu, supaya hasil penelitian ini dapat diterapkan pada konteks dan situasi lain, maka perlu dibuatnya laporan yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.

Cara uji transferabilitas ini, bertujuan untuk mengukur sejauh mana hasil

penelitian tentang pola pewarisan tradisi membatik (studi deskriptif pada

pengrajin batik di Desa Trusmi Kabupaten Cirebon). Hal ini dilakukan

melalui analisis reflektif terhadap makna-makna esensial dan temuan-temuan

penelitian, yang didalamnya terdapat komponen pada hasil penelitian

tersebut.

3. Dependabilitas (Reliabilitas)

Uji dependabilitas ini dilakukan dengan cara menguji secara keseluruhan proses penelitian yang dilakukan. Menurut Sugiyono (2011, hlm. 377) ‘uji dependabilitas ialah pengujian reliabilitas, suatu penelitian yang reliabel

adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut’.

Cara ini dilakukan untuk memperoleh keyakinan terhadap data penelitian

yang diperoleh pada saat tahap eksplorasi. Dalam penelitian kualitatif

penggunaan dependabilitas untuk dijadikan refresentasi dari rangkaian

pencarian data yang dapat ditelusuri jejaknya untuk merefleksikan pada

(28)

63

4. Konfirmabilitas (Objektivitas)

Dalam penelitian, uji confirmability mirip dengan uji dependability sehingga

pengujiannya dapat dilakukan secara bersama-sama. (Sugiyono, 2011, hlm.

377). Uji confirmability artinya menguji hasil penelitian yang telah dilakukan.

Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan

(29)

95

BAB V

SIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI

Pada bab ini peneliti akan menarik kesimpulan, rekomendasi dan implikasi.

Kesimpulan, rekomendasi dan implikasi tersebut diperoleh dari hasil penelitian

dan observasi yang dilakukan di lapangan. Adapun kesimpulan sebagai berikut :

5.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang peneliti lakukan di lapangan dapat ditarik

kesimpulan bahwa Pola Pewarisan Tradisi Membatik ini dilakukan secara turun

temurun, dengan cara mewariskan dari gerenasi ke generasi dengan cara

mengenalkan, mengajarkan dan mencintai Batik. Dengan tiga hal tersebut

pewarisan akan terlaksana dengan baik dan tidak putus sampai generasi

selanjutnya.

Keluarga pengrajin mengajarkan tiga hal tersebut kepada keturunannya agar Batik

yang sudah dikelola secara turun temurun tidak perpindah tangan oleh orang lain,

tetapi tetap pada keturunannya sendiri, yaitu keluarga. Dalam hal ini keluarga

menjadi peran utama dalam proses pewarisan Tradisi Membatik.

Kesimpulan khusus yang dapat peneliti rumuskan dari hasil penelitian yang

telah dilakukan sebagai berikut :

1. Pola pewarisan dalam proses pewarisan tradisi membatik ini yang

dilakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi selanjutnya

dengan cara mengenalkan dan memberikan bimbingan mengenai segala

hal tentang Batik, serta mengajarkan proses membatik kepada generasi

selanjutnya. Pewarisan yang dilakukan dapat menggunakan dua cara yaitu

pewarisan dengan cara modern dan tradisional. Pewarisan yang dilakukan

secara modern dilakukan dengan pihak-pihak yang terkait organisasi atau

instansi sebagai pendukung jalannya pola pewarisan tradisi membatik

yaitu dengan diadakannya ekstrakulikuler membatik di setiap sekolah.

Sedangkan proses pewarisan secara tradisional dilakukan oleh keluarga

dengan cara mengenalkan, megenalkan dan menanamkan rasa cinta

(30)

96

2. Keberhasilan pewarisan tradisi membatik yang ada di Desa Trusmi

Kabupaten Cirebon. Sejauah ini bisa dikatakan sudah berhasil, karena

dapat dilihat dari banyaknya pengrajin muda yang mau mewariskan tradisi

membatik. Dalam hal ini pemerintah memberikan fasilitas kepada

pengrajin batik dengan dibuatkannya pasar batik Cirebon yang

diperuntuhkan untuk pengrajin kecil agar bisa mengembangkan batiknya

sendiri.

3. Hambatan dalam pewarisan tradisi membatik adalah kurangnya pelatihan

membatik yang diberikan oleh pemerintah, pemerintah memberikan

pelatihan membatik tidak secara merata, sehingga hanya beberapa pihak

saja yang mengetahui adanya pelatihan membatik yang diberikan oleh

pemerintah. Selain itu hambatan yang ditemukan adalah kurangnya

pengetahuan pengrajin batik terhadap makna batik yang dibuatnya,

sehingga pengrajin batik hanya membuat batik saja tanpa memaknai batik

yang mereka buat dan mengetahui sejarah dari motif batik tersebut.

5.2Rekomendasi dan Implikasi

Dengan melihat hasil penelitian dan analisis penelitian, maka penulis

memberikan saran dan rekomendasi, sehingga penelitian ini dapat bermanfaat

bagi pihak yang bersangkutan , adapun implikasi dan saran penulis yaitu :

5.2.1 Pengrajin Batik

Para pengrajin batik yang sudah berkecimpung didunia batik dapat

memberikan pengrahan kepada generasi muda agar pewarisan tradisi membatik

tetap bertahan dan dapat berkembang lagi dari sebelumnya. Pengrajin juga harus

bisa memaknai setiap motif batik yang akan dibuatnya, sehingga jika ditanya

sejarah motif batik kepada generasi muda pengrajin yang sudah berpengalaman

dapat memberikan informasi dan bisa menarik minat generasi muda agar menjadi

mau pengrajin batik dan melestarikan pewarisan yang sudah dititipkan oleh

(31)

97

5.2.2 Masyarakat Umum

Masyarakat perlu lebih memperdulikan lagi kebanggan yang dimiliki

daerahnya yaitu batik dengan tetap menjaga kelestariannya dan mendukung

adanya pewarisan yang dilakukan kepada keluarga yang berkecimpung di dunia

batik dengan mengenakan batik dalam setiap kesempatan yang di rasa patas untuk

menggunakan batik. Ikut mendukung kegiatan yang dilakukan dalam proses

pewarisan tradisi membatik menjadi salah satu tugas masyarakat agar dapat

melestarikan tradisi membatik.

5.2.3 Pemerintah Kabupaten Cirebon

Pemerintah dalam hal ini perlu lebih memperhatikan lagi pengrajin kecil

untuk meningkatkan kualitas dalam membatik, dengan mengadakan pelatihan

membatik pada generasi muda yang baru ingin memulai dalam menekuni bidang

bati. Pelatihan membatik yang diberikan pemerintah untuk para pengrajin ini

seharusnya diberikan secara merata sehingga tidak adanya kecemburuan sosial

terhadap pengrajin batik lainnya yang tidak mendapatkan pelatihan membatik ini.

Tujuan diberikannya pelatihan membatik ini agar diharapkan mereka mempunyai

keahlian yang terampil dalam membatik, dan dapat menarik minat generasi muda

terhadap membatik serta melestarikan tradisi membatik. Dalam hal ini seharusnya

pemerintah mengadakan sosialisasi tentang pelatihan membatik, agar seluruh

pengrajin batik mengetahui adanya pelatihan membatik yang diberikan oleh

pemerintah untuk para pengrajin batik.

5.2.4 Bagi Pendidikan Sosiologi

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menambah referensi bagi

kajian keilmuan sosiologi terutama berkenaan dengan materi mengenai pewarisan

tradisi yang bertujuan agar masyarakat lebih memaknai lagi proses pewarisan

(32)

98

5.2.5 Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian selanjutnya diharapkan melakukan kajian mengenai proses

pewarisan tradisi membatik yang memfokuskan perkembangan pola pewarisan

tradisi membatik yang ada di Desa Trusmi Kabupaten Cirebon, karena sekarang

ini batik berkembang sangat maju, sehingga perlu adanya penelitian tentang

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku :

Afandi, AK, Buku Penunjang Berfikir Teoritis Merancang Proposal. Surabaya:

Pascasarjana IAIN Sunan Ampel, 2006.

Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Barth, Fredrik. (1988). Kelompok Etnik dan Batasannya. Jakarta: Universitas

Indonesia Press.

Cohen, Bruce J. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta, 1992.

Creswell, J.W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, kuantitatif dan

Kombinasi. Diterjemahkan oleh Achmad Fawaid. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Daljoeni. (1984). Geografi Kesejahteraan II Indonesia. Bandung: Alumni.

Doellah, Santoso. (2002). Batik dan Mitra. Jakarta: Dijambatan.

Eshleman, J. And Barbara G. Sociology an Introduction, Toronto: Little Brown &

Company, 1985.

Gazalba, Sidi. 1989. Masjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam. Jakarta:

Indonesia.

Gerungan, W.A. (1966) Psikologi Sosial. Bandung: Eresco.

Goodenough. (1970). Description and Comparison in Cultural

Anthropology. Chicago: Aldine.

Hamzuri. (1985). Batik Klasik (Classical Batik). Jakarta: Dijambatan.

Horton B., dan Chester L. Sosiologi. Jilid I. Terjemahan Aminudin Ram & Tita

Sobari. Jakarta: Erlangga, 1987.

Ihromi, T.O. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta : Yayasan Obor

(34)

Ismawati, Esti. (2012). Ilmu Sosial Budaya Dasar. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Kamanto, Sunarto, Pengantar Sosiologi. Jakarta: LPE-UI., 2000.

Koentjaraningrat. (1984). Kebudayaan Jawa. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Koentjaraningrat. (1986). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Koentjaraningrat. (1999) Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Koentjaraningrat. (2005). Pengantar Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Malihah E, & Kolip Usman (2011) Pengantar Sosiologi, Pemahaman, Fakta dan

Gejala Permasalahan Sosial; Teori, Aplikasi dan Pemecahannya. Jakarta:

Kencana.

Malihah E, & Kolip Usman (2011). Pengantar Antropologi. Bandung : CV.

Maulana Media Grafika.

Moleong, Lexy. J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.

Moleong Lexy. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosda

Karya.

Moleong Lexy. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosda

Karya.

Nasution. (1998). Metodologi Penelitian Naturalisti. Bandung: PN. Tarsito.

Nasution. (2003). Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Nasution. (2009). Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Nasution, S (2009). Sosiologi Pendidikan. Jakarta Bumi Aksara.

Ranjabar, Jacobus. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar.

Bandung: Ghalia Indonesia.

Ritzer, George. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Penyadur:

(35)

Ritzer, G. (2012) Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan

Terakhir Postmodern. Edisi kedelapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Saifuddin Ahmad, F. (2006). Antropologi Kontemporer Suatu Pengantar Kritis

Mengenai Paradigma. Jakarta: Kencana.

Satori, Djam’an. (2007). Metode Penelitian Kualitatif (Mata Kuliah Penelitian

Kualitatif Bandung : Tidak diterbitkan.

Silalahi, U. (2010). Metode Penelitian Sosial. Refika Aditama: Bandung.

Soekanto, S (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Soekanto, S. (2009). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Soetarman, Mahudi. (2008). Mengenal Batik Tulis dan Cap Tradisional.

Surakarta: PT Widya Duta Grafika.

Soeparno. (2003). Dasar-dasar Linguistik. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suyanto. (2005). Metode Penelitian Sosial-Berbagai Alternatif Pendekatan.

Jakarta: Kencana.

Sukmadinata, Syaodih Nana. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

Rosda.

Sztompka, Piotr (2011). Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenda.

(36)

Tuti Artha, dan Ahimsa Putra. (2004). Jejak Masa lalu Sejuta warisan Budaya.

Yogyakarta: Kunci ilmu.

Umar, Arsyad. Dkk. (2000). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Erlangga.

Yudoseputro, dkk (2000). Desain Kerajinan Tekstil. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Direktoral Pendidikan Menengah Kejuruan.

Waridah, S.Q. dkk. (2000). Antropologi untuk SMU Kelas 3 Sesuai Kurikulum

GBPP 1994. Jakarta: Bumi Aksara.

Warsito. (2012). Antropologi Budaya. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Warsito, Tulus. (2008). Batik sebagai Aset Diplomasi Kebudayaan Indonesia. Yogyakarta: Paguyuban Pecinta Batik Indonesia Sekar Jagad Yogyakarta.

ONLINE :

Farida. (2013). Membatik. (Online)

http://farida-cie.blogspot.com/2013/02/membatik.html. Diakses : Februari

2015

Fedrik, George John. (2013) Pewarisan Budaya. (Online)

http;//community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_7253/title_pewarisan-budaya.html. Diakses: April 2015

Kirani. (2013). Batik (Online)

http://batikkirani.blogspot.com/2013/01/pewarna-batik.html. Diakses : April

2015

NN. (2011). Sejarah Desa Trusmi. (Online)

http://budayacirebon.wordpress.com/2011/05/15/sejarah-desa-trusmi.html.

(37)

NN. (2011). Sejarah Berdirinya Kabupaten Cirebon (Online)

http://cirebonkab.go.id/sekilas-kab-cirebon/sejarah-kabupaten-cirebon.html. Diakses : Juni 2015

NN. (2012). Motif Batik. (Online)

http://batik-tulis.com/blog/macam-macam-motif-batik-di-indonesia.

Diakses : Februrai 2015

NN. (2013). Data Kependudukan Kecamatan (Online)

http://dukcapil.kemendagri.go.id/detail/rekapitulasi-data-kependudukan-per-31-desember-2013-ii.html. Diakses : Juni 2015

Sumber Penelitian :

Lolita. Aini. (2014). Pola Pewarisan Budaya Membatik Masyarakat Sumedang.

(SKRIPSI). Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni. Universitas Penidikan

Indonesia.

Riza, F (2011). Perkembangan Industri Kerajinan Batik di Desa Trusmi

Kecamata Plered, Kabupaten Cirebon. (SKRIPSI). Program Sarjana UPI

Bandung.

Yahya (1971). Seni Lukis Batik Sebagai Sarana Peningkatan Apresiasi Seni Lukis

Gambar

Gambar 3.1 Desain Penelitian
Gambar 3.2 Triangulasi “Teknik” Pengumpulan Data
Gambar 3.3
Gambar 3.4
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji t juga menunjukkan bahwa variabel nilai tukar mempunyai nilai signifikan sebesar 0,780 dan lebih besar dari taraf yang disyaratkan yaitu 0,780>0,05

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa gender adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari

Dari hasil uji pengenalan, PCA terbukti dapat diaplikasikan pada sistem pengenalan plat nomor kendaraan dengan tingkat keberhasilan yang baik untuk jarak dan posisi

Jarak

merebus bagian tumbuhan, aman bagi manusia, karena tidak bersifat karsinogenik seperti pada zat warna sintetis, pencelupan menggunakan zat warna alam memiliki kemempuan penyerapan

manfaat dari memiliki atau menggunakan produk dengan harga yang. realistis maka semakin tinggi keputusan pembelian yang

“Sejauhmanakah efektivitas sosialisasi program konversi minyak tanah ke LPG kepada ibu-ibu rumah tangga dalam rangka mengubah keputusan.. penggunaan bahan bakar di Kecamatan

berkemampuan akademik atas mampu memperkecil kesenjangan keterampilan proses sains siswa berkemampuan akademik atas, sedang, dan bawah (Wood, 2009). Interaksi kemampuan