• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA

HANNA FRANSISCA

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sastra

oleh

Muhammad Subki 1006503

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

(2)

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BANDUNG 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA

KARYA HANNA FRANSISCA

oleh

Muhammad Subki

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Muhammad Subki

Universitas Pendidikan Indonesia

September 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian

(3)

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA

HANNA FRANSISCA

oleh

Muhammad Subki

1006503

disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Nenden Lilis A. M.Pd.

NIP 197109262003122001

Pembimbing II

(4)

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

NIP 197507132005012002

diketahui oleh

Ketua Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra

Universitas Pendidikan Indonesia.

(5)

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

(6)

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Muhammad Subki

1006503

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya budaya etnis Tionghoa di Indonesia yang belum diketahui oleh masyarakat. Dari beragam budaya Tionghoa yang sering dijumpai di masyarakat umum, banyak terdapat nilai-nilai sosial yang seharusnya bisa diserap dan dipelajari oleh masyarakat, begitupun karya sastra, banyak yang mengulas mengenai budaya Tionghoa, salah satunya yaitu karya sastra cerpen. Semenjak masuknya era global, karya sastra yang mengulas budaya Tionghoa menyusut dan kalah saing oleh karya sastra dari barat. Pada akhirnya masyarakat melihat budaya Tionghoa hanya sebatas hiburan semata. Dari permasalahan tersebut, terdapat tiga poin yang menjadi rumusan masalah penelitian (1) bagaimana struktur cerpen yang terdapat dalam antologi cerpen Sulaiman Pergi ke Tnjung Cina karya Hanna Fransisca, (2) bagaimana bentuk nilai-nilai sosial budaya etnis Tionghoa. (3) bagaimana fungsi nilai-nilai sosial budaya. Fokus dalam penelitian ini adalah menganalisis tiga cerpen yang relevan dengan penelitian, yaitu cerpen “Hari Raya Hantu”,“Sembahyang Makan Malam” dan “Kuburan Kota Bunga”. Dengan menggunakan tinjauan sosiologi sastra, peneliti dapat mengetahui bagaimana permasalahan bentuk nilai sosial budaya etnis Tionghoa dan fungsi untuk masyarakat yang tercermin di dalam cerpen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deksriptif analitik dengan teknik pengolahan data studi pustaka. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa (1) keseluruhan struktur cerpen secara pengaluran berjalan linear, namun pada beberapa cerpen ditemukan juga penceritaan sorot balik. Tokoh yang terlibat dalam cerpen kehadirannya didominasi oleh tokoh Tionghoa dengan ciri fisik mata yang sipit dan nama tokoh yang menggunakan nama Tionghoa, seperti Siau Ling. (2) bentuk nilai-nilai sosial budaya etnis Tionghoa yang ditemukan dari cerpen merupakan berbentuk tradisi dan kepercayaan, seperti tradisi sembahyang kubur, tradisi sembahyang rebutan, tradisi jamuan malam imlek/sembahyang makan malam, dan kepercayaan dalam menghormati leluhur, yang cerminan dari masyarakat. (3) fungsi dari nilai sosial budaya etnis Tionghoa yang didapat, terbilang bermanfaat bagi masyarakat umum, khususnya masyarakat etnis Tionghoa.

(7)

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Muhammad Subki

1006503

A lot of Tionghoan cultures that haven’t been known by society had become the background of this research. In Tionghoan culture, there are a lot of social values that can be studied and applied by society, so can literature. Many literatures explain Tionghoan culture, included short story. Since the globalization era emerged, Tionghoan literature was decreased and replaced by Western literature. In the end, the society sees Tionghoa culture just for as an entertainment only. Based on that problem, there are three of research questions (1) how is the structure of Hanna Fransisca’s short story entitled “Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina”? (2) What kind of Tionghoan ethnic’s social culture values included in the story? (3) What are the purposes of the social culture values? The scope of this research is to analyze the short stories entitled “Hari Raya Hantu”, “Sembahyang Makan Malam”, and “Kuburan Kota Bunga” which are related to the reseach. Through the social culture analysis, researcher could find out the problems of Tionghoan ethnic’s social culture value form and the function for the society in the stories. The research methodology used in this research is analytical descriptive method. The data was collected through literature review. The findings of the research are (1) the structure of the short stories are linear; however, there was a flashback found in one of the short stories. The characters in the stories are dominated by Tionghoans (2) Tionghoan ethnic’s social culture value form found from the stories are tradition and beliefs, for examples, sembahyang kubur, sembahyang rebutan, sembahyang makan malam or imlek’s dine and beliefs in honor to the ancestors (3) The purposes of Tionghoan ethnic’s social culture value are useful for the society, especially Tionghoans.

(8)

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR HAK CIPTA KATA PENGANTAR LEMBAR PERNYATAAN UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK

ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

DAFTAR BAGAN BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Struktur Organisasi ... 8

BAB 2 LANDASAN TEORETIS, CERPEN, SOSIOLOGI SASTRA, NILAI SOSIAL BUDAYA, ETNIS TIONGHOA, DAN PENELITIAN TERDAHULU 2.1 Pengertian Cerpen ... 10

2.1.1 Cerpen ... 10

2.1.1.1 Struktur Cerpen ... 11

2.1.1.1.1 Aspek Sintaksis ... 12

2.1.1.1.2 Aspek Semantik ... 13

2.1.1.1.3 Aspek Verbal ... 15

2.2 Sosiologi Sastra ... 15

2.3 Jenis Jenis Sosiologi Sastra ... 17

(9)

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2.3.2 Sosiologi Karya Sastra ... 18

2.3.3 Sosiologi Pembaca ... 18

2.3.3 Sastra sebagai Cerminan Masyarakat ... 18

2.4 Nilai ... 20

2.5 Sosial ... 20

2.6 Budaya ... 20

2.7 Etnis Tionghoa ... 21

2.8 Nilai-nilai Sosial Budaya Etnis Tionghoa ... 22

2.9 Penelitian Terdahulu ... 22

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Deskriptif Analisis ... 24

3.2 Sumber Data ... 24

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.4 Teknik Pengolahan Data ... 26

3.5 Prosedur Penelitian ... 26

3.6 Devinisi Operasional ... 29

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ikhtisar Cerpen “Hari Raya Hantu”... 31

4.2 Analisis Struktur Cerpen “Hari Raya Hantu”... 32

4.2.1 Pengaluran ... 32

4.2.2 Alur ... 37

4.2.3 Analisis Latar Tempat dan Waktu ... 40

4.2.3.1 Latar Tempat ... 41

4.2.3.2 Latar Waktu ... 42

4.2.3.3 Latar Sosial ... 43

4.2.4 Analisis Penokohan dan Tokoh ... 43

4.2.4.1 Tokoh “Moi” ... 44

4.2.4.2 Tokoh Mak... 45

4.2.4.3 Tokoh Kungkung (Kakek) ... 47

(10)

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

4.2.4.5 Tokoh Kim Sen... 48

4.2.4.6 Tokoh Saudagar ... 48

4.2.5 Analisis Sudut Pandang Pencerita ... 49

4.2.5.1 Analisis Jenis Penceritaan ... 49

4.2.5.2 Analisis Tipe Pencerita ... 50

4.2.5.3 Sudut Pandang Cerpen ... 55

4.3 Hubungan Struktur Cerpen dengan Nilai Sosial Budaya Etnis Tionghoa .... ... 56

4.3.1 Analisis Nilai-nilai Sosial Budaya Etnis Tionghoa dalam Cerpen “Hari Raya Hantu ... 57

4.3.1.1 Bentuk... 57

4.3.1.1.1 Tradisi Sembahyang Kubur ... 57

4.3.1.1.2 Tradisi Sembahyang Rebutan ... 61

4.3.1.2 Fungsi ... 62

4.3.1.2.1 Tradisi Sembahyang Kubur ... 62

4.3.1.2.2 Tradisi Sembahyang Rebutan ... 63

4.4 Ikhtisar Cerpen “Sembahyang Makan Malam” ... 64

4.5 Analisis Struktur Cerpen “Sembahyang Makan Malam”... 65

4.5.1 Pengaluran ... 65

4.5.2 Alur ... 70

4.5.3 Analisis Latar Tempat dan Waktu ... 73

4.5.3.1 Latar Tempat ... 73

4.5.3.2 Latar Waktu ... 75

4.5.3.3 Latar Sosial ... 76

4.5.4 Analisis Penokohan dan Tokoh ... 77

4.5.4.1 Tokoh “Lelaki Tua” ... 77

4.5.4.2 Tokoh “Siau Ling” ... 78

4.5.4.3 Tokoh “Xie Ling” ... 80

4.5.4.4 Tokoh Tokoh “Menantu/Lelaki dari Taiwan” ... 81

(11)

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

4.5.5.1 Analisis Jenis Penceritaan ... 82

4.5.5.2 Analisis Tipe Pencerita ... 82

4.5.5.3 Sudut Pandang Cerpen ... 84

4.6 Hubungan Struktur Cerpen dengan Nilai Sosial Budaya Etnis Tionghoa .... ... 85

4.6.1 Analisis Nilai-nilai Sosial Budaya Etnis Tionghoa dalam Cerpen “Sembahyang Makan Malam” ... 86

4.6.1.1 Bentuk... 86

4.6.1.1.1 Tradisi Sembahyang Makan Malam ... 86

4.6.1.2 Fungsi ... 89

4.6.1.2.1 Tradisi Sembahyang Makan Malam ... 89

4.7 Ikhtisar Cerpen “Kuburan Kota Bunga” ... 90

4.8 Analisis Struktur Cerpen “Kuburan Kota Bunga” ... 90

4.8.1 Pengaluran ... 90

4.8.2 Alur ... 96

4.8.3 Analisis Latar Tempat dan Waktu ... 99

4.8.3.1 Latar Tempat ... 100

4.8.3.2 Latar Waktu ... 101

4.8.3.3 Latar Sosial ... 102

4.8.4 Analisis Penokohan dan Tokoh ... 102

4.8.4.1 Tokoh “Zhu” ... 102

4.8.4.2 Tokoh Kakek ... 104

4.8.4.3 Tokoh Mak ... 105

4.8.4.4 Tokoh Nenek ... 106

4.8.4.5 Tokoh Wali Kota, Chong Chian ... 107

4.8.4.6 Tokoh Ayah ... 108

4.8.4.7 Tokoh Liu Lang ... 108

4.8.4.8 Tokoh Kim Sen, Kim Lau, Kim Nyun, dan Kim Thung ... 109

4.8.5 Analisis Sudut Pandang Pencerita ... 109

(12)

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

4.8.5.2 Analisis Tipe Pencerita ... 110

4.8.5.3 Sudut Pandang Cerpen ... 114

4.9 Hubungan Struktur Cerpen dengan Nilai Sosial Budaya Etnis Tionghoa .... ... 116

4.9.1 Analisis Nilai-nilai Sosial Budaya Etnis Tionghoa dalam Cerpen “Kuburan Kota Bunga” ... 116

4.9.1.1 Bentuk... 116

4.9.1.1.1 Kepercayaan dalam Menghormati Leluhur ... 116

4.9.1.2 Fungsi ... 118

4.9.1.2.1 Kepercayaan dalam Menghormati Leluhur ... 118

BAB 5 SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan ... 120

5.2 Implikasi ... 126

5.3 Rekomendasi ... 126 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Teknik Kajian Teks Cerpen ... 28 Tabel 3.2 Pedoman Analisis Struktur Cerpen ... 28 Tabel 3.3 Pedoman Analisis Nilai Sosial Budaya Etnis Tionghoa Dalam Cerpen

(14)

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Kerangka Berpikir Penelitian ... 27

Bagan 4.1 Kerangka Pengaluran Cerpen “Hari Raya Hantu” ... 37

Bagan 4.2 Kerangka Alur Cerpen “Hari Raya Hantu” ... 40

Bagan 4.3 Kerangka Pengaluran Cerpen “Sembahyang Makan Malam” ... 70

Bagan 4.4 Kerangka Alur Cerpen “Sembahyang Makan Malam” ... 73

Bagan 4.5 Kerangka Pengaluran Cerpen “Kuburan Kota Bunga” ... 96

(15)

1

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemunculan sastra Indonesia-Tionghoa tiba pada suatu batas ikatan yang agak erat dengan penerjemahan hasil karya sastra Tiongkok ke dalam bahasa Melayu-Rendah. cerita-cerita rakyat Tiongkok yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu-Rendah yang sudah dimulai pada akhir abad ke-19 (Lan, 2013, hlm. 304). Sebuah karya sastra Tionghoa-Indonesia adalah hasil kerja sekelompok masyarakat Tionghoa yang pada masa itu disebut Tionghoa-Peranakan (Lan, 1962, hlm. 7).

Sekelompok masyarakat Tionghoa yang baru saja tiba dari Tiongkok, yang baru memiliki satu keturunan yang tinggal di Indonesia, bisa dikatakan sebagai orang Tionghoa. Dan orang Tionghoa yang sudah tinggal di Indonesia dalam beberapa kurun waktu juga disebut orang Tionghoa. Tetapi jika ditinjau dari sudut psikologis, akan terlihat ada perbedaan di antara kedua kelompok orang Tionghoa ini (Lan, 1962, hlm. 7).

Perbedaan di antara dua kelompok tersebut bisa dilihat dari yang pertama yaitu kelompok Tionghoa-Totok. Tionghoa-Totok sebutan untuk orang Tionghoa yang baru saja tiba dari Tiongkok yang umumnya bertujuan tidak untuk tinggal tetap di Indonesia dan kelak akan kembali berlayar kembali ke negerinya. Mereka memilih Indonesia hanya sebagai tempat mencari nafkah dan bersifat sementara. Bahkan jika ada yang sudah meninggal pun jenazahnya akan dipulangkan ke negerinya (Lan, 1962, hlm. 8).

(16)

2

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

ada sedikit harapan dan pemikiran untuk mereka kembali ke Tiongkok walaupun mereka masih melakukan tradisi Tiongkok.

Kesusastraan Melayu Tionghoa pada awalnya ditulis dalam bahasa Melayu oleh masyarakat Tionghoa dan untuk orang Tionghoa perantauan, berkembang di Hindia Belanda, khususnya untuk di pulau Jawa dan dalam tingkatan lebih rendah di Malaysia, dari akhir abad ke-19 sampai 1945. Sejak saat itu secara perlahan kesusastraan tersebut terlupakan. Generasi terakhir yang menikmatinya berangsur-angsur habis, dan generasi baru yang mendapatkan pendidikan dalam konteks berbeda telah putus hubungan dengan budaya masa lalu, yang dirasakan tidak berguna dan ketinggalan zaman dalam menyikapi karya sastra (Claudine, 2010, hlm. 59).

Hari kemerdekaan negara Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah hari di mana runtuhnya sejarah sastra Indonesia-Tionghoa. Pengarang-pengarang Tionghoa-Peranakan zaman sebelum Perang Pasifik sekarang boleh dikatakan semuanya telah menjadi warga negara Indonesia, karya mereka pun kini telah menjadi milik sastra Indonesia. Ada juga yang menolak kewarganegaraan Indonesia, tetapi jumlah mereka teramat kecil sehingga dipandang sebagai tidak ada lagi (Lan, 2013, hlm. 307).

(17)

3

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

membelenggu kebudayaan Tionghoa di Indonesia, baik dalam masalah agama, budaya dan sastra. Seiring dengan alam demokrasi, diskriminasi rasial etnik itu harus dihapus, termasuk perkembangan sastra Tionghoa itu perlu diajarkan di bangku sekolah dan perguruan tinggi yang membuka jurusan sastra Indonesia (Lan, 1962, hlm. 55-82).

Tokoh terbesar sastra Indonesia-Tionghoa pada masa baru lahirnya, Lie Kim Hok, yang hidup pada pertengahan kedua abad yang lalu dan awal abad sekarang ini. Salah satu karyanya dinamakan Tjhit Liap Seng (Tujuh Bintang). Cerita itu dibuatnya bermain pada masa pemerintahan kaisar Ham Hong dari dinasti Boantjiu, diasti yang memerintah Tiongkok pada zaman hidupnya dan dinasti terakhir yang menjajah Tiongko, tetapi biar bagaimanapun tidak dapat disangkal, bahwa kekaguman bagi sastra Tiongkok telah menjadi salah satu unsur yang telah menyebabkan lahirnya Tjhit Liap Seng sebagai pencerminan kebudayaan Tiongkok (Lan, 2013, hlm. 309).

Kebudayaan Tiongkok tak dapat tak bergema dalam sastra Indonesia-Tionghoa. Orang Tionghoa-Peranakan di Indonesia pada masa Perang Dunia II sebenarnya hidup dalam semacam osmose kebudayaan, dalam sebuah bidang pertemuan berbagai kebudayaan (Lan, 2013, hlm. 309).

Menetapnya etnis Tionghoa di Indonesia berarti juga masuknya kehidupan kebudayaan Tionghoa di Indonesia. Kesenian Tiongkok memang tampak juga di Indonesia, tetapi perkembangan kesenian Tiongkok hanya berlangsung di Tiongkok sendiri. Maka dari itu orang Tionghoa datang ke Indonesia dengan membawa kepercayaan mereka, untuk memenuhi kewajibannya, mereka membangun kuil-kuil. Dari pembangunan kuil saja mereka sudah melakukan kesenian, dimana seni bangunan yang dilengkapi dengan seni pahat dan keramik. Dari kesenian yang mereka buat tidak semata-mata, melainkan mereka berkesenian untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kepercayaan leluhur mereka.

(18)

4

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dihidangkan memiliki nilai-nilai sosial atau sifat kemanusiaan yang harus dimiliki oleh manusia.

Nilai-nilai sosial dalam suatu budaya merupakan modal awal dari suatu landasan konsep untuk menjunjung tinggi sifat kemanusiaan yang utuh, sebagai mana yang tercantum dalam falsafah bangsa Indonesia yaitu pancasila. Indonesia saat ini sedang mengalami krisis sosial budaya, di mana sebuah budaya sudah di kebelakangkan oleh masyarakatnya sendiri, salah satunya adalah budaya Tionghoa.

Di masa sekarang ini, banyak masyarakat Indonesia yang mengetahui budaya Tionghoa. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa dari sebuah kebudayaan Tionghoa bisa melahirkan banyak nilai sosial yang bisa dipetik dan dipelajari. Etnis Tionghoa saat ini hidup di tengah-tengah bangsa Indonesia, mereka hidup dengan memegang tinggi kebudayaan, kepercayaan serta tradisi mereka. Di era global saat ini, banyak budaya Barat yang masuk dan menjadi konsumsi masyarakat Indonesia, sehingga kurangnya perhatian akan budaya yang ada di Indonesia, khususnya budaya Tionghoa, dan itu adalah salah satu faktor yang membuat masyarakat luput akan budayanya khususnya budaya Tionghoa yang ada di sekitar mereka.

(19)

5

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2014, maraknya perayaan pesta budaya tersebut mengundang banyak masyarakat dari berbagai kalangan, dan komunitas-komunitas Barongsai dari berbagai daerah. Pelaku kesenian Barongsai jika diperhatikan lebih dominan masyarakat pribumi ketimbang masyarakat Tionghoa, sedangkan apresiator Barongsai itu sendiri adalah masyarakat Tionghoa. Dari sinilah banyak muncul persepsi terhadap kesenian Barongsai.

Budaya Tionghoa di Indonesia sudah dibilang merekat dengan adanya faktor tradisi dan kebiasaan, sebagai contoh yaitu hari raya Imlek, Cap go meh, Barongsai, festival lampion, pemujaan leluhur dan lain-lain. Warga Indonesia sangat menerima kedatangan etnis Tionghoa karena dianggap menguntungkan pada masa perdagangan, sehingga etnis Tionghoa merasa nyaman kepada pribumi yang terkenal dengan ramah tamah, sehingga sedikit demi sedikit etnis Tionghoa mulai menetap di berbagai kota. Tidak hanya budaya dan tradisi yang melekat, tapi juga dari segi pangan, sebagai contoh bacang / bakcang, cincau, bahkan dodol Cina. Masyarakat Indonesia sedikitnya hanya menjadi penikmat saja tanpa sedikit berfikir apa makna yang terkandung di dalam tradisi dan budaya Tionghoa tersebut, bahkan kalau ditelusuri banyak nilai yang bisa diambil dan dipelajari.

Dari latar belakang masalah di atas, peneliti menarik rumusan masalah mengenai nilai-nilai sosial budaya etnis Tionghoa yang ada pada masyarakat Indonesia. Dari objek yang akan diteliti, peneliti memilih karya sastra populer yang memiliki tema relevan dengan latar belakang masalah. Objek yang akan diteliti adalah tiga cerpen dari antologi Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina, yaitu “Hari Raya Hantu”, “Sembahyang Makan Malam” dan “Kuburan Kota Bunga” karya Hanna Fransisca yang memang menceritakan budaya Tionghoa di Indonesia. Dari kebanyakan karya sastra Hanna Fransisca mulai dari puisi, cerpen, esai bahkan naskah drama, dan umumnya dari karya Hanna Fransisca menceritakan tradisi, kebudayaan, kebiasaan, prilaku serta kepercayaan yang dianut orang Tionghoa sehari-hari.

(20)

6

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

nilai-nilai sosial budaya. Peneliti juga melihat beberapa cerpen merefleksikan nilai-nilai sosial budaya yang terjadi di masyarakat pada saat ini.

Alasan kedua merujuk dari sisi kepengarangan Hanna Fransisca, Hanna adalah seorang pengarang yang produktif dalam berkarya dengan eksistensinya yang selalu mengangkat kearifan budaya Tionghoa di Indonesia. Dari beberapa karya Hanna Fransisca mulai dari puisi naskah drama sampai cerpen, sangat cocok untuk dikaji menggunakan kajian semiotika dan sosiologi sastra. Tapi peneliti akan meneliti dengan kajian sosiologi sastra. Di sisi lain, ada juga pengarang yang mengulas sama seperti Hanna Fransisca, seperti Lan Fang, Sunlie Thomas Alexander, Nano Riantiarno, dan masih banyak lagi. Akan tetapi Hanna lebih unggul dalam detai dalam mengisi ruang-ruang kosong dalam karya prosa dan lebih dekat dengan masyarakat pada umumnya.

Dari antologi tersebut, peneliti memilih tiga cerpen, “Hari Raya Hantu”, “Sembahyang Makan Malam”, dan “Kuburan Kota Bunga”. di mana cerpen tersebut memiliki objek yang kuat dari segi tema serta gagasan yang nantinya akan dikaji menggunakan sosiologi sastra dalam menceritakan budaya yang jarang diketahui oleh masyarakat pada umumnya. Selain itu peneliti memfokuskan pada latar belakang sosial budaya etnis Tionghoa yang relevan, dan memiliki nilai-nilai sosial lebih bagi pembaca. Peneliti juga melihat perspektif sosiologi pengarang yang bernotabene etnis Tionghoa dan berbeda dengan pengarang berdarah Tionghoa lainnya. Hanna Fransisca sebagai pengarang sangat lekat terhadap situasi sehari-hari dalam ruang lingkup keluarga yang masih mempertahankan tradisi dan budaya Tionghoa dan ditambah pengalaman sebagai seorang ibu yang mengurus keluarganya.

(21)

7

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

1.2 Rumusan Masalah

Peneliti menyimpulkan beberapa rumusan masalah yang akan memperjelas penelitian pada antologi cerpen Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina karya Hanna Fransisca. Rumusan masalah tersebut sebagai berikut:

1. Bagaimana struktur yang terdapat pada cerpen “Hari Raya Hantu”,“Sembahyang Makan Malam” dan “Kuburan Kota Bunga” dalam antologi Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina karya Hanna Fransisca?

2. Bagaimana bentuk nilai-nilai sosial budaya yang terkandung dalam cerpen “Hari Raya Hantu”, “Sembahyang Makan Malam” dan Kuburan Kota

Bunga” dalam antologi Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina karya Hanna

Fransisca?

3. Bagaimana fungsi nilai-nilai sosial budaya yang terkandung dalam cerpen “Hari Raya Hantu”, “Sembahyang Makan Malam” dan Kuburan Kota

Bunga” dalam antologi Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina karya Hanna

Fransisca?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini sejalur dengan apa yang dipaparkan pada rumusan masalah di atas. Tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan struktur yang terdapat pada cerpen “Hari Raya Hantu”, “Sembahyang Makan Malam” dan “Kuburan Kota Bunga” dalam antologi Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina karya Hanna Fransisca.

2. Mendeskripsikan bentuk nilai-nilai sosial budaya yang terkandung dalam cerpen “Hari Raya Hantu”, “Sembahyang Makan Malam” dan “Kuburan

Kota Bunga” dalam antologi Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina karya

Hanna Fransisca.

3. Mendeskripsikan fungsi nilai-nilai sosial budaya yang terkandung dalam cerpen “Hari Raya Hantu”, “Sembahyang Makan Malam” dan Kuburan

Kota Bunga” dalam antologi Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina karya

(22)

8

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi banyak pembaca. Mulai dari yang bersifat teoritis maupun yang bersifat praktis. Manfaat penelitian sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat teoretis

a) diharapkan mampu memberikan pemahaman dan berguna dalam penerapan teori sastra, khususnya sosiologi sastra dengan fokus objek budaya Tionghoa

b) diharapkan mampu menambah sumbangan dalam khazanah ilmu sastra terutama yang bergenre cerpen di Indonesia

1.4.2 Manfaat Praktis

a) diharapkan hasil dari penelitian ini berguna bagi para pembaca baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menambah tingkat apresiasi terhadap karya sastra dan budaya Tionghoa

b) diharapkan hasil dari penelitian ini berguna sebagai referensi dan rujukan bagi para pembaca, terutama representasi nilai-nial sosial budaya Tionghoa dalam antologi cerpen Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina karya Hanna Fransisca

1.5 Struktur Organisasi

Dari pemaparan latar belakang di atas, peneliti memiliki capaian dalam meneliti dan menganalisis nilai-nilai sosial budaya etnis Tionghoa dalam cerpen Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina karya Hanna Fransisca, yang nantinya akan

disusun melali beberapa bab. Bab pertama, peneliti menyusun tiga rumusan masalah serta tujuan penelitian, dari tujuan penelitian akan ada manfaat yang nantinya dibagi menjadi dua kategori yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.

(23)

9

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

sosiologi sastra untuk mengungkap bagaimana bentuk nilai sosial budaya etnis Tionghoa dalam sebuah cerpen. Tidak lupa pula peneliti sedikit membahas penelitian terdahulu yang relevan dengan objek yang akan diteliti

Dalam bab tiga, peneliti membuat metode penelitian yang dimulai dari teknik pengumpulan data relevan dari berbagai sumber data. Data yang sudah terkumpul akan diolah, disusun dan dianalisis sesuai dengan prosedur penelitian. Setelah data disusun maka terbentuk kerangka berpikir penelitian, teknik kajian teks cerpen, pedoman analisis struktur cerpen dan pokok-pokok analisis. Untuk mempermudah pemahaman kalimat dan kata yang sering digunakan, peneliti menjelaskan beberapa devinisi operasional.

Menuju bab empat, peneliti memaparkan hasil penelitian dan pembahasan yang merujuk pada tiga tujuan penelitian dengan teknik tematik, yang pertama yaitu mendeskripsikan struktur yang terdapat pada cerpen “Hari Raya Hantu”, “Sembahyang Makan Malam” dan “Kuburan Kota Bunga” dalam antologi Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina karya Hanna Fransisca. Yang kedua

Mendeskripsikan bentuk nilai-nilai sosial budaya yang terkandung dalam cerpen “Hari Raya Hantu”, “Sembahyang Makan Malam” dan “Kuburan Kota Bunga” dalam antologi Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina karya Hanna Fransisca. Dan yang ketiga Mendeskripsikan fungsi nilai-nilai sosial budaya yang terkandung dalam cerpen “Hari Raya Hantu”, “Sembahyang Makan Malam” dan Kuburan

Kota Bunga” dalam antologi Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina karya Hanna

Fransisca. Setelah hasil penelitian terjawab, maka peneliti akan membahas hasil penelitian satu-persatu untuk memperjelas fungsi dan makna yang terkandung dalam onjek penelitian.

Bab lima, setelah peneliti menemukan hasil penelitian, maka peneliti memaparkan kesimpulan dari objek yang diteliti yang nantinya akan bermanfaat bagi para pembaca. Setelah itu peneliti membuat saran dalam hasil penelitian agar nantinya pembaca maupun peneliti selanjutnya mengetahui kelebihan dan kekurangan.

(24)

10

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

(25)

24

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini peneliti akan memaparkan mengenai metode penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, prosedur penelitian, dan definisi operasional.

3.1 Metode Penelitian Deskriptif Analitis

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan penelitian deskriptif analisis. Yaitu menganalisis gambaran teks cerpen. Model yang digunakan adalah model cermin atau sastra sebagai cerminan masyarakat. Penelitian model cermin bersifat refleksi, dan cendrung mengangkat aktivitas pantulan hidup masyarakat (Endraswara. 2011. hlm, 169).

Objek penelitian model cermin adalah masyarakat Tionghoa dalam antologi cepen Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina karya Hanna Fransisca. Di mana teks cerpen menjadi bayangan maya dari masyarakat, teks cerpen juga dapat menjadi cermin gagasan. Dengan latar sosial dalam teks cerpen, maka cerminan akan sangat jelas, mulai dari karakter tokoh, sifat tokoh, kepercayaan yang dianut, dan sosial sekitar masyarakatnya. Model penelitian ini digunakan untuk menjawab dan memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan data, menyusun data, mengklarifikasi dan kemudian diinterpretasikan.

3.2 Sumber Data

Dalam penelitian ini peneliti memiliki sumber data dari antologi cerpen Sulaiman Pergi Ke Tanjung Cina karya Hanna Fransisca. Antologi ini diterbitkan

(26)

25

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Dalam antologi Sulaiman Pergi Ke Tanjung Cina, peneliti hanya memilih tiga cerpen untuk dijadikan penelitian. Ketiga cerpen tersebut adalah “Hari Raya Hantu”, “Sembahyang Makan Malam” dan “Kuburan Kota Bunga”.

Alasan mengapa peneliti memilih tiga cerpen tersebut, peneliti diawali dari dugaan bahwa ketiga cerpen tersebut relevan dengan objek kajian yang berlatar belakang sosial budaya etnis Tionghoa, dan memiliki nilai-nilai sosial lebih bagi pembaca. Contoh cerpen “Hari Raya Hantu” dan “Sembahyang Makan Malam” yang telah masuk antologi bersama dengan judul Kolecer dan Hari Raya Hantu: 20 Cerita Pendek Kearifan Lokal. Dari antologi bersama tersebut memuat dua

objek cerpen yang menceritakan kearifan lokal, yaitu etnis Tionghoa yang berada di kota Singkawang, yang merupakan kota kelahiran Hanna Fransisca. Sementara objek penelitian cerpen yang ketiga yaitu “Kuburan Kota Bunga” secara garis besar mengisahkan bagaimana sebuah pemakaman Tionghoa yang digusur dan para arwah gentayangan, dari garis besar cerpen tersebut memiliki nilai sosial budaya yang nantinya akan dikaji. Selain itu peneliti juga melihat perspektif sosiologi pengarang yang bernotabene etnis Tionghoa dan berbeda dengan pengarang berdarah Tionghoa lainnya. Hanna Fransisca sebagai pengarang sangat lekat terhadap situasi sehari-hari dalam ruang lingkup keluarga yang masih mempertahankan tradisi dan budaya Tionghoa dan ditambah pengalaman sebagai seorang ibu yang mengurus keluarganya.

Peneliti berpendapat bahwa ketiga cerpen tersebut relevan sebagai objek penelitian yang membahas nilai-nilai sosial budaya etnis Tionghoa. Ketiga cerpen tersebut akan dikaji menggunakan kajian sosiologi sastra, yang nantinya akan diharapkan membawakan hasil berupa struktur cerpen, bentuk dari nilai sosial budaya, dan fungsi nilai sosial budaya.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

(27)

26

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Peneliti mengumpulkan beberapa data dan sumber data meliputi buku bacaan yang relevan, teori-teori sastra, bacaan karya sastra dari berbagai media, artikel-artikel sastra, video liputan dan jurnal ilmiah yang relevan dengan objek yang diteliti yaitu nilai sosial budaya etnis Tionghoa. Selain itu penelitu menambahkan buah pemikiran, renungan, pengamatan serta pengalaman pribadi peneliti.

3.4 Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini, menggunakan sosiologi sastra yang memandang sastra sebagai cerminan masyarakat. bertujuan untuk mengungkap nilai-nilai sosial budaya yang terkandung dalam cerpen. Data dari penelitian ini adalah antologi cerpen yang berjudul Sulaiman Pergi Ke Tanjung Cina karya Hanna Fransisca. Dalam antologi cerpen tersebut diambil tiga buah

cerpen yang relevan dengan penelitian. Ketiga cerpen tersebut berjudul “Hari Raya Hantu”, “Sembahyang Makan Malam” dan “Kuburan Kota Bunga”. Ketiga cerpen tersebut kemudian dianalisis strukturnya untuk mengetahui nilai-nilai sosial budaya dalam cerpen, kemudian dikaji menggunakan pendekatan sosiologi sastra.

3.5 Prosedur Penelitian

Karena penelitian ini bersifat ilmiah, maka penelitian ini dilakukan secara bertahap. Data yang telah diperoleh peneliti dari studi kepustakaan akan diolah, disusun dan dianalisis. Prosedur dan langkah kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Melakukan pengamatan terhadap antologi cerpen Sulaiman Pergi Ke Tanjung Cina karya Hanna Fransisca.

2. Menentukan latar belakang masalah yang mendasari budaya Tionghoa pada masa ini

3. Mencari sumber data dari berbagai media cetak dan media online.

4. Mencocokan sumber dengan bahan penelitian yaitu antologi cerpen Sulaiman Pergi Ke Tanjung Cina karya Hanna Fransisca.

(28)

27

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

6. Merumuskan dan menarik kesimpulan atas keseluruhan analisis yang telah dilakukan.

Bagan 3.1 Kerangka Berpikir Penelitian

Antologi Sulaiman Pergi Ke Tanjung Cina Karya Hanna Fransisca.

Menganalisis struktur cerpen dalam antologi cerpen Sulaiman Pergi Ke Tnjung Cina karya Hanna Fransisca melalui tiga aspek yaitu:

1. Aspek Sintaksis a. Alur

b. Pengaluran 2. Aspek Semantik

a. Latar

b. Penokohan dan tokoh 3. Aspek Verba

a. Sudut pandang pencerita

Tiga fokus cerpen:

1. “Hari Raya Hantu” 2. “Sembahyang Makan Malam”

3. “Kuburan Kota Bunga”

Sosiologi sastra sebagai alat untuk mengkaji nilai-nilai sosial budaya etnis Tionghoa dalam antologi cerpen Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina karta Hanna Fransisca

1. Bentuk nilai-nilai sosial budaya etnis Tionghoa yang terdapat dalam antologi Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina karya Hanna Fransisca.

(29)

28

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2 Teknik Kajian Teks Cerpen

Disiplin Unsur-unsur Analisis Tekanan Sosiologi sastra. Unsur sintaksis (alur dan

pengaluran). Unsur Semantik (latar, tokoh dan penokohan). Unsur Verba (sudut pandang pencerita).

Hubungan antar teks cerpen dengan persoalan nilai-nilai sosial budaya etnis Tionghoa di masyarakat.

Tabel 3.3 Pedoman Analisis Struktur Cerpen

No Pokok-pokok Analisis Acuan Analisis

1 Pengaluran dan alur Menganalisis sekuen dan

fungsi utama.

2 Latar Menganalisis berdasarkan

latar tempat, latar waktu, latar sosial, petunjuk tempat dan petunjuk waktu yang terdapat dalam teks cerpen. Nilai-nilai sosial budaya etnis

(30)

29

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

3 Tokoh dan penokohan Menganalisis tokoh dari peran, perwatak, fisik dan sosial tokoh.

[image:30.595.108.514.70.299.2]

4 Sudut pandang penceritaan Menganalisis dan menentukan teknik pencerita dan tipe pencerita dalam teks cerpen berdasarkan kategori penceritaan.

Tabel 3.4 Pedoman Analisis Nilai Sosial Budaya Etnis Tionghoa Dalam Cerpen “Hari Raya Hantu”, “Sembahyang Makan Malam” dan “Kuburan Kota Bunga”.

No Pokok Analisis Acuan Analisis

1 Bentuk nilai-nilai sosial budaya etnis Tionghoa dalam cerpen “Hari Raya Hantu”, “Sembahyang Makan Malam” dan “Kuburan Kota Bunga”.

1. Apa saja wujud dari nilai-nilai sosial budaya etnis

Tionghoa dari ketiga cerpen.

2. Apakah wujud dari cerpen mencerminkan tradisi, kepercayaan, seni hukum, moral dan adat-iistadat. 2 Fungsi nilai-nilai sosial budaya etnis Tionghoa

dalam cerpen “Hari Raya Hantu”, “Sembahyang Makan Malam” dan “Kuburan Kota Bunga”.

1. Apa kegunaan nilai-nilai sosial budaya etnis Tionghoa bagi masyarakat

(31)

30

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

3.6 Definisi Operasional

1. Nilai-nilai sosial budaya merupakan hal-hal penting yang berhubungan dengan aktivitas masyarakat dalam melakukan kewajibannya. Termasuk aktivitas kepercayaan, seni, nilai, hukum, moral, adat-istiadat dan kebiasaan-kebiasaan yang menjunjung tinggi sifat kemanusiaan.

2. Etnis Tionghoa Adalah sebuah kelompok masyarakat yang keturunan Tiongkok yang tinggal di Indonesia. Sedangkan Tionghoa adalah istilah yang dibuat sendiri oleh orang keturunan Tiongkok di Indonesia.

3. Cerita pendek atau yang sering kita kenal dengan istilah cerpen adalah salah satu genre sastra berbentuk prosa naratif yang relatif pendek. Istilah pendek dalam pengertian di atas sangat tidak jelas ukurannya, hanya saja istilah pendek dalam hal ini dapat diartikan sebagai dapat dibaca dalam waktu yang singkat.

(32)

120

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pada bagian simpulan ini peneliti membahas mengenai hasil analisis terhadap ketiga cerpen, yaitu “Hari Raya Hantu”, “Sembahyang Makan Malam”, dan “Kuburan Kota Bunga”. Ketiga cerpen tersebut merupakan bagian dari antologi cerpen Sulaiman pergi ke Tanjung Cina karya Hanna Fransisca. Hasil analisis tersebut meliputi analisis struktural terhadap ketiga cerpen, yaitu “Hari Raya Hantu”, “Sembahyang Makan Malam”, dan “Kuburan Kota Bunga”, tinjauan sosiologi sastra terhadap struktur ketiga cerpen, yaitu “Hari Raya Hantu”, “Sembahyang Makan Malam”, dan “Kuburan Kota Bunga”, serta tinjauan sosial budaya etnis Tionghoa terhadap ketiga cerpen.

5.1.1 Struktur Cerpen

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap ketiga cerpen yang terdapat dalam antologi cerpen Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina karya Hanna Fransisca melalui analisis struktural yang meliputi aspek sintaksis, semantik, verbal, didapatkan penjelasan sebagai berikut.

Dalam aspek analisis sintaksis yang meliputi pengaluran dalam cerpen “Hari Raya Hantu” karya Hanna Fransisca, ditemukan sejumlah 41 sekuen dan 1 sekuen yang merupakan kilas balik sekuen 28. Kemudian dalam alur ditemukan 21 fungsi utama.

Kemudian dari aspek pengaluran yang terdapat dalam cerpen “Sembahyang Makan Malam” karya Hanna Fransisca, ditemukan 41 sekuen, 3 sekuen sorot balik, dan 1 sekuen kilas balik. Kemudian dala, alur ditemukan 19 fungsi utama.

(33)

121

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Melalui analisis pengaluran dan alur, bagian-bagian peristiwa dapat dipahami setiap ujaran dalam teks yang membangun ceritanya, seperti pada cerpen “Hari Raya Hantu”, inti peristiwa yang hadir menggambarkan bagaimana seorang ibu yang meminta anaknya untuk melakukan sembahyang kubur untuk kakeknya pada saat menjelang sembahyang rebutan. Sementara itu dalam cerpen “Sembahyang Makan Malam” yang menjadi sorotan yang menggambarkan penyesalan seorang suami yang ditinggal anak istrinya ke Taiwan. Tokoh lelaki tua itu terus menerus berdoa tiap tahunnya dihadapan hidangan wajib pada malam imlek. Kemudian dalam cerpen “Kuburan Kota Bunga” yang menjadi sorotan peristiwa adalah pemindahan kuburan Tionghoa yang berujung ricuh diantara dua kelompok, sehingga di depan komplek pemakaman didirikan Pokok Manggis untuk berjaga-jaga agar tidak terjadi ricuh, namun Pokok Manggis tersebut disalah gunakan dan dijadikan tempat maksiat.

Dari segi aspek semantik, yaitu latar tempat yang terdapat dalam cerpen “Hari Raya Hantu” yaitu memiliki 5 latar tempat, yaitu kamar tidur, serambi rumah, kuburan, tanah lapang, dan bukit. dalam cerpen “Sembahyang Makan Malam” memiliki 5 latar tempat, ruang makan, luar rumah, warung makan, luar kelenteng, dan serambi rumah. Berikutnya dalam cerpen “Kuburan Kota Bunga” memiliki 5 latar tempat, yaitu area pekuburan Tionghoa, pekuburan Tionghoa usiran, rumah, ruang makan, dan kota.

Sementara latar waktu dalam cerpen “Hari Raya Hantu”, memiliki 2 latar waktu dan 1 penanda waktu, yaitu malam hari ketika Tokoh Moi tertidur dan malam perayaan hari raya hantu. waktu subuh digambarkan pada saat tokoh Moi berziarah ke kuburan kungkungnya untuk melakukan sembahyang kubur. Dan penanda waktu bulan tujuh kalender lunar yang merupakan 15 hari rangkaian menyambut imlek, 14 hari acara sembahyang kubur dan 1 hari hari raya hantu.

(34)

122

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Dalam cerpen “Kuburan Kota Bunga” memiliki 1 latar waktu yaitu pada malam hari, ketika Liu Lang sepupu Zhu yang menceritakan rahasia keluarganya di malam hari kepada Zhu. Lalu aktivitas malam hari yang dilakukan ayah Zhu, dan aktivitas Zhu.

Latar sosial yang ditampilkan dalam cerpen “Hari Raya Hantu” merupakan latar sosial masyarakat Tionghoa yang berada di kota kecil, yaitu Singkawang, terdapat banyak unsur budaya dan tradisi yang digambarkan di dalam cerpen, seperti kuburan Tionghoa, hio, kertas sembahyang dan masyarakat yang mengikuti hari raya hantu.

Latar sosial yang ditampilkan dalam cerpen “Sembahyang makana malam” merupakan latar sosial masyarakat Tionghoa yang berada di pecinaan, terdapat banyak unsur budaya dan tradisi Tionghoa yang digambarkan, mulai dari masyarakat yang menyalakan kembang api pada malam imlek, masyarakat mengarak barongsai, dan masyarakat yang sembahyang di kelenteng menjelang hari raya imlek.

Latar sosial yang ditampilkan dalam cerpen “Kuburan Kota Bunga” merupakan latar sosial masyarakat Tionghoa, yang menjelaskan perasaan-perasaan, sikap, dan pikiran terhadap sebuah permasalahan antara tradisi dan perkembangan zaman.

Masih dari segi aspek semantik, yaitu analisis tokoh. Tokoh yang terdapat dalam cerpen “Hari Raya Hantu” memiliki 1 tokoh utama (Moi), 2 tokoh pembatu atau turunan (Mak dan Kungkung), 1 tokoh kolektif (Para Saudagar dan orang-orang kaya). sementara dalam cerpen “Sembahyang Makan Malam” memiliki 1 tokoh utama (Lelaki tua/suami), 1 tokoh turunan atau tokoh pembantu (Siau Ling/Istri), dan 2 tokoh bayangan (Xie Ling/anak) dan (Menantu). Berikutnya tokoh dalam cerpen “Kuburan Kota Bunga’ memiliki 1 tokoh utama (Zhu), dan 5 tokoh pembantu atau tokoh turunan (Kakek), (Nenek), (Ayah), (Mak), dan (Liu Lang). 2 tokoh bayangan (Walikota) dan (Chong Cian), 1 tokoh kolektif yang sepintas diceritakan (Kim Sen), (Kim Lau), (Kim Nyun), dan (Kim Thung).

(35)

123

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

tidak hadir dalam cerpen dan tidak bertindak sebagai tokoh. pencerita lebih memilih menggunakan nama tokoh atau kata “Ia” untuk bercerita. Dari analisis tipe penceritaan dapat ditemukan ketiga tipe penceritaan, baik itu wicara yang dinarasikan, wicara alihan, juga wicara yang dilaporkan.

Berikutnya aspek verbal yang meliputi analisis penceritaan dalam teks cerpen “Sembahyang Makan Malam”, pencerita menggunakan penceritaan ekstern, di mana pencerita tidak hadir dalam teks dan yang bertindak sebagai tokoh adalah orang lain. Pencerita lebih banyak menggunakan nama tokoh dan kata ganti tokoh. Dari analisis tipe penceritaan dapat ditemukan ketiga tipe penceritaan, baik itu wicara yang dinarasikan, wicara alihan, juga wicara yang dilaporkan.

Berikutnya aspek verbal yang meliputi analisis penceritaan dalam teks cerpen “Kuburan Kota Bunga”, pencerita menggunakan penceritaan interen sekaligus ekstern, di mana pencerita memberikan kesaksian dan pandangan mengenai Pokok Manggis dan Pencerita mencoba mendeskripsikan unsur-unsur yang membangun suasana malam hari di Pokok Manggis tersebut dari luar. Dari analisis tipe penceritaan dapat ditemukan ketiga tipe penceritaan, baik itu wicara yang dinarasikan, wicara alihan, juga wicara yang dilaporkan.

5.1.2 Bentuk Nilai-nilai Sosial Budaya Etnis Tionghoa

Cerpen pertama “Hari Raya Hantu” ditemukan 2 bentuk nilai sosial budaya etnis Tionghoa yang mengacu pada tradisi. Tradisi sembahyang kubur atau Ceng Beng, merupakan budaya asli Tiongkok yang dianut oleh masyarakat Tionghoa hingga saat ini. bentuk sembahyang kubur yang di tuturkan oleh Tokoh Mak terbilang sederhana. Moi melakukan sembahyang seorang diri dan tidak memiliki cukup uang untuk membeli hidangan untuk kungkungnya, maka sembahyang kubur boleh-boleh saja di lakukan di rumah

dengan syarat rumah harus memiliki altar dengan meja sembahyang.

Moi melakukan sembahyang kubur dengan perlengkapan dan bawaan sederhana karena keterbatasan ekonomi. Begitu juga dengan keadaan kuburan kungkungnya yang tidak begitu mewah. Tokoh Moi sembahyang sendiri tanpak

(36)

124

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

berkumpul, namun tidak dengan Mak yang tidak bisa pulang karena sedang tertimpa musibah dan tidak ada rezeki.

Tradisi sembahyang rebutan atau Chiong Si Ku (bahasa Hokkien). Sembahyang rebutan masuk dalam satu rangkaian sembahyang kubur, tepatnya pada bulan 7 dalam kalender lunar (bulan) hari ke 15. Sembahyang rebutan bertempat di kelenteng-kelenteng dan kuil, sementara di dalam cerpen pencerita menggambarkan perayaan yang dilakukan oleh masyarakat untuk memperebutkan beras dan gula yang dilempar oleh orang-orang kaya di tanah lapang.

Perayaan sembahyang rebutan biasanya orang-orang kaya membagikan makanan seperti beras, gula, kue-kue, dan buah-buahan serta pakaian bekas yang masih layak pakai. Makanan yang akan diperebutkan diletakan di atas meja yang sudah disediakan di klenteng, lalu direbutkan oleh orang-orang. Orang yang menyaksikan dan mengikui harus mendapatkan makanan yang direbutkan, agar terhindar dari musibah dan kesialan. Makanan dan pakaian yang direbutkan sebelumnya sudah disembahyangkan oleh pihak klenteng, setelah selesai sembahyang rebutan, ada penutupan yang berupa pembakaran uang sembahyang yang disusun menumpuk bertingkat.

Cerpen kedua “Sembahyang Makan Malam” ditemukan 1 bentuk nilai sosial budaya etnis Tionghoa yang mengacu pada tradisi. Tradisi sembahyang makan malam atau jamuan imlek yang dikenal oleh etnis Tionghoa. Jamuan imlek biasanya dilakukan pada saat menjelang imlek sampai hari raya imlek. Jamuan dihidangkan untuk keluarga dan tamu dari luar, termasuk keluarga yang berkunjung ke rumah. Dalam melakukan jamuan imlek, biasanya setiap keluarga akan memasak makan-makanan wajib untuk menyambut imlek. Banyak hidangan di atas meja dengan berbagai jenis, namun ada beberapa jenis hidangan yang memang diwajibkan ada dalam jamuan imlek, di antaranya adalah mie panjang, daging ayam, ikan bandeng, pangsit dan jeruk mandarin.

(37)

125

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

leluhur biasa dilakukan di mana saja, namun kebanyakan masyarakat Tionghoa melakukannya di Kuburan, Kelenteng, Wihara, dan Rumah. Kepercayaan dalam menghormati leluhur bisa diartikan secara umum melakukan sembahyang kubur, atau berdoa kepada leluhur, atau sikap menjaga leluhur. Dalam cerpen “Kuburan Kota Bunga” karya Hanna Fransisca termasuk tradisi menghormati leluhur dalam arti khusus, yaitu sikap menjaga leluhur.

Kepercayaan Menghormati leluhur yang terdapat pada cerpen adalah sikap menjaga leluhur secara khusus. Bentuk sikap tersebut mulai dari menjaga baik diri sendiri, menjaga nama baik keluarga dan mematuhi aturan adat dan keluarga. Sementara di dalam cerpen, pencerita menggambarkan bagaimana sikap menghormati leluhur dengan tidak menggangu tempat peristirahatannya, yaitu dengan cara tidak menggusur dan memindahkan kuburannya, jika melanggar aturan tersebut maka si pelanggar aturan akan dihukum dengan cara diasingkan atau dimusuhi oleh keluarga dan masyarakat.

Pelaksanaan pemindahan kuburan Tionghoa terbilang rumit, selain memindahkannya, penggaliannya pun mesti dilakukan dengan teliti. Pertama, keluarga yang akan memindahkan kuburan harus berkonsultasi terlebih dahulu kepada ahli feng sui. Kedua, pihak keluarga harus menentukan waktu kemana kuburan itu akan dipindahkan dengan melihat shio anak dan cucunya yang masih hidup. Ketiga, pihak keluarga harus menentukan kapan waktu penggalian kuburan, penggaliannya pun harus dilihat dari waktu, mulai dari hari, tanggal, jam, menit sampai detik. Kelima, posisi peti harus sama seperti posisi sebelumnya.

Dari fungsi kepercayaan dalam menghormati leluhur tersebut, kita dapat mengetahui betapa pentingnya tunduk dan patuh kepada aturan keluarga, sehingga kita dapat terhindar dari hukuman.

5.1.3 Fungsi Nilai-nilai Sosial Budaya Etnis Tionghoa

(38)

126

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

menghormati orang tuanya. Sembahyang kubur juga berfungsi untuk menenangkan roh leluhur di dalam kuburnya, biasanya roh leluhur yang tidak tenang akan gentayangan di sekitar kuburan dan rumah kediamannya. Roh leluhur yang tidak tenang disebabkan oleh pihak keluarga yang sudah melupakannya.

Tradisi sembahyang rebutan memiliki fungsi di masyarakat. Masyarakat Tionghoa umumnya percaya akan para dewa. Pada perayaan sembahyang rebutan, para dewa turun dari langit dan menyaksikan orang-orang saling berbagi rezeki dengan cara memperebutkan makanan dan pakaian, jika di antara masyarakat yang tidak mendapatkan makanan dan pakaian maka dewa langit akan memberikan kutukan dan bencana bagi keluarganya.

Tradisi sembahyang makan malam memiliki nilai fungsi tertentu bagi etnis Tionghoa. Sembahyang makan malam berfungsi untuk memanjatkan doa kepada Chai Sen (Dewa Rezeki). Masyarakat Tionghoa percaya dengan memanjatkan doa kepada Dewa Rezeki, mereka akan ditunjukan jalan rezeki dan dilimpahkan rezeki di tahun baru imlek. Begitu pun dengan cerpen “Sembahyang Makan Malam” karya Hanna Fransisca yang menggambarkan seorang lelaki tua dengan istrinya melakukan sembahyang di altar rumah sebelum mengawali jamuan imlek, untuk meminta rezeki yang lebih dan nasib yang baik.

Kepercayaan dalam menghormati leluhur yang ada di dalam cerpen “Kuburan Kota Bunga” memiliki fungsi yaitu penghormatan leluhur dengan tidak memindahkan kuburan leluhurnya memiliki fungsi untuk menghormati leluhurnya agar tidak menjadi roh gentayangan. Sebab, jika kuburan leluhur dipindahkan, roh leluhur akan gentayangan mengitari keluarga yang memindahkannya dan akan menjadi kutukan baginya.

5.2 Implikasi

(39)

127

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan pengetahuan lebih mengenai sosial budaya etnis Tionghoa, yang nantinya akan berguna ketika peneliti terjun ke masyarakat, khususnya kalangan etnis Tionghoa. selain itu, peneliti juga mendapatkan buah-buah pemikiran baru dari apa yang sudah dipelajari dalam meneliti budaya etnis Tionghoa, sehingga bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

5.3 Rekomendasi

Dalam penelitian ini, peneliti hanya membatasi fokus penelitian terhadap nilai-nilai sosial budaya etnis Tionghoa yang meliputi bentuk dan fungsi secara umum, dengan tinjauan sosiologi sastra atau sastra sebagai cerminan masyarakat. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti melihat adanya kemungkinan fokus kajian lain yang berkaitan dengan objek. Misalnya menganalisis menggunakan semiotika untuk mengungkap lebih jelas arti dari simbol-simbol atau unsur-unsur budaya etnis Tionghoa. Penelitian selanjutnya juga dapat mengungkap permasalahan apa arti dari unsur-unsur budaya Tionghoa yang jarang sekali masyarakat ketahui pada umumnya.

Berdasarkan pemaparan di atas, disarankan bagi penelitian selanjutnya untuk dapat lebih mengembangkan hasil penelitian ini dan juga meninjau objek penelitian menggunakan fokus kajian yang lain yang berkaitan dengan sastra, sehingga apa yang terkandung dalam antologi cerpen Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina karya Hanna Fransisca ini dapat dimaknai lebih lanjut lagi dan hasil

(40)

133

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Damono, Sapardi Djoko. (1979). Sosiologi sastra sebuah pengantar ringkas. Jakarta: Depdikbud.

Endrasawara, Suwardi. (2011). Metode penelitian sosiologi sastra. Yogyakarta: Caps

Faruk. (2010). Pengantar sosiologi sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fransisca, Hanna. (2012). Sulaiman pergi ke tanjung cina. Depok, Indonesia: Komodo Books.

Koentjaraningrat. (1974). Pengantar antropologi. Jakarta : Aksara Baru.

Lan, Nio Joe. (2013). Peradaban tionghoa selayang pandang. Jakarta : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).

Lan, Nio Joe. (1962). Sastra indonesia tionghoa. Djakarta Gunung Agung.

Ratna, Nyoman Kutha. (2010). sastra dan cultural studies, representasi fiksi dan fakta.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ratna, Nyoman Kutha. (2011). Paradigma sosiologi sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Salmon, Claudine. (2010). Sastra indonesia awal, kontribusi orang tionghoa. Jakarta : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).

Soekanto, Soerjono. (1990). Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: RAJAWALI PERS.

Stanton, Robert. (2007). Teori fiksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. (1988) .Apresiasi kesusastraan. Jakarta:Gramedia.

Sumardjo, Jakob. (1995). Sastra dan massa. Bandung : Penerbit ITB.

Susanto, Dwi. (2012). Pengantar teori sastra. Yogyakarta: Caps.

(41)

134

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tzvetan, Todorov. (1985). Tata sastra. Jakarta: PENERBIT TJAMBATAN

Wellek, Rene & Austin Werren. (1990). Teori kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Sumber Artikel Ilmiah:

Adhi, Trisnanto AM. (2007). Etnis tionghoa juga bangsa indonesia. SUARA MERDEKA

http://suaramerdeka.com/harian/0702/18/nas04.html

CEU. (2013). Hukum memindah makam tionghoa. Batampos Cyber. http://batampos.co.id/10-12-2013/hukum-memindah-makam-tionghoa/

Dao An dan Xuan Tong (2012). Memindahkan kuburan.

http://web.budaya-tionghoa.net/index.php/item/1809-memindahkan-kuburan

Fidwar, Riyon. (2013). Ideologi penyair hanna fransisca dalam kumpulan puisi konde penyair han: tinjauan sosiologi pengarang. Padang: Universitas

Andalas.

PRI. (2015). Ketahui makna 5 makanan khas imlek ini. MetroTv

http://rona.metrotvnews.com/read/2015/02/19/360396/ketahui-makna-5-makanan-khas-imlek-ini

Wang U Chup. Budaya chinese

http://secapramana.com/china-spectacular/budayachinese.htm

Sumber Liputan Video:

NZR. (2015). Sembahyang kubur, tradisi tionghoa pontianak.

(42)

135

Muhammad Subki, 2015

NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

Gambar

Tabel 3.3 Pedoman Analisis Struktur Cerpen
Tabel 3.4 Pedoman Analisis Nilai Sosial Budaya Etnis Tionghoa Dalam Cerpen “Hari Raya Hantu”, “Sembahyang Makan Malam” dan “Kuburan Kota Bunga”

Referensi

Dokumen terkait