• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI KONSEP DIRI TERHADAP KEMATANGAN KARIR SISWA KELAS XII SMK NEGERI DI KOTA CIREBON.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI KONSEP DIRI TERHADAP KEMATANGAN KARIR SISWA KELAS XII SMK NEGERI DI KOTA CIREBON."

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI KONSEP DIRI TERHADAP KEMATANGAN KARIR

SISWA KELAS XII SMK NEGERI DI KOTA CIREBON

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh: Mutia Faulia

0901642

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014

(2)

KONTRIBUSI KONSEP DIRI TERHADAP KEMATANGAN KARIR SISWA

KELAS XII SMK NEGERI DI KOTA CIREBON

Oleh: Mutia Faulia NIM. 0901642

Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Pada Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan

© Mutia Faulia

Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2014

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang

(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “KONTRIBUSI

KONSEP DIRI TERHADAP KEMATANGAN KARIR SISWA KELAS XII

SMK NEGERI DI KOTA CIREBON” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Januari 2014 Yang membuat pernyataan,

(6)

"Orang yang berpikiran positif, dalam kondisi apapun selalu memacu dirinya sendiri

ke arah yang lebih baik, tanpa terpengaruh oleh kondisi luar, selalu berusaha

melihat dari segi positif, dan menjadikan halangan sebagai tantangan untuk maju"

To be beautiful means to be yourself.

You don’t need to be accepted by others.

You need to accept yourself.

(Thich Nhat Hanh)

Skripsi ini merupakan salah satu bentuk perjuangan,keyakinan,serta kesabaran

dalam melawan hambatan selama proses penyusunannya.

(7)

ABSTRAK

FAULIA, MUTIA (0901642). KONTRIBUSI KONSEP DIRI TERHADAP KEMATANGAN KARIR SISWA KELAS XII SMK NEGERI DI KOTA CIREBON. Skripsi Jurusan Psikologi, FIP UPI Bandung (2014).

Penelitian bertujuan mengetahui kontribusi konsep diri terhadap kematangan karir siswa kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportionate Stratified Random Sampling. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 274 responden. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner konsep diri berdasarkan teori Hurlock dan kematangan karir berdasarkan alat ukur Career Maturity Inventory (CMI) yang dikembangkan oleh John Crites beserta koleganya. Hasil penelitian menjawab pertanyaan penelitian: pertama, gambaran konsep diri siswa kelas XII SMK secara umum berkategori positif. Kedua, gambaran kematangan karir siswa kelas XII SMK secara umum berkategori sedang. Ketiga, terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dan kematangan karir dengan koefisien korelasi positif sebesar 0,546 serta koefisien determinasi sebesar 29,81%. Diharapkan dari hasil penelitian ini, pihak sekolah meningkatkan pemberian bimbingan kelompok kepada siswanya seperti kelas bimbingan kelompok, kelompok diskusi, dan kelompok kerja yang berkenaan dengan perkembangan pribadi siswa serta informasi tentang karir atau pekerjaan.

(8)

ABSTRACT

FAULIA, MUTIA (0901642). THE CONTRIBUTION OF SELF CONCEPT TO CAREER MATURITY ON GRADE-12 VOCATIONAL SECONDARY SCHOOL IN CIREBON. S1 Thesis, Department of Psychology, FIP UPI Bandung (2014).

This research aimed at describe finding out the contribution of self concept to career maturity on grade-12 voctional secondary school in Cirebon. It used quantitative approach with a descriptive correlational method. The sampling technique was Stratified Random Sampling. The population of this research were the whole grade-12 (year 2013/2014) students in Vocational Secondary School, Cirebon. The samples of this research were 274 respondents. The instruments used in this research were both the questionnaire of self concept based on Hurlock’s theory and career maturity inventory (CMI) developed by John Crites at all. The results were: firstly, the grade-12 students on Vocational Secondary School had positive self-concept, secondly the grade-12 students on Vocational Secondary School had average career maturity, and finally there was a positive and significant relationship between self concept and career maturity (r= 0,546), and the determinant coeffecient was 28,81 percent. The results suggested school improve group guidance to students by group guidance class, group discussion, and team work that deal with personal development. School also provided information of career and occupation.

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL HAK CIPTA

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PENGUJI

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 10

BAB II KONSEP DIRI DAN KEMATANGAN KARIR SISWA A.Konsep Diri ... 11

1. Definisi Konsep Diri ... 11

2. Komponen Konsep Diri ... 12

3. Perkembangan Konsep Diri ... 13

4. Jenis-jenis Konsep Diri ... 22

B. Kematangan Karir ... 24

1. Definisi Kematangan Karir ... 24

2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kematangan Karir ... 25

3. Tahap-tahap Perkembangan Karir ... 29

4. Aspek-aspek Kematangan Karir ... 31

C.Karakteristik SMK... 33

D.Kerangka Berpikir ... 36

E. Hipotesis Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A.Lokasi dan Subjek Penelitian ... 39

1. Lokasi Penelitian ... 39

2. Populasi Penelitian ... 40

3. Sampel dan Teknik Sampling Penelitian ... 40

B. Metode Penelitian ... 44

(10)

1. Variabel Penelitian ... 45

2. Definisi Operasional Variabel ... 45

a. Definisi Operasional Konsep Diri ... 45

b. Definisi Operasional Kematangan Karir ... 46

D.Teknik Pengumpulan Data ... 47

E. Instrumen Penelitian ... 48

1. Kuesioner Konsep Diri ... 48

a. Pengisian Kuesioner ... 48

b. Penyekoran ... 49

2. Kuesioner Kematangan Karir ... 49

a. Pengisian Kuesioner ... 50

b. Penyekoran ... 50

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 51

1. Validitas Isi ... 51

2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 51

a. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Konsep Diri ... 52

b. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kematangan Karir ... 55

G.Analisis Data ... 58

1. Untuk Mengetahui Gambaran Umum Konsep Diri pada Siswa Kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon ... 58

2. Untuk Mengetahui Gambaran Umum Konsep Kematangan Karir pada Siswa Kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon ... 60

3. Untuk Mengetahui Kontribusi Konsep Diri terhadap Kematangan Karir pada Siswa Kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon ... 61

H.Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 64

1. Tahap Persiapan ... 64

2. Tahap Pelaksanaan ... 65

3. Tahap Pelaporan ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 66

1. Gambaran Umum Konsep Diri pada Siswa Kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon ... 66

a. Dimensi Perceptual Component ... 68

b. Dimensi Conceptual Component ... 69

c. Dimensi Attitudinal Component ... 69

2. Gambaran Umum Kematangan Karir pada Siswa Kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon ... 71

a. Aspek Sikap ... 73

(11)

3. Kontribusi Konsep Diri terhadap Kematangan Karir pada

Siswa Kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon ... 76

B. Pembahasan Penelitian ... 80

1. Gambaran Umum Konsep Diri pada Siswa Kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon ... 80

2. Gambaran Umum Kematangan Karir pada Siswa Kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon ... 85

3. Kontribusi Konsep Diri terhadap Kematangan Karir pada Siswa Kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon ... 88

C.Hasil Tambahan dan Pembahasan ... 94

1. Gambaran Umum Konsep Diri pada Siswa Kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon berdasarkan Jenis Kelamin ... 94

a. Hasil ... 94

b. Pembahasan ... 97

2. Gambaran Umum Kematangan Karir pada Siswa Kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon berdasarkan Jenis Kelamin ... 99

a. Hasil ... 99

b. Pembahasan ... 102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 105

1. Bagi Sekolah ... 105

2. Bagi kalangan profesi Psikolog ... 106

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 108

LAMPIRAN ... 112

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

3.1 Jumlah Sampel Siswa Kelas XII SMK Negeri 1 dan SMK Negeri 2 Kota Cirebon

Tahun Ajaran 2013/2014 ... 44

3.2 Pola Penskoran Instrumen Konsep Diri ... 49

3.3 Pola Penskoran Instrumen Kematangan Karir ... 50

3.4 Hasil Pengujiam Daya Diskriminasi Instrumen Konsep Diri ... 52

3.5 Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri Sebelum dan Sesudah Uji Coba ... 53

3.6 Koefisien Reliabilitas menurut Guilford ... 55

3.7 Hasil Pengujian Daya Diskriminasi Instrumen Kematangan Karir ... 56

3.8 Kisi-kisi Instrumen Kematangan Karir Sebelum dan Sesudah Uji Coba ... 56

3.9 Rumuasan Empat Kategori Skala Konsep ... 59

3.10 Rumuasan Lima Kategori Skala Kematangan Karir ... 60

3.11 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 63

3.12 Kriteria Signifikasi Variabel ... 63

4.1 Statistik Deskriptif Konsep Diri ... 66

4.2 Gambaran Umum Konsep Diri Siswa ... 67

4.3 Statistik Deskriptif Dimensi-Dimensi Konsep Diri ... 67

4.4 Gambaran Umum Konsep Diri Siswa Dari Dimensi Perceptual Component ... 68

4.5 Gambaran Umum Konsep Diri Siswa Dari Dimensi Conceptual Component ... 69

4.6 Gambaran Umum Konsep Diri Siswa Dari Dimensi Attitudinal Component ... 69

(13)

4.8 Statistik Deskriptif Kenatangan Karir... 72

4.9 Gambaran Umum Kematangan Karir Siswa ... 72

4.10 Statistik Deskriptif Aspek-Aspek Kematangan Karir ... 73

4.11 Gambaran Umum Kematangan Karir Siswa Dari Aspek Sikap ... 73

4.12 Gambaran Umum Kematangan Karir Siswa Dari Aspek Kompetensi ... 74

4.13 Matriks Variabel Kematangan Karir Dengan Masing-Masing Dimensinya ... 75

4.14 Korelasi Variabel Konsep Diri Dengan Kematangan Karir ... 76

4.15 Matriks Variabel Konsep Diri Dengan Kematangan Karir... 77

4.16 Korelasi Dimensi Antara Variabel Konsep Diri Dengan Kematangan Karir ... 79

4.17 Gambaran Umum Konsep Diri Siswa Laki-Laki ... 94

4.18 Gambaran Umum Konsep Diri Siswa Perempuan ... 96

4.19 Gambaran Umum Kematangan Karir Siswa Laki-Laki... 99

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status anak-anak (Monks, 2006). Selama masa transisi, remaja dituntut untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan (developmental tasks) terkait dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan (perbuatan dan tingkah laku) yang seharusnya dimiliki oleh seorang remaja sesuai dengan fase perkembangannya sebelum akhirnya menjadi dewasa (Yusuf, 2009). Individu yang mampu menuntaskan tugas-tugas perkembangannya pada suatu fase maka akan memperoleh keberhasilan untuk menuntaskan tugas perkembangan pada fase perkembangan berikutnya. Selama rentang fase-fase perkembangan yang dilaluinya tersebut, konsep mengenai diri terbentuk. Konsep mengenai diri bukan suatu pembawaan sejak lahir namun berkembang sejalan dengan berbagai pengalaman yang membentuk pemahaman diri (Burns, 1993). Felker (Burns, 1993:293) juga menyatakan konsep diri menentukan sesuatu yang diharapkan terjadi oleh individu, sehingga konsep diri akan turut berpengaruh terhadap perilakunya.

(15)

berproses untuk menjadi stabil, seorang individu mulai menyadari gambaran dirinya dan mulai menentukan langkah untuk merencanakan karirnya. Jika dikaitkan dengan pernyataan Felker (Burns, 1993:293) sebelumnya, maka diasumsikan bahwa konsep diri juga akan memengaruhi cara berpikir remaja mengenai sesuatu yang harus dipilihnya dalam hidup.

Menurut Havighurst (Yusuf, 2010:83) memilih dan mempersiapkan diri untuk berkarir adalah salah satu tugas yang harus dipenuhi pada masa remaja. Super (Santrock, 2003) percaya bahwa masa remaja merupakan saat seseorang membangun konsep diri tentang karir.

(16)

3

Super (Santrock, 2002:94) mengungkapkan dalam pemilihan karir, konsep diri seorang individu memainkan peran yang pokok. Pada masa remaja dan dewasa, perkembangan konsep diri tentang karir banyak terjadi perubahan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Anna Freud (Sarwono, 2006), bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan salah satunya perubahan-perubahan yang berhubungan dengan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depannya. Perubahan yang terjadi menunjukkan adanya kemampuan remaja untuk menjaga kestabilan konsep diri dan kemampuan untuk memilih karir semakin berkembang.

Masa sekolah menengah bertepatan dengan masa remaja. Hal ini berarti siswa sekolah menengah memiliki tugas untuk memilih dan mempersiapkan diri untuk berkarir. Pada masa sekolah menengah, terutama siswa di SMK perlu memastikan pilihannya untuk memasuki suatu perguruan tinggi atau meneruskan ke dunia pekerjaan setelah mereka lulus. Dalam hal ini, pengetahuan siswa mengenai gambaran tentang dirinya berperan penting. Oleh karena itu, siswa seharusnya telah memiliki pengetahuan yang luas dan bermacam-macam mengenai gambaran tentang diri, kelebihan maupun kelemahannya, serta suatu bidang yang diminati agar dapat menyesuaikan antara gambaran ideal dengan gambaran aktual yang ada pada dirinya untuk memudahkan siswa dalam memilih karir yang akan ditekuninya nanti.

(17)

siswa di beberapa SMK di Jawa Barat, salah satunya adalah permasalahan karir, yaitu: 1) kurang mengetahui cara memilih program studi; 2) kurang mempunyai motivasi untuk mencari informasi tentang karir; 3) masih bingung memilih pekerjaan; 4) merasa cemas untuk mendapatkan pekerjaan setelah lulus; dan 5) belum memiliki pilihan perguruan tinggi tertentu, jika setelah lulus tidak masuk dunia kerja.

Peraturan Pemerintah (PP) No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, pada Pasal 80 ayat 1 menjelaskan penjurusan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berbentuk bidang studi keahlian. Kurikulum pembelajaran yang digunakan di SMK lebih mengutamakan praktik dibandingkan teori (Sirodjuddin, 2008) dan difokuskan pada bidang studi keahlian yang ditujukan untuk mempersiapkan peserta didik untuk dapat langsung terjun ke dalam dunia kerja. Dengan kata lain, siswa-siswi yang bersekolah di SMK telah lebih matang mempersiapkan diri dalam berkarir sejak duduk di bangku sekolah menengah.

Mayoritas pelajar di Indonesia memilih Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dikarenakan setelah tamat sekolah bisa langsung bekerja. Mahalnya biaya pendidikan di Indonesia juga merupakan salah satu alasan orangtua berpikir jauh kearah masa depan anaknya sehingga lebih memilih sasaran pendidikan SMK agar dapat langsung terjun ke dunia pekerjaan (Nias, 2013).

(18)

5

SD ke bawah. Fenomena tersebut menunjukkan siswa SMK masih mengalami kerisauan dalam mempersiapkan diri untuk berkarir baik yang berkenaan dengan pendidikan ataupun pekerjaannya kelak setamat dari sekolah.

Terdapat beberapa hasil penelitian yang terkait konsep diri dengan kematangan karir. Penelitian Elmiani (2008) kepada 206 orang siswa kelas XI SMA Negeri 10 Bandung Tahun Ajaran 2007/2008 diperoleh hasil bahwa konsep diri berkontribusi sebesar 27,3% terhadap kematangan karir, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.

Penelitian Salami (2008) menguji hubungan antara gender, status identitas (kesadaran akan identitas atau jati dirinya), dan kematangan karir remaja di sekolah menengah Southwest Nigeria yang dilakukan pada 581 remaja, dengan 275 laki-laki dan 306 perempuan. Hasil penelitiannya menunjukkan status identitas memiliki hubungan yang signifikan dengan kematangan karir, tetapi tidak terdapat hubungan yang signifikan antar gender dengan kematangan karir. Selain itu, tidak terdapat perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam kematangan karir dan status identitas mereka. Terkait dengan paparan penelitian di atas, Erikson (Yusuf, 2009:15) berpendapat bahwa remaja merupakan masa berkembangnya identitas. Anita E. Woolfolk (Yusuf, 2009:15) mengartikan identitas sebagai “suatu pengorganisasian dorongan-dorongan (drives), kemampuan-kemampuan (abilities), keyakinan-keyakinan (beliefs), dan pengalaman seseorang ke dalam citra diri (image of self) yang konsisten”. Upaya pengorganisasian tersebut melibatkan kemampuan untuk memilih dan mengambil keputusan, terutama yang menyangkut pekerjaan, orientasi sekolah, dan falsafah kehidupan.

(19)

positif yang signifikan antara sikap kematangan karir, kompetensi kematangan karir, dan internal locus of control pada anak laki-laki di sekolah umum. Kompetensi kematangan karir juga signifikan berkorelasi dengan internal locus of control dan motivasi berprestasi.

Lebih lanjut, pada kasus anak laki-laki di sekolah pemerintah, hasil penelitian menunjukkan sikap kematangan karir memiliki korelasi positif yang signifikan dengan kompetensi kematangan karir, motivasi berprestasi, dan konsep diri. Akan tetapi, locus of control memiliki korelasi negatif yang signifikan dengan sikap kematangan karir, yang berarti bahwa anak laki-laki pada sekolah pemerintah memiliki external locus of control. Hal ini menunjukkan kematangan karir dalam kelompok dipengaruhi oleh kesempatan, teman sebaya, dan faktor lingkungan lainnya. Demikian juga sikap mereka terhadap pekerjaan dipengaruhi oleh faktor eksternal. Oleh sebab itu, dalam penelitiannya disimpulkan bahwa murid-murid di sekolah pemerintah memiliki sikap dan kompetensi kematangan karir yang tinggi, memiliki konsep diri dan external locus of control yang tinggi, serta orientasi berprestasi yang lebih

banyak. Pada anak perempuan di sekolah umum, hasil penelitian menunjukkan sikap kematangan karir memiliki korelasi positif yang signifikan dengan motivasi berprestasi dan konsep diri. Sementara pada kasus anak perempuan di sekolah pemerintah, kompetensi kematangan karir secara signifikan berkorelasi dengan motivasi berprestasi saja.

(20)

7

untuk ikut serta dalam aktivitas belajar untuk maju ke arah pencapaian tujuan dan sasaran hasil yang diinginkan, sebagaimana yang dicerminkan dalam sikap dan kompetensi kematangan karir. Di sisi lain, sekolah pemerintah cenderung kekurangan lingkungan pembelajaran yang efektif, yang perlu diperkuat lebih lanjut lagi.

Terdapat dua sekolah menengah kejuruan negeri di Kota Cirebon, yaitu SMK Negeri 1 dan 2 Cirebon. SMK Negeri 1 merupakan sekolah menengah kejuruan favorit di kota Cirebon jika dibandingkan dengan SMK Negeri 2. Kedua SMK Negeri tersebut memiliki beberapa permasalahan karir yang dialami oleh siswa-siswinya.

Fenomena permasalahan karir yang ada di SMK Negeri 2 Cirebon berdasarkan hasil wawancara terhadap guru BK, sebagian besar siswa Kelas XII masih bingung bila dituntut untuk memilih dan merencanakan karir, seperti meneruskan program studi lanjutan ke perguruan tinggi atau langsung bekerja. Menurut guru BK, hal tersebut dikarenakan faktor ekonomi keluarga yang berada pada kategori menengah ke bawah padahal keinginan untuk meneruskan studi ke perguruan tinggi sangat besar. Selain itu, banyak siswa pada awal masuk sekolah ingin mengambil jurusan yang mereka minati tetapi karena ketentuan dan persyaratan yang tidak dapat dipenuhi maka mereka mengambil jurusan yang lain.

(21)

telah dirintis oleh orangtuanya. Menurut guru BK, hal tersebut menyebabkan mereka kurang memiliki motivasi dalam belajar, prestasi di kelasnya rendah, dan kadang-kadang mereka sering membolos.

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa ekonomi keluarga dan keinginan orangtua merupakan salah satu faktor siswa memilih bersekolah di SMK. Siswa tersebut memilih bersekolah di SMK bukan karena kematangan karirnya, tetapi ia mengikuti yang diharapkan dari lingkungan (faktor eksternal) bukan didasarkan oleh keinginan di dalam dirinya (faktor internal) sehingga memungkinkan konsep diri yang dimiliki rendah. Oleh karena itu, siswa-siswi di SMK tidak selalu mencerminkan konsep diri dan kematangan karir yang tinggi.

Pemaparan di atas menunjukkan penting bagi seorang siswa untuk berusaha mengambil langkah-langkah yang tepat untuk karirnya di kemudian hari dengan memahami gambaran baik tentang dirinya, kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, maupun kesempatan berkarir yang ada di lingkungannya. Artinya seorang siswa perlu memiliki konsep diri yang benar. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang kontribusi konsep diri terhadap kematangan karir siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan penelitian-penelitian terdahulu didapatkan bahwa konsep diri seorang siswa memainkan peran yang penting dalam pemilihan karir karena dengan mengetahui gambaran, potensi serta kelemahan diri akan memudahkan mereka untuk memilih karir yang akan ditekuninya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut.

(22)

9

2. Bagaimana gambaran umum kematangan karir pada siswa Kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon?

3. Seberapa besar kontribusi konsep diri terhadap kematangan karir pada siswa Kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. memperoleh data empirik mengenai gambaran umum konsep diri siswa Kelas

XII SMK Negeri di Kota Cirebon;

2. memperoleh data empirik mengenai gambaran umum kematangan karir pada siswa Kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon; dan

3. mengetahui seberapa besar kontribusi konsep diri terhadap kematangan karir pada siswa kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian terdiri dari manfaat teoretis dan praktis. 1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan dan pengetahuan dalam pengembangan Ilmu Psikologi Pendidikan terutama tentang konsep diri yang berkaitan dengan kematangan karir.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi Sekolah

Memberikan masukan dan informasi kepada pihak sekolah untuk lebih mengenal dan memahami konsep diri serta kematangan karir para siswanya. Dengan demikian pihak sekolah dapat mempertimbangkan upaya pemberian bimbingan yang berhubungan atau berkaitan dengan konsep diri dan kematangan karir bagi siswanya.

(23)

b. Manfaat bagi kalangan profesi Psikolog

Penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai landasan bagi psikolog untuk keperluan konseling dalam memahami kondisi siswa untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi khususnya yang berkaitan dengan konsep diri dan kematangan karir.

c. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Penelitian diharapkan dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya yang berhubungan dengan konsep diri dan kematangan karir remaja.

E. Struktur Organisasi Skripsi

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di dua tempat, yaitu:

a. SMK Negeri 1 Kota Cirebon yang beralamatkan di Jalan Perjuangan, Sunyaragi, Kota Cirebon 45132; dan

b. SMK Negeri 2 Kota Cirebon yang beralamatkan di Jalan Dr. Ciptomangunkusumo, Kota Cirebon 45131.

Alasan penelitian dilakukan di SMK Negeri 1 dan 2 Kota Cirebon karena kedua sekolah tersebut merupakan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri yang ada di Cirebon dan banyak diminati siswa-siswi yang ingin bersekolah di SMK. Selain itu, SMK juga sudah difokuskan pada bidang studi keahlian suatu pekerjaan tertentu (Peraturan Pemerintah (PP) No. 17 Tahun 2010), yang memungkinkan siswa-siswi yang bersekolah di SMK telah matang untuk mempersiapkan diri dalam berkarir sejak duduk di bangku sekolah menengah.

(25)

siswa berminat untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dengan pilihan jurusan kuliah yang berbeda dengan jurusan yang ditempuhnya selama bersekolah di SMK (Wawancara).

Berdasarkan hasil informasi yang diperoleh, beberapa siswa-siswi SMK Negeri 1 dan 2 Kota Cirebon cenderung mengikuti yang diharapkan dari lingkungan (faktor eksternal) bukan didasarkan oleh keinginan di dalam dirinya (faktor internal) dalam mempersiapkan diri untuk berkarir. Oleh karena itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan masukan dan informasi kepada pihak sekolah untuk dapat mempertimbangkan upaya pemberian bimbingan yang berhubungan atau berkaitan dengan konsep diri dan kematangan karir bagi siswanya.

2. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:117). Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII SMK Negeri Kota Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 866 orang, yang terdiri atas 593 orang siswa SMKN 1 Cirebon dan 273 orang siswa SMKN 2 Cirebon.

3. Sampel dan Teknik Sampling Penelitian

Sampel dari seluruh siswa kelas XII SMKN 1 dan 2 Kota Cirebon diambil dengan menggunakan teknik Proportionate Stratified Random

Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang mempunyai

(26)

41

Teknik Proportionate Stratified Random Sampling ini digunakan karena populasinya adalah siswa kelas XII SMK Negeri 1 dan 2 Kota Cirebon, dimana kedua sekolah tersebut memiliki perbedaan karakteristik. SMK Negeri 1 Kota Cirebon merupakan lembaga pendidikan menengah kejuruan yang berfokus pada bidang teknologi dan industri, jurusan-jurusannya yaitu teknik mesin, listrik, otomotif, bangunan, elektronika, komputer dan jaringan, serta pendingin udara. Sedangkan SMK Negeri 2 Kota Cirebon merupakan lembaga

pendidikan menengah kejuruan yang berfokus pada “mutu” baik input, proses, output, outcomes, maupun pelayanan, jurusan-jurusannya yaitu akomodasi perhotelan, jasa boga, patiseri, kecantikan kulit, kecantikan rambut, dan busana butik. Oleh karena itu, penarikan sampel yang digunakan harus melihat pada perbedaan karakteristik dari populasi sehingga dilakukan secara proporsional dimana sampel yang diambil sebanding dengan jumlah populasi pada masing-masing SMK.

Adapun yang menjadi kerangka sampel (sample frame) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a) Siswa kelas XII merupakan masa remaja saat seseorang sudah mulai memiliki kesadaran akan perbedaan dirinya dengan orang lain dan mampu mengenali dirinya sendiri serta membangun konsep diri tentang karirnya. b) Siswa kelas XII berada pada fase remaja madya (15-17 tahun), yang

seyogianya mereka telah memiliki kesadaran dan penggunaan sumber daya yang tepat, pengetahuan tentang partisipasi dalam dunia kerja dan kemampuan untuk mengintegrasikan dan melaksanakan keputusan karir. c) Siswa kelas XII telah melakukan pendidikannya selama dua tahun sesuai

(27)

Sample frame dalam penelitian yang telah dipaparkan diatas didukung

dengan teori Super yang mengatakan bahwa individu secara bertahap mengembangkan kematangan karir dengan usia. Studi empiris juga telah menunjukkan hasil tentang hubungan antara kematangan karir dan usia (Choi, W., Goh, M. & Yon, K. J., 2012). Artinya, studi menemukan siswa yang lebih tua memiliki tingkat yang lebih tinggi dari kematangan karir daripada siswa yang lebih muda. Kematangan karir individu meningkat selama periode akhir sekolah dasar, menurun sedikit selama periode sekolah menengah pertama, dan meningkat kembali selama periode sekolah menengah atas. Oleh karena itu, remaja mengembangkan kematangan karir mereka dengan cara yang tidak merata dari waktu ke waktu dan juga menghadapi masa stagnan atau menurun dalam kematangan karir selama periode tertentu.

Untuk menentukan jumlah totsl sampel yang layak untuk dijadikan sumber data dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus Slovin, sebagai berikut:

(Umar, 2008:65) Keterangan:

n : ukuran sampel N : ukuran populasi

e : persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir/diinginkan (digunakan 5%)

Berdasarkan rumus di atas, jumlah sampel yang diambil dari seluruh siswa kelas XII SMK Negeri 1 dan SMK Negeri 2 Kota Cirebon sebanyak 274 responden, dengan perhitungan sebagai berikut:

(28)

43

Setelah didapatkan jumlah total sampel sebanyak 274 responden, jumlah total sampel tersebut dibagi kepada masing-masing SMK dilakukan secara proporsional dimana sampel yang diambil sebanding dengan jumlah populasi pada masing-masing SMK, dengan rincian perhitungan sebagai berikut. SMK Negeri 1 Kota Cirebon

persentase populasi 1total populasi

SMK Negeri 2 Kota Cirebon

persentase populasi 2total populasi

(29)

Berdasarkan perhitungan tersebut, jumlah sampel pada masing-masing SMK dapat dijabarkan dalam Tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1

Jumlah Sampel Siswa Kelas XII SMK Negeri 1 dan SMK Negeri 2 Kota Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014

Sekolah Frekuensi Persentase

SMK Negeri 1 188 68,48%

SMK Negeri 2 86 31,52%

Total 274 100%

B. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2013:14).

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Menurut Surakhmad (2004), penelitian deskriptif merupakan penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dan tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis tentang arti data itu.

(30)

45

konsep diri terhadap kematangan karir pada siswa kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat, atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:61). Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu:

2. variabel pertama, konsep diri siswa kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon; dan

3. variabel kedua, kematangan karir siswa kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon.

1. Definisi Operasional Variabel Penelitian

a. Definisi Operasional Konsep Diri

Dalam penelitian ini, konsep diri merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki siswa Kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon, tentang diri mereka sendiri yang tergambar dari derajat skor skala konsep diri yang diperoleh dari jawaban item-item pertanyaan mengenai tiga komponen utama konsep diri, yaitu the perceptual component, the conceptual component, dan the attitudinal component.

a. Perceptual Component

The perceptual component adalah penilaian yang dimiliki

seseorang mengenai penampilan fisiknya dan kesan yang ditampilkan pada orang lain. Komponen ini meliputi penilaian mengenai daya tarik dan kesesuaian/keserasian seksual tubuhnya (attractiveness and sex appropriatiness), arti penting bagian-bagian tubuh, serta penilaian fisik

(31)

Komponen ini sering disebut sebagai physical self-concept (konsep diri fisik).

b. Conceptual Component

The Conceptual Component adalah penilaian yang dimiliki

seseorang mengenai keunikan dirinya yang meliputi kemampuan dan ketidakmampuannya, latar belakang dan asal usulnya, serta masa depannya. Pandangan terhadap masa yang akan datang berhubungan dengan tuntutan dari dorongan dan cita-cita siswa tersebut yang meliputi pendidikan, pekerjaan, dan teman hidup (Yusuf, 2009:22). Komponen ini sering disebut sebagai physichological self-concept (konsep diri psikologis), yang tersusun dari beberapa kualitas penyesuaian diri, seperti kejujuran, rasa percaya diri, kemandirian, keberanian, dan kebalikan dari sifat-sifat tersebut.

c. Attitudinal Component

The Attitudinal Component adalah perasaan seseorang mengenai

dirinya, sikap terhadap statusnya dimasa sekarang dan dimasa yang akan datang. Komponen ini meliputi perasaan kebermanfaatan, sikap terhadap harga diri, menyalahkan diri sendiri, perasaan bangga dan malu. Bagi seseorang yang sudah mencapai masa dewasa, komponen sikap juga terkait dengan keyakinan, pendirian, nilai-nilai, idealita, aspirasi, dan komitmen yang menyusun filosofi hidupnya.

b. Definisi Operasional Kematangan Karir

(32)

47

1) Sikap, aspek ini meliputi:

a) keterlibatan, yaitu sejauhmana individu terlibat dalam proses pengambilan keputusan karir;

b) independensi, yaitu tingkat kemandirian individu dalam proses pengambilan keputusan karir;

c) orientasi, yaitu tingkat orientasi terhadap pilihan karir, apakah pilihan karir tersebut berorientasi pada pekerjaan (work-oriented) atau kesenangan (pleasure-oriented);

d) ketegasan, yaitu kepastian individu dalam menentukan pilihan karir; e) kompromi, yaitu sejauh mana individu melakukan kompromi yang

berhubungan dengan keadaan dirinya. 2) Kompetensi, aspek ini meliputi:

a) penilaian diri, yaitu penilaian sifat-sifat dan kecenderungan kecenderungan hipotesis siswa dalam hubungan dengan keberhasilan dan keputusan karir;

b) informasi, yaitu pengetahuan tentang syarat-syarat pekerjaan, pendidikan/pelatihan, dan pengetahuan praktis tentang pekerjaan; c) seleksi tujuan, yaitu nilai-nilai priodik yang dikejar dalam pekerjaan; d) perencanaan, yaitu langkah-langkah logis dalam proses pengambilan

keputusan karir;

e) pemecahan, yaitu pemecahan masalah dalam proses pengambilan keputusan karir.

Komponen-komponen konsep diri dan aspek-aspek kematangan karir diatas akan menjadi dimensi serta indikator dasar dalam pembuatan instrumen pada penelitian ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

(33)

oleh peneliti kepada responden agar terjadi kontak langsung dan komunikasi yang baik sehingga dengan sukarela responden akan memberikan data yang objektif.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan berupa kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2013:199).

Instrumen dibuat dengan menggunakan Skala Likert. Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2013:134). Item-item dalam skala Likert ini diasumsikan monoton atau kontinum, yang artinya semakin favorable perilaku orang maka akan semakin tinggi skornya (Ihsan, 2009:62).

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner yang terdiri atas dua bagian, yaitu kuesioner konsep diri dan kuesioner kematangan karir. Dibawah ini penjelasan mengenai kedua kuesioner tersebut.

1. Kuesioner Konsep Diri

Kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Konsep Diri yang peneliti susun sendiri berdasarkan tiga komponen utama dari konsep diri yang dikemukakan oleh Hurlock (1974:22), yaitu perceptual component, conceptual component, dan attitudinal component. Kuesioner

terdiri atas 44 item, dengan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,922 (reliabilitas sangat tinggi).

a. Pengisian Kuesioner

Cara pengisian kuesioner ini adalah dengan meminta kesedian responden untuk menjawab semua item-item pertanyaan dengan cara memilih satu dari empat alternatif jawaban yang tersedia dengan

memberikan tanda ceklis (√) pada pilihan jawaban di setiap item

(34)

49

bersangkutan. Setiap item pertanyaan memiliki empat pilihan jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).

b. Penyekoran

Tahapan-tahapan penyekoran pada instrumen konsep diri sebagai berikut.

1) Setiap item pertanyaan memiliki empat alternatif jawaban yang harus dipilih oleh responden. Setiap jawaban responden dinilai berdasarkan ketentuan dua pola penyekoran item yaitu favorable dan unfavorable yang dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Pola Penskoran Instrumen Konsep Diri

Bentuk Item Pola Skor

SS S TS STS

Favorable 4 3 2 1 Unfavorable 1 2 3 4

2) Menjumlahkan jawaban responden yang diberikan pada setiap item sehingga diperoleh skor total untuk masing-masing responden.

3) Menghitung mean dan deviasi standar, lalu membuat kategorisasi dengan memasukkan mean dan deviasi standar kedalam rumus kategori skala konsep diri.

2. Kuesioner Kematangan Karir

(35)

yang dikembangkan oleh John Crites dan koleganya (Sharf, 1992:144-155), yaitu Career Maturity Inventory (CMI) yang mengelompokkan aspek kematangan karir ke dalam dua aspek, yaitu aspek sikap dan kompetensi.

Setelah dilakukan modifikasi, kuesioner terdiri atas 17 item pada aspek sikap dengan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0, 849 (reliabilitas tinggi) dan 17 item pada aspek kompetensi dengan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,862 (reliabilitas tinggi).

a. Pengisian Kuesioner

Cara pengisian instrumen ini adalah dengan meminta kesedian responden untuk menjawab semua item-item pertanyaan dengan cara memilih satu dari lima alternatif jawaban yang tersedia dengan

memberikan tanda ceklis (√) pada pilihan jawaban di setiap item pertanyaan sesuai keadaan yang sebenarnya dari individu yang bersangkutan. Setiap item pertanyaan memiliki lima pilihan jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Ragu-Ragu (R) Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).

b. Penyekoran

Tahapan penyekoran pada instrumen kematangan karir tidak jauh berbeda dengan tahapan penyekoran pada instrumen konsep diri, yaitu terlebih dahulu menjumlahkan jawaban responden pada setiap item sehingga diperoleh skor total untuk masing-masing responden berdasarkan ketentuan dua pola penyekoran item yang dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Pola Penskoran Instrumen Kematangan Karir

Bentuk Item Pola Skor

SS S R TS STS

(36)

51

Kemudian menghitung mean dan deviasi standar, lalu membuat kategorisasi dengan memasukkan hasil mean dan deviasi standar tersebut kedalam rumus kategori skala kematangan karir.

F. Proses Pengembangan Instrumen

1. Validitas Isi

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukur. Suatu tes atau instrumen dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2011:173-174).

Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji validitas isi (content validity). Uji validitas isi merupakan pengujian validitas instrumen terhadap isi instrumen yang dilakukan melalui analisis rasional atau melalui professional judgement untuk memeriksa kesesuaian masing-masing item

dengan indikator perilaku yang hendak diungkap (Azwar, 2011:175).

2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

(37)

(Azwar, 2011:48) Keterangan:

X = Angka pada variabel pertama Y = Angka pada variabel kedua N = Banyaknya subjek

Menurut Azwar (2011:148), item-item yang mencapai koefisien korelasi rix ≥ 0,30 atau rix ≥ 0,25 dianggap sebagai item yang memiliki indeks daya diskriminasi yang baik. Dalam penelitian ini, batas koefisien korelasi yang digunakan adalah 0,25.

a. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Konsep Diri

Setelah dilakukan pengujian indeks daya diskriminasi dengan melihat Corrected item-total correlation, dari 71 item diperoleh 44 item layak

dengan indeks daya diskriminasi yang dianggap memuaskan. Sedangkan 27 item tidak layak sehingga dihapus dan tidak dipergunakan kembali karena tidak mampu mengukur yang seharusnya diukur. Rincian item tersebut dapat dilihat dalam Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Hasil Pengujian Daya Diskriminasi Instrumen Konsep Diri

Item Layak Item Tidak Layak

3, 4, 5, 6, 7, 11, 13, 15, 18, 19, 21, 25, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45, 47, 50, 51, 53, 55, 56, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 69, 70, 71

1, 2, 8, 9, 10, 12, 14, 16, 17, 20, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 40, 46, 48, 49, 52, 54, 57, 67, 68

r

xy =

∑ ∑ ∑

(38)

53

Adapun kisi-kisi instrumen konsep diri sebelum dan sesudah uji coba dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri Sebelum dan Sesudah Uji Coba

(39)

e. Perasaan bangga 15, 44 2 8, 25 2

f. Perasaan malu 16, 45 2 26 1

Jumlah 71 71 44 44

Kemudian dilakukan uji reliabilitas instrumen. Reliabilitas instrumen dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, jika aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah (Azwar, 2011:180).

Reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach yang dihitung pada item-item yang telah valid. Adapun rumus

Alpha Cronbach yang digunakan ialah sebagai berikut:

( Ihsan, 2009:104) Keterangan:

= Koefisien Reliabilitas Instrumen

n = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal Vi = Jumlah varians butir

Vt = Varians skor total

Menurut Guilford (Sugiyono, 2007:183), kriteria untuk menafsirkan tinggi rendahnya koefisien reliabilitas instrumen dapat dikategorikan seperti pada Tabel 3.6.

(40)

55

Tabel 3.6

Koefisien Reliabilitas menurut Guilford

Koefisien Kriteria

< 0, 20 Reliabilitas hampir tidak ada 0,21 - 0,40 Reliabilitas rendah 0,41 - 0,70 Reliabilitas sedang 0,71 – 0,90 Reliabilitas tinggi

> 0,90 Reliabilitas sangat tinggi

Berdasarkan perhitungan uji reliabilitas yang telah dilakukan terhadap instrumen konsep diri dengan menggunakan Alpha Cronbach diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,922. Koefisien reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa instrumen konsep diri memilki reliabilitas yang sangat tinggi, sehingga dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.

b. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kematangan Karir

Setelah dilakukan pengujian indeks daya diskriminasi dengan melihat Corrected item-total correlation, dari 40 item diperoleh bahwa 34 item

(41)

Tabel 3.7

Hasil Pengujian Daya Diskriminasi Instrumen Kematangan Karir

Item Layak Item Tidak Layak

Aspek Sikap Aspek

Adapun kisi-kisi instrumen kematangan karir sebelum dan sesudah uji coba dapat dilihat pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8

Kisi-kisi Instrumen Kematangan Karir Sebelum dan Sesudah Uji Coba

Dimensi Indikator Item Sebelum Uji

Coba

Item Setelah Uji Coba

Item Jumlah Item Jumlah

(42)

57

Kompetensi a. Penilaian diri, yaitu penilaian sifat-sifat dan

(43)

G. Analisis Data

Setelah seluruh data dari responden terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data. Menurut Sugiyono (2013) dilakukannya teknik analisis data tersebut adalah untuk menjawab rumusan masalah atau pengujian hipotesis yang telah dirumuskan dalam suatu penelitian. Dibawah ini pemaparan teknik analisis data yang digunakan agar dapat menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini.

1. Untuk Mengetahui Gambaran Umum Konsep Diri pada Siswa Kelas XII

SMK Negeri di Kota Cirebon

Teknik statistik yang digunakan untuk mengetahui gambaran umum konsep diri dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menghitung skor total pada masing-masing responden.

b. Menghitung mean dan standar deviasi, dengan rumus sebagai berikut. Untuk mencari mean:

(Azwar, 2011) Keterangan:

M = Mean

∑fX = Jumlah semua skor total responden N = Jumlah total responden

Untuk mencari deviasi standar:

(Azwar, 2011) Keterangan:

S = Standar deviasi

∑fX Jumlah semua skor total responden

N = Jumlah total responden

∑fX /

(44)

59

c. Membuat kategori skala untuk dijadikan acuan dalam pengelompokkan responden. Peneliti mengelompokkan responden kedalam 4 kategori skala. Rumusan 4 kategori ini peneliti buat sendiri dengan berpedoman pada distribusi normal standar yang terdiri atas enam satuan deviasi standar, tiga bagian berada di sebelah kanan mean (bertanda positif) dan tiga bagian berada di sebelah kiri mean (bertanda negatif) sehingga di dapatkan rumus sebagai berikut.

Tabel 3.9

Rumuasan Empat Kategori Skala Konsep Diri

Kategori Rentang

Sangat Positif T μ + 1 σ Positif μ T μ + 1 σ Negatif μ –1 σ T μ Sangat Negatif T μ –1 σ

(Azwar, 2013)

Keterangan:

T = Skor total subjek

μ = Rata-rata baku

σ = Deviasi standar baku

d. Menghitung sebaran jumlah responden pada masing-masing kategori menggunakan teknik statistik persentase dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

% = Persentase jumlah responden pada masing-masing kategori n = Jumlah responden pada masing-masing kategori

(45)

Untuk melihat gambaran umum konsep diri berdasarkan dimensi perceptual, conceptual, dan attitudinal component juga dilakukan melalui

langkah-langkah seperti yang telah dipaparkan diatas.

2. Untuk Mengetahui Gambaran Umum Kematangan Karir pada Siswa

Kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon

Langkah-langkah yang digunakan untuk mengetahui gambaran umum kematangan karir sama seperti langkah-langkah yang dilakukan untuk mengetahui gambaran umum konsep diri, yaitu terlebih dahulu menghitung skor total pada masing-masing responden lalu menghitung mean dan standar deviasi. Setelah mean dan standar deviasi didapat, langkah selanjutnya membuat kategori skala untuk dijadikan acuan dalam pengelompokkan responden. Untuk kategorisasi skala instrumen kematangan karir, peneliti mengelompokkan responden kedalam 5 kategori skala dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Tabel 3.10

Rumuasan Lima Kategori Skala Kematangan Karir

Kategori Rentang

Sangat Matang T μ + 1,5 σ Matang μ + 0,5 σ T μ + 1,5 σ Sedang μ - 0,5 σ T μ + 0,5 σ Tidak Matang μ –1,5 σ T μ - 0,5 σ Sangat Tidak Matang T μ - 1,5 σ

(Ihsan, 2009:77) Keterangan:

T = Skor total subjek

μ = Rata-rata baku

(46)

61

Kemudian untuk melihat sebaran jumlah responden pada masing-masing kategorisasi digunakan teknik statistik persentase. Untuk melihat gambaran umum kematangan karir berdasarkan aspek sikap dan kompetensi juga dilakukan melalui langkah-langkah yang telah dijelaskan diatas.

3. Untuk Mengetahui Kontribusi Konsep Diri terhadap Kematangan Karir

pada Siswa Kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon

Untuk menjawab rumusan masalah nomor tiga yaitu kontribusi konsep diri terhadap kematangan karir, teknik statistik yang digunakan adalah uji koefisien determinasi. Uji koefisien determinasi digunakan untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X dan Y. Adapun rumus koefisien determinasi yang digunakan adalah sebagai berikut:

(Riduwan, 2009:218)

Keterangan:

KP = Besarnya koefisien penentu (determinan) r = Koefisien korelasi

Sebelum melakukan uji koefisien determinasi, terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan terlebih dahulu, antara lain:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk menentukan teknik statistik yang digunakan untuk pengolahan data selanjutnya. Jika hasil uji normalitas menunjukan bahwa data berdistribusi normal maka teknik statistik yang digunakan adalah teknik statistik parametik. Namun jika hasil uji normalitas menunjukkan data tidak berdistribusi normal maka teknik statistik yang digunakan adalah teknik nonparametik (Sugiyono, 2013:210). Suatu data dapat dikatakan berdistribusi normal jika signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0,05 (merupakan nilai Asym.

(47)

Sig (2-tailed) > 0,05). Sebaliknya, data dikatakan tidak berdistribusi

normal jika signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0,05.

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan uji One-Sampel Kolmogorov-Smirnov dengan nilai signifikansi (Asymp. Sig. 2-tailed) yang

diperoleh dari variabel konsep diri dan kematangan karir masing masing sebesar 0,692 dan 0,227. Keduanya lebih besar dari 0,05 maka data dari kedua variabel berdistribusi normal sehingga teknik statistik untuk uji korelasi menggunakan product-moment Pearson.

b. Uji Korelasi

Uji Korelasi product-moment Pearson digunakan untuk menguji hipotesis hubungan antara satu variabel independen dengan satu dependen (Sugiyono, 2013:215). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

(Azwar, 2011:48) Keterangan:

X = Angka pada variabel pertama Y = Angka pada variabel kedua N = Banyaknya subjek

Korelasi dinyatakan dalam angka yang disebut koefisien korelasi dan diberi symbol rxy. Koefisien korelasi mengandung dua makna, yaitu kuat-lemahnya hubungan dan arah hubungan antar variabel. Kuat kuat-lemahnya hubungan antar dua variabel diperlihatkan oleh besarnya harga mutlak koefisien korelasi yang bergerak antara 0 sampai dengan 1. Semakin mendekati angka 0 berarti hubungan semakin lemah dan semakin koefisien mendekati angka 1 berarti hubungan semakin kuat (Azwar, 2011:47).

r

xy = ∑ ∑ ∑

(48)

63

Arah hubungan diperlihatkan oleh tanda positif (+) atau negatif (-) didepan koefisien korelasi. Tanda positif berarti bahwa hubungan yang terjadi antara dua variabel merupakan hubungan searah, yaitu naiknya angka pada satu variabel diikuti oleh naiknya angka pada variabel lain dan sebaliknya. Tanda negatif berarti bahwa hubungan yang terjadi antara dua variabel merupakan hubungan yang berlawanan arah, yaitu naiknya angka pada satu variabel diikuti oleh turunnya angka pada variabel lain dan sebaliknya (Azwar, 2011:48).

Untuk menginterpretasikan koefisien korelasi menggunakan pedoman sebagai berikut.

Tabel 3.11

Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 - 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

(Sugiyono, 2013:257) Setelah diketahui koefisien korelasi, selanjutnya dilakukan uji signifikansi. Uji signifikansi dilakukan untuk menguji apakah hubungan yang ditemukan tersebut berlaku untuk seluruh populasi atau tidak (Sugiyono, 2013:257). Berikut ini adalah kriteria signifikansi variabel.

Tabel 3.12

Kriteria Signifikasi Variabel

Kriteria

Probabilitas > 0,05 H0 diterima

(49)

c. Uji Liniearitas

enurut udjana (2003:331), “uji linieritas dimaksudkan untuk menguji linier tidaknya data yang dianalisis”. uatu hubungan dikatakan

linier apabila adanya perubahan (baik penurunan maupun kenaikan) yang terjadi pada suatu variabel akan cenderung diikuti oleh perubahan pada variabel lain yang membentuk garis linier. Kedua variabel memiliki hubungan yang linier jika nilai Signifikansi < 0,05.

Dari perhitungan yang dilakukan, nilai signifikansi kedua variabel sebesar 0,000 dengan nilai F hitung yang diperoleh sebesar 115.678 dan F tabel sebesar 3,876. Karena F hitung (115.678) > F tabel (3,876), menunjukkan bahwa hubungan antara konsep diri dengan kematangan karir membentuk garis linier yang berarti bahwa variabel konsep diri mampu memengaruhi kematangan karir seorang siswa.

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur penelitian ini terbagi menjadi beberapa tahap, sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan landasan teori serta mencari informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

b. Melaksanakan seminar proposal penelitian pada mata kuliah seminar psikologi pendidikan.

c. Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi kepada Dekan FIP UPI.

d. Membuat surat izin penelitian dan menyerahkan surat tersebut kepada kepala lembaga yang dijadikan sampel penelitian.

e. Membuat instrumen penelitian sesuai dengan teori yang digunakan.

(50)

65

g. Melakukan uji coba instrumen terlebih dahulu untuk dianalisis item mengetahui kelayakan item dan reliabilitas instrumen yang telah peneliti buat.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada lembaga terkait serta meminta kesediaan responden untuk mengisi kuesioner yang akan dijaga kerahasiaannya.

b. Melakukan penyebaran angket.

c. Mengumpulkan angket yang telah diisi oleh responden. d. Mengolah dan menganalisis data yang telah terkumpul.

3. Tahap Pelaporan

(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab V menguraikan kesimpulan hipotesis penelitian berdasarkan analisis data seperti yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya serta diuraikan beberapa saran.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada Bab IV, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Siswa-siswi Kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon memiliki konsep diri yang berada pada kategori positif. Artinya, siswa-siswi Kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon telah mengetahui serta memahami gambaran tentang diri sendiri secara positif mulai dari penampilan fisik yang dimilikinya, penilaian orang lain terhadap dirinya, keunikan diri yang meliputi kemampuan dan ketidakmampuannya, serta perasaan mengenai dirinya sendiri.

2. Kematangan karir siswa-siswi Kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon berada pada kategori sedang. Artinya, siswa-siswi Kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon telah memiliki kesiapan untuk membuat keputusan karir dan kesiapan untuk membuat pilihan yang tepat walaupun masih berkategori sedang. Keinginannya belum terlalu tinggi serta antusias untuk memperoleh informasi-informasi yang lengkap dan akurat untuk karirnya, penetapan perencanaan dan pertimbangan individu seperti, aspek-aspek kebutuhan, minat, kapasitas, nilai serta kesempatan mereka dalam menentukan pilihan pekerjaan atau pendidikan lanjutan yang diinginkan sesuai dengan kemampuan diri.

(52)

105

29,81%, yang artinya besarnya variabel konsep diri terhadap variabel kematangan karir sebesar 29,81% dan sebesar 70,19% ditentukan oleh faktor lain. Seluruh dimensi pada variabel konsep diri berkorelasi positif dan signifikan dengan dimensi pada variabel kematangan karir. Dimensi pada variabel konsep diri yang berkorelasi positif, signifikan dan berada pada tingkat korelasi sedang dengan dimensi pada variabel kematangan karir, yaitu dimensi konsep diri attitudinal component dan conceptual component. Adapun perceptual component dengan aspek sikap dan kompetensi kematangan karir berada pada tingkat korelasi yang rendah.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya, diajukan beberapa saran, sebagai berikut.

1. Bagi Sekolah

Diharapkan pihak sekolah membina dan meningkatkan pemberian bimbingan untuk pengembangan diri bagi siswa yang masih memiliki konsep diri negatif agar lebih mengenal dirinya dengan baik atau positif serta lebih mampu menetapkan tujuan akan masa depan yang lebih realistis. Selain itu, pemberian bimbingan juga dibutuhkan bagi siswa yang memiliki konsep diri yang sangat positif dan positif dengan kematangan karir yang sangat tidak matang dan tidak matang. Pada konsep diri terutama conceptual component dan attitudinal component perlu ditingkatkan karena kedua komponen memberikan sumbangan cukup besar kepada kematangan karir siswa. Hal tersebut dapat dilakukan dengan bimbingan kelompok, bentuk-bentuk bimbingan kelompok yang dapat dilakukan, antara lain:

(53)

b. Kelompok diskusi, dibentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam siswa. Siswa-siswi tersebut mendiskusikan sesuatu secara bersama-sama. Masalah yang didiskusikan ditentukan oleh Guru BK dengan merumuskan satu atau dua pertanyaan yang harus dijawab oleh kelompok diskusi. Dalam hal ini masalah yang perlu didiskusikan siswa, seperti pendewasaan diri, cara-cara memilih jurusan atau fakultas, dan langkah-langkah serta informasi tentang karir atau pekerjaan. Dari pembicaraan masalah dalam kelompok diskusi kecil ini, masing-masing siswa dapat mengambil manfaat dari pengalaman dan gagasan teman; pemecahan masalah yang ditemukan bersama akan dapat diterima dengan lebih rela daripada Guru BK langsung yang mengemukakan pemecahan tersebut. Masalah yang didiskusikan dapat juga didasarkan atas kesepakatan antara Guru BK dan siswa, salah satu caranya dengan mengikutsertakan siswa dalam penentuan masalah. Guru BK dapat memasang sebuah “kotak masalah/kotak tanya” dimana setiap siswa dapat memasukkan suatu usul tertulis sehingga siswa juga dapat lebih terima tentang masalah yang sedang didiskusikan tersebut.

c. Kelompok kerja, Guru BK meminta siswa untuk mengerjakan suatu tugas bersama. Tugas tersebut dapat berupa suatu tugas studi yang diarahkan kepada perkembangan kepribadian siswa, misalnya mempelajari kemungkinan-kemungkinan untuk melanjutkan keperguruan tinggi atau bekerja setelah lulus.

Bentuk-bentuk bimbingan kelompok yang dipaparkan merupakan cara yang dapat diterapkan kepada siswa agar dapat mendorong perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap mereka yang tentunya menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif.

2. Bagi kalangan profesi Psikolog

(54)

107

memecahkan permasalahan yang dihadapi siswa khususnya yang berkaitan dengan konsep diri dan kematangan karir, misalnya bekerja sama mengadakan seminar, penyuluhan atau pelatihan kepada siswa untuk mendukung pengembangan diri kearah yang lebih positif serta menambah informasi-informasi mengenai karir. Psikolog dan Guru Bimbingan Konseling tidak hanya berkerja sama untuk memberikan bimbingan pengembangan diri bagi siswa saja tetapi juga diharapkan memberikan arahan berupa pertemuan dengan pihak lain yang memiliki keterkaitan dengan siswa tersebut seperti guru dan orang tua siswa.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, M. & Budiamin, A. 2005. Profil Kematangan Karir Mahasiswa (Studi Deskriptif Analitik Terhadap Mahasiswa Semester 8 (Delapan) Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia). Jurnal Ilmu Penelitian, April 2005, Vol.3 No.1, 38-48.

Arikunto, S. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Azwar, S. 2011. Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Azwar, S. 2013. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Ayesha, I. 2012. Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Orientasi Masa

Depan Bidang Pendidikan Pada Remaja. Skripsi pada Jurusan Psikologi UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Burns, R.B. 1993. Konsep Diri: Teori, pengukuran, perkembangan dan perilaku. Jakarta: Arcan.

Calhoun, J.F. and Acocella, J.R. 1990. Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan (Terjemahan). Edisi 3. Semarang: IKIP Semarang Press.

Choi, W., Goh, M. & Yon, K. J. 2012. Career Maturity Growth Curve and Sex-Role Stereotypes of Korean Adolescents. Journal of Career

Development. [Online]. Tersedia: http://jcd.sagepub.com

/content/40/3203 [21 Januari 2014].

Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan Peserta Didik: Panduan bagi Orang Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP, dan SMA. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Dillard, J. M. 1985. Life Long Career Planning. Columbus Ohio: Bell & Howell Company.

(56)

109

Dybwad, T. E. 2008. Career Maturity (Contributions to its construct validty). Dissertation For The Ph. D. Degree. Faculty of Social Sciences. [Online]. Tersedia: http://munin.uit.no/bitstream/handle/10037/

2592/thesis.pdf?sequence=1 [9 Oktober].

Elimiani, R. A. 2008. Kontribusi Konsep Diri Terhadap Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas. Skripsi pada Jurusan Psikologi FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Feldman, R. D., Old, S. W. & Papalia, D. E. 2008. Human Development: Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ghufron, M. N. & Risnawita, R. 2010. Teori-Teori Psikologi. Jakarta: Ar-ruzz Media Group.

Hartono, B. A. & Sunarto, H. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Hurlock, E. 1974. Personality Development. McGraw-Hill Publishing Company.

Hurlock, E. B. 1978. Child Development Sixth Edition (Alih Bahasa: Med. Meitasari Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih). Jakarta: Erlangga

Ihsan, H. 2009. Metode Skala Psikologi. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Kim, S. G., Lee, H. S., Lee, S. A., & Song, H. S. 2012. The Relationship Between Attachment And Career Maturity: The Mediating Role Of Self-Efficacy. International Social Work. [Online]. Tersedia: http://isw.sagepub.com/content/early/2012/10/15/0020872812456053 [21 Januari 2014]

Lisnawati, N. 2012. Perbandingan Kematangan Karir Pada Siswa SMA Dan SMK. Skripsi pada Jurusan Psikologi FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Monks, dkk. 2006. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

(57)

Nias. 2013. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Lebih Dipilih Pelajar

Indonesia Karna Alasan Berikut. Tersedia:

http://jurnal.heck.in/sekolah-menengah-kejuruan-smk-lebih-dipi.xhtml [29 Mei 2013].

Onivehu, A. O. 1992. Sex Differences In Career Maturity Of Nigerian Adolescents. Journal Education. [Online]. Tersedia: http://www.unilorin.edu.ng/journals/education/nijef/march_1992/SEX _DIFFERENCES_IN_CAREER_MATURITY_OF_NIGERIAN_AD OLESCENTS.pdf. [20 Oktober 2012].

Osipow, S. H. 1983. Theories of Career Development. Third Edition. New York: McGraw-Hill Book Company.

Rakhmat, J. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Riduwan. 2009. Pengantar Statistika Sosial. Bandung: Alfabeta.

Rizki. 2012. 7,2 Juta Orang Indonesia Statusnya Pengangguran. Tersedia:

http://news.liputan6.com/read/450197/72-juta-orang-indonesia-statusnya-pengangguran [19 Maret 2013].

Salami, S. O. 2008. Gender, Identity Status and Career Maturity of Adolescents in Southwest Nigeria. Journal of Social Sciences 16, 1,

35-49. [Online]. Tersedia:

http://www.krepublishers.com/02- Journals/JSS/JSS-16-0-000-000-2008-Web/JSS-16-1-000-000-2008- Abst-Text/JSS-16-1-035-08-503-Salami-S-O/JSS-16-1-035-08-503-Salami-S-O-Tt.pdf [6 November].

Santrock, J. W. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup (Fifth ed). Alih bahasa oleh Juda Damanik. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J.W. 2003. Adolescence 6th Edition (Alih bahasa Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih). Jakarta: Erlangga.

Santrock, J.W. 2007. Child Development, Eleventh Edition (Alih Bahasa: Mila Rachmawati dan Anna Kuswanti). Jakarta: Erlangga.

Sarwono, S. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Sharf, R. 1992. Applying Career Development Theory to Counseling.

(58)

111

Sirodjuddin, A. 2008. SMK Lebih Menjanjikan Masa Depan di Banding SMA.

[Online]. Tersedia:

http://ardansirodjuddin.wordpress.com/2008/06/03/smk-lebih-menjanjikan-masa-depan-di-banding-sma/ [23 Desember 2012]. Sudjana, N. 2003. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito. Sugihharti, F. 2009. Hubungan antara konsep diri dengan relasi interpersonal

teman sebaya pada remaja akhir. Skripsi pada Jurusan Psikologi UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Surakhmand, W. 2004. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar Metode dan Teknik Edisi Revisi. Bandung: Tarsito.

Umar, H. 2008. Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Yusuf, S. 2009. Program Bimbingan & Konseling Di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Yusuf, S. 2010. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

-. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang

Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan. Tersedia:

Gambar

Gambaran Umum Konsep Diri pada Siswa Kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon .............................................
Gambaran Umum Konsep Diri pada Siswa Kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon .............................................
Tabel                                                                                                                                    3.1Hal  Jumlah Sampel Siswa Kelas XII SMK Negeri 1 dan SMK Negeri 2 Kota Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014 ...............
Tabel 3.1 Jumlah Sampel Siswa Kelas XII SMK Negeri 1 dan SMK Negeri 2 Kota
+7

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi dengan seseorang melihat atau mendengar keberhasilan orang lain dalam aktifitas yang sama dengan yang dilakukan oleh seseorang maka efikasi diri individu

Penelitian ini bermaksud mengungkap lebih mendalam tentang hubungan konsep diri dengan pengambilan keputusan karier pada siswa kelas XII SMK Negeri 1 Jenangan

Hasil analisis data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri akademik dan keraguan mengambil keputusan karir terhadap

Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri siswa terhadap kematangan karir : Hurlock menjelaskan (dalam Syahraeni,2020) bahwa konsep diri secara

Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kemantangan karir dengan PWB pada siswa kelas XII di SMAN 5 Semarang, yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi r xy =

Bagi Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Kalasan Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa siswa kelas XII SMA Negeri 1 Kalasan memiliki efikasi diri dan pengambilan keputusan karir yang

Hasil Uji Independent Sample T Test Berdasarkan hasil dari uji Independent Sample T Test untuk skor kelas XII DPIB sebagai kelas eksperimen dan kelas XII TAB sebagai kelas kontrol

Adapun hasil dari penelitian ini adalah konsep diri dan kematangan karier penting dimiliki siswa remaja akhir, karena saat siswa memasuki masa remaja akhir mereka memiliki keyakinan