• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. HALAMAN SAMPUL DEPAN... i. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM... ii. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. HALAMAN SAMPUL DEPAN... i. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM... ii. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

x DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN ... i

HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI ...iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... v

HALAMAN KATA PENGHANTAR ... vi

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Ruang Lingkup Masalah ... 7

1.4. Orisinalitas Penelitian ... 7

1.5. Tujuan Penelitian ... 8

1.5.1 Tujuan umum ... 9

1.5.2 Tujuan khusus ... 9

1.6. Manfaat Penelitian ... 9

1.6.1 Manfaat teoritis ... 9

1.6.2 Manfaat praktis ... 9

(2)

xi

1.7. Landasan Teoritis ... 10

1.8. Metode Penelitian ... 13

1.8.1 Jenis penelitian ... 13

1.8.2 Sifat penelitian ... 14

1.8.3 Jenis pendekatan ... 14

1.8.4 Data dan sumber data ... 15

1.8.5 Teknik pengumpulan data ... 17

1.8.6 Teknik penentuan sampel penelitian ... 18

1.8.7 Teknik pengolahan dan analisis data ... 19

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN DAN WANPRESTASI 2.1 Perjanjian ... 20

2.1.1 Pengertian perjanjian ... 20

2.1.2 Syarat-syarat sahnya perjanjian ... 23

2.1.3 Asas-asas perjanjian ... 25

2.1.4.Berahkirnya perjanjian ... 27

2.2 Lembaga Pembiayaan ... 28

2.2.1 Dasar hukum dan pengertian lembaga pembiayaan ... 28

2.2.2 Peranan lembaga pembiayaan ... 30

(3)

xii

2.2.3 Unsur-unsur pada lembaga pembiayaan ... 30

2.2.4 Bidang usaha lembaga pembiayaan ... 31

2.3 Perjanjian Pembiayaan Konsumen ... 33

2.3.1 Dasar hukum dan pengertian perjanjian pembiayan konsumen ... 33

2.3.2 Bentuk perjanjian pembiayan konsumen ... 35

2.3.3 Hak dan kewajiban dalam pembiayaan konsumen ... 36

2.3.4 Hubungan para pihak dalam pembiayaan konsumen ... 38

2.4 Wanprestasi ... 40

2.4.1 Pengertian wanprestasi ... 40

2.4.2 Macam-macam wanprestasi ... 41

BAB III WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN 3.1 Prosedur pemberian kredit motor pada PT. Federal Internasional Finance ... 44

3.2 Hak dan kewajiban debitur dalam perjanjian kredit finance .... 52

3.3 Bentuk wanprestasi perjanjian pembiayaan konsumen pada PT. Federal Internasional Finance Cabang Denpasar ... 53

BAB IV PENYELESAIAN MASALAH DALAM TERJADINYA WANPRESTASI 4.1 Upaya yang dapat ditempuh dalam penyelesaian masalah ... 57

(4)

xiii

4.2 Penyelesaian masalah wanprestasi yang dapat ditempuh PT.

Federal Internasional Finance cabang Denpasar ... 59

BABVPENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 64 5.2 Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR INFORMAN LAMPIRAN

(5)

xiv ABSTRAK

Perjanjian pembiayaan konsumen yang dilakukan oleh PT. Federal Intrernasional Finance Cabang Denpasar penerima pembiayaan harus melaksanakan hak dan kewajibannya dalam melakukan perjanjian pembiayaan konsumen, namun dalam hal ini debitur tidak melakukan perjanjian tersebut dengan itikad baik, yang mengakibatkan terjadinya wanprestasi dalam perjanjian pembiayaan konsumen yang diperbuat oleh debitur.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris dengan sifat penelitian deskriptif, karena adanya keadaan di masyarakat yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Penelitian diawali dengan penelitian kepustakaan sebagai data sekunder dan dilanjutkan dengan penelitian di lapangan sebagai data primer.

Hasil dari penelitian ini adalah kedudukan hukum sepeda motor kredit finance dalam masalah ini masih menjadi hak milik PT. Federal Internasional Finance dimana dalam hal ini debitur belum menyelesaikan angsuran yang telah disepakati sebelumnya dalam melakukan perjanjian pembiayaan konsumen.

Kata kunci: Lembaga pembiayaan, perjanjian pembiayaan konsumen, wanprestasi

(6)

xv ABSTRACT

Consumer financing agreements undertaken by PT. Federal Finance Intrernasional London Branch financing recipient must carry out its rights and obligations in conducting consumer financing agreement, but in this case the debtor does not perform the agreement in good faith, resulting event of default in consumer financing agreement done by the debtor.

This type of research is empirical legal research with a descriptive nature, because of the condition in people who are not in accordance with applicable regulations. The study begins with the research literature as secondary data and continued with his research in the field as the primary data.

Results from this study is the legal position of the motorcycle loan finance in this matter remains the property of PT. Federal International Finance in which case the debtor has not completed the agreed installments in doing consumer financing agreement.

Keywords: Financial institutions, consumer financing agreement, tort

(7)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam era modern seperti sekarang ini, perkembangan masyarakat berlangsung sangat cepat. Kemajuan di bidang perekonomian juga berlangsung cepat sesuai dengan perkembangan jaman dan menuntut kecepatan mobilitas bagi masyarakat yang terkait di dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Selain itu adanya perilaku manusia yang selalu berkembang dari jaman ke jaman juga dapat mempengaruhi kebutuhan-kebutuhan manusia yang semakin beragam. Maka dari itu masyarakat mau tidak mau harus memiliki alat untuk menunjang atau membantu aktivitasnya sehari-hari sehingga masyarakat lebih mudah untuk menjalani aktivitas dan merasa lebih ringan untuk menjalani aktivitasnya.

Salah satu hal yang bisa mendukung dan mempermudah kegiatan masyarakat untuk menjalani aktivitas sehari-hari dan untuk mendukung kecepatan mobilitas masyarakat untuk mempermudah menjalani aktivitasnya adalah kendaran bermotor yaitu sepeda motor. Sepeda motor merupakan salah satu kebutuhan alat transportasi masyarakat yang banyak diminati oleh masyarakat untuk menunjang aktivitasnya dimana sepeda motor dirasa lebih mudah dan praktis dibanding dengan alat transportasi lainnya untuk mendukung segala aktivitas masyarakat, oleh sebab itu keminatan masyarakat untuk memiliki sepeda motor sangatlah tinggi, sebagaimana yang diketahui karena keterbatasan kebutuhan ekonomi keluarga yang relatif tidak memungkinkan untuk membeli

(8)

2

sepeda motor di deler secara tunai, maka saat ini banyak anggota masyarakat lebih memilih untuk dengan cara membayar angsuran dan mengunakan kredit untuk mempermudah dan mempercepat memiliki sepeda motor.

Salah satu bentuk alternatif baru untuk memenuhi kekurangan modal adalah dengan terbentuknya lembaga baru yaitu lembaga pembiayaan, yang menawarkan bentuk baru terhadap pemberian dana atau pembiayaan. Pada saat ini keberadaan lembaga pembiayaan mudah ditemui masyarakat untuk memenuhi kebutuan dana menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan dalam pasal 1 ayat (1) pengertian lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiataan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal. Terdapat pula pengaturan tentang pelakanaan lembaga pembiayaan yang terdapat pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.

29/05.POJK/2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan.

Adanya usaha Lembaga Pembiayaan Masyarakat menurut Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan meliputi :

1. Sewa guna usaha (leasing) 2. Modal ventura (venturacapital)

3. Perdagangan surat berharga (securitascompany) 4. Anjak piutang (factoring)

5. Usaha kartu kredit (CreditCard)

6. Pembiayaan konsumen (Consumer Finance)

Dalam memenuhi kebutuhannya pada saat ini banyaknya anggota masyarakat yang memanfaatkan produk jasa yaitu pembelian kendaraaan, di

(9)

3

dalam pembelian kendaraan tersebut dari lembaga pembiayaan masyarakat dalam pembiayaan pembelian kendaraan roda dua atau sepeda motor, kegiatan usaha yang termaksud dalam pembiayaan konsumen (Consumer Finance) yang tertuang di dalam suatu perjanjian pembiayaan, dalam perjanjian pembiayaan konsumen dimana bentuk, syarat atau isi yang dituangkan dalam klausul-klausul yang telah dibuat secara baku maka posisi hukum atau kedudukan hukum pembeli tidak leluasa didalam mengutarakan kehendak.

Di tengah daya beli masyarakat yang lemah, beragam kemudahan lembaga pembiayaan menawarkan kemudahan-kemudahan untuk dapat memiliki sepeda motor. Lembaga pembiayaan adalah lembaga keuangan bukan bank lainnya yang yang memberikan fasilitas pinjaman kepada masyarakat untuk menjunjang keperluannya.1 Sebelum dimulainya kegiatan pemberian pembiayaan akan dimulai dengan pemberian suatu kontrak antara para pihak perusahaan pembiayaan dengan debiturnya yang disebut dengan perjanjian pembiayaan konsumen. Dimana yang kita ketahui perjanjian pembiayaan tidak lepas dari aspek-aspek hukum yang mengikat antara konsumen dan lembaga pembiayaan tersebut.2 Lembaga pembiayaan dapat memberikan fasilitas pembiayaan dengan mengunakan perjanjian baku, hal ini mengakibatkan penerima fasilitas pembiayaan tidak dapat melakukan kekuatan menawar (bargaining power).3 Dalam melakukan sebuah perjanjian dimana sebuah perjanjian diperlukannya

1Munir Fuandy, 2002, Hukum Tentang Lembaga Pembiayaan (Dalam Teori dan Praktek), PT. Citra Aditya, Bandung, h.5.

2Richad Buton Simatupang, 2007, Aspek Hukum Dalam Bisnis, PT. Aditya Maha Satya, Jakarta,h.108

3Sunaryo, 2013, Hukum Lembaga Pembiayaan, Sinar Grafika, Bandung, h42.

(10)

4

syarat-syarat sahnya suatu perjanjian yang diatur dalam pasal 1320 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata ,yaitu meliputi :

1. Sepakat mereka yang mengikat dirinya 2. Cakap untuk menbuat suatu perjanjian 3. Mengenai suatu hal tertentu

4. Suatu sebab yang halal

Dengan adanya perjanjian antara lembaga pembiayaan dengan debitur maka debitur memiliki prestasi yang harus dipenuhi kepada lembaga pembiayaan tersebut. Prestasi adalah sesuatu yang wajib dipenuhi oleh debitur dalam setiap perjanjian.4 Agar prestasi dapat dipenuhi oleh debitur maka perlu diketahui sifat- sifatnya yaitu:

1. Prestasi harus sudah tertentu atau dapat ditentukan 2. Prestasi itu harus mungkin

3. Prestasi itu harus dibolehkan

4. Prestasi itu harus ada manfaat bagi kreditur

5. Prestasi itu terdiri atas satu perbuatan atau serentetan perbuatan Seiring berjalannya waktu dalam pemberian pemberian perjanjian pembiayaan sering terjadi debitur yang tidak mematuhi perjanjian-perjanjian yang sudah disepakati yang menimbulkan terjadinya sengketa atau permasalahan di dalam suatu perjanjian pembiayaan dimana debitur tidak memenuhi kewajibannya. Hal tersebut mengakibatkan adanya kelalaian dalam melakukan sebuah perjanjian pembiayaan konsumen yang mengakibatkan wanprestasi.

4 Abdulkadir Muhammad, 2014, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 239.

(11)

5

Wanprestasi adalah tidak memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perjanjian.5 Tidak dipenuhinya kewajiban oleh debitur karena dua kemungkinan alasan yaitu:

a. Karena kesalahan debitur, baik karena kesengajaan maupun kelalaian dan b. Karena keadaan memaksa (force majeure), di luar kemampuan. Jadi

debitur tidak bersalah

Untuk menentukan apakah seorang debitur bersalah melakukan wanprestasi, perlu ditentukan dalam keadaan bagaimana debitur dikatakan sengaja atau lalai tidak memenuhi prestasi. Dalam hal ini, ada tiga keadaan yaitu:

a. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali;

b. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidakbaik atau keliru; dan

c. Debitur memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya atau terlambat6.

Dalam Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan terdapat praktik pembiayaan konsumen, dimana walaupun secara nyata pembeli telah sangat terbantu dengan adanya lembaga pembiayaan ini, tetapi masih ada juga permasalahan yang timbul yaitu pelaksanaan perjanjian pembiayaan kredit sepeda motor dengan konsumennya. Dalam suatu perjanjian seseorang terikat di dalam asas itikad baik bagimana ketentuan Pasal 1338 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan “suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”.

Dalam praktik pemberian pembiayaan ditemukan debitur yang tidak melaksanakan perjanjian pembiayaan konsumen sebagaimana yang telah

5Abdul R Saliman, 2004, Esensi Hukum Bisnis Indonesia, Kencana, Jakarta, h.15

6Ibid, h.242.

(12)

6

disepakati sebelumnya dan menyebabkan debitur tidak melaksanakan perjanjian pembiayan tersebut tidak dengan itikad baik. Seperti yang terjadi pada PT. Federal Internasional Finance Cabang Denpasar. Pada awal pemberian perjanjian yang diberikan sebelum dilakukannya pembiayaan, debitur telah menyepakti perjanjian pembiayaan yang diberikan PT. Federal Internasional Finance Cabang Denpasar akan tetapi setelah melaksanakan pembayaran angsuran dalam beberapa bulan berjalan, debitur melakukan suatu perbuatan melanggar hukum dimana dalam hal ini debitur menyalah gunakan sepeda motor yang masih berstatus kredit tersebut sehingga mengakibatkan terjadinya wanprestasi dalam perjanjian pembiayaan konsumen. Maka dalam hal ini debitur tidak dapat melunasi angsurannya kepada PT. Federal Internasional Finance cabang Denpasar tentunya hal ini bertentangan dengan Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang dimana dalam melaksankan suatu perjanjian harus dengan berlandaskan itikad baik, maka hal tersebut debitur tidak melaksankan perjanjian pembiayaan tersebut dengan sebagaimana mestinya.

Beranjak dari paparan latar belakang masalah di atas, maka menarik untuk diteliti kedudukan sepeda motor kredit finance beserta penyelesaian masalah akibat wanprestasi pada perjanjian pembiayaan konsumen. Dalam bentuk skripsi yang berjudul “Wanprestasi dalam perjanjian pembiayan konsumen pada PT. Federal Internaasional Finance Cabang Denpasar”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:

(13)

7

1. Bagaimana bentuk wanprestasi dalam perjanjian pembiayaan konsumen pada PT. Federal Internasional Finnace Cabang Denpasar?

2. Bagaimanakah penyelesaian masalah wanprestasi dalam perjanjian pembiayaan konsumen pada PT. Federal Internaasional Finance Cabang Denpasar?

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Untuk menghindari penyimpangan yang tidak diperlukan karena luasnya cakupan permasalahan yang akan dibahas, maka adapun ruang lingkup bahasan dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui kedudukan sepeda motor kredit yang disita sebagai barang bukti akibat wanprestasi yang terjadi di PT. Federal Internasional Finance dan penyelesaian masalah terhadap sepeda motor kredit yang disita akibat wanprestasi dalam perjanjian pembiayaan konsumen pada PT.

Federal Internasional Finance Cabang Denpasar.

1.4. Orisinalitas Penelitian

Untuk menunjukan orisinalitas penelitian ini, penulis melakukan pemeriksaan perpustakaan. Daripemeriksaan tersebut disampaikan bahwa ada penelitian terdahulu yang sejenis namun berbeda dari segi substansinya.

Adapun penelitian yang sejenis dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

No. Peneliti Judul Penelitian Rumusan Masalah 1. Muhamad

Dicky

Kajian Yuridis Pelaksana

Perjanjianpembiayaan Kredit Sepeda Motor Di PT. Bentara Multifinance Cabang Surakarta

1. Bagaimana bentuk dan isi kontruksi dari perjanjian pembiayaan

konsumen

kendaraan bermotor roda dua pada

(14)

8

PT.Bentara

multifinance cabang surakarta.?

2. Hambatan–

hambatan yang di timbulkan dalam pelaksanaan

perjanjian pembiayaan

konsumen dan cara mengatasinya

PT.Bentara

multifinance cabang surakarta?

2. Sudarmanto Analisis Hukum Pencantuman Klasula

Baku Dalam

Perjanjian Leasing Pada PT. Toyota Astra Financial Servis Di Lihat Dari UU NO.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen.

1. Apakah klasula

baku dalam

perjanjian leasing PT. Toyota Astra Financial Servis tersebut sudah sesuai menurut UU NO.8 tahun 1999 tentang

perlindungan konsumen?

2. Hambatan-hambatan

apakah yang

terdapat didalam penyelesaian

pelaksaan perjanjian leasing pada PT.

Toyota Astra Financial Servis ?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

(15)

9

1.5.1 Tujuan Umum

1. Untuk memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum khususnya dalam hal penyelesaian masalah dalam perjanjian kredit finance.

2. Untuk mengetahui perjanjan kredit finance secara umum.

1.5.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk wanprestasi dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT. Federal Internasional Finance.

2. Untuk mengetahui penyelesaian masalah terhadap sepeda motor kredit yang disita akibat wanprestasi di PT. Federal Internasional Finance.

1.6. Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini sebagai bahan atau data informasi di bidang ilmu hukum khususnya bidang hukum perdata bagi mahasiswa, akademisi ataupun masyarakat umum.

2. Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai bagaimana menganalisis bentuk-bentuk wanprestasi dalam perjanjian pembiayan konsumen.

1.6.2 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi lembaga pembiayaan masyarakat khususnya dalam menghadapi penyitaan barang kredit yang di jadikan barang bukti atas perbuatan melangar hukum.

(16)

10

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk pemecahan terhadap permasalah-permasalahan serupa dalam masyarakat, khusunya mengenai perjanjian pembiayaan kosumen.

1.7. Landasan Teoritis 1. Asas-Asas Perjanjian

Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang yang berjanji kepada orang lain atau dimana seseorang saling bejanji melakukan suatu hal. Dari peristiwa tersebut timbulah hubungan antara kedua orang tersebut yang dinamakan perikatan.7

Menurut pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. sebagaimana yang dimaksud dalam pasal tersebut tidak lain dari pernyataan bahwa tiap perjanjian mengikat kedua belah pihak.8

Dari bunyi pasal tersebut perjanjian mengenal beberapa asas penting yang merupakan dasar kehendak pihak-pihak untuk mencapai tujuan. Beberapa asas tersebut adalah sebagaimana yang dimaksud diuraikan dalam berikut ini :

a. Asas konsensualisme, bahwa perjanjian yang dibuat pada umumnya bukan secara formil tetapi konsensual, artinya perjanjian itu dibuat karena persesuaian kehendak atau konsensual.

b. Asas Mengikatnya Kontrak (Pacta Sunt Servanda), bahwa para pihak yang membuat kontrak terikat untuk memenuhi kontrak yang

7R. Wiryono Prododikoro, 1987, Asas-asas Hukum Perjanjian, Cet. VII, Sumur, Bandung, hal.7

8Johanes Ibrahim dan Lindawaty Sewu, 2007, Hukum Bisnis Dalam Persepsi Manusia Moderen, PT. Refika Aditama, Bandung, hal. 41

(17)

11

telah diperjanjikan, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bahwa perjanjian berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak.

c. Asas kebebasan berkontrak, bahwa orang bebas membuat atau tidak membuat perjanjian, bebas menentukan isi, berlakunya dan syarat- syarat perjanjian, dengan bentuk tertentu atau tidak dan bebas memilih undang- undang mana yang akan digunakan dalam perjanjian itu.

d. Asas itikad baik, merupakan asas yang dikenal dalam hukum perjanjian begitu pentingnya itikad baik sehingga dalam perjanjian para pihak. kedua belah pihak akan berhadapan dalam suatu hubunganhukum khusus yang dikuasi oleh itikad baik ini membawa kaibat lebih lanjut bahwa kedua belah pihak itu harus bertindak dengan mengingat kepentingan-kepentingan yang wajar oleh pihak lain.9

Asas ini dapat dilihat pada pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang menyatakan “Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”. Asas itikad baik ini menyatakan bahwa sesungguhnya para pihak antara pihak kreditur dan pihak debitur haruslah melaksanakan suatu perjanjian dengan dilandasi itikad baik didalamnya.

Di dalam terbitnya suatu perjanjian harus menciptakan keadilan bagi kedua belah pihak yang berjanjia atau yang menciptakannya. Keadilan adalah hal-hal

9Ahmadi Miru, 2007, Hukum Kontrak Perancarangan Kontrak, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 3-5.

(18)

12

yang berkenan pada sikap dan tindakan dalam hubungan antar manusia yang berisi sebuah tuntuntan agar sesamanya dapat memperlakukan sesuai dengan hak dan kewajibannya.10 Keadilan tercipta ketika apa yang dikerjakan telah sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat atau pun disepakati sebelumnya

2. Teori Perlindungan Hukum

Perlindungan Hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.

Terdapat 2 Teori Perlindungan hukum, yaitu Teori Perlindungan Hukum Preventif, dan Teori Perlindungan Hukum Represif:

a. Teori Perlindungan Hukum Preventif adalah perlindungan yan diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebeleum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat pda peraturan perundangn- undangan denan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan suatu kewajiban.

b. Teori perlindungan hukum represif adalah perlindungan ahkir berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan

10Munir Fuandy, 2010, Dinamika Teori Hukum, Ghalia Indonesia, Ciawi-Bogor.h.104.

(19)

13

apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.11

1.8. Metode Penelitian 1.8.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam rangka penulisan ini, merupakan penelitian hukum empiris (Yuridis-Empiris). Peneletian hukum empiris yaitu penelitian yang membahas bagaimana hukum beroprasi dalam masyarakat (ius operatum).12 Penelitian hukum empiris mencakup penelitian hukum terhadap identifikasi hukum dan penelitian terhadapt efeksivitas hukum. Penelitian hukum empiris meneliti tentang hukum dalam prosesenya hukum dalam interaksinya, hukum dalam penerapannya dan pengaruh hukum dalam kehidupan masyarakat.

Pemilihan jenis penelitian hukum empiris pada penelitian ini di latar belakangi oleh beberapa hal, yaitu :

1. Adanya kesenjangan yang terdapat pada Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang mengatur mengenai akibat suatu perjanjian.

2. Mengunakan landasan teoritis, serta mengunakan data primer dan data sekunder.

Didalam hal ini terjadinya kesenjangan antara peraturan yang berlaku (dasollen) dan kejadian yang terjadi (dassein). Yaitu wanprestasi dalam perjanjian pembiayan konsumen yang tidak sesuai dengan ketentuan pada Kitab Undang- Undang Hukum Perdata.

11Philipus M Hadjon. 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Surabaya: Bina Ilmu, hal.38

12Bambang Sunggono, 2015, Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pres, Jakarta, h.42

(20)

14

1.8.2 Sifat penelitian

Sifat penelitian merupakan penggambaran yang menjelaskan sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu yang untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat.

Penelitian hukum empiris menurut sifatnya dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu penelitian eksploratif (penjajakan atau penjelajahan), penelitian deskriptif, penelitian eksplanatoris dan penelitian verifikatif.13 Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan ada tidaknya hubungan hukum antara suatu gejala dengan gejala lain di masyarakat.

Dalam penelitian ini akan mengambarkan bagaimana bentuk-bentuk wanprestasi dalam perjanjian pembiayaan konsumen pada PT. Federal Internasional Finance Cabang Denpasar.

1.8.3 Jenis pendekatan

Jenis pendekatan adalah jenis usaha-usaha mendekati masalah yang di teliti dengan sifat hukum yang nyata atau sesuai dengan kenyatan yang hidup didalam masyarakat.14 Penelitian ini menggunakan 2 (tiga) jenis pendekatan yang terdiri dari pendekatan perundang-undangan (the statue approach), dan pendekatan fakta (The Fact Approach).

Pendekatan perundang-unndanganya (the statute approach) di pergunakan untuk mengkaji beberapa aturan hukum yang ada, untuk mengetahui kedudukan sepeda motor kredit finance atas kelalaian kreditur yang menyebabkan obyek

13 Fakultas Hukum Universitas Udayana,2013,Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana,Fakultas Hukum Universitas Udayana,Denpasar,h.80

14Nomensen Sinamo, 2010, Metode Penelitian Hukum, PT. Bumi Intitama Sejahtera, Banten, h.71.

(21)

15

dijadikan barang bukti atas perbuatan melanggar hukum. Pendekatan Analisis kasus (case approach), pendekatan ini dipergunakan untuk mengetahui kasus- kasus hambatan didalam perjanjian pembiayaan konsumen dalam kredit sepeda motor finance oleh PT. Federal Internasional Finance Cabang Denpasar.

Pendekatan fakta (The Fact Approach) yaitu penelitian dengan menggunakan fakta-fakta yang terdapat langsung di masyarakat. Fakta-fakta tersebut meliputi latar belakang, kondisi, faktor-faktor serta interaski dalam masyarakat.15 menjelaskan fakta-fakta yang terjadi dilapangan (PT. Federal Internasional Finance Cabang Denpasar).

1.8.4 Data dan sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari lapangan dan kepustakaan, dengan data utama yaitu data primer yang berasal dari penelitian lapangan, sedangkan hasil data dari kepustakaan adalah sebagai data penunjang dalam penulisan ini. Adapun sumber data tersebut dapat di peroleh melalui sumber data yaitu :

1. Data primer, adalah data yang diperoleh langsung dari informan dan responden sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian lapangan pada PT. Federal Internasional Finance cabang Denpasar dengan cara mengadakan wawancara (interview) pada pihak yang terkait dengan permasalahan:

a) Tindakan dilakukan PT. Federal Internasional Finance apabila terjadi wanprestasi dalam perjanjian pembiayaan konsumen.

15Bambang Sunggono, Loc.Cit

(22)

16

b) Penyelesaian masalah yang dapat ditempuh PT. Federal Internasional Finance atas wanprestasi dalam perjanjian pembiayaan konsumen.

2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari peraturan perundang- undangan maupun pendapat-pendapat para sarjana hukum dan tulisan- tulisan ilmiah.16 Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

Adapun bahan-bahan hukum yang sebagaimana dimkasud adalah sebagai berikut :

a) Bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan, yaitu:

- Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

- Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

- Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan.

- Peraturan Otaritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan.

b) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum premier, bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi buku-buku, litelatur, makalah, tesis, skripsi, dan bahan-bahan hukum tertulis lainnya yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.

16Peter Mahmud Marzuki, 2008, Penelitian Hukum, Cetakan ke-IV, Kencana, Jakarta, h.141.

(23)

17

c) Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan hukum yang dapat memberikan petunjuk dan penjelasan yangmenunjang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum tersier dapat berupa kamus besar bahasa indonesia, kamus hukum dan ensiklopedia.

1.8.5 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu teknik studi dokumen dan teknik wawancara (interview).

1. Teknik studi dokumen

Studi dokumen yaitu teknik awal yang digunakan dalam setiap penelitian ilmu hukum baik normatif maupun empiris, karena walaupun aspeknya berbeda keduanya adalah penelitian ilmu hukum yang selalu bertolak dari premis normatif. Studi dokumen dilakukan atas bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan penelitian.17

Teknik studi dokumen ini dilakukan dengan cara melakukan pencatatan terhadap sumber bahan hukum premier dan bahan hukum sekunder kemudian akan dilakukan melalui penelusuran melalui kepustakaan yang berkaitan dengan hukum pelaksanaan suatu perjanjian kususnya mengenai perjanjian pembiayaan masyarakat yang dilakukan oleh PT. Federal Internasional Finance.

2. Teknik Wawancara (interview)

Wawancara yaitu salah satu teknik yang sering dan paling lazim digunakan dalam penelitian hukum empiris. Dalam kegiatan ilmiah, wawancara dilakukan

17Fakultas Hukum Universitas Udayana, op.cit,h.82.

(24)

18

bukan sekedar bertanya pada seseorang melainkan melakukan pertanyaan- pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban yang relevan dengam masalah penelitian kepada responden maupun informan.18 Dalam penelitian wawancara ini dimana peneliti sebagai penanya dan narasumber sebagai obyek pemberi keterangan dan informasi terkait dengan penelitian tersebut. Penelitian yang dilakukan dengan wawancara kepada narasumber yaitu anggota PT.

Federal Internasional Finance Cabang Denpasar. Narasumber diberikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan topik skripsi yang dibuat.

1.8.6 Teknik penentuan sampel penelitian

Penentuan sampel penelitian yang tepat sangat penting dalam suatu penelitian, untuk mendapatkan hasil yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti yang dianggap mewakili populasinya. Dalam penelitian hukum empiris, teknik penentuan sampel penelitian dapat dibedakan menjadi teknik probability sampling dan teknik non probability sampling. Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non-probability sampling.

Teknik non probability sampling ini digunakan karena sesuai dengan sifat penelitian yang dilakukan yaitu penelitian deskriptif yang analisisnya adalah analisis kualitatif, serta tidak ada ketentuan yang pasti berapa sampel yang harus diambil agar dapat dianggap mewakili populasinya.

18Ibid,h.82.

(25)

19

Teknik non probality sampling dengan bentuk pruposive sampling ini digunakan karena penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif dan data tentang populasi belum dapat ditentukan secara pasti jumlahnya.

1.8.7 Teknik pengolahan dan analisis data

Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif. Artinya pengumpulan data mengunakan pedoman studi dokumen, dan wawancara. Studi dokumen yang digunakan yaitu keseluruhan data yang terkumpul dari dokumen yang diperoleh dari PT. Federal Internasional Finance Cabang Denpasar, berupa lampiran-lampiran perjanjian pembiayaan konsumen.

Sedangkan data yang terkumpul dengan teknik wawancara, diperoleh dari narasumber dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan topik yang dirancang untuk memperoleh informasi yang bertujuan mengungkap dan mengambil kebenaran dari studi kepustakaan yaitu tentang peraturan- peraturan dari bentuk dan isi perjanjian pembiayaan konsumen dan cara penyelesaian masalah yang timbul dalam perjanjian pembiayaan konsumen kemudian dipadukan dengan pendapat responden di lapangan yaitu tentang cara penyelesaian masalah yang timbul di dalam wanprestasi perjanjian pembiayaan konsumen di PT. Federal Internasional Finance Cabang Denpasar. Hasil analisis secara kualitatif tersebut akan disajikan secara deskriptif kualitatif dan sistimatis guna menjawab permasalahan yang timbul dalam perjanjian pembiayaan konsumen tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kandungan fosil Foraminifera planktonik yakni dengan hadirnya Globorotalia acostaensis untuk pertama kalinya pada sampel PS2, di bagian atas Formasi Ledok,

Pendekatan ini dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan permasalahan (isu hukum) yang sedang ditangani 18 , yaitu untuk

Dari hasil analisis data dari pengujian hipotesis yang dilakukan maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah: 1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberhasilan dan kegagalan shooting dalam setiap jenis point tembakan dan daerah tembakan di setiap serangan yang dilakukan tim

2) Oleh karena nyata-nyata telah terbukti secara sah menurut hukum Termohon I, Termohon II dan Termohon III mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar sedikitnya

Understanding the Turbulence of Business Environment in Telecom Industry: Empirical Evidence from Indonesia Memahami Turbulensi Lingkungan Bisnis pada

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan konsumsi zat gizi yang meliputi energi, karbohidrat, lemak, protein, zat besi, vitamin A, dan seng, status gizi

23 Roeslan Saleh, 1983, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana (Dua Pengertian Dasar dalam Hukum Pidana), Cet.. Indikatornya adalah perbuatan tersebut melawan hukum