• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III / halaman 1 – dari 22

3.1. KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 1. Kebijakan Umum pendapatan Daerah

Perubahan kewenangan daerah secara fungsi maupun struktur pemerintahan, mengakibatkan pemerintah daerah harus melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam menyelenggarakan pemerintahan sebagai konsekuensi terhadap perubahan kewenangan. Disatu sisi dengan adanya pemberian otonomi mengakibatkan daerah memiliki kemandirian untuk menentukan sendiri urusan pemerintahan yang sesuai dengan kondisi daerah sehingga diharapkan lebih optimal dalam membangun masyarakat untuk mencapai kemakmuran serta kesejahteraan, akan tetapi disisi lain dengan adanya otonomi daerah berdampak secara langsung terhadap peningkatan kebutuhan pendanaan daerah. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka perlu diatur pemenuhan kebutuhan dana pemerintah melalui dana perimbangan antara pemerintah pusat dan daerah sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah sehingga pemerintah pusat dan daerah dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

BAB III

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

SERTA KERANGKA PENDANAAN

(2)

BAB III / halaman 2 – dari 22

1) Pendapatan Asli Daerah

Kebijakan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah sesuai dengan kewenangan, mengakibatkan munculnya desentralisasi fiskal yang memberikan kewenangan bagi daerah untuk mengeluarkan kebijakan keuangan daerah sehingga dapat memenuhi kebutuhan pendanaanya melalui sumber-sumber penerimaan daerah yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD). Oleh karena itu, setiap daerah harus mampu mengandalkan PAD untuk melaksanakan pembangunan yang berarti bahwa masing-masing daerah harus mampu menggali potensi daerah yang ada sehingga menjadi PAD, dari PAD dan dana yang diperoleh dari pemerintah pusat kebutuhan anggaran daerah dapat dipenuhi.

Peningkatan PAD yang merupakan cerminan dari kemandirian daerah serta memberi peluang bagi daerah untuk melakukan pembangunan mengakibatkan daerah termotivasi untuk mengelola sumber-sumber pendapatan daerah tanpa membebani masyarakat melalui upaya intensifikasi serta ektensifikasi pendapatan daerah yaitu : a) Melakukan intensifikasi pemungutan pajak dan restribusi

daerah melalui upaya penertiban pemungutan pajak serta memperbaiki sistem pengendalian dan pengawasan sehingga diharapkan mampu meningkatkan PAD dari sektor pajak dan restribusi daerah.

b) Melakukan rehabilitasi dan optimalisasi infrastrukutur yang potensial serta mendukung sektor perekonomian. c) Menggali sumber-sumber penerimaan baru yang

(3)

BAB III / halaman 3 – dari 22

d) Melakukan pemutakhiran data obyek dan subyek pajak khususnya PBB

e) Pengawasan obyek pajak pada saat terdapat penyelenggaraan kegiatan insidentil (pagelaran musik, pertandingan olah raga, dan lain-lain)

f) Pembinaan wajib pajak dalam penyelesaian masalah data obyek dan subyek pajak

g) Penetapan pengenaan pajak dan restribusi daerah serta besarnya angsuran/tunggakan pajak yang terhutang h) Penyuluhan/sosialisasi peraturan perpajakan, dengan

melakukan penyuluhan perpajakan kepada petugas pemungut dan wajib pajak.

i) Melakukan kegiatan peningkatan sarana dan prasarana aparatur

j) Peningkatan SDM dan cara menugaskan aparatur untuk mengikuti diklat teknis dan fungsional bagi petugas pajak.

k) Melakukan koordinasi dan evaluasi pelaksanaan pemungutan pajak daerah, restribusi daerah, pendapatan lain-lain yang sah dan PBB serta pajak propinsi sehingga mempermudah pemungutan dan percepatan penerimaan pendapatan daerah.

l) Pembinaan terhadap kinerja perusahaan daerah m) Peningkatan pengelolaan aset daerah.

2) Dana Perimbangan

Dana perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang diperoleh dari APBN sebagai hak pemerintah daerah yang ditujukan untuk mendukung pelaksanaan pemberian otonomi daerah. Dana perimbangan

(4)

BAB III / halaman 4 – dari 22

didasarkan pada pembagian secara proporsional serta adil untuk dimanfaatkan bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat secara realistis. Sebagai konsekuensinya, pembangunan yang ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat harus dapat dipertangungjawabkan kepada masyarakat secara transparan dan akuntabel dan bagi pemerintah daerah dengan adanya dana perimbangan menimbulkan tanggung jawab bagi pemerintah daerah untuk turut membantu pemenuhan penerimaan pendapatan serta bertangungg jawab terhadap penggunaan dana perimbangan melalui :

a) Berperan serta secara aktif terhadap pengelolaan pajak dan pendapatan lainnya yang berupa pendapatan bagi hasil bagi daerah.

b) Menetapkan target pajak yang diaplikasikan dalam realisasi pajak secara optimal.

c) Berperan aktif untuk melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat maupun pemerintah propinsi terkait dengan alokasi dana perimbangan sesuai dengan kebutuhan yang telah dianggarkan.

3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah adalah pendapatan daerah yang berasal dari Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya, dan Dana Penyesuaian dan Otonomi khusus. Kebijakan yang ditetapkan untuk pendapatan tersebut adalah aktif bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur guna meningkatkan penerimaan dari sektor pajak yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi.

(5)

BAB III / halaman 5 – dari 22

2. Kebijakan Umum Belanja Daerah

Terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 tahun 2007 telah merubah arah kebijakan umum belanja daerah dengan sistem anggaran kinerja sehingga komponen-komponen belanja daerah disusun berdasarkan aspirasi masyarakat dengan mempertimbangan kondisi dan kemampuan daerah termasuk pula dengan mempertimbangkan kinerja dalam tahun berjalan.

Kebijakan belanja daerah merupakan refleksi dari kinerja pemerintah dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat secara efektif dan efisien serta menunjukkan respon pemerintah daerah untuk menangkap secara jeli penggunaan alokasi belanja daerah serta kontribusinya bagi pembangunan disesuaikan dengan prioritas kebutuhan daerah, Adapun Kebijakan belanja adalah sebagai berikut: 1. Memperhatikan ketentuan-ketentuan pengelolaan

keuangan negara yang diwajibkan, yang dibatasi maupun yang dilarang.

2. Peningkatan sinergitas dan keterpaduan antara dokumen perencanaan pembangunan daerah dengan proses dan mekanisme penganggaran daerah.

3. Transparansi penyusunan dan pemanfaatan APBD yang memperhatikan skala prioritas dan memtimbangkan aspirasi dan melibatkan masyarakat

4. Menyediakan anggaran pendamping dan anggaran penunjang bagi pelaksanaan bantuan program, baik yang berasal dari pemerintah propinsi, pemerintah pusat,

(6)

BAB III / halaman 6 – dari 22

maupun dari pihak lainnya sesuai ketetuan yang dipersyaratkan.

5. Optimalisasi pemanfaatan dana perimbangan, dan dekonsentrasi, serta sumber dana lain dari pemerintah pusat.

6. Peningkatan kualitas SDM aparatur pengelola keuangan dan pengelola anggaran daerah.

3. Kendala-kendala dalam pengelolaan keuangan

Program peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah didalam pelaksanaannya terdapat beberapa kendala sebagai faktor penghambat terlaksananya serangkaian kegiatan maupun program diantaranya adalah sebagai berikut:

• belum optimalnya koordinasi antar petugas pendata dan petugas pemungut pajak dan retribusi daerah disetiap SKPD;

• adanya data base yang belum valid /akurat perihal potensi riil jenis penerimaan PAD masing-masing dinas penghasil sehingga didalam penetapan target penerimaan belum mencerminkan potensi yang sesungguhnya;

• minimnya kompetensi petugas pendata dan pemungut pajak/retribusi daerah dalam menggunakan teknik dan tata-cara pemungutan yang handal dan profesional;

• belum optimalnya pelaksanaan law enforcement (penegakan perda) terhadap wajib pajak/retribusi daerah sehingga belum memberikan efek jera bagi subyek pajak/retribusi daerah;

• Tertib administrasi dan disiplin anggaran SKPD belum optimal;

(7)

BAB III / halaman 7 – dari 22

4. Peluang-peluang dalam pengelolaan keuangan daerah • Penataan dan pengembangan aplikasi sistem administrasi

keuangan yang mudah, dan sederhana melalui sistem pengelolaan keuangan yang terintegrasi dan terkomputerisasi sehingga kecepatan dan ketepatan dalam pembuatan pelaporan keuangan tepat waktu , contoh nya adalah SABK

• Peningkatan peran Pejabat struktural dan fungsional dalam menjalankan TUPOKSI dimulai dari Perencanaan program, Pelaksanaan kegiatan, dan evaluasi serta koordinasi yang terpadu dan menyeluruh terhadap semua program dan kegiatan yang dikelola DPPKA

• Peningkatan keterampilan pejabat atau staf yang menangani bidang keuangan melalui Pendidikan dan Pelatihan bidang keuangan dan perbendaharaan daerah; • Upaya yang dilakukan secara terus menerus agar

terpenuhinya kebutuhan sarana dan prasarana kantor yang memadai untuk pemberian pelayanan publik dengan baik dan sehat.

3. 2. KERANGKA PENDANAAN

A. Realisasi Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah Kabupaten Bondowoso tahun 2003-2008.

1. Pendapatan Daerah Tahun 2003 – 2008.

Berikut ini dijabarkan pendapatan daerah Kabupaten Bondowoso selama tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 pada tabel 40.

(8)

BAB III / halaman 8 – dari 22

Tabel 40

Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Bondowoso Tahun 2003 – 2008 1. PENDAPATAN DAERAH 2003 2004 2005 2006 2007 2008 1.1 Pendapatan Asli Daerah 21.172.049.211,06 18.585.925.785.,39 20.778.926.544,55 23.570.350.539,08 30.178.867.621,79 32.835.861.376,41 1.1.1 Pajak Daerah 2.939.136.928,00 3.434.303.746,00 3.902.859.379,00 4.218.321.333,00 4.614.174.980,00 5.230.451.800,00 1.1.2 Retribusi Daerah 5.420.010.034,77 5.832.560.350,20 8.244.166.805,73 12.858.975.208,85 15.969.316.439,66 16.731.579.141,33 1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 117.171.110,95 688.344.701,36 719.789.895,33 1.086.870.195,89 2.212.322.177,87 2.217.988.696,24 1.14 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yg sah 12.695.731.137,34 8.630.716.987,83 7.912.110.464,49 5.406.183.801,34 7.383.054.024,26 8.655.841.738,84 1.2 Dana Perimbangan 257.499.725.249,00 277.406.936.587,00 285.113.775.364,00 413.520.860.730,48 460.487.813.538,00 524.309.291.267,00 1.2.1 Dana Bagi Hasil

Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 13.683.684.740,00 15.881.835.024,00 16.479.582.036,00 22.175.081.790,48 26.496.813.538,00 31.561.223.267,00 1.2.2 Dana Alokasi Umum 234.020.000.000,00 251.718.000.000,00 251.718.000.000,00 362.750.000.000,00 397.430.000.000,00 447.561.068.000,00 1.2.3 Dana Alokasi Khusus 1.000.000.000,00 - 4.000.000.000,00 10.610.000.000,00 36.561.000.000,00 45.187.000.000,00 1.2.4 Dana Perimbangan dari Propinsi 8.796.040.509,00 9.807.101.563,00 12.916.193.328,00 17.985.778.940,00 - - 1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yg sah 34.917.705.732,00 17.051.554.079,00 10.808.000.000,00 3.260.167.023,69 28.897.809.597,00 27.168.556.005,00 1.3.1 Hibah - - - - - - 1.3.2 Dana Darurat - - - - - -

1.3.3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya - - - - 20.079.069.997,00 - 1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus - - - - 8.818.739.600,00 - 1.3.5 Bantuan Keuangan dari Propinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya - - - - Jumlah Pendapatan 313.589.480.192,06 313.044.416.451,39 316.700.701.908,55 440.351.378.293,25 519.564.490.756,79 584.313.708.648,41

(9)

BAB III / halaman 9 – dari 22 1. PENDAPATAN DAERAH 2003 2004 2005 2006 2007 2008 %Dana Perimbangan/ TOT Pendapatan 82,11% 88,61% 90,02% 93,90% 88,62% 89,73% % PAD/Tot APBD 6,75% 5,93% 6,56% 5,35% 5,80% 5,61%

Sumber Data : Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah PemkabBondowoso

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Porsi pendapatan pendapatan asli daerah relatif kecil sumbangannya terhadap PAD Kabupaten Bondowoso, Jumlah PAD berfluktuasi naik turun dari tahun 2003 sampai dengan 2008, Tahun 2004 penerimaan PAD menurun cukup tajam dibanding tahun 2003, kemudian meningkat pada tahun 2005 tetapi kembali menurun pada tahun 2006, dan tahun 2007 dan 2008 meningkat cukup tajam dibanding tahun 2006,

Sumbangan porsi PAD terbesar adalah dari pendapatan Retribusi yang trendnya selalu meningkat dari tahun 2003 sampai dengan 2008, hanya tahun 2008 terjadi penurunan karena adanya penerimaan pembiayaan yang tidak boleh diakui sebagai pos pendapatan.

b. Dana Perimbangan.

Dana Perimbangan baik yang berupa DAU dan DAK masih merupakan pendapatan terbesar dalam APBD Kabupaten Bondowoso, Persentase dana perimbangan terhadap APBD tahun dan 2007 sebesar 89,33% dan 2008 sebesar 90,93%.

(10)

BAB III / halaman 10 – dari 22

2. Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Bondowoso Tahun 2003-2008

Berikut ini dijabarkan Belanja Daerah Kabupaten Bondowoso selama tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 pada tabel 41.

Tabel 41

Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Bondowoso Tahun 2003-2008 NO URAIAN 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2.1 Belanja Tidak Langsung 187.376.847.760 200.539.543.859 186.762.588.358 230.837.513.458 321.498.138.005 445.001.101.182 2.1.1 Belanja Pegawai 169.750.056.806 187.489.066.126 172.751.499.123 209.526.637.629 249.591.996.250 357.290.339.300 2.1.2 Belanja Bunga - 163.515.000 192.920.350 2.1.3 Belanja Subsidi - - 2.1.4 Belanja Hibah - 11.695.373.500 27.667.076.335 2.1.5 Belanja Bantuan Sosial - 4.410.000.000 2.533.998.000 2.1.6 Belanja Bagi Hasil Kepada Propinsi/ Kabupaten /Kota dan Pemerinta han Desa 6.675.439.500 4.906.900.000 4.480.000.000 9.221.160.000 - - 2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Propinsi/K abupaten/ Kota dan Pemerinta han Desa - - - - 40.518.557.400 46.541.494.300 2.1.8 Belanja Tidak Terduga 10.951.351.454 8.143.577.733 9.531.089.235 12.089.715.829 15.118.695.855 10.775.272.897 2.2 Belanja Langsung 177.149.636.062 151.978.794.140 164.345.900.404 226.725.621.223 237.873.481.762 222.085.773.794 2.2.1 Belanja Pegawai 11.768.729.961 9.904.964.381 10.960.633.340 19.476.873.445 57.476.526.260 46.204.423.665 2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 122.855.887.901 111.664.214.609 121.818.132.398 160.633.916.683 87.034.922.695 82.760.391.770 2.2.3 Belanja Modal 42.525.018.200 30.409.615.150 31.567.134.666 46.614.831.095 93.362.032.807 93.120.958.359 Jumlah Belanja 364.526.483.822 352.518.337.998 351.108.488.762 457.563.134.680 559.371.619.767 667.086.874.976

(11)

BAB III / halaman 11 – dari 22 NO URAIAN 2003 2004 2005 2006 2007 2008 % belanja Langsung/ TOT APBD 48,60% 43,11% 46,81% 49,55% 42,53% 33,29% % Belanja tdk langsung/ TOT APBD 51,00% 57,00% 53,00% 50,00% 57,00% 67,00%

Sumber Data : Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Pemkab Bondowoso

a. Persentase belanja tidak langsung terhadap total APBD trendnya menaik hal ini disebabkan kenaikan belanja pegawai yang juga naik karena adanya pengangkatan PNS baru.

b. Sebaliknya persentase jumlah belanja langsung trennya juga mengalami penurunan yang berarti belanja program untuk pembangunan juga mengalami penaurunan.

3. Realisasi Pembiayaan Daerah Kabupaten Bondowoso Tahun 2003-2008.

Berikut ini dijabarkan Pembiayaan Daerah Kabupaten Bondowoso selama tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 pada tabel 42.

Tabel 42

Realisasi Pembiayaan Daerah Kabupaten Bondowoso Tahun 2003-2008 NO URAIAN 2003 2004 2005 2006 2007 2008 3.1 Penerimaan Pembiayaan 3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA) 53.916.362.033 43.179.312.137 42.647.410.198 36.798.136.591 64.438.124.961 85.240.299.892 3.1.2 Pencairan Dana Cadangan - - - 3.1.3 Hasil Penjualan - - -

(12)

BAB III / halaman 12 – dari 22 NO URAIAN 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 3.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah - - - 3.1.5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman - - 8.240.901.421 3.1.6 Penerimaan Piutang Daerah - - 2.530.866.816 Jumlah Penerimaan Pembiayaan 53.916.362.033 43.179.312.137 42.647.410.198 36.798.136.591 64.438.124.961 96.012.068.129 3,2 Pengeluaran Pembiayaan 3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan - - - 3.2.2 Penyertaan Modal (Investasi) Daerah 2.000.000.000 500.000.000 1.000.000.000 1.370.740.089 638.879.317

3.2.3 Pembayaran Pokok Utang 1.027.455.700 403.190.000 250.000.000 267.250.000 267.226.800 2.929.609.116 3.2.4 Pemberian Pinjaman Daerah 117.777.371 - 739.500.000 Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 3.145.233.071 403.190.000 750.000.000 1.267.250.000 1.637.966.889 4.307.988.433 Pembiayaan Neto 50.771.128.961 42.776.122.137 41.897.410.198 35.530.886.591 62.800.158.072 91.704.079.696 3.3 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan (SILPA) 117.777.371 Pesentase SILPA/TOT. APBD 14,79% 12,25% 12,15% 8,04% 11,52% 12,78%

Sumber Data : Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Pemkab Bondowoso.

Realisasi anggaran dari tahun 2003 sampai tahun2008 berfluktuasi namun relatif stabil antara 10% sampai dengan 15%, namun demikian jika SILPA semakin kecil akan semakin baik karena anggaran pembangunan yang telah disediakan benar-benar segera dapat dimanfaatkan untuk pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bondowoso.

(13)

BAB III / halaman 13 – dari 22

B. Estimasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bondowoso Tahun 2009-2014.

1. Estimasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bondowoso Tahun 2009-2014.

Potensi Pendapatan yang controlable adalah PAD, dengan estimasi pajak daerah tumbuh 3% setiap tahun dan restribusi didasarkan estimasi potensi dari SKPD penghasil terkaitdan hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan tumbuh 5% setiap tahun, estimasi tersebut dengan asumsi Perda-Perda yang mendukung pertumbuhan tersebut dapat disyahkan dan dapat diaplikasikan tanpa memberatkan masyarakat.

Tabel 43

Estimasi Pendapatan Daerah Tahun 2009-2014

NO. PENDAPAT AN DAERAH 2009 2010 2011 2012 2013 2014 4.1 Pendapatan Asli Daerah 30.356.230.315 31.609.058.289 32.861.885.963 34.114.713.924 35.367.541.886 36.620.369.847 4.1.1 Pajak Daerah 4.420.462.950 4.553.076.839 4.685.690.727 4.818.304.615 4.950.918.504 5.083.532.392 4.1.2 Retribusi Daerah 17.831.969.000 18.723.567.450 19.615.165.900 20.506.764.350 21.398.362.800 22.289.961.250 4.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan 2.217.988.969 2.328.888.417 2.439.787.565 2.550.687.000 2.661.586.435 2.772.485.870 Daerah yang dipisahkan 4.1. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah 5.885.809.396 6.003.525.583 6.121.241.771 6.238.957.959 6.356.674.147 6.474.390.335 1.2 Dana Perimbangan 528.202.833.072 539.494.335.264 550.785.837.456 562.077.339.648 573.368.841.840 584.660.344.032 1.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi HasilBukan Pajak 28.696.553.072 29.557.449.664 30.418.346.256 31.279.242.848 32.140.139.440 33.001.036.032

1.2.2 Dana Alokasi Umum 455.458.280.000 464.567.445.600 473.676.611.200 482.785.776.800 491.894.942.400 501.004.108.000 1.2.3 Dana Alokasi Khusus 44.048.000.000 45.369.440.000 46.690.880.000 48.012.320.000 49.333.760.000 50.655.200.000 1.2.4 Dana Perimbangan dari Propinsi 0 0 0 0 0 0 1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang syah 14.985.650.000 15.734.932.500 16.484.215.000 17.233.497.500 17.982.780.000 18.732.062.500

(14)

BAB III / halaman 14 – dari 22 NO. PENDAPAT AN DAERAH 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1.3.1 Hibah 0 0 0 0 0 0 1.3.2 Dana Darurat 0 0 0 0 0 0 1.3.3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya 14.985.650.000 15.669.787.500 16.353.925.000 17.038.062.500 17.722.200.000 17.722.200.000 4.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 48.320.451.000 49.209.014.200 50.097.577.400 50.986.140.600 51.874.703.800 52.763.267.000 4.3.4 Dana penyesuaian pendidikan 4.3.4 Dana Penyesuaian Adhoc 39.434.819.000 39.434.819.000 39.434.819.000 39.434.819.000 39.434.819.000 39.434.819.000 4.3.4 Dana penyesuaian cukai tembakau Pemerintah Daerah Lainnya 8.885.632.000 9.774.195.200 10.662.758.400 11.551.321.600 12.439.884.800 13.328.448.000 4.3.5 Bantuan Keuangan dari Propinsi atau Pemerintah Lainnya 0 0 0 0 0 0 % PAD terhadap total estimasi pendapatan 4,88% 4,97% 5,05% 5,13% 5,21% 5,29% % Dana Perimbangan terhadap total pendapatan 85% 84,820% 84,706% 84,598% 84,494% 84,394% Jumlah Pendapatan 621.865.164.387 636.047.340.253 650.229.515.819 664.411.691.672 678.593.867.526 692.776.043.379 Sumber Data : Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Pemkab Bondowoso.

2. Estimasi Dana Perimbangan dan Dana Penyesuaian Otonomi Khusus,serta Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yg sah .

Pemerintah Kabupaten Bondowoso menerima alokasi anggaran diluar APBD Kabupaten Bondowoso meliputi dana tugas pembantuan, dana dekonsentrasi, APBD Propinsi Jawa Timur, dan lain-lain (terlampir) yang digunakan untuk mendukung pencapaian kinerja pembangunan secara nasional, dengan jumlah anggaran mencapai Rp.174.149.126.750,- yang terdiri dari :

(15)

BAB III / halaman 15 – dari 22

a. Alokasi Dana Dekonsentrasi sebesar Rp.124.637.509.250,- yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Sosial dan Kesejahteraan Rakyat, Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluh, dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

b. Alokasi Dana Tugas Pembantuan sebesar Rp.33.667.058.500,- yang dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Peternakan dan Perikanan, Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluh, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Rumah Sakit Dr. H. Koesnadi, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pengairan, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Pendidikan, Dinas Bina Marga dan Cipta Karya, dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.

c. Alokasi APBD Propinsi sebesar Rp.10.287.620.000,- yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Sosial dan Kesejahteraan Rakyat, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Pendidikan dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura.

d. Alokasi Dana lain-lain yang terdiri dari Bantuan Luar Negeri, Hibah, dan Bantuan Unicef sebesar Rp.5.556.939.000,- yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

Pendapatan ini uncontrollable sangat tergantung pada pemerintah pusat dan pemerintah propinsi, estimasi didasarkan

(16)

BAB III / halaman 16 – dari 22

pada data historis atau didasarkan realisasi data tahun 2003 dan tahun 2009.

3. Estimasi Belanja Daerah Daerah Kabupaten Bondowoso Tahun 2009-2014.

Berikut ini dijabarkan Belanja Daerah Kabupaten Bondowoso selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 pada tabel 44.

Tabel 44

Estimasi Belanja Daerah Kabupaten Bondowoso Tahun 2009 – 2014 NO URAIAN 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2 BELANJA DAERAH 2.1 Belanja Tidak Langsung 451.571.695.630 460.603.129.543 469.815.192.133 479.211.495.976 488.795.725.896 497.015.736.486 2.1.1 Belanja Pegawai 388.679.307.425 396.452.893.574 404.381.951.445 412.469.590.474 420.718.982.283 429.133.361.929 2.1.2 Belanja Bunga 163.515.000 166.785.300 170.121.006 173.523.426 176.993.895 180.533.773 2.1.3 Belanja Subsidi - - - 2.1.4 Belanja Hibah 9.117.000.000 9.117.000.000 9.117.000.000 9.117.000.000 9.117.000.000 9.117.000.000 2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 5.832.000.000 5.832.000.000 5.832.000.000 5.832.000.000 5.832.000.000 5.832.000.000 2.1.6 Belanja Bagi Hasil Kepada Propinsi/ Kabupaten/K ota dan Pemerintahan Desa 2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Propinsi/Kab upaten/Kota dan Pemerintahan Desa 42.779.873.205 43.635.470.669 44.508.180.082 45.398.343.684 46.306.310.558 47.232.436.769 2.1.8 Belanja Tidak Terduga 5.000.000.000 5.100.000.000 5.202.000.000 5.306.040.000 5.412.160.800 5.520.404.016 2.2 Belanja Langsung 170.293.468.757 175.444.210.710 180.414.323.686 185.200.195.696 189.798.141.630 195.760.306.893 2 2.1 Belanja Pegawai 2.2.2 Belanja Barang dan

(17)

BAB III / halaman 17 – dari 22 NO URAIAN 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Jasa 2.2.3 Belanja Modal Jumlah Belanja 621.865.164.387 636.047.340.253 650.229.515.819 664.411.691.672 678.593.867.526 692.776.043.379 % Belanja Tidak Langsung/T otal Belanja 72,616% 72,416% 72,254% 72,126% 72,031% 71,743% % Belanja Pegawai/Tot al Belanja 62,50% 62,33% 62,19% 62,08% 62,00% 61,94% % Belanja Langsung/T otal Belanja 28,07% 28,33% 28,47% 28,70% 28,84% 29,15%

Sumber Data : Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Pemkab Bondowoso

a. Belanja pegawai diestimasikan naik rata-rata 2% setiap tahun untuk memperhitungkan kenaikan gaji pegawai sebesar 15% setiap tahun.

b. Belanja hibah dan belanja sosial diharapkan stagnan untuk mengutamakan belanja program/pembangunan.

c. Persentase Belanja langsung dibanding total belanja

diestimasikan mengalami peningkatan setiap tahun.

C. Rencana Tindak Prioritas Pengelolaan Keuangan Daerah

Tujuan dan sasaran yang akan dicapai selama lima tahun kedepan diupayakan realistis dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah selama ini, dimungkinkan tujuan dan sasaran tersebut tidak dapat tercapai secara maksimal, karena permasalahan pendapatan daerah yang terbatas dan masih tergantung pada dana perimbangan dari Pemerintah Pusat, khususnya pendapatan dari Pendapatan Asli Daerah, dana bagi hasil pajak/ bukan pajak, dan Dana Alokasi Umum. Disisi lain belanja daerah, khususnya belanja pegawai setiap tahun mengalami peningkatan karena adanya kenaikan gaji pegawai dan tambahan pegawai baru. Berdasarkan pendapatan daerah dari PAD dan dana bagi hasil pajak/ bukan pajak menunjukan potensi fiskal daerah

(18)

BAB III / halaman 18 – dari 22 476.131,22 505.748,53 570.302,17 575.198,68 354.241,69 0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 2005 2006 2007 2008 2009 489,55 407,96 326,37 261,10 208,88 76,59 65,78 46,66 45,75 37,26 412,96 342,18 279,71 215,35 171,62 0,00 100,00 200,00 300,00 400,00 500,00 600,00 2005 2006 2007 2008 2009 Kebutuhan Potensi Kesenjangan

setiap tahunnya mengalami peningkatan, namun karena kebutuhan fiskal daerah juga meningkat, maka kesenjangan fiskal daerah (fiscal gap) setiap tahunnya semakin besar.

Gambar 8

Kesenjangan Fiskal Kabupaten Bondowoso Tahun 2005 - 2009

Berdasarkan hasil perhitungan Departemen Keuangan Republik Indonesia yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153/PMK.07/2007 tentang Peta Kapasitas Fiskal Dalam Rangka Penerusan Pinjaman Luar Negeri Pemerintah Kepada Daerah Dalam Bentuk Hibah disebutkan bahwa kapasitas fiskal Kabupaten Bondowoso rendah yang ditunjukan dengan indeks kapasitas fiskal sebesar 0,1446.

Gambar 9

(19)

BAB III / halaman 19 – dari 22

Kesenjangan fiskal yang cukup tinggi dan kapasitas fiskal yang cenderung menurun menunjukan kemampuan keuangan Pemerintah Kabupaten Bondowoso dalam 5 tahun terakhir terus menurun, sehingga kemampuan pendanaan pembangunan daerah semakin menurun. Oleh karena itu, upaya mengatasi keterbatasan kapasitas fiskal dilakukan dengan mengoptimalkan penerimaan pendanaan pembangunan dari berbagai sumber baik dari pemerintah pusat, provinsi, maupun lembaga donor, seperti dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan, hibah, dan lain lain pendananaan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Untuk mengetahui dan menjawab permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah dibutuhkan suatu rencana tindak (action plan) yang terarah dan terukur serta bersinergi baik pada pengelolaan pendapatan atau belanja daerah.

Arah kebijakan keuangan daerah yang diambil oleh Kabupaten Bondowoso mengandung makna bahwa:

a. Arah belanja APBD Kabupaten Bondowoso digunakan sepenuhnya untuk mendukung kebijakan dan prioritas strategis jangka menengah, 5 tahunan.

b. Untuk menjamin ketersediaan dana maka kebijakan pendapatan diarahkan untuk mendapatkan berbagai sumber pendapatan yang sustainabel dan jumlah yang memadai.

Mengingat kebijakan masing-masing komponen APBD berbeda maka kebijakan Keuangan Daerah juga dirinci pada masing-masing komponen tersebut, meliputi kebijakan Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan.

(20)

BAB III / halaman 20 – dari 22

1. Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah

Pengelolaan pendapatan daerah Kabupaten Bondowoso diarahkan pada sumber-sumber pendapatan yang selama ini telah menjadi sumber penghasilan Kas Daerah seperti PAD, Dana Perimbangan , dan Lain-lain Pendapatan Yang sah, dengan tetap mengupayakan pengembangan sumber-sumber pendapatan yang baru diantaranya adalah:

a. Program intensifikasi dan ekstensifikasi

Program ini dimaksudkan antara lain untuk memecahkan permasalahan rendahnya tingkat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak yang berada di wilayah Kabupaten Bondowoso. Indikator keberhasilan program ini adalah berupa peningkatan pendapatan daerah dari sektor Pajak Daerah dan Pajak Bumi Bangunan. Adapun target yang ditetapkan adalah peningkatan penerimaan sektor Pajak Daerah dan PBB minimal sebesar 3% setiap tahunnya jika dihitung menurut tahun dasar 2008.

b. Program Koordinasi/Sinkronisasi Lintas Sektoral

Program ini dimaksudkan untuk mendukung program pertama dalam mendukung peningkatan pendapatan pajak daerah dari aspek pembangunan ekonomi. Program ini juga dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan atas rendahnya rasio elastisitas pertumbuhan ekonomi terhadap pertumbuhan pajak daerah. Indikator keberhasilan program ini adalah berupa peningkatan pembangunan yang mendukung potensi pajak daerah. Misalkan pajak galian C, pajak hotel , pajak restoran, Peningkatan pembangunan pada sektor ini diharapkan meningkat 10% pada tahun 2009 dan sebesar 20% untuk masing-masing tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013.

(21)

BAB III / halaman 21 – dari 22

c. Program Peningkatan Kualitas SDM Aparatur

Program ini dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan atas keterbatasan kualitas aparatur yang berhubungan dengan upaya penggalian dan pelayanan penerimaan pendapatan daerah. Indikator keberhasilan program ini adalah peningkatan kualitas SDM aparat dalam rangka pengelolaan pajak daerah melalui penyelenggaraan pelatihan yang relevan.

2. Arah Pengelolaan Belanja Daerah

Suatu arah pengelolaan belanja daerah dimaksudkan untuk menjamin agar seluruh kegiatan (strategik) dapat dibiayai oleh APBD. Belanja Daerah diarahkan untuk seefektif mungkin membiayai urusan penyelenggaraan pemerintahan dan prioritas pembangunan yang dialokasikan sesuai tugas pokok dan fungsi SKPD yang terformulasikan dalam program dan kegiatan. Untuk itu, perlu dianalisis perilaku belanja dan bagaimana pengembangannya ke depan.

Jika dilihat berdasarkan estimasi belanja daerah Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2014 pada table 44, dapat digambarkan bahwa kecenderungan rasio belanja tidak langsung terhadap total belanja daerah trendnya menurun dan sebaliknya belanja langsung trendnya meningkat, hal ini menunjukkan bahwa arah pengelolaan belanja daerah lebih difokuskan peningkatannya untuk program-program pembangunan yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan masyarakat baik fisik dan non fisik tentu saja dengan maksud bertambahnya kualitas pelayanan kepada publik yang pada akhirnya tujuan dan cita-cita yang dituangkan didalam visi-misi kabupaten bondowoso dapat terwujud sesuai rencana.

(22)

BAB III / halaman 22 – dari 22

3. Arah Pembiayaan

Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah. Guna keperluan analisis atas perkembangan pendapatan daerah

dalam rangka transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, maka unsur pendapatan daerah bagian sisa lebih perhitungan anggaran (SILPA) tahun lalu dikecualikan karena dalam sistem anggaran berbasis kinerja yang diterapkan dalam tahun 2009, sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu termasuk dalam struktur pembiayaan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Apakah penalaran matematika siswa kelas V SD N Karangayu 02 Kota Semarang

dipertanggungjawabkan karena setelah diverifikasi dengan kurva faktor reduksi kekuatan bangunan struktur yang terdapat pada peraturan ACI 318-2002, ternyata menghasilkan

• Sebesar US$ 10.353.083 atau setara dengan Rp 136.774.573.525 pada kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal 31 Mei 2015 atau sebesar kurang lebih 8,2% dari laba bersih setelah

Analisis laporan keuangan untuk menunjukkan laporan keuangan dan usaha suatu perusahaan yang digunakan oleh para pemakai sesuai dengan kepentingan masing-masing analisa

Untuk memudahkan pemahaman terhadap pendapat Ketua Pengadilan yang berkaitan dengan bagaimana persepsi Ketua Pengadilan Negeri dan Ketua Pengadilan Agama tentang PK

Puji syukur dan terima kasih kepada Allah SWT atas segala karunia, hikmat dan kekuatan sehingga dapat terselesaikan skripsi yang berjudul Fraksinasi dan

Mutu mikrobiologis dari suatu produk makanan dapat ditentukan oleh jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat dalam bahan pangan. Mutu mikrobiologis ini akan menentukan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01/PMK.06/2013 tentang Penyusutan Barang Milik Negara berupa Aset pada Entitas Pemerintah Pusat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan