• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI

2.1.1 Hakikat Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap (KTSP, 2013:15). Sedangkan menurut Darsono (2000:18) belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Dengan belajar tindakan perilaku siswa akan berubah ke arah yang lebih baik. Berhasil baik atau tidaknya belajar tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor internal, eksternal dan pendekatan belajar.

a) Faktor internal adalah faktor dari dalam diri siswa, yaitu keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa meliputi aspek fisiologis (kondisi tubuh dan panca indera), dan aspek psikologis antara lain: intelegensi dalam sikap misalnya dalam beradaptasi dengan teman, bakat dalam mengerjakan soal, minat dalam mengikuti pelajaran serta punya kemauan besar untuk belajar dan mempunyai motivasi untuk belajar baik individu maupun dalam kelompok.

b) Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa, yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa meliputi faktor lingkungan sosial (guru, teman, masyarakat, dan keluarga) dan faktor lingkungan non-sosial (gedung, sekolah, tempat tinggal, alat belajar, cuaca dan waktu belajar)

Berbicara mengenai prestasi belajar, maka terlebih dahulu akan dikemukakan arti prestasi dan arti belajar itu sendiri, sebelum membahas pengertian prestasi belajar.

Menurut kamus umum bahasa Indonesia, kata prestasi berarti hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya), Poerwardarmanto (1976). Prestasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil nyata yang dicapai seseorang (siswa) dari rangkaian usahanya (belajar) dengan kemampuan, kecakapan, keterampilan, yang dapat diukur nilainya (evaluasi) setelah melakukan pekerjaan tertentu. Untuk mendapatkan pengertian yang objektif tentang belajar, maka dibawah ini beberapa

7

(2)

pendapat ahli psikologi, khususnya ahli psikologi pendidikan tentang balajar sebagai berikut:

Tabrani Ruyan (2006) menyatakan bahwa: belajar adalah suatu proses perubahan individu melalui interaksi dengan lingkungan, sedangkan Oemar Hamalik dalam Darmawati (2006) memberikan defenisi belajar sebagai berikut: “ Belajar adalah suatu perbuatan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam bertingkah laku berkat pengalaman latihan” Kemudian Slameto (1995) menyatakan bahwa: “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang dalam proses perubahan tingkah laku yang merupakan hasil pengalaman sendiri, latihan dan kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sendiri.

Dari pernyataan yang telah dikemukakan diatas baik itu pengertian mengenai prestasi maupun pengertian mengenai belajar, maka prestasi dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang dicapai setelah melakukan kegiatan belajar, hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh Mappa (1972), mengemukakan bahwa Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam bidang studi tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukur keberhasilan belajar seseorang. Hal demikian penguasan pengetahuan dan keterampilan merupakan wujud dari prestasi belajar. Tinggi rendahnya prestasi belajar tergantung pada tingkat penguasaan materi pelajaran kurang maka prestasi belajar yang dicapai kurang atau rendah, demikian pula sebaliknya, bila tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran tinggi, maka prestasi belajar pun tinggi.

2.1.2 Hasil Belajar

Amirin dan Samsu Irawan (2000:43), mengatakan “hasil belajar adalah kemajuan yang diperoleh seseorang dalam segala hal akibat dan belajar”. Seseorang yang mempelajari suatu melalui proses pembelajaran telah mernperoleh hasil dan apa yang telah dipelajarinya, hasil maksimal yang diperoleh inilah yang dikatakan hasil belajar.

8

(3)

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:95) “hasil belajar merupakan hasil dan suatu intruksi tindak belajar dan tindak mengajar”. Hasil belajar menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan yang diaplikasikan dalam bentuk penilaian dalam rangka memberikan pertimbangan apakah tujuan pendidikan tersebut tercapai. Penilaian hasil belajar tersebut dilakukan terhadap proses belajar mengajar untuk mengetahui tercapainya tidaknya tujuan pengajaran dalam hal penguasaan bahan pelajaran oleh siswa, selain itu penilaian tersebut dilakukan untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Dengan kata lain rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa tidak hanya disebabkan oleh kurang berhasilnya guru mengajar.

Jadi, menurut saya hasil belajar adalah hasil dari proses kegiatan belajar mengajar seseorang yang dibuktikan melalui angka-angka. Yang nantinya dijadikan acuan oleh guru dalam menentukan kriteria taraf keberhasilan belajar siswa. Hasil belajar juga dijadikan patokan dalam menentukan metode pembelaran dalam rencana pembelajaran sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan.

2.1.3 Teori Belajar Matematika

Dorongan ingin tahu telah terbentuk secara kodrati mendorong manusia untuk berpikir secara rasional dan terus berusaha untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Hal ini mendorong munculnya sekelompok orang berfikir.

Pemikiran dilakukan secara terpola sehingga dipahami oleh orang lain.

Dorongan ingin tahu meningkat untuk mencari kepuasan dan penggunaannya.

Penemuan yang dapat diuji kebenarannya oleh orang lain dapat diterima secara universal. Dengan demikian dari pengetahuan akan berkembang menjadi ilmu pengetahuan. Perolehan yang didapat melalui percobaan, didukung oleh fakta menggunakan metode berfikir secara sistematis dapat diterima sebagai ilmu pengetahuan yang selanjutnya disebut produk, sedangkan langkah-langkah dilakukan merupakan suatu proses. Langkah- langkah atau proses ditempuh dalam mengembangkan ilmu menjadi cara atau metode memungkinkan berkembangnya pengetahuan. Ada hubungan antara fakta dan gagasan. Pola memecahkan masalah dengan menggunakan metode ilmiah dianut orang secara umum.

(4)

Orang yang terbiasa menggunakan metode ilmiah berarti mempunyai sikap ilmiah. (Wahyana, 1977 : 291-293)

Menurut Wahyudi dan Kriswandani (2013 : 10 – 11) matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari konsep-konsep abstrak yang disusun dengan menggunakan simbol dan merupakan bahasa yang eksak, cermat, dan terbebas dari emosi. Matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain sehingga penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan konsep-konsep matematika harus dipahami dengan betul dan benar sejak dini. Sedangkan menurut Subarinah (2006) dalam Wahyudi dan Kriswandani (2013) matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya. Hal ini berarti belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya.

Mata pelajaran matematika berfungsi untuk :

a. Memahami konsep-konsep matematika dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari- hari.

b. Memiliki ketrampilan proses untuk menerapkan konsep-konsep matematika dalam memecahkan masalah sehari-hari.

c. Mampu berpikir sistematis, kritis, analitis, logis dan kreatif dan menumbuhkan kemampuan bekerja sama.

d. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran.

e. Memiliki kemampuan untuk mengelola, memperoleh serta memanfaatkan informasi untuk dapat bertahan dan mengembangkan dinamika kehidupan yang kompetitif.

2.1.3 Penilaian Prestasi Belajar Matematika

Penilaian merupakan salah satu komponen sistem pengajaran untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. Sebagai alat penilai hasil pencapaian tujuan dalam pembelajaran, penilaian dilakukan secara terus menerus.

Hasil penilaian bermanfaat untuk umpan balik (feed back) dari proses belajar yang dilaksanakan. (Muhammad Ali, 1983 : 131)

10

(5)

Dalam Kurikulum mata pelajaran Matematika ditetapkan tujuan pengajaran Matematika di SD adalah agar siswa :

 Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

 Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

 Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

 Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

 Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

2.1.4 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Pendidikan di SD disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental anak, artinya dengan tingkat kemampuan berfikir anak. Pikiran anak masih terbatas pada obyek disekitar lingkungan. Pada tingkat ini anak dapat mengenal bagian- bagian dari benda-benda seperti berat, warna dan bentuknya. Kemampuan yang dikembangkan adalah menggolongkan dengan berbagai cara, menyusun dan merangkai berurutan,melakukan proses berfikir kebalikan, melakukan operasi matematika, seperti menambah, mengurangi dan mengalikan.

Hal serupa juga berlaku pada siswa SD kelas atas, sebagian sudah berada pada tahap berpikir formal sehingga mampu berpikir secara deduktif. Artinya, siswa dapat diajak untuk berpikir dan memahami pembuktian dalil-dalil matematika. Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek aspek sebagai berikut : Bilangan, Geometri dan pengukuran serta Pengolahan data. (Wahyudi dan Kriswandani : 2013)

(6)

2.1.5 Pembelajaran Matematika di Kelas 5 Sekolah Dasar

Unsur penting dalam pembelajaran ialah merangsang serta mengerahkan siswa untuk belajar. Belajar dapat dirangsang dan diarahkan dengan berbagai macam cara yang mengarah pada tujuan.

Adapun caranya pendekatan dalam pembelajaran Matematika di kelas 5 SD yaitu :

a. Pendekatan pemecahan masalah pendekatan dengan penggunaan berbagai konsep, prinsip, dan ketrampilan matematika yang telah atau sedang dipelajari.

b. Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan pendekatan yang memberikan kesempatan peserta didik untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika.

c. Pendekatan Ketrampilan Proses merupakan suatu pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar.

d. Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) merupakan pendekatan yang menciptakan sistem lingkungan belajar yang memberi peluang murid terlibat secara aktif, mengembangkan kreativitas, dan menyenangkan serta dapat mewujudkan tujuan pembelajaran secara optimal.

Jerome S. Bruner telah banyak memberikan pandangan mengenai bagaimana manusia belajar dan memperoleh pengetahuan. Menurut Bruner dalam Wahyudi dan Kriswandani (2013) belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya. Ada 3 proses kognitif yang terjadi dalam belajar :

a. Proses pemerolehan informasi baru

b. Proses menstransformasikan informasi yang diterima c. Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.

Terdapat tiga model tahapan kognitif manusia :

a. Model tahap Enaktif, merupakan tahapan dimana peserta didik terlibat dalam memanipulasi objek dengan menggunakan benda-benda konkrit.

12

(7)

b. Model tahap Ikonik, merupakan tahapan pembelajaran dimana pengetahuan direpresentasikan dalam bentuk bayangan visual, gambar, atau diagram.

c. Model tahap Simbolis, merupakan tahapan pembelajaran dimana pembelajaran direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak, baik simbol-simbol verbal maupun lambang-lambang abstrak.

Dari uraian di atas maka pembelajaran Matematika Kelas 5 SD dengan metode DLPS (Double Loop Problem Solving) sangat relevan. Melalui kegiatan menganalisis masalah siswa akan lebih terampil dalam memecahkan suatu masalah melalui tahapan-tahapan yang terstruktur. Sebagai hasil belajar siswa tidak saja berupa pengetahuan tetapi juga dapat mengembangkan sikap yang kreatif, disiplin dan memiliki jiwa intelektualitas yang tinggi.

2.1.6 Pembelajaran Matematika dengan Metode DLPS (Double Loop Problem Solving)

Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar dikalangan siswa, mampu berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal.

Merujuk pada hal ini perkembangan model pembelajaran terus mengalami perubahan dari model tradisional menuju model yang lebih modern. Model pembelajaran berfungsi untuk memberikan situasi pembelajaran yang tersusun rapi untuk memberikan suatu aktivitas kepada siswa guna mencapai tujuan pembelajaran. Sejalan dengan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran, salah satu model pembelajaran yang kini banyak mendapat respon adalah model pembelajaran kooperatif. Kooperatif berasal dari bahasa Inggris yaitu Cooperate yang berarti bekerja bersama-sama. Pembelajaran menurut Degeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda (Huda 2013 : 302).

Menurut Slavin (1985) dalam bukunya Isjoni (2010 : 12) mengatakan, bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Model pembelajaran koperatif adalah rangkaian

(8)

kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Karena itu, pemilihan model sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan dibelajarkan, tujuan (kompetensi) yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.

Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pendekatan, strategi, metode, dan teknik. Karena itu, suatu rancangan pembelajaran atau rencana pembelajaran disebut menggunakan model pembelajaran apabila mempunyai empat ciri khusus, yaitu (a) rasional teoretik yang logis yang disusun oleh penciptanya atau pengembangnya, (b) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), (c) tingkah laku yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan (d) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur dalam Trianto 2007).

Suatu model pembelajaran akan memuat antara lain: (a) deskripsi lingkungan belajar, (b) pendekatan, metode, teknik, dan strategi, (c) manfaat pembelajaran, (d) materi pembelajaran (kurikulum), (e) media, dan (f) desain pembelajaran.

Menurut Huda (2013) DLPS (Double Loop Problem Solving) adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah yang menekankan pada pencarian kausal (penyebab) utama dari timbulnya masalah. Masalah tersebut dipecahkan melalui dua loop

;

 Loop solusi 1 ditujukan untuk mendeteksi penyebab masalah yang paling langsung dan kemudian merancang dan menerapkan solusi sementara.

 Loop solusi 2 berusaha untuk menemukan penyebab yang arasnya lebih tinggi, dan kemudian merancang serta mengimplementasikan solusi dari akar masalah.

Jadi, DLPS adalah lingkungan belajar yang didalamnya menggunakan masalah untuk belajar. Yaitu sebelum peserta didik memulai pelajaran, mereka diberikan suatu masalah. Masalah diajukan sedemikian rupa sehingga peserta didik menemukan kebutuhan belajar mereka sendiri tentang pengetahuan baru sebelum peserta didik dapat memecahkan masalah tersebut. Ciri utama dalam DLPS adalah pembelajarannya

14

(9)

berpusat pada pemberian masalah untuk dibahas oleh para peserta didik untuk melatih para peserta didik bisa berfikir dengan kreatif.

DLPS memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan tujuan belajarnya sendiri. Para pendidik harus bisa menjadi pelatih, fasilitator, dan motivator buat peserta didik.

Langkah-langkah penyelesaian masalah menggunakan metode Double Loop Problem Solving (DLPS) ;

a. Mengidentifikasi masalah, tidak hanya gejalanya (Identifying the problem, not just the symptoms).

b. Mendeteksi penyebab langsung, dan secara cepat menerapkan solusi sementara (Detecting direct causes, and rapidly applying temporary solutions).

c. Mengevaluasi keberhasilan dari solusi sementara (Evaluating the success of the temporary solutions).

d. Memutuskan apakah analisis akar masalah diperlukan atau tidak (Deciding if root cause analysis is needed).

e. Jika dibutuhkan, dilakukan deteksi terhadap penyebab masalah yang levelnya lebih tinggi (If so, detecting higher level causes).

f. Merancang solusi akar masalah (Designing root cause solutions).

Metode pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving) mempunyai manfaat atau kelebihan antara lain :

a. Dapat menambah wawasan tentang efektivitas penggunaan pembelajaran Double loop Problem Solving untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Dapat lebih menciptakan suasana kelas yang menghargai (menghormati) nilai-nilai ilmiah dan termotivasi untuk terbiasa mengadakan penelitian sederhana yang bermanfaat bagi perbaikan dalam proses pembelajaran.

Seperti metode yang lainnya, metode Double Loop Problem Solving juga mempunyai beberapa kelemahan yang wajib diperhatikan oleh seorang pendidik dalam menerapkan metode DLPS ini, antara lain, yaitu :

a. Tidak semua pelajaran dapat mengandung masalah / problem, yang justru harus dipecahkan. Akan tetapi memerlukan pengulangan dan latihan-latihan tertentu.

(10)

b. Kesulitan mencari masalah yang tepat/sesuai dengan taraf perkembangan dan kemampuan siswa.

2.1.7 Operasi Hitung Bilangan Bulat

Bilangan bulat adalah bilangan utuh dan tidak terbagi-bagi. Bilangn bulat terdiri dari bilangan bulat positif (+) dan bilangan bulat negatif (-). Sifat Pengerjaan hitung pada bilangan bulat dapat menggunakan garis bilangan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan penghitungan. Didalam gari bilangan sebelah kanan terdapat bilangan bulat positif, sedangkan disebelah kiri terdapat bilangan bulat negatif.

Sifat-sifat penghitungan pada operasi hitung bilangan bulat antara lain; Asosiatif (pengelompokkan), Komutatif (pertukaran), dan Distributif (penyebaran). Operasi hitung bilangan bulat meliputi Membaca dan Menulis Lambang Bilangan Bulat, Operasi Penjumlahan, Pengurangan, Perkalian, Pembagian, dan Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat.

ke kiri bilangan negatif ke kanan bilangan positif

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4

(Gambar 1 garis bilangan)

-4 dibaca negatif empat.

-35 dibaca negatif tiga puluh lima.

15 dibaca positif lima belas atau lima belas.

(Priyo Dwi, 2008 : 9)

16

(11)

2. 2 KAJIAN HASIL-HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

Kajian Penelitian yang relevan digunakan sebagai acuan peneliti dalam menyusun penelitian dengan menggunakan metode yang sama. Serta dapat dijadikan referensi bagi peneliti bahwa penggunaan metode tersebut khususnya metode Double Loop Problem Solving (DLPS) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Tabel 1

Kajian Penelitian yang Relevan

Nama Peneliti Judul Hasil

Suprapto (2012) Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Kreativitas Belajar Siswa Melalui Konteks Belajar Matematika Menggunakan Metode Pemodelan Double Loop Problem Solving Pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Sragen Tahun 2011/2012.

PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

(12)

2. 3 KERANGKA BERPIKIR

(Gambar 2 Kerangka Berpikir) 2. 4 HIPOTESIS TINDAKAN

Penggunaan metode DLPS (Double Loop Problem Solving) dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi Operasi Hitung Bilangan Bulat pada siswa kelas 5 SD Negeri Kenconorejo 02 Tahun Pelajaran 2013/2014.

Langkah-langkah

SIKLUS 1 Pembelajaran sudah

menggunakan metode DLPS

Diduga pembelajaran Matematika melalui metode DLPS (Double

Loop Problem Solving ) dapat meningkatkan hasil belajar

siswa,

SIKLUS 2 - hasil belajar

siswa rendah - Siswa pasif Pembelajaran

menggunakan metode Ceramah dan Diskusi Kondisi

Awal

TINDAKAN

Kondisi Akhir

18

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai significancy 0,000 (ρ < 0,05), nilai median pengetahuan sebelum perlakuan sebesar 2.0 dan setelah diberi perlakuan nilai

Skema di atas menunjukkan bahwa sikap tetap memilih berprofesi sebagai pustakawan, siap memberikan waktu di luar jam kerja, bangga mengatakan bahwa profesinya adalah

g) Pedoman Pengelolaan Peralatan Kesehatan di Fasyankes Tahun 2015 dikeluarkan oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes. h) Pedoman Pemeliharaan Peralatan

(1) Selambat-lambatnya tiga bulan sebelum tahun buku baru mulai berlaku maka oleh Direksi dikirimkan anggaran Perusahaan kepada Badan Pimpinan Umum untuk dimintakan

Dalam penelitian ini Peneliti akan merumuskan masalah pada bagaimana komunikasi interaksi yang dilakukan oleh para peserta dalam tim pada saat Tournament Point

Hasil wawancara dengan masyarakat setempat bahwa dari keseluruhan keluarga yang ada di desa Pematang Guntung tersebut, seluruhnya menggunakan air sumur gali

Tujuan dilaksanakannya pelatihan di lingkungan wilayah kerja Desa Taman Bogo Kecamatan Purbolinggo dengan pertimba ngan, bahwa Desa Taman Bogo Kecamatan Purbolinggo memiliki

Sehingga saat suatu gambar atau tulisan yang memiliki hyperlink di klik, maka akan menuju ke sumber lain sesuai alamat tujuan dari link tersebut.. Bagaimana cara memberi label