• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BLITAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BLITAR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 Berita Resmi Statistik BPS Kabupaten Blitar, Juni 2017

No. 02/06/3505/Th.I, 13 Juni 2017

PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016

BERITA RESMI STATISTIK

BPS KABUPATEN BLITAR

RINGKASAN

 Persentase penduduk miskin (P0) di Kabupaten Blitar pada tahun 2016 sebesar 9,88 persen, turun 0,09 poin dibandingkan tahun 2015 yang sebesar 9,97 persen.

 Secara absolut jumlah penduduk miskin di Kabupaten Blitar sebanyak 113.510 jiwa, turun 610 jiwa dibandingkan tahun 2015.

 Garis Kemiskinan (GK) pada tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar 6,40 persen atau Rp.

16.392,- per kapita per bulan. Tahun 2016, GK Kabupaten Blitar tercatat sebesar Rp. 272.358,- per kapita per bulan. Jika rata-rata jumlah anggota rumah tangga adalah 4 anggota, maka batas GK menjadi Rp. 1.089.432,- per bulan, sedikit dibawah UMK Kabupaten Blitar pada tahun 2016.

 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Blitar tahun 2016 turun 0,08 poin, dari 1,61 menjadi 1,53. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin di Kabupaten Blitar semakin mendekati GK dibandingkan pada tahun 2015.

 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Blitar tahun 2016 juga turun 0,03 poin, dari 0,38 menjadi 0,35. Penurunan ini juga mengandung arti bahwa ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin semakin mengecil.

 Dari tiga indikator kemiskinan diatas, yaitu Persentase Penduduk Miskin (P0), Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Kabupaten Blitar dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk miskin di Kabupaten Blitar pada tahun 2016 mengalami penurunan meskipun jumlah penurunannya tidak sebanyak penurunan pada tahun 2015. Penurunan pada besaran P1 dan P2 mengindikasikan bahwa kualitas hidup penduduk miskin di Kabupaten Blitar sedikit membaik dibandingkan tahun sebelumnya. Harapannya adalah penurunan ini dapat terus dipertahankan untuk tahun-tahun berikutnya. Dengan sinergi dari semua elemen program pengentasan kemiskinan, penurunan kemiskinan akan dapat dilakukan.

(2)

Berita Resmi Statistik BPS Kabupaten Blitar, Juni 2017 2 Perkembangan Penduduk Miskin di Kabupaten Blitar

Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, kemiskinan di Kabupaten Blitar berhasil turun sebanyak 0,86 poin, yaitu dari 10,74 persen menjadi 9,88 persen. Jika dirata-rata, setiap tahunnya angka kemiskinan di Kabupaten Blitar turun sebanyak 0,17 poin per tahun. Jika dibandingkan dengan tren penurunan secara umum di Provinsi Jawa Timur, penurunan kemiskinan di Kabupaten Blitar dalam 5 tahun terakhir relatif lebih lambat. Dalam kurun waktu yang sama, angka kemiskinan di Jawa Timur berhasil turun sebanyak 1,35 poin.

Gambar 1. Perkembangan Garis Kemiskinan, Persentase Penduduk Miskin dan Inflasi Kabupaten Blitar Tahun 2012-2016

Secara umum, angka kemiskinan di Jawa Timur pada tahun 2016 adalah turun.

Kabupaten Blitar adalah satu diantara 31 Kabupaten/Kota yang angka kemiskinannya juga turun pada tahun ini. Namun ada 7 Kabupaten/Kota yang angka kemiskinan pada tahun 2016 naik.

Dengan mengutip angka inflasi Kota Kediri, inflasi tahun 2016 lebih rendah dibandingkan inflasi tahun lalu. Bahkan inflasi Kota Kediri adalah terendah se- Jawa Timur. Rendahnya inflasi dapat mengontrol kenaikan pada garis kemiskinan.

Perubahan Garis Kemiskinan

Garis Kemiskinan (GK) adalah harga yang dibayar oleh kelompok acuan untuk memenuhi kebutuhan pangan sebesar 2.100 kkal/kapita/hari dan kebutuhan non-pangan esensial seperti perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi dan lainnya. GK merupakan cutting off (titik potong) antara penduduk miskin dan tidak miskin di suatu wilayah.

Garis kemiskinan terdiri dari dua komponen yaitu garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan bukan makanan. Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan).

Kontribusi garis kemiskinan makanan mencapai 73,49 persen terhadap total garis kemiskinan, sedangkan garis kemiskinan non makanan hanya berkontribusi 26,51 persen.

0 5 10 15 20 25 30

2012 2013 2014 2015 2016

GK

P0 Inflasi

(3)

3 Berita Resmi Statistik BPS Kabupaten Blitar, Juni 2017

Jika dilihat per komoditi, komoditi beras masih merupakan komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan. Bahkan untuk wilayah perdesaan, kontribusinya mencapai 25,25 persen, sedangkan wilayah perkotaan sebesar 22,07 persen. Dengan demikian sangat penting untuk menjaga kestabilan harga beras. Namun untuk wilayah perdesaan khususnya yang didominasi oleh pertanian, tingginya harga beras tidak terlalu berdampak pada kondisi ekonominya. Bahkan jika tingginya harga beras tersebut juga berawal dari tingginya harga gabah, justru akan meningkatkan pendapatan mereka. Selain beras, komoditi yang juga punya andil besar adalah rokok kretek filter, gula pasir, telur ayam ras, tempe, tahu dan seterusnya (BRS BPS Provinsi Jawa Timur No. 47/07/35/Th.XIV, 18 Juli 2016).

Garis kemiskinan Kabupaten Blitar pada tahun 2016 adalah Rp. 272.358,-, naik 6,40 persen atau sebanyak Rp. 16.392,-. Jika rata-rata jumlah anggota rumahtangga adalah 4 orang, maka garis kemiskinan Kabupaten Blitar menjadi Rp. 1.089.432,- per bulan. Artinya jika rumah tangga tersebut memiliki pendapatan atau pengeluaran di bawah Rp. 1.089.432,- per bulan, maka rumah tangga tersebut akan masuk dalam kelompok miskin. Dibandingkan Upah Minimum Kabupaten Blitar yang sebesar Rp. 1.405.000,- pada tahun 2016, batas GK ini masih lebih rendah.

Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin, tetapi juga harus dilihat bagaimana kualitas kemiskinannya. Kualitas kemiskinan disini dapat diukur dengan melihat seberapa jauh jarak rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan dan seberapa besar keragaman pengeluaran di antara mereka.

Jarak rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan diukur dengan sebuah indeks yaitu Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1). Semakin besar nilai P1, maka semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap GK yang berarti pula semakin sulit untuk mengentaskannya.

Keragaman pengeluaran diantara penduduk miskin dihitung dengan menggunakan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2). Semakin besar nilai P2, maka ketimpangan pendapatan atau pengeluaran di antara mereka juga semakin lebar.

Kondisi paling ideal adalah penurunan angka kemiskinan yang diikuti dengan penurunan nilai P1 dan juga nilai P2. Berbeda dengan tahun lalu, fenomena yang terjadi di Kabupaten Blitar pada tahun 2016 adalah penurunan angka kemiskinan yang diikuti dengan penurunan nilai P1 maupun P2 nya.

Arah yang positif sebagai bentuk keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Blitar.

Gambar 2. Perkembangan P1 dan P2 Kabupaten Blitar

(4)

Berita Resmi Statistik BPS Kabupaten Blitar, Juni 2017 4 Tahun 2012-2016

Nilai P1 maupun P2 pada tahun 2016 sama-sama mengalami penurunan meskipun masih tergolong landai. Nilai P1 dari 1,61 pada tahun 2015 menjadi 1,53 pada tahun 2016, turun tipis 0,08 poin. Hal ini berarti rata-rata pengeluaran penduduk miskin di Kabupaten Blitar pada tahun 2016 lebih dekat dengan Garis Kemiskinan.

Semakin dekat dengan Garis Kemiskinan maka semakin mudah untuk mengentaskan mereka dari kemiskinan.

Selain P1, nilai P2 pada tahun 2016 juga turun tipis, yaitu sebesar 0,03 poin, dari 0,38 pada tahun 2015 menjadi 0,35 pada tahun 2016. Penurunan ini mengindikasikan bahwa perbedaan pendapatan diantara penduduk miskin sedikit menyempit. Ketika tingkat perbedaan makin kecil, maka makin mudah untuk mengatasinya.

Gambar 3. Penduduk Rentan Miskin di Kabupaten Blitar

Selain tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan, yang perlu diwaspadai juga adalah keberadaan kelompok rentan miskin. Kelompok rentan miskin meliputi penduduk yang pengeluaran

125000 150000 175000 200000 225000 250000 275000 300000 325000 350000 375000 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80

2012 2013 2014 2015 2016

GK

KELOMPOK RENTAN MISKIN ANTARA GK S/D 1,2 GK

P1

P2

(5)

5 Berita Resmi Statistik BPS Kabupaten Blitar, Juni 2017

per kapita per bulannya antara GK sampai dengan 1,2 GK. Jumlah kelompok rentan miskin di Kabupaten Blitar mencapai 8,5 persen, naik dibandingkan tahun 2015 yang sebesar 5,95 persen.

Seperti dijelaskan sebelumnya, Garis Kemiskinan (GK) adalah batas antara penduduk miskin dan tidak miskin. Jumlah penduduk miskin sangat ditentukan oleh besaran GK. Karena GK sangat dipengaruhi oleh inflasi, maka kecenderungan GK untuk naik dari tahun ke tahun sudah hampir pasti. Penduduk yang saat ini pengeluarannya berada di sekitar GK lah yang paling rentan terhadap perubahan GK.

Karena GK hampir pasti selalu naik, maka jika kenaikan batas miskin ini tidak diikuti oleh kenaikan pendapatan dari penduduk yang saat ini pendapatannya tidak jauh dari GK, maka mereka akan berubah dari yang sebelumnya tidak miskin menjadi masuk ke kelompok miskin. Dinamika ini akan mengakibatkan kenaikan jumlah penduduk miskin. Ilustrasi sederhananya adalah jika nilai GK Kabupaten Blitar naik 20 persen dari sekarang menjadi Rp. 326.000,-, sedangkan kehidupan ekonomi tidak berubah maka jumlah penduduk miskin akan mendekati 2 kali lipat dari jumlah sekarang. Oleh karena itu, selain mengentaskan penduduk miskin juga penting untuk mengangkat ekonomi kelompok rentan miskin agar kenaikan GK tidak menjadikan mereka kembali terjun ke kelompok miskin.

Tabel 1. Karakteristik Penduduk Miskin di Kabupaten Blitar

Secara umum karakteristik rumah tangga miskin di Kabupaten Blitar masih sama dengan tahun 2015. Rata- rata umur Kepala Rumah Tangga (KRT) dari kelompok rumah tangga yang tergolong miskin di Kabupaten Blitar relatif tua yaitu 55 tahun.

Berdasarkan aktifitas ekonominya, sekitar 90 persen KRT bekerja dan hanya 10 persen KRT sisanya yang tidak bekerja.

Berdasarkan tingkat pendidikan, 75 % lebih rumah tangga miskin berpendidikan rendah yaitu tamat SD atau belum tamat SD.

Rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Blitar pada tahun 2016 masih tetap pada kisaran 7 tahun. Artinya program wajib belajar 9 tahun yang telah dicanangkan pemerintah sejak 22 tahun

Karakteristik 2015 2016

Rata2 Umur KRT 56 55

Rata2 Jumlah ART 4 4

Jenis Kelamin KRT Laki2 80 % 79 % Perempuan 20 % 21 % Produktifitas KRT Bekerja 88 % 90 % Tidak Bekerja 12 % 10 % Tingkat Pendidikan Tidak Tamat SD 26 % 28 %

SD 58 % 57 %

SMP 4 % 8 %

SLTA 12 % 7 %

PT - -

Sumber: Susenas diolah, BPS

(6)

Berita Resmi Statistik BPS Kabupaten Blitar, Juni 2017 6

yang lalu masih belum tercapai (secara umum untuk penduduk usia 25 tahun ke atas). Beberapa wilayah perkotaan di Jawa Timur, rata-rata lama sekolah penduduknya sudah diatas 9 tahun. PR (Pekerjaan Rumah) pemerintah daerah untuk lebih bekerja keras dalam hal percepatan peningkatan pendidikan masyarakat. Tidak bisa tidak, jika ingin menekan angka kemiskinan, pendidikan harus diutamakan karena pendidikan pada hakikatnya merupakan investasi tidak langsung (indirect invesment) bagi proses produksi dan investasi langsung (direct invesment) bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia (human quality).

Gambar 4.

Distribusi Penduduk Miskin Kabupaten Blitar Menurut lapangan Pekerjaan Tahun 2016

Sektor pertanian masih mendominasi pekerjaan dari KRT yang tergolong miskin di Kabupaten Blitar.

Pertanian disini meliputi pertanian tanaman pangan, hortikultura, kehutanan, peternakan maupun perikanan. Dari 67 persen yang bekerja disektor pertanian, 71 persen diantaranya adalah petani (memiliki lahan/modal sendiri) namun sebagai petani gurem, sedangkan hanya 29 persen sisanya sebagai petani penggarap (buruh/pekerja bebas).

Dengan demikian intervensi pemerintah terkait kebijakan di sektor pertanian yang berpihak ke petani miskin akan sangat membantu dalam menekan angka kemiskinan. Intervensi tersebut harus berupa kebijakan yang berimplikasi pada peningkatan nilai tukar petani (pendapatan petani lebih besar dari pengeluaran produksi maupun konsumsi rumah tangga).

Pertanian 67%

Konstruksi 14%

Perdagang an, Hotel, Restoran

11% Industri

3%

Jasa 5%

71 % Petani 29 % Petani Penggarap

(7)

7 Berita Resmi Statistik BPS Kabupaten Blitar, Juni 2017

Dengan mengetahui siapa mereka yang termasuk penduduk miskin, diharapkan kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah dalam hal pengentasan kemiskinan bisa lebih tepat sasaran dan tepat guna.

Kesenjangan Kemiskinan se-Eks Karesidenan Kediri

Gambar 5. Perkembangan Persentase Penduduk Miskin Se-Eks Karesidenan Kediri, 2010-2016

Tingkat kemiskinan Kabupaten Blitar jika dibandingkan dengan 7 (tujuh) kabupaten kota disekitarnya (se-eks Karesidenan Kediri) adalah berada di kisaran tengah. Diantara tujuh kabupaten/kota tersebut yang memiliki tingkat kemiskinan terendah adalah Kota Blitar, sedangkan yang memiliki tingkat kemiskinan tertinggi adalah Kabupaten Trenggalek.

Dengan karakteristik yang hampir sama, tingkat kemiskinan Kabupaten Blitar masih diatas Kabupaten Tulungagung. Meskipun sama-sama berbasis pertanian, namun sektor industri khususnya industri mikro kecil di Kabupaten Tulungagung berkembang lebih pesat dibandingkan di Kabupaten Blitar. Sektor industri adalah salah satu sektor yang produktifitas tenaga kerjanya lebih tinggi dibandingkan pertanian. Faktor inilah yang diduga sebagai penyebab tingkat kemiskinan di Kabupaten Tulungagung lebih rendah dibandingkan Kabupaten Blitar.

Jika dilihat trend data kemiskinan selama tujuh tahun terakhir, tingkat kemiskinan di Kabupaten Blitar konsisten mengalami penurunan. Kondisi yang sama juga terjadi di Kabupaten Tulungagung. Sedangkan 5 (lima) kabupaten/kota lain cenderung berfluktuatif.

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Trenggalek Kab. Kediri Nganjuk

Kab. Blitar Tulungagung Kota Kediri Kota Blitar

(8)

Berita Resmi Statistik BPS Kabupaten Blitar, Juni 2017 8

Dibandingkan dengan PDRB per kapita, dari 7 (tujuh) kabupaten/kota tersebut, yang memiliki PDRB per Kapita tertinggi adalah Kota Kediri, diikuti berturut-turut Kota Blitar, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Kediri dan terendah adalah Kabupaten Nganjuk. Meskipun tidak sepenuhnya menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduknya, namun PDRB per kapita dapat menjadi indikator awal keterbandingan kemakmuran penduduknya.

(9)

9 Berita Resmi Statistik BPS Kabupaten Blitar, Juni 2017 Penjelasan Teknis dan Sumber Data

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index (P0) yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.

Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM).

Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan pedesaan. GK dijadikan batas pembeda antara penduduk miskin dan tidak miskin. Disebut penduduk Miskin jika pengeluaran per kapita per bulan nya dibawah Garis Kemiskinan.

Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbia-umbian, ikan, daging, telur dan susu,sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).

Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 36 jenis komoditi.

Indeks Kedalaman Kemiskinan/Poverty Gap Indeks (P1), merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.

Indeks Keparahan Kemiskinan/Poverty Severity Indeks (P2), merupakan ukuran tingkat ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks maka semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.

Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan Kabupaten/Kota 2015 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) bulan Maret 2015. Jumlah sampel untuk Kabupaten Blitar adalah 840 Rumah tangga dan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Blitar.

(10)

Berita Resmi Statistik BPS Kabupaten Blitar, Juni 2017 10 Diterbitkan oleh:

Konten Berita Resmi Statistik dilindungi oleh Undang-Undang, hak cipta melekat pada Badan Pusat Statistik. Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi tulisan ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik.

BPS Kabupaten Blitar Jl. Brigjen Katamso No. 5 Blitar, 66132

Ulfa Hamidah, S.ST Kepala Seksi Statistik Sosial Telepon: (0342) 801474 E-mail: ziul@bps.go.id

Website : http://blitarkab.bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa kelas IV SDN Se-Gugus IV Kecamatan Limapuluh Kota Pekanbaru terbagi

indikator, jika merah langsung titrasi dengan HCL 0,02 N sampai tidak berwarna, catat ml titran = (A ml), kemudian tambahkan 3-4 tetes BCG+MR, lanjutkan titrasi dengan HCl 0,02

Misal: Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), usaha sepi. b) Nasabah memindahtangankan atau jual beli bawah tangan tanpa sepengetahuan pihak bank. Hal ini sering terjadi saat

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi merupakan bagian organisasi yang terdiri dari manusia dan peralatan yang dirancang untuk

Dengan menggunakan analisis regresi multilinier, sebanyak 20 senyawa xanton yang sudah diketahui nilai IC50-nya digunakan sebagai senyawa fitting untuk mendapatkan

Pembatasan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan bermain jumputan pada kelompok B

Nabuasa CD, (2011) Hubungan Riwayat Pola Asuh Pola Makan, dan Asupan Zat Gizi Terhadap Kejadian Stunting pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kecamatan Biboki Utara Kabupaten

Analisis komponensial adalah penguraian unsur-unsur yang membentuk makna kosakata tertentu.. dalam analisis komponensional adalah penemuan kandungan makna kata atau