• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepuasan Konsumen Terhadap Pengembalian Uang Koin Yang Diganti Permen (Study Kasus Di Daerak Sekitar UPN “Veteran” Jatim).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kepuasan Konsumen Terhadap Pengembalian Uang Koin Yang Diganti Permen (Study Kasus Di Daerak Sekitar UPN “Veteran” Jatim)."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jatim

Oleh :

SINDI CAHYA YUNIAR 0742010058

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL“VETERAN”JAWATIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS

(2)

SKRIPSI

KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PENGEMBALIAN UANG KOIN YANG DIGANTI PERMEN

(Study Kasus Minimarket Di Daerah Sekitar UPN ‘’Veteran’’ Jatim)

Disusun Oleh :

Sindi Cahya Yuniar NPM. 0742010058

Telah disetujui untuk mengikuti ujian skripsi

Menyetujui,

Pembimbing Utama

Dra. Sonja Andarini, MSi NIP. 196503261993092001

Mengetahui Dekan,

(3)

Disusun Oleh :

SINDI CAHYA YUNIAR NPM. 0742010058

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal, 03 Desember 2010

Pembimbing Utama Tim Penguji :

1. Ketua

Dra. Sonja Andarini, MSi Dra. Sonja Andarini, MSi

NIP. 196503261993092001 NIP. 196503261993092001

2. Sekretaris

Drs. Nurhadi, MSi

NIP. 196902011994031001

3. Anggota

Dra. Susi Hariyawati,S.Sos,MSi NIP. 196402151991032001

Mengetahui Dekan,

(4)

JUDUL PROPOSAL PENELITIAN : KEPUASAN KONSUMEN DALAM

KEMBALIAN UANG KOIN YANG DIGANTI

PERMEN “Studi Kasus Daerah Sekitar UPN

Veteran Jatim”

Nama : Sindi Cahya Yuniar

NPM : 0742010058

Program Studi : Ilmu Administrasi Bisnis

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah diuji dan diseminarkan pada : Jumat, 01 Juni 2010

PEMBIMBING TIM PENGUJI

Dra. Sonja Andarini, MSi 1. Dra. Ety Dwi S.MSi

NIP : 1966503261993092001 NIP : 196704061994032001

2. Dra. Lia Nirawati, MSi

NIP : 196009241993032001

3. Ry. Rusdianto S.Sos.MSi

NIP :3720669500461

MENGETAHUI

KETUA JURUSAN

(5)

Veteran Jatim”

Nama : Sindi Cahya Yuniar

NPM : 0742010058

Program Studi : Ilmu Administrasi Bisnis

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah diuji dan diseminarkan pada : Jumat, 03 Desember 2010

PEMBIMBING TIM PENGUJI

Dra. Sonja Andarini, MSi 1. Drs. Nurhadi, MSi NIP : 1966503261993092001 NIP :

2. Dra. Susi Heruwati, Ssos

NIP : 196009241993032001

MENGETAHUI

KETUA JURUSAN

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena dengan izin dan karunia Allah SWT

penulis dapat menyelesaika skripsi ini. Penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk

mendapat gelar sarjana, maka penulis mengambil judul “Kepuasan Konsumen

Terhadap Kembalian Uang Koin Yang Diganti Permen”.

Di dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan serta

bimbingan dari berbagai pihak, maka tidak berlebihan apabila penulis mengucapkan

banyak terima kasih atas bantuan berupa dorongan serta bimbingannya dari ibu

Dra. Sonja Andarini, M.Si, selaku pembimbing skripsi dan pihak-pihak yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Ibu Hj. Suparwati, Dra. M.Si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Drs. Sadjudi, SE, M.Si, selaku ketua program studi Ilmu Administrasi

Bisnis Universitas Pembangunan Nasional”Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Nurhadi,M.Si, selaku sekretaris program studi Ilmu Administrasi

Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Dosen-dosen Ilmu Administrasi Bisnis yang memberikan banyak pelajaran dan

pengalaman.

5. Kedua orang tua beserta keluarga saya yang telah banyak memberikan

dukungan, doa serta bantuan.

(7)

teknis maupun segi materi penyusunannya, untuk itu penulis senantiasa bersedia dan

terbuka menerima saran maupun kritik yang tentunya bersifat membangun dalam

penyusunan skripsi ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih, serta besar harapan dari penulis

semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Surabaya, Desember 2010

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... ii

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

ABSTRAKSI... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 9

1.3. Tujuan Penelitian... 10

1.4. Manfaat Penelitian... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pemasaran Jasa... 11

2.1.1 Konsep Dasar Pemasaran Jasa... ... 11

2.1.2 Tujuan Pemasaran Jasa... 14

2.2. Pelayanan...16

2.2.1. Konsep Pelayanan...16

2.2.2. Sistem Peleyanan...16

2.2.3. Unsur Pelayanan...17

2.2.4. Tujuan Pelayanan...21

2.2.5. Konsep Kualitas Pelayanan...21

2.3. Konsep Perilaku Konsumen...23

2.2.1 Pengertian Perilaku Konsumen... ... 23

2.2.2 Fungsi Perilaku Konsumen... ... 24

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen... 25

2.3.4 Model Perilaku Konsumen... 31

(9)

2.4.1Pengertian Minimarket ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Fokus Penelitian ... 39

3.2. Lokasi Peneltian... 41

3.3. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel... 41

3.4. Teknik Pengumpulan Data... 43

3.5. Teknik Analisis Data... 44

3.6. Validitas Data... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian... 48

4.2. Hasil Peneltian... 49

4.2.1. Deskripsi Hasil Jawaban Kuisioner Dalam Penelitian ... 49

4.3. Hasil Wawancara... 60

4.3.1. Deskripsi Hasil Wawancara... 60

4.4. Pembahasan Hasil Kuisioner... 72

4.4.1. Deskripsi Penelitian... 72

4.5. Pembahasan Hasil Wawancara... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 76

5.2. Saran... 77

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

Perkembangan dunia ekonomi sangat berpengaruh bagi dunia bisnis, karena dalam hal ini faktor ekonomi yang sangat menonjol salah satunya dalam hal keuangan. Oleh sebab itu banyak perusahaan yang merambah bisnis waralaba ataupun friendcase yang sengaja dididirikan untuk kesejahteraan sendiri maupun masyarakat. Salah satunya yaitu dengan adanya minimarket, masyarakat lebih senang untuk mengunjungi karena lebih praktis dan cukup terjangkau baik dari segi harga maupun kualitas produk.

Semakin banyaknya minimarket yang didirikan menjadikan persaingan sendiri bagi pihak minimarket. Dalam hal ini kepuasan konsumen yang mnejadi tolak ukur bagi minimarket dalam menarik konsumen. Pelayanan adalah salah satu kebijakan yang di ambil oleh minimarket untuk memuaskan konsumen. Selain itu dalam hal pelayanan selain keramahan, kembalian yang di berikan juga menjadi alasan konsumen belanja diminimarket. Dengan Kembalian uang koin yang diganti permen tidak sedikit konsumen yang mengeluhkan hal ini, karena kembalian uang koin mereka diganti dengan permen, menurut konsumen uang tidak sama nilainya. Dan sisi lain ada konsumen yang senang apabila kembaliannya uang koin diganti dengan permen.

Adapun jenis penelitian yang digunakan disini adalah dengan menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Dimana peneliti hanya menguraikan kondisi yang ada dan memberikan analisis terhadap fenomena tersebut. Responden yang diambil sebagai sampel sebanyak 50 dengan menggunakan teknik acidiental sampling. Sebagian responden diberi kuisioner yang nantinya dapat dijadikan tolak ukur penelitian, selain kuisioner penelitian ini juga menggunakan wawancara sebagai teknik pengumpulan datanya.

Hasil studi menunjukkan bahwa terkait kepuasan konsumen yang diamati dalam penelitian (Sistem Pelayanan, perilaku belanja konsumen dan kepuasan konsumen). Ternyata kembalian uang koin yang diganti permen juga menjadi keresahan tersendiri bagi konsumen, tetapi di sisi lain konsumen juga hanya dapat berharap dan tidak dapat bertindak selain melakukan komplain ke YLKI (yayasan Lembaga Komplain Indonesia.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Semakin kecilnya nilai nominal mata uang rupiah, hal itu

berdampak pada semakin sedikitnya jumlah uang koin yang beredar di

masyarakat. Memang di sini tidak sedang membahas masalah

keekonomian uang pecahan koin, namun lebih menyoroti cadangan uang

koin yang dimiliki pedagang.

Hubungannya trend saat ini, mayoritas pedagang, mulai skala kecil

(minimarket) hingga hipermarket, sedang mengalami gejala kesulitan

mempunyai stok uang koin dengan berbagai pecahan, yang identik dengan

uang logam. Tidak pasti hal itu benar atau tidak terkait dengan semakin

tidak berartinya nominal uang koin, hal itu berdampak semakin malasnya

para pedagang kecil hingga kelas ritel untuk menyediakan stok uang yang

biasanya digunakan untuk uang kembalian.

Di sinilah letak permasalahannya. Pada kenyataannya banyak

konsumen mengalami kejadian kurang menyenangkan terkait dengan

uang koin jika berurusan dengan transaksi di minimarket. Hal itu terjadi

pada konsumen harus membeli sesuatu, dan ternyata uang kembaliannya

oleh penjual bukannya diberikan dalam uang koin. Melainkan diganti

seenaknya sendiri dengan permen.

(13)

Tidak hanya identik uang koin seratus rupiah yang kemungkianan

diganti dengan permen, kelipatannya hingga lima ratus pun pernah diganti

dengan permen sejumlah lima bungkus. Memang penjual ketika akan

menyodorkan sisa uang kembalian juga sambil bilang bahwa uangnya

diganti dengan permen. Namun yang jadi masalah adalah penjual seolah

tidak memberikan kesempatan kepada pembeli untuk menolak opsi

satu-satunya yang ditawarkan penjual. Karena hal itu meski dalam jumlah

nominal terbilang sangat kecil, tetapi berdampak psikologis cukup besar

bagi ketidaknyamanan dalam konsumen. Karena, berdasarkan pengalaman

para konsumen yang tepatnya mahasiswa yang berbelanja di minimarket

daerah sekitar UPN Surabaya, jika menolak dan tetap menginginkan uang

kembalian dalam bentuk koin silver bergambar burung kakaktua, pasti si

pihak minimarket akan menjawab tidak punya stok.

Sehingga mau tidak mau, ikhlas tidak ikhlas konsumen wajib

menerima uang kembalian berupa permen. Hasilnya, tawaran uang

kembalian diganti dengan permen seperti sebuah tawaran paksaan yang

mana konsumen tak mempunyai pilihan selain berkompromi dan

menerima permen dengan lapang dada, meski sebenarnya tidak sedang

membutuhkan permen untuk menyegarkan mulut. Tidak Jarang konsumen

sering mengeluh dengan keadaan itu. Bukan mengeluh tentang uang

kembalian yang tidak seberapa besarnya jika konsumen menolak hal itu,

melainkan lebih pada mental pihak minimarket yang kurang mampu

(14)

karena kesalahan konmsumen sendiri yang tak berani protes kadang

konsumen menghindari untuk meributkan sesuatu yang kecil, namun tidak

semestinya juga pihak minimarket mengabaikan hak konsumen yang ingin

agar uang kembalian berbentuk uang tunai (koin), bukan permen. Keadaan

itu juga pernah di alami beberapa konsumen ketika membeli barang dari

salah satu minimarket ternama, di mana saat di kasir, ternyata uang

kembalian konsumen ada tambahan permen. Bukan bonus, melainkan

gantinya uang seratus yang kelihatannya di kasir persediaannya sudah

habis.

Dengan adanya hal ini detkominfo menerangkan bahwa 80%

konsumen sering menyiasatinya kondisi itu dengan membawa beberaoa

uang koin agar tak mengalami kejadian serupa. Dan menurut mereka juga

bisa untuk jaga-jaga jika sewaktu-waktu bertemu dengan pengemis dan

pengamen tanpa diduga. Dengan alasan karena konsumen yakin tidak akan

ada pengemis maupun pengamen yang mau diberi permen oleh

masyarakat, karena yang mereka butuhkan adalah uang, meskipun cuma

senilai seratus rupiah. Hal itu pasti lebih baik daripada harus menerima

pemberian permen dari orang lain. Dan tidak jarang konsumen yang

mengeluh kembalian uang koin yang diganti permen itu sangat

meresahkan karena mereka menganggap permen tidak ada gunanya.

Di luar itu, kebiasaan pedagang yang memberi uang kembalian

dengan diganti permen merupakan preseden buruk bagi terwujudnya

perilaku dalam kehidupan bermasyarakat. Mental pedagang seperti itu

 

(15)

setidaknya perlu dikritisi dan pemerintah berwenang wajib membina

dengan memberikan pendidikan berupa sosialisasi secukupnya untuk

menyadarkan dan membuka wawasannya. Karena jelas-jelas perbuatan

kurang patut diikuti itu merugikan konsumen, dan dalam skala besar jika

dibiarkan akan menjadi sebuah budaya kurang konstruktif dalam

lingkungan masyarakat.

Karena jika mengacu pada keadaan negara ini, bagaimana bisa

maju sistem perekonomian Indonesia jika sebagian besar pedagang, mulai

ritel tingkat kecil hingga ritel yang menjadi tulangpunggung mengabaikan

hal-hal kecil yang dapat merusak mental bangsa dengan contoh ketika

memberi uang kembalian konsumen tiba-tiba langsung diberi permen

tanpa pernah lebih dulu diberi opsi lain. Harusnya uang kembalian tak

diganti permen begitu saja. Sudah semestinya perbuatan itu diperbaiki

supaya tak menjadi masalah dikemudian hari, dengan menjadi budaya

masyarakat akibat akumulatif kebiasaan buruk.

Dalam memutuskan tempat belanja yang akan di kunjungi

konsumen mempertimbangkan keuntungan dan kerugiannya, ada beberapa

konsumen yang menganggap uang koin tidak begitu berguna, tetapi

banyak konsumen yang ingin mendapatkan uang koin mungkin dengan

belanja di minimarket yang nantinya dia akan mendapatkan uang koin

sebagai kembalian. Tapi justru oleh pihak perusahaaan kembalian koin

tersebut diganti dengan permen. Mungkin ada konsumen yang justru

(16)

mendapatkan permen tidak perlu susah-susah membelikan anaknya

permen dengan jumlah banyak, dan di sisi lain akan banyak konsumen

yang kecewa dan merasa kurang puas dengan kembalian koin yang diganti

permen dan berfikir kebijakan perusahaan ini akan mengurangi minat

konsumen berbelanja di minimarket tersebut.

Sebenarnya topik ini sudah sering dibahas di koran-koran atau

media lain. Kejadiannya pada 22-Mei-2010 di Alfamart daerah UPN

Surabaya Km 5. Konsumen membeli Pocari Sweat dan Minute Maid –

Pulpy Orange total pembelian Rp 8.900,00 dan membayar dengan uang

nominal Rp 100.000,00 seharusnya kembaliannya adalah Rp 91.100,00

namun konsumen tersebut hanya diberi Rp 91.000,00 ditambah satu butir

permen. Hal ini sudah beberapa kali terjadi di beberapa tempat lain seperti

Alfamart, indomart dan minimarket lainnya.

Pada hakikatnya kepuasan konsumen merupakan salah satu strategi

jangka panjang, karena di butuhkan waktu lama sebelum bisa membangun

dan mendapatkan reputasi atas layanan prima, karena kepuasan konsumen

merupakan salah satu indicator kesuksesan perusahaan di masa datang

yang mengukur kecenderungan reaksi konsumen terhadap perusahaan

tersebut. Dan kepuasan konsumen juga dapat memberikan kontribusi

terhadap barang produksi yang akan dipasarkan agar nantinya banyak

diminati, maka perusahaan memperhatikan kualitas layanan kepada

konsumen.

 

(17)

Pelayanan yang diinginkan oleh konsumen salah satunya adalah

mempertahankan dan berusaha meningkatkan pelayanan serta

memperhatikan perkembangan kebutuhan dan keinginan para pelanggan

dari waktu ke waktu, dengan berupaya menyediakan kebutuhan pelanggan

sesuai dengan keinginan atau lebih dari yang diharapkan, dan juga

memperlakukan pelanggan dengan pola layanan yang terbaik.

Kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen merupakan dua hal

yang tidak dapat dipisahkan. Adanya kepuasan dari pihak konsumen dapat

dijadikan bahan koreksi bagi penyedia layanan (provider) mengenai

sampai dimana pelayanan yang diberikan, apakah bertambah baik, tetap

atau bertambah turun. Kualitas pelayana dan kepuasan konsumen dapat

tercapai apabila kualitas pelayanan yang dilakukan berdasarkan ketentuan

yang berlaku dan dapat memahami apa yang diminta oleh konsumen

sehingga tujuan dari pelayanan tersebut dapat tercapai.

Semakin banyaknya persaingan di dunia bisnis menjadikan kualitas

pelayanan sebagai salah satu strategi dalam menarik minat konsumen agar

tetap menggunakan jasa ataupun barang yang di pasarkan.

Munculnya banyak minimarket mempermudah konsumen dalam

mengkonsumsi barang yang diinginkan, tapi di sisi lain konsumen juga

memilih untuk mengunjungi tempat belanja yang diinginkan.

Bagi perusahaan, strategi dalam menarik perhatian konsumen harus

(18)

konsumen tidak nyaman dengan pelayanan atau produk yang digunakan

maka konsumen tidak akan menggunakan produk itu lagi.

Salah satu yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih

barang yang akan dikonsumsi atau tempat belanja yang akan dikunjungi

adalah kualitas pelayanan atau kualitas dari layanan yang disediakan oleh

minimarket itu sendiri apakah sesuai dengan keinginan konsumen, karena

banyak hal yang menyebabkan konsumen merasa kurang puas atas

pelayanan dari pihak perusahaan. Konsumen yang puas dan loyal terhadap

sebuah perusahaan cenderung kembali mengunjungi minimarket tersebut.

Hal ini disebabkan factor kepercayaan telah terbentuk. Konsumen yakin

bahwa perusahaan tidak akan bersikap oportunistik dan memanfaatkan

mereka untuk kepentingan sesaat.

Dalam banyak kasus, kepuasan konsumen mengalihkan fokus pada

harga ke pelayanan dan kualitas. Tetapi tidak jarang konsumen ada yang

komplain tentang masalah yang dianggap mungkin tidak begitu penting

bagi konsumen yang lain. Kadangkala jika terdapat konsumen berbelanja

di minimarket dan mendapat kembalian uang koin atau receh dengan

diganti permen, hal ini sering di pertanyakan oleh konsumen “Apakah

nilai uang koin dengan permen itu sama?” dan “Bila uang koin mereka

diganti permen, lari kemana uang tersebut?”

Hal tersebut merupakan salah satu ganjalan bagi konsumen untuk

mengangap apakah dengan adanya pertanyaan-pertanyaan seperti itu

 

(19)

mereka merasakan kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan

minimarket.

Tidak sedikit konsumen yang merasa kurang puas dengan

penggantian. Dari segi kualitas tidak berpengaruh tapi dari segi materi

uang koin dapat digunakan untuk kepentingan yang lain. Oleh karena itu

perusahaan harus lebih memperhatikan hal-hal yang dianggap kurang

penting, tetapi sedikit banyak hal ini juga sangat berpengaruh terhadap

kepuasan konsumen.

Kementerian Perdagangan dan Bank Indonesia meluncurkan

Gerakan Peduli Koin Nasional. “Gerakan ini diluncurkan karena ada

kecenderungan masyarakat menyimpan koin dengan tidak membelanjakan

uang logam tersebut,” kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu di

Gedung BI, Jakarta Pusat, Sabtu (31/7). Ini menyebabkan terhambatnya

perputaran uang logam yang mengakibatkan kebutuhan uang logam terus

meningkat.

Menurut Mari, gerakan ini merupakan bentuk tanggung jawab dan

respons positif terhadap pentingnya perlindungan konsumen. Ini

mengingat banyak keluhan atau pengaduan konsumen terkait

pengembalian sisa uang belanja transaksi dalam bentuk permen atau

barang lain atau sumbangan yang tercantum dalam struk belanja.

Detkominfo juga menjelasklan bahwa Gubernur Bank Indonesia

yang baru terpilih, Darmin Nasution, mengatakan keengganan masyarakat

(20)

tempat untuk menyalurkan uang logam itu. Karena itu, BI, Kementerian

Perdagangan, dan para pengusaha ritel yang tergabung dalam Aprindo

bekerja sama untuk menyosialisasikan gerakan peduli koin nasional.

Kerjasama itu ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman

di antara ketiganya dalam penyediaan dan penukaran koin di gerai ritel.

Ribuan gerai ritel moderen, seperti Alfamart, Indomaret, Hero, Giant,

Guardian, Circle K, Toserba Yogya, Carrefouur, Lottemart, Carrefour

Express, Raja Fresh, Sabar Subur, Hypermart, Depo Bangunan, Diamond,

Ranch Market, siap menerima penukaran uang logam. Ritel moderen ini

juga berjanji mengembalikan sisa transaksi dengan uang tunai, bukan

permen atau bentuk lainnya, www.googlesearch/kembalian diganti

permen.com.

Jumlah uang logam yang beredar di masyarakat senilai Rp 3,2

triliun per 30 Juni 2010 atau sebanyak 15,5 miliar keping dengan jumlah

terbanyak pecahan Rp 100, yaitu 6,7 miliar keping. Pada 2010, BI

berencana mencetak 1,6 miliar keping uang logam [baca: BI Cetak 1,6

Miliar Keping Uang Logam].

Berdasarkan dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk

mengambil suatu permasalahan untuk di uji dengan judul “Kepuasan

Konsumen Terhadap Pengembalian Uang Koin Yang Diganti Permen”.

 

(21)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,

maka penulis dapat menentukan permasalahan sebagai berikut :

Bagaimana dampak kepuasan konsumen terhadap kembalian uang koin

yang diganti permen ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis adalah untuk mengetahui dan menganalisis

kepuasan konsumen dalam penegembalian uang koin yang diganti permen.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

dan evaluasi masalah yang berkaitan dengan kepuasan konsumen, selain

itu juga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya

untuk bahan pertimbangan yang akan datang sebagai acuhan pertimbangan

dalam menganalisa permasalahan yang sama mengenai kepuasan

(22)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pemasaran Jasa

2.1.1 Konsep Dasar Pemasaran Jasa

Secara umum, pemasaran cenderung didefinisikan sebagai proses

distribusi barang atau jasa yang dihasilkan suatu perusahaan atau koorporat

kepada konsumen. Menurut Philip Kotler dan Amstrong (2001 : 7)

pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan managerial yang membuat

individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan

inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai

dengan orang lain. Sedangkan pemasaran menurut WY. Stanton (2001 : 7)

adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan

tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan

mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang bisa

memuaskan kebutuhan pembeli aktual maupun potensial. Adapun menurut

Miller dan Layton ( 2000 :6) pemasaran merupakan sistem total aktivitas

bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menetapkan harga,

mempromosikan dan mendistribusikan produk, jasa dan gagasan yang

mampu memuaskan keinginan pasar sasaran dalam rangka mencapai tujuan

organisasional.

Jika diperhatikan, pengertian pemasaran menurut para ahli di atas,

ruang lingkupnya terbatas pada bidang bisnis saja. Namun, seiring dengan

(23)

perkembangan jaman, aktivitas pemasaran tidak lagi sekadar

beruang-lingkup di bidang bisnis saja, tetapi jangkauannya telah melebar ke berbagai

dimensi yang lain. Dewasa ini setiap perusahaan menganut salah satu

konsep atau filosofi pemasaran, yaitu falsafah atau anggapan yang diyakini

perusahaan sebagai dasar dari setiap kegiatannya dalam memuaskan

kebutuhan dan keinginan konsumen. Tjiptono (2000: 7) pemilihan dan

penerapan konsep pemasaran tertentu dipengaruhi beberapa factor,

diantaranya nilai-nilai dan visi manajemen, lingkungan internal, dan lingkup

eksternal perusahaan. Perkembangan konsep perusahaan antara lain :

1. Konsep produksi

Pemasar yang berpegang pada konsep ini berorientasi pada proses

operasional. Asumsi yang diyakini aadalah konsumen hanya akan

membeli produk-produ yang murah dan gampang dipeoleh. Dengan

demikian, kegiatan organisasi harus difokuskan pada efisiensi

biayaproduksi dan ketersediaan produk distribusi agar perusahaan dapat

memperoleh keuntungan.

2. Konsep Produk

Dalam konsep ini pemasar beranggapan bahwa konsumen lebih

menghendaki produk-produk yang memiliki kualitas, kinerja, fitur atau

penampilan superior. Konsekuensinya, pencapain tujuan bisnis perusahaan

dilakuakn melalui inovasi produk, riset dan pengembangan, dan

(24)

13 

3. Konsep Penjualan

Konsep ini merupakan konsep yang berorientasi pada tingkat penjualan

(internal), dimana pemasar beranggapan bahwa konsumen harus

dipengaruhi atau dinbujuk agar penjualan dapat meningkat. Sehungga,

tercapai laba maksimum sebagaimana menjadi tujuan perushaan. Dengan

demikian, focus kegiatan pemasaran adalah usaha-usaha memperbaiki

teknik-teknik penjualan dan kegiatan promosi secara intensif dan agresif

agar mampu mempengaruhi dan membujuk konsumen untuk membeli,

sihingga pada gilirannya penjualan dapat meningkat.

4. Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran berorientasi pada konsumen (lingkungan eksternal)

dengan anggapan bahwa konsumen hanya akan bersedia membeli

produk-produk yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginnya serta

memberikan kepuasan. Implikasinya, focus aktivitas pemasaran dalam

rangka mewujudkan tujuan perusahaan adalah berusaha memuaskan

pelanggan melalui pemahaman perilaku konsumen secara menyeluruh

yang dijabarkan dalam kegiatan pemasaran yang mengintegrasikan

kegiatan-kegiatan fungsional lainnya (seperti produksi, operasi, keuangan,

personalia, riset dan pengembangan dan lainnya) secara lebih efektif dan

efisien dibandingkan para pesaing.

5. Konsep Pemasaran Sosial

Pemasar yang menganut konsep ini, beranggapan bahwa konsumen hanya

bersedia memberi produk-produk yang mampu memuaskan kebutuhan dan

 

(25)

keinginannya serta berkontribusi pada kesejahteraan lingkungan social

konsumen. Tujuanaktivitas pemasaran adalah betusaha memnuhi

kebutuhan konsumen, sekaligus memperbaiki hubungan antara produsen

dan konsumen demi peningkatan pihak-pihak terkait.

2.1.2 Tujuan Pemasaran Jasa

Berdasarkan konsep pemasaran, keberhasilan perusahaan dalam

merealisasikan tujunannya ditentukan oleh kemampuan perusahaan

bersangkutan dalam mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan pasar

sasarannya. Meemberikan kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif

dan efisien daripada para pesaingnya. Adapun tiga elemen pokok yang

terkait menurut Tjiptono, (2000 : 9) yaitu :

1. Customer / Konsumen

Pemasaran dari kebutuhan dan keinginan konsumen, serta

berakhir dengan kepuasan konsumen dan loyalitas konsumen. Pemasar

wajib memahami siapa saja konsumennya, preferensi, karakteristik,

kebutuhan dan keinginan, gaya hidup, serta factor-faktor yang

berpengaruh terhadap pola konsumsi mereka.

2. Competition

Sekadar memenuhi harapan konsumen saja belumlah cukup.

Apabila ada pesaing yang sanggup memuaskan konsumen secara lebih

baik, maka konsumen kan beralih ke mereka. Oleh sebab itu, setiap

(26)

15 

meliputi siapa saja pesaing perusahaan, strategi, kekuatan, kelemehan,

kompetensi inti, reaksi, serta future intentions mereka.

3. Company

Tujuan perusahaan (baik dalam bentuk laba, volume penjualan,

pangsa pasar, pertumbuhan, misi social, maupun tujuan lainnya) dicapai

melalui upaya memuaskan konsumen. Caranya tidak semata-mata dengan

menekankan pada aspek transaksi, namun justru lebih berfokus pada

aspek relasional. Berbeda dengan transaction marketing yang lebih

berorientasi pada transaksi penjualan jangka pendek, relationship

marketing lebih menekankan pada pentingnya jalinan kerjasama yang

saling menguntungkan dengan konsumen dalam jangka panjang. Untuk

itu dibutuhkan strategi, kinerja, kompetensi inti, sumber daya (manusia,

alam, financial, tekhnologi, intelektual, informasi dan waktu), dan

koordinasi. Selain itu, diperlukan sinergi antarfungsi dalam organisasi

demi penciptaan nilai, bagi terwujudnya kepuasan dan loyalitas

konsumen. Faktor yang tidak kalah pentingnya adalah kerja sama saling

menguntunngkan dengan jaringan kolaborator, separti pemasok,

distributor, agen periklanan, biro riset dan sterusnya.

Jadi tujuan pemarasan jasa berkaitan erat dengan upaya

menciptakan dan memberikan nilai (value) kepada konsumen. Secara

sederhana, nilai konsumen (customer value) ditentukan oleh selisih antara

manfaat total dan biaya total bagi konsumen.

 

(27)

2.2 Pelayanan

2.2.1 Konsep Pelayanan

Pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan

cara tertentu yang memerlukan ke[ekaan dan hubungan ionterpersonal agar

terciptanya kepuasan dan keberhasilan (Budiono, 2003:60).

Pelayanan menyangkut kepuasan orang banyak (konsumen) dan

tidak bertentangan dengan norma atau aturan yang bersumber pada

kebutuhan atau hajat hidup orang banyak yaitu konsumen menurut Moenir

(2002:226).

Dari definisi diatas, maka penulis dapat menyimpulkan pelayanan

adalah memberikan atau membantu menyediakan keperluan untuk mencapai

tingkat kepuasan konsumen sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku

untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

2.2.2 Sistem Pelayanan

Dalam mendapatkan suatu pelayanan menurut Moenir (2002:45),

dapat dinyatakan bahwa hak ini berlaku kepada siapapun , baik anggota

perusahaan yang berkewajiban melayani atau bukan yang termasuk anggota

organisasi. Jadio hak atas pelayanan bersifat universal berlaku terhadap

siapa yang berkepentingan atas hak itu dan oleh perusahaan siapapun yang

tugasnya menyelenggarakan pelayanan. Sebagai pihak yang ingin

memperoleh pelayanan yang baik dan memuaskan, maka perwujudan

(28)

17 

1. Adanya kemudahan dalam pengurusan kepentiongan dengan pelayanan.

2. Mendapat pelayanan wajar.

3. Mendapatkan perlakuan sama tanpa pilih kasih.

4. Mendapatkan perlakuan yang jujur dan terus terang.

Keempat hal itulah yang menjadi dambaan setiap konsumen yang

melakukan transaksi jika melakukan kegiatan pembelian di minimarket

untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa semua perusahaan yang

bertujuan menghasilkan barang atau jasa terdiri dari banyak sub sistem yang

menyatu dalam mekanisme kerja mewujudkan karya akhir dalam bentuk

jasa yang disebut pelayanan. Untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai

dalam suatu perusahaan, peranan kerjasama pelanggan sangat penting yang

nantinya akan membawa produk tersebut sehingga dapat diterima oleh

konsumen secara baik yang memberikan dampak yang positif. Dan

kerjasama tersebut tentunya menghasilkan tujuan dan sasaran yang tepat,

perusahaan sendiri harus dapat memberikan pelayanan yang baik terhadap

konsumen dengan meningkatkan kerjasama yang baik dan saling

menguntungkan sehingga tercapai hubungan yang harmonis.

2.2.3 Unsur-Unsur Pelayanan

Menurut Spilane (2002:13), unsure pelayanan atau jasa dibedakan

menjadi 6 antara lain :

 

(29)

1. Cepat

Yaitu kamus besar bahasa Indonesia cepat mempunyai pengertian : Lekas

segera. Cepat pada dasarnya adalah seorang karyawan perusahaan trsebut

dalam melaksanakan tugasnya dengan sungguh-sungguh dan panuh rasa

tanggung jawab.

2. Aman

Dalam mkamus besar bahasa Indonesia mempunyai arti tidak merasa takut

dalam keadaan sunyi atau lepas dari bahaya. Jadi aman yang dimaksudkan

adalah konsumen tidak merasa takut, khawatir dan gelisah.

3. Murah

Yang dimaksud murah disini adalah trejangkaunya oleh masyarakat

umum.

4. Mudah

Mudah disini adalah gampang, tidak berbelit-belit, tidak sukar, tidak

susah, baik peraturan maupun caranya. Jadi mudah dimaksudkan adalah

dapat terjangkaunya sarana dan prasarana.

5. Nikmat

Konsumen mandapatkan pelayanan yang dapat Menghasilkan hasil dan

solusu yang diperoleh, sehingga timbul rasa puas dan senang.

6. Ramah

Ramah disini merupakan sikap atau tutur kata karyawan yang baik dan

manis atau pelayanannya yang baik terhadap konsumen sehingga

(30)

19 

Menurut Moenir (2002:99), ada 6 faktor dalam mewujudkan

pelaksanaan pelayanan antara lain :

1. Faktor Kesadaran

Faktor ini menunjukkan “suatu kejadian pada jiwa seseorang yaitu

merupakan titik temu dari berbagai pertimbangan sehingga diperoleh

suatu keyakinan, ketenangan, ketetapan hati dan keseimbangan. Dalam

jiwa yang bersangkutan sebagai pangkal tolak untuk pembuatan dan

tindakan yang akan dilakukan kemudian.

2. Faktor Aturan

Aturan adalah peranan penting dalam segala tindakan dan perbuatan

orang. Pada factor aturan manusia merupakan subyek aturan ditujukan

pada hal yang penting yaitu :

‐ Kewarganegaraan

‐ Pengetahuan dan Pengalaman

‐ Kemampuan Bahasa

‐ Pemahaman dan pelaksanaan

‐ Disiplin dan pelaksanaan

3. Faktor Organisasi

Sarana pelayanan di ajukan secara khusus kepada konsumen yang

mempunyai watak dan kehendak, oleh karena itu organisasi yang

dimaksud adalah pengaturan dan mekannisme kerjanya harus mampu

menghasilkan pelayanan yang memadai

.

 

(31)

4. Faktor Pendapatan

Adalah seleruh penerimaan seseorang sebagai imbalan atas tenaga dan

pikiran yang telah dicurahkan untuk orang lain dalam bentuk uang

maupun fasilitas dalam jangka waktu tertentu.

5. Faktor Kemampuan

Adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas lain

yang berfungsi sebagai alat utama atau pembantu dalam rangka

memenuhi pekerjaan dan fungsi social dalam rangka memenuhi

kepenting konsumen. Dan fungsi dari pelayanan adalah :

‐ Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan, sehingga dapat

menghemat waktu

‐ Meningkatkan produktivitas baik barang dan jasa

‐ Kualitas produk yang lebih baik

‐ Lebih mudah gerak pelakunya

‐ Menumbulkan rasa nyaman bagi konsumen

‐ Menimbulkan rasa puas pada konsumen yang berkepentingan

sehingga dapat mengurangi sifat emosional konsumen

Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa pelayanan

dilihat dari factor-faktor, penilaian, aturan ukuran dan tingkat baik buruknya

yang diberikan oleh konsumen terhadap suatu barang atau jasa untuk

mendapatkan kepuasan konsumen sesuai dengan norma atau atau aturan

(32)

21 

2.2.4 Tujuan Pelayanan

Tujuan pelayanan adlah salah satu alat utama dalam melaksanakan

strategi pemasaran untuk memenangkan persaingan dengan perusahaan lain

yang bergerak dibidang yang sama (Atep, 2004:25).

Tujuan pelayanan yang lain adalah sesuatu yang diberikan kepada

konsumen yang berupa jasa agar nantinya konsumen puas yang memang

sudah haknya konsumen untuk dilayani dengan baik (Iskandar, 2001:32).

Dari dua uraian tujuan pelayanan tersebut penulis dapat

menyimpulkan bahwa tujuan dari pelayanan adalah sesuatu yang diberikan

kepada konsumen berupa jasa agar pelanggan puas dengan pelayanan yang

diberikan dan nantinya apabila konsumen puas maka secara tidak langsung

akan memasarkan kepada orang lain.

2.2.5 Konsep Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan adalah penilaian, ukuran dan tingkatan baik

buruknya yang diberikan oleh konsumen terhadap sesuatu barang atau jasa

( Moenier, 2002:94).

Berbicara mengenai layanan khususnya layanan dibidang jasa selalu

terkait dengan kualitas layanan itu sendiri, secara umumA Parasuramar et

all dalm owen (2002:95) mengemukakan dimensi kualitas pelayanan antara

lain :

 

(33)

1. Ketepatan Waktu

Hal ini berhubungan dengan kecepatan dalam memberikan informasi atau

dalam menerima informasi.

2. Dapat Dipercaya

Informasi yang diberikan tersebut harus dapat dipercaya dan akurat.

3. Bersifat Renpontif

Dalam rangka memberikan layanan kepada konsumen , pihak perusahaan

harus tanggap terhadap umpan baik tersebut dan harus dilkakukan secara

tepat dan cepat.

4. Dapat Diraba

Meliputi fasilitas secara fisik dan perlengkapan yang dapat memperlancar

dan memberikan layanan.

Menurut Peter (2000:10) didalam memberikan suatu pelayanan

kepdad konsumen diperlukan dalam membuat perkecualian dalam tanggap

terhadap spesifikasi persyaratan. Persyaratan sikap melayani yang pertama

adalah menghargai tanpa mengatur/menuntut konsistensi dan pengendalian

dari para konsumen yang ,menghasilakn evaluasi, umpan balik, dan

pelayanan yang ditawarkan.

Sikap melayani terhadap konsumen yang bermutu adalah apabila

seseorang :

1. Menerima tanggung jawab dalam memberikan pelayanan terhadap

(34)

23 

2. Mengerti bahwa keberhasilan suatu organisasi tergantung pada pelayanan

yang baik.

3. Belajar dan Mempratekkan kecakapan-kecakapan pelayanan dengan sikap

yang positif.

Jadi kesimpulan dari definisi diatas kualitas pelayanan adalah mutu

pelayanan dalam usaha-usaha untuk merealisasikan harapan dan keinginan

konsumen terhadap terjaminnya kesenangan, kenikmatan. dan kenyamanan

pribadi dari penggunaan jasa perusahaan.

2.3 KonsepPerilaku Konsumen 2.3.1 Pengertian perilaku konsumen

Menurut Setiadi ( 2003 : 3 ) perilaku konsumen adalah tindakan yang

langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan

produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan

menyusuli tindakan.

Sedangkan perilaku konsumen menurut The American Marketing

Association yang dikutip oleh Setiadi ( 2003:3 ) perilaku konsumen

merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kongnisi, perilaku, dan

lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup

mereka.

 

Perilaku konsumen menurut Mowen dan Minor yang dikutip oleh

Husein (2003:11) bahwa perilaku konsumen terdiri dari semua tindakan

konsumen untuk memperoleh, menggunakan dan membuang barang atau

(35)

jasa, yaitu perilaku konsumen merupakan membeli sebuah produk atau jasa,

memberikan informasi dari mulut kemulut tentang sebuah produk atau jasa

kepada orang lain, membuang sebuah produk dan mengumpulkan informasi

sebelummemilih suatu produk.

Dari beberapa definisi diatas maka penulis simpulkan bahwa

perilaku konsumen adalah merupakan proses pengambilan keputusan dalam

memilih dan menggunakan barang dan jasa. Perilaku konsumen merupakan

studi tentang konsumen ketika melakukan pertukaran atas sesuatu yang

memiliki nilai untuk mendapatkan barang atau jasa yang bisa memenuhi

kebutuhan konsumen.

Perilaku konsumen pada hakekatnya untuk memahami semua

kegiatan, tindakan serta proses psikologis yang mendorong kegiatan

tersebut. Pada saat sebelum membeli, ketika membeli, mebggunakan,

menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal tersebut diatas atau

kegiatan mengevaluasi.

2.3.2 Fungsi – Fungsi Perilaku Konsumen

Menurut Kazt oleh dalam Setiadi (2003:215) yaitu :

1. Fungsi Utilitarian

Merupakan fungsi yang berhubungan dengan prinsip – prinsip dasar

imbalan dan hukuman. Disini konsumen mengembangkan beberapa

sikap terhadap produk atas dasar apakah suatu produk memberikan

(36)

25 

2. Fungsi Ekspresi Nilai

Konsumen mengembangkan sikap terhadap suatu merek produk

bukan didasar atas manfaat produk itu, tetapi lebih didasarkan atas

kemampuan merek produk itu mengekspresikan nilai – nilai yang

ada pada dirinya.

3. Fungsi Mempertahankan Ego

Sikap yang dikembangkan oleh konsumen cenderung untuk

melindunginya dari tantangan eksternal meupun perasaan internal,

sehingga membentuk fungsi mempertahankan ego.

4. Fungsi Pengetahuan

Sikap membantu konsumen mengorganisasikan informasi yang

begitu banyak yang setiap hari dipaparkan pada diirinya. Fungsi

pengetahuan dapat membantu konsumen mengurangi ketidakpastian

dan kebingungan dalam memilah-milah informasi yang relevan dan

tidak relevan dengan kebutuhannya.

2.3.3 Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut

Setiadi (2003 : 40), yaitu :

1. Faktor Kebudayaan

Faktor memiliki pengaruh yang luas dan mendalam terhadap perilaku

konsumen didalam pembelian. Peran budaya, sub-budaya, dan kelas

sosial konsumen sangatlah penting.

 

(37)

a. Kebudayaan adalah Sifatnya sangat luas yang menyagkut segala

aspek kehidupan manusia. Kebudayaan sendiri dari segala sesuatu

yang dipelajari dari pola-pola perilaku berpikir, merasakan dan

bertindak. Jadi dalam kenyataan, banyak perilaku manusia yang

ditentukan oleh kebudayaan yang pengaruhnya akan selalu berubah

setiap waktu sesuai dengan kemajuan atau perkembangan zaman

dari masyarakat tersebut.

b. Subkultural adalah Setiap kebudayaan berisi kelompok lebih, kecil

atau subkultur yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang

lebih khusus kepada para anggotanya seperti kelompok suku

bangsa Indonesia kelompok kepercayaan. Misalnya islam, katolik

dan lainnya. Hal tersebut menunjukkan subkultur dengan

larangan-larangan dan pilihan kebudayaan khusus.

c. Kelas sosial, kelas sosial tidak hanya mencerminkan penghasilan,

tetapi juga indikator lain seperti pekerjaan, pendidikan,dan tempat

tinggal. Kelas sosial memiliki ciri antara lain :

1. Orang–orang dalam kelas sosial yang sama cenderung

bertingkah laku lebih seragam dari pada orang –orang dari kelas

sosial yang berbeda.

2. Orang–orang merasa menempati posisi yang interior atau

(38)

27 

3. Kelas sosial seseorang ditandai oleh sekumpulan variabel seperti

: pekerjaan, kesejahteraan, pendidikan, dan pandangan terhadap

nilai dari pada satu variabel.

4. Individu dapat pindah dari satu kelas sosial lain sepanjang hidup

mereka.

2. Faktor Sosial

Sebagai tambahan atas faktor – faktor budaya, perilaku konsumen

dipengaruhi oleh faktor sosial kelompok acuan, keluarga, serta peran

dan status.

Kelompok acuan, seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki

pengaruh langsung ( tatap muka ) atau tidak langsung terhadap sikap

atau perilaku seseorang. Yang dinamakan “kelompok keanggotaan“,

kelompok keanggotaan dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Kelompok primer, seperti keluarga, teman, tetangga, dan rekan

kerja, yang berinteraksi dengan seseorang secara continue dan

informal.

2. Kelompok sekunder, seperti kelompok keagamaan, profesional,dan

asosiasi perdagangan,yang cenderung lebih formal dan

membutuhkan interaksi yang tidak begitu rutin.

Keluarga dapat didefinisikan sebagai suatu unit masyarakat

yang terkecil yang perilakunya sangat mempengaruhi dan menentukan

dalam pengambilan keputusan membeli. Pengaruh yang lebih langsung

terhadap perilaku pembelian seseorang yang menjadi pelindung

 

(39)

keluarga. Orientasi keluarga tergantung pada orang tua seseorang.

Keluarga merupakan organisasi konsumen yang sangat penting dalam

masyarakat.

Peran dan status, posisi seseorang dalam tiap kelompok dapat

didefinisikan dalam peran dan status. Peran meliputi kegiatan yang

diharapkan akan dilakukan oleh seorang dan setiap peran memiliki

status.

3. Faktor Pribadi

Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi.

Karakteristik tersebut terdiri dari :

a. Usia dan tahap siklus hidup, konsumsi juga dibentuk oleh

siklus hidup keluarga, serta keuangan dan minat produk yang

berbeda-beda dalam masing-masing kelompok.

b. Pekerjaan adalah Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi

pola konsumsinya.

c. Keadaan ekonomi, terdiri dari penghasilan yang dapat

dibelanjakan ( tingkat, kestabilan, pola waktu ), tabungan dan

aktiva ( persentase yang lancar/likuid ), hutang kemampuan

untuk meminjam, dan sikap atas belanja atau menabung. Jika

indikator ekonomi menandakan resesi, pemasar dapat

melakukan mengambil langkah-langkah untuk merancang

(40)

29 

sehingga mereka dapat terus menawarkan nilai pada

pelanggan.

d. Gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang didunia

yang diekspresikan dalam aktifitas, minat, dan opini. Gaya

hidup menggambarkan “ keseluruhan diri seseorang” yang

interaksi dengan lingkungannya.

e. Kepribadian dan konsep diri pembeli. Kepribadian adalah

karakteristik psikologis yang berbeda dari seseorang yang

menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan

lama terhadap lingkungannya. Yang berkaitan dengan

kepribadian adalah konsep diri (citra pribadi) seseorang.

Pemasar harus bisa mengembangkan citra merek yang sesuai

dengan citra pribadi pasar sasarannya.

4. Psikologis

Pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama

yaitu,

a. Motivasi adalah kebutuhan yang cukup mendesak untuk

mengarahkan seseorang mencapai pemuasan kebutuhan itu.

Kebutuhan menjadi sebuah motif apabila kebutuhan itu mencapai

tingkat intensitas tertentu. Motivasi yang ada pada seseorang akan

terwujud suatu tingkah laku yang diarahkan pada tujuan mencapai

sasaran kepuasan. beberapa kebutuhan bersifat :

 

(41)

1. Biogenis, muncul dari tekanan biologis seperti : lapar, haus,

tidak nyaman.

2. Psikogenis, mereka muncul dari tekanan psikologis seperti

kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa

memiliki.

b. Persepsi adalah proses bagaimana seorang individu memilih,

mengorganisasikan, dan menginterprestasikan masukan –masukan

informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti.

Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan yang

berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang

bersangkutan.

5. Proses Belajar adalah menjelaskan perubahan perilaku seseorang yang

diakibatkan oleh pengalaman. Kebanyakan perilaku-perilaku manusia

diperoleh dari mempelajarinya.Proses belajar dapat didefinisikan

sebagai perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil akibat adanya

pengalaman. Proses belajar ini terjadi apabila pembeli ingin menaggapi

dan memperoleh suatu kepuasan atau sebaliknya terjadi apabila pembeli

merasa dikecewakan oleh produk yang kurang baik.

6. Keyakinan dan sikap, Keyakinan (belief) adalah pemikiran deskriptif

yang dianut seseorang tentang suatu hal. Sedangkan sikap (attitude)

adalah evaluasi, perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang

menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari

(42)

31 

2.3.4 Model Perilaku Konsumen

Gambar 2.1:

Sumber : Kottler (2006).

Mempelajari dan menganalisa perilaku konsumen adalah sesuatu yang

sangat kompleks, karena banyaknya variabel yang mempengaruhi dan

mempunyai kecenderungan masing-masing untuk berinteraksi.

Model perilaku konsumen menurut Assael yang dikutip oleh Sutisna

(2003:6), menunjukkan adanya interaksi antara pemasar dengan

konsumennya. Komponen pusat dari model ini adalah pembuatan keputusan

konsumen yang terdiri atas proses merasakan dan mengevaluasi informasi

merek produk, mempertimbangkan bagaimana alternative merek dapat

memenuhi kebutuhan konsumen dan pada akhirnya memutuskan merek apa

yang akan dibeli.

 

(43)

2.4 Konsep Kepuasan Konsumen 2.4.1 Pengertian Kepuasan Konsumen

Kepuasan konsumen diartikan sikap secara keseluruhan terhadap

barang dan jasa setelah diperoleh atau digunakan. Dari definisi diatas

kepuasan konsumen dapat digunakan sebagai alat untuk mempertahankan

konsumennya, karena lebih baik mempertahankan konsumen lama daripada

mencari pelanggan baru yang mana membutuhkan biaya yang sangat besar

dan belum tentu menjamin akan loyalitas terhadap perusahaan (Mowen,

2002 :551).

Sedangkan menurut Kotler kepuasan konsumen adalah perasaan

senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandinkan antara

persepsi atau kesan terhadap kinerja suatu produk yang diterima dan

diharapkan. Sedangkan kinerja yang dirasakan adalah persepsi konsumen

terhadpa apa yang diterima setelah mengkonsumsi produk yang membeli

(Kotler, 2002:46).

Salah satu definisinya yang dikemukakan Richard dalm bukunya

Irawan kepuasan konsumen adalah hasil dari penilaian konsumen bahwa

produk atau pelayanan telah memberikan tingkat kenikmatan dimana tingkat

pemenuhan ini bisa lebih atau kurang (Irawan, 2002:17).

Kepuasan konsumen adalah persepsi terhadap produk dan jasa yang

telah memenuhi harapannya. Karena itu konsumen tidak akan puas, apabila

(44)

33 

Konsumen akan merasa puas jika persepsinya sama atau lebih dari yang

diharapkannya (Wasistiono, 2003:23).

Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

kepuasan konsumen adalah respon konsumen terhadap evaluasi kinerja suatu

perusahaan penyedia layanan. Oleh karena itu suatu perusahaan dapat

memberikan pelyanan yang dapat memenuhi keinginan konsumen.

2.4.2 Prinsip-prinsip yang mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen Menurut Irawan (2002:7) ada 9 prinsip-prinsip yang mempengaruhi

tingkat kepuasan konsumen yaitu :

1. Nilai (Value)

Nilai dari sepuluh produk atau jasa merupakan factor penentu utama

permintaan pasar. Nilai mempengaruhi posisi persaingan dan bagian dari

perusahaan. Nilai itu bisa berasal dari produk, pelayanan, harga, system

atau sesuatu yang bersifat emosional.

2. Segmentasi Pasar/ Targeting

Strategi kepuasan konsumen pada dasarnya, tidak bisa dilepaskan dengan

strategi segmentasi yaitu mengubah pola piker manajemen dan

mempengaruhi karyawan dalam berperilaku, melakukan perbaikan produk

dan pelayanan tetapi pekerjaan yang terpenting adalah pemilihan

pelanggan yang diperbaiki lebih dahulu.

 

(45)

3. Harapan

Harapan adalah kunci pokok bagi setiap pelaku bisnis yang terlihat dalam

kepuasan konsumen. Tanpa mengenal harapan konsumen sebaik-baiknya,

sanagtlah sulit bagi perusahaan untuk mampu memberikan kepuasan

yang optimal kepada konsumennya, konsumen dengan harapan yang

tinggi. Akan sulit untuk dipuaskan begitu juga sebaliknya konsumen

denagn harapan yang rendah akan mudah dipuaskan.

4. Dimensi Emosional

Kepuasan mamiliki pub lik emosional, ada banyak factor emosional saat

konsumen melakukan pembelian dengan melihat produk bagus, desainnya

sesuai dengan kesukaan dan warna sesuai dengan waran favoritnya secar

emosional, konsumen akan segera melakukan respon bahwa dia ingin

memiliki produk tersebut.

5. Komplain

Komplain lebih diartikan sebagai sesuatu yang mengganggu dan sesuatu

yang tidak menyenangkan. Tidak mengherankan jika setiap mendengar

kata complain, kita mempunyai persepsi public. Perusahaan mendorong

konsumen untuk complain, biasanya sudah mengalami pergeseran sikap

terhadap complain. Komplain tidak dipersepsikan public justru lebih

abnyak sisi positifnya.

6. Jaminan atau garansi

Garansi adalah program yang seringkali efektif dalam meningkatkan

(46)

35 

dan kepercayaan terhadpa perusahaan akn meningkat pula. Garansi

mencakup banyak hal, ada yang menggaransi kualitas produknya, segi

harga, segi waktu dan bebagai aspek lainnya. Jaminan atau garansi yang

diberikan oleh perusahaan kepada konsumen, bahwa mereka akan

memperoleh produk yang baik atau ada yang cacat mereka akan

mendapatkan gantinay atau pelayanan perbaikan.

7. Indeks Kepuasan

Indeks memberikan informasi kepada perusahaan mengenai tingkat

kepuasan konsumen perusahaan. Kepuasan konsumen adalah hal yang

penting, haruslah mengangendakan program pengukuran kepuasan

konsumensecara public. Hasil utama dari pengukuran kepuasan ini adalah

dengan dihasilaknya sebuah indeks kepuasan konsumen yang dapat

memberikan jawaban. Metode yang sederhana untuk menyusun indeks

adalah denga menggunakan pengukuran langsung berdasarkan hasil dan

jawaban terhadap pertanyaan kepuasan konsumen.

8. Kemampuan Karyawan

Kepuasan konsumen sangatlah ditentukan oleh karyawan yang

berhubungan langsung dengan konsumen. Salah satu penebab karyawan

tidak mampu menciptakan kepuasan adalah karena tidak adanya otoritas

dalam mengambil keputusan. Akibatnya permintaan dari pelanggan tidak

dapat segera dipanuhi dan complain-komplain dari knsumen tidak cepat

teratasi.

 

(47)

9. Implementasi

kepuasan konsumen baru terjadi apabila program telah diimplementasikan

dan menjadi sasaran tentunya adalah para karyawan garis depan. Agar

kepuasan konsumen dapat terimplementasi denagn baik maka diperlukan

peranan yang penting dari empowerment dan teamwork serta

memfokuskan kepada penilaian anitude.

Jadi hubungan yang dilakukan antara pihak minimarket dengan

konsumen sebagai mitra kerja yaitu hubungan kerjasama yang salinag

membutuhkan dimana minimarket sebagai penyedia barang yang merupakan

kebutuhan sehari-hari konsumen sedangkan konsumen sendiri sebagai

pemakai sekaligus customer yang memasarkan atau memperluas kepada

konsumen yang lain tentang baik atau buruknya pelayanan dari minimarket

tersebut. Pelayanan minimarket sangatlah berpengaruh terhadap kepuasan

konsumen.

2.5 Mini Market

Mini market adalah sebuah organisasi yang bergerak dibidang

pemasaran yang menyediakan kebutuhan sehari-hari konsumen. Semakin

berkembangnya jaman banyak bermunculan mini market yang

menyediakan barang sama dengan kualitas pelayanan yang berbeda.

Minimarket menggunakan kualitas pelayanan sebagai strategi untuk

menarik minat konsumen. Karena kepuasan konsumen adalah tujuan dari

(48)

37 

Dewasa ini minimarket sangat di gemari para konsumen karena

keberadaannya yang strategis dan mudah dijangkau. Selain itu harga dan

produk yang ditawarkan juga tidak beda jauh dengan supermarket.

Minimarket merupakan perusahaan waralaba yang dapat menguntungkan

dari segi ekonomi, karena dapat dijadikan friendcase.

Tujuan minimarket di dirikan adalah untuk mempermudah para

konsumen dalam berbelanja, menyediakan fasilitas yang cukup menarik

dan praktis, serta dapat dijadikan sebagai tempat belanja yang

menyenangkan.

2.6 Kerangka Berpikir

Dalam mengambil keputusan dalam belanja, ada beberapa hal

yang dipertimbangkan konsumen. Selain konsumen dari sisi perusahaan

juga memiliki kiat khusus dalam menarik pelanggan. Dalam hal ini terkait

dengan pemasaran jasa, didalam pemasaran jasa terdiri dari sistem

pelayanan. Sistem pelayanan ini sangat diperhatikan oleh konsumen

maupun perusahaan.

Bagi konsumen jika pelayanan yang di berikan suatu perusahaan

tepatnya minimarket cukup baik dan ramah maka tidak segan konsumen

yang akan dating kembali untuk berbelanja di minimarket tersebut. Dan

sebaliknya bagi perusahaan untuk mempertahankan konsumen agar tetap

belanja di tempat mereka, pihaknya harus memberikan pelayanan yang

baik dan ramah pada konsumen. Sistem pelayanan mempengaruhi perilaku

konsumen dalam mengambil keputusan dalam belanja. Oleh karenanya

 

(49)

kembalian uang koin yang diganti permen juga sangat berpengaruh bagi

konsumen untuk mengambil keputusan dan menentukan puas tidak puas

apabila kembalian uang koin mereka diganti permen. Dalam Menentukan

puas tidaknya konsumen minimarket harus benar-benar dalam

memberikan pelayanan baik dari keramahan atau kejujuran saat di Tanya

konsumen mengapa kembalian yang di berikan diganti dengan permen.

Apabila konsumen merasa puas maka tidak jarang konsumen

yang akan kembalai belanja di minimarket tersebut, tetapi apabila

konsumen merasa tudak puas dengan kembalian uang koin yang diganti

permen tersebut konsumen tidak akan kembali belanja di minimarket

tersebut. Kepuasan konsumen sangat berpengaruh bagi perusahaan, karena

apabila konsumen puas dengan produk serta pelayanan yang di berikan

oleh minimarket tidak jarang konsumen yang akan menjadi pelanggan.

Gambar 2.1 :

Kerangka Berpikir Kepuasan Konsumen Terhadap Kembalian Uang Koin yang Diganti Permen

PERILAKU KONSUMEN SISTEM

PELAYANAN

(50)

39 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Fokus Penelitian

Pada penelitian ini penulis tidak menguji hubungan antara variabel

sehingga tidak ada pengukuran variabel X dan Y. Penelitian ini difokuskan

pada pertimbangan konsumen dalam menerima pengembalian uang koin

yang diganti permen, sehingga peneliti akan menggunakan metode

penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif yang bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat

dipisah-pisahkan) dan lebih menekankan pada proses, maka penelitian

kualitatif dalam melihat hubungan antara variabel pada obyek yang diteliti

lebih bersifat interaktif yang saling mempengaruhi (reciprocal atau

interaktif), sehingga tidak diketahui mana variabel independen dan

dependennya (Sugiyono, 2005 :7 ).

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (natural

setting), dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisa data

bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

dari pada generalisasi. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data

yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data

(51)

tampak. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif tidak melakukan

generalisasi, tetapi lebih menekankan kedalam informasi sehingga sampai

pada tingkat makna. Generalisasi dalam penelitian kualitatif dinamakan

transferability (keteralihan), artinya hasil penelitian tersebut dapat

digunakan di tempat lain, manakala kondisi tempat tersebut memiliki

karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan tempat penelitian (Sugiyono,

2005 : 1-3 ).

Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati.Pendekatan ini diarahkan pada latar dan

individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh

mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis,

tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.

Penelitian ini difokuskan pada pertimbangan konsumen menerima

kembalian uang koin yang diganti permen. Karena keberadaan minimarket

merupakan hal yang relatif bagi masyarakat karena saat ini hampir disetiap

desa terdapat minimarket. Dengan adanya pengembalian uang koin yang

diganti permen tersebut beberapa kalangan ada yang menerima, dengan

alasan anak-anak mereka menyukai permen. Sebagian kalangan juga ada

yang kurang menerima dan menganggap pelayanan dari minimarket tersebut

tidak berkualitas, karena menurut mereka perusahaan mengambil untung

dengan memanfaatkan uang koin tersebut yang kemudian diganti permen.

(52)

41 

memang khusus untuk kembalian uang koin. Di sisi lain konsumen juga

tidak mengetahui tentang bagaimana kegiatan operasional perusahaan /

minimarket dengan menyediakan satu bungkus permen tersebut apakah

perusahaan tersebut mendapatkan untung atau sebaliknya perusahaan harus

mengalami kerugian.

3.2 Lokasi Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada saat peneliti mengambil data yaitu bulan

Mei – Juni 2010.

2. Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan di Minimarket daerah sekitar

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim. Obyek penelitian ini

adalah konsumen yang sedang belanja di minimarket. Lokasi penelitian

tersebut merupakan lokasi dimana minimarket memberikan pelayanan

terhadap konsumen yang sedang berbelanja dan kembalian uang koin

yang diganti permen.

3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel a. Populasi

Menurut Sugiyono (2002:57) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

(53)

konsumen yang sedang berbelanja di minimarket sekitar daerah UPN

“Veteran” Jatim dan mendapat kembalian permen.

b. Sampel  

Menurut Sugiyono (2005 : 73) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila jumlah populasi

besar maka peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada

populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari

populasi.  

Menurut Ritchi and Lewis (2003:84), “ As a very general rule of thumb,

qualitative samples for a single study involving individual interviews

only often lie under 50. If they become much larger than 50 they start to

become difficult to manage in terms of the quality of data collection and

analysis that can be achieved”. 

“ Cara – cara untuk menuntun persoalan- persoalan ini kedalam praktek

yang didiskusikan dahulu dalam karakter sebagai petunjuk yang sangat

praktis, contoh bermutu untuk suatu study yang melibatkan seseorang

diwawancarai hanya rata-rata dibawah 50. Jika orang yang

diwawancarai lebih banyak daripada 50, maka mereka akan menjadi

sulit untuk mengatur data yang dikumpulkan dan dianalisa sehingga

dapat dibenarkan” ( Ritchi and Lewis 2003:84).

Berdasarkan pendapat diatas maka jumlah sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah 50 konsumen yang sedang belanja di

(54)

43 

c. Teknik penarikan sampel

Menggunakan teknik acidiental sampling yaitu tidak semua individu

atau elemen dalam populasi mendapat peluang atau kesempatan yang

sama untuk diambil sebagai sampel. Pemilihan sekelompok subyek

didasarkan atas ciri – ciri atau sifat– sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya (Marzuki,2000:50). Sampel yang dipilih berdasarkan

kriteria-kriteria tertentu yaitu konsumen yang sedang berbelanja

diminimarket daerah sekitar UPN “Veteran” Jatim yang saat itu diberi

kembalian berupa permen.

3.4 Teknik Pengumpulan Data a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat

untuk pertama kalinya (Marzuki, 2000:55). Data diperoleh dari jawaban

responden (konsumen yang berbelanja di minimarket sekitar UPN

“Veteran” Jatim Surabaya dan menerima kembalian uang koin saat itu).

2. Data Sekunder

Yaitu suatu data atau laporan yang diperoleh dari catatan dan profil

perusahaan.

b. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data eksternal, yaitu

(55)

Universitas Pambangunan Nasional “Veteran” Jatim dengan menyebar

kuesioner dan data internal yaitu data yang diperoleh dari hasil

wawancara kepada kasir minimarket.

c. Cara Pengumpulan Data 1. Kuesioner ( Quesioner )

Merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui

penyebaran angket atau daftar pertanyaan kepada konsumen yang

sedang belanja di minimarket. Penyebaran dan pengisian kuesioner

dilakukan selama 2 minggu pada saat konsumen belanja

diminimarket.

2. Wawancara ( Interview )

Yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung dengan pihak-pihak

yang bersangkutan dalam perusahaan yang menjadi obyek

penelitian ini yaitu kasir minimarket sekitar daerah Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim.

3.5 Teknik Analisis Data

Untuk analisis data dalam penelitian ini adalah informasi yang

berupa narasi-narasi penelitian kualitatif yang dihasilkan dalam wawancara

dan kuesioner yang berkaitan dengan konsumen yang belanja di

minimarket. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

menganalisis faktor – faktor apa saja yang dijadikan pertimbangan

konsumen menerima permen sebagai ganti dari kembalian yang seharusnya

(56)

45 

seluruh data diperoleh dan observasi maka penelitian akan menganalisis data

secara deskriptif yang ingin menggambarkan faktor – faktor pertimbangan.

Selanjutnya peneliti akan mengatur, mengurutkan, megelompokkan, dan

mengkategorikan data secara deskriptif dan menganalisis data secara

induktif sehingga diperoleh gambaran dan jawaban untuk mengetahui faktor

apa saja yang dijadikan pertimbangan konsumen menerima kembalian uang

koin yang diganti permen.

Menurut Glaser and Strauss, Strauss and Corbin dalam Ritchi and

Lewis (2003:201) menyebutkan “ Grounded theory which involves the

generation of analytical categories and their dimensions, and the

identification of relationships between them. The process of data collection

and conceptualisation continues until categories and relationships are

'saturated', that is new data do not add to the developing theory “.

Menurut Glaser and Strauss, Strauss Corbin dalam Ritchi and Lewis

(2003:201) menyebutkan “ Teori Grounded meliputi generasi kategori

analitis dan dimensi- dimensinya, dan mengidentifikasi hubungan satu

dengan lainnya, cara atau proses pengumpulan data dan konsep atau

pengertian yang berlanjut sampai kategori dan hubungan – hubungannya

dipenuhi itu dinamakan sebuah data baru tidak dapat bertambah untuk

mengembangkan sebuah teori. “

(57)

Untuk menghasilkan penelitian yang baik, maka faktor validitas

sangat penting bagi sebuah penelitian menurut Maxwell dalam Alwasillah

( 2006: 171 ) menyebutkan terdapat empat jenis validitas yaitu, Deskripsi,

Interpretasi, Teori dan Generalisasi. Adapun upaya menjaga validitas

dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan deskripsi dan

interpretasi.

Uji Deskripsi dituntut untuk menampilkan deskripsi kental atau thick

description dalam penelitian, yaitu deskripsi secara literal manusia,

kejadian, atau proses yang diamati. Deskripsi ini juga harus menyajikan

interpretasi bukan sekedar fakta – fakta yang teramati. Mendiskripsikan

masyarakat harus menampilkan interpretasi atas norma budaya yang

sebenarnya. Menurut Alwasillah (2006:171) yaitu Ancaman terhadap

validasi deskripsi ini adalah ketidaktepatan (inaccuracy) dan

ketidaklengkapan (incompleteness) data. Untuk menghalaunya, interview

seharusnya direkam kemudian ditranskripsi. Observasi pun divideo agar

dapat dilihat ulang. Tanpa ini semua data menjadi tidak valid akibatnya

segala interpretasi dan konklusi terhadap data ini tidak valid juga Bila

demikian halnya, paling tidak memiliki catatan observasi (observational

notes) atau catatan lapangan serinci mungkin, selengkap, sekongkret, dan

sekronologis mungkin.(Alwasilah,2002:171). Uji Interpretasi data, dalam

penelitian kualitatif dicapai melalui interaksi antara peneliti dan

responden. Ancaman terhadap validitas interpretasi ini adalah peneliti

Gambar

Gambar 2.1:
Gambar 2.1 :
Tabel 4.1  Tabulasi Silang Kepuasan Konsumen Ditinjau Dari Jenis Kelamin Jenis
Tabel 4.2  Tabulasi  Silang Kepuasan Konsumen Ditinjau Dari  Usia
+7

Referensi

Dokumen terkait