• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN EFEKTIVITAS LATIHAN INTERVAL DAN LATIHAN FARTLEK DALAM MENINGKATKAN DAYA TAHAN KARDIOVASKULER PADA PEMAIN BASKET PUTRA USIA 16-17 TAHUN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN EFEKTIVITAS LATIHAN INTERVAL DAN LATIHAN FARTLEK DALAM MENINGKATKAN DAYA TAHAN KARDIOVASKULER PADA PEMAIN BASKET PUTRA USIA 16-17 TAHUN."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PERBEDAAN EFEKTIVITAS LATIHAN INTERVAL DAN LATIHAN

FARTLEK DALAM MENINGKATKAN DAYA TAHAN

KARDIOVASKULER PADA PEMAIN BASKET PUTRA USIA 16-17 TAHUN

I GUSTI NGURAH AGUS PUTRA MAHARDANA

HALAMAN JUDUL

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

i SKRIPSI

PERBEDAAN EFEKTIVITAS LATIHAN INTERVAL DAN LATIHAN

FARTLEK DALAM MENINGKATKAN DAYA TAHAN

KARDIOVASKULER PADA PEMAIN BASKET PUTRA USIA 16-17 TAHUN Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA FISIOTERAPI

Oleh :

I GUSTI NGURAH AGUS PUTRA MAHARDANA NIM. 1202305002

HALAMAN JUDUL

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

(3)
(4)
(5)
(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Efektivitas Latihan Interval dan Latihan Fartlek Dalam

Meningkatkan Daya Tahan Kardiovaskuler Pada Pemain Basket Putra Usia 16-17 Tahun”.

Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Fisioterapi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, yaitu kepada:

1. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT (K), M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. dr.I Nyoman Adiputra, MOH, PFK selaku ketua Program Studi Fisioterapi Universitas Udayana.

3. I Made Niko Winaya, SSt.FT, SKM, M.Fis selaku pembimbing sekaligus pengajar yang telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

(7)

vi

5. dr. I Made Krisna Dinata, M. Erg selaku penguji yang telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh dosen pengajar dan staff Program Studi Fisioterapi yang telah banyak membantu sehingga dapat menyelesaikan usulan ini tepat waktu. 7. Orang Tua dan seluruh keluarga yang selalu memberikan motivasi,

semangat agar penulis dapat menyelesaikan usulan dan pendidikan Sarjana Fisioterapi.

8. Seluruh teman-teman angkatan 2012 (Axoplasmic) yang selalu membantu dan memberikan semangat.

9. Tim basket SMA N 2 Negara yang sudah bersedia menjadi sampel penelitian.

10.Seluruh kerabat dan sejawat yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan usulan ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak penulis sangat harapkan.

Denpasar, 13 Juli 2016

(8)

vii

PERBEDAAN EFEKTIVITAS LATIHAN INTERVAL DAN LATIHAN

FARTLEK DALAM MENINGKATKAN DAYA TAHAN

KARDIOVASKULER PADA PEMAIN BASKET PUTRA USIA 16-17 TAHUN

ABSTRAK

Daya tahan kardiovaskuler adalah kemampuan melakukan suatu aktivitas berat dengan waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Daya tahan kardiovaskuler merupakan komponen yang sangat penting, dikarenakan saat melakukan suatu pertandingan yang lama pemain membutuhkan stamina lebih agar mampu bertanding dengan performa yang bagus tanpa mengalami kelelahan yang serius. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek peningkatan dari latihan interval dan latihan fartlek dalam meningkatkan daya tahan kardiovaskuler.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan Pre and Post Test Two Group Design. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Sampel penelitian berjumlah 28 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok 1 diberikan latihan interval, kelompok 2 diberikan latihan fartlek. Masing-masing kelompok terdiri dari 14 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur daya tahan kardiovaskuler dengan menggunakan tes cooper 2,4 kilometersebelum dan setelah pelatihan pada setiap kelompok. Uji normalitas dan homogenitas data diuji dengan menggunakan Saphiro-Wilk Test dan Levene’s Test.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan daya tahan kardiovaskuler pada kelompok 1 sebesar 120 dan pada kelompok 2 terjadi peningkatan sebesar 116. Hasil uji paired sample t-test didapatkan perbedaan yang signifikan dengan nilai p=0,000 (p<0,05) pada kelompok 1 dan nilai p=0,000 (p<0,05) pada kelompok 2. Uji beda selisih dengan independent t-test menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok 1 dan kelompok 2 dimana p=0,863 (p>0,05).

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwatidak terdapat perbedaan efektivitas antara latihan interval dan latihan fartlek dalam meningkatkan daya tahan kardiovaskuler.

(9)

viii

THE DIFFERENCE EFFECTIVENESS OF THE INTERVAL EXERCISE AND FARTLEK EXCERCISE IN IMPROVING CARDIOVASCULAR

ENDURANCE IN BASKETBALL PLAYERS AGE 16-17 YEARS

ABSTRACT

Cardiovascular endurance is the ability to perform an activity with a long time without experiencing fatigue. Cardiovascular endurance is very important, because while doing a long match players need more stamina in order to be able to compete with a good performance without experiencing serious fatigue. The purpose of this research is to know the effect of the increase in the interval exercise and fartlek exercise in improving cardiovascular endurance.

This research is experimental research using the design of Pre and Post Test Two Group Design. Sampling techniques in this research is simple random sampling. Sample research totalling 28 people are divided into two groups, Group 1 given interval excercise, fartlek excercise given group 2. Each group consists of 14 persons. Data collection is done by measuring cardio endurance by using the cooper 2, 4 kilometers test before and after the training on each group. Test of normality and its homogeneity of data is tested by using the Shapiro-Wilk Test and Levene's Test.

The results showed an increase in cardiovascular endurance in Group 1 of 120 and on group 2 occur an increase of 116. Paired sample t-test results-test obtained a significant difference with the value p = 0.000 (p < 0.05) in group 1 and the value of p = 0.000 (p < 0.05) on group 2. Independent t-test showed no meaningful difference between group 1 and group 2 where p =0,863(p>0.05). Based on the result of the study it can be concluded that there was no difference in effectiveness between interval excercise and fartlek excercise in improving cardiovascular endurance.

(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1. Manfaat Ilmiah ... 5

1.4.2. Manfaat Praktis ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

2.1. Bola Basket ... 6

2.1.1. Permainan Bola Basket ... 6

2.2. Daya Tahan Kardiovaskuler ... 10

2.2.1. Pengertian ... 10

2.2.2. Anatomi Jantung ... 13

2.2.3. Fisiologi Jantung ... 14

2.2.4. Sistem Kardiovaskuler ... 16

2.2.5. Sistem Sirkulasi ... 18

2.2.6 Sistem Vaskular ... 19

2.2.7. Fisiologi Kardiovaskuler pada Latihan ... 21

(11)

x

2.4. Pengukuran Daya Tahan Kardiovaskuler dengan Cooper Test 2400 meter

... 25

2.5.Latihan Interval ... 26

2.6.Latihan Fartlek ... 30

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS ... 33

3.1. Kerangka Berpikir ... 33

3.2. Konsep Penelitian ... 35

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 37

4.1. Rancangan Penelitian ... 37

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

4.2.1. Tempat Penelitian... 38

4.2.2. Waktu Penelitian ... 38

4.3. Populasi dan Sampel ... 38

4.3.1. Populasi Target... 38

4.3.2. Populasi Terjangkau ... 39

4.3.3. Sampel ... 39

4.3.4. Besar Sampel ... 40

4.3.5. Teknik Pengambilan Sampel... 41

4.4. Variabel ... 42

4.4.1. Variabel Bebas (Independent Variable) ... 42

4.4.2. Variabel Terikat (Dependent Variable) ... 42

4.4.3. Variabel Kontrol... 42

4.4.4. Variabel Rambang ... 42

4.5. Definisi Operasional Variabel ... 42

4.6. Instrumen Penelitian ... 44

4.7. Prosedur Penelitian ... 45

4.7.1. Persiapan Penelitian ... 45

4.7.2. Pelaksanaan Penelitian ... 45

4.8. Alur Penelitian ... 54

4.9. Teknik Analisis Data ... 55

BAB V HASIL PENELITIAN ... 57

(12)

xi

5.2 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas ... 59

5.3 Uji Hipotesis ... 60

5.3.1 Uji T-Berpasangan (Paired Simple T-test) Sebelum dan Sesudah Perlakuan ... 60

5.3.2 Uji Beda Selisih Daya Tahan Kardiovaskuler Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 dengan Independent Sample T-Test ... 62

5.4 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 63

5.5 Uji Statistik ... 64

BAB VI PEMBAHASAN ... 66

6.1.Karakteristik Sampel ... 66

6.2.LatihanIntervalDapat Meningkatkan Daya Tahan Kardiovaskuler Pada Pemain Bola Basket Putra Usia 16-17 Tahun ... 69

6.3.Latihan FartlekDapat Meningkatkan Daya Tahan Kardiovaskuler Pada Pemain Bola Basket Putra Usia 16-17 Tahun ... 71

6.4.LatihanIntervalSama Baiknya atau Tidak Lebih Efektif daripada Latihan Fartlekdalam Meningkatkan Daya Tahan Kardiovaskuler Pada Pemain Bola Basket Putra Usia 16-17 Tahun di ... 72

6.5.Kelemahan Penelitian ... 74

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 78

7.1. Kesimpulan ... 78

7.2. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Sistem Kardiovaskuler ... 17

Gambar 2.2. Persentase Volume Darah ... 18

Gambar 2.3. Sistem Kardiovaskuler ... 22

Gambar 3.1. Bagan Konsep Penelitian ... 35

Gambar 4.1. Rancangan Penelitian ... 37

Gambar 4.2. Aplikasi Interval Training ... 50

Gambar 4.3. Aplikasi Fartlek Training... 53

Gambar 4.4. Alur Penelitian... 54

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tingkat Kebugaran Paru Jantung ... 10

Tabel 2.2. Tes Cooper Lari 2400 Meter ... 26

Tabel 4.1. Tes Cooper Lari 2400 Meter ... 47

Tabel 5.1. Distribusi Data Sampel ... 58

Tabel 5.2. Persentase Data Karakteristik Sampel ... 58

Tabel 5.3. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas ... 59

Tabel 5.4. Uji T-Berpasangan (Paired Sample T-test) ... 60

Tabel 5.5. Hasil Uji Independent Sample T-test ... 62

Tabel 5.6. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 63

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearance ... 86

Lampiran 2. Curviculum Vitae ... 87

Lampiran 3. Informed Consent ... 88

Lampiran 4. Kuisioner Merokok dan Aktivitas Fisik ... 91

Lampiran 5. Data Karakteristik Sampel ... 93

Lampiran 6. Hasil Uji Analisis Statistik ... 94

(16)
(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bola basket merupakan salah satu cabang olahraga yang paling digemari oleh masyarakat umum terutama kalangan generasi muda. Perkembangan olahraga basket di Indonesia ditandai dengan munculnya berbagai klub kuat dan atlet dari tingkat pelajar sampai mahasiswa. Turnamen-turnamen dengan berbagai variasi konsep sering diadakan seperti streetball, three on three, NBL dan lain sebagainya. Hal ini menjadikan olahraga basket semakin digemari dan trend mode di kalangan generasi muda.

Jika dilihat latar belakang perbasketan Indonesia, hasil prestasi tingkat Internasional yang diraih sangat sedikit dan bahkan banyak absen juara di beberapa kompetisinya. Menurut data dari situs resmi PERBASI, tim basket Indonesia hanya beberapa kali pernah membanggakan Indonesia seperti mendapatkan peringkat dua di Piala Ganefo di Jakarta pada tahun 1963 dan tahun 1966. Selain itu, pada tahun 2001 di Sea Games di Kuala Lumpur untuk pertama kalinya tim basket putra Indonesia meraih medali perak. Setelah 14 tahun vakum juara akhirnya pada ajang Sea Games XXVIII Singapore 2015, Indonesia kembali meraih juara dua dan mendapatkan perak lagi. Berdasarkan data diatas, prestasi yang di peroleh Indonesia pada cabang bola basket tidak bisa dikatakan gemilang dilihat dari jumlah-jumlah prestasi yang berhasil diraih.

(18)

2

semakin baik kemungkinannya untuk sukses. Tetapi teknik dasar tersebut akan menjadi terbatas oleh kondisi fisik yang lemah”. Kondisi fisik dan penguasaan

teknik dasar yang baik dapat memberikan pengaruh yang cukup besar dalam mencapai kecakapan bermain atau prestasi bola basket yang lebih baik (Darma, 2013). Menurut (Kosasih E. , 1985) unsur-unsur kondisi fisik antara lain : Endurance, Strength, Speed, Power, Flexibilty, Agility, Coordination, dan Balance. Cabang olahraga bola basket membutuhkan kondisi fisik yang prima,

maka program latihan kondisi fisik para atlet harus ditata dan dilakukan secara sistematis agar bisa meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan biomotorik yang dibutuhkan. Pemberian latihan-latihan kondisi fisik harus banyak diberikan pada perkembangan tubuh secara keseluruhan, teratur, sistematis, dan intesitasnya bisa ditingkatkan. Proses ini harus dilakukan secara perlahan, dan penuh kesabaran terhadap atlet. Melalui pelatihan yang dilakukan secara progresif serta kompleks, diharapkan mampu membentuk kondisi atlet menjadi lebih baik. Atlet-atlet yang memiliki kondisi fisik yang baik akan lebih cepat menguasai teknik-teknik gerakan yang dilatih, karena semua itu mampu dilakukan secara maksimal meskipun harus mengulang satu gerakan atau satu pola berpuluh-puluh kali tanpa mengalami kelelahan (Kardjono, 2008).

(19)

3

dengan latihan interval dan latihan fartlek. Kedua metode ini sangat baik untuk semua cabang olahraga, terutama untuk cabang olahraga yang memerlukan daya tahan kardiovaskuler (Indrayana, 2012).

Menurut Indrayana (2012) dalam jurnal yang berjudul Perbedaan Pengaruh Latihan IntervalTraining dan Fartlek terhadap Daya Tahan Kardiovaskuler pada Atlet Junior Putra Taekwondo Wild Club Medan 2006/2007 menunjukkan hasil “bahwa latihan interval dan latihan fartlekmemberikan

pengaruh yang berarti terhadap daya tahan kardiovaskuler”. Menurut (Nur, 2013) dalam jurnal yang berjudul Pengaruh Penerapan Sistem Latihan Fartlek dan Sistem Latihan Interval Terhadap Daya Tahan Cardiovascular Pada Altet Cabang Olahraga Bola Voli juga menunjukan hasil “ bahwa latihan intervaldan latihan

fartlek memberi pengaruh terhadap daya tahan kardiovaskuler”. Pada dasarnya

latihan daya tahan seperti intervaltrainingdan fartlektraining adalah latihan yang bertujuan untuk melatih daya tahan kardiovaskuler (Harsono, 1988). Kedua penelitian tersebutlah yang membuat peneliti tertarik untuk mengangkat latihan interval dan latihan fartlek dalam cabang olahraga bola basket. Selain itu belum

banyaknya dilakukan penelitian terhadap latihan ini juga mendasari peneliti untuk melakukan penelitian tentang latihan interval dan latihan fartlek terhadap peningkatan daya tahan kardiovaskuler. Berdasarkan uraian diatas, akhirnya peneliti mengangkat judul “Perbedaan Efektivitas Latihan Interval dan Latihan

Fartlek dalam Meningkatkan Daya Tahan Kardiovaskuler Pada Pemain Bola

(20)

4

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Apakah latihan intervalefektif dalam meningkatkan daya tahan kardiovaskuler pada pemain bola basket putra usia 16-17 tahun ?

2. Apakahlatihan fartlekefektif meningkatkan daya tahan kardiovaskuler pada pemain bola basket putra usia 16-17 tahun ?

3. Apakah ada perbedaan efektivitas antara latihan interval dan latihan fartlekdalam meningkatkan daya tahan kardiovaskuler pada pemain bola

basket putra usia 16-17 tahun ?

1.3. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran umum tentang olahraga bola basket, daya tahan kardiovaskuler, latihan interval dan latihan fartlek.

2. Tujuan Khusus

a) Untuk membuktikan latihan intervalefektif dalam meningkatkan daya tahan kardiovaskuler pada pemain basket putra usia 16-17 tahun. b) Untuk membuktikan latihan fartlekefektif dalam meningkatkan daya

tahan kardiovaskuler pada pemain basket putra usia 16-17 tahun. c) Untuk mengetahui perbedaan efektivitas antara latihan interval

(21)

5

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Ilmiah

a. Diharapkan penelitian ini menambah pengetahuan bagi para pembaca (mahasiswa), khususnya praktisi fisioterapi tentang pengaruh latihan interval dan latihan fartlek dalam meningkatan daya tahan kardiovaskuler

pada pemain bola basket.

b. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan bagi para pembaca (mahasiswa) dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.

1.4.2. Manfaat Praktis

(22)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Bola Basket

2.1.1. Permainan Bola Basket

Menurut peraturan (PERBASI, 2010), bola basket ialah permainan yang dimainkan oleh dua regu masing-masing terdiri dari lima orang. Setiap regu berusaha mencetak angka ke keranjang lawan dan mencegah regu lain mencetak angka atau memasukkan bola ke keranjang kita.

Bola basket termasuk jenis permainan yang kompleks gerakannya, artinya gerakannya terdiri dari gabungan unsur-unsur gerak yang terkoordinasi dengan rapi, sehingga dapat bermainan dengan baik(Sodikun, 1992). Menguasai teknik dasar merupakan modal utama setiap pemain untuk mencapai prestasi tinggi. Menurut (Sodikun, 1992) agar kemampuan individual setiap pemain bola basket terlihat bagus maka setiap pemain diharuskan menguasai teknik dasar permainan bola basket. Ada beberapa teknik dasar dalam permainan bola basket yang harus dikuasai oleh seorang pemain diantaranya :

1. Teknik Mengumpan dan Menangkap (Passing dan Catching)

Passing dan Catching merupakan kecakapan dwi tunggal, untuk dapat menghidupkan permaianan bola basket. Istilah melempar mengandung pengertian mengoper bola dan menangkap berarti menerima bola. Melempar dan menangkap bola selalu dilakukan secara berteman, apabila seorang pemain memegang bola maka dia harus melempar bola

(23)

7

sedangkan pemain dalam posisi tidak memegang bola maka dia bersiap untuk menerima atau menangkap bola(Sodikun, 1992).

Menurut (Wissel, 2000) mengumpan memiliki kegunaan khusus, yaitu 1) mengalihkan bola dari daerah padat pemain, 2) menggerakkan bola bola dengan cepat dengan cepat pada fast break, 3) membangun permainan yang offensive, 4) mengoper ke rekan yang sedang terbuka untuk penembakan, dan 5) mengoper dan memotong untuk melakukan tembakan sendiri.

Menurut (Kosasih D. , 2008), ada beberapa elemen dasar dalam passing yang harus diajarkan agar presentase turn over bias ditekan, antara lain: 1) Kecepatan, bola yang di-passing harus tajam, cepat, tidak terlalu

keras, dan tidak terlalu pelan,

2) Target, setiap passing haruslah tepat/akurat pada target yang spesifik. Bukan hanya orang yang akan di-passing, tetapi sasaran/target tangan peminta bola,

3) Timing, bola harus sampai pada penerima disaat yang tepat, tidak sebelum atau sesudahnya,

4) Trik, pemain yang melakukan passing harus berusaha menggunakan tipuan untuk mengelabuhi defender. Biasanya defender tertipu saat kita menggunakan tipuan mata,

(24)

8

2. Teknik Mengumpan dan Menangkap (Passing dan Catching)

Menurut (PERBASI, 2010) menembak adalah gerakan terakhir untuk mendapatkan angka. Umumnya dalam bola basket, tembakan dilakukan setiap 15-20 detik dan hampir setengahnya berhasil masuk. Menurut (Kosasih D. , 2008)shooting adalah skill dasar bola basket yang paling dikenal dan paling digemari. Ada istilah berkaitan dengan teknik shooting dalam bola basket yang perlu dikenalkan kepada pemain sejak usia dini, yaitu “BEEF.

Wissel, 2000 mengungkapkan bahwa kemampuan yang harus dikuasai seorang pemmain adalah kemampuan memasukan bola atau shooting. Seorang pemain yang memilki keahlian shooting akan mampu memasukan bola ke keranjang dengan leluasa dari jarak manapun. Kemampuan ini juga sangat berpengaruh ketika dalam pertandingan, karena ini keahlian shooting bisa menutupi kelemahan teknik dasar yang lainnya.

(25)

semata-9

mata bakat dari lahir. Banyak teknik shooting yang dapat dilakukan diantaranya:

1) Menembak Dua Tangan Dari Atas Kepala 2) Lay Up Shoot

3) Menembak dengan satu tangan 4) Jump Shoot

3. Teknik Menggiring (Dribbling)

Menurut (Wissel, 2000)dribble merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam bola basket dan penting untuk permainan individual dan tim. Menurut (Sodikun, 1992) menggiring bola adalah salah satu cara yang diperbolehkan oleh peraturan untuk membawa lari ke segala arah. Untuk mampu mengendalikan sebuah pertandingan maka keahlian dribbling harus di atas rata-rata.

(26)

10

2.2. Daya Tahan Kardiovaskuler 2.2.1. Pengertian

Daya tahan kardiovaskuler merupakan kemampuan untuk terus menerus dengan tetap menjalani kerja fisik yang mencakup sejumlah besar otot dalam waktu tertentu, hal ini merupakan kemampuan system peredaran darah dan system pernapasan untuk menyesuaikan diri terhadap efek seluruh kerja fisik (Depdiknas, 2000). Pendapat lain mengatakan bahwa daya tahan paru jantung merupakan kemampuan fungsional paru jantung mensuplai oksigen untuk kerja otot dalam waktu yang lama (Irianto, 2004). Olahraga yang teratur dapat meningkatkan kesehatan yang kita miliki karena jantung kita menjadi kuat dalam memompa darah ke seluruh tubuh.

Tabel 2.1. Tingkat Kebugaran Paru Jantun Berdasarkan Detak Jantung Istirahat

20-29 30-39 40-49 50+

>59 <63 <65 <67 Istimewa

60-69 64-71 66-73 68-75 Baik

70-85 72-85 74-89 76-89 Cukup

>86 >86 >90 >90 Kurang

PRIA

( Usia Tahun ) STATUS

Sumber : Irianto,2004

(27)

11

adalah menambah kemampuan untuk melakukan aktivitas kerja secara terus-menerus dengan intesitas tinggi dalam jangka waktu yang lama, kemampuan untuk memperpendek waktu pemulihan, terutama pada cabang olahraga pertandingan dan permainan, serta kemampuan untuk menerima beban latihan yang lebih berat, lebih lama, dan bervariasi (Sukadiyanto, 2011).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya tahan kardiovaskuler menurut (Susilowati, 2007), antara lain :

a) Indeks Massa Tubuh

IMT merupakan hasil dari berat badan (kilogram) dibagi kuadrat dari tinggi badan (meter). IMT menggambarkan adiposa pada tubuh seseorang. Dengan pengukuran IMT diperoleh kategori sebagai berikut underweight, normal, overweight dan obesitas (Susilowati, 2007).

b) Umur

Umur mempengaruhi hampir semua komponen dalam kesegaran jasmani. Umur dapat mempengaruhi daya tahan kardiovaskuler seseorang. Ketahanan kardiovaskuler mencapai puncaknya pada usia 10-20 tahun dengan nilai indeks jantung normal kira-kira 4 L/menit/m2. Ketahanan kardiovaskuler menurun secara perlahan seiring dengan bertambahnya usia, dan pada usia 80 tahun nilai normal indeks jantung hanya tinggal 50%. Ini dikarenakan penurunan kekuatan kontraksi jantung, massa otot jantung, kapasitas vital paru dan kapasitas oksidasi otot skeletal (Susilowati, 2007). c) Jenis Kelamin

(28)

12

dibandingkan pria. Selain itu juga terdapat perbedaan kekuatan otot antara pria dan wanita yang disebabkan oleh perbedaan ukuran otot dan proporsinya dalam tubuh (Susilowati, 2007).

d) Aktifitas Fisik

Kebiasaan olahraga yang dilakukan oleh seseorang akan berpengaruh terhadap daya tahan kardiovaskuler. Orang yang terlatih akan memiliki otot yang lebih kuat, lebih lentur, dan memiliki ketahanan kardiorespirasi yang lebih baik. Latihan yang bersifat aerobik yang dilakukan secara teratur akan meningkatkan daya tahan kardiovaskuler dan mengurangi lemak tubuh. Aktivitas fisik yang baik dapat meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, yaitu penurunan denyut nadi, pernafasan semakin membaik, penurunan risiko, penyakit jantung dan hipertensi (Susilowati, 2007).

e) Kebiasaan merokok

(29)

13

2.2.2. Anatomi Jantung

Jantung terdiri dari 4 bagian. Sisi kanan dan kiri jantung masing-masing tersusun atas dua bagian, atrium dan ventrikel. Dinding yang memisahkan bagian kanan dan kiri disebut septum. Ventrikel adalah bagian jantung yang menyemburkan darah ke arteri. Fungsi atrium adalah menampung darah yang datang dari vena dan bertindak sebagai tempat penimbunan sementara sebelum darah dari vena dan bertindak sebagai tempat penimbunan sementara sebelum darah dikosongkan ke ventrikel. Perbedaan ketebalan dinding atrium dan ventrikel berhubungan dengan beban kerja yang diperlukan oleh tiap bagian. Dinding atrium lebih tipis dibandingkan dengan dinding ventrikel karena rendahnya tekanan beratyang ditimbulkan oleh atrium untuk menahan darah dan kemudian menyalurkan ke ventrikel. Ventrikel kiri mempunyai beban kerja yang lebih berat diantara dua bagian bawahnya, maka tebalnya sekitar 2 1/2 lebih tebal diandingkan

dengan dinding ventrikel kanan. Ventrikel kiri menyemburkan darah melawan tahan sistemik yang tinggi, sementara ventrikel kanan melawan tekanan rendah pemubuluh darah (Smeltzer, 2002).

Jantung terletak di dalam rongga mediastinum dari rongga dada (thoraks), diantara kedua paru. Selaput yang mengitari jantung disebut dengan perikardium, yang terdiri dari 2 lapisan, yaitu:

1. Perikardium Parietalis, yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang dada dan selaput paru,

(30)

14

Diantara kedua lapisan tersebut, terdapat cairan pelumas yang berfungsi mengurangi gesekan yang timbul akibat gerak jantung saat memompa. Cairan ini disebut cairan perikardium (Wiwin, 2008).

Jaringan otot khusus yang menyusun dinding jantung dinamakan otot jantung. Secara mikrokopis, otot jantung mirip otot serat lurik (skelet), yang berada di bawah kontrol kesadaran. Namun secara fungsional, otot jantung ini menyerupai otot polos karena bersifat volunter. Serat otot jantung tersusun secara interkoneksi sehingga dapat berkontraksi dan relaksasi secara terkoordinasi. Pola urutan kontraksi dan relaksasi tiap-tiap serabut otot akan memastikan kelakuan ritmik otot jantung sebagai satu keseluruhan dan memungkinkannya berfungsi sebagai pompa (Smeltzer, 2002). Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan otot jantung yaitu epikardium, myokardium, dan endokardium (Wiwin, 2008).

2.2.3. Fisiologi Jantung

Darah yang terdapat di dalam jantung dipompa keluar secara terus menerus dan setelah melalui sistem vaskular, darah kembali ke jantung. Sitem vaskular yang dilalui dapat berupa sistem sirkulasi paru (pulmonary circulation) dan sistem sirkulasi umum (systemic circulation). Pembuluh darah pada kedua sistem terseut terdiri dari : 1) pembuluh darah nadi (arteri) yang mengalirkan darah dari jantung ke jaringan sel-sel tubuh, 2) pemuluh darah balik (vena) yang mengalirkan darah dari jaringan sel-sel tubuh ke jantung (Masud, 1992).

(31)

15

jantung melalui bilik kiri ke sistem sirkulasi sistemik menuju ke seluruh jaringan sel-sel tubuh(Masud, 1992).

Pada keadaan normal, jumlah darah yang dapat dipompa oleh jantung sesuai dengan jumlah darah yang masuk kembali ke jantung, sebesar 5 liter per menitnya dan dapat meningkat pada olahraga yang berat sampai 25-35 liter permenit (Masud, 1992).

Sistem kardiovaskuler mengalirkan darah ke seluruh bagian tubuh dan menyalurkan kembali ke jantung. Dengan jantung berkontraksi dan berelaksasi, maka jantung mampu mengalirkan darah di dalam sistem tersebut. Perubahan-perubahan hemodinamik di dalam sistem tersebut menyebabkan Perubahan-perubahan tekanan dan mengakibatkan terjadinya peristiwa aliran darah di dalamnya(Masud, 1992).

(32)

16

pertukaran O2 dan CO2. Serta berdifusinya makanan, vitamin, mineral serta darah

aan mengangkut kembali produk akhir metabolik dari jaringan-jaringan sel ke tempat pembuangan. Dari kapiler, darah menuju venula dan selanjutnya darah mengalir di dalam sistem vena menuju ke jantung. Aliran darah balik ini akan dipercepat kembali ke jantung oleh adanya aktivitas penghisap (suction) jantung dan pompa otot (Masud, 1992).

2.2.4. Sistem Kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler terdiri dari 3 bagian yang saling mempengaruhi yaitu jantung untuk memompa darah, pempuluh darah untuk mengedarkan dan mengalirkan darah, serta cairan darah untuk menyimpan dan mengatur. Interaksi antara ketiganya di bawah kendali sistem saraf dan hormon untuk mempertahankan keseimbangan dinamis oksigen dalam sel (Yusuf, 2001). Sistem kardiovaskuler berfungsi untuk mengangkut oksigen, nutrisi, hormon dan sisa-sisa metabolisme ke seluruh tubuh (Taylor, 2015).

Secara anatomi sistem kardiovaskuler dibagi dalam dua bagian : (1) sistem distribusi yang terdiri dari arteri dan arteriola dengan fungsinya sebagai “transport” atau penyalur darah ke semua organ dan jaringan sel tubuh serta

(33)

17

dengan arteriola dan venula berfungsi menerima dan mengumpulkan darah dari kapiler, pembuluh darah limfe, dan atau langsung dari sistem arteri. Bagian pembuluh darah ini merupakan saluran yang “distensible” dan berfungsi juga

[image:33.595.146.432.195.532.2]

mengalirkan kembali darah ke jantung (Masud, 1992).

Gambar 2.1 Sistem Kardiovaskuler Sumber : Anonim, 2003

(34)

18

melakukan aktivitas olahraga. Volume darah ditiap bagian sistem vaskular bervariasi jumlahnya sesuai dengan fungsinya dan hanya 9% darah yang dapat di dalam jantung dari jumlah seluruhnya (Masud, 1992). Distribusi volume darah di dalam sistem kardiovskular dapat dilihat pada gambar berikut:

2.2.5. Sistem Sirkulasi

Sistem sirkulasi terdiri atas sirkulasi pulmonal dan sirkulasi sistemik serta sistem koronaria. Pada sirkulasi pulmonal, darah dari jantung (ventrikel kanan) melalui arteri pulmonalis masuk ke paru-paru kemudian dari paru-paru masuk ke vena pulmonalis dan masuk kembali ke jantung (atrium kiri) (Luhulima, 2001).

Pada sirkulasi sistemik, darah melalui vena cava superior dan inferior masuk ke atrium kanan, kemudian ke ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis (katup AV kanan) dan trunkus pulmonalis melalui katup semilunaris pulmonal. Kemudian darah dipompakan melauli arteri pulmonalis masuk ke dalam paru-paru (terjadi pertukaran Gas, CO2, dikeluarkan ke saluran nafas dan O2 didifusi ke

Vena besar reservoar vena;

34%

Vena kecil, venula

sinus; 25% Jantung; 9%

Pembuluh darah paru;

12% Arteri besar; 8% Arteri kecil; 5%

Arteriola; 2% Kapiler; 5%

[image:34.595.121.508.162.396.2]
(35)

19

darah yang terjadi di alveoli), kemudian kembali ke jantung melalui vena pulmonalis, masuk ke dalam atrium kiri. Darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri melalui katup bicuspidalis (katup mitralis). Darah dari ventrikel kiri dipompa keseluruh tubuh melalui aorta ascendens dengan katup semilunaris aorta dan diedarkan keseluruh tubuh melalui arteri yang berlanjut pada arteriol jaringan (ke sel). Kemudian darah balik (darah vena) kembali ke jantung melaui vena yaitu vena cava superior dan inferior (Luhulima, 2001).

Pada sirkulasi koronaria (sirkulasi jantung), arteri koroner berawal dari basis aorta asendes. Untuk menjamin pasokan darah ke jantung, arteri koroer memiliki banyak anastomosis. Hambatan pada sirkulasi koroner, apakah pada spasme atau sumbatan, akan menimbulkan iskhemia miokardium dan bila tidak segera diatasi akan terjadi infark miokardium (Wiwin, 2008).

2.2.6. Sistem Vaskular

Pembuluh darah mengalirkan darah yang dipompakan jantung ke dalam sel. Arteri bersifat elastis mengedarkan darah yang dipmpakan dari ventrikel kiri. Dinding pembuluh darah terdiri atas 3 lapisan yaitu :

1. Tunika intima yang merupakan lapisan paling dalam yang bersentuhan langsung dengan darah.

2. Tunika media merupakan bagian tengah yang bersifat elastis.

3. Tunika adventisia merupakan lapisan terluar dinding pembuluh darah (Luhulima, 2001).

Sitem peredaran atau sistem vaskular tediri dari arteri, arteriola, kapiler, venula, dan vena.

(36)

20

Arteri bersifat kuat dan lentur yang membawa darah dari jantung dan menanggung tekanan darah yang paling tinggi. Kelenturannya membantu mempertahankan tekanan darah diantara denyut jantung (Luhulima, 2001). 2. Arteriola

Arteriola adalah arteri yang lebih kecil dan memiliki dinding berotot yang menyesuaikan diameternya untuk meningkatkan atau menurunkan aliran darah ke daerah tertentu (Luhulima, 2001).

3. Kapiler

Kapiler merupakan pembuluh darah yang halus dan berdinding sangat tipis yang berfungsi sebagai jembatan diantara arteri yang membawa darah dari jantung dan vena membawa darah kembali ke jantung. Kapiler memungkinkan oksigen dan zat makanan berpindah dari darah ke dalam jaringan dan memungkinkan hasil metabolisme berpindah dari jaringan ke dalam darah, dari kapiler darah mengalirke dalam venula (Luhulima, 2001).

4. Venula

Venula mengalirkan darah ke dalam vena kemudian kemblai ke jantung (Luhulima, 2001).

5. Vena

(37)

21

2.2.7. Fisiologi Kardiovaskuler Pada Latihan

Jantung adalah dua buah pompa berotot yang terletak dalam satu alat.Jantung bagian kiri memompa darah ke seluruh jaringan tubuh dan jantung bagian kanan memompa darah ke paru.Serat otot jantung berhubungan sedemikian rupa sehingga seluruh serat-serat otot jantung berfungsi seakan-akan satu otot.Jantung mempunyai sifat untuk menimbulkan irama kontraksi sendiri (Soekarman, 1999). Supaya jantung dapat berfungsi sebagai pompa yang baik, maka pada jantung didapatkan katub-katub.Katub-katub ini menjaga agar jantung bekerja lebih efektif.Katub antara atrium dan ventrikel menutup pada waktu kontraksi otot ventrikel (Fox, Bowers, & Foss, 1993).

(38)
[image:38.595.148.440.83.327.2]

22

Gambar 2.3 Sistem Kardiovaskular Sumber : Silverthorne, 2001

Pada latihan terjadi dua kejadian yaitu peningkatan curah jantung (cardiacoutput)dan redistribusi darah dari otot - otot yang tidak aktif ke otot-otot

yang aktif. Curah jantung tergantung dari isi sekuncup (stroke volume)dan frekuensi denyut jantung (hart rate).Kedua faktor ini meningkat pada waktu latihan.Redistribusi darah pada waktu latihan menyangkut vasokonstriksi pembuluh darah yang memelihara daerah yang tidak aktif vasodilatasi dari otot yang aktif yang disebabkan oleh kenaikan suhu setempat,karbondioksida(CO2)

dan asam laktat serta kekurangan oksigen (Fox, 1993, Soekarman, 1999).

Pemakaian oksigen (O2) dan pembentukan karbondioksida (CO2) pada saat

(39)

23

ke batang otak untuk mengeksitasi pusat pernafasan. Analog dengan perangsangan pusat vasomotor di batang otak selama latihan fisik yang menyebabkan peningkatan tekanan arteri secara bersamaan (Guyton, 2007).

Adaptasi fisiologi pada latihan sangat tergantung pada umur, intensitas, durasi, frekuensi latihan, faktor genetik, dan cabang olahraga yang ditekuni (tipe latihan, baik statis maupun dinamik). Adaptasi kardiovaskuler pada latihan fisik menyebabkan volume total (stroke volume) dari jantung meningkat, kenaikan ini disebabkan oleh membesarnya rongga jantung. Maka jantung dapat menampung darah lebih banyak, sehingga stroke volume pada waktu istirahat menjadi lebih besar, hal ini memungkinkan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang sama setiap menit dengan denyutan lebih sedikit. Adaptasi kardiovaskuler ini juga menyebabkan peningkatan volume darah dan hemoglobin, jumlah kapiler otot dan mempengaruhi cardiac output, tekanan darah, serta aliran darah (Akmarawita, 2012).

2.3. Takaran Latihan Interval dan Fartlek

Sebuah hasil latihan yang maksimal harus memiliki prinsip latihan. Tanpa adanya prinsip atau patokan yang harus diikuti oleh semua pihak yang terkait, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pada evaluasi pelatihan akan sulit mencapai hasil yang maksimal (Nala N. , 2011). Berikut prinsip latihan Interval dan fartlek dan patokan yang harus diikuti oleh semua pihak pelatihan yang terkait :

(40)

24

Intensitas latihan merupakan komponen latihan yang sangat penting untukdikaitkan dengan komponen kualitas latihan yang dilakukan dalam kurun waktuyang diberikan. Intensitas adalah fungsi kekuatan rangsangan syaraf yang dilakukandalam latihan, kuatnya rangsangan tergantung dari beban kecepatan gerakan, variasiinterval atau istirahat diantara ulangan (Bompa, 1994).Kualitas suatu intensitas yang menyangkut kecepatan atau kekuatan dari suatu aktivitas ditentukan oleh besar kecilnya persentase (%) dari kemampuan maksimalnya. Dalam takaran latihan intensitas yang digunakan adalah intensitas sub-maksimum sampai maksimum.Intensitas tersebut diukur berdasarkan posisi, jarak, dan jumlah tiang yang digunakan (Nala N. , 2011).

2. Volume

Volume dalam pelatihan merupakan komponen takaran yang paling penting dalam setiap pelatihan. Unsur volume ini merupakan takaran kuantitatif, yakni satu kesatuan yang dapat diukur banyaknya, berapa lama, jauh, tinggi atau jumlah suatu aktivitas (Nala N. , 2011). Pada umumnya volume pelatihan ini terdiri dari :

1. Repetisi

Repetisi merupakan pengulangan yang dilakukan tiap set pelatihan. 2. Set

(41)

25

Waktu istirahat diperlukan dalam setiap set untuk memberikan waktu istirahat kepada otot-otot yang berperan dalam pelatihan kelincahan.

3. Frekuensi

Frekuensi menunjuk pada junlah latihan per minggunya. Secara umum,frekuensi latihan lebih banyak, dengan program latihan lebih lama akan mempunyaipengaruh lebih baik terhadap kebugaran paru jantung. Menurut Fox (1988) frekuensi4latihan yang baik untuk menjaga kesehatan 3 kali perminggu dan 6-7 kaliperminggu untuk atlet endurance.

Latihan dengan frekuaensi tinggi membuat tubuh tidak cukup waktu untukpemulihan. Kegagalan menyediakan waktu pemulihan yang memadai akan dapatmenimbulkan cedera. Tubuh membutuhkan waktu untuk bereaksi terhadaprangsangan latihan, pada umumnya membutuhkan waktu lebih dari 24 jam. Semakinbertambah usia semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan. Padakenyataannya, individu yang tidak terlatih membutuhkan waktu 48 jam untukpemulihan dan beradaptasi dengan rangsangan latihan (Sharkey, 2003).

2.4. Pengukuran Daya Tahan Kardiovaskuler dengan Cooper Test 2400 Meter

(42)

26

dengan jarak tempuh 2,4 km, apabila tidak mampu berlari secara terus menerus, maka dapat di selingi dengan jalan kaki kemudian lari lagi (Wahjoedi, 2001).

13-19 thn 20-29 thn 30-39 thn 40-49 thn 50-59thn > 60 thn Laki-Laki

Baik Sekali < 90.40 < 10.45 < 11.00 < 11.30 12.30 13.59 Baik 09.41-10.46 10.46-12.00 11.01-12.30 11.31-13.00 12-31-14.30 14.00-16-15 Cukup 10.49-12.10 12.01-14.00 12.31-14.45 13.01-15.35 14.31-17.00 16.16-19.00 Kurang 12.11-15.13 14.01-16.00 14.46-16.30 15.36-17.30 17.01-19.00 19.01-20.00 Sangat Kurang > 15.13 > 16.01 > 16.31 > 17.31 > 19.01 >20.01

13-19 thn 20-29 thn 30-39 thn 40-49 thn 50-59thn > 60 thn Peremuan

Baik Sekali < 12.29 < 13.30 < 14.30 < 15.55 < 16.30 < 17.30 Baik 12.30-14.30 13.31-15.54 14.31-16.30 15.56-17.30 16.31-19.00 17.31-19.30 Cukup 14.31-16.54 15.55-18.00 16.31-19.00 17.31-19.30 19.01-20.00 19.31-20.30 Kurang 16.55-18.30 18.01-19.00 19.01-19.30 19.31-20.00 20.01-20.30 20.31-21.00 Sangat Kurang > 18.31 > 19.01 > 19.31 > 20.01 > 20.31 > 21.01

Kategori Waktu Tempuh (menit,detik)

[image:42.595.151.511.139.347.2]

Kategori Waktu Tempuh (menit,detik)

Tabel 2.2. Tes Cooper Lari 2400 Meter Sumber : Cooper,1982

(43)

27

2.5. Latihan Interval

Menurut (Harsono, 1988) latihan interval adalah suatu sistem latihan yang disengili oleh interval-interval yang berupa masa-masa istirahat. Jadi, latihan (misalnya lari- istirahat- latihan- latihan dan seterusnya). Latihan interval adalah cara latihan yang penting dimasukan dalam program latihan keseluruhan. Senada dan Harsono, dalam Junusul Hairy (2010: 3 23) menjelaskan bahwa latihan interval merupakan suatu rangkaian dari pengulangan-pengulangan kegiatan dari

suatu latihan yang diselingi oleh waktu istirahat. Selama masa istirahat tersebut biasanya dipergunakan bentuk-bentuk latihan yang ringan.Dari beberapa pengertian di atas diambil kesimpulan bahwa latihan interval merupakan suatu metode latihan berupa rangkaian pengulangan-pengulangan kegiatan yang diselingi oleh jeda-jeda berupa jeda istirahat.

(44)

28

Latihan interval memacu kerja jantung dengan lebih keras sehingga konsumsi oksigen pun meningkat yang berarti metabolisme tubuh juga meningkat sehingga makin banyak lemak yang dipakai untuk pembakaran (Kafiz, 2014). Jumlah darah yang bertambah yang dipompakan keluar dari jantung menyebabkan beban pada otot jantung menjadi lebih besar. Bertambahnya beban merupakan pacuan (stimulus) yang menyebabkan otot-otot jantung lebih kuat dan lebih efesien. (Sutyantara, 2014).

Menurut (Purba, 1995) memaparkan pelatihan Intervalbahwasanya glikolisis anaerobic pada manusia dapat terjadi dalam waktu yang pendek pada aktivitas otot yang ekstrim misalnya lari cepat, pada saat oksigen tidak dapat dibawa pada kecepatan yang cukup untuk dibawa ke otot dan mengoksidasi piruvat untuk membentuk ATP selama latihan berat banyak O2 dibawa ke otot,

tetapi O2 yang mencapai sel otot tidak mencukupi, terutama pada saat latihan.

Keberadaan asam laktat didalam darah merupakan penyebab kelelahan otot. Pemilihan bahan bakar selama olah raga berat menggambarkan banyak segi penting mengenai pembentukan energi dan integrasi metabolisme. Myosin secara langsung memperoleh energi dari ATP, tetapi jumlah ATP di otot relative sedikit dan hanya bertahan selama kurang lebih 5 detik. Penimbunan laktat dalam darah menjadi masalah dalam kinerja fisik karena menimbulkan kelelahan yang kronis dan menurunkan kinerja fisik ( (Ahmaidi, 1986).

(45)

29

proses oksidasi dan glukoneogenesis, banyak melibatkan serabut otot merah dan mempercepat distribusi latkat dari otot aktif ke otot yang kurang aktif(Falks, 1995).

Mekanisme pemulihan laktat dari darah dan otot sangat dipengaruhi oleh aktivitas yang diakukan setelah aktivitas maksimalnya. Hal ini akan mempengaruhi mekanisme keluarnya laktat dari otot ke darah, meningkatnya aliran darah, ambilan aktat oleh hati, jantung, dan otot rangka (Weltman, 1998). Kecepatan pengeluaran laktat akan memperngaruhi proses metabolisme berikutnya, sehingga laktat dapat segera dimetabolisme kembali membentuk energi melalui siklus kreb. Menurut (Falks, 1995) pemuihan laktat yang penting adalah meningkatkan aliran darah, meningkatkan cardiac output, meningkatkan transport latktat, sehingga cepat membentuk energi kembali.

Perlu diterangkan bahwa interval atau istirahat itu sangat penting untuk dapat mengembalikan kembali kebugaran atlet agar dapat melakukan latihan kembali. Menurut (Harsono, 1988) menyatakan “ istirahat itu haruslah istirahat yang aktif bukan yang pasif, seperti jalan, joggingrileks, senam kelentukan, dan sebagainya. Jogging secara rileks merupakan cara yang baik untuk recovery yang cepat dan efektif karena ini akan memvafe kita lebih cepat kejantung daripada istirahat pasif.

(46)

30

dan banyaknya repetisi. Hal yang penting ditentukan adalah jarak yang ditempuh, waktu jarak tempuh dan istirahat, serta berapa banyak repetisinya. Latihan intervalsangat dianjurkan karena hasilnya sangat positif bagi perkembangandaya

tahan atau stamina karena kerja anerob, tingkat aktifitas otot-ototnya adalah begitu tinggi sehingga suplai darah yang diterima oleh otot-otot tersebut tidaklah cukup. Hal ini biasanya disertai oleh perasaan (Sensation) sakit pada otot-otot tersebut. Dengan latihan yang baik, atlet lama kelamaan akan dapat mengatasi rasa sakit tersebut dan dapat bekerja tanpa oksigen dalam waktu yang lebih lama (Indrayana, 2012).

2.6. Latihan Fartlek

Latihan fartlek adalah bentuk aktivitas lari yang dilakukan dengan cara jalan, jogging, sprint, dan jalan secara terus menerus (Sukadiyanto, 2011). Latihan fartlek merupakan suatu sistem daya tahan untuk membangun, mengambangkan,

atau memelihara kondisi tubuh seorang atlet. Menurut (Lutan, 2001) latihan fartleksangat bagus efeknya terhadap pengembangan keterampilan teknik,

kekuatanm daya tahan, dan kebugaran mental. Penggagas latihan ini adalah Gotta Roamer yang menggunakan latihan ini pada tahun 1930-an, yang mulai diperkenalkan di Negara Swedia.

(47)

31

dan jalan raya. Metode ini merupakan bentuk latihan yang sangat baik untuk meningkatkan daya tahan hampir pada semua cabang olahraga. Menurut (Sukadiyanto, 2011) ada dua macam latihan fartlek yaitu fartlek dengan intensitas tinggi dan latihan fartlek dengan intensitas rendah. Metode latihan fartlek dengan intensitas rendah bentuknya lari dengan jalan, jogging, deselingi sprint, dan jalan secara terus menerus, sedangkan fartlek dengan intensitas tinggi hanya dilakukan dengan cara jogging yang diselingi dengan lari cepat. Sebagai contoh latihan fartlek dengan durasi 25 menit, pelaksanaannya diawali dengan jogging selama 5

menit sebagai pemanasan, diselingi lari cepat 50 meter selama 4 set, dilanjutkan jogging 7 menit, diselingi lari cepat 50 meter selama 4 set dan demikian seterusnya.

Pendapat Lutan & dkk, 2002 mengatakan fartlek merupakan variasi dari latihan interval dan latihan dilakukan dengan intensitas yang terkontrol serta fartlek juga merupakan cara melatih otot-otot yang berbeda-beda. Untuk usianya

sudah remaja pelaksanaan fartlek bisa lebih bervariasi dan lebih berat. Latihan ini merupakangabungan antara aerobic dananaerobic, dikarenakan dalam latihan ini terdiri dari jogging, jalan, dan lari cepat (sprint). Latihan ini bertujuan untuk melatih atlet dalam hal daya tahan kardiovaskuler karena olahraga bola basket senantiasa melakukan gerakan-gerakan yang memaksa kerja jantung.

(48)

32

fartlek dengan intensitas rendah. Pada saat latihan fartlek dengan intesitas rendah yaitu sprint sejauh 100 meter sistem energi yang digunakan adalah sistem energi anaerobik, dimana kekuatan yang besar dalam jangka waktu yang pendek menggunakan energi yang berasal dari ATP-PC maupun anaerobik-glikoisis, dikenal dengan sistem energi anaerobik otot berkontrasi dengan keadaan anaerobik sehingga penyediaan ATP terjadi melalui proses glikolisis anaerobik. Hal ini mengakibatkan meningkatnya kadar laktat dalam darah maupun otot. (Widiyanto, 2006). Ketika melewati bagian sprint maka dilanjutkan dengan jogging sejauh 50 meter dan jalan kaki sejauh 50 meter, dalam fase ini terjadi perubahan asam laktat. Pada saaat jumlah oksigen didalam tubuh mencukupi, maka asam laktat akan disikdasi untuk menghasilkan energi melalui metabolisme aerobik. Asam laktat diubah kembali menjadi asam piruvat. Asam piruvat ini masuk ke dalam mitokondria untuk mengalami suatu rangkaian proses oksidasi siklus krebs’s dan transport elektron untuk diubah menjadi energi (untuk resintesa

ADP+Pi), H2O, dan CO2 yang akan dipersiapkan untuk set selanjutnya

Gambar

Tabel 2.1. Tingkat Kebugaran Paru Jantun Berdasarkan Detak Jantung
Gambar 2.1 Sistem Kardiovaskuler
gambar berikut:
Gambar 2.3 Sistem Kardiovaskular
+2

Referensi

Dokumen terkait