• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBALIAN BARANG BUKTI YANG TIDAK TERKAIT DENGAN TINDAK PIDANA ASAL DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBALIAN BARANG BUKTI YANG TIDAK TERKAIT DENGAN TINDAK PIDANA ASAL DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI."

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Tindak pidana pencucian uang merupakan suatu tindak pidana lanjutan dari tindak pidana asal (predicate crime) yaitu adanya kecenderungan seseorang untuk memanipulasi jalannya uang hasil tindak pidana yang dialihkan atau bahkan dibekukan dalam bentuk asset. Karena penyidikan tindak pidana pencucian uang mengikuti jalannya uang hasil tindak pidana sehingga yang diperlukan adalah kemana jalannya uang hasil tindak pidana tersebut. Dalam tindak pidana pencucian uang yang menjadi penting yaitu mengenai asal usul harta kekayaan tersebut yang memang sulit menelusurinya dan terkadang penyidik melakukan kesalahan dalam penyitaan barang bukti dikarenakan asal usul barang yang disita sulit diidentifikasikan asalnya dan belum tentu terkait dengan tindak pidana asal. Penelusuran terkait barang bukti tidak terlalu diperhatikan dan hanya mengedepankan keamanan dari asset yang dianggap terkait dengan tindak pidana agar tidak dapat dipindah tangankan atau diperjual-belikan sampai adanya putusan hakim sehingga semua barang bukti tersebut disita oleh penyidik dan menyebabkan kerugian yang diderita oleh pemilik barang yang disita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui akibat hukum penyitaan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap barang bukti yang tidak terkait dengan tindak pidana asal dalam tindak pidana pencucian uang dan ketentuan yang dapat dikenakan kepada penyidik atas pengembalian barang bukti yang tidak terkait dengan tindak pidana asal dalam tindak pidana pencucian uang.

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan yuridis normatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah data-data yang bersifat kualitatif berdasarkan data sekunder. Sedangkan spesifikasi penelitian bersifat deskriptif analitis sehingga dapat memperoleh gambaran menyeluruh dan sistematis.

Referensi

Dokumen terkait

“Kedudukan dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ditinjau dari perspektif Hukum Ketatanegaraan”.

Lembaga Negara Dalam Masa Transisi Demokrasi (Yogyakarta: UII Press, 2007), h.. melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi. Kedua, Supervisi terhadap instansi yang

dalam hukum acara pada hukum pidana umum, karena Tindak Pidana Korupsi dan Tindak Pidana Pencucian Uang merupakan tindak pidana khusus yang dalam penanganannya membutuhkan keahlian

BAB II :KETENTUAN HUKUM ACARA PIDANA TENTANG KEWENANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM MEMBERANTAS TINDAK PIDANA KORUPSI DAN KAITANNYA DENGAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Jaksa Agung Republik Indonesia tentang Kerjasama Penegakan Hukum Dalam Rangka Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Tindak Pidana Korupsi, tanggal 27

Kewenangan dalam hal penegakan hukum melalui tindakan hukum oleh KPK diatur ber- dasarkan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Ada beberapa tambahan yang signifikan dalam undang-undang yang baru, yakni diantaranya perubahan status pengawai KPK menjadi aparatur sipil negara (ASN), penghapusan

Tindak Pidana Korupsi dan Tindak Pidana Pencucian Uang merupakan tindak pidana khusus yang dalam penanganannya membutuhkan keahlian yang khusus serta oleh penegak hukum yang khusus