ABSTRAK
Tindak pidana pencucian uang merupakan suatu tindak pidana lanjutan dari tindak pidana asal (predicate crime) yaitu adanya kecenderungan seseorang untuk memanipulasi jalannya uang hasil tindak pidana yang dialihkan atau bahkan dibekukan dalam bentuk asset. Karena penyidikan tindak pidana pencucian uang mengikuti jalannya uang hasil tindak pidana sehingga yang diperlukan adalah kemana jalannya uang hasil tindak pidana tersebut. Dalam tindak pidana pencucian uang yang menjadi penting yaitu mengenai asal usul harta kekayaan tersebut yang memang sulit menelusurinya dan terkadang penyidik melakukan kesalahan dalam penyitaan barang bukti dikarenakan asal usul barang yang disita sulit diidentifikasikan asalnya dan belum tentu terkait dengan tindak pidana asal. Penelusuran terkait barang bukti tidak terlalu diperhatikan dan hanya mengedepankan keamanan dari asset yang dianggap terkait dengan tindak pidana agar tidak dapat dipindah tangankan atau diperjual-belikan sampai adanya putusan hakim sehingga semua barang bukti tersebut disita oleh penyidik dan menyebabkan kerugian yang diderita oleh pemilik barang yang disita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui akibat hukum penyitaan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap barang bukti yang tidak terkait dengan tindak pidana asal dalam tindak pidana pencucian uang dan ketentuan yang dapat dikenakan kepada penyidik atas pengembalian barang bukti yang tidak terkait dengan tindak pidana asal dalam tindak pidana pencucian uang.
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan yuridis normatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah data-data yang bersifat kualitatif berdasarkan data sekunder. Sedangkan spesifikasi penelitian bersifat deskriptif analitis sehingga dapat memperoleh gambaran menyeluruh dan sistematis.