• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perempuan dalam Menopang Keberlanjutan Hidup Rumah Tangga di Kelurahan Kumpulrejo Kota Salatiga T1 352010003 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perempuan dalam Menopang Keberlanjutan Hidup Rumah Tangga di Kelurahan Kumpulrejo Kota Salatiga T1 352010003 BAB II"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

8

BAB II

KERANGKA TEORITIK

2.1 Gender dan Pembangunan

Pembangunan adalah usaha mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang dilakukan secara terencana untuk memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup serta meningkatkan kualitas manusia (Oetama, 2001: 280, Ali, 2009:48).

Untuk mengejar ketinggalan suatu negara diterapkan konsep pembangunan yang disebut paradigma pertumbuhan atau disebut Growth Paradigm dalam rangka peningkatan pendapatan masyarakat dan pertumbuhan pendapatan nasional. Pada awalnya, pembangunan difokuskan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pelaksanaan pembangunan pada negara berkembang dengan strategi pertumbuhan ekonomi, ternyata sasaran peningkatan GNP tidak menjamin distribusi pendapatan nasional dan harapan “trickle down effect”, bahkan tidak menguntungkan sekelompok masyarakat miskin. Pengamatan para ahli sosial ekonomi, khususnya hasil penelitian pada negara berkembang yang dilakukan Dudley Seers (1972) bahwa penerapan strategi pembangunan ekonomi pada negara berkembang mengabaikan masalah pemerataan baik berupa masalah kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan pembagian pendapatan.

Dengan pengalaman tersebut, strategi pembangunan pada negara berkembang mulai bergeser dari strategi pertumbuhan ekonomi menjadi pertumbuhan dan pemerataan pembangunan (growth and equity). Namun konsep ini masih menimbulkan masalah karena memunculkan kuatnya ketergantungan negara berkembang dari negara maju berupa pola konsumsi, investasi, bantuan luar negeri, dan pinjaman. Hasilnya dapat dirasakan, tetapi ternyata dikhawatirkan terjadi pengurasan sumberdaya alam yang mengancam kelangsungan pembangunan.

(2)

9

konsep pembangunan manusia atau Human Development. Dalam pendekatan pembangunan manusia pada negara-negara berkembang lebih dititik beratkan pada pembangunan sosial dan lingkungan agar mendukung pertumbuhan ekonomi, dengan strategi sustainable development yang dicirikan oleh:

a. Pembangunan yang berdimensi pelayanan sosial dan diarahkan pada kelompok sasaran melalui pemenuhan kebutuhan pokok berupa pelayanan sosial di sektor kesehatan dan gizi, sanitasi, pendidikan, dan pendapatan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

b. Pembangunan yang ditujukan pada pembangunan sosial seperti mewujudkan keadilan, pemerataan dan peningkatan budaya, serta menciptakan kedamaian.

c. Pembangunan yang diorientasikan pada manusia untuk berbuat (subjek pembangunan) melalui people-centered development dan promote the empowerment people (United Nation Center for Regional Development:1990)

Salah satu metode yang umum digunakan dalam menilai pengaruh pembangunan terhadap kesejahteraan masyarakat adalah dengan mempelajari distribusi pendapatan. Selain distribusi pendapatan, dampak dan hasil pembangunan juga dapat diukur dengan melihat tingkat kemiskinan (poverty) di suatu negara (Wirihatnolo, 2007: 67). Di sisi lain Darwin (2001:255) menganggap bahwa persoalan mendasar dalam pembangunan adalah adanya hubungan gender yang tidak adil.

(3)

10

dalam kurun waktu tertentu. (Fakih, 2012: 8, Jackson dan Jones, 2009: 228).

Perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan memberikan indikasi dan implikasi bahwa di antara kedua jenis kelamin tersebut memiliki peran dan tugas yang berbeda dalam kehidupan. Hal ini akan lebih terasa bila diterapkan dalam kegiatan produktif yang lebih luas, tidak hanya dalam rumah tangga tetapi juga di masyarakat dalam rangka melaksanakan pembangunan (Haryati, 2014: 27).

Meskipun kajian pengembangan masyarakat sebagian besar dihubungkan dengan permasalahan masyarakat di lingkungan sosial dan pelayanan masyarakat (Kenny 1999:3), selama lebih dari dua dekade pendekatan yang berbasis pengembangan masyarakat untuk mengentaskan kemiskinan semakin menjadi perhatian (Bank Dunia 2002a). Sangat wajar kemudian, pengembangan masyarakat lebih difokuskan pada pemenuhan kebutuhan dasar seperti makanan, kesehatan, infrastruktur, ketenaga-kerjaan dan pendidikan bagi penduduk miskin (Adi 2003:221).

Satu-satunya pendekatan terhadap perempuan dalam pembangunan yang melihat semua aspek kehidupan perempuan dan semua kerja yang dilakukan perempuan kerja produktif, reproduktif, privat dan publik dan menolak upaya apapun untuk menilai rendah pekerjaan mempertahankan keluarga dan rumah tangga, mulai dikenal sebagai “pemberdayaan”, atau secara lebih umum, pendekatan “Gender dan Pembangunan” (Gender and Development - GAD) terhadap perempuan dalam pembangunan.

(4)

11

Pendekatan pemberdayaan berbeda dengan pedekatan-pendekatan lainnya dalam analisanya terhadap asal, dinamika dan struktur penindasan perempuan, serta bagaimana pendekatan itu berniat mengubah posisi perempuan dunia ketiga.

Pemberdayaan lebih terkait dengan pendekatan dari bawah ke atas (bottom-up) ketimbang pendekatan dari atas ke bawah (top-down). Pendekatan ini memahami tujuan pembangunan bagi perempuan dalam pengertian kemandirian dan kekuatan internal, dan sedikit banyak lebih menekankan pada pembuatan undang-undang yang berkenaan dengan kesamaan antara laki-laki dan perempuan ketimbang pemberdayaan perempuan itu sendiri untuk berusaha mengubah dan mentransformasikan struktur yang sangat bertentangan dengan mereka seperti undang-undang perburuhan, kontrol laki-laki atas tubuh dan hak reproduktif perempuan, undang-undang sipil, dan hak atas kekayaan (Mosse:2007).

2.2 Gender dan Kemiskinan

Dalam perkembangannya, kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu kemiskinan absolut, kemiskinan relatif, dan kemiskinan subjektif (Sunyoto 2010: 125-127).

1. Konsep kemiskinan absolut dirumuskan dengan membuat ukuran tertentu yang konkret (a fixed yardstick). Ukuran itu lazimnya berorientasi pada kebutuhan hidup dasar minimum anggota masyarakat (sandang, pangan, papan). Masing-masing negara mempunyai batasan kemiskinan absolut yang berbeda-beda sebab kebutuhan hidup dasar masyarakat yang dipergunakan sebagai acuan memang berlainan.

(5)

12

tertentu berbeda dengan waktu yang lain. Konsep kemiskinan semacam ini lazimnya diukur berdasarkan pertimbangan (in terms of judgment) anggota masyarakat tertentu, dengan berorientasi pada derajat kelayakan hidup.

3. Konsep kemiskinan subjektif dirumuskan berdasarkan perasaan kelompok miskin itu sendiri. Konsep ini tidak mengenal a fixed yardstick, dan tidak memperhitungkan the idea of relative standard.

Menurut Ranjabar (2008:129) kemiskinan sendiri dapat disebabkan dari tiga unsur, yaitu:

1. Kemiskinan yang disebabkan oleh “handicap” badaniah ataupun mental seseorang.

2. Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam.

3. Kemiskinan buatan, yaitu buatan oleh manusia yang dari manusia dan terhadap manusia, atau lebih sering disebut dengan kemiskinan struktural.

Tantangan terhadap adanya kemiskinan penduduk yang pada umumnya berada di wilayah pedesaan, yaitu berupa tantangan yang bersifat transformasi internal dan eksternal dari masyarakat tersebut. Tantangan transformasi eksternal masyarakat yaitu:

a. Perkembangan sosial, ekonomi dan teknologi yang sering tidak menguntungkan masyarakat pedesaan bahkan banyak menimbulkan kesenjangan dan goncangan tatanan kehidupan sosial budaya dan sosial ekonomi.

(6)

13

Tantangan transformasi internal masyarakat itu sendiri adalah: a. Tekanan pertambahan penduduk yang tidak diimbangi oleh

pertumbuhan ekonomi yang memadai.

b. Keinginan untuk menghasilkan komoditi untuk sendiri dan produksi yang tidak diimbangi dengan pengetahunan dan keterampilan.

c. Dorongan (push-factor) urbanisasi untuk mendapatkan pekerjaan, pendidikan dan pemenuhan kebutuhan lainnya di perkotaan yang sarat berbagai fasilitas dibandingkan dengan fasilitas pedesaan (Supriatna: 2000).

Karena di Indonesia menggunakan konsep kemiskinan absolut dan relatif, maka terdapat indikator atau kriteria yang di gunakan sebagai acuan untuk menentukan orang miskin beberapa indikator tersebut yaitu (Supriatna 2000:124, BPS: 2014):

a. Penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri.

b. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri.

c. Tingkat pendidikan pada umunya rendah.

d. Diantara mereka berusaha relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan yang memadai.

e. Tidak memiliki tempat tinggal atau kondisi rumah tidak layak huni.

f. Berpenghasilan rendah dan tidak tetap.

g. Memiliki ART (anggota rumah tagga) penyandang kecacatan mental atau fisik tetap.

h. Janda/Duda/Lansia yang tinggal dengan: ART (anggota rumah tangga) yang tidak bekerja atau sebatang kara.

(7)

14

k. Peserta program daerah dan penerima manfaat kegiatan sosial keagamaan (zakat, santunan dll).

l. Kepesertaan program kemiskinan lainnya yang tidak termasuk dalam daftar awal.

Sunyoto (2010:128) juga menjelaskan mengenai dua perspektif yang sering digunakan untuk mendekati masalah kemiskinan, yaitu:

1. Perspektif kultural

Perspektif kultural mendekati masalah kemiskinan pada tiga tingkat analisis, yaitu individual, keluarga, dan masyarakat.

a. Pada tingkat individual, kemiskinan ditandai dengan sifat yang lazim disebut a strong feeling of marginality seperti sikap parokial, apatisme, fatalisme atau pasrah pada nasib, boros, tergantung dari inferior.

Sifat pasrah pada nasib inilah yang sering muncul pada istri dari rumah tangga miskin, baik yang bekerja maupun tidak bekerja. Mereka menyerahkan kehidupannya dan juga keberlanjutan hidupnya kepada Tuhan, dan tetap bersyukur dengan segala yang diberikan oleh Tuhan. Hal ini terjadi karena para istri menyadari bahwa kualitas SDM yang mereka miliki tidak mampu bersaing untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik.

(8)

15

juga menjadi KK miskin dan tidak mampu memiliki rumah sendiri.

Namun, tidak semua keluarga miskin yang ada di Kelurahan Kumpulrejo tinggal dalam satu rumah dengan beberapa KK. Karena Kumpulrejo merupakan daerah pedesaan, sehingga kebanyakan masyarakatnya masih memiliki lahan yang cukup untuk membangun rumah, meskipun hanya seadanya.

c. Pada tingkat masyarakat, kemiskinan terutama ditunjukkan oleh tidak teritegrasinya kaum miskin dengan institusi-institusi masyarakat secara efektif. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya pengetahuan dan informasi yang dimiliki masyarakat miskin mengenai program-program bantuan yang seharusnya dapat mereka akses. Persoalan ini di sebabkan kurangnya sosialisasi yang di berikan oleh dinas-dinas terkait kepada masyarakat.

2. Perspektif situasional

Masalah kemiskinan dilihat sebagai dampak dari sistem ekonomi yang mengutamakan akumulasi kapital dan produk-produk teknologi modern. Penetrasi kapital antara lain mengejawantah dalam program-progrm pembangunan yang dinilai lebih mengutamakan pertumbuhan (growth) dan kurang memperhatikan pemerataan hasil pembangunan.

(9)

16

subjektif mulai digunakan oleh pemerintah untuk menentukan orang yang dianggap miskin.

Berdasarkan realitas yang ada di masyarakat, saat ini banyak ditemui perempuan, dari rumah tangga miskin yang juga turut bekerja di luar rumah untuk menambah penghasilan keluarganya. Keluarga adalah sebuah organisasi yang di dalamnya bisa terdiri dari seorang suami, seorang istri, baik dengan anak atau tidak, dan mungkin masih ada orang yang lain lagi.

Keluarga sebagai sebuah organisasi, masing-masing organ menempati posisi masing-masing, bersinergi, sehingga roda organisasi itu bisa bergerak dan berfungsi. Masyarakat telah mengkonstruksi kelompok-kelompok terlentu, lengkap dengan labelnya. Pengelompokkan ini menggunakan berbagai dasar, seperti jenis kelamin, suku, ras, tingkatan sosial, profesi, dan sebagainya. Seorang pribadi yang dimasukkan dalam kotak tertentu, ia akan kehilangan jati dirinya, sebab masyarakat menggunakan ukuran untuk menilai sesuai dengan label yang dikonstruksikan (Murniati 2004:197-198).

Dibutuhkan strategi mencari mata pencaharian (livelihoods strategies) agar mampu bertahan dan mengembangkan kehidupan rumah tangganya. Carner (1984) menyatakan bahwa terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh rumah tangga miskin pedesaan, antara lain:

a. Melakukan berbagai macam pekerjaan meskipun dengan memperoleh upah yang rendah.

b. Memanfaatkan ikatan kekerabatan serta pertukaran timbal balik dalam pemberian rasa aman dan perlindungan.

c. Melakukan migrasi ke daerah lain. Biasanya migrasi desa-kota sebagai alternatif terakhir apabila sudah tidak terdapat lagi pilihan sumber pendapatan di desanya.

(10)

17

Menurut Widodo (2011), peran perempuan juga menjadi salah satu harapan dalam pengembangan strategi mata pencaharian berkelanjutan. Pemanfaatan ikatan sosial antar penduduk yang selama ini sudah mereka lakukan, perlu untuk ditingkatkan sehingga memberi peluang akses mengembangkan mata pencaharian.

Untuk mengetahui kedudukan dan peranan wanita di bidang ekonomi ada beberapa indikator yang bisa digunakan, diantaranya dengan melihat kegiatan yang dilakukan wanita dalam masyarakat, status pekerjaan, jenis pekerjaan serta lapangan usaha. Dari berbagai indikator tersebut diperoleh gambaran apakah wanita melakukan kegiatan produktif yang menghasilkan uang atau imbalan lain yang setara dengan uang (Nurhidayati, 1993).

Bagi perempuan motivasi bekerja bukanlah sekedar mengisi waktu senggang, melanjutkan karier, akan tetapi sungguh-sungguh menambah nafkah sebagai tambahan terhadap penghasilan suami, penghasilan mana tidak mencukupi, juga tidak untuk meminimum mungkin (Hadiz, 2004:18). Hal ini juga ditekankan oleh Wolfman (1993:27), bahwa mereka bekerja hanya untuk bertahan hidup, bukan untuk mendapat jabatan yang lebih tinggi, dan lagi mereka dianggap tidak mampu menduduki jabatan semacam itu.

Livelihood adalah istilah pembangunan yang menggambarkan kemampuan (capabilities), kepemilikan sumber daya (sosial dan material), dan kegiatan yang dibutuhkan seseorang/ masyarakat untuk menjalani kehidupannya (Saragih, dkk 2007).

(11)

18

didefinisikan sebagai suatu aturan dan norma sosial yang mengatur atau mempengaruhi kemampuan yang berbeda antar individu dalam memiliki, mengontrol, mengklaim atau menggunakan sumberdaya seperti penggunaan lahan di pedesaan.

Livelihood juga dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan setiap orang untuk memperoleh penghasilan, termasuk kapabilitas mereka, aset yang dapat dihitung seperti ketersediaan dan sumber daya, serta aset yang tak bisa dihitung seperti kalim, dan akses. Dengan kata lain, livelihood atau penghidupan ini dapat dipahami sebagai suatu ketahanan dalam menunjang pemulihan atau perbaikan dari goncangan atau tekanan, kemampuan memelihara atau meningkatkan aset, dan ketahanan menyediakan peluang penghidupan untuk menyokong manfaat penghidupan generasi mendatang dalam skala lokal dan dalam jangka pendek atau panjang.

Pemahaman mengenai konsep mata pencaharian (livelihood) penting dalam rangka fasilitasi bagi pihak-pihak yang melakukan kegiatan produktif atau pekerja untuk merencanakan maupun meningkatkan kontribusi pada mata pencaharian yang dimiliki para pekerja yang bersangkutan. Pemahaman mengenai konsep mata pencaharian terkait dengan hal-hal berikut:

a. Memberikan pemahaman atas elemen-elemen penting tentang mata pencaharian.

b. Memberikan kemudahan dalam merumuskan strategi yang tepat untuk penguatan mata pencaharian.

(12)

19

FAO (dalam Haryati 2014) menyatakan bahwa ada tiga elemen penting dari konsep mata pencaharian, yakni aset atau sumber, kemampuan dan kegiatan. Sumber-sumber (resources) mencakup:

a. Human capital (modal manusia) yang tercermin antara lain dari keterampilan, pengetahuan, kesehatan maupun kemampuan untuk bekerja.

b. Social capital (modal sosial) dapat berupa jaringan yang dapat dibangun dan diakses.

c. Natural capital (modal alamiah seperti lingkungan dengan segala sumber dayanya).

d. Physical capital (modal fisik) seperti lahan, ternak, bangunan dan sejenisnya.

e. Financial capital berupa uang tunai atau aset yang dapat dinilai dengan uang.

2.3 Penelitian Sebelumnya

Dalam orisinalitas penelitian menjelaskan bahwa topik penelitian yang akan dilakukan benar-benar asli dan bukan merupakan hasil jiplakan dari karya penelitian orang lain, meskipun dalam beberapa hal mempunyai kesamaan, tetapi terdapat hal lain dalam penelitian ini yang berbeda. Perbedaan inilah yang akan menunjukkan mengenai keaslian dari penelitian ini.

Tabel 2.1

Perbandingan Dengan Penelitian Sebelumnya Nama

Peneliti

Judul Tujuan Metode Hasil Penelitian

(13)

20

(14)
(15)
(16)
(17)

24

(18)

25 2.4 Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Proses pembangunan yang ada saat ini memunculkan persoalan kemiskinan yang salah satunya juga dirasakan oleh perempuan. Kemiskinan sendiri dapat di ukur dan di tentukan berdasarkaan indikator kemiskinan yang dikeluarkan oleh badan-badan yang terkait. Untuk menanggulangi persoalan kemiskinan yang mereka alami, saat ini banyak di jumpai perempuan yang bekerja di luar rumah. Namun, dalam kenyataannya indikator kemiskinan yang dikeluarkan oleh pihak terkait cukup berbeda dengan indikator kemiskinan dari perempuan. Indikator kemiskinan perempuan inilah yang berpengaruh terhadap kinerja perempuan dalam menopang keberlanjutan rumah tangganya. Perbedaan pandangan mengenai indikator kemiskinan inilah yang membuat persoalan kemiskinan di masyarakat akan terus ada dan sulit untuk diatasi.

Pembangunan Tidak Kerja di

Luar Rumah

Perempuan Kemiskinan

Indikator Kemiskinan

Perempuan Dalam Menopang Keberlanjutan

Hidup Rumah Tangga

Gambar

Tabel 2.1 Perbandingan Dengan Penelitian Sebelumnya
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Lokasi gedung Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga yang berada di.. jalan Adisucipto nomor 7 Salatiga ini memberikan kemudahan

Kebijakan Pemerintah tentang pupuk bersubsidi untuk para petani dapat terlaksana dengan baik apabila program tersebut dapat berkesinambungan dan adanya kerja sama

[r]

Setelah melakukan penelitian, telah diperoleh hasil-hasil yang telah diperoleh hasil-hasil yang telah diungkapkan dari pengaruhkelincahan, keseimbangan, koordinasi

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap pada tanah yang belum bersertifikat berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Negara

Permainan Fish Hunter Terpopuler dan Deposit Murah Agen Jakarta Selatan – Bagi anda yang tidak percaya bisa bergabung untuk membuktikan bahwa yang saya jelaskan adalah benar dan

ini adalah Untuk mendeskripsikan penerapan metode pembelajaran snowball throwing yang dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi pokok.

Hutama Karya (Persero) sebagai pengguna jasa melakukan pembayaran terhadap apa yang telah dikerjakan oleh penyedia jasa dengan jangka waktu sesuai yang telah disepakati antara para