• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Elemen Desain Interior Dalam Pembentukan Atmosfir Atrium Mall Pacific Place.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Elemen Desain Interior Dalam Pembentukan Atmosfir Atrium Mall Pacific Place."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN ELEMEN DESAIN INTERIOR DALAM PEMBENTUKAN ATMOSFIR RUANG ATRIUM MALL PACIFIC PLACE:

Analisis Terhadap Persepsi Visual

ABSTRAK

Perkembangan kota-kota besar di Indonesia, mengalami kemajuan yang cukup pesat dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan pariwisata. Kebutuhan akan gaya hidup mewah (living luxurious) dan dinamis yang menjadi tren bagi masyarakat mapan ibu kota, mendorong maraknya kehadiran mall-mall di Jakarta, khususnya high-end mall yang memiliki daya tarik tersendiri melalui desain dan konsep yang ingin ditampilkan serta menawarkan berbagai fasilitas dengan kenyamanan bagi para konsumennya akan menjadi sangat penting keberadaannya karena melalui hal-hal tersebut mall dapat menunjukkan karakter, prestige serta lifestyle dari kosumen yang menjadi pasar sasarannya. Atrium yang memiliki tema perancangan yang baik, unik serta menarik dapat menunjukkan karakter, membentuk suasana dan citra yang ingin ditampilkan oleh sebuah mall.

Dalam persaingan yang semakin ketat, masing-masing mall berusaha untuk membangun budaya, identitas dan citra yang positif untuk menarik konsumennya. Citra sebuah mall secara utuh dibentuk melalui serangkaian proses yang dijalani oleh pengunjung ketika pengunjung tersebut mengunjungi mall tersebut. Citra merupakan kesan yang ditangkap oleh seseorang melalui stimuli (rangsangan) kepada indera visual, pendengaran, rasa, penciuman dan perabaan sehingga secara total akan terbangun citra yang utuh dari obyek yang dimaksud. Citra akan ditangkap pengunjung melalui elemen-elemen perancangan mall, baik perancangan arsitektur maupun interior.

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan analisis kualitatif melalui studi literatur berupa teori elemen desain interior, dan teori persepsi serta studi lapangan berupa wawancara dengan pihak Mall Pacific Place sebagai objek penelitian. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah random sampling. Pcngunjung mall juga berperan dalam memberi pendapat melalui kuesioner karena jawaban pengunjung tersebut akan menjadi indikasi kecenderungan pendapat mereka tentang kesesuaian tema perancangan dengan citra yang terbentuk dari elemen desain interior pada Atrium Mall Pacific Place.

(2)

THE ROLE OF INTERIOR DESIGN ELEMENT IN THE SPACE ATMOSPHERE FORMATION OF THE MALL PACIFIC PLACE’S ATRIUM:

The Analysis Towards Visual Perception

THE ABSTRACT

The development of cities in Indonesia experiences rapid development in various scopes, such as in the economic, social, culture and tourism fields. Desire of luxurious and dynamic living which has emerged to be a fad of established communities in capital cities, prompted the flourishing malls presence in Jakarta, especially high-end mall which has its own distinctive charms via the design and concept which was considered as superior and also offers assorted facilities with comfort for its consumers will become very important in terms of its existence as through these points mall will shine its character, prestige and also the targeted consumers’ lifestyle. The well planned theme, unique as well as appealing atrium will exhibit its character, forming the boasted ambience and icon of a mall.

In the increasingly tight contention, every mall tries to amplify positive culture, identity and model to attract its customers. The notion of a mall collectively formed via a series of processes undergone by visitors when they frequented this mall. The image is one’s perceived impression by means of stimulus to the sight, sound, touch, smell, and taste senses which will comprehensively arouse the whole conception from the intended object. Visitors will learn the apprehension through the medium of mall’s planning elements, both the architecture and the interior planning.

This research uses the survey method with qualitative analysis through literature study in the form of interior design element theory, and the perception theory as well as field study in the form of interview with the Mall Pacific Place’s side as the research object. The used sampling technique in this research is random sampling. Mall visitors also contribute in presenting the opinions via the questionnaire because those visitors' answers will become the indication of their inclined opinion towards the compatibility of planning theme with the validated acumen from the interior design element of the Mall Pacific Place’s atrium.

(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENYATAAN LEMBAR PENGESAHAN

PRAKATA i

ABSTRAK iii

ABSTRACT iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR BAGAN xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 3

1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 3

1.3.1 Tujuan Penelitian 3

1.3.2 Kegunaan Penelitian 4

1.4 Ruang Lingkup Penelitian 4

1.5 Metode Penelitian dan Teknik Penelitian 5

1.5.1 Metode Penelitian 5

1.5.2 Teknik Penelitian 5

1.6 Konsep Pemikiran dan Langkah Penelitian 6

1.6.1 Konsep Pemikiran 6

1.6.2 Langkah Penelitian 7

(4)

BAB II ELEMEN DESAIN DAN PERSEPSI DALAM DESAIN INTERIOR 9

4.1 Kajian Mengenai Tema Atrium Mall Pacific Place ditinjau dari 73 dari pihak Management Building 4.2 Persepsi Pengunjung Terhadap Tema Perancangan Atrium Mall 86

Pacific Place 4.2.1 Karakteristik Responden 87

4.2.2 Persepsi Pengunjung Terhadap Tema Perancangan 89

ditinjau dari Elemen Desain Interior dan Elemen Pembentuk Ruang 4.3 Analisis Kesesuaian Tema Perancangan Desain Interior Atrium Mall Pacific Place dengan Persepsi Pengunjung 101

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 128

5.1 Simpulan 128

(5)
(6)
(7)
(8)

Gambar 4.3 Pola lantai pada atrium Mall Pacific Place 76

Gambar 4.26 Cahaya pada lantai lobby hotel Burj Al Arab dan atrium hotel Kempinski, Arab 109

Gambar 4.27 Warna lantai marmer pada atrium Mall Pacific Place 110

Gambar 4.28 Kesan anggun warna lantai marmer pada lantai atrium Mall Pacific Place 110 Gambar 4.29 Tekstur lantai marmer dan lantai granit 111

(9)

Gambar 4.31 Garis horizontal dan vertikal pada dinding atrium Mall Pacific Place 114

Gambar 4.32 Bentuk dinding pada atrium Mall Pacific Place 115

Gambar 4.33 Dinding atrium LuGou Shopping Mall di Dalian, China yang terkesan mewah 116

Gambar 4.34 Perbandingan skala atrium dengan skala manusia pada atrium Mall Pacific Place 117

Gambar 4.35 Jin Mao Tower dan atrium Hotel Grand Hyatt di Shanghai, China 118

Gambar 4.36 Atrium Mall Pacific Place dan atrium Shopping Mall LuGou , China 119

Gambar 4.37 Cahaya pada dinding atrium Mall Pacific Place 120

Gambar 4.38 Cahaya lampu pada atrium Hotel Grand Hyatt di Shanghai, China 121

Gambar 4.39 Langit-langit atrium Mall Pacific Place 122

Gambar 4.40 Langit-langit atrium Mall Pacific Place 123

Gambar 4.41 Dome Skylight yang berbentuk oval pada Galery of Modern Art ,Glasgow 124 Gambar 4.42 Pola dome skylight pada langit-langit atrium Mall Pacific Place 125

(10)

DAFTAR TABEL

BAB II

Tabel 2.1 Tabel faktor refleksi warna bahan permukaan bangunan 18

Tabel 2.2 Tabel efek psikologis manusia terhadap warna 21

BAB IV Tabel 4.1 Kuesioner Kesesuaian Tema Perancangan Desain Interior Atrium Mall Pacific Place dengan Persepsi Pengunjung 74

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin 87

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia 88

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pekerjaan 88

Tabel 4.5 Penerapan Tema Perancangan pada lantai sebagai elemen pembentuk ruang ditinjau dari aspek bentuk 89

Tabel 4.6 Penerapan Tema Perancangan pada dinding sebagai elemen pembentuk ruang ditinjau dari aspek bentuk 90

Tabel 4.7 Penerapan Tema Perancangan pada langit-langit sebagai elemen pembentuk ruang ditinjau dari aspek bentuk 90

Tabel 4.8 Penerapan Tema Perancangan pada lantai sebagai elemen pembentuk ruang ditinjau dari aspek warna 91

Tabel 4.9 Penerapan Tema Perancangan pada dinding sebagai elemen pembentuk ruang ditinjau dari aspek warna 92

Tabel 4.10 Penerapan Tema Perancangan pada langit-langit sebagai elemen pembentuk ruang ditinjau dari aspek warna 92

Tabel 4.11 Penerapan Tema Perancangan pada lantai sebagai elemen pembentuk ruang ditinjau dari aspek pola 93

(11)

Tabel 4.13 Penerapan Tema Perancangan pada langit-langit sebagai elemen pembentuk ruang ditinjau dari aspek pola 94 Tabel 4.14 Penerapan Tema Perancangan pada lantai sebagai elemen pembentuk ruang

ditinjau dari aspek tekstur 95

Tabel 4.15 Penerapan Tema Perancangan pada dinding sebagai elemen pembentuk ruang ditinjau dari aspek tekstur 96 Tabel 4.16 Penerapan Tema Perancangan pada langit-langit sebagai elemen pembentuk ruang ditinjau dari aspek tekstur 96 Tabel 4.17 Penerapan Tema Perancangan pada lantai sebagai elemen pembentuk ruang

ditinjau dari aspek skala 97

Tabel 4.18 Penerapan Tema Perancangan pada dinding sebagai elemen pembentuk ruang

ditinjau dari aspek skala 98

Tabel 4.19 Penerapan Tema Perancangan pada langit-langit sebagai elemen pembentuk ruang ditinjau dari aspek skala 98 Tabel 4.20 Penerapan Tema Perancangan pada lantai sebagai elemen pembentuk ruang

ditinjau dari aspek cahaya 99

Tabel 4.21 Penerapan Tema Perancangan pada dinding sebagai elemen pembentuk ruang

ditinjau dari aspek cahaya 100

Tabel 4.22 Penerapan Tema Perancangan pada langit-langit sebagai elemen pembentuk ruang ditinjau dari aspek cahaya 100 Tabel 4.23Tabel kesesuaian tema perancangan dengan persepsi pengunjung pada lantai102 Tabel 4.24 Tabel kesesuaian tema perancangan dengan persepsi pengunjung pada

dinding 113

Tabel 4.25 Tabel kesesuaian tema perancangan dengan persepsi pengunjung pada

(12)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Konsep Pemikiran 6

Bagan 1.2 Langkah Penelitian 7

Bagan 2.1 Tahap-tahap siklus proses persepsi manusia 42

Bagan 3.1 Pembagian Divisi Managemen Mall Pacific Place 46

 

(13)

BAB I PENDAHULUAN  

 

1  

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

(14)

BAB I PENDAHULUAN  

 

2  

Mall yang merupakan salah satu bangunan komersial bukan hanya sebagai tempat perbelanjaan namun sebagai tempat pemenuhan tuntutan konsumsi global hingga menjadi ruang publik (public space) yang kerap kali dikunjungi oleh para pengunjung dari berbagai kelas/ strata sosial. Berkunjung ke mall-mall hanya sekedar untuk ber-hangout, window shopping, dan mencari hiburan untuk menghilangkan kepenatan di tengah-tengah hiruk pikuknya kehidupan perkotaan telah menjadi tren dan gaya hidup (lifestyle) dari masyarakat kota.

Kebutuhan akan gaya hidup mewah (living luxurious) dan dinamis yang menjadi tren bagi masyarakat mapan ibu kota, mendorong maraknya kehadiran mall-mall di Jakarta, khususnya high-end mall, yaitu mal yang memiliki target pasar kalangan atas dan ekspatriat tentunya memiliki daya tarik tersendiri melalui konsep desain baik eksterior maupun interior bangunan yang ingin ditampilkan serta menawarkan berbagai fasilitas yang memberi kenyamanan, kemewahan bagi para konsumennya.

Sebuah mal tentunya memiliki sebuah icon/ landmark yang tercermin dari main atrium, dimana main atrium tersebut dapat menampilkan citra (image) dari sebuah mall melalui tampilan dari konsep desain, penerapan elemen desain interior (bentuk, warna, skala, pola, tekstur, dan cahaya1) dengan tepat, penggunaan material-material

yang berkualitas premium sesuai dengan target pasarnya yaitu masyarakat kalangan atas dan ekspatriat, serta suasana atau kenyamanan hati (mood) -dalam arsitektur dapat disamakan dengan “sense of place” atau ‘keterasaan sebuah ruang’ dan “ambience” dalam interior- konsumen yang dirasakan oleh pengunjung sehingga terbentuk sebuah persepsi.

      

1)

Ballast, David (1992), Interior Design Reference Manual, Proffesional Pulications., Inc, California.

(15)

BAB I PENDAHULUAN  

 

3  

Berdasarkan pernyataan di atas penulis tertarik untuk meneliti “Peranan Elemen Desain Interior Dalam Pembentukan Atmosfir Ruang Atrium Mall Pacific Place: Analisis Terhadap Persepsi Visual”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, pada penelitian ini penulis akan membahas permasalahan mengenai :

a. Tema perancangan apa yang diterapkan pada desain Atrium Mall Pacific Place? b. Bagaimanakah citra pada Atrium Mall Pacific Place ditinjau dari elemen desain

interior?

c. Apakah citra yang terbentuk dari elemen desain interior pada Atrium Mall Pacific Place sesuai dengan tema perancangan?

1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian adalah :

1. Mengetahui tema perancangan apa yang diterapkan pada desain atrium Mall Pacific Place.

2. Mengetahui pembentukan citra pada Atrium Mall Pacific Place ditinjau dari elemen desain interior.

3. Mengetahui ada tidaknya kesesuaian citra yang terbentuk dari elemen desain interior pada atriumMall Pacific Place dengan tema perancangan.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Pelaksanaan dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak : 1. Bagi Pembaca

(16)

BAB I PENDAHULUAN  

 

4  

melalui suasana yang dirasakan dari persepsi visual pengunjung. serta sebagai bahan perbandingan terhadap pengetahuan mengenai elemen desain yang didapatkan di lapangan dengan teori yang didapatkan di bangku perkualiahan.

2. Bagi Institusi

Membuka potensi untuk membina hubungan kerja sama antara Universitas Kristen Maranatha dengan Mall Pacific Place.

3. Bagi Bidang Desain Interior

Agar penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi berupa masukan yang berarti dan sumber inspirasi yang bermanfaat di kemudian hari.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis membuat batasan-batasan yang menjadi ruang lingkup penelitian dari peran elemen desain dalam pembentukan citra melalui suasana yang terasa pada atrium shopping mall dengan kasus studi Atrium Mall Pacific Place yang akan dilakukan meliputi yaitu:

a. Elemen Desain Interior

(17)

BAB I PENDAHULUAN  

 

5  

b. Persepsi Visual dalam Desain Interior

Aspek kualitas persepsi visual yang dihasilkan oleh elemen-elemen desain interior shopping mall akan mengalami beberapa tahapan proses dimana seseorang menerima sebuah rangsangan (stimulus) kemudian dicerna dalam pikirannya sehingga sampai pada tahap kepastian baik (positif) atau tidaknya (negatif) citra ruang yang terbentuk pada memori pengunjung shopping mall tersebut.

1.5 Metode Penelitian dan Teknik Penelitian

1.5.1 Metode Penelitian

Pembahasan masalah dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian survei untuk memperoleh data berupa fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah penelitian sehingga diperoleh informasi yang dapat dianalisis menggunakan analisis faktor dengan tabulasi yaitu membahas faktor-faktor pada elemen desain interior yang dianalisis kesesuaiannya antara tema perancangan dan citra yang terbentuk melalui persepsi pengunjung

1.5.2 Teknik Penelitian

(18)

BAB I PENDAHULUAN  

 

6  

1.6 Konsep Pemikiran dan Langkah Penelitian

(19)

BAB I PENDAHULUAN  

 

7  

1.6.2 Langkah Penelitian

(20)

BAB I PENDAHULUAN  

 

8  

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan, menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, ruang lingkup pembahasan, metode dan teknik penelitian, serta sistematika penyajian.

BAB II Elemen Desain dan Persepsi dalam Desain Interior, membahas tentang elemen-elemen desain yang menghasilkan konsep dan tema perancangan serta persepsi pengunjung terhadap citra pada Atrium Mall Pacific Place.

BAB III Atrium Mall Pacific Place, menjelaskan, menguraikan dan menerangkan tentang data umum Mall Pacific Place dari mulai sejarah hingga ruang lingkup kerjanya.

BAB IV Pembahasan, membahas dan menganalisis ada tidaknya kesesuaian antara tema perancangan Atrium Mall Pacific Place dengan citra yang terbentuk dari suasana yang dirasakan oleh pengunjung melalui penerapan elemen desain pada AtriumMall Pacific Place.

(21)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN  

 

128  

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab sebelumnya penulis telah melakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan, maka pada bab terakhir ini penulis akan menyimpulkan hasil dari penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, serta memberikan saran-saran yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dari kajian yang telah dibahas pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu:

(22)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Penggunaan kombinasi warna-warna yang tepat pada dinding atrium memberikan kesan anggun pada ruang atrium tersebut.

- Luxury (mewah)

Kesan mewah terlihat pada lantai atrium Mall Pacific Place yang berbentuk oval karena bentuk tersebut yang sering digunakan dan bahkan menjadi ciri khas dari bangunan-bangunan/ arsitektur mewah pada jaman Barok (Baroque) yang beraliran Eropa klasik dan berkembang pada abad XVII di Italia.

- Romance (romantis)

Pendaran yang berasal dari pencahayaan alami yang masuk melalui dome skylight berupa garis-garis linier yang terkesan feminin, memberikan efek dramatis yang terkesan romantis/ romance pada ruang atrium.

- A place with difference (konsep hotel)

Kesan mewah terlihat pada bagian dinding atrium yang menggunakan cahaya lampu temaram berupa lampu bertemperatur rendah dengan warna kuning yang banyak digunakan pada bangunan-bangunan yang ingin menampilkan kesan mewah.

(23)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN  

 

130  

c. Penerapan elemen desain interior pada elemen pembentuk ruang mengalami kesesuaian dengan tema perancangan sebesar 72%, sedangkan sebesar 28% mengalami ketidaksesuaian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa citra yang terbentuk dari elemen desain interior pada atrium Mall Pacific Place sesuai dengan tema perancangan.

Selain menjawab apa yang menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian seperti yang telah dibahas sebelumnya, masih terdapat temuan-temuan lainnya, yaitu sebagai berikut:

- Kesan luxury (mewah) dan elegance (anggun) merupakan bagian dari tema perancangan yang ingin ditampilkan pada atrium Mall Pacific Place di samping kesan romance dan a place with difference. Kata luxury dan elegance memiliki definisi yang hampir sama sehingga memberikan pengertian yang berkesan rancu.

- Bentuk ruang yang monumental dapat memberikan kesan mewah melalui perbandingan skalanya. Seperti kesan mewah yang tampak pada skala dinding atrium yang memiliki perbandingan ketinggian sebesar 33 kali dari tinggi badan manusia. Skala tersebut merupakan perbandingan ketinggian dinding atrium yang cukup fantastis (55m) dengan skala manusia pada masyarakat asia yang memiliki ketinggian rata-rata berkisar antara 155-175 cm.

(24)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN  

 

131  

5.2 Saran

Setelah penulis menarik kesimpulan dari data-data yang diperoleh dari hasil penelitian, maka penulis bermaksud untuk memberikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi Mall Pacific Place.

Terdapat beberapa saran yang dapat dijadikan masukan-masukan, yaitu:

- Melakukan pendefinisian kembali terhadap citra kesan mewah/ luxury dan anggun/ elegance pada tema perancangan agar kedua tema perancangan tersebut tidak memberikan pengertian yang terkesan rancu.

- Membuat as build drawing agar dapat membantu dalam pemahaman tema perancangan dengan lebih komprehensif. Walaupun gambar tidak dapat dirasakan secara langsung oleh indra namun tema perancangan tetap memerlukan interpretasi.

- Pembuatan konsep melalui tema perancangan harus lebih diperhatikan oleh pihak perancang karena pembuatan konsep yang kurang jelas membuat para pengunjung tidak dapat merasakan citra yang ingin disampaikan.

- Mengingat mal merupakan bangunan komersial dengan fungsi publik, maka sebelum memulai tahap perancangan sebaiknya dilaksanakan studi kelayakan (feasibility study) terlebih dahulu berupa survei pendahuluan agar kesan pengunjung dapat tersampaikan melalui tema perancangan.

(25)

 

DAFTAR PUSTAKA

Abercrombie, Stanley (1990), A Phisophy of Interior Design. Albert. O. Haise, The use of color in interiors, 2nd edition.

Altman, Irwin & Chemers, Martin.1984. Culture and Environment, California: Brooks/ Cole Publishing Company.

Altman, Irwin .1987. Handbook of Environmental psychology (Volume 1).Canada:John Wiley & Sons, Inc.

Ballast, David (1992), Interior Design Reference Manual, Proffesional Pulications., Inc, California.

Berry, John W., Poortinga, Y.H., Segall, Marshall H. dan Dasen, Pierre R. 1992. Cross Cultural Psycology. Camridge: Camridge University Press.

Birren, Faber (1969), Light, Color, and Environment, Van Nostrand Reinhold, New York. D.K Ching, Francis, Ilustrasi Desain Interior, Erlangga, 1996

D.K Ching, Francis, Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Tatanan, edisi kedua, Erlangga, 1996 Griya Asri, Indonesia Shopping Centers, Griya Asri Prima, Jakarta, 2006

John M. Echols & Hasan Sadili, Kamus Inggris-Indonesia, Cornell University, 1975) Lam, William M.C., edited by Christopher Hugh Ripman (1977), Perception and Lighting as Fomgivers for Architecture, Mc Graw-Hill Company, USA

Mandala, Ariani, Skripsi “Pengaruh Pencahayaan Buatan Dalam Menciptakan Suasana Interior Pada Embargo Coffeebar dan Saint Cinnamon Cafe”, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.

Samuels, MM.D & Samuels, Nancy (1975), Seeing the Mind’s Eye:History Techniques and Uses of Visualization, A Random House, NY, dikutip dari Wardono, Prabu tesis.

Santen, van Christa & Hansen, A.J., 1985. Licht in de Architectuur. Amsterdam: J.H. De Bussy bv

(26)

 

Secord, P.F & Backman, C. W. 1964. Social Psycology. New York: Mc GrawHill Book Company.

Sumalyo, Yulianto, Arsitektur Klasik Eropa, cetakan pertama, Gadjah Mada Univeristy Press, Yogyakarta, 2003.

Referensi

Dokumen terkait