ABSTRAK
PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH) BERBASIS PERMAINAN ANAK KELAS 1 SD PADA
SUBTEMA “KEGIATAN SORE HARI”
Kus Pancarini Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini berawal dari penerapan kurikulum 2013. Peneliti melakukan wawancara kepada 12 guru di 5 Sekolah Dasar dan mendapatkan data jika guru memerlukan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). Peneliti juga melakukan wawancara kepada 5 siswa di 5 Sekolah Dasar dan mendapatkan data jika siswa memerlukan kegiatan pembelajaran yang mengakomodasi metode permainan. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan yang berjudul Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Harian (RPPH) Berbasis Permainan Anak Kelas I SD pada Subtema “Kegiatan
Sore Hari”.
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan atau R&D yang mengadopsi model pengembangan menurut Borg & Gall dan model pengembangan menurut Sugiyono yang dimodifikasi menjadi lima tahapan. Lima tahapan tersebut meliputi: (1) Studi pendahuluan yaitu kajian kepustakaan dan analisis data. (2) Pembuatan produk yaitu pembuatan RPPH berbasis permainan anak kelas 1
subtema “kegiatan sore hari”. (3) Validasi poduk dilakukan oleh 12 validator.
Hasil validasi mendapatkan skor rata-rata produk sebesar 94,4 dari skala 100 yang
menunjukkan kualitas “Amat Baik”. (4) Instrumentasi uji coba terbatas yaitu menyusun pengembangan instrumen kuesioner tanggapan siswa, instrumen pedoman wawancara terhadap guru, dan instrumen tes sebagai pretest dan
posttest. (5) Uji coba terbatas yaitu mengujicobakan RPPH secara terbatas yang dilakukan di SDN J. Hasil ujicoba terbatas menunjukkan bahwa penerapan RPPH berbasis permainan anak berdampak pada naiknya hasil belajar peserta didik dengan persentase sebesar 58%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran berupa RPPH berbasis permainan anak dapat membuat guru terbantu dalam menyusun RPPH. Siswa juga tertarik dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode permainan anak.
Kata kunci: Research and Development, RPPH, Permainan Anak, Subtema
ABSTRACT
THE CONSTRUCTION OF DAILY LESSON PLAN (RPPH) BASED ON CHILDREN GAMES FOR THE FIRST GRADE OF ELEMENTARY
SCHOOL ON “EVENING ACTIVITY” SUBTHEME
Kus Pancarini Sanata Dharma University
2015
This study started with the implementation of 2013 curriculum. The author interviewed 12 teachers in 5 elementary schools and discovered that teachers required Daily lesson Plan (RPPH). The author also interviewed 5 students in 5 elementary schools and discovered that students required lessons which accommodate game method. Therefore, the author was compelled to conduct a development research titled The Construction Of Daily Lesson Plan (RPPH) Based on Children Games for The First Grade of Elementary School on “Evening Activity” Subtheme.
This study was a development research or R&D which adopted Borg &
Gall’s development model and Sugiyono’s development model which were
modified into five stages. The five stages were: (1) Preliminary study which was literature study and data analysis. (2) Product making which was Construction Of Daily Lesson Plan (RPPH) based on children games for the first grade on
“evening activity” subtheme. (3) Product validation by 12 validators and produced a average score of 94,4 out of 100 which showed “Very Good” quality. (4) Instrumentation of limited trial which was making student questionnaire instrument, interview guide instrument for teachers, and pretest and posttest instruments. (5) Limited trial by conducting limited Daily Lesson Plan (RPPH) test in SDN J. The result of limited trial showed that the implementation of Daily Lesson Plan (RPPH) based on children games increase students’ learning outcome by 58%.
Research result showed that RPPH based on children games helped teachers in Daily Lesson Plan (RPPH). Students were also interested and excited to follow lessons which used children games method.
HARIAN (RPPH) BERBASIS
PERMAINAN ANAK KELAS 1 SD PADA SUBTEMA
“KEGIATAN SORE HARI”
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Kus Pancarini
NIM : 111134173
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH) BERBASIS
PERMAINAN ANAK KELAS 1 SD PADA SUBTEMA
“KEGIATAN
SORE HARI”
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Kus Pancarini
NIM : 111134173
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsiinikupersembahkanuntuk:
1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran untuk skripsi ini.
2. Orangtuaku, Alm. Muh Yasir dan Almh. Ngatinah yang telah tenang di surga.
3. Suamiku, Andi Eka Prasetyo dan anakku, Avicky Rezky Ramadhan yang selalu menjadi semangatku sepanjang hari.
v
MOTTO
Satu bata demi satu bata, lama-lama akan menjadi rumah.
-Mario Teguh-
Ana mangsane wong arep seneng iku susah ndhisik,
Wong arep mulyo iku rekasa dhisik.
-Melco Kodok Pesong-
Kesabaran, ketabahan, dan usaha yang tulus
Pasti akan membuahkan hasil yang indah
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 15 Januari 2015 Yang menyatakan
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Kus Pancarini
Nomor Mahasiswa : 111134173
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH) BERBASIS PERMAINAN ANAK KELAS I SD PADA SUBTEMA “KEGIATAN SORE HARI”
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu izin dari saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 23 Januari 2015 Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH) BERBASIS PERMAINAN ANAK KELAS 1 SD PADA
SUBTEMA “KEGIATAN SORE HARI”
Kus Pancarini Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini berawal dari penerapan kurikulum 2013. Peneliti melakukan wawancara kepada 12 guru di 5 Sekolah Dasar dan mendapatkan data jika guru memerlukan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). Peneliti juga melakukan wawancara kepada 5 siswa di 5 Sekolah Dasar dan mendapatkan data jika siswa memerlukan kegiatan pembelajaran yang mengakomodasi metode permainan. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan yang berjudul Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Harian (RPPH) Berbasis Permainan Anak Kelas I SD pada Subtema “Kegiatan Sore Hari”.
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan atau R&D yang mengadopsi model pengembangan menurut Borg & Gall dan model pengembangan menurut Sugiyono yang dimodifikasi menjadi lima tahapan. Lima tahapan tersebut meliputi: (1) Studi pendahuluan yaitu kajian kepustakaan dan analisis data. (2) Pembuatan produk yaitu pembuatan RPPH berbasis permainan anak kelas 1 subtema “kegiatan sore hari”. (3) Validasi poduk dilakukan oleh 12 validator. Hasil validasi mendapatkan skor rata-rata produk sebesar 94,4 dari skala 100 yang
menunjukkan kualitas “Amat Baik”. (4) Instrumentasi uji coba terbatas yaitu menyusun pengembangan instrumen kuesioner tanggapan siswa, instrumen pedoman wawancara terhadap guru, dan instrumen tes sebagai pretest dan
posttest. (5) Uji coba terbatas yaitu mengujicobakan RPPH secara terbatas yang dilakukan di SDN J. Hasil ujicoba terbatas menunjukkan bahwa penerapan RPPH berbasis permainan anak berdampak pada naiknya hasil belajar peserta didik dengan persentase sebesar 58%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran berupa RPPH berbasis permainan anak dapat membuat guru terbantu dalam menyusun RPPH. Siswa juga tertarik dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode permainan anak.
Kata kunci: Research and Development, RPPH, Permainan Anak, Subtema
ix
ABSTRACT
THE CONSTRUCTION OF DAILY LESSON PLAN (RPPH) BASED ON CHILDREN GAMES FOR THE FIRST GRADE OF ELEMENTARY
SCHOOL ON “EVENING ACTIVITY” SUBTHEME
Kus Pancarini Sanata Dharma University
2015
This study started with the implementation of 2013 curriculum. The author interviewed 12 teachers in 5 elementary schools and discovered that teachers required Daily lesson Plan (RPPH). The author also interviewed 5 students in 5 elementary schools and discovered that students required lessons which accommodate game method. Therefore, the author was compelled to conduct a development research titled The Construction Of Daily Lesson Plan (RPPH) Based on Children Games for The First Grade of Elementary School on “Evening Activity” Subtheme.
This study was a development research or R&D which adopted Borg &
Gall’s development model and Sugiyono’s development model which were
modified into five stages. The five stages were: (1) Preliminary study which was literature study and data analysis. (2) Product making which was Construction Of Daily Lesson Plan (RPPH) based on children games for the first grade on
“evening activity” subtheme. (3) Product validation by 12 validators and produced a average score of 94,4 out of 100 which showed “Very Good” quality. (4) Instrumentation of limited trial which was making student questionnaire instrument, interview guide instrument for teachers, and pretest and posttest instruments. (5) Limited trial by conducting limited Daily Lesson Plan (RPPH) test in SDN J. The result of limited trial showed that the implementation of Daily Lesson Plan (RPPH) based on children games increase students’ learning outcome by 58%.
Research result showed that RPPH based on children games helped teachers in Daily Lesson Plan (RPPH). Students were also interested and excited to follow lessons which used children games method.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, atas segala
berkatan dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
HARIAN (RPPH) BERBASIS PERMAINAN ANAK KELAS 1 SD PADA SUBTEMA KEGIATAN SORE HARI” ini tepat pada waktunya.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik berkat adanya bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai
pihak. Karena itu, pekenankanlah penelitian menyampaikan ucapan terima kasih
dengan setulus hati kepada :
1. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Wakil Kepala Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
4. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum. dosen pembimbing 1 yang telah
membantu dan mendukung demi kelancaran skripsi tentang penyusunan
RPPH berbasis permainan anak.
5. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. dosen pembimbing II yang
membimbing skripsi tentang penyusunan RPPH berbasis permainan anak
dengan sabar.
6. E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D. dosen yang telah membimbing peneliti
dengan penuh kesabaran dari awal penulisan skripsi hingga selesai.
7. Para ahli dari Universitas Sanata Dharma, Universitas PGRI Yogyakarta,
Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Ahmad Dahlan yang telah
berkenan menvalidasi.
8. Kepala SDN J yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian
9. Wali kelas IB SDN J yang telah membimbing, mengarahkan, dan membantu
dalam pelaksanaan penelitian.
xi
11.Kakak tersayangku yang bernama Kus Haryati, Usmiyati, Ushandoyo,
Usmanto, Sudiyono, Wanto, Marni, dan Sudarni.
12.Teman-teman penelitian kolaboratif: Cornel, Boni, Eka, Erlin, Vita, Dias,
Evan, Cahya, Mentari, Tere, Lely, Vian, Frida, dan Ari.
13.Sahabat yang bernama Nida, Wulan, dan Ambar.
14.Teman-teman PGSD angkatan 2011.
15.Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat peneliti sebut satu per
satu.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk
dunia pendidikan dan digunakan sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, 15 Januari 2015
Peneliti,
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
1.2Identifikasi Masalah ... 9
1.3Batasan Masalah... 10
1.4Rumusan Masalah ... 10
1.5Tujuan Penelitian ... 11
1.6Manfaat Penelitian ... 11
1.7Spesifikasi Produk ... 12
1.8Definisi Operasional... 13
BAB II LANDASAN TEORI ... 16
2.1Teori yang Mendukung ... 16
2.1.1 Teori Belajar... 16
2.1.2 Teori Belajar Konstruktivisme ... 17
xiii
Halaman
2.1.4 Sejarah Kurikulum ... 22
2.1.5 Kurikulum 2013 ... 29
2.1.6 Desain Pembelajaran ... 39
2.1.7 Pembagian Materi ... 48
2.1.8 Permainan Anak ... 49
2.2Hasil Penelitian yang Relevan ... 56
2.3Kerangka Berpikir ... 62
2.4Pertanyaan Penelitian ... 64
BAB III METODE PENELITIAN... 66
3.1Jenis Penelitian ... 66
3.2Setting Penelitian ... 67
3.3Prosedur Pengembangan ... 68
3.4Teknik Pengumpulan Data ... 78
3.4.1 Kuesioner ... 78
3.4.2 Observasi ... 79
3.4.3 Wawancara ... 79
3.4.4 Dokumentasi ... 81
3.5Instrumen Penelitian Data ... 81
3.5.1 Lembar Kuesioner ... 82
3.5.2 Pedoman Wawancara ... 83
3.5.3 Pedoman Observasi ... 87
3.5.4 Dokumentasi ... 87
3.6Validitas dan Reliabilitas ... 90
3.6.1 Reliabilitas Instrumen ... 93
3.7Ringkasan Instrumen Penelitian ... 95
3.8Teknik Analisis Data ... 96
3.8.1 Tahap Pendahuluan ... 96
3.8.2 Tahap Pengembangan ... 100
3.8.3 Tahap Validasi ... 101
xiv
Halaman
3.8.5 Tahap Uji Coba Terbatas ... 106
3.9Jadwal Penelitian ... 109
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 110
4.1Hasil Penelitian ... 110
4.1.1 Rumusan Masalah Penelitian ... 110
4.1.2 Pertanyaan Penelitian ... 111
4.2 Pembahasan ... 160
BAB V PENUTUP ... 170
5.1Kesimpulan ... 170
5.2Keterbatasan Pengembangan ... 172
5.3Saran ... 173
DAFTAR REFERENSI ... 174
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1 Masalah Guru Kelas 1 Terkait Implementasi Kurikulum 2013 ... 4
1.2 Analisis Kebutuhan Siswa Kelas 1 SD ... 5
3.1 Kisi-Kisi Penilaian Silabus ... 82
3.2 Kisi-Kisi Penilaian RPPH Guru ... 82
3.3 Kisi-Kisi Wawancara Analisis Kebutuhan Guru ... 84
3.4 Kisi-Kisi Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa ... 85
3.5 Kisi-Kisi Topik Diskusi dalam Focus Group Discussion ... 85
3.6 Kisi-Kisi Wawancara Hasil Uji Coba Terbatas Guru ... 86
3.7 Kisi-Kisi Kuesioner Siswa ... 86
3.8 Kisi-Kisi Observasi Praktik Mengajar Guru Di Kelas ... 87
3.9 Kisi-Kisi Soal Tes ... 89
3.10 Ringkasan Validitas Instrumentasi Penelitian ... 90
3.11 Koefisien Reliabilitas ... 94
3.12 Reliabilitas Soal Tes ... 95
3.13 Ringkasan Instrumentasi Penelitian ... 95
3.14 Kriteria Peringkat Kualitas Praktik Mengajar Guru... 98
3.15 Kriteria Peringkat Kualitas RPPH Guru ... 100
3.16 Kriteria Peringkat Kualitas RPPH ... 103
3.17 Kriteria Peringkat Kualitas Kuesioner Siswa ... 104
3.18 Kualifikasi Nilai ... 108
3.19 Jadwal Penelitian ... 109
4.1 Hasil Wawancara Guru ... 115
4.2 Hasil Wawancara Siswa ... 117
4.3 Hasil Observasi ... 118
4.4 Kriteria Penilaian Observasi ... 119
4.5 Hasil Pengumpulan Data Kuesioner Penilaian Silabus ... 120
4.6 Kriteria Penilaian Silabus ... 121
4.7 Hasil Pengumpulan Data Kuesioner Penilaian RPPH ... 122
xvi
Halaman
4.9 Hasil Focus Group Discussion... 125
4.10 Kriteria Kualitas Produk ... 129
4.11 Rekapitulasi Validasi Kuantitatif Pembelajaran 1 ... 130
4.12 Rekapitulasi Validasi Kualitatif Pembelajaran 1 ... 132
4.13 Rekapitulasi Validasi Kuantitatif Pembelajaran 2 ... 132
4.14 Rekapitulasi Validasi Kualitatif Pembelajaran 2 ... 134
4.15 Rekapitulasi Validasi Kuantitatif Pembelajaran 3 ... 135
4.16 Rekapitulasi Validasi Kualitatif Pembelajaran 3 ... 137
4.17 Rekapitulasi Validasi Kuantitatif Pembelajaran 4 ... 137
4.18 Rekapitulasi Validasi Kualitatif Pembelajaran 4 ... 139
4.19 Rekapitulasi Validasi Kuantitatif Pembelajaran 5 ... 140
4.20 Rekapitulasi Validasi Kualitatif Pembelajaran 5 ... 142
4.21 Rekapitulasi Validasi Kuantitatif Pembelajaran 6 ... 142
4.22 Rekapitulasi Validasi Kualitatif Pembelajaran 6 ... 144
4.23 Rekapitulasi Nilai ... 145
4.24 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Tes ... 148
4.25 Kisi-Kisi Soal ... 150
4.26 Uji Reliabilitas Soal ... 151
4.27 Kriteria Koefisien Reliabilitas... 151
4.28 Jadwal Pelaksanaan Uji Coba ... 152
4.29 Daftar Nilai Siswa ... 156
4.30 Hasil Kuesioner Siswa ... 159
xvii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Bagan Literature Map ... 61
3.1 Bagan Langkah Penelitian Pengembangan Menurut Sugiyono ... 69
3.2 Bagan Langkah Pengembangan Produk Menurut Borg dan Gall ... 70
3.3 Bagan Tahap Penelitian Pengembangan ... 73
3.4 Rumus Menghitung Validitas Soal ... 93
3.5 Rumus Uji Reliabilitas ... 94
3.6 Rumus Perhitungan Observasi ... 98
3.7 Perhitungan Skor Maksimal Silabus Guru ... 99
3.8 Rumus Penskoran Nilai RPPH ... 99
3.9 Rumus Penskoranvalidasi RPPH ... 102
3.10 Rumus Perhitungan Skor Rata-Rata... 102
3.11 Rumus Skor Validasi Instrumen Kuesioner Pendapat Siswa ... 104
3.12 Rumus Penskoran Pretest Dan Posttest ... 105
3.13 Rumus Rata-Rata Hasil Pretest Dan Posttest ... 107
3.14 Rumus Peningkatan Nilai Pretest Dan Posttest ... 107
3.15 Kriteria Skala Kuesioner Siswa ... 108
4.1 Hasil Perhitungan Penilaian Silabus ... 121
4.2 Rumus Perhitungan Validasi RPPH ... 129
4.3 Perolehan Nilai Akhir RPPH Pembelajaran 1 ... 131
4.4 Perolehan Nilai Akhir RPPH Pembelajaran 2 ... 134
4.5 Perolehan Nilai Akhir RPPH Pembelajaran 3 ... 136
4.6 Perolehan Nilai Akhir RPPH Pembelajaran 4 ... 138
4.7 Perolehan Nilai Akhir RPPH Pembelajaran 5 ... 141
4.8 Perolehan Nilai Akhir RPPH Pembelajaran 6 ... 144
4.9 Rumus Menghitung Kenaikan Hasil Belajar... 156
4.10 Diagram Presentase Pretest Dan Posttest ... 157
4.11 Diagram Rerata Hasil Pretest Dan Posttest ... 158
4.12 Kegiatan Membuat “Layangan” ... 164
4.13 Kegiatan Bermain “Layung” ... 166
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 178
Lampiran 2 Hasil Pengumpulan Data ... 181
Lampiran 3 Hasil Validasi RPPH Oleh Ahli... 198
Lampiran 4 Soal Validasi ... 253
Lampiran 5 Hasil Validasi ... 259
Lampiran 6 Hasil Pretest Dan Posttest ... 261
Lampiran 7 Hasil Kuesioner Siswa ... 268
Lampiran 8 Foto-Foto Uji Coba Terbatas ... 270
1 BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan menguraikan beberapa hal tentang pendahuluan yang
digunakan untuk menemukan masalah di lapangan. Pendahuluan pada bab ini terdiri
dari 8 bagian yaitu (1) latar belakang masalah; (2) identifikasi masalah; (3)
pembatasan masalah; (4) rumusan masalah; (5) tujuan masalah; (6) manfaat
penelitian; (7) spesifikasi produk; dan (8) definisi operasional.
1.1 Latar Belakang
Pemerintah memberikan kesempatan pendidikan pada anak-anak untuk mengikuti
wajib belajar 12 tahun dari jenjang SD, SMP, SMA/SMK. Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 berpendapat bahwa pendidikan merupakan upaya yang terencana
terhadap proses pembelajaran individu agar berkembang menjadi manusia yang
mandiri, bertanggung jawab, berilmu, sehat, dan berkarakter (Suyadi: 2013).
Pendidikan memiliki fungsi yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa (BNSP: 2006). Pemerintah Indonesia melakukan upaya dalam
mewujudkan fungsi dari pendidikan dengan cara menerapkan kurikulum sebagai
pedoman pembelajaran di sekolah. Kurikulum dapat diartikan sebagai komponen dari
sebuah dokumen perencanaan yang berisi tujuan, pengalaman belajar, strategi, dan
pencapaian tujuan, serta implementasi yang dirancang secara nyata (Sanjaya: 2008).
Kurikulum di Indonesia sudah mengalami 11 kali perubahan dari tahun 1945
dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan sikap,
pengetahuan (soft skill), serta keterampilan (hard skill) (Fadlilah: 2014). Kurikulum
2013 masih berbasis pada kompetensi yaitu dari aspek pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Kurikulum 2013 tetap berbasis pada kompetensi karena
penyempurnaan dari KTSP dan tindak lanjut dari Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) yang pernah diuji cobakan di tahun 2004 (Mulyasa: 2013). Kurikulum 2013
selain berbasis kompetensi juga memiliki 3 karakteristik yaitu dengan pendekatan
saintifik, pendekatan tematik terpadu, dan penilaian autentik. Kemendikbud (2014)
berpendapat bahwa pendekatan saintifik merupakan bagian proses pembelajaran yang
didalamnya terjadi proses ilmiah. Proses ilmiah terdiri dari 5M (mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan)
yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran dalam kurikulum 2013 yaitu berbasis tema atau yang
disebut pendekatan tematik terpadu. Pendekatan tematik terpadu merupakan
pendekatan dalam pembelajaran untuk memungkinkan siswa baik sendiri atau
berkelompok dapat mencari, menggali, dan menemukan konsep dari proses
pembelajaran secara aktif (Trianto: 2011). Kegiatan pembelajaran dalam pendekatan
ini mengajak siswa untuk belajar melakukan pembelajaran secara aktif agar siswa
dapat menemukan konsepnya sendiri. Proses dan hasil dari penemuan konsep akan
menjadi dasar guru untuk melakukan penilaian yang disebut penilaian autentik.
Kemendikbud (2014) berpendapat bahwa penilaian autentik bertujuan untuk
prosesnya. Faktor yang mempengaruhi prestasi siswa terhadap proses dan hasil
adalah guru. Guru perlu menyusun pembelajaran yang menarik sehingga mampu
mendapatkan siswa yang berprestasi dalam hasil maupun proses seperti yang
diharapkan pada kurikulum 2013.
Penyusun kegiatan pembelajaran dalam kurikulum 2013 adalah guru bukan dari
pemerintah lagi. Reni Marlinawati memaparkan bahwa salah satu elemen penting
dalam implementasi kurikulum adalah guru. Guru harus dipersiapkan dengan matang
untuk memahami konsep kurikulum yang akan diterapkan pada anak didiknya
(Kompas, 29 November 2013). Konsep yang dipahami secara matang akan
menghasilkan hasil yang matang juga, sehingga guru perlu persiapan secara matang
dalam implementasi kurikulum 2013 ini. Implementasi kurikulum 2013 menuntut
kreativitas guru untuk merangsang kecerdasan murid-muridnya untuk membuat siswa
lebih aktif. Guru tidak hanya mencatat dan menerangkan, tetapi harus membuat
sekolah nyaman (Kompas, 06 Maret 2014). Sejalan dengan implementasi kurikulum
2013 tampaknya persiapan untuk pelaksanaan kurikulum 2013 terlebih pada
persiapan guru tidak sesuai harapan. Fakta dilihat dari menjelang dua bulan
pelaksanaan sosialisasi kurikulum 2013 masih kedodoran di lapangan. Survei
memperlihatkan sosialisasi masih sangat minim di sejumlah wilayah. Sosialisasi baru
sebatas formalitas pada SD-SMP favorit papan atas di wilayah perkotaan. Itupun
tidak mampu menjamin pemahaman yang optimal terhadap kurikulum 2013
Kurikulum 2013 menekankan pada kreativitas pemahaman guru dalam membuat
RPPH untuk memberikan siswa pembelajaran yang menarik. Faktor kurang
optimalnya pemahaman guru tentang kurikulum yang diberlakukan maka dapat
berdampak juga pada perolehan pemahaman siswa. Pemahaman yang siswa peroleh
berasal dari kegiatan yang didapatkan dari proses pembelajaran guru dimana yang
tertuang pada RPPH. Berbeda dari kurikulum KTSP, pada kurikulum 2013 untuk
perangkat pembelajaran berupa RPPH guru menyusun sendiri sesuai dengan
kebutuhan siswa di sekolah karena guru yang lebih tau akan kebutuhan siswa. Heru
yang mengatakan bahwa jika guru dianggap pemerintah tidak mampu membuat
silabus dan perangkat mengajar lainnya bukan dibuatkan, tetapi dilatih untuk
membuat (Kompas, 11 April 2013). Pelatihan guru terkait implementasi kurikulum
2013 yang kurang optimal memungkinkan dapat menjadi kendala bagi guru untuk
menyusun perangkat pembelajaran. Masalah di atas kemudian dijadikan penelitian
lebih lanjut oleh peneliti terkait implementasi kurikulum 2013.
Peneliti melakukan pengumpulan data melalui wawancara guru dan siswa kelas 1
SD dari 5 sekolah dasar di Yogyakarta yaitu SD N N, SD K G, SD N J, SD N SB,
dan SD K BJB. Pemilihan wawancara dilakukan pada guru dan siswa kelas 1 SD
karena hasil kesepakatan dari Focus Group Discussion (FGD). Asumsi dipilihnya guru kelas 1 SD yaitu pada saat melakukan Program Pengalaman Lingkungan (PPL)
sebagian guru kelas 1 SD banyak bertanya kepada peneliti mengenai RPPH
kurikulum 2013, sehingga peneliti tertarik untuk mendalami masalah oleh guru kelas
permasalahan didapatkan dari guru kelas 1 SD. Hasil wawancara guru menunjukkan
bahwa implementasi kurikulum 2013 pada 5 SD masih terdapat kendala. Kendala
atau masalah tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1
Masalah Guru kelas 1 SD terkait implementasi kurikulum 2013
SDN N SDK G SDN J SDN SB SDK BJB
penilaian dan masih terpaku pada KTSP yang berbasis pelajaran terpisah. Kendala
lain yaitu keterlambatan buku pegangan guru dan siswa sehingga membuat guru
kesulitan dalam menyusun RPPH. Faktor utama dalam penyusunan RPPH adalah
kompetensi yang diharapkan dan materi yang akan diajarkan. Kendala guru dalam
menyusun RPPH akan berdampak pada pembelajaran yang akan diterima oleh siswa,
maka dari itu penyusunan RPPH penting untuk dipahami guru dan diaplikasikan
untuk siswa. Pentingnya RPPH diungkapkan oleh Husamah & Yanuar (2013:34)
yang menyatakan bahwa “Perencanaan pembelajaran menjadi penting karena memuat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil
disusun dengan melihat kebutuhan dari siswa. Kebutuhan siswa dilakukan peneliti
dengan wawancara siswa kelas 1 SD yang dapat dilihat pada tabel 1.2.
Tabel 1.2
Analisis kebutuhan siswa kelas 1 SD
SDN N SDK G SDN J SDN SB SDK BJB
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa siswa mempunyai permasalahan ketika
pembelajaran di kelas yaitu mengalami kebosanan, kebingungan, dan kurang
konsentrasi. Permasalahan siswa tersebut dapat diatasi dengan memberikan metode
permainan sejalan dengan keinginan dari wawancara siswa yang menunjukkan bahwa
siswa ingin bermain dengan teman dan belajar sambil bermain. Semiawan (2002)
berpendapat permainan merupakan alat bagi anak untuk menemukan apa yang belum
diketahui dan melakukan apa yang belum dapat dilakukan sehingga anak belajar
menjelajahi dunianya sendiri. Permainan akan membantu siswa untuk belajar
menemukan apa yang diperoleh dari pengalamannya sendiri dalam lingkungan, maka
permainan merupakan cara yang tepat untuk diakomodasi dalam penyusunan RPPH.
Kesimpulan dari kebutuhan siswa tersebut dapat dijadikan pengembangan dari
permasalahan guru untuk menyusun RPPH berbasis permainan anak. Permasalahan
yang ditemukan menunjukkan bahwa kebutuhan akan permainan diharapkan oleh
Guru dan siswa membutuhkan RPPH berbasis permainan anak sesuai kebutuhan
dari siswa. RPPH merupakan rencana pembelajaran dari suatu tema tertentu yang
dikembangkan lebih rinci dan mengacu pada silabus (Permendikbud: 2013). Kriteria
RPPH yang bernilai tinggi menurut Akbar (2013) yaitu rumusan tujuan pembelajaran
yang jelas, lengkap, dan logis, deskripsi materi harus jelas sesuai dengan tujuan
pembelajaran, pengelompokkan cakupan materinya jelas, sumber belajar sesuai
dengan perkembangan siswa, materi, dan lingkungan. Skenario pembelajaran (awal,
akhir, inti) harus rinci dan lengkap, langkah pembelajaran sesuai dengan tujuan,
teknik pembelajaran ada dalam langkah pembelajaran. Terakhir yaitu kelengkapan
RPPH berupa prosedur dan jenis penilaian sesuai tujuan pembelajaran. Kesimpulan
dari kriteria tersebut bahwa RPPH yang bernilai tinggi adalah RPPH yang lengkap
sesuai pedoman yang digunakan.
RPPH pada kurikulum 2013 seperti yang telah dijelaskan di atas harus memuat 3
karakteristik yaitu pendekatan saintifik, pendekatan tematik terpadu, dan penilaian
autentik. RPPH kurikulum 2013 yang disusun juga harus memuat pendidikan
karakter selain 3 karakteristik tersebut. Akbar (2013) berpendapat bahwa penyusunan
RPPH yang dilakukan guru perlu memuat pendidikan karakter dan diaplikasikan pada
pembelajaran setiap hari di kelas, seperti yang diharapkan oleh kurikulum 2013 yaitu
menyeimbangkan aspek pengetahuan dengan karakter siswa. Kemendiknas (2010)
berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang menanamkan dan
mengembangkan nilai-nilai luhur kepada siswa, yang kemudian diaplikasikan di
Pendidikan karakter penyusunan RPPH pada prinsipnya juga harus
memperhatikan karakteristik perkembangan siswa. Karakteristik perkembangan siswa
sekolah dasar sebenarnya memasuki fase senang bermain, senang bergerak, senang
bekerjasama dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara
langsung (Desmita: 2009). Fase tersebut pada dasarnya menyimpulkan bahwa siswa
lebih menyukai kegiatan bermain. Semiawan (2002) berpendapat bahwa bermain
merupakan kebutuhan bagi anak karena suatu kegiatan yang serius namun
mengasyikan. Anak akan belajar sesuai dengan tuntutan taraf perkembangannya jika
guru dapat merancang pelajaran sambil bermain. Kesimpulannya disini siswa akan
lebih menyukai permainan daripada belajar yang hanya duduk dibangku dan
mendengarkan guru menerangkan materi.
Penyusunan RPPH merupakan pekerjaan guru, walaupun demikian penelitian ini
menjadi penting karena sering RPPH tidak tersedia sebagai bagian dari materi
kurikulum. Jika tersedia sering tidak sesuai dengan kebutuhan siswa. Borg&Gall
(1983: 773) menyatakan bahwa,
“Curriculum development is often guided by a curriculum philosophy or academic disclipline rather than by the findings of empirical research. Also, the development of curriculum guides and materials does not usually involve a field-test-revise cycle. Studies by the Educational Products Information Exchange revealed that less than 1 percent of half million or so curriculum materials sold by the publishing industry have ever been field-tested with students and revised prior to publication. Increasingly, though, curriculum developers use elements of educational R & D methodology in their work. As more of these elements are
used, curriculum development approximates educational R & D.”
Pernyataan tersebut mengungkap bahwa pengembangan kurikulum sering tidak
lapangan tidak pernah melalui uji dan tahap revisi sebelum dipublikasikan.
Perkembangan kurikulum sudah menggunakan elemen dari penelitian dan
pengembangan, namun sebenarnya perkembangan kurikulum hanya mendekati
penelitian pendidikan dan pengembangan. Penelitian ini sudah mengikuti prosedur
pengembangan kurikulum dengan melakukan uji coba lapangan dan melakukan
revisi.
Uraian masalah yang diungkapkan peneliti di atas dapat disimpulkan bahwa hal
krusial yang dibutuhkan guru dan siswa adalah RPPH berbasis permainan anak.
Peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Harian (RPPH) Berbasis Permainan Anak Kelas 1 SD pada Subtema
Kegiatan Sore Hari”.
1.1Identifikasi masalah
Peneliti menemukan adanya masalah dalam pelaksanaan pembelajaran
menggunakan kurikulum 2013. Identifikasi masalah yang dihadapi oleh guru yakni:
1.1.1.Guru mengalami kesulitan dalam pembuatan RPPH kurikulum 2013.
1.1.2.Guru merasa kesulitan mengimplementasikan RPPH kurikulum 2013 dalam
proses pembelajaran.
1.1.3.Guru mengalami kesulitan dalam pemahaman dan pelaksanaan pendekatan
saintifik.
1.1.4.Guru mengalami kesulitan dalam pemahaman dan pelaksanaan pendekatan
tematik terpadu.
1.1.6.Siswa membutuhkan kegiatan pembelajaran berbasis permainan.
1.3Batasan masalah
Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti supaya terfokus pada inti
pengembangan, maka peneliti melakukan pembatasan masalah pada penyusunan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). Peneliti hanya akan membatasi
masalah pada:
1.3.1 Penyusunan RPPH akan dibatasi untuk kelas 1 SD tema 3 “Kegiatanku” subtema 3 “Kegiatan Sore Hari”.
1.3.2 Permainan yang dimasukkan dalam pembelajaran dibatasi hanya pada 3
pembelajaran yaitu permainan layang-layang pada pembelajaran kedua,
permainan layung pada pembelajaran ketiga, dan permainan cublak-cublak
suweng pada pembelajaran kelima.
1.4Rumusan masalah
Rumusan masalah diketahui dari paparan latar belakang, adapun rumusan
masalah untuk penelitian pengembangan ini yaitu “Bagaimana model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) berbasis permainan anak kelas 1 SD pada
subtema “Kegiatan Sore Hari”?”.
1.5Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk “mengetahui model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) berbasis permainan anak kelas 1 SD pada subtema
1.6Manfaat penelitian
Penelitian pengembangan ini mempunyai beberapa manfaat yaitu:
1.6.1 Peneliti
Penelitian ini menjadi pengalaman bagi peneliti mengenai penggunaan salah
satu perangkat yang dibutuhkan oleh guru yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Harian (RPPH) yang berbasis permainan anakuntuk siswa kelas I Sekolah Dasar.
1.6.2 Guru
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan contoh dalam menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang menggunakan metode
permainan anak pada kurikulum 2013.
1.6.3 Siswa
Penelitian ini diharapkan mampu membantu siswa dalam mempelajari materi
khususnya pada subtema kegiatan di sore hari dengan menggunakan permainan
layangan, permainan cublak-cublak suweng, dan permainan layung.
1.6.4 Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi contoh skripsi
pengembangan mengenai penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH) di Universitas Sanata Dharma.
1.7Spesifikasi Produk yang diharapkan
Adapun spesifikasi produk yang dikembangkan peneliti meliputi:
2. RPPH disusun berdasarkan kurikulum 2013.
3. Indikator pembelajaran pada RPPH disusun dengan menggunakan kata kerja
operasional.
4. Tujuan pembelajaran pada RPPH memuat unsure A,B,C,D (Audience,
Behavior, Condition, Degree).
5. Penelitian ini mengembangkan produk berupa RPPH berbasis permainan
tradisional yang mengakomodasikan 3 permainan yaitu permainan “layangan, layung, dan cublak-cublak suweng” pada pembelajaran 2, pembelajaran 3, dan pembelajaran 5.
6. Produk yang dikembangkan bertujuan untuk memfasilitasi guru agar mudah
dalam mendesain perangkat pembelajaran kurikulum 2013, khususnya RPPH
berbasis permainan.
7. RPPH disusun dengan menggunakan pendekatan tematik integratif, saintifik,
dan pendidikan karakter dalam prosesnya.
8. Produk yang dikembangkan memuat proses ilmiah 5M (mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi, mengomunikasikan) sebagai ciri dari
pendekatan saintifik.
9. Rubrik penilaian disusun dengan memuat diskriptor yang memudahkan guru
dalam menilai sikap spiritual, sosial, dan keterampilan.
11.RPPH yang disusun berdasarkan teori konstruktivisme, teori Vygotsky, dan
teori Piaget.
12.RPPH menggunakan Bahasa Indonesia sesuai dengan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD).
1.8Definisi Operasional
Istilah-istilah yang perlu dijelaskan dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPPH) berbasis permainan anak kelas 1 sekolah dasar pada subtema
“Kegiatan Sore Hari” adalah: 1.8.1 Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran merupakan suatu rancangan program pembelajaran
untuk membantu kebutuhan siswa dalam proses belajar. Komponen yang ada dalam
desain pembelajaran salah satunya adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH).
1.8.2 Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru sebagai penyempurnaan
kurikulum KBK yang mulai dilaksanakan bertahap pada tahun 2013 dan 2014.
Kurikulum ini identik dengan menggunakan pendekatan tematik terpadu dan
pendekatan saintifik.
1.8.3 Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik merupakan pendekatan ilmiah yang terdiri dari 5M. 5M
yang dimaksud meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
1.8.4 Pendekatan Tematik Terpadu
Pendekatan tematik terpadu merupakan pendekatan yang berbasis tema,
sehingga menyatukan beberapa muatan pembelajaran. Penyatuan muatan
pembelajaran disesuaikan dengan kompetensi yang akan dipakai.
1.8.5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
Rencana pelaksanaan pembelajaran harian adalah suatu rancangan
pembelajaran yang dikembangkan dari silabus guna membantu proses belajar
mengajar siswa. RPPH biasanya disusun sesuai kebutuhan siswa.
1.8.6 Permainan Anak
Permainan anak adalah kegiatanbermain yang biasanya dilakukan oleh anak-
anak di bawah jenjang SMP. Permainan biasanya tergolong menyenangkan dan
mengasyikan.
1.8.7 Permainan “Layangan”
Permainan “layangan” adalah permainan yang biasa dimainkan di musim kemarau dimana permainan menggunakan kerangka bambu, kertas, benang, dan
kaleng. Permainan ini termasuk permainan yang masih ada sampai saat ini.
1.8.8 Permainan “Layung”
Permainan “layung” merupakan permainan zaman dahulu yang identik dengan bola janur. Permainan menggunakan gambar 2 kotak yang besarnya
1.8.9 Permainan “Cublak-Cublak Suweng”
Permainan “cublak-cublak suweng” merupakan permainan yang menggunakan lagu saat bermain dengan menyembunyikan batu yang akan ditebak
16
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan landasan teori yang digunakan untuk memecahkan
masalah dalam penelitian. Pembahasan tentang landasan teori terdiri dari 4 bagian
yaitu (1) teori yang mendukung, (2) hasil penelitian yang relevan, (3) kerangka
berfikir, dan (4) pertanyaan penelitian.
2.1Teori yang mendukung 2.1.1 Teori belajar
Manusia dari lahir sampai akhir hayat nanti akan melakukan proses
belajar. Manusia akan belajar setiap hari ketika mendapatkan suatu ilmu dari
orang-orang disekitarnya. Belajar adalah proses manusia untuk memperoleh
pengetahuan sehingga mampu meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku
dan sikap serta mengokohkan kepribadiannya sendiri (Suyono&Hariyanto: 2012).
Teori belajar tersebut didukung oleh Burton dalam Anurrahman (2012) yang
merumuskan pengertian belajar sebagai perubahan perilaku individu melalui
komunikasi antar individu yang diperoleh dari pengalaman dilingkungannya.
Manusia secara langsung akan memperoleh hasil belajar dari kegiatan belajarnya.
Hasil belajar merupakan keterampilan baru yang diperoleh setelah melakukan
proses belajar (Supratiknya: 2012). Belajar dapat disimpulkan menjadi suatu
proses manusia dalam menghasilkan keterampilan baru untuk memperbaiki
perilaku dan memperkokoh kepribadian melalui pengetahuan dari pengalaman di
2.1.2 Teori belajar Konstruktivisme
Teori belajar dipengaruhi juga oleh teori perkembangan yaitu
behaviorisme dan konstruktivisme. Teori yang akan dipaparkan peneliti adalah
teori belajar konstruktivisme. Konstruktivisme adalah proses membangun
pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman di
lingkungannya (Suyono&Hariyanto: 2012). Konstruktivisme menyatakan bahwa
para siswa membentuk pemahaman-pemahaman mereka sendiri mengenai suatu
pengetahuan dan keterampilan (Schunk: 2012). Asumsi utama dari
konstruktivisme adalah siswa aktif mengembangkan pengetahuannya sendiri
(Schunk: 2012). Trianto (2012) berpendapat bahwa perkembangan kognitif anak
secara aktif akan membangun pemahaman pengetahuan dan realita dari
pengalaman serta komunikasi mereka sendiri. Konstruktivisme dapat disimpulkan
bahwa dari pengalaman anak akan membangun pengetahuan dan pemahamannya
sendiri. Anak akan secara aktif mencari tahu apa yang dapat diperoleh dari
pengalaman-pengalaman di lingkungannya. Teori konstruktivisme ini di dukung
oleh teori Piaget dan Vgotsky.
Teori pendukung yang pertama adalah teori Piaget. Piaget
mengungkapkan bahwa perkembangan kognitif anak akan berkembang sesuai
dengan perkembangan usianya (Suyono&Hariyanto: 2012). Anak akan
membangun sendiri bagaimana dia menanggapi lingkungannya ketika dalam
tahap-tahap perkembangannya, sehingga penting bagi seorang guru untuk
menciptakan lingkungan yang kondusif sesuai perkembangan siswanya. Jean
sensori motor (usia sejak lahir hingga usia 2 tahun), tahap pra-operasional (usia 2
sampai 7 tahun), tahap operasional konkret (usia sekitar 7 sampai 11 tahun), dan
tahap operasional formal (usia 11 tahun ke atas (Trianto: 2012). Perkembangan
berpikir anak pada setiap tahapan tidak bisa dipahami oleh anak pada tahap
perkembangan dibawahnya. Misalnya konsep-konsep abstrak usia 11 ke atas
belum dapat dipahami oleh anak pada tahap perkembangan usia 7 sampai 11
tahun (Sitepu: 2012). Pemaparan teori tersebut dapat disimpulkan jika
perkembangan kognitif anak akan dibangun dengan sendirinya sesuai tahap
perkembangan usia anak. Anak akan belajar sendiri dari apa yang dia peroleh di
lingkungan dimana tempat dia tinggal dan belajar membangun pemahaman hingga
menemukan cara dia menanggapi keadaan di sekitarnya.
Anak usia sekolah dasar menurut teori Piaget termasuk perkembangan
kognitif tahap operasional konkret, sehingga pemahaman belajar anak usia
tersebut lebih cepat dengan benda-benda yang nyata. Teori Piaget mempunyai
perbedaan dengan teori Vgotsky yang termasuk juga pendukung konstruktivisme.
Vygotsky berpendapat jika perkembangan kognitif anak lebih banyak dipengaruhi
oleh lingkungan sosialnya Tudge & Scrimsher (dalam Schunk: 2012). Anak dapat
belajar di atas perkembangan kognitif sesuai usia anak itu sendiri bila didukung
dengan bantuan orang-orang di sekitarnya. Konsep pokok dalam teori ini salah
satunya adalah Zona Perkembangan Proksimal (ZPD) atau jarak antara perkembangan pemecahan masalah secara mandiri dengan perkembangan
pemecahan masalah dengan bantuan orang lain (Sitepu: 2012). Teori
model-model dalam pembelajaran. Sitepu (2012) berpendapat bahwa model-model
pembelajaran seperti discovery learning, problem based learning, experiential
learning, contextual learning, cooperative learning, dan colaboratif learning
dikembangkan atas dasar pemikiran dari teori konstruktivisme dan teori
pendukung konstruktivisme (teori Piaget dan Vygotsky).
Pendapat tersebut mendukung peneliti untuk memilih teori belajar
konstruktivisme karena sesuai dengan kurikulum 2013 yang dipakai oleh
pendidikan saat ini. Model-model pembelajaran yang dikembangkan oleh
konstruktivisme merupakan bagian dari kurikulum 2013, sehingga teori belajar
konstruktivisme sangat mendukung produk penelitian yang dibuat oleh peneliti.
Peneliti akan mengembangkan produk sesuai kurikulum 2013 dengan melihat
kebutuhan sesuai tahap perkembangan usia anak yaitu tahap operasional konkret.
Produk akan dikembangkan dengan menciptakan suatu metode yang tepat dan
menggunakan benda-benda yang nyata, serta materi dalam produk lebih
ditekankan dari kehidupan sehari-hari di lingkungan sosial mereka. Teori
konstruktivisme pada RPPH berbasis permainan anak ditunjukkan melalui
kegiatan yang dilakukan oleh siswa sebagai bentuk pengalaman dan interaksi
sosialnya. Pengalaman bermain dan berinteraksi dengan temannya tersebut
membantu siswa untuk membentuk pengetahuan sebagaimana ditekankan pada
penerapan kurikulum 2013.
2.1.3 Kurikulum
Elemen penting untuk menyamakan pendidikan di Indonesia adalah
pengaruh bagi komponen-komponen lain (Sitepu: 2012). Kurikulum dapat
diartikan sebagai komponen dari sebuah dokumen perencanaan yang berisi tujuan,
pengalaman belajar, strategi, dan pencapaian tujuan, serta implementasi yang
dirancang secara nyata (Sanjaya: 2008). Dokumen perencanaan dalam kurikulum
merupakan usaha sekolah untuk memberikan konstribusi dalam mewujudkan
berkembangnya potensi dari siswa (Kemendikbud: 2014). Kegiatan-kegiatan
dalam perencanaan kurikulum baik di dalam kelas, di halaman sekolah, di luar
sekolah atau semua kegiatan dapat mempengaruhi siswa dalam mengembangkan
kepridian yang diharapkan dalam pendidikan (Trianto: 2009). Adanya kurikulum
dapat membantu proses pendidikan di Indonesia agar tujuan dari Pendidikan
Nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dapat terwujud. Kurikulum juga
sebagai dokumen standar nasional yang harus dilaksanakan di seluruh pendidikan
di Indonesia sehingga dapat menyamaratakan tingkat perolehan pendidikan siswa
di setiap daerahnya. Indonesia dalam dunia pendidikan sudah mengalami
beberapa perubahan kurikulum.
Alasan perubahan kurikulum oleh Pemerintah yaitu ada 10 tantangan di
masa depan, sehingga pendidikan berperan untuk menciptakan siswa yang dapat
menanggapi tantangan-tantangan tersebut. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan dalam Kunandar (2014) berpendapat bahwa 10 tantangan masa
depan itu,
(1) Kemampuan berkomunikasi global: WTO, ASEAN Community, APEC,
CAFTA; (2) Kemampuan berpikir kritis dalam menanggapi masalah di
terhadap kemajuan tekhnologi informasi (4) Kemampuan bertanggung
jawab dalam ilmu dan tekhnologi. (5) Kemampuan mencoba dalam
memahami pandangan yang berbeda dari segi ekonomi berbasis
pengetahuan; (6) Kemampuan hidup dalam menanggapi kebangkitan
industry kreatif dan budaya; (7) Kemampuan minat luas untuk memperbaiki
pergeseran kekuatan ekonomi dunia; (8) Kemampuan untuk bekerja untuk
menghindari pengaruh dan imbas dari teknosains; (9) Kemampuan
meningkatkan mutu, investasi, dan transformasi pada sektor pendidikan; dan
(10) Memperbaiki hasil TIMSS dan PISA.
Kesimpulannya peran guru dalam dunia pendidikan sangat penting untuk
menciptakan generasi yang dapat menjawab tantangan-tantangan tersebut. Guru
dihadapkan pada tantangan yang baru untuk menciptakan pembelajaran yang
sesuai dan tepat sehingga siswa dapat memahami pembelajaran dengan baik
seperti apa yang diharapkan dalam tujuan pendidikan. Implementasi kurikulum
oleh pemerintah dapat menjadi wujud bantuan lembaga kependidikan untuk guru
atau tenaga pendidik.
Implementasi kurikulum tersebut dikembangkan melalui prinsip dasar
pengembangan kurikulum. Kemendikbud (dalam Kunandar: 2014) berpendapat
ada sebelas prinsip pengembangan kurikulum. Prinsip tersebut yaitu kurikulum
satuan pendidikan atau jenjang pendidikan; Standar Kompetensi Lulusan
ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program
pendidikan; pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan
yang dapat dipelajari dan dikuasai siswa; kurikulum dikembangkan dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan perbedaan
kemampuan dan minat. Prinsip yang selanjutnya kurikulum berpusat pada potensi,
perkembangan, kebutuhan siswa; kurikulum harus tanggap terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, tekhnologi, dan seni; harus relevan
dengan kebutuhan kehidupan; kurikulum diarahkan pada proses pengembangan,
pembudayaan, dan pemberdayaan siswa; kurikulum dikembangkan dengan
memperhatikan kepentingan nasional dan daerah; dan penilaian hasil belajar
ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian kompetensi.
Prinsip-prinsip dasar tersebut merupakan faktor penting dalam mengembangkan atau
melakukan perubahan terhadap kurikulum. Prinsip tersebut dikembangkan
menjadi sebuah kurikulum yang akan dijadikan pedoman yang sudah dihadapkan
pada kebutuhan pendidikan yang semakin hari semakin maju oleh perkembangan
global. Kurikulum di Indonesia sudah mengalami beberapa perubahan dari tahun
1945 sampai 2014.
2.1.4 Sejarah Kurikulum
Pendidikan Sekolah Dasar di Indonesia dari tahun 1945 sampai tahun 2014
sudah mengalami sepuluh kali perubahan kurikulum. Pertama, Rencana Pelajaran 1947 merupakan kurikulum pertama di Indonesia dengan mengunakan istilah
rencana pelajaran. Kurikulum hanya memuat 2 hal pokok yaitu daftar mata
pelajaran dan jam pengajarannya, serta garis-garis besar pengajarannya.
Pembelajaran yang diajarkan lebih mengutamakan pendidikan watak, kesadaran
dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, namun perhatian lebih terhadap
kesenian, dan pendidikan jasmani (Trianto: 2009). Materi pelajaran pada produk
penelitian yang akan digunakan oleh peneliti hampir seperti materi pelajaran pada
kurikulum 1947, namun perbedaannya penekanan lebih pada kebiasaan atau
kejadian sehari-hari. Kesenian dan pendidikan jasmani digunakan sebagai
pelajaran tambahan yang harus dipelajari siswa. Produk peneliti juga berpedoman
pada pendidikan watak atau yang disebut sekarang dengan pendidikan karakter.
Kedua, Rencana Pelajaran 1950. Kurikulum ini lahir karena adanya UU Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah.
Kurikulum ini masih relatif sama dengan Rencana Pelajaran 1947. Kurikulum ini
termasuk kurikulum dengan mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated
curriculum) (Suparlan: 2011). Berbeda dari kurikulum ini peneliti akan menggunakan pembelajaran terpadu atau mata pelajarannya tidak terpisah-pisah.
Kegiatan pembelajaran dilakukan secara bersama-sama dalam satu tema dan
subtema yang berisi beberapa muatan pembelajaran yang dipadukan. Muatan
pembelajaran yang tidak masuk dalam produk peneliti adalah pelajaran Agama.
Ketiga, kurikulum 1952 merupakan rencana pelajaran lebih rinci lagi pada setiap pelajarannya, yang dikenal dengan istilah Rencana Pelajaran Terurai 1952.
Kurikulum ini di setiap mata pelajaran diajarkan oleh 1 orang guru dan silabus
untuk mata pelajarannya sangat jelas sekali. Masa ini dibentuk kelas masyarakat
yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6 Tahun yang tidak melanjutkan ke SMP.
Kelas ini mengajarkan keterampilan bagi anak tak mampu sekolah ke jenjang
yang akan dibuat oleh peneliti, peneliti akan memakai satu guru kelas yang
menguasai semua muatan pembelajaran kecuali Pendidikan Jasmani (PJOK) dan
Agama untuk mengajar siswa. Silabus juga sudah dibuat oleh Pemerintah,
sehingga guru tinggal mengembangkan dari yang sudah ada sebagai acuan untuk
membuat RPPH.
Keempat, Rencana Pelajaran 1964 merupakan penyempurnaan dari kurikulum Rencana Pelajaran Terurai 1952, dalam kurikulum ini terdapat
pembagian kelompok cipta, rasa, karsa, dan krida (Suparlan: 2011). Peneliti akan
mengembangkan produk yang hampir sama maksudnya dengan kurikulum ini,
hanya saja kelompok tersebut dimasukkan dalam kompetensi untuk mengukur
tingkat kemampuan siswa. Kompetensi yang dipakai oleh peneliti adalah
kompetensi inti spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan.
Kelima, Kurikulum 1968. Adanya kurikulum 1968 bertujuan untuk menciptakan masyarakat sosialis Indonesia diberangus, pendidikan pada masa ini
lebih ditekankan untuk membentuk manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968
bersifat correlate subject curriculum, yang artinya materi tingkat bawah mempunyai korelasi dengan kurikulum sekolah lanjutan. Bidang studi pada
kurikulum ini dikelompokkan pada 3 kelompok besar yaitu pembinaan Pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Materi pelajarannya hanya teoritis
tidak mengkaitkan hal-hal faktual di lingkungan (Trianto: 2009). Kurikulum ini,
untuk pertama kali istilah kurikulum digunakan di Indonesia (Suparlan: 2011).
Peneliti akan mengembangkan produk dengan memperhatikan kejadian atau
ini lebih ditekankan pembelajaran secara teori. Produk yang akan dibuat oleh
peneliti lebih pada pemberian siswa aktif menemukan pemahaman
pengetahuannya. Kesimpulannya bahwa pada kurikulum 1968 ini guru yang
terlihat lebih aktif untuk memberikan materi secara teoritis.
Keenam, Kurikulum 1975. Kurikulum ini lahir sebagai tuntutan ketetapan MPR Nomor IV/ MPR/ 1973 tentang GBHN 1973, dengan tujuan pendidikan
“membentuk manusia Indonesia untuk pembangunan nasional di berbagai
bidang”. Kurikulum ini juga dikenal dengan format yang rinci (Suparlan: 2011).
Kurikulum 1975 terdiri dari 7 unsur pokok yaitu dasar, tujuan, dan prisip; struktur
program kurikulum; GBPP (Garis Besar Pokok Pembelajaran); sistem penyajian;
sistem penilaian; sistem bimbingan dan penyuluhan; pedoman supervisi dan
administrasi. Metode, materi, dan tujuan pelajarannya tertuang secara gamblang
dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yang kemudian lahir
rencana pelajaran setiap satuan bahasan (Trianto: 2009). Produk penelitian yang
akan dikembangkan adalah berupa RPPH, yang mulai kurikulum ini pertama kali
adanya Rencana Pelajaran. Perbedaan produk pada kurikulum 1975 yaitu jika di
kurikulum ini rencana pelajaran tertuang pada setiap muatan pembelajaran pada
produk cukup 1 Rencana Pelajaran (RPPH) yang digunakan untuk semua muatan
pembelajaran kecuali Agama.
Ketujuh, Kurikulum 1984 merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1975. Kurikulum ini berlaku berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomer 0461/ U/ 1983 tanggal 22 Oktober 1983 tentang Perbaikan
pelaksanaan PSPB, (2) penyesuaian tujuan dan struktur program kurikulum, (3)
pemilihan kemampuan dasar serta keterpaduan dan keserasian antara ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik, (4) pelaksanaan pelajaran berdasarkan
keruntutan belajar yang disesuaikan dengan kecepatan belajar masing-masing
siswa (Suparlan: 2011). Posisi siswa pada kurikulum ini sebagai subyek belajar
dan mulai menerapkan sistem Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) yaitu mengamati,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan (Trianto: 2009). Aspek
yang digunakan oleh peneliti hampir sama dengan aspek kurikulum 1984. Produk
peneliti juga menggunakan aspek ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, hanya
saja pada ranah afektif dikembangkan menjadi 2 yaitu spiritual dan sosial. Cara
belajar siswa pada produk penelti menggunakan metode ilmiah yaitu mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan.
Umumnya hampir sama, hanya ada sedikit pengembangan dari kurikulum 1984.
Kedelapan, Kurikulum 1994. Pendidikan dasar pada kurikulum ini dipatok
menjadi 9 tahun (SD dan SMP). Berdasarkan struktur kurikulum, kurikulum 1994
berusaha menyatukan kurikulum 1975 dengan pendekatan tujuan dan kurikulum
1984 dengan tujuan pendekatan proses. Zahara Idris dan Lisma Jamal berpendapat
bahwa kurikulum ini memberlakukan muatan lokal serta penyempurnaan tiga
kemampuan dasar, membaca, menulis, dan menghitung yang fungsional (Trianto:
2009). Peneliti menggunakan kurikulum yang berbeda yaitu tidak ada lagi
pembelajaran muatan lokal, hanya muatan nasional. Tiga kemampuan dasar
(membaca, menulis, menghitung) sudah tertuang dalam setiap muatan
memahami konsep lebih mendalam. Produk peneliti lebih kepada pendekatan
saintifik dan tematik terpadu atau pendekatan berbasis tema dan siswa aktif
sendiri dalam kegiatan belajar. Peran guru sebagai fasilitator.
Kesembilan, Kurikulum 2004. Kurikulum ini belum diterapkan di seluruh
sekolah di Indonesia. Kurikulum 2004 biasanya dipanggil menjadi kurikulum
KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), sehingga pada kurikulum ini berbasis
kompetensi. Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan,
nilai, dan sikap dalam kebiasaan ketika berpikir dan bersikap (Trianto: 2009).
Kurikulum KBK memiliki empat komponen yaitu Kurikulum dan Hasil Belajar
(KHB), Penilaian Berbasis Kelas (PBK), Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), dan
Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah (PKBS) (Trianto: 2009). Peneliti akan
menggunakan produk yang berbasis kompetensi, hampir sama dengan kurikulum
ini. Perbedaannya peneliti akan menggunakan kompetensi yang terpadu. Kegiatan
pembelajaran menggunakan beberapa kompetensi dari beberapa muatan
pembelajaran yang dipadukan. Peneliti akan melakukan pengembangan produk
yang menggunakan pendekatan saintifik atau metode ilmiah, pendekatan tematik
terpadu atau berbasis tema, dan penilaian auntentik atau penilaian untuk setiap
aspek yang dikembangkan.
Kesepuluh, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum
2006 adalah penyempurnaan dari KBK yang telah diuji coba kelayakannya secara
publik, melalui beberapa sekolah yang menjadi sasaran proyek.. Kurikulum ini
biasa dikenal dengan nama Kurikulum KTSP, yang mana tujuan pada pendidikan
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lanjut (Trianto:
2009). Standar isi dan proses yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan
kurikulum ini dikembangkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan)
(Suparlan: 2011). Kurikulum untuk sekolah dasar memuat 8 mata pelajaran,
muatan lokal, dan pengembangan diri. Pelajaran IPA dan IPS merupakan IPA
terpadu dan IPS terpadu (Trianto: 2009). Perbedaan kurikulum 2004 dengan
kurikulum saat ini yaitu jika silabus dan RPPH pada kurikulum 2004 sudah
dibuatkan oleh pemerintah, sedangkan kurikulum yang dipakai oleh peneliti
RPPH dikembangkan oleh guru. Peneliti akan mengembangkan produk yang
komponen hampir sama dengan kurikulum ini hanya saja ada sedikit perubahan.
Perubahannya yaitu peneliti akan mengembangkan produk dengan menggunakan
pembelajaran terpadu untuk semua mata pelajarannya.
Perubahan kurikulum dari tahun ke tahun dapat menjadi tolak ukur
kekurangan dari kurikulum sebelumnya, karena semakin tahun tantangan arus
globalisasi sangat berpengaruh bagi generasi penerus khususnya para pelajar atau
siswa. Perubahan-perubahan tersebut sebagai wujud penyempurnaan kurikulum.
Adanya penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya dimaksudkan agar
terwujudnya tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Perubahan rangkaian pada pendidikan menjadi salah satu alternatif dalam
menanggulangi tantangan tersebut. Indonesia dari tahun 1945 sampai 2014 sudah
mengalami 10 kali perubahan. Tahun ajaran 2014 pendidikan Indonesia mulai
mengalami perubahan kurikulum dari KTSP menjadi kurikulum 2013, sehingga
2.1.5 Kurikulum 2013
Perubahan kurikulum yang baru adalah kurikulum 2013, yang mulai
diimplementasikan pada tahun ajaran 2014. Kurikulum 2013 termasuk kurikulum
terbaru yang mana masih menjadi perhatian para guru untuk mendidik siswa.
Peran guru terhadap kurikulum sangat penting untuk mengembangkan
pemahaman siswa terhadap pembelajaran yng diajarkan sesuai dengan kurikulum
yang diberlakukan. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
memahami kurikulum 2013.
2.1.5.1Pengertian kurikulum 2013
Pedoman yang digunakan untuk melaksanakan pendidikan di tahun 2014
sekarang ini adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang
dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan pada kemampuan sikap
dan pengetahuan (soft skill), serta keterampilan (hard skill) (Fadlilah: 2014). Pengembangan kurikulum 2013 mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
ketemapilan yang diaplikasikan secara terpadu (Kemendikbud: 2014). Kurikulum
2013 merupakan penyempurnaan dari KTSP dan tindak lanjut dari Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) yang pernah diuji cobakan di tahun 2004, sehingga
kurikulum 2013 tetap berbasis pada kompetensi (Mulyasa: 2013). Kemendikbud
(2014) perlunya kurikulum berbasis kompetensi sebagai arahan siswa untuk
menjadi (1) manusia berkualitas yang mampu menjawab tantangan zaman yang
berubah; (2) manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa,
negara yang bertanggung jawab. Tiga hal tersebut merupakan poin penting dalam
cakupan tujuan pendidikan nasional.
Terwujudnya tujuan nasional dipengaruhi oleh pengembangan kurikulum
yang berdasarkan potensi dari siswa sehingga dapat menghasilkan manusia yang
berkualitas. Kurikulum 2013 menggunakan filosofi bagaimana manusia
mengembangkan kehidupan dalam beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi,
nilai, dan berbagai aspek lain yang sesuai dengan potensi manusia sendiri
(Kunandar: 2014). Kurikulum 2013 dikembangkan dengan pola pikir, (1) berpusat
pada siswa; (2) pembelajaran interaktif dari guru siswa sumber belajar; (3)
pembelajaran dengan sumber belajar luas; (4) pembelajaran aktif; (5) pola belajar
berbasis kelompok (tim); (6) pembelajaran berbasis multimedia; (7) pola
pembelajaran berbasis pengembang potensi khusus yang dimiliki siswa; (8)
pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan (9) pembelajaran kritis (Kunandar: 2014). Adanya pola pikir tersebut dapat diartikan jika kurikum
sebelumnya (KTSP) masih membutuhkan perbaikan dalam hal tersebut.
Kurikulum 2013 dihadapkan pada kompetensi masa depan, sehingga
hasilnya menciptakan siswa yang dapat berpikir kritis untuk menanggapi
perubahan zaman yang semakin maju. Peneliti menggunakan pedoman pada
kurikulum ini, dikarenakan kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berlaku
untuk digunakan pada pendidikan sekarang ini. Kurikulum ini tergolong baru