• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BERBAGAI JENIS DAN TAKARAN PUPUK HIJAU TERHADAP PRODUKSI TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) LOKAL MUNA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH BERBAGAI JENIS DAN TAKARAN PUPUK HIJAU TERHADAP PRODUKSI TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) LOKAL MUNA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BERBAGAI JENIS DAN TAKARAN PUPUK HIJAU

TERHADAP PRODUKSI TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) LOKAL MUNA

The Effect of Various Types and Dosage of Green Manure on the Production of Local Muna Peanuts (Arachis hypogaea L.)

DEWI HARIANI, SARAWA MAMMA*), dan ABDUL MADIKI Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Halu Oleo

*Penulis Korespondensi, E-mail: sarawa60@yahoo.com

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of various types and doses of green manure on the production of local Muna peanut plants and to determine the treatment that gives the best response to the production of local Muna peanut plants. This research was carried out at the Field Laboratory of Experimental Gardens II, Faculty of Agriculture, Halu Oleo University, Kendari. Taking place from October 2021 to February 2022.

This study used a two-factor Randomized Block Design (RDB), the first types of green manure kirinyu (H1), Colopogonium (H2) and gamal (H3). The second factor was the fertilizer dose consisting of 0 t ha-1 (T0), 7,5 t ha-1 (T1), 15 t ha-1 (T2) and 22,5 t ha-1 (T3), so there are 12 treatment combinations and repeated 3 times. The research data were analyzed using analysis of variance and further tested using the honest real difference test. The results showed that the interaction of various types and doses of green manure had a very significant effect on the number of filled pods, weight of filled pods, the percentage of filled pods and pod production, but gave an insignificant interaction effect on the number of productive branches. The combination of types and doses of kirinyu green manure 22,5 t ha-1 (H3T3) gave the best response to increasing the production of local peanut plants in Muna.

Keywords: Peanuts; green manure; production; fertilizer dosage

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai jenis dan takaran pupuk hijau terhadap produksi tanaman kacang tanah lokal Muna serta untuk mengetahui perlakuan yang memberikan respon terbaik terhadap produksi tanaman kacang tanah lokal Muna. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Kebun Percobaan II Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Kendari. Berlangsung pada bulan Oktober 2021 sampai Februari 2022. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dua faktor, pertama jenis pupuk hijau kirinyu (H1), Colopogonium (H2) dan gamal (H3). Faktor kedua takaran pupuk terdiri dari 0 t ha-1 (T0), 7,5 t ha-1 (T1), 15 t ha-1 (T2) dan 22,5 t ha-1 (T3), sehingga terdapat 12 kombinasi perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis ragam dan diuji lanjut menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil penelitian menunjukkan interaksi berbagai jenis dan takaran pupuk hijau memberikan pengaruh sangat nyata pada jumlah polong isi, berat polong isi, persentase polong isi dan produksi polong, namun memberikan pengaruh interaksi yang tidak nyata pada jumlah cabang produktif. Kombinasi jenis dan takaran pupuk hijau kirinyu 22,5 t ha-1 (H3T3) memerikan respon terbaik terhadap peningkatan produksi tanaman kacang tanah lokal Muna.

Kata Kunci: kacang tanah; pupuk hijau; produksi; takaran pupuk

Sitasi: Hariani, D., Mamma, S., dan Madiki, A. (2022). Pengaruh Berbagai Jenis dan Takaran Pupuk Hijau terhadap Produksi Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Lokal Muna. Berkala Ilmu-Ilmu Pertanian - Journal of Agricultural Sciences, 2(4), 211-218.

(2)

Hal. 212 PENDAHULUAN

Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan komoditas pertanian terpenting setelah tanaman kedelai yang memiliki peran strategis dalam pangan nasional sebagai sumber protein dan minyak nabati (Simanjuntak et al., 2018). Sebagai bahan pang2an jenis kacang-kacangan yang memiliki nilai gizi tinggi, kacang tanah mengandung lemak 40 % - 50%, protein 27%, karbohidrat 12% - 18% serta vitamin A, B, C, D, E dan K, juga mengandung mineral antara lain Ca, Cl, Fe, Mg, P, K dan S (Sondakh et al., 2012). Kacang tanah berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomi tinggi dan peluang pasar dalam negeri cukup besar khususnya di Sulawesi Tenggara.

Sulawesi Tenggara merupakan salah satu daerah penghasil tanaman kacang tanah.

Daerah ini sebagian besar lahan budidayanya memiliki tingkat produktivitas yang rendah (Tando, 2020). Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik Tanaman Pangan Sulawesi Tenggara (2020), menjelaskan bahwa luas panen tanaman kacang tanah mencapai 4.100 ha yang menghasilkan produksi total sebesar 3.202 ton dengan tingkat produktivitas sebesar 0,78 t ha-1. Data BPS Tanaman Pangan Sulawesi Tenggara (2020) juga menunjukkan bahwa luas panen tanaman kacang tanah di Kabupaten Muna adalah seluas 1.424 ha yang menghasilkan total produksi sebesar 1.087 ton dengan produktivitas sebesar 0,76 t ha-1. Produktivitas tersebut masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan produktivitas tanaman kacang tanah skala regional maupun nasional.

Rendahnya produksi tanaman kacang tanah tersebut terkait dengan aspek adaptasi. Kondisi iklim kering dengan lahan marginal masam yang kurang subur menjadi faktor pembatas utama dalam budidaya tanaman kacang tanah (Rahni dan Karimuna, 2014). Permasalahan lahan tersebut sebagai lahan budidaya kacang tanah adalah reaksi tanah masam (pH rendah), kapasitas tukar kation rendah, kandungan Al, Fe dan Mn tinggi, kandungan hara N, P dan K rendah serta sangat peka terhadap erosi.

Adanya teknik pengelolaan dan cara budidaya yang baik, lahan kering marginal tersebut sangat potensial untuk daerah pengembangan kacang tanah (Rahni dan Karimuna, 2014).

Oleh karena itu dibutuhkan suatu upaya untuk

meningkatkan produktivitas tanaman kacang tanah seperti pemberian bahan organik.

Salah satu jenis pupuk organik yang dapat digunakan untuk merehabilitasi lahan-lahan marginal seperti Ultisol adalah pupuk hijau (Mamma et al., 2019). Pupuk hijau merupakan salah satu sumber bahan organik potensial yang berasal dari pelapukan tanaman, baik sisa panen, tanaman yang sengaja ditanam, maupun gulma atau sumber pupuk hijau yaitu tanaman liar. Pupuk hijau organik berfungsi sebagai sumber nutrisi, menjaga kelembaban tanah dan dapat mencegah erosi, serta tidak memiliki dampak negatif karena tidak meninggalkan residu berbahaya bagi tanah (Dahlianah, 2014).

Pupuk hijau memiliki kemampuan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yakni dengan memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation, memicu aktivitas biologis tanah atau mikroba tanah, sehingga meningkatkan produktivitas lahan pertanian (Mulyadi et al., 2022; Suntoro, 2001).

Setiap jenis pupuk hijau diduga memiliki kandungan dan ketersediaan nutrisi yang berbeda bagi tanaman (Apriliani et al., 2021).

Berdasarkan uraian tersebut maka penting dilakukan penelitian tentang pengaruh berbagai jenis dan takaran pupuk hijau kirinyu, colopogonium dan gamal terhadap produksi tanaman kacang tanah.

BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Kebun Percobaan II dan Laboratorium Agroteknologi, unit Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Kendari. Penelitian ini berlangsung mulai bulan Oktober 2021 sampai dengan bulan Februari 2022.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih kacang tanah lokal Muna, Gliricidia sepium, Chromolaena odorata dan Colopogonium mucunoides. Alat yang digunakan yaitu mesin pemotong rumput, traktor, waring net, plastik mulsa, cangkul, sekop, palu, paku, parang, patok, kertas label, timbangan, tali rapia, tugal, gembor, ember, timba, kantung plastik, timbangan analitik, alat tulis-menulis, dan kamera.

(3)

Hal. 213 Metode Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) dalam pola faktorial yang terdiri atas 2 faktor. Faktor pertama adalah jenis pupuk yang terdiri dari 3 taraf yaitu Chromolaena odorata (H1), Colopogonium mucunoides (H2) dan Gliricidia sepium (H3). Faktor kedua adalah takaran pupuk hijau yang terdiri dari 4 taraf yaitu 0 ton ha-1 (T0), 7,5 ton ha-1 (T1), 15 ton ha-1 (T2) dan 22,5 ton ha-1 (T3). Sehingga perlakuan yang diteliti terdiri atas 12 kombinasi. Masing- masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 36 unit percobaan.

Prosedur Penelitian

Persiapan lahan dimulai dengan pembersihan gulma. Setelah lahan dibersihkan, selanjutnya dilakukan pengolahan tanah sebanyak dua kali, yaitu pengolahan pertama menggunakan traktor untuk membalik tanah, kemudian pengolahan kedua menggunakan cangkul untuk menghancurkan dan menggemburkan tanah. Setelah dilakukan pengolahan tanah selanjutnya pembuatan petakan dengan ukuran 175 cm x 125 cm dan diikuti dengan pembuatan saluran drainase antar kelompok dengan lebar 50 cm, kemudian jarak drainase antar petakan 30 cm, serta kedalam drainase 15 cm. Tahap selanjutnya adalah pemasangan papan nama perlakuan pada masing-masing petak/unit percobaan sehingga memudahkan saat pengaplikasian pupuk dan pengamatan.

Pengaplikasi pupuk hijau dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan-bahan yang dibutuhkan. Selanjutnya, dilakukan pencacahan terhadap masing-masing bahan pupuk hijau dan langsung di aplikasikan di atas permukaan petakan sesuai takaran yang telah ditentukan yaitu 0 ton ha-1, 7,5 ton ha-1, 15 ton ha-1, dan 22,5 ton ha-1 pada setiap jenis pupuk hijau. Pengaplikasian pupuk hijau ini dilakukan 2 minggu sebelum tanam dengan cara dihamburkan di atas bedengan lalu dibolak- balik menggunakan cangkul agar tercampur rata dengan tanah.

Penanaman benih kacang tanah dilakukan pada sore hari atau pada saat cuaca tidak terlalu panas dengan melakukan penugalan sedalam 3 cm dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm, kemudian setiap lubang tanam diisi 2 butir benih kacang tanah dan ditutup dengan tanah secara tipis.

Pemeliharaan meliputi penyulaman, penyiraman, pembersihan gulma, pembumbunan dan pengengadian hama.

Penyulaman dilakukan 7 HST untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh atau mati dengan tanaman baru. Penyiraman tanaman dilakukan setiap hari yaitu pagi dan sore bila tidak turun hujan.

Pengendalian gulma dilakukan dua kali yaitu pada saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam dan 21 hari setelah tanam dengan mencabut rumput atau tanaman pengganggu di sekitar tanaman kacang tanah. Pembumbunan dilakukan dengan cara menaikkan tanah kepangkal batang pada setiap tanaman sehingga tidak terjadi pemadatan pada tanah, serta mempermudah ginofor menjangkau dan menembus kedalaman tanah. Selain itu, dapat mepermudah tanaman menyerap air sehingga dapat meningkatkan jumlah biji ketika sedang membentuk ginofor. Pengendalian hama dilakukan dengan pemasangan waring net mengelilingi luasan petak percobaan.

Pengendalian hama tikus dilakukan dengan pelapisan waring net menggunakan plastik mulsa agar tikus tidak dapat memanjat waring net karena plastik mulsa bersifat licin.

Pemanenan kacang tanah dilakukan pada umur 75 HST saat tanaman sudah tua dengan tanda-tanda sebagian besar daun sudah berubah warna dari hijau menjadi hijau kekuning-kekuningan dan mulai rontok, serta polong kacang tanah sudah terisis penuh dan warna bagian dalam polong menunjukkan warna coklat kehitaman dengan kulit biji yang tipis.

Variabel Pengamatan

Variabel penelitian pada komponen hasil produksi kacang tanah meliputi: jumlah cabang produktif, jumlah polong isi, berat polong isi (g), persentase polong isi (%) dan produksi polong Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Jumlah Cabang Produktif

Berdasarkan hasil uji BNJ pengaruh mandiri berbagai jenis dan takaran pupuk hijau terhadap jumlah cabang produktif tanaman kacang tanah masing-masing disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.

(4)

Hal. 214 Tabel 1. Pengaruh mandiri perlakuan berbagai jenis pupuk hijau terhadap jumlah cabang produktif

tanaman kacang tanah

Jenis Pupuk Hijau Jumlah Cabang Produktif

Chromolaena (H1) 7,46 ab

Colopogonium (H2) 7,58 a

Gliricidia (H3) 6,92 b

BNJ α=0,05 0,57

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf kepercayaan 95%.

Berdasarkan Table 1 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah cabang produktif terbanyak pada perlakuan jenis pupuk hijau diperoleh

pada perlakuan H2 yaitu 7,58 yang berbeda nyata dengan perlakuan H3 yaitu 6,92 tetapi tidak berbeda nyata dengan H1 yaitu 7,46.

Tabel 2. Pengaruh mandiri perlakuan takaran pupuk hijau terhadap jumlah cabang produktif tanaman kacang tanah

Takaran Pupuk Hijau Jumlah Cabang Produktif

Tanpa Takaran Pupuk (T0) 5,56 c

Takaran 7,5 t ha-1 (T1) 7,22 b

Takaran 15 t ha-1 (T2) 7,28 b

Takaran 22,5 t ha-1 (T3) 8,22 a

BNJ α=0,05 0,73

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf kepercayaan 95%.

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah cabang produktif terbanyak pada perlakuan takaran pupuk hijau diperoleh pada perlakuan T3 yaitu 8,22 yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Rata-rata terendah diperoleh pada perlakuan control (T0) yaitu 5,56 dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Jumlah Polong Isi

Berdasarkan hasil uji BNJ pengaruh interaksi berbagai jenis dan takaran pupuk hijau terhadap jumlah polong isi tanaman kacang tanah disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah polong isi tanaman kacang tanah yang diberi perlakuan berbagai jenis dan takaran pupuk hijau

Perlakuan T0 T1 T2 T3 BNJ α=0,05

H1 17,50 ab 22,50 a 24,33 a 26,33 b

3,59

r q pq p

H2 21,00 a 25,00 a 24,00 a 30,17 a

r q qr p

H3 16,83 b

r

22,00 a q

24,17 a q

31,17 a p

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris yang sama (p-r) dan kolom yang sama (a-b) berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Jujur pada taraf kepercayaan 95%.

Berdasarkan Tabel 3. Menunjukkan bahwa pada perlakuan jenis pupuk hijau (H), jumlah polong isi terbanyak diperoleh pada takaran T3 (H3T3) yaitu 31,17 yang berbeda nyata dengan

H3T2, H3T1, dan H3T0. Pada perlakuan takaran pupuk (T), H3T3 berbeda nyata dengan perlakuan H1T3 tetapi berbeda tidak nyata dengan H2T3.

(5)

Hal. 215 Berat Polong Isi

Berdasarkan hasil uji BNJ pengaruh interaksi berbagai jenis dan takaran pupuk hijau

terhadap berat polong isi tanaman kacang tanah disajikan pada Tabel 4.

Table 4. Berat polong isi tanaman kacang tanah yang diberi perlakuan berbagai jenis dan takaran pupuk hijau

Perlakuan T0 T1 T2 T3 BNJ α=0,05

H1 14,50 b 18,23 b 20,27 b 22,62 c

1,48

s r q p

H2 18,13 a 20,71 a 19,96 b 24,12 b

r q q p

H3 15,54 b

s

21,13 a r

23,94 a q

26,81 a p

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris yang sama (p-s) dan kolom yang sama (a-c) berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf kepercayaan 95%.

Berdasarkan Tabel 4. menunjukkan bahwa perlakuan jenis pupuk hijau (H), rata-rata berat polong isi tertinggi diperoleh pada takaran T3 (H3T3) yaitu 26,81 g yang berbeda nyata dengan H3T2, H3T1, dan H3T0. Pada perlakuan takaran pupuk (T), H3T3 berbeda nyata dengan perlakuan H2T3 dan H1T3.

Persentase Polong Isi (%)

Berdasarkan hasil uji BNJ pengaruh interaksi berbagai jenis dan takaran pupuk hijau terhadap persentase polong isi tanaman kacang tanah disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Persentase (%) polong isi tanaman kacang tanah yang diberi perlakuan berbagai jenis dan takaran pupuk hijau

Perlakuan T0 T1 T2 T3 BNJ α=0,05

H1 68,82 b 68,12 a 66,40 a 70,20 b

5,78

p p p P

H2 76,79 a 71,83 a 68,89 a 68,04 b

p pq q Q

H3 72,13 ab 72,49 a 68,41 a 78,22 a

pq pq q P

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris yang sama (p-q) dan kolom yang sama (a-c) berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Jujur (BJN) pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan jenis pupuk hijau (H), rata-rata persentase polong isi tertinggi diperoleh pada takaran T3 (H3T3) yaitu 78,22% yang berbeda nyata dengan H3T2, tetapi berbeda tidak nyata dengan H3T1 dan H3T0. Pada perlakuan takaran pupuk (T), H3T3 berbeda nyata dengan perlakuan H2T3 dan H1T3.

Produksi Polong (t ha-1)

Berdasarkan hasil uji BNJ pengaruh interaksi berbagai jenis dan takaran pupuk hijau terhadap produksi polong tanaman kacang tanah disajikan pada Tabel 6.

(6)

Hal. 216 Tabel 6. Produksi polong tanaman kacang tanah yang diberi perlakuan berbagai jenis dan takaran

pupuk hijau

Perlakuan T0 T1 T2 T3 BNJ α=0,05

H1 2,92 b 3,52 b 3,84 b 4,22 b

0,26

s r q P

H2 3,50 a 3,92 a 3,79 b 4,46 b

r q q P

H3 3,11 b 3,98 a 4,43 a 4,89 a

s r q P

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris yang sama (p-s) dan kolom yang sama (a-b) berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan jenis pupuk hijau (H), produksi polong tertinggi diperoleh pada takaran T3 (H3T3) yaitu 4,89 t ha-1 yang berbeda nyata dengan H3T2, H3T1, dan H3T0. Pada perlakuan takaran pupuk (T), H3T3 berbeda nyata dengan perlakuan H2T3 dan H1T3.

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukan bahwa interaksi antar berbagai jenis dan takaran pupuk hijau memberikan pengaruh sangat nyata terhadap variabel jumlah polong isi, berat polong isi, presentase polong isi dan produksi polong.

Interaksi antara berbagai jenis dan takaran pupuk hijau memberikan pengaruh sangat nyata terhadap produksi tanaman kacang tanah lokal Muna. Hal ini menunjukkan bahwa kacang tanah lokal Muna memiliki respon dan kemampuan yang baik dalam menyerapan unsur hara N dan P.

Meningkatnya ketersediann hara di daerah perakaran akan menyebabkan pengambilan hara juga meningkat. Tisdale et al. (1993) menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara serapan N dan P pada tanaman, dimana jika serapan P dalam jaringan tanaman meningkat maka serapan N juga akan meningkat. Penyerapan P ini berhubungan erat dengan proses metabolisme sedangkan peningkatan serapan N dipengaruhi adanya kandungan mikroba penambat N didalam pupuk.

Kacang tanah membutuhkan kandungan P yang tinggi di daerah perakaran untuk proses pembentukan polong dan pengisian biji (Sobari et al., 2018). Selain itu, penggunaan pupuk hijau dapat mensuplai bahan organik tanah (Wicaksono et al., 2022). Pupuk hijau yang

berasal dari golongan legum mengandung rhizobium yang dapat menjadi sumber nitrogen bagi tanaman (Timung et al., 2021). Menurut Patti et al. (2013) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa nitrogen merupakan unsur penting yang banyak dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan produksi dan kualitas.

Kekurangan nitrogen selama periode pembungaan meningkatkan jumlah bunga yang jatuh dan mendorong pertumbuhan biji pada saat yang sama (Priambodo, 2021).

Penggunaan nitrogen selama periode pembungaan dan pertumbuhan biji efektif menurunkan bunga dan polong yang rontok dari tanaman. Marschner (1986) menyatakan bahwa unsur nitrogen sangat dibutuhkan dalam pembentukan biji. Pembentukan biji dan pertumbuhan biji sampai terbentuknya biji yang sempurna pada dasarnya dibatasi oleh jumlah nitrogen dalam organ vegetatif tumbuhan. Hal ini karena pertumbuhan vegetatif tanaman akan mempengaruhi pertumbuhan generatifnya.

Ciampitti et al. (2013) menyatakan semakin baik fase vegetatif, akan semakin banyak karbohidrat yang dikumpulkan karena biji merupakan salah satu tempat penyimpanan karbohidrat. Soelaksini et al. (2022) menambahkan bahwa selama terjadinya pengisian biji untuk produksi fotosintat, pasokan N yang dibutuhkan relatif tinggi. Apabila pasokan N menurun selama fase tersebut, akan terjadi pemindahan N dari daun ke biji sehingga mempercepat penuaan daun (Karmana, 2008).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi perlakuan pupuk hijau Chromolaena odorata dengan takaran 22,5 ton ha-1 (H3T3) merupakan perlakuan yang memberikan respon terbaik dalam meningkatkan hasil produksi tanaman kacang tanah lokal Muna.

(7)

Hal. 217 Perlakuan H3T3 menunjukkan bahwa

pemberian berbagai jenis dan takaran pupuk hijau mempunyai karakteristik dan kandungan hara yang baik bagi produksi tanaman. Menurut Nurhayati et al. (2019) mengemukakan bahwa produksi kacang tanah yang baik membutuhkan kondisi tanah yang baik secara biologi, fisik, maupun kimianya. Selain itu, Nugroho et al.

(2013) menambahkan bahwa pemberian pupuk hijau dengan jenis dan takaran yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kesuburan tanah. Hal ini dikarenakan setiap jenis pupuk hijau mempunyai kandungan C- organik, N-organik, C/N ratio, lignin dan polifenol yang akan menentukan proses dekomposisi dan mineralisasi bahan organik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh mandiri berbagai jenis pupuk dan takaran hijau berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah cabang produktif. Pengaruh mandiri jenis pupuk hijau tertinggi pada variabel jumlah cabang produktif, diperoleh pada perlakuan H2 yaitu 7,58 jenis pupuk hijau Colopogonium mucunoides. Sedangkan pengaruh mandiri takaran pupuk hijau tertinggi di peroleh pada perlakuan T3 dengan takaran 22,5 ton ha-1 yaitu 8,22.

Pupuk hijau mengandung unsur hara N, P dan K yang cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan produksi tanaman. Utami et al.

(2021) menyatakan bahwa unsur hara tersebut dalam peranannya dapat membantu terbentuknya bunga yang akan mempengaruhi jumlah polong. Jumlah polong yang terbentuk akan mempengaruhi berat polong kering dan berat biji kering.

Semakin banyak jumlah polong yang dihasilkan maka berpengaruh terhadap berat polong yang didapat. Lebih lanjut, Siregar dan Nuraini (2021) menjelaskan bahwa pupuk hijau dengan C/N rasio yang rendah cepat terdekomposisi dan dapat melepaskan unsur N, P dan K yang tersedia bagi tanaman. Unsur hara P yang dihasilkan berfungsi sebagai salah satu penyusun protein yang dibutuhkan dalam pembentukan bunga, buah dan biji, serta merangsang pertumbuhan akar menjadi memanjang dan tumbuh kuat sehingga tanaman tahan terhadap kekeringan.

Penggunaan pupuk organik hijau 22,5 ton ha-1 dapat memberikan bahan organik tertinggi didalam tanah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak dosis pupuk hijau berarti semakin banyak bahan organik yang tersedia didalam tanah. Bahan organik terurai untuk mengikat butiran tanah, sehingga tanah kehilangan kepadatannya yang kemudian menyebabkan tanah menjadi gembur dan

berbutir. Pemberian pupuk hijau kedalam tanah tidak hanya dapat meningkatkan produksi tanaman, tetapi juga mensuplai bahan organik dan nitrogen didalam tanah serta memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah (Santos et al., 2017).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perlakuan berbagai jenis dan takaran pupuk hijau memberikan pengaruh positif terhadap komponen hasil dan hasil tanaman kacang tanah. Perlakuan berbagai jenis dan takaran pupuk hijau secara mandiri berpengaruh terhadap produksi kacang tanah.

Perlakuan jenis pupuk hijau Choromolaena odorata L. dengan takaran 22,5 ton ha-1 (H3T3) memberikan produksi polong tertinggi yaitu 4,8 t ha-1.

DAFTAR PUSTAKA

Apriliani, N., Sumarsono, & Sutarno. (2021).

Respon Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Tanaman Kailan (Brassica oleraceae L.) Akibat Substitusi Pupuk N- Anorganik dengan Pupuk Hijau Lamtoro.

Jurnal Agrotek, 5(2), 13-20.

Badan Pusat Statistik Tanaman Pangan Sulawesi Tenggara. (2020). Produksi, Luas Panen dan Produktifitas Kacang Tanah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara 2018-2020.

Ciampitti, I.A., Camberato, J.J., Murel, S.T., &

Vyn, T.T. (2013). Maize Nutrient Accumulation and Partitioning in Response to Plant Density and Nitrogen Rate:

Macronutrient. Agronomi j., 105(3), 783-795.

Dahlianah, I. (2014). Pupuk Hijau Salah Satu Pupuk Organik Berbasis Ekologi dan Berkelanjutan. Klorofil, 9(2), 54-56.

Karmana, O. (2008). Biologi. Grafindo Media Pratama. Bandung.

Mamma, S., Rahni, N.M., Arma, M.J., Halim, &

Rahmasari, W. (2019). Effect of Giving Cow Manure and Liquid Organic Fertilizer on the Growth and Production of Peanut (Arachis hypogaea L.). J. Berkala Penelitian Agronomi, 7(2), 110-117.

Marschner, H. (1986). Mineral Nutrition of Higher Plants. Academic Press. Harcourt Brace Jovanovic, Publisher London.

Mulyadi, Fajarianto, & Abdurrahman, T. (2022).

Pengaruh Krinyu dan Trichoderma terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi pada Tanah Sulfat Masam. Formosa Journal of Science and Technology (FJST), 1(4), 259-278.

(8)

Hal. 218 Nugroho, Y.A., Sugito, Y., Agustina, L., &

Soemarno. (2013). Kajian Penambahan Dosis Beberapa Pupuk Hijau dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuca sativa L.). J.Exp.

Life Sci., 3(2), 45-53.

Nurhayati, I., Thaha, A.R., & Widjajanto, D.

(2019). Pengaruh Biourine Sapi terhadap Serapan Fosfor dan Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L.) pada Entisols Sidera. e-J.Agrotekbis, 7(2), 201-209.

Patti, P.S., Kaya, E., dan Silahooy, C.H. (2013).

Analisis Status Nitrogen Tanah dalam Kaitannya dengan Serapan Nitrogen oleh Tanaman Padi Sawah di Desa Waimital, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat. Agrologia, 2(1), 51-58.

Priambodo, O.N. (2021). Model Simulasi Nitrogen Pada Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.). Jurnal Vokasi Teknologi Industri, 3(2), 1-8.

Rahni, N.M., & Karimuna, L. (2014).

Pengembangan Bioteknologi Pupuk Hijau Plus Berbasis Vegetasi Sekunder untuk Meningkatkan Produksi Kacang Tanah Lokal pada Lahan Kering Marginal. Jurnal Agroteknos, 4(2), 95-101.

Santos, I.P.D., Kartini, N.L., & Wijana, G.

(2017). Pengaruh Dosis dan Waktu Aplikasi Pupuk Hijau Lamtoro (Leucaena leocacephala (Lam) de Wit) terhadap sifat kimia tanah dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Suco Maubake Distrik Liquica Timor Leste. AGROTROP, 7(1), 69-78.

Simanjuntak, C., Tyasmoro, S.Y., & Sugiito, Y.

(2018). Laju Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) pada Perbedaan Jumlah Benih Perlubang dan Jarak Tanam. J. Produksi Tanaman, 6(7), 1303-1308.

Siregar, L., & Nuraini, Y. (2021). Pengaruh Kualitas Kompos Paitan (Tithonia diversifolia) dan Kotoran Sapi terhadap Hasil dan Bintil Akar Tanaman Kedelai (Glycine

max. L.) pada Afisol. Jurnal Tanah dan Sumbedaya Lahan, 8(1), 249-258.

Sobari, E., Hadi, M.A., & Fathurohman, F.

(2018). Respon Pemberian Kompos Limbah Baglog Jamur dan Pupuk Kandang Domba Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Industrial Research Workshop and National Seminar, Vol 9 (2018).

Sondakh, T.D., Joroh, D.N., Tulungen, A.G., Sumampow, D.M.F., Kapugu, L.B., &

Mamarimbing, R. (2012). Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) pada Beberapa Jenis Pupuk Organik. Eugenia, 18(1), 64-71.

Suntoro. (2001). Tanaman Kirinyu Pengganti Pupuk. Universitas Sebelas Maret, Solo.

Tando, E. (2020). Upaya Peningkatan Produktivitas Tanaman Kacang Tanah dan Perbaikan Kesuburan Tanah Podzolik Merah Kuning Melalui Pemanfaatan Teknologi Biochar di Sulawesi Tenggara.

Agroradix, 3(2), 15-22.

Timung, A.P., Molebila, D.Y., Latuan, E., Lobo, E.T.D., & Duru, S. (2021). Pengaruh Dosis Pupuk Hijau Gamal (Gliricidia sepium (Jacq.) Steud) terhadap Pertumbuhan Bibit Kelor.

Jurnal Agrikultura, 32(1), 43-48.

Tisdale, S.L., Nelson, W.L., and Beaton, J.D.

(1993). Soil Fertility and Fertilizer. 4th eds.

Macmillan Publising Company. New York.

Utami, C.D., Herlinawati, & Rosdiana, E. (2021).

Applications of Bio-fertilizers Microrrhiza and Some Types of Green Fertilizer on the Yields of Soybean (Glycine max. L). AGRILAND Jurnal Ilmu Pertanian, 9(3), 115-123.

Wicaksono, K.P., Permanasari, P.N., Saitama, A., Zahro, F.A., Sandy, Y.A., Tyasmoro, S.Y., Sebayang, H.T., & Widaryanto, E.

(2022). Inovasi Tanaman Refugia dan Pupuk Hijau di Kebun Sayur Cantewa Kelurahan Mojolangu, Kota Malang. Jurnal Akses Pengabdian Indonesia), 7(2), 163-170.

Referensi

Dokumen terkait

menunjukkan bahwa hipotesis penelitian telah diterima dengan rincian sebagai berikut (1) terdapat hubungan positif antara literasi matematika dengan kemampuan HOTS

Objek penelitian ini adalah Lembaga Pengumpul Zakat (LPZ) BAZDA Provinsi Jambi dan LAZ RSIM serta 150 Orang Masyarakat Muslim pemberi derma. Pengumpulan data

Loyalitas pelanggan susu UHT Frisian Flag berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (36%) menyatakan dirinya tidak loyal dengan

Jalur – jalur sempit bercahaya yang muncul pada breakdown saat tekanan tinggi di sebut pita (streamer) pada saat ujung dari pita mendekati katoda, sebuah titik katoda akan

sedangkan menurut Balkis (2008) pertumbuhan jati di Provinsi Kalimantan Timur dengan sistem agroforestri lebih besar daripada di Pulau Jawa yang hanya memiliki basal

Pengujian dengan citra sintetis dan citra asli telah membuktikan bahwa metode hybrid GA-ACO memiliki hasil segmentasi citra yang lebih baik dibandingkan dengan algoritma awal

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen mutu adalah ilmu atau seni yang mengatur tentang proses pendayagunaan sumber daya manusia maupun