• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal penelitian mengenai fill factor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proposal penelitian mengenai fill factor"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Faktor pengisian (fill factor) dan frekwensi pemuatan bak alat angkut adalah dua parameter operasi pemuatan-pengakutan material hasil penambangan yang sangat mempengaruhi efisiensi penambangan dan tingkat pencapaian target produksi yang telah ditentukan. Faktor pengisian dapat mempengaruhi jumlah muatan bak alat angkut dan frekwensi pemuatan dapat mempengaruhi waktu daur alat angkut. Walaupun kedua parameter tersebut telah ditentukan pada waktu studi kelayakan ataupun estimasi kebutuhan unit produksi namun terdapat berbagai variasi sifat partikel hasil peledakan yang mungkin belum diketahui ataupun sulit dikontrol (Riprap.,2011). Menurut Sedarta (2013), variasi ukuran partikel dapat mempengaruhi nilai angle of repose (AoR; sudut diam partikel pada waktu berada dalam sebuah timbunan) dan jumlah volume muatan mangkuk alat muat dan bak alat angkut dipengaruhi oleh AoR (Komatsu, 2011).

Disamping adanya variasi sifat bulk material, bentuk sebaran material hasil peledakan (pembongkaran) dan kecakapan operator didalam mengoperasikan sebuah alat muat juga dapat mempengaruhi fill faktor. Apa lagi jika operasi penambangan dilakukan selama 3 shift per hari.

Untuk mengetahui apakah faktor pengisian mangkuk dan frekwensi pemuatan bak alat angkut tersebut masih sesuai dengan yang direncanakan berdasarkan catalog pabrik pembuat alat, akan dilakukan pengamatan operasi pemuatan dan pengangkutan dengan jumlah berat material tiap alat angkut yang dibongkar pada hopper peremuk batu dijadikan sebagai pembanding. Nilai-nilai tersebut akan diuji secara analisa varian.

(2)

1.2 Rumusan masalah

Penelitian ini memiliki pertanyaan yaitu:

a. Apakah volume muatan mangkuk alat muat bervariasi?

b. Apakah pemuatan bak alat angkut diisi dengan frekwensi yang berbeda? c. Apakah variasi muatan mangkuk dan frekwensi pemuatan bak alat angkut

masih sama dengan yang direncakan? d. Pada saat kapan variasi tertinggi terjadi?

e. Faktor-faktor apa saja yang mempegaruhi variasi pemuatan tersebut? 1.3Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini yaitu:

1. Memahami bagaimana sebuah operasi penambangan direncanakan dan dilakukan.

2. Memahami variasi sifat partikel untuk ditangani.

Sedangkan tujuannya adalah mengetahui nilai variasi faktor pengisian mangkuk alat muat dan frekwensi pemuatan tiap bak alat angkut.

1.4 Batasan Masalah

1. Penelitian ini dilakukan di PT. Madina Madani Mining

2. Pada waktu proses pemuatan tidak terjadi variasi kerapatan material 1.5 Output

Sebuah laporan yang digunakan untuk memenuhi SKS yang sudah di tetapkan kampus.

(3)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Unit Operasi Pertambangan

Operasi unit pertambangan merupakan langkah-langkah dasar yang digunakan untuk menghasilkan mineral dari deposit, dan operasi tambahan yang digunakan merupakan bagian pendukung. Siklus operasi produksi merupakan langkah-langkah yang berkontribusi langsung ke ekstraksi mineral operasi produksi. Langkah-langkah tambahan yang mendukung siklus produksi disebut operasi tambahan. Siklus produksi menggunakan unit operasi yang biasanya

dikelompokkan kedalam penghancuran batuan dan penanganan material. Kerusakan umumnya terdiri dari penegeboran dan peledakan, dan penanganan material meliputi pemuatan atau penggalian dan pengangkutan . Dengan demikian, siklus produksi dasar terdiri dari satuan operasi ini;

Siklus produksi = pemboran + peledakan + pemuatan + pengangkutan. Dalam pertambangan permukaan , produksi yang diperlukan disediakan oleh berbagai kelompok peralatan, memiliki jenis dan kapasitas yang berbeda. Memilih peralatan yang tepat merupakan salah satu faktor yang paling penting untuk efisiensi sistem produksi. deposit bijih kelas rendah semakin di tambang karena kehabisan deposit bijih bermutu tinggi. Juga, cadangan bijih yang ada di dekat permukaan sebagian besar habis . Karena kenaikan biaya, yang disebabkan oleh meningkatnya kedalaman pada tambang permukaan, kapasitas peralatan yang lebih besar diperlukan.

(4)

Ini merupakan peralatan berukuran mega, yang membutuhkan investasi besar . Untuk alasan ini , memilih peralatan yang paling cocok adalah faktor yang paling penting. Pemilihan peralatan yang salah menyebabkan rendahnya efisiensi

produksi dan meningkatkan biaya unit. Jadi, dalam memilih peralatan yang tepat untuk pertambangan permukaan harus hati-hati dianalisis dan konfigurasi

peralatan yang optimal harus ditentukan (sumber; The Journal of The Southern African Institute of Mining and Metallurgy,2009)

2.2 Alat Gali (Excavator) dan Alat Pengangkutan 2.2.1 Alat Gali (Excavator)

Yang termasuk didalam alat gali adalah backhoe, power shovel atau juga dikenal sebagai front shovel, dragline dan clamshell. Backhoe dan power shovel juga disebut alat penggali hidrolis karena bucket digerakkan secara hidrolis. Alat-alat penggali ini mempunyai as diantara alat penggeraknya dan badan mesin sehingga alat berat tersebut dapat melakukan gerakan memutar walaupun tidak ada gerakan pada alat penggerak.

Pemilihan alat tergantung dari kemampuan alat tersebut pada suatu kondisi lapangan tertentu. Perbedaan setiap alat gali adalah pada benda yang dipasang di bagian depan, akan tetapi semua alat tersebut mempunyai kesamaan pada alat penggerak yaitu roda ban atau crawler. Alat beroda crawler umumnya dipilih jika alat tersebut akan digunakan pada permukaan kasar atau kurang padat. Selain itu juga karena alat tersebut di dalam pengoperasiannya tidak perlu melakukan banyak gerak.

2.2.1.1 Alat Penggali Hidrolis

(5)

dengan cara menggerakkan bucket ke arah atas dan menjauhi badan alat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa backhoe menggali material yang berada dibawah permukaan tempat alat tersebut berada, sedangkan front shovel menggali material dipermukaan tempat alat tersebut berada.

2.2.2 Alat Pengangkutan

Fungsi dari alat pengangkutan adalah untuk mengangkut material seperti tanah, pasir, batuan untuk proyek konstruksi. Pemilihan jenis alat pengangkutan tergantung pada kondisi lapangan, volume material, waktu dan biaya. 2.2.2.1 Dump truck dan Tractor-Wagon

Dump truck dan Tractor-wagon yang dipakai didalam proyek konstruksi umumnya digolongkan menjadi 5 yaitu sebagai berikut:

a. Rear-dump truck b. Side-dump truck

c. Rear-dump tractor-wagon d. Side-dump tractor-wagon e. Bottom-dump tractor-wagon 2.2.2.2 Kapasitas Alat Pengangkutan

Kapasitas dari bak penampung truck dan tractor-wagon terdiri dari struck capacity (kapasitas peres) dan heaped capacity (kapasitas munjung). Struck capacity adalah kapasitas alat yang muatannya mencapai ketinggian dari bak penampung. Jenis material yang lepas dengan daya lekat rendah seperti pasir dan kerikil umumnya tidak bisa menggunung jadi pengangkutannya dalam kapasitas peres. Sedangkan heaped capacity adalah kondisi muatan mencapai ketinggian lebih dari ketinggian bak. Karena tanah liat mempunyai daya lekat antar butir yang cukup besar maka kapasitas pengakutan tanah liat dapat mencapai kapasitas munjung.

(6)

kapasitas truck yang dipilih adalah empat sampai lima kali kapasitas alat gali yang memasukkan material kedalam truck. Akan tetapi penggunaan truck yang terlalu besar sangat tidak ekonomis kecuali jika volume tanah yang akan diangkut sangat besar. Kapasitas dan ukuran truck sangat bervariasi. Oleh karena itu, pemilihan ukuran truck sangat penting karena truck besar atau kecil akan memberikan beberapa keuntungan dan kerugian.

2.2.2.3 Produktivitas Alat Pengakutan

Produktivitas suatu alat selalu tergantung dari waktu siklus. Waktu siklus truck terdiri dari waktu pemuatan, waktu pengangkutan, waktu pembongkaran muatan, waktu perjalanan kembali, dan waktu antri. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu-waktu tersebut adalah sebagai berikut:

1. Waktu muat, tergantung pada:  Ukuran dan jenis alat pemuat,

 Jenis dan kondisi material yang dimuat,  kapasitas alat angkut,

 kemampuan operator alat pemuat dan alat angkut. 2. Waktu berangkat atau pengangkutan tergantung pada:

 Jarak tempuh alat angkut

 Kondisi jalan yang dilalui (kelandaian, rolling resistance dan lain-lain) 3. Waktu pembongkaran pemuatan tergantung pada:

 Jenis dan kondisi material  Cara pembongkaran material  Jenis alat pengangkutan

4. Waktu kembali juga dipengaruhi hal-hal yang sama seperti waktu pengangkutan.

(7)

 Jenis alat pemuat  Posisi alat pemuat

 Kemampuan alat pengangkut untuk berputar. 2.3 Sifat-Sifat dan Jenis Tanah

Menurut (Nurhakim, 2003) di alam material yang ditemukan umumnya tidak homogen, tetapi merupakan material campuran. Material juga bervariasi dari jenis material yang berpori sampai yang padat. Dengan keadaan yang bervariasi seperti ini maka pada saat melakukan pemilihan alat berat yang akan dipakai otomatis jenis material dilapangan merupakan hal yang perlu diperhatikan.

Material yang terdapat ditempat asalnya disebut material asli atau bank material. Bila sebagian material dipindahkan maka volume material yang dipindahkan tersebut akan menjadi lebih besar daripada volume material ditempat asalnya. Material yang dipindahkan tersebut dikenal sebagai material lepas atau loose material. Jika material lepas tersebut dipadatkan maka volume material akan kembali menyusut, material ini disebut material padat atau compacted material. Volume tanah asli atau material yang masih ditempat aslinya biasanya diberi satuan bank cubic meters (bcm). Material yang dipindahkan atau mengalami perubahan bentuk, seperti batuan yang diledakkan, umumnya dinamakan loose material (tanah lepas). Volume dari material lepas diberi satuan loose cubic meters (lcm). Sedangkan material yang telah dipadatkan atau disebut dengan compacted material, volumenya diberi satuan compacted cubic meters (ccm).

(8)

Hubungan antara kondisi tanah asli dengan tanah lepas titentukan oleh faktor pemuatan atau load factor (LF) dan persentase pengembangan atau swell

percentage (Sw). LF sangat bermanfaat dalam perhitungan volume material yang

diangkut dari suatu tempat misalnya quarry. Rumus yang dipakai adalah:

LF = 1+1Sw

LF = VbVl

Keterangan :

Vl adalah Volume lepas (Lcm) Vb adalah Volume asli (bcm) Sw adalah persentase mengembang LF adalah faktor pemuatan

Nilai persentase mengembang di dapat dengan menggunakan rumus:

Sw ¿

(

WbWl−1

)

x 100

Keterangan:

Wb adalah berat jenis tanah dalam kondisi asli Wl adalah berat jenis tanah dalam kondisi lepas

Sementara itu, hubungan antara kondisi tanah asli dengan tanah dipadatkan ditentukan oleh faktor penyusutan atau shrinkage factor (SF) dan persentase penyusutan atau shrinkage percentage (Sh) rumus yang menghubungkan kedua kondisi tersebut adalah :

(9)

SF == VcVb

Dimana :

Vc = Volume padat (ccm)

Nilai Sh didapat Sh =

(

1−WbWc

)

x 100

Dimana : Wc = berat jenis tanah dalam kondisi padat. Tabel 2.1 Sw dan LF untuk beberapa jenis tanah

Jenis tanah

Batu hasil peledakan

Pasir kering

Persentase mengembang (%) Faktor Pemuatan

0,74

0,74

0,8

0,8

(sumber: contruction Planning, Equipment and Methods, 1996)

2.4 Kriteria Pemilihan Alat

(10)

Gambar 2.2 Kriteria pemilihan alat 1. Diggability

Diggability dapat didefenisikan sebagai kemudahan shovel menggali suatu satuan batuan. Ada beberapa sistem klasifikasi untuk menilai Diggability, biasanya menggunakan sejumlah parameter yang sama. parameter utama dari sistem klasifikasi Diggability adalah : kuat tekan uniaksial, kecepatan seismik, derajat pelapukan karakteristik dari rekahan dan ketebalan formasi. Sistem klasifikasi diggability dikembangkan oleh beberapa peneliti secara singkat dijelaskan dibawah ini.

(Franklin et al., 1971) mengembangkan sistem klasifikasi berdasarkan pada metode grafik , dengan menggunakan kekuatan batuan , diskontinuitas jarak dan kekuatan beban titik . Grafik dibagi menjadi empat wilayah dan daerah

didefinisikan sebagai menggali , merobek , peledakan untuk loosening dan peledakan untuk breaking.

(11)

Produksi tahunan, jumlah cadangan, hari kerja per tahun dan jam kerja per hari, stripping ratio dan jumlah tahunan overburden diberikan sebagai contoh kriteria produksi. Jumlah overburden tahunan dihitung dari produksi tahunan dan stripping ratio dari produksi biji yang dipelukan dan pembuangan limbah, umur tambang dihitung dan hubungannya dengan umur operasi peralatan juga

ditentukan.

3. Parameter-parameter tambang

Tinggi bench, lebar bench, kondisi cuaca, air bawah tanah, jarak angkut (limbah dan mineral) kondisi tanah, faktor efisiensi kerja adalah beberapa contoh

parameter tambang.

4. Faktor geologi dan geoteknik

Jenis formasi, densitas mineral, densitas limbah, ketebalan, kuat tekan uniaksial, faktor pengembangan, modulus elastisitas kondisi peledakan dan rata-rata distribusi ukuran setelah peledakan adalah contoh faktor geologi dan geoteknik. 5. Kriteria peralatan

Kapasitas mangkuk, berat kendaraan, keuntungan, tinggi penggalian, tekanan tanah kekuatan, kecepatan, faktor pengisian mangkuk, waktu siklus mangkuk, omur operasi, truck struck, atau kapasitas tumpukan dll. Dapat diberikan sebagai contoh kriteria peralatan.

6. Biaya unit produksi

(12)

2.5 Perhitungan Untuk Pemilihan dari Shovel/Excavator

Secara praktis, pertimbangan untuk memilih ukuran yang baik dari sebuah shovel atau mangkuk excavator merupakan peranan yang penting dan di dukung oleh 3 faktor, yaitu:

 Faktor waktu  Faktor operasional

 Faktor pengisian mangkuk 2.5.1 Faktor waktu

Merupakan persentase availability peralatan dalam satuan waktu, yang mana dapat dikatakan shift atau jam. Jika peralatan tersedia 55 menit/jam dan 7 jam dalam satu shift dari 8 jam, maka itu dianggap sebagai situasi yang

menguntungkan. Dibawah kondisi ketersediaan rata-rata 50 menit/jam adalah umum tetapi dikatakan buruk apabila 40 menit/jam atau dibawahnya, kondisi ini dianggap kurang baik, nilai faktor ini merupakan refleksi keseluruhan efisiensi menajemen.

Faktor waktu (Tf) = menit efektif yang tersedia setiap jam/60 2.5.2 Faktor operasional

Ini adalah refleksi dari kondisi kerja yang meliputi tata letak, peralatan sesuai yang dimaksudkan untuk loading (mucking), transportasi, penghancuran dll. Ini juga memperhitungkan jasa dalam hal pencahayaan, ventilasi (kenyamanan), panas, kelembaban atau faktor lain yang berpengaruh terhadap kinerja peralatan termasuk efisiensi operator yang beroperasi itu. Untuk menerapkan koreksi, pedoman yang biasa disebutkan dibawah ini.

Kondisi Koreksi

Baik 80%

(13)

Buruk 60% dan dibawah 60%

2.5.3 Faktor pengisian Alat Muat (Bucket fill factor)

Faktor pengisian mangkuk alat muat adalah angka perbandingan antara volume nyata atau kapasitas nyata mangkuk alat muat dengan volume atau kapasitas teoritis bucket alat muat sesuai dengan spesifikasi alat muat yang digunakan. Faktor pengisian ini dinyatakan dalam persen (%).

Berikut dibawah adalah panduan yang diusulkan oleh caterpillar. Untuk memilih ukuran mangkuk dari tabel (yang disediakan oleh produsen, seperti tabel),

menggunakan nilai yang lebih tinggi (dari kisaran produksi diberikan dalam tabel) jika fragmentasi yang diharapkan baik, nilai rendah sampai menjadi buruk dan menggunakan nilai rata-rata (menjumlahkan nilai dan dibagi dengan 2). Faktor yang harus dipertimbangkan dalam perhitungan.

Tabel 2.2 Bucket Fill factor (Caterpillar)

Fill Factor

Agregat seragam sampai 3 mm (1/8") 3 mm - 9 mm (1/8" -3/8")

12 mm - 20 mm (1/2"-3/4") 24 mm (1") dan Lebih Batuan Peledakan

2.6 Faktor Efisiensi Kerja

(14)

1. Keterampilan Operator

Untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi, keterampilan operator harus sesuai dengan kinerja mesin. Sangat penting bahwa operator memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memperoleh produktivitas yang tinggi dari mesin.

Oleh karena itu, operator harus diberikan pendidikan dan pelatihan tentang pengoperasian mesin, operasi pekerjaan konstruksi dan keselamatan. Operator harus membaca dan memahami petunjuk operator. Operator juga harus membaca dan memahami petunjuk keselamatan asosiasi produsen yang berlaku di masing-masing wilayah (AEM di Amerika Serikat, CECE di Eropa, dll). Majikan harus menilai keterampilan masing-masing operator dan menetapkan operator untuk pekerjaan yang tepat. Operator harus diberikan instruksi kerja yang jelas. 2. Spesifikasi dan Pemilihan jenis mesin

Kontraktor harus memilih jenis, ukuran dan spesifikasi mesin yang dapat memperoleh efisiensi kerja yang optimal. Kontraktor dapat menggunakan hasil masa lalu dan pengalaman untuk memilih mesin yang paling tepat. Jika kontraktor tidak pasti tentang pilihan mesin yang tepat, disarankan agar kontraktor

berkonsultasi dengan distributor Komatsu atau aplikasi insinyur Komatsu. mereka memiliki informasi berlimpah dan pengalaman dan dapat memberikan bantuan yang berharga dalam pemilihan mesin.

3. Pemilihan metode konstruksi

(15)

4. Pilihan dan penggunaan lampiran dan bagian opsional

Perawatan harus diambil dalam pemilihan lampiran atau bagian opsional karena mereka mempengaruhi efisiensi kerja dan keamanan. Lampiran Khas dan bagian opsional ditunjukkan dalam buku ini. Komatsu memiliki tambahan lampiran dan bagian opsional. Anda dapat berkonsultasi dengan distributor, salesman, atau aplikasi Komatsu insinyur untuk rincian tambahan.

5. Penggunaan mesin aplikasi khusus

Komatsu akan mengevaluasi individu kerja aplikasi khusus yang tidak

ditampilkan dalam buku pedoman ini dan dapat membuat mesin aplikasi khusus untuk memenuhi persyaratan kerja. Anda dapat berkonsultasi dengan

distributor, salesman, atau insinyur aplikasi Komatsu. 2.7 Waktu Siklus

Menurut (Susy Fatena Rostiyanti,2002) Siklus kerja dalam pemindahan material merupakan suatu kegiatan yang dilakukan berulang. Pekerjaan utama di dalam kegiatan tersebut adalah menggali, memuat, memindahkan, membongkar muatan, dan kembali ke kegiatan awal. Semua kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh satu alat atau oleh beberapa alat.

Waktu yang diperlukan di dalam siklus kegiatan di atas disebut waktu siklus atau cycle time (CT). Waktu siklus terdiri dari beberapa unsur. Pertama adalah waktu muat atau loading time (LT). Waktu muat merupakan waktu yang dibutuhkan oleh suatu alat untuk memuat material ke dalam alat angkut sesuai dengan kapasitas alat angkut tersebut. Nilai LT dapat ditentukan walaupun tergantung dari jenis tanah, ukuran unit pengangkut (blade, bowl, bucket, dst.), metode dalam pemuatan dan efisiensi alat.

(16)

kondisi jalan, tenaga alat, dan lain-lain. Pada saat alat kembali ke tempat

pemuatan maka waktu yang diperlukan untuk kembali disebut waktu kembali atau return time (RT). Waktu kembali lebih singkat daripada waktu berangkat karena kendaraan dalam keadaan kosong.

Waktu pembongkaran atau dumping time (DT) juga merupakan unsur penting dari waktu siklus. Waktu ini tergantung dari jenis tanah, jenis alat, dan metode yang dipakai. Waktu pembongkaran merupakan bagian yang terkecil dari waktu siklus. Unsur terakhir adalah waktu tunggu atau spotting time (ST). Pada saat alat

kembali ke tempat pemuatan ada kalany a alat tersebut perlu antri dan menunggu sampai alat diisi kembali. Saat mengantri dan menunggu ini yang disebut waktu tunggu. Dengan demikian:

CT = LT + HT + DT + RT + ST 2.8 Produktivitas dan Durasi Pekerjaan

Menurut (Susy Fatena Rostiyanti.,2002) Dalam menentukan durasi suatu

pekerjaan, hal yang perlu diketahui adalah volume pekerjaan dan produktifitas alat tersebut produktifitas alat sendiri bergantung pada kapasitas dan waktu edar alat. Rumus dasar untuk mencari produktivitas alat adalah:

Produktivitas = kapasitasCT

Umumnya waktu siklus alat ditetapkan dalam menit sedangkan produktivitas alat dihitung dalam produksi/jam. Jika faktor efisiensi alat dimasukkan maka rumus diatas menjadi:

Produktivitas¿kapasitas xCT x efisiensi60

(17)

berbeda-beda, maka perlu diperhitungkan jumlah masing-masing alat. Jumlah alat perlu diperhitungkan untuk mempersingkat durasi pekerjaan. Salah satu cara

menghitung jumlah alat adalah sebagai berikut.

1. Tentukan alat mana yang mempunyai produktivitas terbesar. 2. Asumsikan alat dengan produktivitas terbesar berjumlah satu.

3. Hitung jumlah alat jenis lainnya dengan selalu berpatokan pada alat dengan produktivitas terbesar.

4. Untuk menghitung jumlah alat-alat lainnya maka gunakan rumus: Jumlah alat1 = Produktivitas terbesarproduktivitas alat1

Setelah jumlah masing-masing alat diketahui maka selanjutnya perlu dihitung durasi pekerjaan alat-alat tersebut. Salah satu caranya dengan menentukan berapa produktivitas total alat setelah dikalikan jumlahnya. Kemudian dengan

menggunakan produktivitas total terkecil maka lama pekerjaan dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Durasi = Produktivitas terkecilVolume pekerjaan

2.9 Match Factor

Untuk industri pertambangan, rasio faktor keserasian merupakan indikator penting dengan beberapa tujuan; Selama fase pemilihan peralatan dapat digunakan untuk menentukan ukuran armada yang sesuai sehingga produktivitas armada truck cocok dengan armada loader, faktor keserasian dapat digunakan untuk

memperkirakan efisiensi relatif armada. Sejauh ini rasio ini telah dibatasi untuk armada homogen, Namun armada heterogen yang umum ditambang dalam skala besar. kami menyajikan beberapa ekstensi dengan rasio faktor keserasian untuk memungkinkan pertimbangan armada heterogen. Hasil bab ini telah diterbitkan dalam international journal of mining, reclamation and environment (Burt & Caccetta,2007)

(18)

truck untuk loader. Khususnya pada literatur konstruksi menggunakan faktor keserasian untuk menentukan sebuah truck yang cocok.

(Smith et al.,2000) menyarankan menggunakan rumus match factor sebagai sarana untuk menentukan ukuran peralatan yang sesuai. Namun, seorang ahli harus memilih jenis terbaik dari peralatan sebelum menerapkan formula. Gambar dibawah ini menunjukkan grafik match factor dimana menjelaskan match factor merupakan rasio produktivitas loader terhadap produktivitas truck. Sebuah MF rendah ( < 0,5 ) menunjukkan bahwa loader tidak bekerja untuk kapasitas truck, sedangkan MF tinggi ( > 1 ) menunjukkan truk lebih kecil dari yang diperlukan.

(19)

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode pendekatan deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui langsung kegiatan dilapangan.

3.2 Lokasi Penelitian

Kerja Praktek ini bertempat di PT.MADINA MADANI MINING. 3.3. Rencana Waktu Kerja Praktek

Rencana kerja praktek akan dilakukan selama kurang lebih satu bulan yaitu pada bulan Agustus – September 2015.

Bulan Agustus– September 2015

Minggu II III IV I

Persiapan/Orientasi Pengambilan Data Pengolahan Data Laporan

3.4 Prosedur Pengambilan Data 1) Perencanaan Kegiatan

(20)
(21)
(22)

4) Pengolahan Data

 Perhitungan rata-rata Ct, Ht, Lt dan Wm  Perhitungan fill factor

5) Kesimpulan dan Saran

3.5 Diagram Alir Penelitian

(23)

Gambar

Gambar 2.1 Perubahan kondisi tanah
Tabel 2.1 Sw dan LF untuk beberapa jenis tanah
Gambar 2.2 Kriteria pemilihan alat
Tabel 2.2 Bucket Fill factor (Caterpillar)
+2

Referensi

Dokumen terkait